Australopithecus - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/australopithecus Mon, 21 Feb 2022 05:12:20 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Australopithecus - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/australopithecus 32 32 Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya https://haloedukasi.com/australopithecus-africanus Mon, 21 Feb 2022 05:12:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31498 Manusia Purba atau kerabat dekat dari manusia yang hidup pada ratusan ribu bahkan jutaan tahun lalu dibagi ke dalam beberapa genus. Salah satunya adalah Australopithecus yang umum ditemukan di benua Afrika. Manusia yang dianggap sebagai nenek moyang dari genus homo ini terdiri dari berbagai macam spesies seperti A. afarensis, A. africanus A. anamensis, A. bahrelghazali […]

The post Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Manusia Purba atau kerabat dekat dari manusia yang hidup pada ratusan ribu bahkan jutaan tahun lalu dibagi ke dalam beberapa genus. Salah satunya adalah Australopithecus yang umum ditemukan di benua Afrika. Manusia yang dianggap sebagai nenek moyang dari genus homo ini terdiri dari berbagai macam spesies seperti A. afarensis, A. africanus A. anamensis, A. bahrelghazali dan A. garhi. 

Pembahasan kali ini akan berfokus pada Australopithecus africanus mulai dari deskripsi, sejarahnya dan seperti bentuk kebudayaan mereka. 

Apa itu Australopithecus africanus?

Australopithecus africanus adalah manusia purba yang hidup pada Pliosen yakni 2-3 juta tahun yang lalu. Jika dibandingkan dengan spesies Australopithecus afarensis, Australopithecus africanus memiliki ciri-ciri yang lebih dekat dengan manusia modern atau homo sapiens. 

Spesies ini adalah spesies kerabat dekat manusia yang pertama kali ditemukan meskipun pada awalnya tidak dianggap sebagai nenek moyang dan tidak dimasukkan ke dalam silsilah keluarga manusia. Alasannya adalah karena ukuran otak mereka sangat kecil. Namun setelah ditemukan spesimen yang lebih dan hasil identifikasi menunjukkan mereka memiliki ciri-ciri antara kera dan manusia.

Sejarah Penemuan Australopithecus africanus

Fosil dari A. africanus ditemukan pertama kali pada tahun 1924 yaitu di ambang batu kapur di Taung di Afrika Selatan. Orang yang berjasa dalam penemuan spesimen ini adalah seorang Profesor Anatomi  yang bernama Raymond Dart. Ia menemukan seorang tengkorak milik anak kecil sehingga dijuluki sebagai “The Taung Child”. 

Meski nama dan klasifikasi sudah diberikan pada tahun berikutnya, namun sebagian para ahli belum menerima A. africanus sebagai nenek moyang manusia. Pada tahun 1940 an, Robert Broom dan John Robinson menemukan sejumlah fosil lainnya di di Sterkfontein, Afrika Selatan. Sebelum menemukannya , Broom telah mempelajari fosil yang sudah lebih dulu ditemukan. Spesimen tersebut ia dapatkan dari  G.W. Barlow pada 9 Agustus 1936. 

Pada tahun 1938. Broom mengklasifikasi nya sebagai bagian dari genus Plesianthropus transvaalensis. Namun berkat penemuannya yang lebih lengkap pada tahun 1946, fosil ini dipindahkan ke dalam klasifikasi Australopithecus africanus. Pemindahan klasifikasi tersebut dilakukan berdasarkan hasil penelitian dari paleoantropolog Gerrit Willem Hendrik Schepers. 

Pada tahun-tahun berikutnya ditemukan lebih spesimen-spesimen fosil manusia purba ini. Pada kurun waktu antara 1947 hingga 1962 telah ditemukan 40 spesimen yang semuanya menunjukkan ciri-ciri dari A. Africanus. 

Penemuan terbaru dari fosil ini terjadi pada tahun 2010 pada saat proses penggalian berlangsung. Fosil-fosil tersebut pada awalnya dianggap sebagai A. Sediba namun baru-baru ini dinyatakan sebagai. A. africanus. 

Nama Australopithecus africanus sendiri memiliki arti “southern ape of Africa” atau  “kera selatan Afrika.” 

Ciri Australopithecus africanus

Berdasarkan pengamatan para ahli mendeskripsikan Australopithecus africanus dengan ciri-ciri sebagai berikut ini. 

  • Ukuran dan Bentuk Tubuh

Ukuran A. africanus perempuan dan laki-laki memiliki sedikit perbedaan dimana perempuan memiliki tinggi 110 cm sedangkan laki-laki 135 cm. Sementara itu untuk kisaran berat dari manusia ini menemui sedikit perbedaan pendapat dari para ahli. antropolog Amerika Henry McHenry memperkirakan berat rata-rata A. africanus adalah 52,8 kg untuk laki-laki dan 36,8 kg bagi perempuan. 

Sedangkan menurut antropolog Amerika William L. Jungers mengatakan berat badan rata-rata 30,7 kg baik laki-laki maupun perempuan. 

  • Otak

Volume otak A. africanus tergolong kecil yakni hanya berkisar antara 424 cc–508 cc. A. africanus memiliki korteks serebral yang membesar di daerah frontal dan parietal. celah di kedua sisi lobus oksipital lebih mirip kera atau manusia daripada spesies makhluk lainnya. 

  • Tengkorak

Berdasarkan pada spesimen yang telah ditemukan, manusia A. africanus memiliki rahang prognati atau menjorok keluar, wajah agak cekung, pipi mengembang, alis yang menonjol dengan jelas, rongga mata melebar, punggung alis yang lebih kecil dan area dahi yang sedikit melengkung. Sementara itu sumsum tulang belakang muncul dari bagian tengah pangkal tengkorak bukan dari belakang. 

  • Rahang dan Gigi 

Bentuk rahang dan gigi dari A. africanus mirip dengan A. afarensis yakni gigi taring dan gigi seri berukuran kecil dan pendek. Ukuran gigi molarnya cukup besar sedangkan gigi premolarnya yag berdekatan dengan gigi taring tergolong jarang. 

  • Anggota Badan

Tulang tangan A. africanus di deskripsikan memiliki jari-jari yang melengkung baik jari kaki maupun jari tangan. Sementara itu bagian lengan relatif panjang dan bahu dalam posisi mengangkat bahu. Ukurannya relatif panjang namun tidak lebih panjang dari kaki. Panjang lengannya yakni 53,4 cm sementara itu panjang kakinya 61,5 cm

Jari jempol dan pergelangan tangan menunjukkan fungsi yang mirip seperti manusia dengan pegangan yang presisi dan kuat. Otot pada tulang kaki menunjukkan mereka dapat berjalan layaknya manusia namun beberapa aspek tibia lebih mirip kera. Bagian lainnya yang mirip dengan milik manusia adalah tulang trabekular pada sendi panggul. 

Kehidupan Australopithecus africanus

Seperti pada jenis manusia lainnya Australopithecus africanus juga memiliki bentuk kehidupan dan kebudayaannya sendiri. Berikut ini adalah kehidupan yang dimiliki oleh A. africanus. 

  • Kebudayaan 

Australopithecus africanus adalah spesies dari genus kerabat dekat manusia yang paling degan kehidupan yang belum begitu kompleks termasuk pada bidang kebudayaannya. Alat dan perkakas yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mengenal bagaimana cara memodifikasi batu-batuan untuk memudahkan aktivitas mereka. 

Alat yang digunakan pun adalah tongkat kayu dan batu yang masih utuh. Namun sang penemu yakni Raymond Dart berpendapat bahwa mereka adalah seorang pemburu. Hal ini berdasarkan pada spesimen tulang binatang yang patah. Kemungkinan, tulang tersebut dijadikan sebagai alat atau senjata dalam berburu. Senjata lainnya selain tulang adalah gigi dan tandung. 

  • Tempat Tinggal

Para ahli menyimpulkan A. africanus hidup di daratan Afrika Selatan dengan berbagai macam habitat. Mereka tersebar di wilayah hutan hujan,  padang rumput sabana, semak, hutan terbuka, dan beberapa di garis pantai Afrika Selatan. 

Pada umumnya spesies dari genus Australopithecus lebih menyukai tempat yang dingin dibandingkan manusia dari genus homo. Hal itu berdasarkan pada penemuan fosil ini semanya ditemukan pada ketinggian tidak kurang dari 1.000 m diatas permukaan laut. Menurut hipotesis dari Charles Kimberlin Brain yang dikemukakan pada tahun 1983, manusia A. africanus pada umumnya tinggal di gua. 

  • Pola Makan 

Berdasarkan pada Robinson tahun 1954 A. africanus adalah omnivora generalis. Makanan utama mereka adalah buah-buahan, dedaunan, rumput, biji, rimpang namun terkadang diselingi dengan daging dagingan.  

Pendapat Raymond Dart tentang A. africanus berburu sendiri masih diperdebatkan pasalnya beberapa ahli mengatakan daging tersebut bisa saja didapatkan dari sisa-sisa buruang binatang buas lainnya. Mereka juga memakan invertebrata kecil seperti belalang dan rayap.  

  • Perilaku 

Dari tulang kaki menunjukkan bahwa mereka adalah makhluk yang terbiasa bergerak dengan menggunakan kedua kaki mereka atau disebut dengan makhluk bipedal. Tidak seperti spesies Australopithecus lainnya yang pandai memanjat pohon, pergelangan kaki A. africanus tidak mahir memanjat. 

Cara berjalan mereka dideskripsikan bukan dengan cara mendorong jempol kaki melainkan menggunakan sisi kaki.  

Hubungan Australopithecus africanus dengan Spesies Lain 

Australopithecus africanus pernah dianggap sebagai nenek moyang langsung dari manusia modern atau homo sapiens. Namun setelah melakukan berbagai penelitian pernyataan ini ternyata salah. Para ahli mengklasifikasikannya ke dalam cabang pohon pohon keluarga evolusioner manusia. 

Fosil yang ditemukan di Malapa, Afrika Selatan, pada tahun 2008 diumumkan sebagai spesies baru Australopithecus sediba pada tahun 2010. Akan tetapi sebagian besar ahli paleontologi mengklasifikasikan fosil tersebut sebagai kronospesies atau spesies yang berubah secara fisik dari A. africanus Perubahan fisik tersebut diprediksi terjadi dalam kurun waktu 500 ribu tahun 

The post Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Australopithecus afarensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan https://haloedukasi.com/australopithecus-afarensis Wed, 16 Feb 2022 03:09:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31359 Jika mengacu pada ilmu pengetahuan sains maka sejatinya manusia modern saat ini adalah hasil evolusi dari manusia purba pada zaman prasejarah. Salah satu spesies manusia purba yang pernah ditemukan di dunia adalah Australopithecus Afarensis yang akan menjadi topik dalam pembahasan berikut.  Apa itu Australopithecus Afarensis? Australopithecus Afarensis adalah spesies manusia purba yang ditemukan di Afrika […]

The post Australopithecus afarensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Australopithecus Afarensis

Jika mengacu pada ilmu pengetahuan sains maka sejatinya manusia modern saat ini adalah hasil evolusi dari manusia purba pada zaman prasejarah. Salah satu spesies manusia purba yang pernah ditemukan di dunia adalah Australopithecus Afarensis yang akan menjadi topik dalam pembahasan berikut. 

Apa itu Australopithecus Afarensis?

Australopithecus Afarensis adalah spesies manusia purba yang ditemukan di Afrika tepatnya di Ethiopia dan Tanzania. Kelompok primata yang kerap dianggap sebagai nenek moyang manusia ini diperkirakan hidup pada 4,4 juta hingga 1,4 juta tahun yang lalu. 

Dari sekian banyaknya penemuan fosil di berbagai belahan Bumi, kerangka dari Australopithecus Afarensis adalah yang paling baik dan cukup lengkap. Ini lah yang menjadikannya sebagai fosil manusia purba paling terkenal dengan sebutan “Lucy, the mother of Africa” atau “Lucy, ibu darI Afrika. 

Sejarah Penemuan Australopithecus Afarensis

Penemuan kerangka fosil dari Australopithecus Afarensis tidak lepas dari peranan Donald Carl Johanson yang merupakan seorang ahli paleontologi asal Amerika Serikat. Ia bersama dengan timnya berhasil menemukan kerangka manusia purba ini pada tahun 1970 di Hadar, Ethiopia. Fosil pertama yang ditemukan adalah tulang skeleton dari seorang wanita. 

Tiga tahun berikutnya penemuan di Hadar kembali terjadi yaitu berupa tulang lutut. Penemuan ini lah yang menguatkan dugaan bahwa nenek moyang manusia berjalan dengan kedua kakinya. Setelah dua kali penemuan di tempat yang sama, Johansson kembali melakukan pencarian di wilayah ini dan berhasil menemukan ratusan fosil dari manusia purba Australopithecus afarensis

Penemuan kembali terjadi pada tahun 1974 di Laetoli, Tanzania. Kali ini ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh arkeolog dari Inggris yang bernama Mary Leakey. Leakey menemukan fosil rahang bawah yang semakin melengkapi temuan sebelumnya. Setahun berikutnya di Hadar kembali mengejutkan dunia dengan ditemukannya 9 kerangka dewasa dan 4 kerangka anak-anak. Fosil ini kemudian dijuluki sebagai “Keluarga Pertama”. 

Dari tulang-tulang yang berhasil ditemukan dan kemudian diteliti, hasilnya tidak menunjukkan kecocokan antara fosil ini dengan fosil spesies yang lebih dahulu ditemukan. Pada tahun 1978 , fosil ini resmi diberi nama Australopithecus afarensis yang diambil dari kata “Australopithecus” yang artinya “Kera Selatan” dan “afarensis” adalah nama dari lokasi ditemukannya fosil ini yakni di wilayah depresi Afar, Ethiopia, Afrika. 

Penemuan-penemuan fosil Australopithecus afarensis masih berlanjut yakni pada tahun 2000 dan 2005. Pada tahun 2000 di Dikika ditemukan sebua tulang skeleton milik balita sekitar tiga tahun. Fosil yang dijuluki “baby’s Lucty” ini diperkirakan hidup pada 3,3 juta tahun yang lalu. Sedangkan temuan pada tahun 2005 dan 2009 di tempat yang sama ditemukan tulang lengan, tulang belikat, tulang rusuk, tulang leher, panggul, tulang kaki milik  pria dewasa yang diberi nama “Lucy’s big brother” 

Siapa itu Lucy?

Australopithecus Afarensis

Sejak awal pembahasan kalian pasti menyadari nama yang selalu disebutkan yaitu “Lucy”. Lalu siapa itu Lucy sebenarnya? Lucy adalah nama yang diberikan kepada fosil homonim yang paling lengkap. Kelengkapannya mencapai angka 40 persen yakni 47 buah dari total 207 tulang. Tulang-tulang tersebut meskipun berbentuk pecahan-pecahan namun berdasarkan penelitian para ahli mereka berasal dari individu yang sama. 

Tulang belulang ini diketahui milik seorang perempuan berdasarkan bentuk tulang panggul nya. Lucy digambarkan sebagai wanita dengan tinggi 105 cm dengan berat tubuh 28 kg yang hidup pada 3,8 juta tahun lalu. Para ahli menyimpulkan Lucy adalah seorang wanita dewasa berdasarkan kerangka gigi bungsu dan beberapa bagian tulangnya telah menyatu yang artinya dia bukan lagi seorang anak-anak.

Para peneliti pun mencoba mencari tahu bagaimana Lucy meninggal dengan menggunakan CT scan. Hasilnya menunjukkan Lucy mengalami cedera yang cukup parah. Dari hasil ini ditarik kesimpulan kemungkinan Lucy meninggal adalah akibat jatuh dari ketinggian seperti pohon atau mungkin jurang. Namun kesimpulan tersebut dibantah oleh sang penemu pertama yaitu Donald Johanson yang berpendapat bahwa cedera tersebut bisa saja didapatkan dari binatang-binatang yang menginjak Lucy setelah kematiannya.  

Alasan pemberian nama Lucy pada kerangka fosil ini sangatlah sederhana yakni terinspirasi dari lagu dari grup musik The Beatles yang berjudul “Lucy in the Sky with Diamonds’‘. Lagu ini adalah lagu yang mengiringi tim arkeolog selama pencarian fosil. 

Ciri Fisik Australopithecus afarensis

Setelah dilakukan berbagai pengamatan pada fosil yang telah ditemukan, Australopithecus afarensis memiliki ciri fisik seperti berikut ini. 

  • Ukuran dan Bentuk Tubuh

Ukuran tubuh antara Au. afarensis wanita dan laki-laki cukup jauh perbedaannya yakni 105 meter pada wanita dan 150 meter pada laki-laki. Berat tubuh Au. afarensis yang paling kecil adalah 25 kg dan yang paling besar adalah 60 kg.Manusia ini juga digambarkan memiliki bulu atau rambut yang cukup lebat di sekujur tubuhnya.  

  • Tengkorak

Pada bagian tengkorak lebih tepatnya pada ruang tengkorak sedikit seperti kubah. Bentuk tersebut mengindikasikan bahwa mereka adalah spesies pengunyah yang baik. Sementara itu struktur wajah menonjolkan tulang pipi yang menonjol keluar terutama pada wanita. 

Dahi Au. afarensis cenderung miring dan sedikit menonjol seperti bagian alisnya. ada bagian tulang hyoid berukuran kecil dan saluran telinganya berbentuk setengah lingkaran serupa dengan spesies Au. africanus. 

Otak Au. Afarensis diketahui memiliki volume yang cukup besar yaitu 430 cc dan menunjukkan adanya pembesaran di bagian korteks serebral. 

  • Tulang

Tulang Au. Aferesis pada bagian rusuk berbentuk kerucut an soket tulang belikat menghadap ke atas mirip seperti milik kera modern. Namun bentuk tulang belakang, panggul, dan lutut lebih mirip manusia. 

Tulang paha berukuran pendek dan relatif miring ke tulang lutut dan tulang tumit melebar. Tulang lengannya tergolong panjang dan kuat. Bentuk tulang jari memanjang dan melengkung serta posisi jempol sejajar dengan jari-jari lainnya. 

  • Rahang dan Gigi

Bentuk rahang dari A. afarensis cenderung panjang dan sempit. Gigi bagian bawah yang tersusun  pada rahang bawah lebih lebar daripada gigi depan. Sedangkan pada rahang atas terdapat gigi geraham dan gigi lainnya yang tersusun ke bagian belakan dalam. 

A.afarensis memiliki gigi seri yang cukup lebar terutama bagian depan dan taring yang lebih panjang dan runcing dari gigi lainnya.

Kehidupan Australopithecus afarensis

Dengan segala kecanggihan dan ilmu pengetahuan yang sudah maju, kita bisa memperkirakan kehidupan dari jutaan tahun lalu melalui fosil maupun artefak yang ditemukan. Berdasarkan kerangka yang telah diamati, Australopithecus afarensis memiliki gaya kehidupan seperti berikut. 

  • Kebudayaan 

Setiap genus pada umumnya memiliki kebudayaannya sendiri yang diterapkan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Pada Australopithecus afarensis tidak ditemukan adanya bentuk kebudayaan yang kompleks atau masih sangat sederhana. Diperkirakan mereka menggunakan alat dari kayu atau bebatuan yang belum dimodifikasi menjadi bentuk lainnya.  

Artefak yang diduga merupakan alat-alat yang digunakan oleh Au. aferesis ditemukan di Kenya. Alat tersebut berupa batuan-batuan yang terbuat dari batu vulkanik dan juga potongan tulang.

  • Pola Kehidupan 

Para arkeolog berhasil menemukan sekumpulan fosil yang terdiri dari beberapa kerangka manusia dewasa dan anak-anak baik berjenis kelamin pria ataupun wanita. Dari penemuan ini ditarik kesimpulan bahwa Au. aferesis hidup berkelompok meski dalam skala tidak begitu besar. Hipotesis ini diperkuat dengan adanya fosil jejak kaki yang menunjukkan miliki individu dewasa di depan dan individu yang lebih kecil di belakangnya. 

  • Tempat Tinggal 

Fosil manusia Australopithecus afarensis ditemukan di Ethiopia dan Tanzania yang berjarak 1.500 km. Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa manusia purba ini hidup menyebar di berbagai tempat seperti di dekat danau, hutan yang jarang maupun lebat, dan juga di sabana.

  • Pola Makan 

Berdasarkan struktur giginya, Au. aferesis diperkirakan mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan, buah, kacang-kacangan, biji-bijian dan bahan makanan yang keras lainya. Pada penelitiannya salah satu kerangka memiliki luka pada bagian rongga mulut yang diduga didapatkan ketika mencoba memakan daging. 

  • Perilaku 

Kerangka-kerangka Au. afarensis mengindikasikan bahwa individu ini berjalan dengan tegak dan menggunakan dua kaki atau dikenal dengan istilah bipedal. Langkah yang dibuat mereka pun cukup teratur seperti manusia modern. 

Fitur bahu dan lengannya menunjukkan kemampuan mereka dalam memanjat dan bergelantungan. Kemungkinan, kemampuannya tersebut digunakan untuk mencari makan di kanopi pohon  dan memanjat  untuk menghindari hewan buas ataupun untuk tidur.  

Hubungan Australopithecus afarensis dengan Spesies Lain

Ada beberapa teori yang mengatakan tentang hubungan antara Au. afarensis dengan manusia purba lainnya. Beberapa berpendapat mereka adalah nenek moyang dari Australopithecus anamensi. Pendapat lainnya mengatakan mereka adalah nenek moyang dari spesies Paranthropus, Australopithecus, dan spesies Homo berikutnya. 

The post Australopithecus afarensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika https://haloedukasi.com/spesies-australopithecus Tue, 08 Feb 2022 02:25:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31133 Jika dilihat secara Sains maka manusia melakukan evolusi yang dimulai sejak zaman purbakala. Berbagai fosil manusia purba pun telah banyak ditemukan di berbagai penjuru bumi. Fosil tersebut kemudian  dan teliti untuk diketahui kehidupan, kebudayaan serta agar dapat diklasifikasikan.  Salah satu klasifikasi manusia purba yang ada di dunia adalah Australopithecus yang ditemukan hidup di Benua Afrika […]

The post 8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jika dilihat secara Sains maka manusia melakukan evolusi yang dimulai sejak zaman purbakala. Berbagai fosil manusia purba pun telah banyak ditemukan di berbagai penjuru bumi. Fosil tersebut kemudian  dan teliti untuk diketahui kehidupan, kebudayaan serta agar dapat diklasifikasikan. 

Salah satu klasifikasi manusia purba yang ada di dunia adalah Australopithecus yang ditemukan hidup di Benua Afrika sekitar 3 juta tahun yang lalu. Manusia purba ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa jenis atau spesies seperti yang akan diulas dalam pembahasan berikut ini. 

1. Australopithecus Anamensis

spesies Australopithecus

Australopithecus Anamensis adalah jenis manusia purba Australopithecus yang ditemukan oleh Bryan Patterson yakni seorang paleontolog keturunan Amerika Serikat. Beliau menemukan fosil manusia purba ini di Kanapoi, lebih tepatnya di Danau Turkana, Kenya pada tahun 1965. Bersama dengan timnya yang berasal dari penelitian Universitas Harvard, Patterson menemukan fosil berupa satu lega tangan.

Setelah digali lebih lanjut oleh ahli paleoantropologi Meave Leakey ternyata mereka menemukan lebih banyak fosil yakni berupa gigi dan pecahan tulang lainnya. 

Fosil tersebut kemudian disimpulkan berasal dari manusia purba yang hidup sekitar 4,2 sampai 3,8 juta tahun yang lalu. Kesimpulan lainnya adalah manusia ini sudah tidak lagi menggunakan tangan untuk berjalan namun menggunakan kedua kakinya meskipun belum mampu tegak. Meski tidak tegak namun Australopithecus berjalan dengan teratur. 

Jenis manusia ini sudah mengandalkan tumbuhan, kacang-kacangan dan buah-buahan untuk bertahan hidup. Ciri-ciri lainnya dari manusia purba ini adalah dapat memanjat, memiliki struktur wajah menonjol dan mempunyai lengan yang panjang. 

2. Australopithecus Afarensis

spesies Australopithecus

Australopithecus Afarensis adalah jenis Australopithecus yang paling populer bahkan disebut sebagai ibu dari Afrika. Spesies ini ditemukan pada tahun 1974 oleh seorang ahli paleoantropologi Amerika yang bernama Donald Carl Johanson. Fosil pertamanya ditemukan di Hadar, Ethiopia. Sedangkan penemuan berikutnya terjadi 4 tahun kemudian yakni di Hadar, Ethiopia, dan Laetoli, Tanzania. 

Fosil-fosil yang ditemukan cukup lengkap sehingga dapat disatukan dan kemudian terkenal dengan nama Lucy. Nama tersebut diberikan karena fosil kerangka menunjukan seorang perempuan. 

Diperkirakan Australopithecus Afarensis hidup 2,9 juta–3,8 juta tahun silam di wilayah Ethiopia, Kenya, Tanzania. Ciri-ciri yang dimiliki adalah tinggi maksimal 151 cm, berat sekitar 30 kg–42 kg, volume otak antara 300 sampai 550 cc dan mengandalkan buah-buahan serta tanaman untuk dikonsumsi.  

3. Australopithecus Africanus

spesies Australopithecus

Australopithecus Africanus adalah spesies dari Australopithecus yang ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924. Dart menemukan fosil manusia purba ini di lokasi penambangan yakni Tambang Taung. Para ahli  telah mengumpulkan fosil selama 80 tahun dan berhasil mengoleksi 200 individu. Fosil pertama yang ditemukan adalah berupa tengkorak dari seorang anak-anak.

setelah dilakukan penelitian di Australia para ahli menyimpulkan manusia purba ini tinggal di Afrika Selatan pada 2,5 juta tahun yang lalu. Karakteristik yang dimiliki oleh Australopithecus Africanus antara lain ukuran volume otak sekitar 424-508 cc, bagian korteks serebral membesar di daerah frontal dan parietal, tinggi kisaran antara 115-138 cm dan berjalan dengan menggunakan kedua kakinya. 

Sedangkan ciri yang menonjol dari manusia purba jenis ini adalah adanya perluasan  gigi pipi dan peningkatan ukuran rahang. 

4. Australopithecus Sediba

spesies Australopithecus

Spesies manusia purba di Afrika selanjutnya adalah Australopithecus sediba yang fosilnya ditemukan pertama kali pada 2008 oleh Matthew Berger pada saat usianya masih 9 tahun. Ia menemukan sebuah fosil yakni berupa klavikula kanan di  Gua Malapa, Cradle of Humankind, Afrika Selatan bersama dengan ayahnya yaitu Lee Berger yang merupakan seorang paleoantropolog. 

Selain Klavikula kanan, fosil lainnya juga ditemukan di luar gua yakni fosil tulang rahang dan tulang selangka. Setelah dilakukan penelitian terungkap bahwa fosil ini berasal dari 2 juta tahun lalu yang hidup di Afrika Selatan. 

Karakteristik fisik dari Australopithecus sediba adalah tinggi sekitar 130 cm serta memiliki struktur wajah dan gigi yang hampir sama dengan manusia modern. Jari-jari tangannya lebih pendek dari ibu jari yang menandakan bahwa spesies mereka sudah mengenal peralatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

5. Australopithecus Bahrelghazali

spesies Australopithecus

Australopithecus Bahrelghazali adalah spesies manusia purba yang kerangkanya berhasil ditemukan pada tahun 1995 oleh tim Franco-Chad yang dipimpin oleh ahli paleontologi Michel Brunet. Mereka menemukan fosil ini di lembah Bahr el Ghazal dekat Koro Toro, Chad. Fosil yang pertama kali ditemukan pada saat itu berupa sisa rahang dan gigi sera merupakan penemuan satu-satunya dari Afrika Tengah. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia ini hidup 3.6 juta tahun yang lalu dan diperkirakan hidup menyebar di seluruh wilayah Afrika.  Manusia yang diperkirakan berkerabat dekat dengan Australopithecus Afarensis ini memiliki ciri-ciri volume otak sekitar 400-550 cc, bentuk dagu dagu cenderung vertikal. Untuk ukuran tinggi belum dapat dipastikan dan namun kemungkinan sama besarnya dengan simpanse. 

6. Australopithecus Boisei 

spesies Australopithecus

Australopithecus boisei adalah jenis manusia purba Australopithecus yang ditemukan di Peninj, Tanzania yakni di sebelah barat Danau Natron yakni 80 km dari Ngarai Olduvai. Kerangka manusia Australopithecus Boisei  ini ditemukan pada tahun 1959 oleh seorang arkeolog Inggris bernama Mary Douglas Leakey. 

Leakey. pada saat itu menemukan sebuah tengkorak yang kemudian diberi nama the “Nutcracker Man” atau “Manusia Nutcracker”. Diduga manusia purba ini hidup pada zaman Pleistosen atau sekitar 2,3–1,7 juta tahun lalu Mereka hidup di Afrika Timur yakni Ethiopia, Kenya, Tanzania, Malawi. 

Ciri dari Australopithecus Boisei ini adalah struktur gigi yang bisa digunakan untuk mengunyah bahan-bahan keras, bentuk pipi yang besar volume otak yang kecil yakni hanya 100 cc, tinggi sekitar 137 cm dengan berat hampir 50 kg. 

7. Australopithecus Garhi 

spesies Australopithecus

Australopithecus Garhi adalah manusia purba yang kerangkanya ditemukan di Afrika tepatnya di Middle Wash, Bouri, Ethiopia. Penemuan ini terjadi pertama kali pada tahun 1990 oleh tim ahli paleoantropologi Ethiopia yang dipimpin oleh Berhane Asfaw dan Tim White. Fosil pertama yang ditemukan adalah sebuah kerangka ulna. Penemuan kemudian kembali terjadi pada tahun 1996 dan juga 1998 dengan fosil yang lebih lengkap. 

Kesimpulan dari para ilmuwan adalah Australopithecus Garhi  telah hidup pada 2,5 juta tahun yang lalu di Afrika Timur. Ciri fisik yang dimiliki manusia purba jenis ini adalah tulang paha dan lengan yang panjang serta kuat, dan  bipedal atau berjalan dengan kaki. 

Diperkirakan mereka adalah bangsa yang mengawali transisi ke penggunaan alat-alat perkakas yang digunakan untuk memotong daging. 

8. Australopithecus Robustus 

spesies Australopithecus

Australopithecus Robustus  adalah manusia purba yang ditemukan pada tahun 1938 di Afrika Selatan tepatnya di situs gua Kromdraai. Penemunya adalah seorang ilmuwan paleontologi keturunan Inggris-Afrika yang bernama Robert Broom. Manusia ini diperkirakan hidup di wilayah Afrika Selatan pada 2,5 juta– 1, 4 juta tahun lalu.  

Berdasarkan kerangka yang ditemukan mereka adalah jenis manusia purba yang bisa mengunyah dengan kuat. Hal tersebut dapat diketahui melalui bentuk gigi prageraham dan geraham. Ciri fisik lainnya adalah memiliki volume otak sekitar 400 cc–530 cc dan rahang yang kuat. 

The post 8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>