dinasti abbasiyah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/dinasti-abbasiyah Mon, 11 Apr 2022 08:44:06 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico dinasti abbasiyah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/dinasti-abbasiyah 32 32 Kehidupan Pada Masa Dinasti Abbasiyah Beserta Penjelasannya https://haloedukasi.com/kehidupan-pada-masa-dinasti-abbasiyah Mon, 11 Apr 2022 02:18:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33514 Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan yang menggantikan Dinasti Umayyah karena memiliki nasab yang lebih dekat dengan nabi Muhammad sehingga menganggap dirinya lebih berhak untuk menjadi pemimpin.  Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas mendirikan dinasti ini pada tahun 132 H dan bertahan hingga 656 H atau sekitar 5 abad.  Berbagai pencapain telah diraih […]

The post Kehidupan Pada Masa Dinasti Abbasiyah Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan yang menggantikan Dinasti Umayyah karena memiliki nasab yang lebih dekat dengan nabi Muhammad sehingga menganggap dirinya lebih berhak untuk menjadi pemimpin.  Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas mendirikan dinasti ini pada tahun 132 H dan bertahan hingga 656 H atau sekitar 5 abad. 

Berbagai pencapain telah diraih oleh dinasti ketiga ini dari berbagai bidang kehidupan. Lantas bagaimana kondisi kehidupan pada masa Dinasti Abbasiyah? Berikut penjelasannya. 

1. Bidang Sosial 

Sudah menjadi kodratnya manusia merupakan makhluk yang tidak pernah bisa lepas dari manusia lainnya. Artinya setiap manusia di suatu tempat akan memiliki hubungan dengan manusia lainnya. Pada masa Dinasti Abbasiyah wilayah kekuasaannya membentang meliputi Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsia, Mesir hingga ke China. 

Masing-masing daerah tersebut saling berinteraksi membentuk suatu budaya yang disesuaikan dengan karakteristik mereka. Meskipun berbeda-beda namun masyarakat yang heterogen ini mampu hidup berdampingan. 

Tidak ada kelas sosial di masa pemerintahan Abbasiyah berdasarkan ras, suku maupun warna kulit melainkan berdasarkan profesi atau jabatannya. Secara garis besar kelas sosial Abbasiyah terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus diperuntukkan bagi khalifah beserta keluarganya (Bani Hasyim), pejabat negara, dan kaum bagsawan seperti kaum Quraisy, serta petugas negara seperti tentara dan kasim istana. 

Sementara itu kaum umum diperuntukkan bagi mereka yang merupakan pelaku seni, sastrawan, ulama, saudagar dan pengusaha, serta tukang, petani maupun pedagang.

Selain kelompok diatas terdapat satu golongan lagi yang disebut sebagai kaum Taulid yakni orang-orang yang lahir dari perkawinan campur antar suku yang ada di kota Abbasiyah. Perkawinan silang tersebut biasanya dilakukan oleh petinggi negara maupun seniman. Dari golongan ini lah lahir anak-anak dengan intelektual yang tinggi dan perawakan yang cakap. 

Sementara itu masalah sosial yang dialami selama masa Abbasiyah adalah adanya bentrok antara kaum Arab dengan kaum Non Arab atau Mawali yang fanatisme dan menganggap kaumnya lebih berhak atas segala bidang kehidupan. 

2. Bidang Ekonomi

Bidang ekonomi menjadi salah satu sektor yang berhasil berkembang pesat semasa kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pemerintahan Abbasiyah mulai mengembangkan sistem irigasi di Sawad yang berhasil membawa sektor pertanian semakin berkembang pesat sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi negara. 

Khalifah Al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad dengan alasan tanah di sana lebih subur yang pastinya akan meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka.  Untuk memaksimalkan sistem pertanian mereka, dibangunkan dua kanal yakni kanal Nahr Isa dan kanal Sharah. Dengan memaksimalkan potensi dan kesuburan tanah, Abbasiyah berhasil unggul dalam hasil kapas, gandum, padi, kurma dan wijen bahkan menjadi pemasok utama untuk negara lainnya. 

Tak hanya pertanian, sektor perdagangan juga diperhatikan oleh Khalifah Al-Manshur. Hal ini terlihat dari pemindahan ibukota ini  juga dilandaskan pada lokasi Baghdad yang lebih strategis sehingga Abbasiyah dapat mengawasi jalur perdagangan lebih ketat. Abbasiyah mengirimkan hasil kapasnya ke China bahkan beberapa ada yang dikirim ke Negeri Tirai Bambu untuk urusan kerja sama dagang mereka. 

Abbasiyah memanfaatkan jalur Laut Kaspia sebagai penghubung dengan negara-negara lainnya untuk mengimpor dan mengekspor barang-barang. Selain dengan negara Asia, Abbasiyah juga menjalin hubungan dagang dengan Afrika untuk membeli gading dan kayu bahkan budak. 

Bidang industri juga berkembang pesat di Abbasiyah dimana mereka memproduksi kain sutera, wol, satin, brokat, karet dan kain-kain lainnya. Abbasiyah bahkan mengekspor hasil kainnya ke Eropa karena pada masa itu Abbasiyah memiliki teknologi yang paling mumpuni dibandingkan dengan negara lain sehingga tak heran hasilnya sangat berkualitas. 

3. Bidang Politik

Kehidupan politik pada masa Dinasti Abbasiyah menerapkan sistem politik kekhalifahan sebagai pemimpin tertinggi mereka. Pejabat-pejabat dalam pemerintahan diambil dari berbagai kalangan tidak hanya bergantung pada orang-orang Arab melainkan juga dari golongan Malawi. 

Beberapa petinggi berasal dari bangsa Persia dan bangsa-bangsa lainnya. 

Sementara itu ahli sejarah membagi masa kekhalifahan Abbasiyah menjadi 5 periode seperti berikut ini. 

  • Periode Pertama 
    Periode pertama berlangsung pada tahun 750M–847 M dimana pada masa ini sudah dicapai masa keemasan dan perkembangan ilmu filsafat sudah terlihat. Pada masa ini lah pemindahan ibukota dilakukan oleh Khalifah Al Manshur dan menunjuk wazir sebagai koordinator departemen, lembaga protokol negara, sekretaris negara hingga kepolisian. Khalifah Al Mashur juga merubah sistem kekhalifahan yang berdasarkan pada garis keturunan Rasulullah dihapuskan dan beranggapan bahwa khalifah adalah mandat dari Allah. 
  • Periode Kedua
    Periode kedua berlangsung dalam kurun waktu 847-945 M dimana terjadi perubahan roda pemerintahan yang mulai menurun. Kemunduran tersebut diakibatkan kemewahan yang di dapat dari periode sebelumnya dan melalaikan para penerus pemerintahan. Kekuasaan dan tahta diambil oleh orang-orang Turki terutama setelah wafatnya Khalifah  Mutawakkil yang menjadi khalifah terakhir dari bani Abbas. 
  • Periode Ketiga
    Periode ketiga berlangsung sejak 945 M -1055 M dimana orang-orang Turki berhasil disingkirkan dan kekuasaan berada di tangan Bani Buwaih. Namun kondisi negara tidak membaik justru semakin memburuk. Pada masa ini bani Abbas justru mengalami kemajuan utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan dengan ditandai munculnya pemikir-pemikir cerdas seperti Al Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina dan lainnya. 
  • Periode Keempat 
    Periode keempat terjadi pada tahun 1055 M–1194w M yakni akhir dari kekuasaan bani Buwaih oleh Bani Seljuk. Sama halnya pada periode sebelumnya, bidang ilmu pengetahuan juga semakin berkembang dengan ditandai adanya madrasah yang menjadi panutan oleh perguruan tinggi lainnya. Pada masa ini pusat politik tidak hanya di Baghdad tetapi terbagi ke dalam beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur. Masa ini juga dikenal dengan masa pengaruh Turki periode II
  • Periode Kelima
    Periode terakhir dimulai sejak 1194 M–1258 M yakni ketika dinasti ini terlepas dari pengaruh-pengaruh dinasti lainnya. Namun kekuasan pemerintahan hanya berada di Baghdad saja hingga akhirnya mendapatkan serangan dari Mongol dan menjadi akhir dari kekuasaan dinasti ini. 

4. Bidang Kebudayaan 

Kemajuan juga dirasakan pada bidang kebudayaan yang dipengaruhi dari beberapa bangsa seperti berikut ini. 

  • Kebudayaan Yunani
    Kebudayaan Yunani berkembang di Abbasiyah dimana sekolah-sekolah kedokteran masa Romawi diperbaharui setelah jatuh ke tangan kaum muslimin. Selain itu pusat studi Jundaisabur dijadikan sebagai tempat untuk tawanan Romawi. Begitu juga kota Haran yang merupakan kota terpenting pada masa Yunani dimanfaatkan oleh Daulah Abbasiyah untuk mengembangkan kebudayaannya. 
  • Kebudayaan Persia
    Kebudayaan Persia dapat terlihat dengan adanya pemindahan ibukota dan diadakannya lembaga negara wizarah yang bertugas untuk membantu pekerjaan khalifah. 
  • Kebudayaan India 
    Kebudayaan India masuk ke dalam Abbasiyah secara langsung melalui interaksi perdagangan yang terjalin di antara keduanya. 
  • Kebudayaan Arab
    Kebudayaan Arab merupakan kebudayaan yang paling mendominasi Abbasiyah mengingat semua sumber hukum berasal dari Al Qur’an, Hadist, Fiqih yang menggunakan bahasa Arab seluruhnya. Adapun cabang-cabang kebudayaan lainnya yang turut berkembang pesat pada masa kekhalifahan Abbasiyah diantaranya adalah sebagai berikut. 

5. Seni Arsitektur 

Seni Arsitektur yang menonjol pada masa Abbasiyah adalah corak Islam yang banyak diterapkan di masjid-masjid. Seni arsitektur Abbasiyah tidak banyak berubah dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah. 

Ciri khas dari arsitektur yang berkembang pada abad ke 11 ini adalah mulai menggunakan batu bata dengan mengusung bentuk melengkung khas Persia. Pembangunan juga memperhatikan kepentingan sosial serta fasilitas istana. Contoh bangunan berseni arsitektur Abbasiyah adalah Istana Baghdad yang unik dengan adanya hiasan muqimas atau stalaktit seperti yang ditemukan pada bangunn kuburan. Contoh bangunan lainnya adalah masjid Samarra yang masih bertahan hingga saat ini. 

6. Bahasa dan Sastra 

Seni bahasa dan Sastra mengalami kemajuan dimana mulai bermunculan penyair dan aliran baru dalam dunia puisi. Pada masa Abbasiyah para penyair mulai memadupadankan budaya Arab dengan non Arab. Penyair yang muncul dan terkenal dari masa Abbasiyah adalah Abu Nawas, Abu ‘Atahiya, Abu Tamam, Da’bal al-khuza’i, Al-Buhtury dan masih banyak lagi. 

Karya sastra lainnya yang berkembang pesat adalah prosa yang pada umumnya berupa novel, kumpulan nasihat, dan salinan terjemahan karya sastra bahasa asing lainnya. Diantara tokohnya yang terkenal pada masanya adalah Abdullah bin Muqaffa pengarang prosa Kalilah wa Dimnah, Abdul Hamid al-Katib yakni pelopor pengarang surat, Al-Jahiz penulis dari Kitabul Bayan Wat Tabyan, dan lainnya. 

7. Seni Musik 

Seni musik sebenarnya sudah berkembang sejak era Umayyah namun pada masa Abbasiyah seni ini mengalami kejayaannya. Musik-musik yang diciptakan berisikan syair dan lirik tentang kecintaannya terhadap Islam. Tokoh-tokoh seni musik pada masa Abbasiyah yang termashur antara lain Yunus bin Sulaiman yang merupakan pelopor teori seni musik Islam pertama bahkan gaya berisiknya diterima di Eropa, Khalil bin Ahmad dimana karya-karya beliau menjadi kurikulum di sekolah-sekolah secara global, Hunain bin Ishaq yang berhasil menyalin dan menerjemahkan buku teori musik Plato dan Aristoteles ke dalam bahasa Arab. 

8. Seni Lukis

Seni lukis pada masa Abbasiyah mengadopsi gaya dari Dinasti Sasania yang berkuasa sebelum era keislaman. Lukisan yang digambar biasanya berupa hewan, buah, tumbuhan ataupun orang yang sedang menari.  Lukisan tersebut biasanya dapat ditemukan di tembok-tembok istana. 

9. Bidang Militer 

Militer sangat dibutuhkan dalam sebuah negara sebagai kekuatan untuk melindungi dari serangan-serangan bangsa lainnya. Pasukan Abbasid pada umumnya berasal dari golongan Arab namun tak sedikit pula yang berasal dari Iran, Khorasan dan Transoxiana. Meski demikian pasukan-pasukannya bukan diambil dari suku atau etnis melainkan dari kota atau desa tempat tinggalnya. 

Pasukan Abbasiyah terutama yang berasal dari Turki terkenal akan kemampuan berkuda dan memanahnya. Mereka bahkan sudah berlatih sejak kanak-kanak sehingga ketika dewasa sudah siap bertempur di medan perang. 

Jumlah pasukan Abbasiyah selalu berubah-ubah namun yang berada di perbatasan wilayah relatif berjumlah tetap yakni sekitar 125.000 orang. Tentara ini ditugaskan untuk menjaga perbatasan Bizantium, Baghdad, Madinah, Damaskus, Rayy dan lainnya. Seluruh pasukannya memakai seragam yang terbuat dari besi seluruhnya bahkan hanya ada lubang untuk bernafas dan melihat. Senjata yang mereka gunakan adalah tombak dan pedang yang banyak digunakan oleh tentara Persia. 

The post Kehidupan Pada Masa Dinasti Abbasiyah Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Peninggalan Dinasti Abbasiyah yang Masih Ada Hingga Kini https://haloedukasi.com/peninggalan-dinasti-abbasiyah Mon, 11 Apr 2022 01:56:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33472 Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang berdiri pada tahun 132 sampai 656 H atau  750 sampai 1258 M. Dinasti yang didirikan oleh Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas menjadi salah satu kerajaan Islam yang paling lama berkuasa. Beribukota di Baghdad kemudian berpindah ke Samarra, kekhalifahan ketiga ini memiliki wilayah yang luas yakni meliputi […]

The post 11 Peninggalan Dinasti Abbasiyah yang Masih Ada Hingga Kini appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang berdiri pada tahun 132 sampai 656 H atau  750 sampai 1258 M. Dinasti yang didirikan oleh Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas menjadi salah satu kerajaan Islam yang paling lama berkuasa. Beribukota di Baghdad kemudian berpindah ke Samarra, kekhalifahan ketiga ini memiliki wilayah yang luas yakni meliputi Irak, Suriah, Semenanjung Arab, Uzbekistan dan Mesir Timur. 

Selama 5 abad berkuasa dan sempat membawa Islam sebagai pusat dunia, tentu saja ada berbagai macam peninggalan-peninggalan dari Dinasti Abbasiya. Beberapa peninggalan tersebut bahkan masih dapat kita jumpai hingga masa sekarang. Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Istana Qashrul Dzahabi

Istana Qashrul Dzahabi

Istana Qashrul Dzahabi merupakan salah satu peninggalan Dinasti Abbasiyah yang berada di kota Baghdad. Nama lain dari istana ini adalah Istana Emas karena dihiasi oleh struktur bangunan yang megah dan menggambarkan sebagai surga dunia. Istana ini dibangun oleh Khalifah Al-Manshur dengan total luas 160.000 Hasta persegi serta lengkap dengan fasilitas-fasilitas untuk setiap penghuninya seperti mushola, kantor polisi, puri dan yang lainnya. 

Istana ini dibangun dengan memiliki 4 gerbang yang mengapit bangunan dimana masing-masing gerang diberi nama Bab Al-Kufah (di sebelah barat daya),  Bab al-Syam (di sebelah barat laut), Bab al-Basrah (di sebelah tenggara), dan Bab al-Khurasan (di sebeah timur laut). Setiap gerbang memiliki 28 menara yang digunakan para prajurit untuk memantau keadaan luar. Kegunaan dari bangunan begitu megah ini adalah sebagai tempat tinggal khalifah dan keluarganya. 

2. Istana Qasruzzabad

Istana Qasruzzabad

Dinasti Abbasiyah tidak hanya membangun satu istana saja melainkan ada beberapa. Selain Istana Qashrul Dzahabi ada pula Istana Qasruzzabad yang terletak di Baghdad dengan total luas bangunan mencapai 160 ribu meter persegi yang difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga khalifah.

Di samping bangunan istana ini terdapat bangunan-bangunan bertingkat serta memiliki fasilitas seperti toko, taman dan fasilitas umum lainnya. Lokasinya pun tidak sembarangan yakni dengan melihat kondisi geografis serta kemudahan akses jalannya. 

3. Istana Qasbrul Khuldi

Istana Qasbrul Khuldi

Qasbrul Khuldi adalah sebuah bangunan istana yang didirikan oleh Khalifah Al Manshur di luar kota Baghdad. Istana yang disebut juga sebagai Istana Abadi ini mulai dibangun pada tahun 773 Masehi di tepi barat sungai Tigris. Lokasi tersebut dipilih karena berada di titik yang tinggi sehingga akan aman dari serangga. 

Diyakini istana yang dibangun sepanjang satu mil ini memiliki taman yang begitu indah layaknya taman di surga. 

4. Istana Ukhaidir

Istana Ukhaidir

Istana Ukhaidir adalah bangunan istana lainnya yang dibangun oleh Dinasti Abbasiyah di 200 km sebelah selatan kota Baghdad. Tidak ada teks maupun informasi lainnya mengenai kapan istana ini dibangun namun beberapa ahli menyimpulkan istana ini didirikan pada tahun 775 Masehi. 

Arsitektur yang diusung dalam istana ini sangat unik dimana menghubungkan antara seni islam dan non Islam dengan bentuk melingkar serta dikelilingi oleh tembok berbentuk persegi setinggi 19 meter seluas  175 m x 169. 

5. Masjid Agung Samarra

Masjid Agung Samarra

Sebuah kerajaan biasanya akan meninggalkan jejak berupa tempat ibadah atau bangunan suci sesuai dengan kepercayaannya. Seperti Dinasti Abbasiyah yang bercorak Islam maka salah satu peninggalannya adalah masjid. Dari sekian banyaknya masjid peninggalan Abbasiyah salah satunya adalah Masjid Agung Samarra yang berada di kota Samarra, Iraq. 

Masjid ini dibangun sekitar abad ke 9 tepatnya mulai dibangun pada tahun 848 Masehi dan selesai pada tahun 851 Masehi oleh Khalifah Al-Mutawakkil. 

Masjid setinggi 52 meter dan seluas 15 ha ini memiliki ciri khas yakni terdapat menara yang berbentuk spiral. Struktur bangunannya menggunakan batu bata berbentuk oktagonal yang dibakar terlebih dahulu. Masjid ini telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 2007 lalu. 

6. Masjid Al-Manshur 

Masjid Al-Manshur

Peninggalan dari Dinasti Abbasiyah berupa masjid juga dapat kita temui di Baghdad yakni Masjid Agung Al-Manshur. Sesuai dengan namanya masjid ini dibangun oleh khalifah kedua dari Abbasiyah yakni Al Manshur. Masjid yang dibangun pada tahun 762 ini bau ditemukan pada abad ke 14 oleh seorang pelajar dari Maroko bernama Ibnu Batutah yang sedang melakukan perjalanan. 

Masjid yang digunakan untuk sholat jum’at dan melaksanakan sholat ied ini sempat beberapa kali direnovasi. Renovasi pertama dilakukan oleh Harun al-Rashid pada tahun 807–809 yang kemudian dikenal sebagai “The Old Court”. Renovasi kedua dilakukan oleh Khalifah  al-Mu’tadid pada tahun 892–902. Masjid pertama di Baghdad ini memiliki tinggi 91 meter dengan bentuk persegi. 

7. Masjid Ibnu Tulun

Masjid Ibnu Tulun

Dinasti Abbasiyah juga meninggalkan jejaknya di kota Kairo, Mesir yaitu Masjid Ibnu Tulun yang dibangun Khalifah Ibnu Tulun selama 3 tahun dimulai sejak 876 sampai 879. Masjid ini berada  di tengah kota Al-Qatai dengan total luas 2,6 hektar dengan arsitektur bangunan yang mirip dengan masjid di Samarra bahkan menara pertamaya berbentuk spiral namun telah diubah oleh khalifah-khalifah selanjutnya. 

Khalifah Ibnu Tulun mendirikan masjid ini karena masjid sebelumnya yakni Masjid Amr tidak dapat menampung jamaah yang semakin berkembang pesat sehingga dibuatlah masjid yang lebih besar lagi. Masjid Ibnu Tulun ini menjadi masjid tertua kedua di Mesir setelah Masjid Amr.

8. Masjid Al Khulafa 

Masjid Al Khulafa 

Masjid peninggalan Abbasiyah yang berada di Baghdad Irak ini memiliki beberapa nama lain seperti Masjid Al-Qasr yang artinya Masjid Istana. Masjid yang memiliki menara setinggi 34 meter ini dibangun oleh al-Muktafi yang merupakan khalifah Abbasiyah ke 17. 

Masjid ini mulai dibangun dengan memakan waktu 6 tahun yakni sejak tahun 902 M sampai dengan 908 M. Masjid ini juga tercatat dalam perjalanan seorang penjelajah Maroko yang tersohor yakni Ibnu Batutah. Satu-satunya bangunan yang masih asli dan mempertahankan bentuk aslinya adalah menara setinggi 34 meter yang saat ini dalam keadaan miring seperti sedang membungkuk sehingga masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “al’ahdab” yang artinya “si bungkuk”. 

9. Masjid Baiat 

Masjid Baiat

Masjid Baiat atau Baiah adalah jejak Dinasti Abbasiyah di Mekah tepatnya di kawasan Jamarat yang juga didirikan oleh khalifah al Manshur yakni pada tahun 761 Masehi. Tempat ini diyakini sebagai tempat bertemunya Rasulullah dengan para pengikutnya yakni kaum Anshar dan menjadi tempat baiat aqabah. Masjid ini juga dibangun untuk menghormati sang pelopor berdirinya Dinasti Abbasiyah yang masih merupakan paman nabi Muhammad yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. 

Dari arah Syam dan Yaman terlihat ada dua serambi di masjid ini dengan masing-masing memiliki 3 buah kubah, 4 tiang dan 2 pintu ke arah masjid. Pada awalnya masjid ini tidak begitu terlihat karena lokasinya yang tersembunyi yakni di balik gunung Mina serta terbuat dengan bahan-bahan yang sangat sederhana. Namun gunung tersebut sudah dihilangkan dan masjid Baiat pun dapat dilihat oleh para jemaah haji yang sedang berada di kawasan Jamarat. 

10. Masjid dan Mausoleum Zumurrud Khatun 

 Masjid dan Mausoleum Zumurrud Khatun

Masjid dan Mausoleum Zumurrud Khatun berada di Iraq tepatnya di Bagdhad di Pemakaman Sheikh Maarouf di sisi Karkh Baghdad. Masjid merupakan peninggalan dari Khalifah Zumurrud atau dikenal juga sebagai Zubayda pada tahun 1202 Masehi. Meski merupakan peninggalan dari Abbasiyah namun menara masjid ini dibangun oleh Dinasti Seljuk pada abad 12. 

Menara tersebut masih bertahan hingga hari ini dan merupakan yang tertua di Baghdad Bangunan masjid tertutupi oleh kubah muqarnas dan kubah kecil lainnya. 

11. Masjid Al Sarai 

Masjid Al Sarai 

Masjid ini memiliki beberapa nama lain yakni Masjid Hasan Pasha atau Masjid Al-Nasr. Masjid ini berdiri di kota Baghdad yang dibangun pada masa kekhaifahan Al Nasr yakni penguasa ke 34 dari Abbasiyah. Dibangun pada tahun 1193 M ini merupakan masjid Sunni yang dibangun di depan gedung administrasi Utsmaniyah yakni gedung Dar Diwani al-Hakumia. Di dalam masjid ini terdapat tempat untuk menuntut ilmu atau disebut sebagai madrasah dengan lima buah pintu yang masing-masing menuju ke tempat sholat. 

The post 11 Peninggalan Dinasti Abbasiyah yang Masih Ada Hingga Kini appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>