bulan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/bulan Sat, 14 Oct 2023 05:18:43 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico bulan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/bulan 32 32 7 Proses Terjadinya Gerhana Bulan https://haloedukasi.com/proses-terjadinya-gerhana-bulan Thu, 28 Sep 2023 07:20:51 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45658 Gerhana bulan merupakan fenomena astronomi di mana Bulan terletak dalam bayangan Bumi, yang menyebabkan penutupan sebagian atau seluruhnya dari cahaya Matahari yang biasanya memantul dari permukaan Bulan. Gerhana bulan terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi memproyeksikan ke Bulan. Ada dua jenis gerhana bulan, yaitu gerhana bulan penumbra (ketika Bulan […]

The post 7 Proses Terjadinya Gerhana Bulan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Gerhana bulan merupakan fenomena astronomi di mana Bulan terletak dalam bayangan Bumi, yang menyebabkan penutupan sebagian atau seluruhnya dari cahaya Matahari yang biasanya memantul dari permukaan Bulan.

Gerhana bulan terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi memproyeksikan ke Bulan. Ada dua jenis gerhana bulan, yaitu gerhana bulan penumbra (ketika Bulan masuk ke dalam bayangan penumbra Bumi) dan gerhana bulan penuh (ketika Bulan masuk ke dalam bayangan inti Bumi).

Fenomena tersebut dapat diamati dengan mata telanjang dan merupakan momen menarik dalam astronomi. Proses terjadinya gerhana bulan terjadi karena posisi relatif Bumi, Matahari, dan Bulan yang membentuk satu garis lurus.

Proses tersebut melibatkan beberapa langkah sebagai berikut.

1. Posisi awal Bumi, Matahari da Bulan

Gerhana bulan terjadi ketika Bumi, Matahari, dan Bulan berada dalam susunan garis lurus atau konstelasi Bumi- Bulan – Matahari. Hal tersebut terjadi hanya selama fase Bulan purnama, ketika Bulan sepenuhnya terang.

Ketika konstelasi itu terbentuk, Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, dan bayangan Bumi jatuh ke Bulan, memungkinkan terjadinya gerhana bulan. Jadi, konstelasi ini adalah syarat penting untuk terjadinya gerhana bulan.

2. Terbentuknya bayangan Bumi

Ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, bayangan Bumi terbentuk di ruang angkasa. Bayangan ini memiliki dua bagian utama yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian bayangan Bumi yang lebih gelap dan di dalamnya terjadi gerhana bulan penuh.

Sedangkan penumbra adalah zona bayangan yang lebih ringan dan di dalamnya terjadi gerhana bulan penumbra. Kombinasi dari dua bagian bayangan ini menciptakan fenomena gerhana bulan yang dapat diamati dari Bumi.

3. Gerhana Bulan penumbra

Pada tahap awal gerhana bulan penumbra, Bulan mulai memasuki bayangan penumbra Bumi. Penumbra adalah zona bayangan yang kurang gelap, sehingga pada tahap tersebut, peneliti mungkin hanya melihat penurunan kecil dalam kecerahan Bulan.

Kemudian pada saat Bulan berada di tengah-tengah penumbra Bumi, gerhana bulan penumbra mencapai puncaknya. Bulan akan terus terlihat di langit, tetapi cahayanya mungkin akan sedikit meredup. Setelah mencapai puncak, Bulan mulai meninggalkan bayangan penumbra Bumi.

Kecerahan Bulan akan kembali normal, dan gerhana bulan penumbra berakhir. Selama gerhana bulan penumbra, perubahan dalam penampilan Bulan mungkin tidak terlalu mencolok seperti dalam gerhana bulan penuh.

Hal itu karena penumbra adalah zona bayangan yang lebih ringan, sehingga cahaya Bulan hanya mengalami sedikit penurunan kecerahan. Proses tersebut berlangsung selama beberapa jam dan dapat diamati dengan mata telanjang, tetapi perubahan mungkin tidak begitu dramatis seperti pada gerhana bulan penuh.

4. Memasuki fase gerhana Bulan umbra

Ketika Bulan terus bergerak dalam orbitnya, ia akan memasuki zona umbra Bumi. Ini adalah bagian bayangan Bumi yang paling gelap dan di sini cahaya Matahari sepenuhnya terhalangi oleh Bumi. Saat Bulan bergerak lebih dalam ke dalam umbra, kecerahannya akan menurun secara signifikan.

Pada titik ini, Bulan dapat terlihat sangat meredup atau bahkan hampir sepenuhnya gelap. Fase bulan umbra adalah saat yang paling menarik selama gerhana bulan penuh, di mana perubahan warna dan penurunan kecerahan Bulan dapat diamati dengan jelas. Fenomena ini telah menginspirasi pengamat selama berabad-abad dan tetap menjadi momen astronomi yang menarik untuk diobservasi.

5. Terjadi perubahan warna Bulan

Selama gerhana bulan penuh, Bulan seringkali tampak berwarna merah atau oranye. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi dan mengalami dispersi. Cahaya merah lebih berhasil menembus atmosfer dan mencapai Bulan, sementara cahaya lainnya tersebar atau dibelokkan.

Puncak dari gerhana bulan penuh adalah saat Bulan berada sepenuhnya di dalam umbra Bumi dan tampak paling gelap atau berwarna merah. Setelah mencapai puncak, Bulan akan mulai meninggalkan zona umbra Bumi. Kecerahan Bulan akan kembali meningkat, dan gerhana bulan akan berakhir.

6. Akhir dari gerhana Bulan

Gerhana bulan akan berlangsung selama beberapa jam, tergantung pada seberapa lama Bulan berada dalam bayangan Bumi. Ketika Bulan memasuki bayangan Bumi, baik itu penumbra atau umbra, gerhana bulan dimulai.

Selama Bulan berada di dalam bayangan tersebut, perubahan dalam penampilan Bulan akan terjadi. Namun, perlu dicatat bahwa gerhana bulan penuh, di mana Bulan sepenuhnya masuk ke dalam umbra Bumi, biasanya berlangsung lebih lama daripada gerhana bulan penumbra. Gerhana bulan penuh dapat berlangsung selama beberapa jam, sementara gerhana bulan penumbra cenderung lebih pendek.

Ketika Bulan keluar dari bayangan Bumi, baik itu penumbra atau umbra, gerhana bulan berakhir. Selama Bulan meninggalkan bayangan tersebut, penampilan Bulan akan kembali normal, dan gerhana bulan dianggap selesai. Kembali normalnya penampilan Bulan menandai akhir dari fenomena gerhana bulan.

7. Bulan kembali ke fase awal

Setelah Bulan keluar dari bayangan Bumi selama gerhana bulan, Bulan perlahan-lahan akan kembali memperoleh kecerahannya hingga mencapai fase purnama normal. Proses itu disebut mengakhiri gerhana dan memakan waktu beberapa waktu setelah Bulan meninggalkan bayangan Bumi.

Selama Bulan keluar dari bayangan, langit akan menjadi lebih terang dan kecerahan Bulan akan meningkat secara bertahap. Pencahayaan Bulan akan kembali normal seperti saat Bulan berada dalam fase purnama biasa. Hal tersebut menandai akhir dari peristiwa gerhana bulan, dan Bulan akan terus mengikuti perjalanannya dalam siklus fase Bulan yang biasa.

Selama proses tersebut, gerhana bulan dapat diamati dari berbagai lokasi di Bumi, asalkan langit malam cerah dan tidak ada awan yang menghalangi pandangan. Selain itu menjadi fenomena alam yang menarik yang telah menginspirasi pengamat dan peneliti selama berabad-abad.

The post 7 Proses Terjadinya Gerhana Bulan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Teori Pembentukan Bulan Menurut Para Ahli https://haloedukasi.com/teori-pembentukan-bulan-menurut-para-ahli Sun, 24 Sep 2023 06:23:06 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45621 Bulan adalah salah satu benda langit yang sangat terang di malam hari selain bintang. Bulan adalah satelit alami Bumi yang memantulkan cahaya matahari ke arah kita, sehingga terlihat terang di langit. Terangnya Bulan bisa berubah selama bulan purnama (ketika hampir seluruh sisi terlihat dari Bumi) hingga fase bulan baru (ketika hampir seluruh sisi yang menghadap […]

The post 5 Teori Pembentukan Bulan Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Bulan adalah salah satu benda langit yang sangat terang di malam hari selain bintang. Bulan adalah satelit alami Bumi yang memantulkan cahaya matahari ke arah kita, sehingga terlihat terang di langit. Terangnya Bulan bisa berubah selama bulan purnama (ketika hampir seluruh sisi terlihat dari Bumi) hingga fase bulan baru (ketika hampir seluruh sisi yang menghadap Bumi dalam bayangan dan terlihat sangat redup).

Bulan merupakan satu-satunya satelit alami Bumi yang berarti Bulan adalah objek langit yang mengorbit Bumi. Sebagai satelit alami, Bulan tidak hanya memiliki pengaruh signifikan pada pasang surut di lautan Bumi, tetapi juga merupakan sumber penelitian ilmiah yang penting dan memiliki signifikansi budaya dalam sejarah manusia.

Bulan memiliki berbagai karakteristik fisik, termasuk permukaan berbatu, kawah, dataran tinggi, dan samudera bulan. Permukaannya juga memiliki fase-fase seperti sabit, kresen, dan purnama ketika dilihat dari Bumi.

Kemudian Bulan mengorbit Bumi dalam gerakan elips dan membutuhkan sekitar 27,3 hari untuk melakukan satu orbit lengkap. Selama perjalanannya, Bulan juga mengalami fase-fase yang berbeda, seperti bulan baru, perbani, perigee, dan apogee.

Dengan demikian, peran teori pembentukan Bulan bagi umat manusia memberikan dasar penting untuk pemahaman ilmiah tentang Bulan, tata surya, dan alam semesta secara keseluruhan serta mendorong penelitian lebih lanjut dan eksplorasi antariksa yang bermanfaat.

Terdapat beberapa teori tentang bagaimana Bulan terbentuk. Berikut adalah teori-teori tersebut.

1. Teori Fisi (Fission Theory)

Teori fisi juga dikenal sebagai Fission Theory adalah salah satu dari beberapa teori yang menjelaskan asal-usul Bulan. Teori tersebut mengusulkan bahwa Bulan terbentuk melalui pemisahan (fisi) dari Bumi saat Bumi masih dalam keadaan sangat panas dan berputar cepat.

Teori fisi pertama kali diajukan oleh ilmuwan George Darwin pada abad ke-19. Pada saat itu, ilmu pengetahuan tentang asal-usul Bulan masih dalam tahap perkembangan. Berdasarkan Teori Fisi, pada tahap awal pembentukan tata surya, Bumi mengalami periode yang sangat panas dan berputar sangat cepat.

Karena rotasi yang sangat cepat, Bumi mengalami deformasi atau pembentukan oval yang signifikan pada bagian yang lebih dekat dengan Matahari. Selama periode tersebut, bagian yang terdekat dengan Matahari, yang akhirnya akan menjadi wilayah samudra Bulan, mengalami pemanasan yang ekstrem dan pemisahan dari Bumi yang terletak lebih jauh.

Teori fisi memiliki beberapa bukti yang mendukungnya, termasuk kesamaan komposisi batuan Bulan dan Bumi, serta karakteristik geologi yang serupa di kedua benda langit. Namun, teori tersebut juga memiliki tantangan seperti menjelaskan bagaimana proses pemisahan itu sendiri terjadi dan mengapa Bulan memiliki komposisi yang relatif lebih ringan dibandingkan Bumi.

2. Teori Tangkapan (Capture Theory)

Teori tangkapan yang juga dikenal sebagai Capture Theory adalah salah satu dari beberapa teori yang menjelaskan asal-usul Bulan. Teori ini mengusulkan bahwa Bulan bukanlah satelit alami Bumi yang terbentuk bersama dengan planet, tetapi merupakan objek langit yang terbentuk di tempat lain dalam tata surya dan kemudian ditangkap oleh gravitasi Bumi.

Teori tangkapan mengusulkan bahwa Bulan awalnya terbentuk di suatu tempat dalam tata surya yang tidak jauh dari Bumi. Objek tersebut mungkin bisa saja menjadi bagian dari materi yang mengelilingi Matahari, seperti asteroid atau benda kecil lainnya yang mengelilingi Matahari.

Menurut teori ini, Bulan kemudian ditangkap oleh gravitasi Bumi saat objek tersebut melintasi orbit Bumi dan mendekatinya. Gravitasi Bumi kemudian menahan objek tersebut dalam orbit mengelilingi Bumi, menjadikannya satelit alami Bumi.

Teori Tangkapan memiliki beberapa pendukung yang menunjukkan bahwa fenomena tangkapan objek oleh planet lain dalam tata surya telah terjadi sebelumnya. Namun, teori ini juga memiliki tantangan, seperti menjelaskan mengapa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi dan mengapa Bulan memiliki orbit yang relatif stabil mengelilingi Bumi setelah ditangkap.

Secara garis besarnya, teori tangkapan adalah salah satu teori yang mencoba menjelaskan asal-usul Bulan dengan mengusulkan bahwa Bulan bukanlah satelit alami Bumi yang terbentuk bersama dengan planet, tetapi objek yang terbentuk di tempat lain dalam tata surya dan kemudian ditangkap oleh gravitasi Bumi.

3. Teori Kondensasi (Condensation Theory)

Teori kondensasi adalah salah satu teori yang menjelaskan asal-usul Bulan. Teori tersebut mengusulkan bahwa Bulan dan Bumi terbentuk bersama-sama dalam area yang sama selama pembentukan tata surya, dan Bulan kemudian terbentuk dari debu dan gas yang mengendap di sekitar matahari.

Teori kondensasi membantu menjelaskan bagaimana materi yang tersebar dalam awan gas dan debu di tata surya awal akhirnya berkumpul menjadi objek-objek langit seperti planet dan bintang. Selama tahap awal pembentukan nebula matahari, gaya gravitasi mulai bekerja pada gas dan debu tersebut.

Materi tersebut mulai tertarik satu sama lain dan terkumpul ke dalam gumpalan-gumpalan yang semakin besar. Seiring berjalannya waktu, materi dalam nebula tersebut mengalami proses pemadatan yang lebih lanjut. Gumpalan-gumpalan tersebut terus bertambah besar dan padat, membentuk proto bintang dan proto planet.

Proses pemadatan dan pendinginan berlanjut hingga mencapai titik di mana suhu dan tekanan di inti gumpalan ini memungkinkan reaksi nuklir termonuklir untuk dimulai, dan ini merupakan proses yang membentuk bintang, seperti Matahari.

Sementara itu, materi yang tidak terlibat dalam pembentukan bintang terus berkumpul dan membentuk objek-objek seperti planet dan satelit alami, termasuk Bumi dan Bulan. Teori ini sangat penting dalam pemahaman masyarakat tentang asal-usul tata surya dan objek-objek di dalamnya.

Teori kondensasi terus menjadi subjek penelitian ilmiah, dan ilmuwan terus mempelajari asal-usul Bulan dengan berbagai metode, termasuk analisis sampel Bulan yang dikumpulkan selama misi Apollo.

4. Teori Tubrukan besar (Giant Impact Theory)

Teori tubrukan besar yang juga dikenal sebagai Giant Impact Theory atau Big Splash adalah salah satu teori yang menjelaskan asal-usul Bulan. Teori ini mengusulkan bahwa Bulan terbentuk akibat tabrakan besar antara Bumi dan objek langit seukuran Mars pada tahap awal pembentukan tata surya.

Teori tubrukan besar pertama kali diajukan pada tahun 1975 oleh ilmuwan William K. Hartmann dan Donald R. Davis. Sejak itu teori ini telah menjadi salah satu teori dominan dalam menjelaskan asal-usul Bulan.

Menurut teori tubrukan, Bumi pada awalnya berada dalam tahap pembentukan tata surya dan mengalami tabrakan besar dengan objek langit seukuran Mars atau lebih besar. Tabrakan tersebut terjadi dengan kecepatan tinggi dan energi besar, yang menyebabkan materi dari Bumi dan objek langit tersebut dilepaskan ke ruang angkasa.

Dampak dari tabrakan besar ini menyebabkan materi yang dilepaskan dari Bumi dan objek langit tersebut membentuk cincin materi yang mengelilingi Bumi. Materi dalam cincin ini kemudian mulai bergabung bersama karena gravitasi, membentuk Bulan.

Proses ini dikenal sebagai akresi. Bulan akhirnya terbentuk dari materi yang sebagian besar berasal dari Bumi tetapi juga termasuk materi dari objek tabrakan. Teori tubrukan Besar mendapatkan dukungan dari simulasi komputer dan bukti geologis, termasuk perbandingan komposisi batuan Bulan dan Bumi serta struktur permukaan Bulan yang mencerminkan dampak tabrakan besar.

Teori tubrukan besar adalah teori yang diterima secara luas untuk menjelaskan asal-usul Bulan serta memberikan wawasan tentang proses penting dalam pembentukan tata surya awal dan cara objek seperti Bulan bisa terbentuk melalui proses tabrakan besar.

5. Teori Kontraksi (Co-formation Theory)

Teori kontraksi (Co-formation Theory) adalah salah satu teori yang menjelaskan asal-usul Bulan. Teori ini menyatakan bahwa Bulan dan Bumi terbentuk bersama-sama dalam wilayah yang sama selama tahap awal pembentukan tata surya.

Hal itu berarti bahwa keduanya berbagi materi yang sama dan terbentuk secara bersamaan. Menurut teori ini, ketika wilayah tersebut mengalami pemadatan dan pendinginan, materi di dalamnya mulai berakresi bersama-sama untuk membentuk Bumi dan Bulan secara simultan.

Selanjutnya, teori kontaksi menjelaskan alasan Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi, karena keduanya berasal dari materi yang sama. Meskipun teori kontraksi adalah salah satu teori yang dipertimbangkan, terdapat beberapa tantangan dan kontroversi dalam menjelaskan bagaimana proses kontraksi tersebut terjadi dengan cukup efisien untuk membentuk Bumi dan Bulan secara bersamaan.

Bulan memiliki pengaruh gravitasi signifikan terhadap Bumi. Pengaruh gravitasi Bulan menyebabkan pasang surut di lautan Bumi. Fenomena pasang surut tersebut disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan matahari pada Bumi.

Selain itu telah menjadi objek penelitian dan eksplorasi manusia selama beberapa dekade. Misalnya, misi Apollo Amerika Serikat membawa manusia ke permukaan Bulan pada tahun 1969. Selain itu, agensi antariksa dari berbagai negara telah mengirim pesawat ruang angkasa untuk mempelajari Bulan lebih lanjut serta Bulan juga memiliki kaitan budaya yang kuat dalam sejarah manusia.

Banyak budaya memiliki mitos, legenda, dan festival yang terkait dengan Bulan. Teori-teori tersebut juga memberikan inspirasi untuk penelitian ilmiah di kalangan siswa dan ilmuwan muda. Mempelajari asal-usul Bulan dapat menjadi pintu masuk untuk memahami konsep fisika, geologi, dan astronomi yang lebih dalam.

Selain itu penelitian tentang Bulan dan tata surya secara keseluruhan dapat memicu minat yang lebih besar dalam eksplorasi luar angkasa dan memotivasi lebih banyak misi penjelajahan.

The post 5 Teori Pembentukan Bulan Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Dampak Rotasi Bulan Bagi Kehidupan di Bumi https://haloedukasi.com/dampak-rotasi-bulan Fri, 17 Feb 2023 07:45:32 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41543 Bulan diciptakan 4,6 miliar tahun yang lalu. Bulan kerap kali diartikan sebagai salah satu benda astronomi yang menjadi sumber energi karena di waktu malam dapat memancarkan cahaya. Namun, bulan bersinar disebabkan karena memantulkan cahaya dari Matahari sehingga ketika malam menjadi sumber cahaya terbesar. Benda astronomi ini beredar mengitari Bumi sepanjang waktu sehingga disebut dengan satelit […]

The post 7 Dampak Rotasi Bulan Bagi Kehidupan di Bumi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bulan diciptakan 4,6 miliar tahun yang lalu. Bulan kerap kali diartikan sebagai salah satu benda astronomi yang menjadi sumber energi karena di waktu malam dapat memancarkan cahaya. Namun, bulan bersinar disebabkan karena memantulkan cahaya dari Matahari sehingga ketika malam menjadi sumber cahaya terbesar.

Benda astronomi ini beredar mengitari Bumi sepanjang waktu sehingga disebut dengan satelit alami planet Bumi. Dilihat dari jarak Bulan dari Bumi, rata-rata sekitar 384.400 km atau 0,00258 kali jarak rata-rata Bumi ke Matahari atau sekitar 149.000.000 km.

Berdasarkan jaraknya ini Bulan terlihat seolah-olah memiliki ukuran yang sama dengan besarnya matahari, terlebih ketika terjadi gerhana bulan atau matahari total. Diameter Bulan ialah seperempat dari diameter Bumi. Bulan Bumi berada di urutan terbesar kelima di seluruh tata surya, dan lebih besar daripada planet Pluto.

Bulan yang merupakan salah satu planet yang berada di sistem tata surya berarti sama halnya dengan planet-planet lainnya yang memiliki orbitnya sendiri yang dipengaruhi oleh gravitasi atau gaya tarik menarik dengan Bumi sehingga Bulan tetap pada jalur edarnya. Serta, Bulan melakukan peredaran mengelilingi Matahari yang merupakan pusat sistem tata surya.

Selain itu, Bulan juga memiliki karakteristik yang sama dengan benda astronomi lain seperti Bumi, yakni terdapat rotasi dan revolusi. Bulan akan berputar pada porosnya atau mengelilingi Bumi dalam periode tertentu. Saat malam hari, jika kamu melihat ulan selama beberapa jam, maka akan terlihat bahwa posisinya di antara bintang-bintang berubah beberapa derajat.

Apa itu Rotasi Bulan?

Rotasi Bulan adalah berputarnya Bulan pada porosnya yakni dari arah Barat ke Timur. Pada saat Bulan mengelilingi Bumi sebanyak satu kali, maka Bulan juga akan melakukan perputaran pada porosnya sebanyak satu kali.

Bulan membutuhkan waktu sekitar 27,3 hari untuk berputar sekali, dimana rotasi Bulan jauh lebih lambat daripada rotasi Bumi. Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa rotasi Bulan sama dengan waktu revolusi Bulan.

Dampak Rotasi Bulan bagi Kehidupan di Bumi

Dari perputaran Bulan saat terjadi rotasi, maka ada beberapa dampak yang ditimbulkan setelahnya. Beberapa dampak dari rotasi Bulan ini bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang. Adapun dampak rotasi Bulan bagi kehidupan di Bumi, antara lain:

  • Terjadinya pasang surut air laut

Saat Bulan berotasi, dampak yang terjadi adalah adanya pasang surut air laut. Proses ini mempengaruhi gravitasi Bulan yang menyebabkan air laut di Bumi yang posisinya menghadap ke Bulan akan tertarik oleh gaya gravitasinya sehingga terjadi air laut pasang atau permukaan air laut naik.

Begitu sebaliknya, saat air laut di bagian Bumi yang tidak menghadap posisi Bulan maka akan mengalami pasang surut dan permukaan air laut akan menurun.

  • Permukaan Bulan yang Terlihat Sama

Jika diamati lebih lama, permukaan Bulan di setiap malam akan terlihat sama, yakni separuh muka Bulan. Hal ini dikarenakan periode rotasi bulan sama dengan periode revolusinya dalam mengelilingi Bumi sehingga Bulan nampak memiliki permukaan yang selalu sama.

  • Terjadinya Gerhana Bulan Total dan Sebagian

Gerhana Bulan total adalah ketika bayangan permukaan Bumi menutup dengan sempurna permukaan Bulan sehingga Bulan tidak dapat memantulkan cahaya Matahari ke Bumi. Pada gerhana Bulan total, Bulan seakan terlihat seolah menghilang perlahan dan akhirnya menjadi hitam sempurna.

Ketika gerhana Bulan total terjadi, posisi Bulan tepat berada pada bayangan umbra, dimana bayangan inti yang sangat gelap ini terjadi ketika Bumi dan Bulan berada dalam satu garis lurus.

Ketika Bumi tidak menghalangi Bulan untuk terkena sinar matahari sepenuhnya, maka akan timbul gerhana Bulan sebagian. Saat gerhana ini terjadi, sebagian permukaan Bulan berada di daerah panumbra (bayangan yang tidak terlalu gelap dan kabur yang berada di sekitar umbra).

Sehingga masih terdapat sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan Bulan. Selain itu, terdapat jenis gerhana Bulan lainnya yakni gerhana Bulan Panumbra.

  • Terjadinya Gerhana Matahari Total dan Sebagian

Selain menimbulkan dampak gerhana Bulan bagi kehidupan di Bumi, rotasi Bulan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gerhana Matahari.

Adanya rotasi Bulan juga akan menimbulkan gerhana Matahari total yakni ketika Matahari tertutup dengan sempurna oleh bayangan dari Bulan. Gerhana Matahari total termasuk peristiwa astronomi langka yang masih bisa kita jumpai.

Tidak hanya menimbulkan gerhana Matahari total, rotasi Bulan juga menimbulkan gerhana Matahari sebagian. Gerhana Matahari sebagian adalah fenomena dimana bayangan Bulan tidak benar-benar menutup permukaan Bumi sehingga masih terlihat sebagian.

  • Terjadinya Gerhana Matahari Cincin

Namun, dampak rotasi Bulan tidak hanya menimbulkan gerhana total dan sebagian saja melainkan juga dapat menyebabkan terjadinya gerhana Matahari cincin.

Gerhana ini terjadi ketika Bulan berada di titik terjauh dari Bumi sehingga ukuran Bulan yang terlihat dari Bumi lebih kecil dibanding dengan ukuran Matahari.

Dalam kondisi ini, Bulan akan menyisakan ruang sehingga Matahari terlihat tidak akan tertutup seluruhnya dan nantinya Matahari akan menunjukkan sedikit cahaya pada sisi Bulan yang terlihat seperti cincin. Maka dari itu, peristiwa ini disebut dengan gerhana Matahari cincin.

  • Terjadinya Gerhana Matahari Hibrida

Dampak lainnya saat terjadi rotasi Bulan adalah adanya gerhana Matahari hibrida. Gerhana Matahari hibrida ini adalah peristiwa gerhana Matahari yang memiliki dua macam gerhana berbeda yang terjadi dalam waktu berurutan.

Gerhana ini merupakan gabungan dari gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin. Fenomena ini hanya terjadi pada satu abad sekali, sehingga fenomena ini termasuk sangat langka.

  • Terjadinya Fase Bulan yang Bermacam-macam

Saat Bulan mengalami rotasi, tentu mempengaruhi penampakan Bulan saat mengelilingi Bumi. Penampakan Bulan saat terjadi rotasi Bulan disebut dengan fase Bulan.

Ada bermacam-macam fase Bulan, termasuk New Moon, Waxing Cresent, First Quarter, Waxing Gibbous, Full Moon dan beberapa fase Bulan lainnya yang dapat dilihat dari Bumi.

Dan inilah dampak rotasi Bulan bagi kehidupan di Bumi. Perlu di ingat kembali, bahwa semuai ini terjadi karena Bulan melakukan perputaran pada porosnya dan mengelilingi Matahari layaknya planet dan benda astronomi lainnya yang terdapat dalam sistem tata surya. Semoga bermanfaat.

The post 7 Dampak Rotasi Bulan Bagi Kehidupan di Bumi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Peristiwa yang Akan Terjadi Jika Bulan Menghilang, Apa Saja…? https://haloedukasi.com/peristiwa-yang-akan-terjadi-jika-bulan-menghilang Mon, 28 Mar 2022 04:10:06 +0000 https://haloedukasi.com/?p=32988 Bulan adalah satu-satunya objek langit yang menjadi satelit alami bagi Bumi. Meski ukurannya tidak begitu besar namun keberadaan Bulan sangat mempengaruhi kehidupan di Bumi. berdasarkan pengamatan para ahli, setiap tahunnya Bulan bergerak menjauh 3 cm dari Bumi. Bahkan berpotensi akan lepas dari perderanannaya. Lalu bagaimana jika hal tersebut benar-benar terjadi? Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa yang […]

The post 10 Peristiwa yang Akan Terjadi Jika Bulan Menghilang, Apa Saja…? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bulan adalah satu-satunya objek langit yang menjadi satelit alami bagi Bumi. Meski ukurannya tidak begitu besar namun keberadaan Bulan sangat mempengaruhi kehidupan di Bumi. berdasarkan pengamatan para ahli, setiap tahunnya Bulan bergerak menjauh 3 cm dari Bumi. Bahkan berpotensi akan lepas dari perderanannaya. Lalu bagaimana jika hal tersebut benar-benar terjadi? Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi jika bumi kehilangan bulannya. 

1. Pasang Surut yang Melambat

Sama seperti Bumi, Bulan juga memiliki gaya tarik atau dikenal dengan nama gravitasi. Posisi Bulan yang dekat dengan Bumi menyebabkan gaya gravitasinya mempengaruhi kehidupan di Bumi terutama bagi lautan. 

Karena adanya gravitasi tersebutlah air laut di Bumi mengalami pasang surut. Meski berdasarkan penelitian tanpa bulan air laut masih bisa mengalami pasang surut karena masih ada gaya gravitasi Matahari. Namun hal itu tidak akan sebaik apabila ada Bulan sehingga dapat disimpulkan jika Bulan menghilang maka pasang surut akan melambat. 

Melambatnya pasang surut air laut akan menyebabkan kepunahan beberapa binatang-binatang air yang mengandalkannya seperti kepiting, rumput laut, bintang laut dan binatang laut. Selanjutnya akan terjadi kepunahan massal di daratan karena tanpa adanya ekosistem ini. 

Tak hanya itu pasang surut membantu iklim Bumi lebih stabil karena adanya dorongan air yang lebih hangat tersebar ke seluruh penjuru lautan. 

2. Tidak ada Perkembangan Kehidupan

Adanya Bulan bermanfaat untuk menstabilkan poros Bumi yang kemudian bekerja sama dengan pergerakan benua. Keduanya lah yang memungkinkan adanya kehidupan di Bumi yang lebih kompleks seperti mamalia hingga manusia. Berdasarkan para ahli asal usul kehidupan yakni berasal dari lautan dimana molekul saling bergabung dan menyatu menjadi unsur pembangun kehidupan yang utama yaitu asam nukleat. 

3. Kekacauan pada Musim dan Cuaca

Hal lain yang akan terjadi apabila Bulan menghilang adalah musim di Bumi menjadi tidak teratur bahkan kacau. Hal ini dikarenakan sebenarnya sumbu Bumi berada pada kemiringan tertentu yang dapat berubah secara cepat. Dimana hal ini menyebabkan Kutub Utara dan Kutub Selatan akan terus menghadap matahari sedangkan selama 24 jam sedangkan bagian Bumi lainnya mengalami kegelapan total. 

Hal ini menyebabkan lautan di Bumi akan memiliki suhu yang cukup tinggi yakni sekitar 47 derajat celcius. Sedangkan wilayah yang gelap seperti di Khatulistiwa akan tertutup es. 

Namun karena adanya Bulan maka kemiringan sumbu Bumi dapat terjaga sehingga musim menjadi teratur. Bulan memiliki fase-fasenya sendiri yang ternyata mempengaruhi terhadap curah hujan di Bumi. Ketika Bulan berada dekat dengan suatu daerah maka di sana akan mendapatkan curah hujan yang rendah. Namun sebaliknya semakin jauh posisi Bulan maka hujan akan turun semakin deras dan sering. 

Tak hanya itu Bulan juga menjaga rotasi Bumi tetap terjaga sehingga kecepatan angin dapat diminimalisir. Sebab tanpa adanya Bulan maka kecepatan angin di Bumi akan sangat tinggi yakni mencapai 160 kilometer per jam. Angin berkekuatan badai ini akan datang setiap hari dan menghempaskan apa saja . 

4. Merusak Kehidupan Hewan 

Hewan ternyata juga akan mendapatkan dampak jika Bulan tidak ada di Bumi terutama pada spesies nokturnal. Sebab tanpa adanya Bulan maka Bumi pada malam hari akan gelap sepenuhnya. Tidak adanya cahaya sedikitpun akan menghalangi binatang nokturnal untuk menemukan mangsanya. 

Hal tersebut tentunya akan berakibat kepada keseimbangan ekosistem alam dimana binatang predator perlahan-lahan punah sedangkan hewan mangsa akan semakin pesat. Bukan hanya soal makanan ternyata bulan juga berperan terhadap reproduksi beberapa binatang seperti kerang dan kepiting. Mereka akan menunggu bulan purnama untuk bertelur. 

5. Bumi Tidak Memiliki Medan Magnet

Bumi memiliki medan magnet karena adanya pasang surut yang dipengaruhi oleh bulan. Medan magnet atau magnetosfer ini sangat mempengaruhi kehidupan di Bumi. Berkat adanya medan magnet yang menyelimuti Bumi ini menjaga planet kita dari serangan badai Matahari serta radiasi kosmik dan matahari.

Jika badai dan radiasi tersebut maka perairan di Bumi akan menguap seluruhnya yang tentunya akan memusnahkan seluruh makhluk hidup. Bahkan yang lebih mengerikannya lagi badai Matahari mampu menelan atmosfer Bumi sepenuhnya. 

6. Waktu Menjadi Lama

Seperti yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya bahwa Bulan mempengaruhi rotasi Bumi yang artinya berkaitan dengan waktu satu hari di planet ketiga tata surya ini. Bumi pernah berotasi hanya dalam waktu 10 jam dalam sehari. Hal tersebut terjadi lantaran kala itu jarak Bumi dengan Bulan sangat dekat. 

Namun Bulan terus bergerak menjauhi Bumi hingga waktunya pun semakin melambat. Berdasarkan pengamatan para ahli jika Bumi kehilangan satelit alami satu-satunya ini makan satu hari akan menjadi 25 Jam. 

7. Berkurangnya Gelomang Air Laut

Gravitasi Bulan tidak hanya menyebabkan pasang surut namun juga gelombang air laut. Semakin dekat jarak Bumi maka air laut akan menghasilkan gelombang air laut yang semakin tinggi. Dengan begitu dapat dikatakan jika Bumi tidak memiliki Bulan makagelombang air laut atau ombak akan berkurang yang artinya laut akan menjadi sangat tenang. 

8. Tidak ada yang Melindungi Bumi

Bulan juga berperan dalam menghalau objek-objek luar angkasa yang berpotensi menabrak Bumi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila tidak ada Bulan maka kehidupan di Bumi akan sulit untuk berkembang atau bisa jadi tidak ada kehidupan sama sekali. 

Berdasarkan penelitian pada tahun 2013 menyatakan bahwa NASA menemukan sebanyak 300 asteroid menghantam Bulan. Artinya jika saja Bulan tidak ada maka asteroid-asteroid tersebut akan jatuh ke Bumi. 

Studi terbaru yakni pada tahun 2018 telah ditemukan bahwa di titik Lagrange yakni titik keseimbangan sempurna yang ada diantara gaya tarik Bumi dan Bulan terdapat awan debu yang sangat besar.  Ukurannya mencapai 9 kali lipat dari ukuran Bumi dan terus bergerak mengorbit planet ini. Namun benda tersebut tetap berada di tempatnya karena objek yang ada di titik Lagrange tidak akan bergerak. Sehingga apabila Bulan menghilang maka benda tersebut akan jatuh memusnahkan Bumi. 

10. Perubahan Poros Bumi

Pembahasan sebelumnya sudah sedikit membahas tentang Bulan yang membuat poros Bumi menjadi stabil. Artinya ada atau tidaknya Bulan berpengaruh terhadap kemiringan poros Bumi. Jika Bulan tidak ada maka kemiringan poros Bumi akan berubah sekitar 10 hingga 45º. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap iklim dan cuaca yang pada akhirnya berdampak dengan kehidupan kita. 

Sebenarnya jika Bulan tidak ada maka kemiringan poros Bumi akan dijaga oleh Jupiter. Namun beberapa ahli mengatakan bahwa Jupiter juga akan berpotensi menyebabkan kemiringan 10º yang tetap mendapatkan bahaya. 

The post 10 Peristiwa yang Akan Terjadi Jika Bulan Menghilang, Apa Saja…? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
6 Teori Pembentukan Bulan Beserta Penjelasan Lengkapnya https://haloedukasi.com/teori-pembentukan-bulan Tue, 15 Mar 2022 04:06:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=32440 Bulan adalah satelit satu-satunya yang dimiliki oleh bumi yang berada di 384.400 km. Buan diketahui terbentuk setelah 30-50 juta tahun usai proses pembentukan tata surya selesai. Namun masih ada yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan bagi para ahli yakni mengenai bagaimana bulan ini tercipta.  Para ahli telah merumuskan berbagai teori yang paling bisa menjelaskan […]

The post 6 Teori Pembentukan Bulan Beserta Penjelasan Lengkapnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Bulan adalah satelit satu-satunya yang dimiliki oleh bumi yang berada di 384.400 km. Buan diketahui terbentuk setelah 30-50 juta tahun usai proses pembentukan tata surya selesai. Namun masih ada yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan bagi para ahli yakni mengenai bagaimana bulan ini tercipta. 

Para ahli telah merumuskan berbagai teori yang paling bisa menjelaskan terciptanya bulan. Dari banyak teori tersebut inilah 6 teori yang paling umum tentang proses terbentuknya satelit bumi yakni bulan.

1. Teori Fisi

Teori Fisi atau The Fission Theory adalah sebuah hipotesis yang dirumuskan oleh putra ke 5 dari  Charles Darwin  yakni George Darwin. George Darwin mengemukakan pendapatnya ini pada abad ke 19 dalam bukunya yang berjudul needless to say, The Tides (hal.  281–284). 

Berdasarkan teori ini George mengatakan bahwa bulan dahulu adalah bagian dar bumi namun terpisah. Teori ini mengacu pada kecepatan rotasi bumi yang semakin melambat seiring berjalannya waktu. 

Menurut George Darwin, rotasi bumi berputar sangat cepat sehingga bulan terpisah dari Bumi. Teori ini muncul dari adanya kesamaan mantel bumi dengan mantel bulan yang memungkinkan terjadinya bumi melepaskan lapisan terluarnya. Selain itu George juga menggunakan situs cekungan yang ada di Samudera Pasifik sebagai tempat bulan pada awalnya. 

Meski George Darwin adalah sosok ilmuwan dengan teori-teori yang luar biasa, namun teorinya kali ini mendapat penolakan dari para ahli lainnya. Hal itu karena setelah diteliti batuan yang ada di bulan berbeda dengan batuan di bumi. Para ahli juga meragukan bahwa bumi pernah berputar secepat itu hingga melemparkan materialnya. 

2. Teori Tangkapan 

Teori Tangkapan dalam bahasa internasional disebut sebagai The Capture Theory yakni sebuah hipotesis pembentukan bulan yang dikemukakan oleh Michael Mark Woolfson pada tahun 1964. Berdasarkan dari teori ini bumi mendapatkan bulan dari proses penangkapan. Maksudnya adalah bahwa bulan pada awalnya merupakan objek luar angkasa yang berdiri sendiri dan terbentuk di tempat lain di sistem tata surya. 

Namun karena besarnya gaya gravitasi bumi maka bulan tertarik dan mendekati bumi yang kemudian menjadi satelit bumi. Teori ini didukung dengan material-material yang menyusun bulan berbeda dengan material penyusun bumi. Teori seperti ini juga terbukti pada planet Mars yang menangkap Phobos dan Deimo, Neptunus yang menangkap Triton. 

Sebagian dari ilmuwan memperkirakan bulan berasal dari Venus. Meski begitu teori ini memiliki kelemahan yaitu fakta bahwa satelit hasil tangkapan seharusnya memiliki bentuk yang tidak beraturan. Hal tersebut tidak dimiliki bulan karena bulan memiliki bentuk yang bulat sempurna. Selain itu jika bulan berasal dari tempat yang berbeda maka elemen yang dimiliki seharusnya berbeda. 

Bulan memiliki elemen yang bahkan sangat mirip dengan bumi sehingga teori ini dianggap lemah. Kelemahan lainnya dari teori ini adalah gravitasi bumi tidak cukup kuat untuk menarik bulan dari tempat lain serta benda langit lainnya yang mendekat ke bumi cenderung akan bertabrakan. 

3. Teori Kondensasi 

Teori Kondensasi adalah hipotesis pembentukan bulan yang diperkenalkan oleh seorang profesor dari Harvard yang bernama  Reginald Aldworth Daly pada tahun 1946. Berdasarkan teori ini mengatakan bahwa bumi dan bulan terbentuk pada waktu yang bersamaan dan berasal dari nebula yang sama yakni yang membentuk sistem tata surya dengan bulan yang terbentuk di sekitar bumi. 

Hal tersebut berdasarkan pada ukuran bumi dan bulan yang sebanding. Namun sama hanya dengan teori lain, beberapa ilmuwan menentang teori ini karena jika memang bulan dan bumi tercipta dari asal yang sama dan di tempat yang berdekatan maka seharusnya bulan dan bumi memiliki sifat yang sama. Selain itu seharusnya bulan menjadi sebuah planet bukan menjadi satelit.  

4. Teori Planetesimal 

Teori Planetesimal dikenal juga sebagai  The Colliding Planetesimals Theory yakni sebuah teori pembentukan bulan yang dikemukakan oleh ahli astronomi Viktor Safronov. Berdasarkan teori ini bulan terbentuk sekitar 3,8 miliar  tahun yang lalu ketika benda-benda langit di alam semesta ini masih berwujud gas, debu, dan batuan. Peristiwa ini berlangsung setelah periode akhir ledakan besar.

Diketahui planetesimal mengeluarkan seluruh isinya ke orbit eksentrik dan kemudian terdorong oleh benda-benda langit yang besar dan memiliki gravitasi yang kuat. Beberapa benda langit yang diduga berasal dari teori ini adalah bulan, phobos dan deimos. Karena letak bulan yang berada dekat dengan bumi maka keberadaannya tertahan dan tidak bisa menjauh yang kemudian terus mengorbit bumi sebagai satelitnya. 

Sayangnya teori ini masih memerlukan bukti yang lebih untuk menguatkannya. 

5. The Co-Formation Theory 

Berdasarkan teori ini bulan terbentuk secara bersamaan dengan bumi melalui sisa-sisa materi pembentukan bumi. Teori ini dicetuskan oleh ilmuwan dari Institut Texas yakni Robin Canup pada tahun 2012 lalu. Menurutnya karena adanya sebuah gaya gravitasi maka benda-benda langit akan saling berbagi materialnya termasuk bumi dan bulan. 

Lebih lanjut Canup mengatakan bahwa Bumi dan bulan terbentuk akibat dari benturan benda langit yang memiliki ukuran lima kali lebih besar dari pada Mars. Benturan terjadi selama dua kali dengan objek yang berbeda kemudian membentuk Bum. Serpihan pembentuk Bumi kemudian bergabung dan menyatu menjadi bulan. Hal ini dapat terlihat dari komposisi antara Bumi dan Bulan yang serupa. 

Namun teori ini juga masih memiliki kelemahan yakni penjelasan mengapa Bulan lebih padat daripada Bumi karena jika memang terbentuk dari sisa material bumi maka seharusnya memiliki tingkat kepadatan yang sama. 

6. Teori Tabrakan Besar

Teori Tabrakan Besar umum dikenal sebagai The Giant Impact Theory yang merupakan hipotesis pembentukan bulan yang dikenalkan oleh Ahli geokimia Inggris Alex N. Halliday pada tahun 2000. Teori ini menjadi rumusan yang paling diterima di kalangan para ilmuwan. Menurut teori ini Bulan terbentuk ketika sebuah benda langit menabrak Bumi pada 4,5 milyar tahun yang lalu. 

Sebuah benda langit seukuran planet Mars yang diberi nama Theia menghantam bumi muda. Menurut teori ini bumi selama masa pembentukannya telah berbenturan dengan objek lainnya sebanyak lusinan kali. Benturan-benturan ini menghasilkan serpihan-serpihan bumi yang kemudian membentuk Bulan

Teori ini yang paling masuk akal karena orbit bulan yang memiliki orientasi serupa dengan rotasi bumi. Teori ini juga sesuai dengan proses pembentukan tata surya serta rasio antara batu Bulan dengan batu Bumi yang hasilnya stabil. Artinya Bulan dan Bumi memiliki asal-usul yang hampir serupa. 

Teori ini kemudian disempurnakan pada tahun 2017 oleh Nature Geoscience yang menyatakan bahwa beberapa benda langit yang memiliki ukuran serupa Bulan hingga Mars menghantam Bumi. Tumbukkan tersebut menghasilkan cakram yang kemudian membentuk bulan-bulan kecil. Bulan-bulan kecil ini kemudian menjauh dari Bumi dan bergabung menjadi satu membentuk Bulan yang dapat kita lihat seperti hari ini. 

The post 6 Teori Pembentukan Bulan Beserta Penjelasan Lengkapnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Akibat Revolusi Bulan bagi Kehidupan https://haloedukasi.com/akibat-revolusi-bulan Mon, 27 Dec 2021 16:18:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29971 Bulan merupakan satelit alami Bumi yang dan satelit alami terbesar ke-5 di tata surya. Cahaya bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya matahari karena bulan tidak memancarkan cahaya. Bulan memiliki atmosfer yang sangat tipis disebut eksosfer. Di bulan tidak terdapat udara ataupun air. Terdapat banyak kawah di permukaan bulan hasil dari hantaman komet atau asteroid. Di […]

The post Akibat Revolusi Bulan bagi Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bulan merupakan satelit alami Bumi yang dan satelit alami terbesar ke-5 di tata surya. Cahaya bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya matahari karena bulan tidak memancarkan cahaya.

Bulan memiliki atmosfer yang sangat tipis disebut eksosfer. Di bulan tidak terdapat udara ataupun air. Terdapat banyak kawah di permukaan bulan hasil dari hantaman komet atau asteroid. Di bulan tidak ada udara dan air sehingga menyebabkan tidak adanya pengikisan terhadap kawah di permukaan bulan. Tanpa pengikisan menyebabkan banyak kawah berusia jutaan tahun.

Jarak rata-rata bumi dan bulan dari pusat ke pusat adalah 240 ribu mil atau sekitar 384.403 km sekitar 30 kali diameter Bumi. Diameter bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter Bumi.

Apa itu revolusi bulan?

Revolusi adalah gerak suatu benda yang berputar mengelilingi benda lainnya. Revolusi bulan adalah gerakan perputaran bulan mengelilingi bumi. Waktu yang dibutuhkan bulan untuk satu kali revolusi sama dengan waktu yang dibutuhkan bulan untuk melakukan rotasi yaitu 29,5 hari atau 1 bulan.

Akibat revolusi bulan

Revolusi bulan ternayata memiliki dampak bagi bumi. Berikut akibat dari revolusi Bulan:

1. Jumlah hari dalam kalender

Perputaran bulan digunakan untuk menentukan kalender tahun Hijriah. Dalam satu bulan kalender Hijriah ada antara 29 hari dan 30 hari. Satu tahun Hijriah berjumlah 355 hari sehingga sejumlah hari besar Islam tanggalnya akan maju 10 hari pada kalender masehi. Kalender hijriah berbeda dengan kalender masehi.

2. Terjadinya pasang naik dan pasang surut air laut

Pasang surut air laut merupakan akibat dari revolusi bulan. Tarikan gravitasi bulan di bumi memainkan peran besar dalam pembentukan pasang surut. Tarikan gravitasi bulan menarik bumi sehingga menggeser massa bumi. Hal tersebut mengubah bentuk air laut dan menyebabkan air menggembung atau menonjol di sisi yang paling dekat dengan bulan dan sisi yang terjauh dari bulan. Tonjolan ini menciptakan air pasang, dan titik terendah adalah terjadinya air surut.

Pasang surut terjadi saat daratan bumi berputar melalui tonjolan pasang surut yang diciptakan oleh tarikan gravitasi bulan. Menurut pengamat dari NASA, bumi bukanlah bola bulat yang mulus sehingga pasang surut juga dipengaruhi oleh keberadaan benua, bentuk bumi, kedalaman lautan di lokasi yang berbeda dan banyak lagi.

Pasang air laut terbesar di dunia adalah di Teluk Fundy, Kanada. Perbedaan antara air surut dan pasang dapat mencapai 16,3 meter.

3. Perubahan fase bulan dan bentuknya

Fase bulan atau fase perubahan bulan meliputi awal bulan atau bulan baru, bulan sabit, bulan separuh, bulan purnama dan bulan separuh. Fase bulan berulang setiap 29,5 hari. Bulan bergerak melintas langit dengan cepat selama satu malam dan terbenam pada waktu yang berbeda.

Seluruh penampilan bulan berubah selama dua minggu atau 15 hari. Pergerakan bulan membutuhkan 27 hari 7 jam dan 43 menit untuk berputar penuh. Hal tersebut menyebabkan bulan bergerak 12 sampai 13 derajat ke timur setiap hari.

Bulan melewati fase cahaya yang berbeda. Kadar cahaya matahari yang diterima bulan dan tidak dipantulkan secara sama sehingga menyebabkan perbedaan penampakan atau tampilan bulan.

4. Terjadinya gerhana bulan

Gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama. Ketika bumi diposisikan tepat di antara bulan dan matahari, bayangan bumi jatuh ke permukaan bulan dan meredupkan cahayanya dan terkadang mengubah permukaan bulan menjadi merah mencolok selama beberapa jam. Gerhana bulan dapat dilihat dari separuh wilayah bumi.

Ada tiga jenis gerhana bulan yaitu gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian dan gerhana penumbra.

5. Terjadinya gerhana matahari

Gerhana matahari hanya terjadi pada fase bulan baru, ketika bulan berada di antara bumi dan matahari. Selama gerhana matahari, bulan memberikan bayangan di bumi dan menghalangi seluruh atau sebagian pandang kita tentang matahari.

Selama gerhana matahari, bayangan bulan di permukaan bumi hanya selebar 300 mil atau 480 km. Bayangan terdiri dari dua bagian yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah ketika matahari sepenuhnya terhalang sedangkan penumbra adalah ketika matahari sebagian dikaburkan.

Orang yang berada di wilayah umbra akan melihat gerhana total sedangkan orang yang berada di penumbra akan melihat gerhana sebagian. Gerhana total hanya berlangsung selama beberapa menit karena bumi berputar cukup cepat untuk membawa bayangan sepertiga dari jalan yang mengelilingi permukaan bumi sebelum bulan bergerak keluar dari garis lurus dengan matahari.

Proses revolusi bulan

Revolusi bulan adalah periode atau waktu yang diperlukan bulan untuk mengitari bumi. Gerakan revolusi bulan membutuhkan waktu yang sama seperti yang dibutuhkan untuk satu kali rotasi yaitu 29,5 hari atau 1 bulan. Revolusi bulan menyebabkan adanya perubahan pada bagian bulan yang mengenai sinar matahari.

Akibatnya, tampilan bulan berubah dalam waktu dua minggu atau 15 hari. Perubahan bentuk bulan disebut dengan perubahan fase bulan. Terdapat bulan baru, bulan sabit, bulan separuh dan bulan purnama. Fase-fase bulan dipengaruhi oleh seberapa luas dari separuh permukaan bumi dilihat atau diamati.

The post Akibat Revolusi Bulan bagi Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Jenis Gerhana Bulan Beserta Gambarnya https://haloedukasi.com/jenis-gerhana-bulan Wed, 26 May 2021 11:32:21 +0000 https://haloedukasi.com/?p=24903 Kali ini kita akan mempelajari pelajaran geografi mengenai jenis dari gerhana bulan, Yuk simak pembahasan berikut ini. Sebelum membahas jenisnya yuk kenali dulu pengertian dari gerhana bulan itu sendiri, Gerhana bulan merupakan suatu peristiwa terjadi dimana saat posisi bumi berada pada matahari dan bulan, dan dikatakan dari NASA saat bulan mengitari bumi dan diwaktu yang […]

The post 3 Jenis Gerhana Bulan Beserta Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kali ini kita akan mempelajari pelajaran geografi mengenai jenis dari gerhana bulan, Yuk simak pembahasan berikut ini.

Sebelum membahas jenisnya yuk kenali dulu pengertian dari gerhana bulan itu sendiri, Gerhana bulan merupakan suatu peristiwa terjadi dimana saat posisi bumi berada pada matahari dan bulan, dan dikatakan dari NASA saat bulan mengitari bumi dan diwaktu yang sama bumi mengitari matahari. Berikut merupakan jenis dari gerhana bulan ? Yuk simak penjelasan berikut ini.

1. Gerhana Bulan Total

Gerhana Bulan Total

Jenis pertama ialah Gerhana bulan total, Gerhana bulan total merupakan terjadi saat bulan dan matahari sama berada di antara bumi. Dan kendati bulan hanya dapat jadi bayangan bumi saja, dan sebagian dari sinar matahari sampai ke bulan.

Pada cahaya matahari sampai pada ke bulan lewat atmosfer bumi. Atmosfer bumi menyaring sebagian sinar biru. Ini menyebabkan bulan berwarna merah dari bumi.

2. Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana Bulan Sebagian

Jenis yang kedua ialah gerhana bulan sebagian, gerhana bulan sebagian merupakan peristiwa yang terjadi ketika sebagian bulan yang berada di bayangan bumi.

3. Gerhana Bulan Panumbra

Gerhana Bulan Panumbra

Jenis yang terakhir ialah gerhana bulan panumbra, gerhana panumbra merupakan peritiwa yang terjadi saat seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih bisa terlihat dengan warna yang suram.

The post 3 Jenis Gerhana Bulan Beserta Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Fenomena Alam yang disebabkan Oleh Bulan Beserta Pembahasannya https://haloedukasi.com/fenomena-alam-yang-disebabkan-oleh-bulan Wed, 23 Dec 2020 03:26:28 +0000 https://haloedukasi.com/?p=17491 Bulan adalah satu-satunya satelit alam yang dimiliki oleh Bumi. Memantulkan cahaya Matahari ketika malam tiba membuatnya semakin terlihat cantik. Selain cantik Bulan juga dapat menghasilkan peristiwa-peristiwa alam yang menakjubkan. Apa saja mereka? mari kita simak penjelasan di bawah ini! 1. Super Moon atau Bulan Super Bentuk lintasan obit Bulan kepada Bumi adalah oval sehingga satelit […]

The post 5 Fenomena Alam yang disebabkan Oleh Bulan Beserta Pembahasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bulan adalah satu-satunya satelit alam yang dimiliki oleh Bumi. Memantulkan cahaya Matahari ketika malam tiba membuatnya semakin terlihat cantik.

Selain cantik Bulan juga dapat menghasilkan peristiwa-peristiwa alam yang menakjubkan. Apa saja mereka? mari kita simak penjelasan di bawah ini!

1. Super Moon atau Bulan Super

Super Moon atau Bulan Super

Bentuk lintasan obit Bulan kepada Bumi adalah oval sehingga satelit alami satu-satunya milik Bumi ini memiliki titik terdekat dan titik terjauh. Fenomena alam ini terjadi ketika posisi Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi.

Di titik ini lah penampakan Bumi akan terlihat lebih besar dari biasanya. Besarnya 14%  lebih besar dari biasanya selain itu juga cahayanya 30% lebih terang.

Namun kita tidak bisa menyadarinya jika hanya melihatnya dengan mata terlanjang diperlukan alat khusus untuk melihat fenomea ini.

2. Blue Moon atau Bulan Biru

Blue Moon atau Bulan Biru

Fenomena alam ini terjadi ketika Bulan mengalami fase purnamanya sebanyak dua kali dalam satu bulan. Mengapa bisa terjadi hal demikian? ini berkaitan dengan kalender yang manusia gunakan. Manusia menggunakan dua jenis kelender yaitu kalender Matahari dan kalender Bulan.

Jika menggunakan kalender Matahari maka satu tahun di Bumi yaitu 365 hari karena Bumi mengitari Matahari selama 365 hari atau sama dengan 12 kali Bulan mengitari Bumi. Namun pada faktanya  evolusi Bulan membutuhkan waktu kur

ng dari 365 hari. Bulan hanya membutuhkan 354 hari 10 jam 49 menit untuk mengitari Bumi.

Artinya dalam 228 bulan fase Bulan purnama akan terjadi sebanyak 235 kali atau selama 19 tahun bulan mengalami 7 bulan fase Bulan purnama. Perbedaan jumlah hari inilah yang menimbulkan fase Bulan purnama terjadi di waktu yang berbeda atau seharusnya.

Perbedaan ini juga yang menyebabkan kalender Bulan atau biasa disebut Hijriah mengalami kemajuan 11 hari setiap bulannya. 

Istilah “biru” tidak menunjukkan Bulannya berwarna biru tetapi karena kata “biru” pada zaman dahulu ditujukan untuk sesuatu hal yang ganjal. Jadi bukan karena Bulan ataupun cahaya Bulannya yang berwarna biru.

3. Blood Moon atau Bulan Berdarah

Blood Moon atau Bulan Berdarah

Blood Moon atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai fenomena “Bulan Berdarah” adalah sebutan lain untuk peristiwa Gerhana  Bulan Total. Peristiwa ini terjeadi apabila posisi Bumi berada di tengah-tengah antara Matahari dan Bulan sehingga sinar Matahari yang harusnya diterima oleh Bulan terhalang oleh keberadaan Bumi.

Akbiatnya yang diterima Bulan bukanlan sinar Matahari melainkan bayangan bumi.

Proses terjadinya Gerhana Bulan terbagi kedalam beberapa fase. Fase pertama yaitu fase Bulan memasuki Umbra Bumi. Fase kedua yaitu Bulan berada tepat di umbra Bumi.

Fase terakhir atau ketiga yaitu fase Bulan keluar dari Bumi.Bulan akan terlihat berwarna merah seperti darah yaitu pada fase Bulan berad di umbra Bumi.

Atmosfer yang dimiliki Bumi menyaring cahaya biru sehingga menyebabkan Bulan terlihat berwarna merah. Semakin tinggi tingkat polusi daearah terjadinya fenomena Blood Moon maka Bulan akan terlihat semakin merah.

4. Super Blue Blood Moon

Super Blue Blood Moon

Fenomena ini terakhir kali terjadi yaitu pada tahun  31 Maret 1866 dan kembali terjadi pada 31 Januari 2018. Ini artinya fenomena super blue blood moon kembali setelah 150 tahun, oleh sebab itu fenomena alam ini termasuk kedalam fenomena alam langka.

Lalu apa sebenarnya Super Blue Blood Moon itu? fenomena alam langka ini merupakan gabungan dari tiga fenomena alam yang dihasilhkan oleh bulan yaitu Super Moon, Blue Moon dan Blood Moon. Ketiga fenomena alam ini terjadi bersamaan dalam satu waktu yang mengahasilkan pemandangan yang menakjubkan.

5. Super Blood Wolf Moon

Super Blood Wolf Moon

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 21 Januari 2019 adalah gabungan dari tiga fenomena alam yang dihasilkan oleh Bulan yaitu Super Moon, Blood Moon dan Wolf Moon. Kita sudah membahas apa itu Super Moon dan Blood Moon di poin sebelumnya.

Lalu bagaimana dengan Wolf Moon? Wolf Moon adalah istilah untuk bulan purnama yang terjadi di bulan Janauari. Istilah ini diberikan oleh orang-orang Indian bahwa pada saat musim dingin serigala kelaparan melonglong pada saat bulan purnama terjadi.

The post 5 Fenomena Alam yang disebabkan Oleh Bulan Beserta Pembahasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>