cara menghitung - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/cara-menghitung Fri, 08 Sep 2023 00:48:32 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico cara menghitung - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/cara-menghitung 32 32 10 Cara Menghitung Laba Rugi dan Metodenya https://haloedukasi.com/cara-menghitung-laba-rugi Fri, 08 Sep 2023 00:48:29 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45451 Menghitung laba rugi merupakan langkah penting dalam mengelola keuangan perusahaan. Laba rugi adalah salah satu laporan keuangan yang memberikan gambaran tentang kinerja finansial perusahaan selama periode tertentu. Dengan memahami cara menghitung laba rugi, perusahaan dapat mengevaluasi sejauh mana usahanya menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Artikel ini akan membahas langkah-langkah dan konsep dasar yang perlu dipahami […]

The post 10 Cara Menghitung Laba Rugi dan Metodenya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Menghitung laba rugi merupakan langkah penting dalam mengelola keuangan perusahaan. Laba rugi adalah salah satu laporan keuangan yang memberikan gambaran tentang kinerja finansial perusahaan selama periode tertentu.

Dengan memahami cara menghitung laba rugi, perusahaan dapat mengevaluasi sejauh mana usahanya menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian.

Artikel ini akan membahas langkah-langkah dan konsep dasar yang perlu dipahami dalam proses perhitungan laba rugi, serta pentingnya informasi ini dalam pengambilan keputusan bisnis.

Apa Itu Laba Rugi

Laba rugi, yang juga dikenal sebagai laporan laba rugi atau laporan pendapatan dan beban, adalah salah satu laporan keuangan utama yang digunakan untuk mengukur kinerja finansial suatu perusahaan atau entitas selama periode waktu tertentu.

Laporan laba rugi memberikan gambaran tentang pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tersebut, serta beban yang dikeluarkan untuk mencapai pendapatan tersebut.

Tujuan Laba Rugi

Laporan laba rugi memiliki beberapa tujuan utama dalam konteks akuntansi dan manajemen keuangan perusahaan. Berikut adalah penjelasan perpoin secara panjang mengenai tujuan laporan laba rugi:

1. Mengukur Kinerja Keuangan

Salah satu tujuan utama laporan laba rugi adalah untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu. Ini mencakup penilaian sejauh mana perusahaan telah menghasilkan pendapatan dari aktivitas operasionalnya dan apakah aktivitas tersebut menguntungkan atau merugikan.

2. Pengambilan Keputusan

Laporan laba rugi memberikan informasi penting kepada manajemen, pemilik, investor, dan kreditur untuk pengambilan keputusan yang tepat. Dengan menilai laba bersih dan rasio profitabilitas lainnya, pemangku kepentingan dapat menentukan apakah perusahaan layak untuk diinvestasikan atau dibiayai lebih lanjut.

3. Evaluasi Kinerja

Laporan laba rugi juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan membandingkan laporan laba rugi dari periode sebelumnya, manajemen dapat melihat tren kinerja dan mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan.

4. Pengendalian Biaya

Laporan laba rugi membantu perusahaan dalam mengendalikan biaya.

5. Penilaian Kredit

Kreditur, seperti bank atau pemberi pinjaman, menggunakan laporan laba rugi untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman mereka. Laba bersih dan arus kas yang dihasilkan adalah faktor penting dalam menentukan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya.

6. Pengungkapan Publik

Perusahaan publik diwajibkan oleh undang-undang untuk mengungkapkan laporan laba rugi mereka secara berkala kepada publik. Tujuan dari ini adalah memberikan transparansi kepada pemegang saham dan masyarakat umum mengenai kinerja keuangan perusahaan.

7. Perencanaan Keuangan

Laporan laba rugi juga digunakan dalam proses perencanaan keuangan. Manajemen dapat menggunakan data historis dari laporan laba rugi untuk merumuskan anggaran dan rencana bisnis untuk periode mendatang.

8. Evaluasi Strategi Bisnis

Dalam mengembangkan dan mengevaluasi strategi bisnis, perusahaan perlu memahami bagaimana keputusan strategis akan mempengaruhi laporan laba rugi. Hal ini membantu dalam memilih strategi yang paling menguntungkan.

Komponen Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi, juga dikenal sebagai laporan pendapatan dan beban, terdiri dari beberapa komponen penting yang mencerminkan kinerja finansial suatu perusahaan selama periode waktu tertentu. Berikut adalah komponen utama dalam laporan laba rugi:

1. Pendapatan

Ini adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa selama periode waktu yang dilaporkan. Pendapatan ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti penjualan produk, layanan, atau investasi.

2. Harga Pokok Penjualan (COGS – Cost of Goods Sold)

Ini adalah biaya langsung yang terkait dengan produksi atau pemberian layanan yang dihasilkan untuk menghasilkan pendapatan. COGS mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya yang terkait dengan produk atau layanan yang dijual.

3. Laba Kotor

Laba kotor dihitung dengan mengurangkan COGS dari pendapatan. Ini adalah profitabilitas inti perusahaan sebelum mempertimbangkan biaya operasional dan administratif. Laba kotor mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan produk atau layanan.

4. Beban Operasional

Beban operasional adalah semua biaya yang terkait dengan operasi sehari-hari perusahaan selain dari COGS. Ini mencakup biaya seperti gaji dan honorarium karyawan, biaya sewa, utilitas, dan biaya pemasaran.

5. Laba Operasional

Laba operasional dihitung dengan mengurangkan beban operasional dari laba kotor. Ini mencerminkan profitabilitas perusahaan dalam menjalankan operasinya, tanpa mempertimbangkan biaya finansial dan pajak.

6. Beban Non-Operasional

Beban non-operasional mencakup biaya dan pendapatan yang tidak terkait dengan operasi inti perusahaan. Ini bisa mencakup bunga yang dibayarkan atas utang, pendapatan dari investasi, atau kerugian atas penjualan aset.

7. Laba Sebelum Pajak (Income Before Tax)

Laba sebelum pajak dihitung dengan menambahkan laba operasional dan mengurangkan beban non-operasional. Ini mencerminkan laba perusahaan sebelum mempertimbangkan kewajiban pajak.

8. Pajak Penghasilan (Income Tax Expense)

Pajak penghasilan adalah jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah berdasarkan laba sebelum pajak. Besarnya pajak ditentukan oleh hukum pajak yang berlaku di wilayah perusahaan beroperasi.

9. Laba Bersih (Net Income)

Laba bersih adalah laba akhir yang tersisa setelah mengurangkan pajak penghasilan dari laba sebelum pajak. Ini adalah angka yang paling sering digunakan untuk mengukur profitabilitas sebenarnya suatu perusahaan selama periode tertentu.

10. Laba Bersih Attributable to Shareholders (Laba Bersih yang Dapat Diatribusikan kepada Pemegang Saham)

Ini adalah laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham perusahaan, yang mencerminkan sejauh mana pemegang saham mendapatkan keuntungan dari operasi perusahaan.

11. Laba per Saham (Earnings per Share – EPS)

EPS adalah laba bersih yang diatribusikan kepada setiap saham yang beredar. Ini adalah ukuran penting yang digunakan oleh investor untuk menilai profitabilitas perusahaan per saham.

12. Laba Komprehensif (Comprehensive Income)

Laba komprehensif adalah ukuran yang lebih luas dari profitabilitas perusahaan yang mencakup semua perubahan dalam ekuitas perusahaan selama periode tertentu, termasuk selain dari laba bersih juga elemen-elemen seperti perubahan nilai pasar investasi.

Cara Menghitung Laba Rugi

Menghitung laba rugi melibatkan beberapa langkah penting yang mencerminkan kinerja finansial suatu perusahaan selama periode tertentu. Berikut adalah langkah-langkah dalam menghitung laba rugi:

1. Kumpulkan Data Keuangan

Langkah pertama adalah mengumpulkan semua data keuangan yang diperlukan. Ini mencakup laporan pendapatan, neraca, dan catatan keuangan lainnya yang relevan untuk periode yang ingin dihitung laba ruginya.

2. Hitung Pendapatan

Tentukan total pendapatan yang diperoleh perusahaan selama periode tersebut. Ini mencakup semua sumber pendapatan, seperti penjualan produk, layanan, atau investasi.

3. Hitung Harga Pokok Penjualan (COGS)

Identifikasi dan kalkulasikan biaya langsung yang terkait dengan produksi atau pemberian layanan yang dihasilkan untuk menghasilkan pendapatan. Ini mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya yang terkait dengan produk atau layanan yang dijual.

4. Hitung Laba Kotor

Laba kotor dihitung dengan mengurangkan COGS dari pendapatan. Ini adalah profitabilitas inti perusahaan sebelum mempertimbangkan biaya operasional dan administratif.

5. Hitung Beban Operasional

Tentukan semua biaya operasional yang terkait dengan menjalankan bisnis. Ini mencakup biaya seperti gaji dan honorarium karyawan, biaya sewa, utilitas, dan biaya pemasaran.

6. Hitung Laba Operasional

Laba operasional dihitung dengan mengurangkan beban operasional dari laba kotor. Ini mencerminkan profitabilitas perusahaan dalam menjalankan operasinya, tanpa mempertimbangkan biaya finansial dan pajak.

7. Identifikasi Beban Non-Operasional

Identifikasi dan kalkulasikan biaya dan pendapatan yang tidak terkait dengan operasi inti perusahaan. Ini bisa mencakup bunga yang dibayarkan atas utang, pendapatan dari investasi, atau kerugian atas penjualan aset.

8. Hitung Laba Sebelum Pajak

Laba sebelum pajak dihitung dengan menambahkan laba operasional dan mengurangkan beban non-operasional. Ini mencerminkan laba perusahaan sebelum mempertimbangkan kewajiban pajak.

9. Hitung Pajak Penghasilan

Tentukan jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah berdasarkan laba sebelum pajak. Besarnya pajak ditentukan oleh hukum pajak yang berlaku di wilayah perusahaan beroperasi.

10. Hitung Laba Bersih

Laba bersih adalah laba akhir yang tersisa setelah mengurangkan pajak penghasilan dari laba sebelum pajak. Ini adalah angka yang paling sering digunakan untuk mengukur profitabilitas sebenarnya suatu perusahaan selama periode tertentu.

Setelah langkah-langkah ini diselesaikan, Anda akan memiliki laporan laba rugi yang mencerminkan kinerja finansial perusahaan selama periode waktu tersebut.

Laporan laba rugi ini memberikan informasi penting kepada pemangku kepentingan, termasuk pemilik, investor, dan manajemen, tentang sejauh mana perusahaan menghasilkan laba atau mengalami kerugian selama periode tersebut.

Informasi ini juga digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis dan perencanaan keuangan.

Metode Laba Rugi

Laba rugi adalah laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja finansial perusahaan selama periode waktu tertentu. Terdapat beberapa metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam penyusunan laporan laba rugi. Berikut ini adalah beberapa metode laba rugi yang umum digunakan:

1. Metode Pencatatan Kas (Cash Basis)

Pada metode ini, pendapatan dan biaya dicatat ketika uang secara fisik berpindah tangan, artinya transaksi diakui hanya jika ada pembayaran atau penerimaan tunai.

Metode ini sederhana dan sering digunakan oleh bisnis kecil, terutama yang tidak memiliki persediaan besar.

Namun, metode ini tidak mencerminkan secara akurat kinerja keuangan perusahaan karena tidak memperhitungkan transaksi kredit atau utang yang belum dibayar.

2. Metode Akrual (Accrual Basis)

Metode akrual mencatat pendapatan ketika mereka diperoleh, bukan hanya saat uang diterima, dan mencatat biaya ketika mereka terjadi, bukan hanya saat uang dibayarkan.

Ini adalah metode yang lebih akurat dalam mengukur kinerja finansial karena mencerminkan semua transaksi, termasuk yang belum dibayar atau belum diterima.

Metode akrual biasanya digunakan oleh perusahaan besar dan organisasi yang memiliki kompleksitas keuangan yang tinggi.

3. Metode Hybrid (Campuran)

Beberapa perusahaan menggabungkan elemen dari kedua metode di atas, tergantung pada jenis transaksi dan tujuan pelaporan.

Misalnya, perusahaan dapat menggunakan metode akrual untuk menghitung pendapatan tetapi menggunakan metode pencatatan kas untuk menghitung biaya tertentu.

Pendekatan campuran dapat digunakan untuk mencapai fleksibilitas dan akurasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

4. Metode Proyeksi (Forecasting)

Metode ini digunakan untuk meramalkan laba rugi di masa depan berdasarkan proyeksi penjualan, biaya, dan pendapatan.

Metode proyeksi membantu perusahaan dalam perencanaan keuangan jangka panjang dan pengambilan keputusan strategis.

Ini biasanya digunakan dalam konteks anggaran atau rencana bisnis.

5. Metode Standar (Standard Costing)

Metode ini umumnya digunakan dalam industri manufaktur untuk mengukur efisiensi dan biaya produksi.

Biaya produksi yang sebenarnya dibandingkan dengan biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya, dan selisihnya mencerminkan laba atau rugi pada tingkat produksi tertentu.

Metode ini membantu dalam mengidentifikasi penyimpangan dari target biaya.

Setiap metode laba rugi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan pemilihan metode tergantung pada karakteristik dan tujuan perusahaan. Yang penting, perusahaan harus konsisten dalam penggunaan metode tertentu dan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku untuk menjaga konsistensi dan keandalan laporan laba rugi mereka.

Hal hal yang Harus Diperhatikan

Saat menyusun atau menginterpretasikan laporan laba rugi, terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna memastikan bahwa laporan tersebut akurat dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan finansial. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Konsistensi

Pastikan penggunaan metode akuntansi yang konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Konsistensi dalam pengukuran pendapatan, biaya, dan metode pencatatan sangat penting agar laporan laba rugi dapat dibandingkan dari waktu ke waktu.

2. Akuntansi Akrual

Jika mungkin, gunakan metode akrual dalam penyusunan laporan laba rugi. Metode ini mencerminkan semua transaksi, termasuk yang belum dibayar atau belum diterima, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja perusahaan.

3. Pemisahan Pendapatan

Jika perusahaan memiliki berbagai sumber pendapatan, pastikan untuk memisahkan pendapatan dari berbagai jenis aktivitas. Ini membantu dalam menganalisis profitabilitas masing-masing lini bisnis atau produk.

4. Ketelitian dalam Pengelompokan Beban

Pastikan beban diidentifikasi dan dielompokkan dengan tepat. Hal ini mencakup pembagian antara beban operasional, beban non-operasional, dan elemen-elemen lain yang relevan.

5. Transparansi

Laporan laba rugi harus transparan dan mudah dimengerti oleh semua pemangku kepentingan. Gunakan istilah yang jelas dan deskripsi yang sesuai agar laporan dapat diinterpretasikan dengan mudah.

6. Pengenalan Beban Non-Operasional

Pastikan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan dengan benar beban non-operasional, seperti bunga atas utang atau pendapatan dari investasi. Ini membantu dalam pemahaman mengenai pengaruh faktor-faktor ini terhadap profitabilitas perusahaan.

7. Perbandingan dengan Periode Sebelumnya

Selalu bandingkan laporan laba rugi dengan periode sebelumnya untuk mengidentifikasi tren dan perubahan kinerja finansial. Ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang pertumbuhan atau penurunan bisnis.

8. Analisis Rasio Keuangan

Gunakan rasio keuangan, seperti rasio laba bersih terhadap pendapatan atau rasio laba bersih terhadap aset, untuk mengukur profitabilitas dan kinerja keuangan secara lebih mendalam.

9. Evaluasi Penyimpangan

Jika terdapat penyimpangan besar dari ekspektasi atau dari periode sebelumnya, tindak lanjuti untuk mengidentifikasi penyebabnya. Hal ini dapat membantu dalam perbaikan bisnis dan perencanaan strategi.

10. Pajak Penghasilan

Perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan harus dilakukan sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Pastikan untuk mengakui kewajiban pajak dengan benar dalam laporan laba rugi.

11. Pemahaman atas Pengaruh Perubahan

Jika ada perubahan dalam kebijakan akuntansi atau faktor-faktor eksternal yang signifikan, seperti perubahan peraturan pajak, pastikan untuk memahami bagaimana perubahan tersebut memengaruhi laporan laba rugi.

12. Penggunaan Informasi

Terakhir, pastikan laporan laba rugi digunakan secara efektif dalam pengambilan keputusan bisnis. Laporan ini harus memberikan wawasan yang cukup untuk membantu manajemen mengidentifikasi masalah dan peluang serta merencanakan tindakan yang tepat.

Memahami dan memperhatikan hal-hal ini adalah kunci untuk memastikan bahwa laporan laba rugi benar-benar memberikan gambaran yang akurat tentang kinerja finansial perusahaan dan dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam pengambilan keputusan bisnis.

The post 10 Cara Menghitung Laba Rugi dan Metodenya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Cara Menghitung Harga Jual yang Benar https://haloedukasi.com/cara-menghitung-harga-jual Mon, 07 Nov 2022 08:22:37 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39543 Terdapat beberapa rumus harga jual yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk yang ideal bagi para pelaku usaha. Rumus dalam menghitung harga jual menjadi penting untuk diketahui dan dipahami oleh pemilik bisnis.  Tujuan menghitung harga jual adalah menghindari terjadinya kerugian akibat salah mematok harga jual. Oleh karena itu, berikut beberapa cara menghitung harga jual. […]

The post 4 Cara Menghitung Harga Jual yang Benar appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Terdapat beberapa rumus harga jual yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk yang ideal bagi para pelaku usaha. Rumus dalam menghitung harga jual menjadi penting untuk diketahui dan dipahami oleh pemilik bisnis. 

Tujuan menghitung harga jual adalah menghindari terjadinya kerugian akibat salah mematok harga jual. Oleh karena itu, berikut beberapa cara menghitung harga jual.

Apa itu Harga Jual?

Sebelum mengenal lebih jauh dengan istilah harga jual ada baiknya terlebih dahulu memahami pengertian dari harga jual. Harga jual merupakan harga yang ditawarkan oleh badan usaha dengan jumlah moneter yang telah ditentukan kepada konsumen atau pelanggan.

Dalam buku Akuntansi Biaya tahun 2005, Mulyadi mendefinisikan harga jual sebagai besaran harga yang akan dibebankan kepada konsumen, dan dihasilkan atau dihitung dari biaya produksi ditambah dengan biaya non produksi, serta laba.

Dalam menentukan laba yang akan diperoleh maka perhitungan atau penentuan harga jual menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan atau badan usaha.

Kerugian dapat terjadi apabila terdapat kesalahan perhitungan harga pokok penjualan atau HPP. Cara dan rumus menentukan harga jual harus dipahami oleh penjual untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan-kesalahan dalam berbisnis.

Tantangan dalam Menghitung Harga Jual

Ketika menghitung harga per unit barang ataupun jasa meskipun terlihat mudah namun dalam secara praktik terdapat tantangan yang dihadapi dalam menghitung harga jual.

Berikut beberapa tantangan dalam menghitung harga jual.

  1. Menjual harga yang murah sering mendapatkan stigma bahwa produk berkualitas murahan.
  2. Tidak dapat menjual produk lebih banyak karena harga jual yang tinggi akibat menghabiskan modal yang terlalu tinggi.
  3. Terlalu sering menjual produk murah menjadikan pelaku usaha merasa tidak pantas jika menjual harga produk yang mahal.
  4. Jika harga yang dijual terlalu murah, meskipun lebih banyak terjual namun pelaku usaha tidak akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
  5. Sebagai penjual atau pebisnis tidak dapat terus bergantung pada satu supplier saja untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan, setidaknya pemilik usaha harus memiliki beberapa supplier.
  6. Jika harga yang dijual terlalu mahal, meskipun mendapat keuntungan yang lebih banyak namun akan membuat pembeli atau konsumen mudah beralih pada produk kompetitor yang memasang harga lebih murah.
  7. Membeli barang dari pemasok yang lebih mahal akan menyebabkan harga jual barang menjadi lebih tinggi sehingga pelaku usaha mendapati kesalahan dalam menghitung biaya penjualan, bahkan mengalami kerugian

Cara Menghitung Harga Jual

Berikut beberapa cara dan rumus dalam menghitung harga jual produk yang perlu diketahui oleh pemilik usaha.

1. Mark up Pricing

Cara menghitung harga jual pertama adalah mark up pricing. Mark up Pricing merupakan salah satu cara menghitung harga jual yang paling sederhana dan cukup simpel. Menghitung harga jual menggunakan cara ini hanya membutuhkan jumlah modal dan keuntungan yang diinginkan.

Berikut ini rumus harga jual dengan cara mark up pricing:

Modal + Mark Up = Harga Jual

Contoh

Pemilik usaha X memiliki 50 produk tas kerajinan dengan harga modal Rp 50.000 per pasang. Dari setiap tas yang dijual pemilik usaha ingin mendapat keuntungan sebesar Rp 20.000 per pasang. Maka harga jual untuk tas kerajinan adalah:

Rp 50.000 + Rp 20.000 = Rp 70.000

Maka harga jual produk setiap tas kerajinan adalah Rp 70.000. 

Maka untuk semua tas kerajinan yang terjual pemilik usaha akan mendapatkan omzet sebesar 50 x Rp 70.000 = Rp 3.500.000. 

Sedangkan keuntungan yang pemilik usaha dapat dari 50 tas kerajinan yang terjual adalah 50 x Rp 20.000 = Rp 1.000.000.

2. Margin Pricing

Cara menghitung harga jual yang kedua adalah margin pricing. Dalam menghitung margin pricing perlu diketahui perkiraan harga jual yang dikehendaki untuk menentukan margin.

Berikut rumus dalam menentukan harga jual menggunakan margin pricing:

Margin = (Harga Jual – Harga Perolehan)/Harga Jual

Dengan rumus margin pricing maka pemilik usaha dapat ditentukan apakah harga jual tersebut terlalu murah atau mahal. Tujuannya agar dapat bersaing dengan sehat dan baik dengan kompetitor.

Contoh

Pemilik usaha A akan menjual suatu produk olahan makanan dengan perkiraan harga jualnya Rp40.000 untuk setiap boxnya. Biaya yang pemilik usaha A butuhkan untuk membuat produk tersebut sebesar Rp20.000. Maka margin yang akan pemilik usaha A dapatkan yaitu:

Margin = (40.000 – 20.000)/40.000.

Margin = 0,5

3. Cost Plus Pricing

Cara menghitung harga jual berikutnya adalah cost plus pricing. Cara ini digunakan melengkapi rumus mark up pricing. Perhitungan harga jual melalui cara cost plus pricing terlihat lebih kompleks.

Dalam menghitung harga jual menggunakan metode cost plus pricing yang dibutuhkan bukan hanya modal saja namun biaya operasional juga perlu dihitung seperti gaji karyawan, tagihan internet, listrik toko, biaya pengantaran, biaya perawatan produk di gudang, dan lain-lain.

Berikut cara menghitung harga jual dengan metode cost plus pricing:

(Modal + Biaya Operasional + Tagihan/Pajak) + % Laba dari modal = Harga Jual

Contoh 

Pemilik usaha B memiliki 100 pasang sepatu bola dengan harga modal Rp 250.000 per pasang. Di toko pemilik usaha tersebut terdapat 3 orang karyawan. Kemudian, biaya operasional yang dibebankan untuk jenis sepatu yang ingin dijual tersebut adalah sebesar Rp 100.000. 

Tagihan listrik, internet, dan pajak yang dibebankan untuk jenis sepatu yang dijual sebesar Rp 30.000. Dalam menghitung Cost Plus Princing dibutuhkan besaran laba yang ingin dicapai. Dalam kasus ini pemilik usaha B menargetkan laba sebesar 10% dari modal. Maka berikut cara menghitung harga jual berdasarkan indikator-indikator yang ada:

(250.000 + 100.000 + 30.000) + (10% x 250.000) = harga jual

380.000 + 25.000 = Rp 405.000

4. Manufacturer Suggested Retail Price

MSRP merupakan kepanjangan dari Manufacturer Suggested Retail Price. MSRP adalah harga yang disarankan produsen untuk dijual kembali tidak lebih dari harga yang telah ditentukan. Cara ini mempermudah penjual dalam menentukan harga jual barang. Salah satu bentuk MSRP yang dikeluarkan oleh pemilik pabrik adalah HET.

HET merupakan singkatan dari harga eceran tertinggi atau penetapan harga maksimal dari suatu produk yang dijual. Meskipun demikian, secara praktik harga jual produk di pasaran masih dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan harga jual pemilik toko.

Guna mengantisipasi terjadinya pelampauan batas harga jual produk antara retailer di pasaran maka MSRP hadir untuk menstabilkan harga produk di pasaran. MSRP diterapkan pada produk manufaktur seperti otomotif, barang elektronik, dan lain sebagainya.

Contoh

Harga jual MSRP sebuah  minuman kaleng tertulis HET atau harga eceran tertinggi Rp 18.000. Penjual dapat menjual minuman kaleng tersebut di harga yang sama dengan HET atau lebih sedikit, misalnya Rp 18.500. Jika ingin produk lebih laku penjual dapat pasang harga jual di bawah harga MSRP misalnya Rp 17.500.

Penutup

Itulah beberapa cara dan rumus menghitung harga jual produk yang paling sering digunakan oleh penjual atau pebisnis. Metode perhitungan harga jual produk dapat diterapkan baik saat jualan secara online maupun secara offline

The post 4 Cara Menghitung Harga Jual yang Benar appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>