Indonesia dikenal mempunyai kekayaan budaya yang tidak terhingga dan salah satunya adalah keragaman bahasa daerah di Indonesia yang berkembang dalam suatu wilayah, namun dalam prosesnya penuturnya juga telah membawanya tersebar ke berbagai wilayah pelosok Nusantara.
Pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia adalah pulau Jawa di mana masyarakat yang menetap berasal dari berbagai wilayah dengan budaya tertentu. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta dan menjadi pulau berpenduduk terpadat di dunia yang secara administratif terbagi menjadi enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten, serta dua wilayah khusus yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.
Tiga bahasa utama yang dipertuturkan di Jawa adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura, namun sebagian besar penduduknya adalah orang yang bisa bahasa Indonesia dengan baik. Pulau jawa terkenal dengan wilayah yang luas, tanahnya yang subur dan mampu menghasilkan berbagai macam hasil pertanian, serta pulau jawa juga terdapat beraneka ragam bahasa daerah. Terdapat berbagai ragam bahasa yang ada di Pulau Jawa akibat dari banyaknya etnis dari berbagai daerah yang tinggal disini.
Bahasa Jawa tentu terbanyak digunakan di Pulau Jawa, yaitu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten yang mempunyai berbagai macam dialek.
Di Jawa Barat, bahasa Jawa dibagi menjadi tiga dialek yaitu dialek Pantai Utara, dialek Cirebon, dan dialek Ciamis, kemudian bahasa Jawa di Jawa Tengah terdiri dari lima dialek, yaitu dialek Solo-Yogya, dialek Pekalongan, dialek Wonosobo, dialek Banyumas, dan dialek Tegal yang diperkirakan sekitar 60 persen.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Jawa Timur terbagi atas empat dialek berkisar 52-64 persen dan terakhir, bahasa Jawa yang ada di Banten terdiri dari dua dialek dengan persentase perbedaan kedua dialek tersebut sebesar 55 persen.
Bahasa Sunda cukup banyak dituturkan oleh penduduk pulau Jawa, seperti di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah. Isolek Sunda di Jawa Barat terbagi menjadi dua dengan persentase perbedaan antara keduanya adalah 60 persen. Di Provinsi DKI Jakarta, bahasa Sunda kebanyakan tersebar di Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur, sedangkan bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh wilayah Banten kecuali pesisir utara.
Bahasa Sunda yang juga dipakai di Jawa Tengah, seperti Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, dan masih banyak lagi dengan persentase Sunda di Jawa Tengah dengan daerah lain adalah 51-80 persen.
Bahasa Madura berasal dari Pulau Madura di mana bahasa ini tersebar di Sampang, Pamekasan, dan Sumenep yang juga tersebar di Kabupaten Malang, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, dan Kabupaten Gresik. Bahasa Madura di Jawa Timur mempunyai dua dialek, yaitu dialek Pulau Madura dan dialek Pulau Bawean dengan persentase perbedaan antara keduanya 53 persen.
Bahasa daerah di Jawa selanjutnya adalah bahasa Mandarin DKI Jakarta di mana bahasa ini banyak tersebar di Glodok, Jakarta Barat dan berdasarkan hasil dari dialektometri, isolek Mandarin DKI Jakarta dan isolek Mandarin di Ampenan, NTB memiliki perbedaan 88,75 persen.
Bahasa ini kebanyakan dituturkan oleh masyarakat Betawi DKI Jakarta, sehingga sering juga disebut sebagai bahasa Betawi atau Melayu Betawi. Bahasa Melayu Betawi terdiri dari dua dialek, yaitu dialek Betawi Pusat dan dialek Betawi Pinggiran yang memiliki persentase perbedaan sebesar 75,75 persen dengan bahasa Melayu di Riau.
Bahasa ini awalnya berasal dari Lampung yang dituturkan juga oleh masyarakat Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten dimana menurut pengakuan penduduk setempat, nenek moyang mereka berasal dari daerah Kalianda di Lampung Selatan.
Secara historis, dulu Lampung dan Banten memiliki kedekatan khusus dan secara geografis posisi kedua daerah itu dihubungkan dengan Selat Sunda yang kemudian bahasa ini disebut sebagai Lampung Cikoneng sesuai daerahnya.
Bahasa Bugis sebenarnya adalah bahasa asal Pulau Sulawesi, namun bahasa ini juga dituturkan di DKI Jakarta, tepatnya yaitu di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan perbandingan isolek Bugis DKI Jakarta dengan isolek Bugis di Pulau Sulawesi memiliki persentase perbedaan sekitar 45 persen.
Bahasa Osing menjadi bahasa yang dituturkan oleh penduduk di wilayah sekitar Banyuwangi, Jawa Timur yang secara linguistik ini merupakan cabang dari Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia. Tetapi di daerah Jember dialek bahasa ini banyak terpengaruhi oleh bahasa Jawa dan Madura dikarenakan keterisolasiannya oleh penutur Osing setempat lainnya di Banyuwangi.
Bahasa Baduy banyak yang dianggap jika bahasa ini merupakan dialek bahasa sunda, namun nyatanya bahasa ini merupakan dialek bahasa tersendiri yang hanya dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Sunda. Penutur bahasa ini tersebar hampir di seluruh wilayah Rangkasbitung, gunung Kendeng, Sukabumi, Lebak, dan Pandeglang dengan penutur bahasa ini adalah suku baduy yang berada di pulau jawa.
Bahasa Betawi pada masa perkembangan provinsi Jakarta, bahasa betawi sudah digunakan oleh masyarakat kalangan menengah kebawah, terutama bagi para komunitas budak dan pedagang yang salah satu penuturnya berkembang secara alami dan tidak ada struktur baku yang jelas untuk membedakan antara bahasa betawi dengan bahasa melayu.
Bahasa Betawi menjadi bahasa kreol yang diambil dan didasarkan pada bahasa melayu serta terdapat berbagai unsur-unsur bahasa Sunda, Bali, Hokkian, dan Arab, selain itu terdapat juga unsur bahasa dari Eropa seperti Belanda dan portugis yang sempat menjajah Indonesia.