Pernahkah Anda bertanya mengapa langit berwarna biru?
Banyak orang yang salah mengira bila langit berwarna biru karena pantulan warna air laut. Nyatanya, hal itu salah besar. Sebab langit yang berwarna biru terjadi karena tiga hal, yakni cahaya matahari, partikel yang ada di atmosfer, dan mata manusia yang melihatnya.
Perlu diketahui jika cahaya matahari memancarkan sinal ultraviolet, x-ray, gelombang radio, dan spektrum cahaya tampak.
Saat pancaran cahaya matahari mengenai atmosfer bumi, berbagai elemen yang dipancarkan cahaya matahari dihalau dan hanya menyisakan spektrum cahaya tampak.
Kemudian, spektrum cahaya tampak yang memiliki tujuh warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu ini, bertemu dengan partikel penyusun atmosfer bumi (nitrogen, oksigen, karbondioksida, argon, ozon dan gas lainnya). Pertemuan tersebutlah yang membuat langit tampak berwarna biru.
Kenapa berwarna biru?
Itu karena spektrum cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih rendah dari spektrum cahaya berwarna merah atau jingga. Hal itu sesuai dengan teori penghamburan oleh seorang fisikawan bernama Rayleigh.
Rayleigh menjelaskan bahwa semakin rendah panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tampak, maka semakin banyak pula yang dihamburkan.
Namun dari ketujuh spektrum warna cahaya tampak, biru bukanlah warna dengan gelombang panjang paling rendah. Karena warna dengan gelombang panjang terendah ditempati oleh warna nila dan ungu.
Lantas kenapa langit bukan berwarna nila atau ungu?
Jawabannya sederhana, sebab spektrum warna biru jumlahnya lebih banyak dari warna nila atau ungu. Selain itu, ternyata mata manusia lebih sensitif terhadap warna biru.
Hal itu dikarenakan di dalam mata manusia terdapat cone sell (sel kerucut) yang bereaksi terhadap cahaya. Sel kerucut ini sangat sensitif terhadap tiga warna yakni hijau, merah, dan biru.
Akibatnya, mata hanya melihat warna biru di langit meski sebetulnya juga terdapat warna ungu dan nila di angkasa.