Agresi Militer Belanda II - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/agresi-militer-belanda-ii Thu, 02 Feb 2023 02:40:58 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Agresi Militer Belanda II - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/agresi-militer-belanda-ii 32 32 9 Dampak Peristiwa Agresi Militer Belanda II Setelah Perjanjian Renville https://haloedukasi.com/dampak-peristiwa-agresi-militer-belanda-ii-setelah-perjanjian-renville Thu, 02 Feb 2023 02:40:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41164 Agresi militer II Belanda terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Agresi ini dikenal pula dengan istilah Operatie Kraii atau Operasi Gagak dalam bahasa Belanda. Agresi ini dilatar belakangi oleh kebuntuan pada pelaksanaan hasil perundingan renville. Belanda merasa tidak puas dengan hasil perundingan dan bersikeras untuk mempertahankan kekuasaan di Indonesia. Sedangkan Indonesia tetap mempertahankan kedaulatannya. KTN […]

The post 9 Dampak Peristiwa Agresi Militer Belanda II Setelah Perjanjian Renville appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Agresi militer II Belanda terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Agresi ini dikenal pula dengan istilah Operatie Kraii atau Operasi Gagak dalam bahasa Belanda. Agresi ini dilatar belakangi oleh kebuntuan pada pelaksanaan hasil perundingan renville. Belanda merasa tidak puas dengan hasil perundingan dan bersikeras untuk mempertahankan kekuasaan di Indonesia. Sedangkan Indonesia tetap mempertahankan kedaulatannya.

KTN sebagai mediator terus menawarkan solusi atas ketegangan yang terjadi. Namun, hal tersebut tidak berhasil. Kedua negara ini akhirnya sama-sama mengirimkan Nota yang berisi tuduhan pada pihak lawan yang tidak menghormati perjanjian renville.

Alhasil, pada tanggal 18 Desember 1948 tengah malam, wali tertinggi mahkota Belanda mengumumkan bahwa Belanda melepaskan diri dari hasil perjanjian renville. Kemudian Belanda melancarkan agresi dengan menggunakan taktik perang kilat.

Pasukan Belanda melakukan serangan pertama kali di terbang Maguwo. Dalam waktu yang singkat, Belanda berhasil merebut Maguwo dan menguasainya. Pasukan pertahanan di sana dapat dijebol karena minimnya persenjataan para pasukan TNI.

Dua jam kemudian dari kejadian tersebut, seluruh kekuatan tempur Belanda bergerak ke Yogyakarta. Adanya agresi militer Belanda yang kedua ini telah memberikan banyak dampak baik dampak positif maupun negatif. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh Indonesia saja, melainkan oleh Belanda itu sendiri. Berikut ini dampak adanya agresi militer Belanda II.

Dampak agresi militer Belanda II bagi Indonesia.

1. Penangkapan sejumlah tokoh penting.

Adanya agresi militer Belanda II tidak hanya melakukan serangan semata melainkan juga turut mengamankan para tokoh penting Indonesia. Mereka melakukan penangkapan pada Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Selain menangkap para tokoh penting, mereka juga menangkap para menteri yang membantu presiden seperti Mohammad Roem, Agus Salin dan A. G Pringgodigdo. Para tokoh tersebut kemudian dibawa ke tempat pengasingan yakni di Prapat, Sumatera dan Pulau Bangka.

2. Pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia

Adanya agresi militer Belanda II membuat kejatuhan dari ibu kota negara Indonesia sehingga memaksa dibentuknya pemerintah Darurat Republik Indonesia. Pembentukan pemerintah darurat ini dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara seorang menteri kemakmuran.

Pemerintahan darurat republik Indonesia dibentuk di Sumatera karena kebetulan saat itu Sjarifuddin sedang ada di Bukit Tinggi. Pembentukan pemerintah darurat ini dilakukan atas surat kuasa dari presiden dan wakil presiden. Pemerintahan Sjafruddin ini kemudian dikenal dengan nama Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.

Selain memberikan perintah kepada Sjarifuddin, surat kuat juga diberikan kepada dr Sudarsono sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk India, L.N. Palar staf kedutaan RI dan A. A Maramis sebagai menteri keuangan. Pada surat kuasa tersebut presiden memerintah untuk membentuk pemerintah darurat di New Delhi, India sebagai rencana kedua jika Sjafruddin gagal membentuk pemerintahan darurat.

3. Gugurnya 128 orang TNI

Belanda telah mempersiapkan aksi penyerangan dengan matang. Penyerangan pertama kali dilakukan di Yogyakarta. Penyerangan ke Yogyakarta, yang merupakan Ibu Kota Republik Indonesia, diawali dengan pengeboman di Lapangan Terbang Maguwo. Pada pukul 05.45, pasukan Belanda menghujani Lapangan Terbang Maguwo dengan menggunakan bom dan tembakan dari lima pesawat Mustang serta 9 pesawat Kittyhawk.

Garis pertahanan TNI yang ada di Maguwo hanya berjumlah 150 pasukan saja bahkan pangkalan udara ini memiliki persenjataan yang terbatas berupa satu senapan anti pesawat dan beberapa senapan biasa. Hanya ada satu kompi TNI yang bersenjata lengkap di pangkalan udara.

Pertempuran yang berlangsung di Maguwo tidak berlangsung lama, pertempuran hanya terjadi selama 25 menit saja. Lapangan Udara Maguwo akhirnya berhasil jatuh ke tangan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Eekhout.

Banyak korban berjatuhan dari TNI, sedangkan pasukan Belanda tidak ada yang menjadi korban. Agresi militer Belanda II, telah menyebabkan sebanyak 128 orang TNI tewas dan menjadi korban agresi militer Belanda II. Mereka tewas karena serangan Belanda yang dilakukan di Bandara Maguwo.

Belanda menggunakan taktik perang kilat sehingga menyebabkan ketidaksiapan pada TNI. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya anggota TNI yang menjadi korban dari serangan tersebut.

4. Berhasil Menguasai Maguwo

Adanya agresi militer Belanda II dengan menggunakan taktik perang kilat membuat Maguwo berhasil dikuasai Belanda. Maguwo berhasil dikuasai melalui serangan udara yang menggunakan 14 buah pesawat terbang seperti Mustang dan Kittyhawk.

Maguwo berhasil dikuasai hanya dalam waktu yang sangat singkat yakni 25 menit. Hal inilah yang kemudian membuat aksi ini dinamakan dengan perang kilat karena berlangsung sangat cepat.

5. Hancurnya beberapa bangunan.

Dampak agresi militer Belanda II tidak hanya menyebabkan tewasnya para anggota TNI melainkan juga hancurnya beberapa bangunan di Yogyakarta. Kehancuran bangunan ini dikarenakan serangan udara yang dilakukan oleh Belanda dengan menggunakan 14 pesawat. Belanda juga melakukan pengeboman pada beberapa bangunan yang ada di Yogyakarta.

Tidak hanya itu, adanya serangan ini juga berhasil membuat Yogyakarta dikuasai oleh Belanda sehingga presiden mengeluarkan surat kuasa untuk pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Pembentukan tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa pemerintahan Indonesia itu masih ada.

Dampak agresi militer Belanda II bagi Belanda

Adanya agresi militer Belanda II tidak hanya memberikan dampak bagi Indonesia saja melainkan bagi Belanda itu sendiri. Beberapa dampak tersebut ada yang memiliki positif adapula yang negatif. Berikut ini dampak agresi militer Belanda II bagi Belanda.

1. Tidak dapat merasakan kemenangan seutuhnya

Meskipun serangan yang dilakukan oleh Belanda di Bandara Maguwo telah berhasil membuat Yogyakarta dikuasainya, namun hal tersebut tidak serta merta membuat Belanda menang dan kembali menguasai Belanda.

Pasukan anggota TNI yang semula dikira sudah habis karena tewas ternyata pasukan tersebut masih ada. Bahkan pasukan tersebut berhasil melakukan perlawanan sengit yang mendadak kepada pasukan Belanda.

2. Pasukan Belanda berhasil dilumpuhkan

Adanya agresi militer Belanda II tidak membuat Indonesian diam saja meskipun di awal Belanda berhasil menguasai. Pada tanggal 1 Maret 1949 TNI mengadakan perlawanan balik. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Dampak dari serangan balik ini membuat pasukan Belanda kewalahan sehingga berhasil dilumpuhkan.

3. Adanya aksi gerilya di sejumlah daerah

Adanya agresi militer Belanda II membuat sejumlah daerah di luar kota Yogyakarta melakukan gerilya. Aksi gerilya ini dilakukan di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dipimpin langsung oleh Jenderal Soedirman. Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama delapan bulan meskipun di tengah kondisi yang sedang mengalami sakit keras.

Kolonel A. H Nasution selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat dengan tajuk Totaliter atau Perintah Siasat No 1. Tajuk ini menyatakan di antaranya tugas pasukan-pasukan daerah federal untuk melakukan penyusupan ke belakang garis musuh dan membangun kantong gerilya. Salah satu dari pasukan itu adalah pasukan Siliwangi.

Pasukan Siliwangi merupakan salah satu pasukan yang harus melakukan perpindahan tempat dari Jawa Tengah menuju lokasi yang sudah ditetapkan. Aksi pemindahan tempat ini dikenal dengan long march Siliwangi. Akibat dari adanya gerilya di sejumlah daerah membuat Belanda menghentikan agresi militernya itu.

4. Kegagalan propaganda yang digaungkan

Tujuan diadakannya agresi militer Belanda II ini adalah untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia serta tentaranya sudah tidak ada. Dengan begitu, Belanda dapat kembali mengepakkan sayapnya sebagai negara penjajah di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Belanda melakukan sejumlah propaganda. Namun, propaganda tersebut dapat digagalkan dengan adanya serangan balik yang dilakukan oleh TNI dan adanya pemerintah darurat Republik Indonesia di Bukit tinggi. Pemerintah darurat bentukan Sjafruddin ini berhasil menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih ada.

Untuk menepis propaganda tersebut tidak lepas dari bantuan pada diplomat Indonesia. Perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Palar, Sumitro, Sudarpo dan Sujatmoko berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada. Mereka melakukan keliling di luar negeri untuk melakukan diplomasi kepada sejumlah negara.

Selain itu, diplomasi tersebut juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa adanya agresi militer Belanda II ini merupakan bentuk dari tindakan melanggar perjanjian Renville. Mereka juga meyakinkan bahwa Republik Indonesia merupakan negara yang mencintai kedamaian. Hal ini dibuktikan dengan kepatuhan Republik Indonesia pada hasil perundingan renville.

Selain meyakinkan kepada dunia, para diplomat juga memberikan penghargaan kepada KTN yang telah banyak membantu pemerintah Indonesia saat bersitegang dengan Belanda. Meskipun pada kenyataannya hasil dari perjanjian banyak merugikan Indonesia. Contohnya pada perjanjian Linggarjati.

Para diplomat berhasil membuktikan bahwa pemerintah Republik Indonesia masih ada. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya pemerintahan yang berlangsung melalui pemerintah darurat republik Indonesia. Selain itu juga, masih adanya Tentara Indonesia yang melakukan serangan balik pada serangan umum 1 Maret.

Keberhasilan kembali menguasai Yogyakarta selama 6 jam menjadi bukti tambahan yang diungkapkan para diplomat. Usaha yang dilakukan oleh para diplomat membuah hasil. Dunia internasional mengecam aksi yang dilakukan oleh Belanda. Amerika Serikat mendesak Belanda untuk melakukan penarikan pasukan dari wilayah Republik Indonesia.

Amerika Serikat mengancam jika Belanda tidak segera menarik pasukan maka bantuan akan dihentikan. Selain itu, dewan Keamanan PBB juga mendesak Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia yang ditahan oleh Belanda.

The post 9 Dampak Peristiwa Agresi Militer Belanda II Setelah Perjanjian Renville appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Agresi Militer Belanda II : Latar Belakang, Kronologis, Dampaknya https://haloedukasi.com/agresi-militer-belanda-ii Sat, 21 Nov 2020 04:42:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=15462 Setelah berhasil menguasai wilayah penting di Indonesia melalui agresi militer I. Serangan militer pertama yang diluncurkan Belanda dianggap sangat berhasil. Namun, dalam perkembangannya, Belanda perlu untuk melakukan serangan kedua untuk dapat mencapai tujuannya. Serangan kedua Belanda di beri nama Agresi Militer Belanda II. Agresi Militer Belanda II bermula pada tanggal 19 Desember 1948. Serangan kedua […]

The post Agresi Militer Belanda II : Latar Belakang, Kronologis, Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah berhasil menguasai wilayah penting di Indonesia melalui agresi militer I. Serangan militer pertama yang diluncurkan Belanda dianggap sangat berhasil. Namun, dalam perkembangannya, Belanda perlu untuk melakukan serangan kedua untuk dapat mencapai tujuannya.

Serangan kedua Belanda di beri nama Agresi Militer Belanda II. Agresi Militer Belanda II bermula pada tanggal 19 Desember 1948. Serangan kedua ini ditujukan ke wilayah Yogyakarta.

Yang mana saat itu ibukota Indonesia berada di wilayah tersebut. Serangan pada ibukota, menyebabkan pemerintah Indonesia membentuk sebuah pemerintahan darurat yang berada di Sumatera.

Berikut pemaparan mengenai peristiwa agresi militer Belanda II.

Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer II

Agresi Militer Belanda II dipicu karena keinginan Belanda yang terus bersikeras untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Salah satu upaya yang mereka gunakan untuk mendukung hal itu adalah dengan mencari berbagai alasan atau kelalaian yang mampu melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

Ketika penandatanganan perjanjian linggarjati, Belanda sempat menolak dengan meluncurkan agresi militer pertama ke pemerintah Republik Indonesia. Atas hal itu, PBB turun tangan untuk membantu menyelesaikan melalui Komisi Tiga Negara.

Yang mana dalam pertemuan tersebut ditemukan titik temu dan kesepakatan tepat di atas kapal Amerika dari USS Renvile. Kesepakatan itu disebut dengan perjanjian Renvile. Dengan adanya persetujuan itu, Indonesia dan Belanda menyetujui adanya sebuah gencatan senjata di sepanjang daerah garis demarkasi.

Garis demarkasi atau garis Van Mook ini merupakan sebuah garis buatan yang menghubungkan pada pemimpin Belanda. Walaupun, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa daerah yang dikendalikan oleh partai republik.

Tujuan Pelaksanaan Agresi Militer Belanda II

Adapun tujuan belanda mengadakan Agresi Militer Belanda II adalah untuk menghancurkan kedaulatan Indonesia melalui serangan militer terhadap ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta. Dengan cara tersebut,belanda mampu menguasai kembali wilayah Indonesia seperti dulu kala.

Sebagai strateginya, Belanda sengaja untuk membuat kondisi pusat di wilayah Indonesia menjadi tidak aman. Sehingga Belanda berharap Indonesia akan menyerah dan mengikuti segala ultimatum yang dilakukan pihak Belanda.

Dalam hal ini, Belanda ingin menunjukan pada dunia Internasional bahwa Indonesia dan para Tentaranya secara de facto sudah tidak ada lagi.

Menurut Kahin, Dalam melancarkan serangannya Belanda mempunyai dua kelompok khusus. Namun, tetap dengan satu kepentingan yang menginginkan negara Indonesia untuk tetap berada di bawah kendali Belanda. Kelompok tersebut yaitu,

  • Elemen Pertama,  terdiri atas mayoritas orang Belanda yang telah berinvestasi dalam manajemen di Indonesia. Dalam elemen ini termasuk juga para pengusaha yang secara alami mempunyai sebuah kepentingan ekonomi.
  • Elemen Kedua, elemen ini terdiri dari Tentara Militer KNIL dan pejabat Belanda. Kedua kelompok tersebut mempunyai suatu kepentingan utama dalam posisi militer Belanda dan pejabat pemerintah di Indonesia.

Kronologi Terjadinya Agresi Militer II

Pada tanggal 18 desember 1948, pihak Belanda menyampaikan bahwa Belanda tidak ingin terikat lagi dengan persetujuan renville dan perjanjian gencatan senjata. Pesan itu disampaikan pada delegasi Indonesia yang berada di Jakarta. Saat hendak menyapaikannya ke ibukota, Belanda menghalanginya.

Sehingga berita itu untuk pertama kalinya diterima di Yogyakarta pada pukul 05.30 dengan serangan pesawat bom Belanda. Pertahanan TNI pada saat itu hanya terdiri dari 150 orang pasukan. Yang mana para pasukan tersebut sangat minim dengan persenjataan.

Sehingga mereka hanya membawa beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat. Semua persenjataan yang dimiliki oleh TNI dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya mampu diperkuat dengan satu kompi TNI yang bersenjata lengkap.

Pertempuran dalam upaya untuk merebut Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Dengan kemenangan berada pada pihak Belanda. Kemenangan itu memicu banyak pasukan tempur Belanda yang mendarat di maguwo Yogyakarta.

Serangan terhadap Yogyakarta dimulai dengan pengeboman serta penerjunan pasukan Belanda di bagian pusat kota. Dalam hal ini, Belanda tidak hanya melakukan penyerangan terhadap Yogyakarta, melainkan juga kota lainnya.

Saat menjelang petang, Belanda berhasil mencapai pusat kota istana presiden. Belanda berusaha menggunakan taktik cepat untuk menangkap Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan separuh anggota kabinet Republik.

Namun sebelum penangkapan itu, para anggota kabinet telah melakukan sidang darurat. Yang mana dalam keputusannya Presiden memberikan mandat kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Bukit Tinggi. Mandat juga diberikan kepada dr. Sudarsono, A. A. Maramis, dan L. N, Palar untuk membentuk exile government di luar negeri.

Hal itu dilakukan untuk mengatasi apabila Sjafruddin Prawiranegara gagal mendirikan PDRI.

Upaya Penyelesaian Agresi Militer II

Dalam perkembangannya, Belanda meminta agar pemerintah Indonesia menghentikan perlawanannya melalui Soekarno. Namun, Presiden Soekarno menolak mentah mentah permintaan tersebut. Tindakan Soekarno mengakibatkan kemurkaan belanda, Belanda berusaha memisahkan para anggota republik diseluruh Indonesia.

Jatuhnya Yogyakarta ke tangan belanda dan ditangkapnya para pemimpin negara, membuat Penglima Besar Soedirman berkeinginan untuk memimpin perang gerilya. Dalam melakukan perang gerilya, angkatan perang dikomando untuk mengundurkan diri ke luar kota. Perjalanandalam  bergerilya ini dilakukan selama delapan bulan.

Dan berhasil ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras.

Setelah berpindah-pindah, rombongan Soedirman akhirnya memutuskan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Disisi lain, Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang dikenal sebagai Perintah Siasat No 1.

Pukulan pertama ditujukan pada garis garis komunikasi pasukan Belanda. Pasukan indonesia bersiasat untuk melakukan perusakan terhadap jaringan telepon, jaringan kereta api, dan lain sebagainya. Para anggota TNI yang bertahan mulai melakukan taktik penyerangan.

Serangan terhadap kota Yogyakarta tanggal 1 Maret 1949 dibawah pimpinan Letkol Soeharto membuahkan kemenangan. Hal ini membuktikan kepada dunia luar bahwa TNI dan Republik Indonesia masih eksis dalam melakukan perlawanan. Peristiwa agresi militer Belanda II dikutuk oleh dunia Internasional.

Sehingga atas dasar agresi tersebut, Burma mengusulkan untuk diadakan sebuah konferensi. Konferensi itu hanya dihadiri oleh beberapa negara di kawasan Asia, Afrika, dan Australia. Dalam hal ini, PBB juga mengutuk agresi militer II yang dilakukan Belanda.

Hal itu disebabkan secara tidak langsung Belanda sudah melanggar kesepakatan perjanjian renville yang telah ditandatangani oleh KTN.

Dampak Agresi Militer II Bagi Indonesia

Agresi Militer Belanda yang kedua kalinya, tentu masih berdampak fatal pada keberlangsungan pemerintah Indonesia.berikut dampak yang diakibatkan dari serangan agresi militer Belanda II.

  • Bandara (lapangan udara Maguwo) berhasil dikuasai oleh pasukan Belanda yang menyerang Yogyakarta.
  • Pemerintah Indonesia kehilangan beberapa pasukan TNI nya yang tewas saat melawan Belanda
  • Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh Belanda
  • Beberapa tokoh pemimpin pemerintahan Indonesia diasingkan oleh Belanda
  • Stabilitas pemerintahan Indonesia menjadi terganggu
  • Rusaknya beberapa fasilitas ibukota Yogyakarta akibat serangan terbuka Belanda

The post Agresi Militer Belanda II : Latar Belakang, Kronologis, Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>