etika - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/etika Mon, 27 Nov 2023 02:59:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico etika - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/etika 32 32 Moral : Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya https://haloedukasi.com/moral Mon, 27 Nov 2023 02:59:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46697 Dalam kehidupan sosial yang meliputi interaksi yang terjadi antar individu atau kelompok, moral, akhlak atau susila tidak dapat dijauhkan dari manusia. Moral adalah nilai-nilai positif atau kebaikan yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya untuk bersikap sopan, baik dan berperikemanusiaan di mana hal ini bisa didapat dari pandangan hidup, budaya turun-temurun maupun ajaran agama. Dalam […]

The post Moral : Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam kehidupan sosial yang meliputi interaksi yang terjadi antar individu atau kelompok, moral, akhlak atau susila tidak dapat dijauhkan dari manusia. Moral adalah nilai-nilai positif atau kebaikan yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya untuk bersikap sopan, baik dan berperikemanusiaan di mana hal ini bisa didapat dari pandangan hidup, budaya turun-temurun maupun ajaran agama.

Dalam kehidupan bermasyarakat, individu maupun kelompok secara mutlak perlu memiliki moral untuk dapat menjalin hubungan antara satu sama lain secara penuh penghargaan dan penghormatan agar tercipta situasi dan kondisi yang damai dan tidak berkonflik.

Meski demikian, tetap ada segelintir individu atau kelompok yang tidak memiliki nilai-nilai kebaikan tersebut; dan istilah untuk orang-orang tidak bermoral adalah amoral. Dalam pengertian umumnya, moral adalah pengetahuan sekaligus penerapan tindakan yang baik dan benar.

Perilaku maupun perbuatan seseorang yang positif terhadap orang lain adalah sesuatu yang disebut moral, seperti tingkah laku yang berpegang pada budi pekerti. Orang-orang bermoral pun jelas pasti memahami apa saja perbuatan dan perilaku yang baik maupun buruk serta dapat membedakannya.

Pengertian Moral Menurut Para Ahli

Moral diartikan sebagai suatu pemahaman, pedoman dan dorongan untuk tahu melakukan hal yang baik dan menghindari yang buruk, namun moral menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Imam Sukardi

Moral menurut Imam Sukardi adalah adanya suatu hal yang mengandung nilai kebaikan dan menjadikan itu sebagai karakteristik yang masyarakat utamakan. Masyarakat yang semula telah bersama-sama menetapkan sistem nilai tersebut kemudian menjunjung tinggi dari suatu hal bernilai baik tersebut dan menerapkan moral ini dalam kehidupan sehari-hari.

2. Maria J. Wantah

Moral menurut Maria J. Wantah adalah hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mampu menentukan nilai-nilai yang baik atau buruk dan benar atau salah. Hal ini memengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya di tengah masyarakat.

3. Zainuddin Saifullah Nainggolan

Moral yang dikenal sebagai hasil dari unsur agama tergambarkan melalui pengertian moral menurut Zainuddin Saifullah Nainggolan, yakni sebuah dorongan rohani dalam diri individu dalam masyarakat untuk berperilaku menurut standar dan norma yang berlaku.

Norma yang berlaku di tengah masyarakat dan yang menjadi pedoman individu maupun kelompok dalam berperilaku adalah norma agama, kesopanan, kesusilaan, dan hukum.

4. Elizabeth B. Hurlock

Moral menurut Elizabeth B. Hurlock merupakan sebuah kata dari bahasa Latin mores dengan makna “tata cara kehidupan”. Artinya, moral berkaitan dengan serangkaian adat istiadat, peraturan dan bahkan kebiasaan masyarakat yang mengatur perilaku mereka sehari-hari ketika bermasyarakat.

Sementara itu, menurutnya moralitas adalah kesadaran dan kemauan dari dalam diri sendiri untuk menerima lalu menerapkan tata cara kehidupan tersebut.

5. Dian Ibung

Menurut Dian Ibung, dalam kehidupan bermasyarakat ada nilai-nilai yang berlaku di mana hal ini telah ditetapkan bersama oleh masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai tersebut menurutnya disebut dengan moral karena bertujuan mengatur dan mengendalikan perilaku individu maupun kelompok dalam kehidupan sosial.

6. Russel Swanburg

Moral menurut Russel Swanburg adalah suatu pemikiran atau juga suatu gagasan dan ide yang mendorong diri seseorang untuk berperilaku secara benar. Seseorang dapat berfungsi dan bekerja dalam masyarakat atau kehidupan sosialnya ketika memiliki perilaku yang diterapkan dari ide atau pemikiran yang baik.

7. Maria Assumta

Moral menurut Maria Assumta merupakan rangkaian aturan tentang bagaimana manusia seharusnya bersikap. Tidak hanya berfokus dan mengatur sikap, moral adalah suatu hal yang menjadi pedoman yang mengendalikan individu sebagai sosok manusia.

8. Merriam-Webster

Moral menurut Merriam-Webster adalah suatu perilaku manusia yang mengandung kebenaran dan/atau kesalahan. Moral adalah hal-hal yang masyarakat anggap baik dan benar, terutama dalam sebuah perilaku manusia sesuai dengan standar yang berlaku dan ditetapkan bersama dalam masyarakat tersebut.

Jenis Moral

Ada beberapa jenis moral yang ada dalam diri setiap individu maupun yang ada di dalam suatu masyarakat sebagai bentuk pengendali perilaku manusia dan berikut ini adalah jenis-jenis moral yang dimaksud.

1. Moral Etika dan Kesusilaan

Moral etika dan kesusilaan berhubungan dengan pemahaman, dorongan sekaligus penerapan tindakan yang sopan dan menjunjung tinggi kesusilaan. Dalam praktiknya di kehidupan sehari-hari, moral etika dan kesusilaan adalah tentang bagaimana masyarakat saling menghargai dan menghormati pendapat satu dengan lainnya.

Jenis moral yang mengutamakan kesopanan ini juga ditandai dengan bagaimana orang yang lebih muda menghormati orang yang lebih tua. Adat saat bertamu atau ketika berjumpa dengan orang lain lalu mengucap salam juga merupakan bentuk interaksi dorongan moral etika dan kesusilaan dalam diri seseorang.

2. Moral Ketuhanan

Moral ketuhanan lebih kepada pemahaman, dorongan dan penerapan segala tindakan  yang berhubungan dengan keagamaan. Keyakinan yang dipeluk seseorang mengajarkan tentang moral dengan sifat religius, seperti halnya menaati ajaran agama yang diyakini.

Tidak hanya soal rajin beribadah, perwujudan dari moral ketuhanan juga tentang bagaimana manusia bisa saling menghargai. Toleransi antar umat beragama yang sama maupun berbeda dan hidup secara harmonis meminimalisir konflik juga merupakan bentuk dari moral ketuhanan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

3. Moral Disiplin dan Hukum

Moral disiplin dan hukum adalah pemahaman, dorongan dan penerapan tindakan taat hukum dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Suatu negara dan wilayah-wilayah yang ada di dalam negara tersebut memiliki aturan dan hukum yang berlaku sebagai pengatur masyarakat.

Maka masyarakat perlu memiliki moral disiplin dan hukum dengan menaati peraturan tersebut agar menciptakan kehidupan yang lebih tertib dan aman, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Salah satu perwujudan moral disiplin hukum yang menguntungkan diri sendiri dan orang lain adalah mengenakan berkendara dengan perlengkapan lengkap serta mematuhi rambu lalu lintas.

4. Moral Ideologi dan Filsafat

Moral ideologi dan filsafat adalah pemahaman, dorongan dan penerapan tindakan setia serta patuh kepada bangsa dan negara. Indonesia adalah memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan masyarakat dengan moral ideologi dan filsafatnya pasti memiliki semangat kebangsaan dengan menjunjuk tinggi nilai-nilai Pancasila. Penolakan masyarakat terhadap ideologi baru yang sebelumnya tidak pernah ada untuk Indonesia adalah perwujudan tipe moral ini.

Tujuan Moral

Moral begitu penting dimiliki setiap manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebab moral bertujuan sebagai berikut.

1. Menjadi Landasan dan Pedoman Berperilaku Baik

Setiap individu perlu memiliki moral untuk dapat membedakan mana tindakan dan sikap yang baik atau buruk dan benar atau salah. Moral sebagai landasan atau pedoman berperilaku baik menjadikan seseorang tidak mudah bersikap sembarangan, terutama dengan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain. Melalui adanya moral, seseorang dapat menghargai dan menghormati sesama terlepas dari perbedaan budaya, agama, maupun kepentingan yang dimiliki setiap individunya.

2. Menjamin Harkat dan Martabat Seseorang

Dengan seseorang tahu mana yang baik dan buruk serta mana yang benar dan salah lalu menerapkan segala tindakan yang baik dan benar adalah sebuah cara untuk mewujudkan harkat dan martabat diri orang tersebut. Memiliki moral artinya seseorang tersebut menerapkan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan dalam kehidupan sosialnya sehingga harkat dan martabatnya terangkat.

3. Menciptakan Kebahagiaan Jasmani dan Rohani

Manusia bermoral dapat menciptakan kehidupan yang aman dan tertib karena selalu berperilaku atau bertindak berlandaskan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Fungsi moral yang diterapkan secara maksimal juga bertujuan meminimalisir berbagai konflik, terutama yang timbul dalam diri sendiri.

Dengan mematuhi aturan-aturan yang ada dalam masyarakat dan selalu melakukan yang benar serta berbuat baik kepada sesama akan menciptakan perasaan lega dan bahagia tanpa rasa bersalah, penyesalan, maupun tekanan dalam bentuk apapun. Tidak hanya kebahagiaan secara jasmani, tindakan bermoral juga membuat diri seseorang lebih baik secara rohani.

4. Menciptakan Kerukunan Antar Sesama

Memahami apa itu moral dan terdorong untuk melakukan tindakan bermoral setiap saat adalah salah satu cara menciptakan, menjaga maupun meningkatkan kerukunan antar sesama. Moral selalu mendorong seseorang untuk hidup saling menghormati dan menghargai di mana kedua hal ini akan berujung pada hidup yang lebih harmonis dengan lebih sedikit konflik dan risiko perpecahan dalam masyarakat yang lebih kecil.

Contoh Moral dalam Kehidupan Sehari-hari

Moral adalah bagian dari kehidupan setiap manusia yang sebenarnya dapat dimiliki seseorang karena diturunkan dari anggota-anggota keluarga terdahulu seperti halnya budaya dan adat istiadat. Oleh sebab itu, sangat mudah untuk menemukan beberapa contoh moral di sekitar kita, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sikap Sopan dan Jujur

Bersikap sopan kepada orang yang lebih tua, mengucap salam sambil mengetuk pintu saat bertamu ke rumah orang lain, atau mengucapkan kata “permisi” saat hendak melewati seseorang atau kerumunan orang. Moral etika dan kesusilaan juga dicontohkan melalui ucapan “maaf” bila melakukan kesalahan terhadap orang lain baik disengaja atau tidak sengaja, ucapan “tolong” ketika meminta bantuan kepada orang lain, serta “terima kasih” saat usai memperoleh pertolongan dari orang lain.

Sikap dan tindakan berlaku jujur juga merupakan contoh moral yang tidak hanya dapat ditunjukkan melalui kata-kata. Berkata jujur selalu penting, namun penerapan kejujuran sebaiknya dilakukan secara lisan maupun tindakan. Dorongan seperti ini dari dalam diri seseorang bisa membuat orang tersebut selalu bisa dipercaya saat menjalin relasi dengan orang lain di dalam masyarakat.

2. Sikap Religius dan Toleransi

Contoh moral ketuhanan diwujudkan dengan perilaku taat akan ajaran agama yang dipeluk dan diyakini. Rajin beribadah adalah salah satu bentuk ketaatan beragama, begitu pula dengan tindakan menjauhi segala yang buruk sesuai larangan agama.

Tidak hanya hubungan vertikal antara manusia dan Sang Pencipta, menjaga hubungan horisontal antar sesama manusia juga sama pentingnya. Moral dalam hubungan horisontal diwujudkan dari adanya sikap toleran baik dengan sesama penganut agama yang berbeda maupun penganut agama yang sama.

Sikap toleran tidak hanya tentang menghargai dan menghormati agama pihak lain yang berbeda dari kita. Toleransi juga tentang sikap serta tindakan menghargai dan menerima perbedaan suku, ras, pemikiran, pendapat maupun perilaku yang ada antara kita dengan pihak lain.

3. Sikap Disiplin Taat Aturan

Sikap menaati aturan di manapun kita berada. Mengikuti peraturan dan tanda larangan yang tercantum di tempat umum, berkendara menggunakan helm dan membawa SIM, dan menghindari tindakan vandalisme maupun pengrusakan properti pihak lain adalah tiga dari sekian banyak contoh kesadaran moral dalam bermasyarakat.

Tidak mudah untuk menciptakan lingkungan sosial yang adil, tertib, aman, dan beradab, namun keberadaan moral memungkinkan untuk proses sosialisasi dalam masyarakat berjalan lebih baik.

The post Moral : Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
13 Macam- Macam Etika Beserta Contohnya https://haloedukasi.com/macam-macam-etika Thu, 09 Nov 2023 04:59:01 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46494 Manusia baik anak-anak maupun orang dewasa yang berperilaku tidak baik atau kurang sopan selalu dicap memiliki etika yang buruk, sedangkan manusia yang berperilaku baik dan sopan dianggap beretika baik. Dalam masyarakat, etika sangat penting karena merupakan landasan perilaku manusia, tentang baik dan buruk serta benar dan salah. Etika dalam kehidupan bermasyarakat atau kehidupan sosial sangat […]

The post 13 Macam- Macam Etika Beserta Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Manusia baik anak-anak maupun orang dewasa yang berperilaku tidak baik atau kurang sopan selalu dicap memiliki etika yang buruk, sedangkan manusia yang berperilaku baik dan sopan dianggap beretika baik. Dalam masyarakat, etika sangat penting karena merupakan landasan perilaku manusia, tentang baik dan buruk serta benar dan salah.

Etika dalam kehidupan bermasyarakat atau kehidupan sosial sangat bermanfaat sebagai pedoman hidup maupun peningkat rasa tanggung jawab individu. Etika yang baik pada karyawan juga akan meningkatkan kredibilitas perusahaan yang juga berguna dalam menjaga keteraturan perusahaan tersebut.

Etika juga dianggap sebagai pengendali sosial, pengembang kehidupan masyarakat yang lebih baik, damai dan rukun, serta panduan untuk individu maupun kelompok agar menjadi sosok yang lebih baik di dalam masyarakat.

Berikut macam-macam etika beserta contohnya demi menciptakan lingkungan sosial yang lebih tertib.

1. Etika Umum

Etika umum adalah etika tentang bagaimana dan seperti apa manusia bertindak maupun berperilaku secara etis, termasuk memiliki maupun menerapkan teori etika dan berbagai prinsip moral dasar. Etika umum juga berfokus pada bagaimana pengambilan keputusan etis oleh manusia.

Maka, dapat dikatakan bahwa etika umum sangat penting menjadi pedoman manusia untuk bertindak yang baik dan benar sekaligus menjadi patokan baik buruk dan benar salahnya tindakan atau keputusan manusia tersebut.

Contoh : Contoh etika umum dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti berperilaku sopan serta menunjukkan sikap hormat kepada orang lain. Tidak hanya itu, etika umum juga ditunjukkan dengan bagaimana seseorang membantu orang lain yang tampak membutuhkan, tidak menyela pembicaraan orang lain, menghargai pendapat orang lain, dan tidak merendahkan orang lain.

2. Etika Sosial

Sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai warga negara yang baik, penting bagi individu untuk memerhatikan kewajiban dalam berperilaku baik. Pola perilaku serta sikap individu adalah etika sosial karena berkaitan dengan lingkungan sosial secara langsung.

Etika juga dapat diartikan sebagai serangkaian aturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan saat berinteraksi dengan orang lain ketika menjalani kehidupan sosial.

Contoh : Etika sosial memiliki beberapa contoh di kehidupan sehari-hari, sepetri memberi informasi yang benar kepada orang lain (tidak membohongi atau menipu), tidak melakukan kekerasan fisik maupun verbal, serta selalu menghargai karya orang lain. Etika sosial juga tentang bagaimana seseorang tidak pilih-pilih saat bergaul berdasarkan suku, agama maupun ras apalagi menyinggung secara negatif mengenai ketiga hal tersebut langsung di depan orang lain.

3. Etika Pribadi

Etika pribadi atau juga dikenal dengan istilah etika individual adalah lebih kepada kewajiban setiap individu terhadap diri sendiri. Etika pribadi atau individual merupakan sikap seorang manusia terhadap dirinya sendiri.

Contoh : Etika pribadi dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai misalnya pada sosok pengusaha sukses yang tak lepas dari kerja keras, kerja cerdas, dan niat untuk selalu mengusahakan yang terbaik. Usaha maksimal disertai dengan rajin ibadah adalah salah satu bentuk etika pribadi yang dimiliki seseorang.

4. Etika Agama

Etika agama merupakan jenis etika tentang peran manusia mengenai tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan dirinya sendiri. Etika agama juga dianggap sebagai bentuk perilaku umat beragama di dalam hidup sehari-hari ketika menjalani kehidupan sosial yang berdampingan dengan orang lain.

Contoh : Etika agama adalah perilaku manusia yang didasarkan pada ajaran agamanya masing-masing seperti tertulis dalam setiap kitab suci agama yang dianut. Menghormati orang tua, rajib beribadah, tidak mengakui barang milik orang lain, tidak membunuh, tidak berbohong, dan berbagai hal lain yang menunjukkan tingkah laku baik yang diterapkan adalah bentuk dari etika agama.

5. Etika Ekosentris

Etika ekosentris adalah etika tentang bagaimana manusia berperilaku atau bertindak dengan melibatkan seluruh subjek yang ada di alam semesta. Etika ini berfokus pada nilai subjek-subjek tersebut, baik biotis maupun abiotis karena dalam kehidupan ini manusia dan seluruh subjek ini saling terikat dan berhubungan.

Ekosistem adalah bentuk keterikatan kita dengan berbagai subjek di alam semesta tersebut. Etika ekosentris dengan kata lain adalah etika tentang bagaimana manusia tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tapi juga bertindak yang baik dan bertanggung jawab pada lingkungan.

Contoh : Contoh nyata etika ekosentris atau etika lingkungan adalah dengan manusia memerhatikan lingkungan sekitarnya. Pemberian sanksi tegas kepada setiap orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja merusak lingkungan juga merupakan contoh etika ekosentris.

6. Etika Biosentris

Etika biosentris adalah jenis etika yang mengarah pada pandangan terhadap kehidupan yang dianggap memiliki nilai intrinsik dan berkonsentrasi pada karakter manusia serta tindakan, sikap dan perilakunya dibandingkan dengan nilai-nilai moral. Etika jenis ini berkaitan dengan pola pikir etis klasik dan tradisional sebagai salah satu golongan etika lingkungan.

Contoh : Contoh dari etika biosentris adalah bagaimana seseorang memandang setiap makhluk hidup yang ada di sekitar dan di dunia memiliki nilai. Bukan hanya makhluk hidup, tapi kehidupan pun dianggap sangat berharga.

7. Etika Bisnis

Etika bisnis sudah pasti merupakan etika yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, terutama sebagai hal pokok yang mengatur tindakan dan keputusan apapun di dalam sebuah perusahaan. Bukan hanya tentang perilaku baik dan buruk, tapi etika bisnis juga berfokus pada standar pengambilan keputusan. Etika bisnis juga dianggap sebagai aturan dalam pengelolaan bisnis tanpa mengesampingkan moralitas dan norma yang berlaku.

Contoh : Etika dalam berbisnis dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan dan sama sekali menghindari penipuan. Selain itu, etika bisnis yang baik adalah tidak mencuri ide bisnis karena hal ini tergolong sebagai pelanggaran kelas berat. Tidak menggunakan foto produk orang/perusahaan/organisasi lain juga merupakan etika bisnis yang harus dimiliki siapa saja.

8. Etika Profesional

Etika profesional adalah etika tentang perilaku dan tindakan pegawai atau karyawan dalam sebuah perusahaan maupun organisasi bahkan termasuk ketika menjadi anggota profesi. Etika profesi adalah bertindak sesuai dengan tanggung jawab dalam profesi yang dimiliki, seperti dokter, jurnalis, guru, ataupun pengacara, dan lain sebagainya sebagai pemberi pelayanan profesional kepada masyarakat. Bila melanggar etika profesional, reputasi individu, kelompok maupun profesi itu sendiri dapat tercemar.

Contoh : Contoh etika profesional salah satunya adalah seorang dokter yang tidak boleh membeda-bedakan pasien dari segi latar belakang maupun jenis kelamin. Dokter perlu menganggap semua pasien adalah sama, kecuali jika tingkat urgensi pasien ada yang lebih tinggi untuk memperoleh perawatan maka bisa didahulukan (seperti pasien IGD).

9. Etika Normatif

Etika normatif adalah aturan-aturan sebagai penetap tindakan maupun perilaku individu seperti sebagaimana mestinya dalam bermasyarakat. Manusia tumbuh dewasa dengan pengetahuan akan menjaga sikap dan pengetahuan akan yang baik dan benar, maka sudah seharusnya perilaku dan tindakan mengandung nilai moral saat menjadi anggota masyarakat.

Contoh : Contoh etika normatif adalah yang paling terlihat sering di sekitar kita, seperti memiliki sifat adil, tanggung jawab, kedisiplinan dan kejujuran di mana saja seseorang berada. Dalam etika normatif, hal-hal tersebut  menjadi penentu apakah tingkah laku seseorang benar atau salah.

10. Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah etika yang mengarah pada upaya penerapan perilaku atau tindakan manusia menurut berbagai ajaran, teori, doktrin, maupun prinsip moral yang diperoleh selama ini. Kesemuanya itu merupakan panduan atau pegangan manusia dalam melakukan penilaian apakah tindakan seseorang baik atau buruk serta benar atau salah.

Contoh : Contoh etika deskriptif paling dekat dengan kehidupan kita adalah bagaimana masyarakat Jawa mengajarkan tata krama, khususnya saat berhadapan dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua. Selain itu, tidak menikmati tontonan berupa pornografi yang dilarang serta pandangan dan sikap masyarakat permisif terhadap praktek pengguguran kandungan merupakan contoh lain etika deskriptif.

11. Etika Teknik

Etika teknik adalah jenis etika yang berfokus pada tanggung jawab insinyur dalam penyelesaian masalah moral oleh aktivitas teknologi. Etika ini tidak menjunjung teori tentang kebajikan, tapi lebih kepada bagaimana seseorang memegang sistem prinsip moral dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan teknik.

Contoh : Contoh etika teknik adalah bentuk tanggung jawab seorang insinyur yang bekerja dalam banyak hal (desain, pengembangan, produksi, pengujian, hingga perawatan) kepada orang-orang yang memercayai mereka dan produk atau layanan yang mereka hasilkan. Dengan bertanggung jawab penuh terhadap barang produksi semaksimal mungkin, hal ini akan meminimalkan bahaya saat orang lain/konsumen menggunakannya.

12. Etika Berbasis Ilmiah

Etika berbasis ilmiah masih menjadi bagian dari etika profesional, yakni adanya aturan-aturan yang perlu ditaati orang-orang terkait profesi dan bertindak sesuai aturan tersebut. Dalam etika berbasis ilmiah terdapat kode etik yang harus dipraktekkan dan tidak sebaiknya dilanggar.

Contoh : Contoh etika berbasis ilmiah yang lekat dengan kehidupan sehari-hari salah satunya adalah plagiarisme. Dengan seseorang tidak mengambil ide, gagasan maupun penelitian hasil kerja orang lain tanpa izin, hal ini sudah termasuk dalam etika ilmiah. Selain itu, tidak memalsukan data maupun memanipulasinya sambil menjaga orisinalitas penelitian merupakan bentuk etika ilmiah.

13. Etika Berbasis Manusia

Etika berbasis manusia juga disebut dengan etika antroposentris, yakni etika tentang manusia menjadi pemilik sekaligus pembawa nilai intrinsik dan etika yang berkaitan dengan ilmu kesusilaan yang menjaga sikap dan tingkah laku selama bermasyarakat. Intinya, etika ini berfokus pada manusia sebagai pusat dari segala yang ada pada sistem alam semesta dan menjadi penentu tatanan ekosistem.

Contoh : Dalam etika berbasis manusia, artinya manusia adalah satu-satunya yang dianggap memiliki nilai. Sementara untuk alam dan isinya merupakan pelengkap yang membantu pemenuhan kebutuhan manusia agar bisa bertahan hidup.

The post 13 Macam- Macam Etika Beserta Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Etika dalam Public Speaking https://haloedukasi.com/etika-dalam-public-speaking Sat, 17 Dec 2022 03:54:44 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39930 Etika merupakan salah satu cabang filosofi yang berkaitan dengan hal benar dan salah. Persoalan mengenai etika, seringnya muncul ketika kita bertanya apakah tindakan yang dilakukan bermoral atau tidak, adil atau tidak, pantas atau tidak, jujur atau tidak jujur (Lucas, 2004: 34). Hal ini juga berkaitan dengan etika seorang pembicara ketika berhadapan dengan audiens. Etika dalam […]

The post 5 Etika dalam Public Speaking appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Etika merupakan salah satu cabang filosofi yang berkaitan dengan hal benar dan salah. Persoalan mengenai etika, seringnya muncul ketika kita bertanya apakah tindakan yang dilakukan bermoral atau tidak, adil atau tidak, pantas atau tidak, jujur atau tidak jujur (Lucas, 2004: 34).

Hal ini juga berkaitan dengan etika seorang pembicara ketika berhadapan dengan audiens. Etika dalam public speaking menyangkut beberapa hal, diantaranya etika ketika menyampaikan public speaking, etika hubungan dengan pihak pengundang, etika hubungan dengan publik, serta etika kepribadian pembicara.

Etika dalam Menyampaikan Public Speaking

Ada beberapa hal terkait etika yang perlu diperhatikan oleh pembicara ketika sedang melakukan public speaking, d iantaranya:

  • Pembicara harus sudah mengetahui tujuan apa yang menjadi tujuan dalam pembicaraannya nanti. Selayaknya, hal yang akan disampaikan merupakan hal yang faktual, jujur, lengkap, dan bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, pembicara harus paham dan menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik.
  • Tidak peduli jumlah audiens yang hadir, apa pun topik yang akan disampaikan, seorang pembicara sudah sepantasnya mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Melakukan persiapan dengan dimulai dari diri sendiri, lalu melakukan analisa publik guna membuat materi dan alat bantu visual  yang akan digunakan.
  • Seorang pembicara sudah selayaknya selalu mengedepankan kejujuran dalam penyampaian materi yang didukung berbagai fakta dan data pendukung yang akurat. Karena publik memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pembicara, jadi apabila sekali saja melakukan kebohongan maka akan merugikan diri sendiri dan instansi auatu organisasi yang diwakili.
  • Bentuk penghargaan dari pembicara kepada audiens dapat diperlihatkan melalui penampilan yang rapi dan sopan, namun dengan tetap menyesuaikan tema acara serta audiens yang hadir. Selain itu, gerak-gerik dan sikap tubuh yang sopan juga tetap harus diperhatikan.
  • Ketika menyebutkan nama atau profesi seseorang, hendaknya diucapkan dengan benar, tepat, dan tetap menjaga sopan santun agar tidak menimbulkan persepsi negatif terhadap audiens. Panggilan terbaik adalah dengan menyebutkan nama keluarga, serta penyebutan nama secara lengkap. Hindari menggunakan singkatan atau menyingkat nama ketika menyebut nama seseorang.
  • Selalu hindari tindakan melebih-lebihkan informasi yang disampaikan. Selain itu, jangan men-generalisasikan sebuah data ke semua orang.
  • Selalu hindari tindakan untuk menyerang pribadi orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Terlebih lagi dengan memberikan julukan yang cenderung menyerang dan merendahkan orang tersebut. Karena tindakan tersebut dapat menurunkan kredibilitas kita sebagai seorang pembicara.
  • Ketika memiliki kritik terhadap suatu kelompok atau orang lain, hendaknya selalu diikuti dengan argumen beserta fakta pendukung terkait informasi yang kita berikan. Hal tersebut agar menghindarkan kita dari pencemaran nama baik, bila konteks argumen kita menyangkut orang lain.
  • Jangan lupa untuk selalu menyertakan sumber atau referensi yang kredibel apabila kita mengutip sebuah kalimat atau gagasan orang lain dalam materi public speaking. Hal ini agar pembicara terhindarkan dari kasus plagiarisme yang sewaktu-waktu menyeretnya nanti.

Etika Hubungan dengan Pihak Pengundang

Pihak pengundang yang dimaksud di sini adalah mereka yang meminta kita hadir untuk mengisi acara, di mana dalam acara tersebut kita akan terlibat sebagai pembicara dan melakukan sebuah diskusi, pidato atau yang lainnya.

Pihak pengundang memiliki kepercayaan terhadap kita untuk hadir dan berharap acara berlangsung dengan baik dan penuh makna. Bagi seseorang yang profesional, sudah selayaknya untuk selalu menghargai pihak pengundang.

Hal tersebut dapat kita tunjukkan dengan beberapa hal berikut ini, di antaranya:

  • Membaca undangan dengan seksama adalah hal pertama yang harus dilakukan. Kemudian memeriksa agenda kita, apakah waktunya memungkinkan kita untuk menghadirinya atau tidak.
  • Setelah mencocokkan dengan jadwal kerja kita, segera lakukan konfirmasi kepada pihak pengundang. Apabila kita bisa memenuhi undangan tersebut, segera tulis ke dalam agenda kita. Namun jika kita tidak mampu memenuhi undangan tersebut, segera lakukan konfirmasi kepada pihak pengundang, apabila masih memungkinkan pengundang dapat mengubah jadwal, namun jika tidak mereka bisa segera mencarikan pengganti.
  • Selalu tanyakan tentang hal-hal pokok dalam acara, agar kita mampu memenuhi harapan dan ekspektasi pihak pengundang. Hal-hal tersebut diantaranya mengenai tema dan tujuan diadakannya acara, materi apa saja yang perlu disampaikan nantinya, hasil apa yang diharapkan dari materi yang disampaikan, audiens yang hadir, tempat dan waktu diadakannya acara, dress code (busana yang dikenakan), alat bantu yang diperlukan, tata ruang dan tempat duduk, serta pihak yang bisa dihubungi bila mengalami kesulitan.
  • Setelah mengetahui seluk beluk acara, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan segalanya sebaik mungkin. Kredibilitas kita dipertaruhkan pada saat acara tersebut berlangsung.
  • Selalu bersikap sopan dan dapat bekerja sama dengan baik. Hal tersebut kita tunjukkan melalui perilaku positif dengan selalu memerhatikan segala sesuatu yang telah disepakati.
  • Selalu usahakan datang ke lokasi sebelum waktu yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah agar kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya dan bisa bersosialisasi terlebih dahulu dengan pihak pengundang maupun audiens.

Etika Hubungan dengan Publik

Dalam sebuah public speaking, target utama kita adalah audiens. Maka selayaknya kita harus menunjukkan kesan bahwa kita menghargai kehadiran kesediaan audiens untuk mendengarkan materi yang kita sampaikan, serta waktu yang telah disediakan untuk mendiskusikan materi bersama-sama. Hal-hal tersebut dapat kita lakukan dengan beberapa perilaku berikut ini:

  • Penampilan yang baik dan sesuai tema acara. Hal tersebut bisa menjadi kesan pertama audiens terhadap kita. Jika kita menghargai para audiens, maka sebaliknya audiens juga akan menghargai kita sebagai pembicara.
  • Gerak-gerik dan sikap kita. Gerak-gerik dan sikap mencerminkan apa yang kita pikir dan rasakan. Tunjukkan bahwa kita memiliki etika dalam menghadapi audiens melalui gerak-gerik dan sikap yang sopan dan baik.
  • Tata bahasa yang kita gunakan. Selalu gunakan bahasa yang baik, sopan, dan mudah dimengerti. Hindari penggunaan kata-kata kasar dan menjatuhkan beberapa pihak yang membuat audiens merasa tidak nyaman.
  • Saat berada di luar acara resmi, selalu lakukan interaksi dengan audiens dengan membicarakan berbagai hal yang menarik. Hal tersebut akan menunjukkan bahwa kita menghargai mereka. Topik yang bisa kita bicarakan diantaranya seperti keadaan lingkungan, cuaca, lalu lintas, wisata dan kuliner, olahraga, musik, film, buku-buku populer, dan berbagai hobi menarik lainnya.
  • Hindari bertanya mengenai topik-topik yang sifatnya terlalu pribadi, seperti berat badan, status pernikahan, keadaan fisik, anak, uang dan nilai ekonomis, gosip, pekerjaan pasangan audiens, serta berbagai hal mengenai suku, agama, dan ras (SARA).

Etika Kepribadian Pembicara

Selain memiliki keterampilan berbicara di depan umum serta keahlian dalam bidangnya, seorang pembicara selayaknya memiliki kepribadian yang baik dan selalu positif. Hal tersebut dapat tercermin dalam beberapa aspek, diantaranya:

  • Sikap dan Perilaku. Seorang pembicara harus memiliki sifat proaktif, disiplin, komitmen, jujur, memiliki sopan santun dalam berinteraksi, cakap dalam mengendalikan emosi serta memiliki manajemen waktu yang baik. Selain itu, juga harus dibarengi dengan wawasan yang luas dan mental yang kuat.
  • Komunikasi. Selain memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, seorang pembicara juga harus mempu menjadi pendengar yang baik bagi para audiens nya. Selain itu, seorang pembicara juga dituntut mampu berkomunikasi dengan efektif dalam menyampaikan pesan.
  • Penampilan. Meski penampilan bukan segalanya, namun penampilan mampu berbicara banyak tentang kita. Dengan demikian, penampilan adalah bagian dari aspek keprofesionalan seorang pembicara. Seperti personal grooming (wajah, rambut, kebersihan tubuh, pakaian yang rapi, kaos kaki bagi pria, dan stocking bagi perempuan) dan busana (rok dan blazer untu wanita, casual, formil bagi pria).

Bebas Plagiarisme

Plagiarisme didefinisikan sebagai kegiatan menjiplak atau menggunakan ide, konsep, pendapat atau impresi orang lain dengan memparafrase atau mengutip langsung tanpa memberikan keterangan mengenai sumber tersebut.

Kegiatan ini termasuk dalam tindak pidana karena melanggar hak cipta. Pelaku plagiarisme atau plagiator (KKBI, 1997: 775), khususnya di bidang pendidikan, dapat diancam hukuman berat, seperti dikeluarkan dari instansi pendidikan (sekolah/universitas).

Plagiarime dapat dibedakan menjadi dua golongan, di antaranya:

  • Menggunakan kembali tulisan orang lain secara mentah tanpa adanya tanda jelas jika tulisan tersebut merupakan milik orang lain, seperti penggunaan tanda kutip atau blok alinea berbeda. Sehingga kalimat ditulis secara persis atau sama seperti aslinya.
  • Mengambil buah pikiran atau pandangan orang lain tanpa adanya anotasi yang cukup mengenai sumbernya.

Sedangkan untuk hal-hal yang tidak tergolong dalam tindakan plagiarisme, antara lain:

  • Menggunakan informasi yang sudah terbukti sebagai sebuah fakta.
  • Menulis kembali opini orang lain dengan memparafrasekannya, serta mencantumkan sumber dengan jelas.
  • Melakukan pengutipan pada tulisan orang lain dengan memberikan sebuah tanda batas yang jelas pada bagian kutipan, serta tidak lupa untuk menuliskan sumbernya.

Kemudahan dalam mengakses informasi menjadi salah satu faktor terjadi banyaknya tindakan plagiarisme. Sehingga, komitmen serta sikap menjunjung tinggi etika perlu dimiliki seorang pembicara agar integritas tetap terjaga.

The post 5 Etika dalam Public Speaking appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Aksiologi: Pengertian, Aspek, Fungsi dan Contoh https://haloedukasi.com/aksiologi Sat, 09 Apr 2022 01:07:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33572 Filsafat merupakan pengetahuan untuk mendapatkan kebenaran dengan melalui berbagai proses penyelidikan serta pemikiran kritis terhadap segala sesuatu yang menjadi objek permasalahan. Filsafat terdiri atas tiga cabang yaitu ontologi, pistemologi dan aksiologi. Pengertian Aksiologi Secara etimologis istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu axios berarti nilai atau sesuatu yang berharga dan logos […]

The post Aksiologi: Pengertian, Aspek, Fungsi dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Filsafat merupakan pengetahuan untuk mendapatkan kebenaran dengan melalui berbagai proses penyelidikan serta pemikiran kritis terhadap segala sesuatu yang menjadi objek permasalahan. Filsafat terdiri atas tiga cabang yaitu ontologi, pistemologi dan aksiologi.

Pengertian Aksiologi

Secara etimologis istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu axios berarti nilai atau sesuatu yang berharga dan logos berarti ilmu, akal, atau teori. Jadi aksiologi adalah ilmu tentang nilai atau teori tentang nilai.

Ilmu aksiologi ini penting bagi manusia karena dapat membantu manusia menentukan dan memberikan penilaian tentang bermanfaat atau tidaknya suatu ilmu pengetahuan.

Secara umum aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang kegunaan pengetahuan, tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Selain itu manfaat aksiologi ialah sebagai berikut :

  • Membimbing manusia untuk dapat melakukan suatu tindakan yang lebih baik.
  • Membantu manusia untuk memberi penilaian dengan cermat.
  • Membantu manusia membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana yang perlu dilakukan dan mana yang harus dihindari.
  • Membantu manusia dalam memperoleh nilai-nilai yang terkandung dari sebuah ilmu pengetahuan.

Pengertian Aksiologi Menurut Para Ahli

Aksiologi dapat diartikan berbeda-beda namun tetap memiliki makna yang sama. Berikut adalah pengertian aksiologi menurut para ahli :

1. Suriasumantri (1990)

Menurut Sumantri aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan serta pengetahuan yang diperoleh.

2. Kastoff (1992)

Menurut Kastoff aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki suatu hakikat nilai yang dapat ditinjau dari sudut kefilsafatan.

3. Sutanto (2011)

Menurut Sutanto aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang mencari tahu tentang nilai, yang umumnya dapat ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

4. Adib (2015)

Menurut Adib aksiologi adalah cabang filsafat yang mempermasalahkan penilaian atau yang berkaitan dengan nilai guna sehingga ketika dikaitkan dengan Pendidikan matematika maka cabang aksiologi dalam pendidikan matematika adalah mempertanyakan tentang apa manfaat ataupun kegunaan dari ilmu pendidikan matematika yang dipelajari dan ditinjau dari sudut filsafat.

5. Harold H.Titus, et al.

Menurut Harold H.Titus, et al aksiologi dapat diartikan dalam beberapa pengertian seperti sebagai berikut :

  • Aksiologi adalah analisis nilai-nilai.
  • Aksiologi adalah studi yang menyangkut tentang teori umum mengenai nilai atau suatu studi yang menyangkut segala hal yang bernilai.
  • Aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat-hakikat nilai.

6. Jujun S. Suriasumantri

Menurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang kegunaan pengetahuan yang diperoleh sehingga segala nilai yang berkaitan dengan manfaat pengetahuan dapat dikaji dalam cabang ilmu filsafat.

7. Wibisino

Menurut Wibisino aksiologi adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai tolak ukur kebenaran, etika, dan moral sebagai dasar normatif penelitian, penggalian, serta penerapan ilmu.

8. Jalaluddin

Menurut Jalaluddin aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menguji serta mengintegrasikan nilai ke dalam kehidupan manusia dan menjaganya di dalam kepribadian peserta didik.

9. Sarwan

Menurut Sarwan aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas dan arti dari nilai-nilai seperti nilai keindahan, nilai kebaikan dan nilai kebenaran.

10. Langerveld

Menurut Langerveld aksiologi adalah ilmu yang terdiri dari dua hal utama yakni sebagai berikut :

  • Etika adalah bagian dari filsafat yang menjelaskan tentang masalah kebaikan (kesusilaan).
  • Estetika adalah bagian dari filsafat yang menjelaskan tentang masalah keindahan.

Aspek Aksiologi

Berdasarkan pengertian aksiologi diatas maka dapat dipahami bahwa aspek eksiologi dari filsafat menjelaskan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan moral dan nilai yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aksiologi terdiri dari dua aspek yaitu :  

1. Etika

Etika adalah aspek eksiologi yang membahas tentang masalah-masalah moral, perilaku, norma, adat istiadat yang beralku di komunitas tertentu.

Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan atau perbuatan baik dan ethos berarti watak, kebiasaan dan sifat. Etika dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

  • Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah etika yang menjelaskan tentang kesadaran serta pengalaman moral secara deskriptif dan menggambarkan tingkah laku moral seperti tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.

Etika deskriptif bersifat netral dan hanya mempelajari moralitas yang terdapat pada individu atau sub kultur tertentu sehingga etika deskriptif ini tidak dapat memberikan penilaian apapun. Contoh etika deskriptif adalah penggambaran tentang ada mengayau kepala di suku primitif.

  • Etika Normatif

Etika normatif adalah etika yang menjelaskan tentang petunjuk dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruknya suatu keputusan.

Dasar etika normatif ialah pendirian atas norma sehingga etika normatif akan mempermasalahkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis dengan mempertimbangkan apakah norma itu benar atau salah. Etika normatif dibagi menjadi dua bagian yaitu :

  • Etika Umum, adalah etika yang mengarah pada permasalahan umum seperti mempertanyakan hubungan antara tanggung jawab dengan kebebasan.  
  • Etika Khusus, adalah etika yang mengarah pada penerapan prinsip-prinsip etika umum ke dalam perilaku khusus manusia.
  • Metaetika

Metaetika adalah etika yang  menjelaskan tentang etika yang mencari istilah-istilah normatif yang dapat diungkapkan melalui pernyataan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan. Metaetika ini akan menganalisis logika perbuatan kemudian dikaitkan dengan baik atau buruk tindakan tersebut.

2. Estetika

Estetika adalah aspek eksiologi yang membahas keindahan, seni, rasa, selera, kreasi dan apresiasi terhadap suatu keindahan. Istilah estetika berasal dari Yunani aesthesis berarti pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual.  

Tetapi secara ilmiah estetika diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-emosi sensorik yang dinamakan dengan nilai sentimentalitas atau selera. Estetika dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

  • Estetika deskriptif, menjelaskan tentang gambaran fenomena-fenomena keindahan.
  • Estetika normatif, menjelaskan serta mencari hakikat, dasar, dan ukuran keindahan. Misalnya mempertanyakan tentang keindahan itu sesuatu yang dapat dinilai dengan objektif ( keindahan terletak dalam karya seni) atau subjektif ( keindahan terletak dalam mata manusia sendiri )

Fungsi Aksiologi

Aksiologi merupakan ilmu filsafat yang memiliki kegunaan suatu ilmu pengetahuan. Aksiologi memiliki fungsi yang dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Fungsi kegunaan teoritis adalah aksiologi memiliki fungsi yang sifatnya berupa teori yang berkaitan dengan segala materi pembelajaran di dunia Pendidikan.

Fungsi ini digunakan untuk membangun sumber daya manusia yang memiliki etika serta estetika dalam menilai suatu hal dan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan bermanfaat bagi kehidupan.

Secara teori ilmu akan memberi anda pemahaman dasar mengenai penilaian mendalam dan mencoba memahami dulu dengan akal serta logika. Apabila anda telah menguasai aksiologi secara teori maka kemungkinan anda akan dengan mudah mempraktekkan etika dan estetika dalam menilai berbagai hal.

Dalam dunia pendidikan teori ilmu pengetahuan dapat berupa seperti buku, ensiklopedia dan lain sebagainya sehingga para siswa dapat menambah pengetahuan dengan membaca teori terlebih dahulu dan kemudian dapat diterapkan secara praktis.

2. Kegunaan Praktis

Fungsi kegunaan praktis adalah penerapan dari pemahaman nilai-nilai dalam kehidupan. Jika anda memperoleh ilmu pengetahuan maka tugas pertama setelah memperoleh ilmu tersebut adalah mempraktekannya atau menerapkannya dalam kehidupan.

Pemahaman anda tentang eksiologi dapat membantu anda menciptakan keteraturan serta adat istiadat yang baik sehingga anda dapat diterima oleh semua masyarakat di suatu wilayah bahkan dimanapun anda berada karena nilai-nilai yang dibahas di aksiologi akan membantu anda dalam membedakan mana hal baik dan mana hal buruk.

Dalam dunia pendidikan ilmu yang diperoleh selama belajar di sekolah akan dapat diterapkan setelah lulus dari sekolah maupun perguruan tinggi. Selain itu, praktek ilmu pengetahuan itu seperti menggunakan ilmu yang dikuasai untuk memulai karir di sebuah perusahaan.

Contoh Aksiologi

Setelah mempelajari mengenai fungsi aksiologi maka untuk dapat lebih mudah memahami aksiologi anda perlu mengetahui contoh aksiologi tersebut. Berikut adalah contoh aksiologi dan penjelasannya :

1. Penggunaan Ilmu Tentang Membuat Kursi

Ketika seseorang memiliki ilmu serta keterampilan untuk membuat kursi maka saat kursi selesai dibuat oleh pengrajin anda akan langsung tahu kegunaan kursi itu untuk apa saja. Contohnya kursi itu bisa digunakan untuk beristirahat, duduk, menaruh barang, nyaman dipakai kerja, dan sebagainya.

2. Norma Hukum

Setiap negara tentu memiliki norma hukum yang berlaku dan bersifat tertulis seperti di peraturan undang-undang yang digunakan sebagai landasan. Melalui norma hukum masyarakat dapat mengetahui tindakan apa saja yang salah dan melanggar hukum serta mengetahui nilai-nilai keadilan.

Contohnya menaati rambu lalu lintas karena jika melanggar rambu lintas dapat dikenakan sanksi tilang berupa denda, membayar pajak secara tepat waktu karena jika tidak membayar pajak tepat waktu anda akan dikenakan denda, dan tidak berbuat kriminal karena jika melakukannya akan diberi sanksi penjara atau denda.

3. Sopan dan Tidak Sopan

Aksiologi juga membahas tentang etika yang mengarah ke sopan santun. Seseorang yang beretika baik akan dihormati oleh siapa saja dan mereka akan bertindak sopan santun kepada siapapun yang ditemuinya.

Contoh sopan santun adalah ketika anak kecil berjalan di depan orang tua maka anak kecil akan tersenyum, menyapa dan sedikit membungkukan badan sebagai wujud rasa hormat kepada orang tua, menerima sesuatu barang atau apapun dengan menggunakan tangan kanan, dan tidak menyela perkataan.

4. Menentukan Keputusan

Setiap orang tentu pernah dihadapkan pada pilihan sulit dalam hidupnya sehingga penting bagi anda untuk mengetahui ilmu aksiologi. Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari manfaat atau nilai yang membantu anda menentukan sebuah keputusan dengan mudah.

Contohnya ketika anda ingin menentukan keputusan membeli rumah dengan menerapkan ilmu aksiologi maka anda akan dapat mengetahui rumah mana yang dapat kita tempati, rumah yang nyaman dan rumah yang sesuai dengan keinginan anda.

5. Penerapan Aksiologi dalam Pendidikan

Aksiologi dapat diterapkan dalam pendidikan karena pendidikan berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan. Berikut contoh penerapan aksiologi dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

  • Ketika guru mengajari siswa yang memiliki sifat keras kepala dalam belajar maka guru akan tetap mengajari siswa keras kepala tersebut dengan sikap lemah lembut.
  • Adanya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang akan mengajarkan tentang bagaimana bersikap yang baik ke orang lain.
  • Siswa mengetahui kegunaan setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.

The post Aksiologi: Pengertian, Aspek, Fungsi dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
30 Pengertian Moral Menurut Para Ahli: Tujuan, Jenis, Contoh https://haloedukasi.com/pengertian-moral-menurut-para-ahli Mon, 28 Mar 2022 06:41:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=32913 Moral adalah suatu hal yang lazim kita dengar dan bicarakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa Latin yang artinya adalah adat atau kebiasaan. Dalam bahasa Yunani, kata ini sama dengan ‘etos’ yang artinya sikap, kepribadian atau watak. Dalam bahasa Indonesia sendiri, moral memiliki pengertian yang sama dengan etika. Moral […]

The post 30 Pengertian Moral Menurut Para Ahli: Tujuan, Jenis, Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Moral adalah suatu hal yang lazim kita dengar dan bicarakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa Latin yang artinya adalah adat atau kebiasaan.

Dalam bahasa Yunani, kata ini sama dengan ‘etos’ yang artinya sikap, kepribadian atau watak. Dalam bahasa Indonesia sendiri, moral memiliki pengertian yang sama dengan etika.

Moral merupakan nilai atau norma yang menjadi pedoman seseorang dalam bertutur kata dan bertingkah laku di kelompok masyarakat tertentu.

Moral digunakan untuk memberi batas atau memilah, apa yang disebut benar-salah atau baik-buruk dalam kehidupan sosial.

Untuk dapat memahami lebih dalam tentang moral, berikut pengertian moral menuurut para ahli:

1. Menurut Sonny Keraf

Dalam mendefinisikan moral, Sonny Keraf melihat moral adalah sebuah alat yang berguna untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang sebagai ‘manusia’, sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai manusia yang memiliki posisi/jabatan tertentu dalam hidup.

2. Menurut Maria J. Wantah

Moral dalam pandangan Maria adalah suatu bentuk keterampilan yang dapat menentukan benar atau salah dan baik atau buruknya perilaku seseorang.

3. Menurut Russel Swanburg

Swanburg melihat moral sebagai sebuah pengakuan dari pemikiran yang berhubungan dengan rasa antusias seseorang terhadap sesuatu, yang mana hal tersebut menjadi dasar seseorang berperilaku.

4. Menurut Elizabeth B. Hurlock

Moral adalah bentuk dari tata cara, kebiasaan dan adat yang telah menjadi ketentuan bagi seseorang untuk berperilaku dan hal tersebut sudah lazim dan diakui oleh masyarakat yang ada.

5. Menurut Bertenz

Bertenz mendefinisikan moral sebagai suatu nilai yang berhubungan dengan tanggung jawab, yang berlaku secara formal di masyarakat dan dilandasi oleh hati nurani.

6. Menurut Merriam – Webster

Moral merupakan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang disebut benar dan salah dalam tingkah laku manusia. Suatu perilaku disebut bermoral jika hal tersebut dianggap benar dan baik oleh banyak orang, serta tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat.

7. Menurut Immanuel Kant

Immanuel Kant menganggap moral sebagai suatu keyakinan dan sikap batin. Menurut Kant, moral lebih dari sekedar patuh terhadap aturan dari luar, seperti hukum negara, agama dan adat-istiadat.

8. Menurut Chaplin

Chaplin mendefinisikan moral sebagai akhlak yang terhubung dengan norma sosial atau hukum-hukum lainnya, yang bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia.

9. Menurut James J. Spillane SJ

Moral adalah tingkah laku manusia yang dihasilkan dari proses pengambilan keputusan yang melibatkan akal dan bersifat objektif. Proses ini lah yang kemudian akan mendefinisikan benar-salah maupun baik-buruk tingkah laku manusia terhadap orang lain.

10. Menurut Shaffer

Shaffer berpandangan, moral adalah sebuah aturan yang mampu membatasi perilaku seseorang agar tunduk pada norma yang berlaku, dalam berkehidupan di masyarakat.

11. Menurut Dewey

Dewey mendefinisikan moral sebagai seluruh tingkah laku yang memiliki potensi masalah dan berkaitan dengan etika.

12. Menurut Baron, dkk

Moral merupakan segala hal yang berkaitan dengan apa yang boleh dan tidak boleh, yang ujungnya adalah kesepakatan antara mana yang dianggap benar dan salah di masyarakat.

13. Menurut Al-Gazhali

Al-Ghazali menyebut moral sama dengan akhlak, yang artinya adalah suatu karakter atau tabiat yang melekat kuat dalam diri manusia, yang menjadi sumber dari segala perbuatan.

14. Menurut Gunarsa

Gunarsa mendefinisikan moral sebagai sekumpulan nilai atau norma dari keseluruhan tingkah laku manusia yang harus dipatuhi oleh masyarakat.

15. Menurut Wiwit Wahyuning

Moral adalah suatu nilai yang termanifestasi sebagai sikap atau tindakan seseorang terhadap orang lain.

16. Menurut Wijaya

Wijaya memandang moral sebagai sebuah doktrin atau ketentuan yang menilai baik atau buruknya sesuatu dalam bentuk sikap maupun tindakan.

17. Menurut A. Mustafa

Moral merupakan sebuah penentu yang mampu membedakan mana perilaku baik dan buruk, dengan pengamatan atau refleksi dari akal atau nurani manusia.

18. Menurut Subakti

Moral adalah suatu fungsi yang dapat mengendalikan seluruh tingkah laku manusia agar tidak menyimpang dan tetap berada di koridor yang semestinya.

19. Menurut Imam Sukardi

Definisi moral menurut Imam Sukardi adalah watak atau karakter baik yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

20. Menurut W. Poespoprojo

Moral adalah suatu kualitas yang menjadi indikasi sebuah perbuatan dikatakan baik atau buruk dan benar atau salah. Moral dapat disebut sebagai rangkuman dari baik-buruknya tindakan manusia.

21. Menurut Magnis – Susino

Magnis dan Suseon menganggap moral sebagai sesuatu yang mengacu pada kemampuan orang untuk berperilaku layaknya ‘manusia’ yang memanusiakan orang lain, serta aspek moral yang berhubungan dengan kebaikan manusia.

22. Menurut Zainuddin Saifullah Nainggolan

Moral merupakan sebuah tendensi yang berasal dari rohani, yang digunakan untuk mematuhi standar norma yang ada di masyarakat sebagai cara mengendalikan tingkah laku orang lain.

23. Menurut Dian Ibung

Hal serupa juga disampaikan Dian Ibung yang menganggap moral sebagai sebuah nilai yang ada dan dipatuhi masyrakat untuk mengatur perilaku seseorang.

24. Menurut W.J.S. Poerdarminta

Moral adalah sebuah doktrin atau peraturan yang memuat tentang hal-hal yang dianggap baik-buruk dalam perilaku seseorang.

25. Menurut Hanani Silfia

Hanani memandang moral sebagai sebuah proses pemasyarakatan. Seseorang dapat dikatakan bermoral jika mereka terlibat langsung dalam masyarakat dan belajar secara bertahap tentang bagaimana menjadi seorang manusia yang dapat diterima di lingkungan tersebut.

26. Menurut Maria Asumpta

Maria menyebut moral sebagai sebuah aturan yang membahas tentang sikap dan tingkah laku seseorang dalam perannya sebagai manusia.

27. Menurut Asri Budiningsih

Moral adalah kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang turut melibatkan akal dan nurani dalam berperilaku di kehidupan masyarakat sehari-hari.

28. Menurut Hamid Darmadi

Hamid menjelaskan moral melalui arti harfiahnya, yakni kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan adat istiadat, yang kemudian mengalami perluasan makna menjadi sebuah kebiasaan berperilaku baik di masyarakat.

29. Menurut Kamus Psikologi

Dalam kamus psikologi, moral mengacu pada akhlak atau tingkah laku manusia yang sesuai dengan peraturan atau norma sosial yang berlaku. Hal ini juga berkaitan erat dengan hukum dan adat-istiadat yang mengatur tentang tingkah laku dalam lingkup masyarakat.

30. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia                                 

Ada 3 pengertian moral yang tercantum dalam KBBI, yakni:

  • Arahan tentang baik-buruk yang berkaitan dengan perbuatan, sikap, akhlak, budi pekerti dan susila.
  • Sikap atau mental yang membuat seseorang menjadi berani, bergairah, semangat, disiplin, dan ekspresif, yang tercermin melalui tingkah laku.
  • Hal-hal yang berkaitan dengan aturan kesusilaan.

Teori Perkembangan Moral

Dalam mempelajari moral dan pengaplikasiannya oleh manusia, ada 3 teori besar yang membahas tentang hal tersebut, yaitu:

1. Teori Jean Piaget

Piaget meneliti teori perkembangan moral dengan mengamati dan melakukan wawancara pada anak-anak usa 4 – 12 tahun, melalui permainan kelereng. Ia mencoba mengerti bagaimana anak-anak ini memikirkan dan mengaplikasikan aturan dalam permainan mereka.

Melalui penelitian ini, Jean Piaget menyimpulkan 2 cara dalam memandang moralitas. Hal ini bergantung pada kematangan perkembangan anak, sesuai usianya. Dua hal tersebut ialah:

a. Moralitas Heteronom.

Ini merupakan tahap pertama dari perkembangan moral yang berlangsung di usia 4 hingga 7 tahun pada anak-anak. Di usia ini, mereka memandang keadilan dan peraturan sebagai sifat dunia yang tidak bisa diubah dan tidak dapat dikontrol manusia.

Hal ini menghasilkan pemikiran bahwa setiap peraturan yang dilanggar, akan selalu ada hukuman yang harus diterima. Setiap hal yang dilakukan akan menerima konsekuensi baik/buruknya.  

b. Moralitas Otonom

Tahap ini diperlihatkan oleh anak-anak dengan usia yang lebih tua, yakni 10 tahun hingga 20 tahun ke atas. Di tahap ini, peraturan dianggap sebagai sesuatu yang dapat diubah dan ditentukan sendiri. Dalam memutuskan suatu tindakan, seseorang seharusnya dapat mempertimbangkan intensi dan konsekuensi ke depan.

2. Teori Hoffman

Dalam meneliti perkembangan moral, Hoffman mencetuskan satu teori yang ia sebut sebagai teori disekuilibrium kognitif. Teori ini menemukan bahwa periode remaja adalah waktu yang sangat penting dalam perkembangan moral tiap orang.

Hal ini menjadi sangat penting, karena pada periode ini lah seseorang mengalamimasa peralihan dari lingkungan yang homogen seperti sekola dasar atau menengah pertama, ke jenjang yang lebih luas seperti sekolah menengah atas dan dunia perkuliahan.

3. Teori Lawrence Kohlberg

Kohlberg menganggap, konsep penting dalam perkembangan moral adalah internalisasi. Ini adalah perubahan atau perkembangan tingkah laku seseorang yang sebelumnya dikontrol secara eksternal, menjadi perilaku yang kontrolnya berasal daro standar atau prinsip sosial.

Selanjutnya, perkembangan moral didasari oleh penalaran moral yang berkembang menjadi 3 tingkatan dalam diri seseorang. Hal tersebut di antaranya:

a. Penalaran Pra Konvensional

Ini adalah tahap di mana seseorang belum menunjukkan adanya proses internalisasi dari nilai moral. Tahap ini menunjukkan 2 hal, yaitu:

  • Pemikiran moral disangkut pautkan dengan hukuman.
  • Seseorang melakukan sesuatu untuk memuaskan kebutuhannya dan membiarkan orang lain melakukan hal yang sama.

b. Penalaran Konvensional

Pada tahap ini, proses internalisasi sudah muncul dengan kadar menengah. Hal ini ditandai dengan seseorang mulai mengikuti standar tertentu yang diatur oleh orang lain.

c. Penalaran Pasca Konvensional

Ini merupakan tahap di mana moralitas sepenuhnya diinternalisasi oleh manusia. Individu akan memiliki standar moral sendiri yang didasarkan pada hak-hak universal manusia. Mereka yang telah berada di tahap ini jika dihadapkan pada konflik akal dan hati, maka ia akan berpikir suara hati lah yang patut untuk diikuti.

Jenis Moral

Dalam bermasyarakat, ada beberapa jenis moral yang dipatuhi, di antaranya:

  • Moral Ketuhanan. Segala urusan yang berhubungan dengan agama atau religiusitas yang berpengaruh terhadap diri seseorang.
  • Moral Ideologi dan Filsafat. Seluruh hal-hal yang berkaitan dengan segala yang berbau kebangsaan dan loyalitas terhadap bangsa juga negara.
  • Moral Kesusilaan. Aturan yang berkaitan dengan etika atau susila yang dipatuhi masyarakat. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan, kesopanan, adat dan tradisi.
  • Moral Disiplin dan Hukum. Semua hal yang mengatur kode etika profesional dan hukum yang belaku di masyarakat dan negara.

Tujuan Moral

Dalam menjunjung kehidupan bermasyarakat, moral juga memiliki tujuan-tujuan tertentu, yakni:

  • Mendorong manusia untuk berperilaku baik antar sesama dengan penuh kesadaran diri.
  • Membuat hubungan yang harmonis dalam bermasyarakat.
  • Membahagiakan diri sendiri dan orang sekitar karena menjunjung tinggi rasa saling menghormati tanpa ada rasa menyesal, konflik batin dan semacamnya.
  • Mewujudkan martabat indvidu sebagai seseorang yang memiliki rasa kemanusiaan.
  • Mengontrol tindakan manusia agar dapat berpikir sebelum melakukan sesuatu, karena setiap perilaku buruk pastinya memiliki sanksi sosial.

Contoh Moral

Perilaku bermoral memiliki beragam contoh, di antaranya:

  • Menghormati orang yang lebih tua, rekan sebaya dan yang lebih muda.
  • Mengucap salam dan berlaku sopan saat bertamu ke rumah orang lain.
  • Menjaga tutur kata agar selalu mengucapkan hal-hal yang sopan.  
  • Tidak berbohong, mencuri, melakukan kejahatan, dan hal-hal lainnya yang merugikan orang lain.

The post 30 Pengertian Moral Menurut Para Ahli: Tujuan, Jenis, Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Perbedaan Etika dan Etiket yang Perlu dipahami https://haloedukasi.com/perbedaan-etika-dan-etiket Tue, 25 Aug 2020 04:54:31 +0000 https://haloedukasi.com/?p=9713 Saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa etika dan etiket memiliki makna dan arti yang sama karena menyangkut perilaku manusia. Namun bila dilihat dari segi makna, arti dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari etika dan etiket berbeda. Berikut ini ada beberapa perbedaan etika dan etiket bila dilihat dari berbagai macam, diantaranya: 1. Perbedaan Berdasarkan Pengertian Etika […]

The post 5 Perbedaan Etika dan Etiket yang Perlu dipahami appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa etika dan etiket memiliki makna dan arti yang sama karena menyangkut perilaku manusia.

Namun bila dilihat dari segi makna, arti dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari etika dan etiket berbeda.

Berikut ini ada beberapa perbedaan etika dan etiket bila dilihat dari berbagai macam, diantaranya:

1. Perbedaan Berdasarkan Pengertian

Etika memiliki arti timbul dari kebiasaan yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethikos”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hal baik dan buruk serta hal dan kewajiban moral.

Etika juga menjelaskan mengenai sistem nilai bagaimana manusia sebaiknya dalam sebuah adat kebiasan sehingga terwujud perilaku baik dalam waktu yang lama.

Sedangkan etiket memiliki arti sopan santun yang berasal dari bahasa Perancis yaitu “etiquette”.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etiket merupakan sebuah tata cara seperti adat ataupun sopan santun sehingga memiliki hubungan yang baik antara sesama manusia dalam sebuah lingkungan masyarakat.

2. Perbedaan Berdasarkan Ruang Lingkup

Dalam etika, ruang lingkupnya dapat berlaku kapan saja dan sama siapa saja seperti dalam pergaulan dengan orang lain ataupun dalam kehidupan pribadi meskipun tidak ada orang yang menyaksikan.

Contohnya seperti mencuri dan membunuh merupakan perbuatan yang dilarang meskipun tidak ada orang yang menyaksikannya.

Sedangkan etiket, ruang lingkupnya hanya berlaku dalam waktu tertentu saja ketika ada orang lain yang menyaksikannya atau ada saksi mata atas perbuatan yang dilakukan.

Contohnya seperti bersendawa setelah makan apabila bersama orang lain merupakan hal yang tidak sopan dilakukan namun apabila sedang sendirian merupakan hal yang wajar dilakukan.

3. Perbedaan Berdasarkan Sifat

Dalam etika, sifatnya bersifat absolut atau sudah pasti dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Dimana dalam etika apabila berbuat baik maka akan mendapatkan pujian sedangkan berbuat buruk akan mendapatkan saksi atau hukuman.

Contohnya seperti adanya larangan membunuh dan jika ada seseorang yang melakukan pembunuhan maka harus mendapatkan saksi atau hukuman.

Sedangkan dalam etiket, sifatnya bersifat relative atau tidak permanen. Dimana dalam etiket apabila satu tindakan dalam suatu budaya dapat dianggap sebagai sopan namun dalam budaya lain belum tentu memiliki pemikiran yang sama.

Contohnya seperti sebagian orang menganggap makan tanpa menggunakan sendok adalah perbuatan yang tidak sopan namun ada juga sebagian orang yang mengangap makan tanpa menggunakan sendok adalah hal yang wajat.

4. Perbedaan Berdasarkan Hubungannya

Etika selalu berhubungan dengan cara dilakukannya perbuatan yang dapat menimbulkan norma dari perbuatan tersebut.

Contohnya seperti ketika mengambil barang tanpa seizin pemilik maka perbuatan tersebut sama saja dengan mencuri.

Sedangkan etiket berhubungan dengan sebuah cara dari suatu perbuatan yang harusnya dilakukan manusia.

Contohnya seperti ketika ingin memberikan sesuatu kepada orang lain maka tangan yang digunakan ialah tangan kanan apabila menggunakan tangan kiri maka dianggap melanggar etika.

5. Perbedaan Berdasarkan Sudut Pandang

Etika memiliki sudut pandang dengan memandang seseorang dari segi dalamnya atau secara batiniah, seperti seseorang yang telah melakukan perbuatan jahat tetap saja dianggap sebagai penjahat meskipun memiliki tutur kata yang baik.

Sedangkan etiket memiliki sudut pandang yang memandang seseorang dari segi luarnya atau secara lahiriyah meskipun bisa saja bersifat munafik namun selalu berpegang pada etiket.

Contohnya seperti saat ini banyak sekali serigala berbulu domba, artinya diluar tampak baik namun di dalamnya menyimpan niat buruk.

The post 5 Perbedaan Etika dan Etiket yang Perlu dipahami appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>