Daftar isi
Tak ada salahnya untuk mengungkapkan kasih sayang kepada seorang ayah. Meski terkadang ayah terlihat cuek, namun kasih sayang terhadap anaknya tak pernah main-main. Ayah rela menghabiskan waktunya hanya untuk bisa menafkahi keluarganya. Ia bahkan rela bekerja dari pagi hingga laur malam sekali. Semua itu ayah lakukan sebagai bentuk kasih sayang kepada anak-anak. Ayah memang jarang mengungkapkan kasih sayang melalui perkataan. Namun, bukan berarti itu pertanda ayah tidak sayang terhadap anak-anaknya. Ayah cenderung melakukannya lewat perbuatan.
Ayah sosok yang terlihat kuat di luar namun dalam hatinya menyimpan banyak kesedihan. Ia tak pernah mau menunjukkan bahwa ia tengah bersediha. Ia tak rela anak-anaknya melihatnya lemah. Maka dari itu, ia rela berpura-pura terlihat kuat demi anak-anaknya. Bahkan ayah rela melakukan apapun asalkan anak-anaknya bahagia.
Begitu besar pengorbanan seorang ayah dalam membesarkan anak-anaknya. Ia tak pernah menyerah mencari nafkah sekalipun badan sudah basah karena tetesan keringat. Ia tak pernah mengeluh merasakan sakit karena bekerja seharian mencari pundi-pundi uang. Begitu banyak pengorbanan yang telah dilakukannya, maka sangat sayang sekali jika kita tak mampu mengucapkan terima kasih kepadanya. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan dan dikorbankan untuk anak-anaknya.
Untuk mengucapkan terima kasih, bisa melalui sebuah puisi. Sebah, kita terkadang canggung untuk berbicara dengan sosok ayah yang tegas. Maka dari itu, mengungkapkan rasa kasih sayang dan ucapan terima kasih akan lebih baik jika melalui sebuah puisi. Terlebih puisinya jika dibuat oleh tangan sendiri. Pasti ayah akan lebih bangga. Untuk itu, berikut kami sajikan contoh puisi bertemakan ayah sebagai bahan inspirasi dalam menulis puisi.
Ayahku adalah pahlawan yang paling berjasa dalam hidupku
Ia rela menahan beban seharian
Hanya demi bisa menyajikan makanan di meja makan
Agar anak-anaknya tak merasa kelaparan
Ayahku adalah pahlawan hebatku
Ia adalah laki-laki terkuat dalam hidupku
Ia rela menahan kantuk semalaman
Saat badanku menggigil karena demam
Tak pernah sehari pun aku melihatnya menangis
Tak pernah sedetikpun aku melihatnya menyerah dengan keadaan
Meski badan sudah dipenuhi dengan keringat
Tapi, ia tetap tersenyum dan penuh semangat
Ayahku tak pernah sedetik mengeluhkan capek
Badan-badan yang pegal dan terasa sakit
Padahal, setiap hari pulang pergi bekerja
Berangkat pagi dan kadang pulang hingga larut malam
Ayah, tak mengapa sesekali terlihat lemah
Tak apa jika ayah ingin berkeluh kesah
Itu tak akan mengurangi penilaianku terhadapmu
Ayah tetaplah pahlawan hebatku
Aku mengenalnya dengan sebutan ayah
Entah orang lain, mungkin bapak, baba, abi dan daddy
Tetapi, aku mengenalnya dengan sebutan ayah
Lelaki yang suaranya pertama kali terdengar di telinga kecilku
Laki-laki yang pertama mendekap tubuh mungilku
Aku memanggilnya dengan sebutan ayah
Laki-laki yang kerap dianggap sebagai imam di keluarga
Sosok yang kaku, tak pernah tersenyum ramah
Ketegasan merupakan sikap yang dipegangnya
Namun, cintanya begitu berlimpah ruah
Terima kasih ayah sudah rela bersusah payah
Mengais rezeki seharian di luar rumah
Mau berkecimpung dengan panasnya matahari yang membuat baju basah
Rela mengorban waktu istirahat
Hanya demi perutku tak keroncongan
Terima kasih ayah sudah menjagaku hingga dewasa seperti ini
Meskipun terkadang aku sebal selalu diawasi
Tak pernah bebas saat akan pergi
Ke manapun langkahku pergi pasti selalu dicari-cari
Seperti satpam komplek yang memantau setiap hari
Akan kukenalkan sosok hebat yang menjadi cinta pertamaku
Dia adalah laki-laki pertama yang menangis saat aku menyapa dunia
Laki-laki yang setia menjagaku dari dunia yang fana
Apalagi dari para manusia-manusia durjana
Dia adalah ayahku, laki-laki hebat yang berjiwa kuat
Sosok yang setia menemaniku berjalan
Ia rela mengorbankan apapun asal anaknya nyaman
Bahkan nyawanya sekalipun akan ia berikan
Ayahku adalah cinta pertamaku
Tak ada orang lain yang mampu menandingi rasa cintanya
Tak ada satupun yang hebat sama sepertinya
Aku sangat bangga memilikinya
Ayah, terima kasih telah menjaga aku dengan baik
Mengajarkanku bahwa di dunia ini masih ada laki-laki baik
Laki-laki yang tak pernah membuatku dilanda kesedihan
Apalagi sampai depresi tak karuhan
Ayah, suatu saat jika ada yang menggantikan tugasmu
Kelak, saat ada orang lain yang siap menemaniku
Mau melindungi sama seperti ayah melindungiku
Ayah, tetaplah cinta pertamaku
Ayah, sekalipun aku sudah mendapatkan laki-laki pengganti
Namun, kehadiranmu tak akan pernah bisa terganti
Ayah akan tetap menjadi laki-laki pertama yang kucintai
Laki-laki yang dekapnya selalu kucari
Aku heran, mengapa hari ayah tak seramai hari ibu?
Mengapa hari ayah banyak melupakannya?
Bukankah keduanya sama-sama berjasa dalam hidup?
Hanya saja, berjalan sesuai dengan diperannya
Baik ayah maupun ibu keduanya adalah sosok hebat
Tak patut rasanya jika dibanding-bandingkan
Apalagi dibedakan kasih sayang
Miris, jika hal itu masih sering dilakukan
Sekalipun ayah, jarang sekali berada di rumah
Sekalipun ia tak pernah memberikan senyuman ramah
Ia tetaplah pahlawan yang berjasa dalam hidup
Tanpanya, kita tak akan bisa merasakan kenikmatan seperti sekarang
Tak perlu disebut seberapa banyak yang sudah dikorbankan
Tak usah dihitung banyaknya kebaikan
Sudah pasti, tak akan pernah bisa menghitungnya
Begitu banyak hal yang telah dilakukannya selama hidup
Selamat hari ayah, sekalipun gemar marah-marah
Selamat hari bapak, sekalipun sering sekali memberikan petuah yang membuat gerah
Selamat hari abi, terima kasih sudah mau menjaga diri ini
Selamat hari daddy, laki-laki hebat yang kucintai
Kisah ini bersumber dari seseorang
Seseorang yang tak ingin namanya dikenal
Ia hanya ingin sedikit berbagi cerita
Semoga bisa membuat mata kita terbuka
Ayah, begitulah beberapa orang menyebutnya
Laki-laki yang tubuhnya tak lagi muda
Namun, semangatnya masih terus membara
Menyusuri setiap jalanan ibu kota
Yang dipenuhi kendaraan roda dua
Saban hari dipikulnya beban di pundak
Sekalipun nafas sudah engah-engahan
Ia tetap paksakan untuk terus berjalan
Sekalipun kakinya yang renta tak kuat lagi berjalan
Ia paksakan hanya demi bisa membeli makanan
Sesekali ia duduk di pinggir jalan
Untuk sekadar duduk meluruskan sendi yang terasa remuk
Atau hanya menyeka keringat yang mulai berguguran
Turun melewati pelipisnya yang penuh kerutan
Dihitungnya lembar demi lembar uang yang didapat
Meskipun tak banyak, semoga cukup memenuhi kebutuhan
Sesekali terbayang wajah anak-anaknya yang menanti di rumah
Ia kembali bersemangat mencari penghasilan
Tak ada yang lebih berarti baginya
Selain bisa melihat anaknya hidup bahagia
Tak kekurangan, bisa merasakan hidup nyaman
Tak ada yang lebih membahagiakan bagi dirinya
Selain, bisa pulang ke rumah disambut dengan tawa anak-anaknya yang menggemaskan
Itulah pengorbanan seorang ayah dalam mencari nafkah
Meskipun berat, ayah tetap terlihat kuat
Bersyukurlah karena kita memilikinya
Jangan pernah menyia-nyiakan keberadaannya
Ingatlah, tak ada ayah di dunia ini yang sempurna
Tak ada seorang ayah yang ingin anaknya menderita
Namun, keadaan terkadang berjalan tak sesuai rencana
Maka, syukuri saja semua kehendak-Nya dengan bijaksana
Itulah contoh-contoh puisi yang bertemakan ayah. Puisi-puisi di atas sangat membuat kita terharu akan perjuangan seorang ayah. Ayah terkadang memang terlihat seperti kuat, namun kita tak pernah tau apakah ia benar-benar berusaha kuat atau sedang menutupi keresahan hidupnya? Meskipun ayah jarang di rumah, bukan berarti kita menjadi tidak dekat dengannya. Bukan berarti ayah lebih sayang akan uang, namun itu semua sudah sesuai dengan perannya masing-masing.
Keberadaan seorang ayah kiranya tak perlu lagi diragukan. Kita tak boleh membandingkan mana yang lebih berharga antara ibu dan ayah. Keduanya sama-sama berharga. Keduanya sama-sama telah berjasa dalam hidup kita.
Ayah, sekalipun di telapak kakinya tidak ada surga, namun kita harus tetap berbakti kepadanya. Ingatlah akan bagaimana perjuangannya mencari nafkah. Ingatlah kebaikan yang telah dilakukannya. Bersyukurlah masih bisa merasakan keberadaannya.