Kata tembung dalam Bahasa Indonesia berarti “kata”. Tembung adalah kata yang digunakan untuk menyusun kalimat.
Menurut jenisnya, tembung terbagi menjadi sepuluh jenis, yaitu:
1. Tembung Aran (Kata Benda)
Tembung aran adalah kata yang menunjukkan benda atau segala sesuatu yang dianggap benda.
Contohnya :
- Manungsa (manusia), kewan (hewan), tetuwuhan (tumbuhan).
- Sandhangan (busana), pangan (makanan), dan benda berwujud lainnya.
- Benda tidak berwujud, seperti: kawruh (pengetahuan), kapinteran (kepandaian), katresnan (rasa cinta), dan sebagainya.
2. Tembung Kriya (Kata Kerja)
Tembung kriya adalah kata yang menunjukkan tingkah laku atau perbuatan.
Contohnya:
- Mangan (makan), nyapu (menyapu), nggambar (menggambar)
- Mangarep (kedepan) , maguru (berguru)
- Dakgawa (kubawa), kokjupuk (kau ambil), dituku (dibeli)
Menurut perannya, tembung kriya terbagi menjadi dua, yaitu:
- Kriya Lingga, yaitu tembung kriya yang belum berubah dari lingganya (kata dasarnya). Contoh : adus (mandi) , lunga (pergi), tuku (beli), kramas (keramas), dan sebagainya.
- Kriya Andhahan, yaitu tembung kriya yang sudah berubah dari lingganya (kata dasarnya). Contoh: ndulang (menyuapi) kata dasarnya adalah dulang, macul (mencangkul) kata dasarnya adalah pacul (cangkul), nyapu (menyapu) kata dasarnya adalah sapu, dan sebagainya.
Kriya andhahan ada empat jenis, yaitu:
- Kriya tanduk : tembung kriya yang mendapat ater-ater (imbuhan) anuswara (ny, m, ng, n). Contohnya : nyiram (menyiram), mulang (mengajar), ngombe (minum), nandur (menanam). Dalam bahasa Jawa, Kriya tanduk digunakan untuk membuat kalimat aktif.
- Kriya tanggap : tembung kriya yang mendapat ater-ater (imbuhan) tripurusa (dak, kok/ko, di). Contohnya : dakjupuk (kuambil), koktuku (kamu beli), disapu. Dalam Bahasa Jawa, kriya tanggap digunakan untuk membuat kalimat pasif.
- Kriya rangkep : tembung kriya yang mengulan suku kata di awal atau kata dasarnya. Contohnya : tetuku (beli), mlaku-mlaku (jalan-jalan), tetulis (menulis).
- Kriya tanggap tarung : tembung kriya yang mengulang kata dasarnya, akan tetapi ada sisipan “in” di kata dasar yang terakhir. Contohnya : tulung-tinulung (tolong-menolong).
3. Tembung Kahanan (Kata Sifat)
Tembung kahanan yaitu kata yang menunjukkan sifat, karakteristik, dan keadaan suatu benda.
Contohnya: putih, abang (merah), cethek (dangkal), dhuwur (tinggi), apik (bagus), kasar, dan sebagainya.
4. Tembung Katrangan (Kata Keterangan)
Tembung katrangan kata yang menunjukkan keterangan, baik waktu, tempat, maupun suasana.
Contohnya: sesuk (besok), saiki (sekarang), jam siji (jam satu), ing kelas (di kelas), dan sebagainya.
5. Tembung Wilangan (Kata Bilangan)
Tembung wilangan yaitu kata yang menunjukkan jumlah, baik berupa angka maupun keterangan jumlah yang bisa dihitung maupun tidak.
Contoh:
- Siji (satu), sewu (seribu), sayuta (sejuta)
- Kapisan (pertama), kapindho (kedua), kapitu (ketujuh)
- Sekilo (satu kilogram), seprapat (seperempat), setengah
- Kebak (banyak), sethithik (sedikit).
6. Tembung Sesulih (Kata Ganti)
Tembung sesulih yaitu kata yang digunakan untuk menggantikan kata yang lain.
Contoh:
- Aku (aku), kowe (kamu), dheweke (dia)
- Iki (ini), ika/kae/kuwi (itu)
- Kene (disini), Kono/ kana (disana)
7. Tembung Panggandheng (Kata Sambung)
Tembung panggandheng yaitu kata yang digunakan untuk menyambung atau menghubungkan dua atau lebih kata dan kalimat.
Contoh: lan (dan), karo (dengan), sarta (serta), nanging (tetapi), supaya (agar), amarga (karena), dan sebagainya.
8. Tembung Panyilah (Kata Bantu/Sandang)
Tembung panyilah yaitu kata yang digunakan sebagai tambahan pada kata yang sudah ada. Contoh: sang, si, sing/ kang (yang)
9. Tembung Ancer-Ancer (Kata Depan)
Tembung ancer-ancer kata yang memberikan petunjuk dan digunakan untuk menyambung kata kerja dengan kata lain seperti tempat, dan selainnya
Contoh: ing (di), saka (dari), menyang (ke), dhateng (dari), dan sebagainya.
10. Tembung Panguwuh (Kata Seru)
Tembung panguwuh yaitu kata yang digunakan untuk menyerukan perasaan.
Contoh: hore, lho, wadhuh (aduh), hut, astaga, dan sebagainya.