aktivitas vulkanisme - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/aktivitas-vulkanisme Wed, 25 Jan 2023 02:50:40 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico aktivitas vulkanisme - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/aktivitas-vulkanisme 32 32 Siberian Traps (Perangkap Siberia): Proses dan Dampak https://haloedukasi.com/siberian-traps Wed, 25 Jan 2023 02:50:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41077 Terjadinya Siberian Trap ini telah diungkapkan oleh ilmuwan setelah mereka menemukan lonjakan jumlah nikel. Unsur yang terbentuk oleh magma vulkanik tersebut dalam bebatuan yang berasal dari periode yang dikenal sebagai Great Permian Extinction. Unsur tersebut sudah banyak ditemukan di negara-negara di seluruh dunia, termasuk China, Israel, dan Hungaria. Banyaknya sulfur dioksida dan karbon dioksida yang dilepaskan […]

The post Siberian Traps (Perangkap Siberia): Proses dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Terjadinya Siberian Trap ini telah diungkapkan oleh ilmuwan setelah mereka menemukan lonjakan jumlah nikel. Unsur yang terbentuk oleh magma vulkanik tersebut dalam bebatuan yang berasal dari periode yang dikenal sebagai Great Permian Extinction.

Unsur tersebut sudah banyak ditemukan di negara-negara di seluruh dunia, termasuk China, Israel, dan Hungaria. Banyaknya sulfur dioksida dan karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, menyebabkan kepunahan massal. Kala itu suhu Bumi sempat turun menjadi beberapa derajat, sebelum akhirnya menghangat hingga minus 10 derajat Celcius dan telah memicu terjadinya hujan asam.

Pada saat bersamaan, interaksi eksplosif antara magma dengan endapan batu bara yang lebih tua bisa mengeluarkan karbon dioksida dan metana dalam jumlah yang besar. Rekan penulis dan dosen di departemen Ilmu Lingkungan di Barnard College, Sedelia Rodriguez, juga telah menambahkan jika temuan baru itu memberikan sebuah bukti lebih lanjut jika letusan Siberian Trap menjadi katalisator peristiwa kepunahan massal terbesar yang pernah dialami oleh planet Bumi.

Proses Terjadinya Siberian Traps

Sekitar 252 juta tahun silam, planet Bumi telah mengalami sebuah perubahan yang sangat drastis dengan cara yang cukup mengerikan. Aktivitas gunung api besar yang pada waktu itu berlangsung di Siberia yang membungkus Bumi dalam selubung tebal abu hampir satu juta tahun lamanya.

Peristiwa tersebut telah membunuh sebagian besar kehidupan Bumi yang ada pada saat itu. Peristiwa ini, disebut dengan The Great Dying atau kematian besar yang menjadi kepunahan paling parah yang pernah dialami Bumi. Diperkirakan jika, 96 persen dari spesies laut musnah dan menyapu 70 persen semua vertebrata yang hidup di darat.

Aktivitas letusan gunung berapi yang sangat kuat tersebut menciptakan sebuah wilayah besar yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang kita kenal dengan Perangkap Siberia (Siberian trap) atau banjir basal. Wilayah tersebut pastinya terbentuk dari 1,5 juta kilometer kubik lava yang dimuntahkan oleh retakan vulkanik di kerak Bumi.

Wilayah ini terbentuk atas peristiwa letusan gunung vulkanik masif dahsyat yang terjadi 500 Juta tahun yang lalu dan peristiwa ini kembali terulang pada 250 juta tahun yang lalu. peristiwa inilah yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kepunahan massal Permian-Triassik.

Sumber batuan basalt dari Siberia Traps juga dikaitkan dengan adanya mantle plume dimana naik sampai berdampak pada bagian bawah kerak bumi, sehingga menyebabkan terjadinya letusan gunung berapi melalui Siberia Kraton. Hal ini telah memberikan gambaran ketika lempeng litosfer Bumi bergerak di atas mantel plume dan plume tersebut menghasilkan Siberian Traps pada periode Permian dan Triassik.

Kemudian akhirnya itulah yang menghasilkan aktivitas vulkanik di dasar Samudra Arktik pada periode Jurassic dan kapur serta menghasilkan aktivitas vulkanik di Islandia. Penyebab lainnya mungkin ialah adanya pembentukan kawah tanah wilkes di Antartika. Selain itu, penyebab dari adanya lempeng tektonik lainnya juga dapat diperkirakan telah turut mempengaruhinya.

Selain batuan basalt, batuan felsik dan mafik juga ditemukan yang diperkirakan akibat adanya erupsi yang terjadi secara bersamaan dengan menciptakan sebagian besar lapisan basaltik. Siberian Traps dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan komposisi kimia, stratigrafi, dan petrografi-nya yang dianggap sebagai penyebab peristiwa kepunahan massal Permian-Trias yang terjadi sekitar 250 juta tahun yang lalu. Namun, terdapat dugaan bahwa peristiwa kepunahan massal tersebut disebabkan oleh beberapa peristiwa yang lebih besar, seperti dampak asteroid. 

Dampak Letusan

Aktivitas vulkanik tersebut sudah membangkitkan Methanosarcina sebagai bakteri penghasil metana yang melepaskan gas metana hingga menutupi seluruh atmosfer bumi. Sejumlah besar metana yang dilepas ke atmosfer Bumi yang pada akhirnya telah mengubah siklus karbon Bumi berdasarkan pengamatan.

Contohnya seperti, peningkatan yang signifikan dari reservoir karbon anorganik di lingkungan laut. Selain itu, lahar yang keluar dari perut gunung api membuat banjir yang menutupi seluruh daratan Siberia yang seluas jutaan kilometer serta mengubah suhu temperatur di bumi. Sehingga, hal inilah yang menyebabkan kepunahan massal terparah yang pernah dialami oleh Bumi.

Aktivitas vulkanisme yang terjadi di Siberian Traps juga menghasilkan sejumlah besar magma yang keluar dari dalam kerak bumi. Kemudian, selama jutaan tahun magma ini akan mendingin dan mengeras meninggalkan jejak batuan vulkanik permanen.

Pada masa kini daratan tersebut ditutupi dengan batuan basalt seluas 7 juta kilometer persegi dengan volume 4 juta kilometer kubik. Daratan Norilsk dan Talnakh paling banyak mengandung unsur Nikel, Tembaga, dan Paladium yang dulunya daerah tersebut merupakan tempat dimana magma mengalir.

Peristiwa kepunahan ini disebut dengan The Great Dying, karena mempengaruhi semua kehidupan di Bumi. Dan diperkirakan jika peristiwa ini telah membunuh sekitar 95% dari semua spesies makhluk hidup pada masa itu. Beberapa peristiwa bencana tersebut selalu berdampak pada Bumi yang terus saja berulang di Bumi hingga enam juta tahun setelah kepunahan awal terjadi.  

Seiring berjalannya waktu, sebagian kecil makhluk hidup yang selamat dari kepunahan massal tersebut, populasinya akhirnya meningkat kembali. Dan mulai berkembang dengan tingkat trofik yang rendah hingga tingkat trofik yang lebih tinggi yang dapat tumbuh kembali.

Perhitungan suhu air laut dari pengukuran telah menunjukkan jika pada puncak kepunahan, Bumi sebenarnya telah mengalami pemanasan global yang sangat panas dan mematikan. Di mana suhu lautan global pada masa itu melebihi suhu 40 °C dan diperlukan waktu yang sangat lama, sekitar delapan hingga sembilan juta tahun agar ekosistem kembali pulih. 

The post Siberian Traps (Perangkap Siberia): Proses dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa Perbedaan Intrusi dan Ekstrusi Magma? https://haloedukasi.com/perbedaan-intrusi-dan-ekstrusi-magma Fri, 13 Jan 2023 02:24:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40703 Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung berapi aktif cukup banyak mulai dari Sabang sampai Merauke. Gunung-gunung berapi ini tidak terlepas dari aktivitas vulkanisme di dalam perut bumi. Aktivitas vulkanisme gunung ialah semua peristiwa yang berkaitan dengan naiknya magma dalam perut bumi menuju ke permukaan. Magma sendiri merupakan campuran bebatuan […]

The post Apa Perbedaan Intrusi dan Ekstrusi Magma? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung berapi aktif cukup banyak mulai dari Sabang sampai Merauke. Gunung-gunung berapi ini tidak terlepas dari aktivitas vulkanisme di dalam perut bumi.

Aktivitas vulkanisme gunung ialah semua peristiwa yang berkaitan dengan naiknya magma dalam perut bumi menuju ke permukaan. Magma sendiri merupakan campuran bebatuan dalam keadaan cair, liat dan sangat panas.

Dalam aktivitasnya, magma di dalam perut bumi tepatnya dalam dapur magma akan bergerak ke atas karena adanya tekanan gas. Semakin dalam keberadaan dapur magma di dalam perut bumi, maka gerakan magma yang berusaha keluar menjadi lebih kuat.

Magma yang mengalami tekanan oleh gas, akan menyusup ke dalam kulit bumi (litosfer) dan bergerak menuju ke permukaan. Nah, dalam pergerakan magma ini, para ahli membaginya menjadi dua jenis yakni intrusi magma dan ekstrusi magma. Ingin tahu lebih banyak mengenai intrusi dan ekstrusi magma? Simak penjelasan artikel ini sampai akhir ya!

Intrusi Magma

Intrusi magma adalah pergerakan magma pada lapisan kulit bumi (litosfer), dimana magma tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma juga dimaknai dengan aktivitas vulkanisme yang tidak sampai menimbulkan erupsi ke luar permukaan.

Hal ini terjadi karena adanya tekanan yang dimiliki magma sangatlah kecil, sehingga hanya mampu melewati celah-celah lapisan batuan kulit bumi dan berakhir membeku di dalam kulit bumi. Intrusi magma dibagi menjadi beberapa macam bentuk, di antaranya adalah:

  • Batolit

Batolit adalah batuan beku yang terbentuk karena adanya penurunan suhu yang sangat lambat di dalam dapur magma. Proses terbentuknya batolit ini masih belum diketahui secara pasti, akan tetap beberapa ahli berpendapat bahwa batolit terbentuk karena pengisian dari tempat kosong di dalam kerak bumi. Biasanya batolit ditemukan di dalam inti pegunungan.

  • Lakolit

Lakolit merupakan magma yang menyusup di antara lapisan-lapisan batuan yang memiliki tekanan magma yang kuat dan mengakibatkan lapisan batuan yang berada di atasnya terangkat sehingga terlihat seperti lensa cembung atau berbentuk kubah. Sementara itu permukaan yang ada di atasnya tetap datar (rata).

  • Sill

Bentuk intrusi selanjutnya adalah sill. Sill merupakan lapisan magma tipis yang berhasil menyusup di antara celah batuan yang ada di bawah permukaan bumi. Biasanya, sill berbentuk melebar secara pararel pada lapisan batuan, dan tidak sampai menembus ke lapisan batuan yang berada di atasnya. Hal ini dikarenakan, tekanan magma yang ada tidak terlalu tinggi yang kemudian mengakibatkan magma menyebar kemana-mana.

  • Diatrema

Berbeda dengan betnuk intrusi magma sebelumnya, diatrema berbentuk seperti pipa tabung memanjang yang berfungsi untuk menghubungkan dapur magma dengan permukaan bumi. Jadi, diatrema merupakan jalur yang dilewati magma dari dalam perut bumi menuju permukaan ketika erupsi terjadi.

  • Korok/Gang/Dike

Intrusi magma yang berhasil menerobos atau memotong lapisan-lapisan litosfer yang berbentuk lempeng atau pipih disebut dengan intrusi korok, gang atau juga bisa disebut intrusi dike. Bentuk intrusi ini sekilas mirip dengan sill, namun terdapat perbedaan pada keduanya.

Jika sill merupakan batuan beku yang terdapat di anatar 2 kapisan batuan, maka intrusi korok/gang/dike ini terbentuk dari magma yang pipih dengan posisinya memotong antar lapisan batuan yang menyusun permukaan bumi.

  • Apolisa

Apolisa adalah bentuk intrusi magma terakhir. Apolisa atau juga disebut Apophysis adalah sebutan dari cabang intrusi korok. Hal ini dikarenakan ukurannya yang kecil, sehingga sering disebut dengan urat-urat magma.

Apabila gunung berapi aktif mengalami intrusi magma, maka kamu tidak perlu khawatir karena magma tidak akan sampai ke permukaan bumi sehingga tidak akan membahayakan penduduk setempat. Selain intrusi magma, dalam artikel ini juga akan membahas tentang jenis pergerakan magma yang lainnya yaitu ekstrusi magma. Bagaimana penjelasan dari ekstrusi magma?

Ekstrusi Magma

Berbanding terbalik dengan intrusi magma, ekstrusi magma adalah pergerakan magma yang berhasil sampai ke permukaan bumi. Ekstrusi ini lebih dikenal dengan istilah erupsi. Ketika erupsi terjadi, maka terjadilah letusan gunung berapi.

Ada dua sifat erupsi yang muncul saat terjadi letusan gunung berapi yakni erupsi leleran (efusif) dan ledakan (eksplosif). Jika erupsi bersifat efusif, maka hanya akan menghasilkan leleran lava di permukaan bumi. Namun, apabila erupsi yang terjadi bersifat eksplosif, maka butiran magma akan ikut keluar dan berubah menjadi padat (eflata/piroklastika).

Sama halnya dengan intrusi magma, ekstrusi magma juga terbagi ke dalam beberapa bentuk. Berikut macam-macam bentuk ekstrusi magma:

  • Lava

Lava adalah magma yang keluar dari perut bumi dan mengalir di permukaan. Apabila kamu melihat magma saat terjadi erupsi gunung berapi, magma yang mengalir itu tidak lagi disebut magma melainkan lava.

  • Lahar

Ekstrusi magma selanjutnya adalah lahar. Lahar merupakan lava yang mengalir bercampur air atau material lain di permukaan bumi. Apabila lava bercampur dengan material padat, disebut dengan lahar panas. Sedangkan lava yang bercampur dengan air hujan, sungai, atau air di sekitaran gunung disebut dengan lahar dingin. Kedua jenis lahar ini sama-sama membahayakan.

  • Eflata

Eflata merupakan material padat yang terbentuk ketika magma membeku di permukaan bumi. Material ini bisa berupa bom (bongkahan batu besar), lapili (kerikil kecil) hingga tuff (abu vulkanik).

  • Ekshalasi

Bentuk ekstrusi magma yang terakhir adalah ekshalasi. Ekshalasi ini adalah material gas yang berasal dari letusan gunung api. Ekshalasi ini bisa berupa mofet, fumarol, solfatar dan awan panas. Semua material letusan gunung ini dapat membahayakan siapa saja yang berada di sekitar gung erupsi.

Karena ekstrusi magma menyebabkan erupsi, jelas kondisi ini sangat membahayakan dan harus menetapkan status gunung menjadi level III (siaga) hingga level IV (awas). Hal ini dikarenakan semua material yang keluar akan bergerak ke bawah dan membahayakan warga.

Nah, inilah penjelasan mengenai intrusi dan ekstrusi magma. Semoga artikel ini dapat memberimu wawasan lebih terkait aktivitas vulkanisme gunung berapi. Semoga bermanfaat.

The post Apa Perbedaan Intrusi dan Ekstrusi Magma? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>