aksara - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/aksara Mon, 26 Dec 2022 04:11:47 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico aksara - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/aksara 32 32 4 Jenis Aksara Bali dan Sejarahnya https://haloedukasi.com/jenis-aksara-bali Mon, 26 Dec 2022 04:11:43 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40364 Sebagian dari masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan aksara Jawa, namun bukan hanya aksara Jawa saja yang populer di kalangan masyarakat ternyata ada juga aksara Bali yang kini sudah dilindungi oleh pemerintah. Sejak Oktober 2018, aksara Bali wajib dipakai di berbagai kantor pemerintah dan swasta di Provinsi Bali yang tertuang dalam Peraturan Gubernur […]

The post 4 Jenis Aksara Bali dan Sejarahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebagian dari masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan aksara Jawa, namun bukan hanya aksara Jawa saja yang populer di kalangan masyarakat ternyata ada juga aksara Bali yang kini sudah dilindungi oleh pemerintah.

Sejak Oktober 2018, aksara Bali wajib dipakai di berbagai kantor pemerintah dan swasta di Provinsi Bali yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali. Sehingga, khususnya bagi para warga Bali ada baiknya untuk mempelajari aksara Bali serta mengetahui artinya. 

Masyarakat Bali banyak menggunakan aksara bali sebagai aksara tradisional yang berdasar pada huruf Pallawa dan sebenarnya aksara ini mirip dengan aksara Jawa, hanya saja terdapat perbedaan pada lekukan bentuk hurufnya. Belajar mengenai aksara Bali memang telah diajarkan di jenjang pendidikan formal, namun tak jarang siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.

Sejarah Aksara Bali

Telah dijelaskan bahwa aksara Bali ternyata mendapat pengaruh cukup besar dari aksara di India, yang dalam sejarahnya aksara ini dibawa oleh orang India yang menganut agama Hindu ke Indonesia melalui jalur politik perluasan koloni, perdagangan, agama, dan kebudayaan yang dibawa. Dalam kebudayaan India terdapat aksara tertua yang telah berkembang lagi menjadi aksara Dewonegari dan Pallawa yang digunakan oleh umat Hindu India di wilayah yang berbeda. 

Dari kedua aksara tersebut, kemudian masuk ke wilayah Nusantara melalui kerajaan Sriwijaya dan dengan seiring berjalannya waktu, aksara ini berhasil memberikan pengaruh terhadap masyarakat sejalan dengan perkembangan agama Hindu dan Budha di Indonesia.

Seiring perkembangannya di wilayah Nusantara, kedua aksara ini bertransformasi menjadi bentuk baru yang disebut sebagai aksara Kawi yang kemudian akan berkembang lagi hingga menjadi aksara Bali dan aksara Jawa yang ada sampai saat ini.

Namun pada awalnya, tidak semua aksara Pallawa dan aksara Dewonegari digunakan masyarakat Bali karena penggunaan aksara ini disesuaikan dengan sejumlah kepentingan warga Bali. Dalam menuliskan bahasa Bali awalnya hanya menggunakan 18 aksara saja, tetapi karena mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dari India, maka penulisan aksaranya telah bertambah menjadi 47 buah.

Pembagian Aksara Bali

  • Berdasarkan Fungsi

Ditinjau dari fungsinya, aksara Bali dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni aksara biasa dan aksara suci. Aksara biasa digunakan dalam penulisan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari termasuk pula digunakan dalam menuliskan karya sastra yang dibagi lagi menjadi aksara Wreastra untuk menuliskan bahasa Bali secara umum, sedangkan Swalelita untuk menuliskan bahasa Sansekerta.

Aksara suci digunakan untuk menuliskan segala masalah yang berkaitan dengan keagamaan, seperti japa mantra, weda, dan rerajahan. Aksara suci ini dibagi lagi menjadi dua yaitu aksara Wijaksara yang akan digunakan untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan. Sementara aksara Modre merupakan aksara Bali yang digunakan untuk menulis hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu bersifat magis.

  • Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan kesamaan bentuknya, aksara Bali juga dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu  bentuk pangawak yang juga disebut sebagai aksara Bali bentuk dasar. Aksara Bali bentuk turunan berasal dari aksara pangawak yang telah diubah menjadi bentuk gempelan dan pangangge dan yang terakhir adalah aksara Bali bentuk lambang-lambang.

Jenis Aksara Bali

Dalam kehidupan sehari-hari aksara Bali digunakan untuk menuliskan bahasa Bali dan aksara Bali juga digunakan untuk menulis rerajahan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun kekuatan magis.

Berdasarkan fungsinya, aksara digolongkan menjadi dua yakni aksara Biasa dan aksara Suci, di dalam aksara Biasa dan Suci dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis aksara Bali tersebut.

  • Aksara Wreastra

Aksara Wreastra terdiri dari 18 buah aksara yakni ha, na, ca, ra,ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya, di mana dari seluruh aksara tersebut merupakan konsonan, sedangkan vokalnya akan diambil dari aksara wisarga yang ditambahkan dengan pangangge. Aksara suara tersebut yaitu ulu, pepet, taleng, tedong, suku, dan taleng tedong yang akan melengkapi penggunaan aksara Bali.

  • Aksara Swalelita

Aksara Swalelita memiliki jumlah sebanyak 47 buah aksara dengan rincian 14 buah aksara suara dan 33 buah konsonan aksara di mana aksara suara sama halnya dengan vokal yang terdiri dari A, a, I, i, U, u, E, Ai, O, Au, re, ro, le, dan le.

Aksara konsonan akan digolongkan lagi kedalam lima jenis berdasarkan warga aksaranya, yaitu Kantia, Talawia, Musdanya, Dantia, dan Ostia, sedangkan aksara swara menggunakan suku kata yang tidak mempunyai konsonan di awal dengan suku kata yang hanya terdiri vokal saja. Aksara swara terbagi menjadi 2 varian, yaitu aksara Hrěṣwa sebagai suara pendek serta aksara Dīrgha sebagai suara panjang.

  • Aksara Wijaksara

Aksara Wijaksara terdiri atas Ongkara, Rwa Bhineda, Triaksara, Pancaksara, Panca Brahma, Desaksara, Caturdasaksara, dan Sodasaksara di mana dari sejumlah nama aksara tersebut, terdapat gabungan antara aksara-aksara Wijaksara lainnya yakni Caturaksara, Soaksara, dan Ekadaksara.

  • Aksara Modre

Aksara Modre merupakan aksara Bali yang sangat sulit dibaca karena terdapat pengangge aksara dan aksara Modre juga dilambangkan dengan gambar-gambar tertentu yang membuatnya cukup sulit untuk dibaca. Aksara Modre ternyata terbagi lagi menjadi empat jenis yakni tipe utama, tipe aksara kotak, tipe lambang-lambang, dan tipe yang lain-lainnya.

Perbedaan Aksara Bali dan Aksara Jawa

Aksara Bali dan aksara Jawa dipengaruhi oleh aksara di India yang dibawa ke Indonesia yang ternyata keduanya memiliki perbedaan yang cukup terlihat.

Pada dasarnya, aksara Jawa terdiri dari 20 huruf, lalu perbedaan selanjutnya terletak ketika melafalkan “dha” dan “tha”, di mana dalam aksara Jawa pelafalan huruf tersebut menjadi “da” dan “ta”.

Sementara itu, aksara Bali terdiri dari 47 buah aksara dengan rincian 14 buah aksara suara dan 33 buah konsonan aksara yang digunakan secara berbeda, lalu untuk aksara Wianjana yang biasa digunakan dengan jumlah 18 buah aksara.

The post 4 Jenis Aksara Bali dan Sejarahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Aksara Asli Indonesia yang Wajib Kamu Tahu! https://haloedukasi.com/aksara-asli-indonesia Tue, 22 Feb 2022 01:42:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31512 Indonesia sempat mengalami masa di mana masyarakatnya belum mengenal tulisan. Namun hal masa ini berakhir pada abad ke 4. Sejak saat itu masyarakat Indonesia sudah bisa menulis meskipun belum menyeluruh.  Hal tersebut terbukti pada prasasti yupa yang merupakan peninggalan kerajaan Kutai. Hingga saat ini Indonesia menggunakan huruf alfabet yang terdiri dari 26 huruf. Namun ternyata […]

The post 5 Aksara Asli Indonesia yang Wajib Kamu Tahu! appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia sempat mengalami masa di mana masyarakatnya belum mengenal tulisan. Namun hal masa ini berakhir pada abad ke 4. Sejak saat itu masyarakat Indonesia sudah bisa menulis meskipun belum menyeluruh. 

Hal tersebut terbukti pada prasasti yupa yang merupakan peninggalan kerajaan Kutai. Hingga saat ini Indonesia menggunakan huruf alfabet yang terdiri dari 26 huruf. Namun ternyata kita memiliki huruf atau aksara sendiri lho. Keberadaan mereka sekarang sudah sangat jarang digunakan bahkan terancam punah. Berikut adalah aksara asli dari Indonesia yang perlu kamu ketahui. 

1. Aksara Pallawa

Aksara Pallawa atau dikenal sebagai aksara Pallava adalah aksara kuno yang sering digunakan pada masa awal kerajaan di Nusantara khususnya kerajaan bercorak Hindu-Budha. Aksara ini banyak terdapat pada prasasti-prasasti kuno seperti Prasasti Talang Tuwo, Prasasti Yupa dan lain sebagainya. 

Aksara ini diketahui berasal dari India Selatan tepatnya dari Dinasti Pallava dengan bahasanya yakni bahasa Sansekerta. Aksara ini bermula dari aksara Brahmi yang berkembang pada pertengahan milenium pertama sebelum Masehi. Selain bahasa Sansekerta, aksara ini yang erkembang menjadi aksara Tamil ini juga digunakan dalam bahasa Tamil, Sansekerta, Saurashtra, dan Jawa Kuno.

Aksara ini bisa sampai ke kawasan Asia Tenggara karena dibawa oleh para pendeta, biarawan, cendekiawan, dan pedagang. Di Indonesia, aksara ini kemudian berkembang menjadi aksara Sunda, Bali dan Kawi.Sedangkan di kawasan Asia Tenggara lainnya berkembang menjadi aksara Khmer, Lanna, Lao, Sen Alfabet Tai Lue Baru, dan Thai. 

Saat ini,  aksara Pallawa telah punah sejak abad ke 10. Masehi. 

2. Aksara Kawi

Aksara Kawi adalah sebutan untuk huruf jawa kuno yang digunakan pada abad ke 8 sampai abad 16 dan digunakan khusus di Pulau Jawa. Aksara ini menggunakan sistem abiguda yang artinya setiap hurufnya mewakili satu suku kata. Setiap huruf dari aksara kawi berakhiran /a/ namun dapat diubah-ubah sesuai dengan tanda baca yang digunakan. 

Asal-usul aksara ini yakni berasal dari aksara Pallava atau Pallawa. Aksara tersebut mengalami perubahan bentuk aksara menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini berlangsung pada abad ke 8 Masehi. Jumlah huruf pada aksara Kawi adalah 47 huruf dan dalam penulisannya tidak menggunakan spasi. 

Perbedaan aksara Pallawa dengan aksara Kawi adalah aksara Jawa Kuno terdapat huruf vokal e pepet dan vokal e pepet panjang sedangkan aksara Pallawa tidak memilikinya. Aksara Jawa kuno lebih banyak menggunakan viarama sedangkan aksara Pallawa penggunaannya hanya di akhir kalimat saja. 

Huruf Kawi berkembang dalam tiga tahap yakni  Aksara Kawi Awal yang digunakan pada tahun 750–925 M.  Contoh Aksara Kawi Awal terdapat pada  prasasti Dinoyo (Malang),  prasasti Sangkhara (Sragen) dan prasasti Plumpungan (Salatiga). Tahap kedua adalah Aksara Kawi Akhir yang digunakan pada tahun 925–1250 M seperti pada prasasti dari Kerajaan Medang dan Kerajaan Kediri. Tahap yang terakhir adalah Aksara Majapahit pada tahun  1250–1450 M yang dapat dilihat pada prasasti peninggalan kerajaan ini. 

3. Aksara Bali

Sesuai dengan namanya, aksara ini adalah huruf yang berkembang di Pulau Bali. Aksara yang disebut juga sebagai Hanacaraka ini digunakan oleh para sastrawan Bali pada pertengahan abad ke 15. Aksara Bali merupakan hasil pengembangan dari aksara Jawa Kuno atau Kawi. 

Pada awalnya, aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sansekerta, Bali dan Kawi namun berkembang hingga mencakup bahasa Sasak dan bahasa Melayu dengan sedikit perubahan. 

Jumlah aksara Bali berbeda-beda tergantung pada bahasa yang digunakan namun berkisar antara 18-33 huruf dasar. Seperti aksara sebelumnya, aksara Bali juga merupakan tulisan abugida atau alfasilabel. Biasanya orang Bali kuno menulis aksara ini di atas daun lontar.

Bentuk aksara Bali terdiri dari 2 bentuk yakni aksara dan diakritik:

Aksara 

Aksara adalah huruf dasar yang mewakili satu suku kata yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

  • Wyañjana yakni huruf konsonan yang terdiri dari 33 aksara dan memiliki vokal inheren /a/. Jenis ini digunakan untuk menulis bahasa Kawi dan bahasa Sansekerta. 
  • Aksara Swara adalah huruf vokal yang digunakan untuk menulis kata yang tidak memiliki konsonan di awal. Bentuk ini hanya terdiri dari 14 huruf saja. 
  • Modre adalah bentuk huruf yang disucikan dan digunakan dalam acara-acara atau ritual keagamaan, mantra dan hal-hal sakral lainnya. 

Diakritik

Diakritik atau disebut juga sebagai panganggĕ  yakni tanda baca yang melekat pada aksara yang aksara untuk mengubah vokal inheren aksara tersebut. Diakritik terdiri dari dua jenis yaitu:

  • Panganggĕ swara adalah diakritik yang digunakan untuk mengubah vokal. 
  • Panganggĕ tĕngĕnan adalah diakritik yang digunakan untuk menutup suatu aksara atau suku kata dengan konsonan. 
  • Panganggĕ ardhaswara diterapkan pada penulisan gugusan konsonan diftong yang ada dalam satu suku kata. 

4. Aksara Lontara

Aksara Lontara adalah aksara yang berkembang di Indonesia terutama di wilayah Sulawesi Selatan namun juga dapat ditemukan di Bima, Sumbawa timur dan Ende, Flores . Aksara ini diterapkan dalam penulisan bahasa Bugis dan Makassar sehingga kerap disebut juga sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru. Bahasa lain yang menggunakan bahasa Lontara adalah bahasa Mandar dan bahasa Toraja.

Sama seperti aksara Bali, induk dari aksara Lontara adalah aksara Jawa Kuno dan masih termasuk sebagai perkembangan aksara Pallawa. Aksara ini mulai digunakan sejak abad 16 dan bertahan hingga abad 20. Penggunanya adalah para sastrawan namun ada juga yang menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Selayaknya turunan aksara Pallawa Lainnya, aksara Lontara juga merupakan huruf abugida dengan 23 aksara dasar. Berbeda dengan aksara Bali yang ditulis di atas  daun lontar, aksara ini sudah ditulis di atas kertas. Aksara ini memiliki 5 tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama atau dikenal dengan istilah diakritik. Namun sebenarnya aksara Lontara tradisional tidak memiliki diakritik. 

5. Aksara Sunda Kuno 

Aksara Sunda Kuno  adalah aksara tradisional Indonesia lainnya yang jua berembang di Pulau Jawa khususnya untuk suku Sunda di Jawa Barat. Aksara ini masih merupakan perkembangan dari aksara Pallawa yang digunakan pada abad ke-14 sampai abad ke-18.

Kepunahan aksara ini terjadi ketika  Kerajaan Mataram Islam memperluas wilayahnya hingga ke Priangan.  Akibatnya kebudayaan Sunda tergantikan dengan budaya Jawa termasuk aksaranya.  

Serupa dengan aksara Bali, aksara Sunda Kuno juga dituliskan di atas daun lontar yang diukir dengan menggunakan pisau. Aksara ini digunakan dalam beberapa naskah kuno diantaranya adalah Bujangga Manik, Sewaka Darma, Carita Ratu Pakuan, dan Carita Parahyangan. 

Ada 4 jenis aksara Sunda diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Aksara Sunda Cacarakan yakni aksara Sunda yang digunakan di wilayah bekas karesidenan Parahyangan. 
  • Aksara Sunda Pegon adalah huruf yang digunakan untuk menulis dalam bahasa Madura, Sunda, dan Indonesia. Aksara ini berasal dari bahasa Arab yang dimodifikasi. 
  • Aksara Sunda Baku yakni aksara Sunda Kuno yang telah dimodifikasi sesuai dengan bahasa Sunda kontemporer. 

The post 5 Aksara Asli Indonesia yang Wajib Kamu Tahu! appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Perkembangan Aksara Mandarin https://haloedukasi.com/perkembangan-aksara-mandarin Thu, 07 Jan 2021 04:11:01 +0000 https://haloedukasi.com/?p=18676 Aksara Mandarin merupakan simbol bentuk yang tertulis. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh suku bangsa Han pada zaman dahulu hingga sekarang. Pada perkembangannya, aksara mandarin tidak dipengaruhi oleh aksara manapun dan pembentukannya berdiri sendiri. Pembentukan aksara Mandarin sendiri berasal dari bentuk gambar sebuah objek. Aksara Mandarin telah mengalami perubahan bentuk selama […]

The post 8 Perkembangan Aksara Mandarin appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Aksara Mandarin merupakan simbol bentuk yang tertulis. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh suku bangsa Han pada zaman dahulu hingga sekarang.

Pada perkembangannya, aksara mandarin tidak dipengaruhi oleh aksara manapun dan pembentukannya berdiri sendiri. Pembentukan aksara Mandarin sendiri berasal dari bentuk gambar sebuah objek.

Aksara Mandarin telah mengalami perubahan bentuk selama ribuan tahun sejak masa Dinasti Yin. Berikut uraian perubahan yang terjadi pada aksara Mandarin:

1. 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén)

Aksara ini merupakan aksara yang ditulis atau diukir pada tempurung kura-kura. 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén) yang berarti tulisan yang ditulis di atas tempurung kura-kura atau tulang hewan.

Seperti tulisan yang berbentuk gambar, aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén) dibuat dengan menggambar bentuk objek yang dimaksudkan.

Hingga saat ini aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén) masih banyak yang digunakan dan masih mempertahankan bentuk gambar sehingga di saat menuliskan aksaranya, penulis bisa menebak arti dari sebuah aksara tersebut.

Karakteristik aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén) ini sangat memudahkan pemahaman orang yang sedang mempelajari penulisan aksara Mandarin terhadap arti aksara Mandarin.

2. 金文 (Jīn wén)

Aksara 金文 (Jīn wén) merupakan peralihan atau perkembangan dari aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén).

Jika aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén) diukir di atas tempurung kura kura atau di tulang hewan maka berbeda dengan aksara 金文 (Jīn wén), aksara 金文 (Jīn wén) diukir, ditulis, atau di tuangkan pada perunggu atau alat yang berbahan logam perunggu atau kuningan sehingga dinamakan 金文 (Jīn wén).

Biasanya alat perunggu yang digunakan untuk menulis aksara 金文 (Jīn wén) ini adalah sebuah bejana atau lonceng. Aksara 金文 (Jīn wén) juga sering disebut sebagai aksara 铭文 (Míng wén) karena dalam menuangkan dari dalam cetakan perunggu melewati proses pematrian.

Aksara 金文 (Jīn wén) dari bentuk dan strukturnya hampir sama dengan aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén), karena seperti dijelaskan pada paragraf di atas bahwa, aksara 金文 (Jīn wén) merupakan peralihan dari aksara 甲骨文 (Jiǎ gǔ wén). Perbedaannya hanya terletak pada media penulisan aksaranya saja.

3. 大篆 (Dà zhuàn)

Aksara 大篆 (Dà zhuàn) merupakan aksara yang digunakan oleh negara Qin pada masa pemerintahan Chun Qiu.

Jika dijabarkan zhuàn berarti panjang dan menarik sehingga jika disimpulkan tulisan aksara 大篆 (Dà zhuàn) memiliki karakter penulisan yang ditulis dengan tarikan yang panjang dan bulat.

4. 小篆 (Xiǎo zhuàn)

Aksara 小篆 (Xiǎo zhuàn) merupakan bentuk penyederhanaan dari aksara 大篆 (Dà zhuàn). 小篆 (Xiǎo zhuàn) yang awalnya bernama 篆文 (zhuàn wén). Ditambahkan xiao pada awal kata yang berarti penyederhanaan sehingga menjadi 小篆 (Xiǎo zhuàn). Penyederhanaan aksara 大篆 (Dà zhuàn) menjadi 小篆 (Xiǎo zhuàn) dilakukan pada masa Dinasti Han.

5. 隶书 (Lì shū)

Aksara 隶书 (Lì shū) juga merupakan bentuk penyederhanaan aksara 大篆 (Dà zhuàn) yang terbentuk dari evolusi aksara negara Qin pada masa perang zaman Chun Qiu.

Aksara 隶书 (Lì shū) menyederhanakan aksara 大篆 (Dà zhuàn) dengan perubahan goresan dari bulat menjadi persegi, goresan busur atau melengkung menjadi lurus.

6. 草书 (Cǎo shū)

Aksara 草书 (Cǎo shū) mengalami evolusi dari aksara 隶书 (Lì shū). Aksara 草书 (Cǎo shū) adalah bentuk penyederhanaan dari aksara 隶书 (Lì shū) pada awal zaman Han.

Pada awal perubahannya, aksara yang berevolusi dari 隶书 (Lì shū) menjadi 草书 (Cǎo shū) disebut cao li. Seperti pada perubahan aksara sebelumnya, aksara 草书 (Cǎo shū) juga tidak dapat terlepas dari sistem aksara sebelumnya yaitu aksara 隶书 (Lì shū).

Aksara 草书 (Cǎo shū) merupakan aksara yang tidak rapi dalam penulisannya, karena arti dari cao sendiri yakni tidak rapi.

Bentuk dari aksara 草书 (Cǎo shū) sangat mudah tertukar. Akibatnya ketika dibaca akan terasa lebih sulit. Aksara 草书 (Cǎo shū) digunakan sebagai karya seni seperti kaligrafi china atau biasa disebut dengan shufa 书法 yakni seni menulis kaligrafi china.

7. 楷书 (Kǎi shū)

楷书 (Kǎi shū) biasa juga disebut dengan zheng kai adalah aksara yang biasa digunakan dalam penulisan aksara mandarin pada saat ini.

Sama seperti 草书 (Cǎo shū), 楷书 (Kǎi shū) juga merupakan aksara yang berevolusi dari aksara 隶书 (Lì shū).

8. 行书 (Xíng shū)

行书 (Xíng shū) adalah aksara yang merupakan gabungan dari aksara 草书 (Cǎo shū) dan 楷书 (Kǎi shū) shu.

The post 8 Perkembangan Aksara Mandarin appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>