achmad soebardjo - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/achmad-soebardjo Mon, 09 Oct 2023 08:10:28 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico achmad soebardjo - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/achmad-soebardjo 32 32 5 Peran Achmad Soebardjo dalam Proklamasi https://haloedukasi.com/peran-achmad-soebardjo-dalam-proklamasi Thu, 05 Oct 2023 09:10:02 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45771 Ahmad Soebardjo merupakan menteri luar negeri RI yang pertama setelah Indonesia merdeka. Achmad Soebardjo termasuk tokoh yang berpengaruh dan berperan dalam kemerdekaan. Saat duduk di bangku sekolah, ia merupakan sosok yang pintar dan gemar membaca buku yang berbahasa Belanda. Ketekunannya inilah yang kemudian membawanya menjadi tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Achmad Soebardjo kerap menjadi […]

The post 5 Peran Achmad Soebardjo dalam Proklamasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Ahmad Soebardjo merupakan menteri luar negeri RI yang pertama setelah Indonesia merdeka. Achmad Soebardjo termasuk tokoh yang berpengaruh dan berperan dalam kemerdekaan. Saat duduk di bangku sekolah, ia merupakan sosok yang pintar dan gemar membaca buku yang berbahasa Belanda. Ketekunannya inilah yang kemudian membawanya menjadi tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.

Achmad Soebardjo kerap menjadi pembicara dalam forum-forum internasional. Dalam forum tersebut, ia dengan tegas menentang bentuk kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan terhadap Indonesia.

Achmad Soebardjo, tokoh pahlawan nasional

Achmad Soebardjo pernah mendapatkan kesempatan menghadiri acara-acara dalam skala internasional. Dalam forum tersebut, Achmad Soebardjo tidak malu untuk menyebarluaskan perjuangan Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan. Dengan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya, tak heran jika nantinya ia diangkat menjadi menteri luar negeri.

Achmad Soebardjo juga memiliki peranan penting dalam proklamasi kemerdekaan. Ia bahkan menjadi sosok yang berani ketika terjadi perdebatan. Berikut ini peran Achmad Soebardjo dalam proklamasi.

1. Sebagai Jaminan dalam Peristiwa Rengasdengklok

Proklamasi kemerdekaan memang hal yang dinantikan bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk tokoh dari golongan muda. Namun, ketika itu terjadilah ketegangan di antara para tokoh-tokoh pergerakan nasional. Tokoh tersebut terpecah menjadi dua kubu yakni tokoh golongan muda dan tua.

Golongan tua menginginkan bahwa proklamasi kemerdekaan dilaksanakan setelah menggelar rapat PPKI dan tanpa adanya pertumpahan darah. Namun, golongan muda tidak setuju akan hal tersebut. Mereka menganggap bahwa PPKI merupakan badan bentukan Jepang dan proklamasi kemerdekaan tidak perlu digelar dengan menunggu persetujuan Jepang.

Para golongan muda berpendapat bahwa Proklamasi bukanlah hadiah dari Jepang melainkan buah dari perjuangan rakyat Indonesia selama ini. Dengan perjuangan sendiri, proklamasi masih bisa digelar dan mereka yakin janji kemerdekaan yang diberikan Jepang hanyalah tipu muslihat semata. Setelah melewati perdebatan panjang ini, golongan tua tetap menunggu proklamasi setelah rapat PPKI yang digelar pada tanggal 16 Agustus 1945.

Akibat keputusan ini terjadilah peristiwa Rengasdengklok yakni penculikan Soekarno dan Hatta. Mereka mengamankan kedua tokoh ini agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Pada tanggal 16 Agustus pagi, Soebardjo baru mendengar kabar bahwa Soekarno dan Hatta diculik.

Padahal rapat PPKI akan segera digelar guna membahas proklamasi kemerdekaan. Achmad Soebardjo kemudian mencari tahu keberadaan Soekarno dan Hatta. Ia datang menemui Wikana dan mendesak memberitahu tempat kedua tokoh itu diasingkan.

Achmad Soebardjo meyakinkan Wikana bahwa proklamasi kemerdekaan akan tetap dilaksanakan. Namun, tanpa Soekarno dan Hatta, proklamasi kemerdekaan tidak dapat digelar. Oleh karena itu, ia meminta Wikana mengantarkannya menuju tempat Soekarno dan Hatta diculik. Keduanya pun berangkat menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Saat tiba di Rengasdengklok, Achmad Soebardjo berusaha meyakinkan bahwa proklamasi akan dilaksanakan secepatnya. Ia bahkan menjadi jaminan jika proklamasi tidak dilaksanakan segera, ia siap ditembak mati. Akibat dari jaminan itu, pada akhirnya berhasil membawa pulang Soekarno dan Hatta.

Menurut Achmad Soebardjo, upaya penculikan seharusnya tidak perlu dilakukan. Ia merasa kasihan dengan kedua tokoh nasional yang diperlakukan demikian. Terlebih ketika itu, Soekarno memiliki seorang anak yang masih balita. Oleh karena itu, Achmad Soebardjo berusaha untuk membebaskan keduanya.

Setelah pelepasan Soekarno dan Hatta, mereka kembali ke Jakarta. Mereka kemudian menggelar rapat di rumah Laksamana Maeda guna membahas persiapan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi kemerdekaan pun dilaksankan pada esok harinya. Achmad Soebardjo menepati janjinya dan tidak jadi untuk dilakukan tembak mati.

2. Meyakinkan Mayor Subeno

Achmad Soebardjo memiliki nama kecil Teuku Abdul Manaf. Ayahnya merupakan keturunan dari bangsawan Aceh. Dengan keistimewaan itu, Achmad Soebardjo dapat mengenyam pendidikan yang sama dengan orang-orang Belanda.

Meskipun ayahnya bekerja sebagai pamong pegawai, Achmad Soebardjo tidak takut terlibat dalam pergerakan nasional. Ia bahkan menjadi tokoh yang ikut menyadarkan betapa pentingnya nasionalisme kepada rakyat.

Ketika peristiwa Rengasdengklok, penjagaan ketat dilakukan di sekitar lokasi. Para tokoh golongan muda sengaja dibagi menjadi dua. Ada yang bertugas menjaga di Rengasdengklok dan ada yang memberikan informasi di Jakarta.

Tokoh yang berada di Jakarta sengaja ditugaskan agar mendapatkan informasi sejauh mana penculikan tersebut berhasil mempengaruhi golongan tua. Ternyata adanya peristiwa penculikan tersebut dikatakan berhasil karena berhasil membawa Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok.

Achmad Soebardjo memberi janji kepada golongan muda bahwa proklamasi akan dilaksanakan secepatnya. Bahkan ketika tiba di Rengasdengklok ia langsung menemui Mayor Subeno. Dalam pembicaraan yang singkat, Achmad Soebardjo meyakinkan Mayor Subeno bahwa proklamasi akan dilaksanakan sesuai dengan keinginan golongan muda. Mayor Subeno meminta jaminan terkait janji yang disampaikan oleh Achmad Soebardjo.

Saat itu, Mayor Subeno meminta Achmad Soebardjo untuk melaksanakan proklamasi saat itu juga. Tentunya hal ini ditentang oleh Achmad Soebardjo karena dinilai tidak masuk akal. Proklamasi kemerdekaan perlu persiapan yang matang. Terdapat beberapa perintilan yang harus disiapkan untuk menyambut momen bersejarah.

Tak berhenti disitu, Achmad Soebardjo kembali meyakinkan Mayor Subeno bahwa proklamasi akan secepatnya dilaksanakan. Namun, bukan saat itu juga. Ia menjadikan dirinya sebagai jaminan jika Proklamasi gagal dilaksanakan.

Ia siap ditembak mati oleh Mayor Subeno. Pada akhirnya, jaminan ini berhasil meluluhkan Mayor Subeno. Achmad Soebardjo berhasil membawa Soekarno dan Hatta pulang ke Jakarta. Ia pun menepati janjinya untuk melaksanakan kemerdekaan pada esok hari.

3. Merumuskan Teks Proklamasi

Setelah berhasil membawa Soekarno dan Hatta, Achmad Soebardjo tiba di rumah Laksamana Maeda. Achmad Soebardjo, Soekarno, Hatta, Sayuti Melik dan Sukarni kemudian pergi ke ruang makan. Di sana mereka akan merumuskan teks proklamasi. Ketika itu, tidak ada yang membawa salinan teks proklamasi yang telah ditulis. Oleh karena itu, mereka menuliskannya kembali dari awal.

Achmad Soebardjo berusaha membantu Soekarno dengan menyampaikan pendapatnya mengenai teks proklamasi. Soekarno bertugas mencatat teks proklamasi dan dibantu oleh Achmad Soebardjo dan Hatta untuk merumuskannya. Achmad Soebardjo memberikan pendapatnya mengenai alinea pertama dalam teks proklamasi yakni “Kami rakyat Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan kami.”

Kemudian Mohammad Hatta menyumbangkan idenya mengenai penyerahan kekuasaan yang dimasukkan ke dalam teks proklamasi. Adapun bunyi kalimat yang dimasukkan adalah “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya, serta dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya.”

Pada akhirnya, rumusan teks proklamasi tersebut kemudian disederhanakan sehingga memiliki makna yang mendalam. Setelah selesai dibuat, mereka kembali ke ruang tengah untuk menyampaikan rumusan teks proklamasi.

Ir Soekarno bertugas untuk membacakannya dan seluruh peserta rapat yang hadir saat itu menyetujui rumusan tersebut. Setelah disepakati, teks tersebut kemudian ditandangani. Awalnya teks proklamasi akan ditandatangani oleh seluruh peserta namun tidak jadi.

Atas usul Sukarni, teks tersebut hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. Menurutnya, jika ditandatangani oleh seluruh peserta rapat tentu akan repot dan memakan waktu. Soekarno dan Hatta sudah cukup mewakili seluruh bangsa Indonesia. Dengan catatan di bawah tanda tangan diberikan kalimat atas nama bangsa Indonesia. Naskah yang telah ditandatangani kemudian diketik oleh Sayuti Melik.

4. Meminta Izin Kepada Laksamana Maeda

Setelah tiba di Jakarta, timbul masalah baru yakni mengenai tempat yang aman untuk menyusun teks proklamasi. Ketika itu, Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo telah meminta izin kepada jenderal Jepang mengenai proklamasi kemerdekaan.

Hanya saja respons dari Jenderal Jepang membuat mereka kecewa. Jepang masih bersikukuh untuk menunggu kedatangan sekutu dan jangan melakukan Proklamasi terlebih dahulu. Namun, dengan tekad yang bulat, proklamasi akan tetap dilaksanakan tanpa bantuan Jepang.

Hal inilah yang kemudian membuat pergerakan Indonesia saat itu diawasi oleh tentara Jepang. Oleh karena itu, mereka membutuhkan tempat yang aman dari jangkauan pemerintah Jepang.

Proklamasi perlu dipersiapkan dengan matang dan teks proklamasi harus segera dibuat. Pada saat inilah, keberadaan Achmad Soebardjo dibutuhkan. Ia mengusulkan rumah Laksamana Maeda untuk dijadikan tempat perumusan teks proklamasi.

Laksamana Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang. Meskipun begitu, ia tetap mendukung kemerdekaan Indonesia. Berkat kedekatan Achmad Soebardjo dengan Laksamana Maeda, rumah tersebut diizinkan untuk perumusan teks proklamasi.

Kedekatan keduanya bermula dari Achmad Soebardjo pernah menjadi anggota tim peneliti Angkatan Laut Jepang di Indonesia. Ketika itu, Laksamana Maeda yang menjadi ketuanya. Oleh sebab inilah, Laksamana Maeda percaya dan mengizinkan rumahnya untuk digelar rapat persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Bahkan tidak hanya itu, berkat kedekatannya itu, setiap hal yang dilakukan oleh Achmad Soebardjo selalu mendapatkan dukungan dari Angkatan Laut Jepang. Achmad Soebardjo juga diberikan kepercayaan untuk mengelola lembaga pendidikan bagi pemuda Indonesia. Lembaga tersebut diberi nama Asrama Indonesia merdeka.

5. Menyebarluaskan Berita Proklamasi

Pembacaan proklamasi dan upacara kemerdekaan bukanlah akhir dari segalanya melainkan langkah awal Indonesia sebagai negara merdeka. Meskipun telah merdeka, namun belum sepenuhnya Indonesia berdaulat. Untuk dapat menjadi negara yang berdaulat perlu adanya pengakuan dari negara lain.

Pengakuan dari negara lain sangat diperlukan jika sewaktu-waktu Indonesia kembali diserang oleh pihak sekutu. Terlebih lagi, ketika itu sekutu belum datang ke Indonesia dan berpotensi mengacaukan kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya, pengakuannya di mata internasional turut menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang merdeka.

Satu hari setelah Indonesia merdeka, Achmad Soebardjo dilantik sebagai menteri luar negeri Indonesia yang pertama. Sebagai menteri luar negeri, Achmad Soebardjo memiliki tugas untuk membuat kemerdekaan Indonesia diakui oleh dunia Internasional.

Berkat pengalamannya memenuhi agenda penting berskala internasional, Achmad Soebardjo mampu menyakinkan kemerdekaan Indonesia itu nyata. Beberapa negara akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.

Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 22 Maret 1946. Kemudian diikuti oleh Palestina, Suriah, Arab Saudi, Lebanon dan lainnya. Rata-rata negara yang mengakui Indonesia adalah negara-negara di Timur Tengah. Dengan pengakuan ini membuat posisi Indonesia semakin kuat dan menguatkan jalinan kerja sama antar negara.

Pengakuan dari negara lain merupakan salah satu syarat pembentukan negara menurut hukum internasional. Terdapat dua unsur dalam pembentukan negara yakni unsur konstitutif dan unsur deklaratif.

Unsur konstitutif yakni wilayah, rakyat dan pemerintahan. Ketika itu, Indonesia telah memenuhi unsur konstitutif. Namun, belum memenuhi unsur deklaratif. Oleh sebab itulah, Achmad Soebardjo berusaha untuk meyakinkan negara lain mengakui kemerdekaan Indonesia.

The post 5 Peran Achmad Soebardjo dalam Proklamasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
2 Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok https://haloedukasi.com/peran-ahmad-soebardjo-dalam-rengasdengklok Tue, 03 Oct 2023 10:00:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45732 Sebelum pembacaan naskah teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, terdapat sebuah peristiwa yang cukup besar yang dinamakan peristiwa Rengasdengklok. Beberapa orang golongan muda pada 16 Agustus 1945 dini hari melakukan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Soekarni, Chaerul Saleh, Aidit, Wikana dan lainnya adalah para pemuda yang terlibat peristiwa Rengasdengklok. Mereka yang tergabung dalam […]

The post 2 Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Sebelum pembacaan naskah teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, terdapat sebuah peristiwa yang cukup besar yang dinamakan peristiwa Rengasdengklok. Beberapa orang golongan muda pada 16 Agustus 1945 dini hari melakukan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.

Soekarni, Chaerul Saleh, Aidit, Wikana dan lainnya adalah para pemuda yang terlibat peristiwa Rengasdengklok. Mereka yang tergabung dalam kelompok Menteng 31 melakukan penculikan tersebut dengan tujuan mendesak Bung Karno untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain dari golongan muda tersebut, Ahmad Soebardjo sebagai salah satu dari kelompok golongan tua pun ikut terlibat. Pembujukan yang dilakukan golongan muda terhadap Bung Karno dan Moh. Hatta agar tidak terpengaruh Jepang dan meyakinkan keduanya bahwa Jepang telah menyerah dihadiri juga oleh Ahmad Soebardjo.

Berikut peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok.

1. Menjadi Penengah Antara Golongan Muda dan Golongan Tua

Para golongan muda segera menemui Soekarno-Hatta untuk meyakinkan keduanya bahwa Jepang pada 15 Agustus 1945 telah memberi pernyataan menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II. Oleh sebab itu, para pemuda mendesak agar Soekarno-Hatta segera mengambil tindakan untuk memproklamasikan kemerdekaan RI setelah Jepang dipastikan menyerah.

Meski didesak, Soekarno-Hatta tidak serta-merta menyusun naskah teks proklamasi pada saat itu. Keduanya sempat menolak mempercepat proses proklamasi kemerdekaan RI karena mereka perlu memusyawarahkannya lebih dulu dengan para anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Ahmad Soebardjo sebagai salah satu dari anggota golongan tua bersama Soekarno-Hatta tidak ingin terburu-buru dan ingin tetap waspada. Dalam hal ini, golongan tua hendak menyesuaikan keputusan proklamasi kemerdekaan dengan janji Jepang.

Namun karena golongan muda tidak puas oleh keputusan golongan tua, mereka mengadakan rapat sendiri di mana hasil keputusan rapat adalah “menculik” Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok supaya tidak terkena pengaruh Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok dengan tujuan pembujukan golongan muda terhadap Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan RI tidak membuahkan hasil karena kedua golongan tua tersebut tetap pada pendiriannya.

Ketegangan tidak terelakkan di antara dua kubu (golongan muda dan Soekarno-Hatta). Ahmad Soebardjo yang kala itu berupaya mencari kebenaran informasi tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu mengetahui kabar bahwa golongan muda telah membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dari Wikana.

Peran Ahmad Soebardjo sebagai penengah antara golongan muda dan golongan tua berhasil. Melalui sebuah perundingan dengan Wikana, kedua pihak setuju bahwa pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI akan dilakukan di Jakarta.

2. Menjemput Soekarno-Hatta Kembali ke Jakarta

Perundingan yang lancar antara Ahmad Soebardjo dan Wikana disusul dengan pengutusan Yusuf Kunto (salah satu golongan muda) ke Jakarta untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Ahmad Soebardjo bersama Yusuf Kunto berniat menjemput Soekarno-Hatta.

Sesampainya di Rengasdengklok pun, Ahmad Soebardjo masih harus meyakinkan golongan muda agar Soekarno-Hatta segera dibebaskan. Agar para pemuda setuju membebaskan Soekarno-Hatta, Ahmad Soebardjo bahkan menawarkan taruhan nyawanya sebagai jaminan untuk kepastian pelaksanaan proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah Soekarno-Hatta bebas dari peristiwa penculikan Rengasdengklok, golongan muda maupun golongan tua akhirnya kembali ke Jakarta dan tiba sehari sebelum pelaksanaan proklamasi. Sesampainya di Jakarta, sejumlah anggota kelompok muda dan kelompok tua segera melakukan penyusunan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

Penyusunan teks proklamasi dilakukan dalam bentuk tulisan tangan lebih dulu sebelum masuk pada proses pengetikan oleh Sayuti Melik. Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok membawa proses proklamasi kemerdekaan RI berhasil dikumandangkan tepat pada 17 Agustus 1945.

The post 2 Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Achmad Soebardjo Terlengkap https://haloedukasi.com/biografi-achmad-soebardjo Tue, 19 Oct 2021 02:24:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27740 Sebagai masyarakat Indonesia, kita memang harus mengetahui sejarah perjuangan para pejuang yang berperan penting terhadap kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah Achmad Soebardjo. Achmad Soebardjo merupakan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, beliau juga adalah seroang diplomat dan pahlawan nasional Indonesia. Kelahiran Achmad Soebardjo Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo atau sering disapa dengan Achmad Soerbardjo lahir pada […]

The post Biografi Achmad Soebardjo Terlengkap appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Achmad Soebardjo

Sebagai masyarakat Indonesia, kita memang harus mengetahui sejarah perjuangan para pejuang yang berperan penting terhadap kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah Achmad Soebardjo. Achmad Soebardjo merupakan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, beliau juga adalah seroang diplomat dan pahlawan nasional Indonesia.

Kelahiran Achmad Soebardjo

Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo atau sering disapa dengan Achmad Soerbardjo lahir pada 23 Maret 1986 di Teluk Jambe, Kota Karawang, Jawa Barat. Beliau merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf yang merupakan keturunan bangsawan Aceh dari Pidie dan Wardinah yang merupakan keturunan dari Jawa-Bugis. Ibunya adalah anak dari Camat di Telukagung, Cirebon. Kakek dari ayahnya bernama Ule Balang, seorang ulama di wilayah Lueng Putu, Aceh. Ayah beliau bekerja sebagai pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi.

Awalnya, beliau diberikan nama oleh ayahnya yaitu Teuku Abdul Manaf kemudian ibunya memberikan nama Achmad Soebardjo. Dan untuk nama belakang Djojoadisoerjo, beliau tambahkan sendiri ketika usianya dewasa. Sebagai anak bungsu, Achmad Soebardjo sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Beliau diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang kenyataan hidup yakni perilah pentingnya menahan diri, berpikir dua kali sebelum bertindak atau mengeluarkan pendapat. Sehingga ajaran tersebutlah yang paling berpengaruh pada perkembangan kejiwaannya. Kemudian dia menikahi wanita cantik yang bernama Raden Ayu Pudji Astuti atau yang sering dikenal dengan Poedji Soebardjo.

Masa Remaja dan Masa Dewasa Achmad Soebardjo

Beliau memulai pendidikannya di sekolah rendah Eropa III namun tidak lama beliau pindah ke sekolah rendah pertama B (ELS) di Kramat, Jakarta. Ketika beliau duduk di bangku kelas enam tersebut, untuk pertama kalinya Soebardjo merasakan kebangsaan yang masih tergolong samar-samar. Rasa ini telah muncul karena di sekolahnya tersebut merupakan sekolah heterogen yang berasal dari berbagai bangsa seperti China, Indo, Arab, Belanda, dan banyak lagi. Meskipun mereka bermain bersama, namun hal ini telah memperlihatkan pada Soebardjo bahwa dari warna kulitnya dia merupakan bangsa pribumi yang berbeda dengan teman lainnya. Bahkan hal ini telah diperkuat oleh tingkah laku dari kepala sekolah tersebut yang merupakan orang Belanda bernama Vleming di mana sering sekali melampiaskan kemarahannya dengan mencemooh orang-orang pribumi.

Atas kejadian tersebut, akhirnya mendorong Soebardjo dengan bersumpah untuk membuktikan bahwa perkataan dari Vleming tersebut tidak benar. Beliau membuktikannya dengan kelulusannya dari ujian masuk Sekolah Pan Pangeran Hendrik. Kemudian beliau melanjutkannya ke jenjang SMA di Hogere Burger School (HBS) pada tahun 1917. Setelah lulus, beliau kuliah di Universitas Leiden, Belanda dan mendapatkan ijazah Master in de Rechten yang saat ini setara dengan Sarjana Hukum pada bidang UU tahun 1933.

Di negara Belanda inilah, Soebardjo mulai aktif dalam organisasi belanda yang bernama Indische Vereeeninging dan mampu memperoleh jabatan sebagai ketua untuk masa periode 1919-1921. Bahkan beliau telah aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di sana selama menjadi mahasiswa.

Pada Februari 1927, Soerbadjo menjadi perwakilan Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta dan para ahli dari gerakan Indonesia lainnya untuk menghadiri persidangan antar bangsa yakni “Liga Menantang Imperialisme dan Penindasan Penjajah” yang dilaksanakan pertama kali di Brussels dan selanjutnya di Jerman. Di persidangan yang pertama itu juga ada Jawaharlal Nehru dan pemimpin nasional lainnya yang berasal dari Asia dan Afrika.

Semasa pendudukan Jepang di Indonesia, Soebardjo bekerja sebagai pembantu kantor penasihat angkatan darat yang diketuai oleh Mohammad Hatta. Selain itu, beliau juga menjadi Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang Pimpinan Admiral Maeda.

Peran Achmad Soebardjo dalam Kemerdekaan

Di masa-masa akhir pendudukan Jepang di Indonesia, yakni pada masa itulah BPUPKI dibentuk. Beliau kemudian aktif dalam organisasi Jong Java untuk melanjutkan perjuangannya dengan berperan sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).  

Peristiwa Rengasdengklok

Sehari sebelum Indonesia merdeka, para pemuda pejuang kemerdekaan termasuk juga Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Shundanco Singgi dan pemuda lainnya berhasil membawa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Hal ini bertujuan supaya Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Pada peristiwa inilah mereka akhirnya kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang sudah menyerah dan para pejuang juga sudah siap untuk melawan Jepang dengan apa pun reskonya.

Di Jakarta terdapat dua golongan yakni golongan muda yang diketuai oleh Wikana dan golongan tua oleh Achmad Soebarjo berunding. Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar beliau menuju Rengasdengklok. Beliau akhirnya berhasil untuk meyakinkan para pejuang untuk tidak terlalu terburu-buru untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Dengan memberikan jaminan nyawanya, beliau menetapkan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 11.30. karena jaminan tersebut, akhirnya Komandan Kompi Peta Rengasdenglok yakni Cudanco Subeno juga bersedia melepaskan Soekarno dan Moh. Hatta untuk kembali ke Jakarta dan menetap di rumah Laksamana Tadasi Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 untuk menjamin keselamatan mereka.

Penyusunan Naskah Proklamasi

Achmad Soebardjo juga berperan penting dalam penyusunan naskah atau teks proklamasi. Penyusunan tersebut dilaksanakan setelah periswia Rengasdengklok dan bertempat di ruang makan Laksamana Maeda. Tidak hanya Soebardjo, dalam menyusun naskah proklamasi beliau juga bersama dengan Soekarno dah Hatta serta disaksikan oleh Sukarni, Sudiro, Miyoshi dan B.M. Diah.

Naskah proklamasi yang disusun memuat tentang pernyataan tegas dan keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi negara merdeka. Kalimat pertama naskah proklamasi dicetuskan oleh Achmad Soebardjo dan kalimat terakhir oleh Moh. Hatta. Setelah penyusunan naskah, teks proklamasi diserahkan ke Sayuti Melik untuk diketik dan ditandatangai oleh Soerkarno-Hatta. Kemudian naskah proklamasi tersebut disebarluaskan kepada masyarakat.

Penetapan UUD 1945

Sidang PPKI diselenggarakan pada 18 Agustus 1945 tepat setelah Indonesia merdeka. Dilaksanakannya sidang tersebut untuk membahas mengenai penetapan UUD 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno sebagai ketua PPKI dan Achmad Soebarjod yang sebagai anggota tambahan. Beliau banyak mengusulkan gagasan salah satunya usulan pada mengenai Bab XVI pasal 37 tentang mengubah UUD. Beliau mengusulkan bahwa jumlah minimal suara yang bisa memutuskan apakah suatu UUD dapat diubah atau tidak.

Adapun peranan lain beliau dalam sidang PPK I ini yaitu sumbangan gagasannya di dalam sidang 19 Agustus 1945. Bersama dengan anggota lainnnya, bertugas membuat rancangan dpeartemen apa saya yang dibutuhkan.

Wafatnya Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978 di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, Jakarta. Beliau wafat dalam usia 82 tahun. Meninggalnya beliau karena sakit flu yang menimbulkan komplikasi. Kemudian beliau dimakamkan di rumah peristirahatanya di Cipayung, Bogor. Karena perjuangan hebatnya selama hidup untuk kemerdekaan Indonesia akhirnya pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009.

The post Biografi Achmad Soebardjo Terlengkap appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>