fanatik - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/fanatik Thu, 03 Dec 2020 02:26:22 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico fanatik - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/fanatik 32 32 Fanatisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampaknya https://haloedukasi.com/fanatisme Thu, 03 Dec 2020 02:23:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16189 Sebagian besar orang pasti pernah menyukai suatu hal yang dapat melebihi batas kewajaran. Baik dari segi sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Hal tersebut yang dinamakan sebagai fanatisme. Fanatisme merupakan rasa suka yang menimbulkan obsesi terhadap suatu hal. Fanatisme memiliki dampak negatif dan positif apabila dilihat dari sudut pandang tertentu. Berikut merupakan pemaparan mengenai paham […]

The post Fanatisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebagian besar orang pasti pernah menyukai suatu hal yang dapat melebihi batas kewajaran. Baik dari segi sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Hal tersebut yang dinamakan sebagai fanatisme. Fanatisme merupakan rasa suka yang menimbulkan obsesi terhadap suatu hal.

Fanatisme memiliki dampak negatif dan positif apabila dilihat dari sudut pandang tertentu. Berikut merupakan pemaparan mengenai paham fanatisme itu sendiri.

Pengertian Fanatisme

Fanatisme merupakan sebuah keadaan dimana seseorang merasa bersemangat dan berminat terhadap sebuah hal secara berlebihan. Yang mana akan timbul rasa obsesi terhadap sebuah hal.

Fanatisme sendiri seringkali mengakibatkan sebuah tindakan yang berlebihan, tidak masuk akal, dan tidak rasional dalam artian tertentu.

Paham fanatisme dapat didasari atas adanya minat dan rasa ingin tahu terhadap sebuah permasalahan secara mendetail.

Secara umum, fanatisme dapat diartikan sebagai paham atau perilaku yang menunjukan sebuah ketertarikan terhadap suatu hal secara berlebihan. Dalam artian, seseorang yang meyakini paham fanatik memiliki standar yang tinggi atas semua hal yang dipikirkannya.

Yang mana hal tersebut menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mendengarkan dan tidak bersedia untuk membuka pemikirannya mengenai sebuah pendapat ataupun ide.

Para penganut fanatisme hanya meyakini bahwa paham yang mereka anutlah yang paling benar. Hal tersebut mengakibatkan orang itu menentang semua pendapat yang dirasa bertentangan dengan pola pikirnya.

Adapun pendapat beberapa ahli mengenai paham fanatisme itu sendiri, diantaranya:

  • Winston Churchill, Seseorang yang fanatik tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya.
  • Tonu Lehtsaar, Fanatisme dapat didefinisikan sebagai pengejaran atau pembelaan terhadap sesuatu dengan cara yang ekstrem dan penuh gairah yang melampaui normalitas.
  • Neil Postman, Neil Postman dalam bukunya Crazy Talk, Stupid Talk, menyatakan bahwa “kunci untuk semua kepercayaan fanatik adalah bahwa mereka mengkonfirmasikan diri …. (beberapa kepercayaan adalah) fanatik bukan karena mereka ‘salah’, tetapi karena mereka diekspresikan sedemikian rupa sehingga mereka tidak pernah bisa terbukti salah”.
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian fanatik adalah kepercayaan (keyakinan) yang teramat kuat terhadap ajaran (agama, politik, dan sebagainya)

Berdasarkan atas pendapat beberapa ahli dan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenai fanatisme. Dapat diambil kesimpulan bahwa fanatisme merupakan sebuah keyakinan yang ekstrem yang mana dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan batas kewajaran pada umumnya.

Dalam kata lain, fanatisme menyebabkan timbulnya rasa obsesi terhadap sebuah hal yang mana membuat para penganutnya menghalalkan segala cara, termasuk dengan tindakan tindakan yang tidak rasionalis.

Ciri-Ciri Paham Fanatisme

Dalam perkembangannya paham fanatisme memiliki ciri ciri yang memudahkan orang awam untuk mengenalinya. Berikut ciri ciri mengenai paham fanatisme:

  • Dapat beralih kapanpun

Mereka yang meyakini adanya paham fanatisme akan mudah beralih dari obsesi satu ke obsesi berikutnya. Namun dalam upayanya tetap dengan antusiasme yang sama.

Hal tersebut didasarkan pada naluri alamiah manusia, yang akan merasa bosan dengan suatu hal yang sama setiap harinya. Sehingga munculnya rasa untuk berpindah haluan pada sebuah hal yang bertentangan dengan sebelumnya. Hal tersebut sama seperti penganut paham fanatisme sendiri.

  • Identitas (Identity)

Paham fanatisme tidak timbul dengan hal yang hanya berkaitan dengan penyebabnya. Namun fanatisme juga akan menjadi identitas mereka.

Saat mereka merasa antusias terhadap suatu hal, mereka akan berupaya untuk menyamakan identitas atau karakteristik mereka dengan hal yang mereka sukai.

  • Menciptakan sebuah dogma

Kebanyakan orang yang menganut paham fanatisme atau paham yang sama akan cenderung memiliki pola pemikiran tertutup. Mereka hanya meyakini bahwa apa yang mereka anut adalah hal yang paling benar.

Mereka akan melakukan apapun untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Mereka pun tidak segan segan untuk melakukan pembunuhan sekalipun.

  • Kurang pendalaman (Lack of Depth)

Orang yang meyakini paham fanatisme ini seringkali hanya berpegang pada satu kasus. Mereka tidak akan mau untuk mendalami informasi lainnya yang berkaitan dengan apa yang diyakininya. Mereka hanya bermodal bahwa apa yang mereka yakini ialah yang paling benar.

  • Timbulnya Obsesi (Obsession)

Mereka yang menyukai sesuatu akan terus menerus untuk melakukan hal yang konstan dan sama setiap harinya. Yang mana hal tersebut mampu menyebabkan obsesi pada suatu hal.

  • Cenderung Berpikir Hitam Putih (Black and White Thinking)

Mereka yang terobsesi pada suatu hal menutup dirinya akan perbedaan lainnya terus ada. Hal tersebut mengakibatkan pola pemikiran yang cenderung kuno mengenai perkembangan yang ada.

  • Membeo (Parroting)

Mereka akan terus mengajukan pernyataan yang sama saat seseorang menyatakan sebuah hal yang berbeda dengan pendapatnya.

Jenis-Jenis Paham Fanatisme

Dalam perkembangannya,fanatisme dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Fanatisme konsumen  
  • Fanatisme emosional
  • Fanatisme supremasi etnis atau ras
  • Fanatisme kenyamanan
  • Fanatisme nasionalistik atau patriotik
  • Politik, fanatisme ideologis
  • Fanatisme agama
  • Fanatisme olahraga

Dampak Fanatisme

Paham fanatisme menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan seseorang. Yang mana paham fanatisme dapat berdampak positif dan negatif.

Apabila dilihat dari segi positifnya, seseorang yang bersikap fanatisme cenderung memiliki loyalitas yang penuh terhadap apa yang dipegangnya. Yang mana dia akan lebih berusaha untuk dapat mencapainya.

Namun, apabila dilihat dari dampak negatifnya, sikap fanatisme yang berlebihan dapat menyebabkan adanya kekerasan dan pertumpahan darah pada kedua belah pihak yang saling bertentangan.

Hal tersebut diakibatkan karena seseorang yang bersikap fanatisme akan menghalalkan segala cara untuk dapat membela dan mempertahankan apa yang sudah menjadi keyakinannya.

Namun, dampak dampak tersebut tergantung juga terhadap dengan siapa sikap fanatisme itu dilakukan. Apabila fanatisme timbul pada orang yang bijak,tentu mereka dapat menentukan bagaimana sikap yang tepat untuk dilakukan. Dan mana yang tidak tepat.

Contoh Sikap Fanatisme

Sikap fanatisme juga dapat terwujud dengan beberapa tindakan dalam kehidupan sehari hari.

Salah satu contohnya adalah munculnya fanatisme terhadap satu agama. Hal tersebut terjadi pada negara India. Yang mana para penduduk muslim didiskriminasi dan dilempari batu saat mereka melakukan ibadah.

Tidak hanya itu, mereka yang fanatik terhadap agamanya juga melakukan pembunuhan terhadap penduduk muslim lainnya. Yang mana hal tersebut didasari atas perbedaan keyakinan dan pemahaman yang dianut.

The post Fanatisme: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Overdosis Agama di Indonesia – Contoh dan Dampak https://haloedukasi.com/overdosis-agama-di-indonesia Tue, 07 Jan 2020 05:19:19 +0000 https://beragama.com/?p=96 Indonesia memiliki banyak agama yang diakui, tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia tidak “sebaik” itu. Masih banyak konflik-konflik yang melibatkan unsur keagamaan. Contohnya perbedaan pendapat antar kelompok – kelompok keagamaan. Kejadian ini seharusnya tidak perlu terjadi jika kedua belah pihak tidak “overdosis” terhadap ajaran dalam kelompoknya masing- masing. Apa yang Dimaksud Overdosis? Overdosis merupakan istilah yang […]

The post Overdosis Agama di Indonesia – Contoh dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia memiliki banyak agama yang diakui, tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia tidak “sebaik” itu. Masih banyak konflik-konflik yang melibatkan unsur keagamaan. Contohnya perbedaan pendapat antar kelompok – kelompok keagamaan. Kejadian ini seharusnya tidak perlu terjadi jika kedua belah pihak tidak “overdosis” terhadap ajaran dalam kelompoknya masing- masing.

Apa yang Dimaksud Overdosis?

Overdosis merupakan istilah yang biasa dipakai dalam dunia kedokteran. Istilah ini merujuk pada gejala terjadinya keracunan akibat obat yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. Dalam agama, istilah overdosis ini dipakai sebagai bentuk dari berlebihan dalam beragama. Sama seperti obat, jika terlalu berlebihan dalam agama juga akan menjadi “racun” untuk diri kita sendiri.

Contoh Permasalahan yang Dapat Terjadi

Setiap ajaran agama itu baik, tetapi apakah yang mengajarkan atau orang yang membawakan ajaran agamanya tersebut benar – benar murni secara objektif atau subjektif? Ini yang menjadi permasalahan. Di Indonesia penyebaran ajaran agama dapat melalui berbagai hal mulai dari tempat ibadah, tv, radio, majalah, koran, media sosial, dan lainnya.

Jika di dalam tempat ibadah mungkin hanya orang – orang dalam satu ruangan saja yang mendengar ajaran yang diberikan. Tetapi bagaimana jika melalui media sosial? Semua orang dapat menggunakan media sosial, yang berarti semua orang juga dapat menyebarkan ajaran agama melalui media sosial tersebut. Tentu saja penyebarannya tidak dapat dikontrol lagi.  Belum tentu semua orang benar-benar “tahu” tentang hal yang disebarkannya. Hal tersebut bisa saja menyeleweng dari ajaran agamanya sendiri, sehingga dapat mempengaruhi orang lain terhadap isu yang tidak benar serta menyebabkan konflik.

Setiap orang yang bertugas untuk memberitakan agama itu diberikan hikmat dari Tuhannya dan diberikan kepercayaan dari masyarakat. Untuk itu ia memegang tanggung jawab yang sangat besar untuk memberitakan kebenaran sesuai dengan kitab suci masing – masing agama. Maka dari itu tidak bisa sembarangan orang untuk memberitakan agama.  Haruslah orang yang benar – benar memiliki iman dan dapat bersikap objektif. Selain itu, setiap orang yang mau menyebarkan tentang kebenaran agama harus benar – benar mengerti tentang apa yang ia sebarkan dan apa dampak yang akan terjadi.

Dampak Overdosis Agama

Dalam pesan agama pun, kita sering diajarkan untuk “sedang-sedang” saja dalam mengkonsumsi atau melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi fanatik. Mungkin orang dapat berkata “kita tidak fanatik, kita mempunyai agama yang benar”, tetapi apakah benar begitu? Justru itu adalah sikap fanatik.

Seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan. Ia menganggap ajaran agamanya yang paling benar sementara yang lain salah.

Hal ini mempersempit manusia untuk menerima pendapat lain yang bukan berasal dari kelompok agamanya.  Sebagai contoh dalam kelompok agama A menyatakan bahwa hari raya diperingati pada hari minggu, sedangkan kelompok B menyatakan hari senin. Perbedaan mendasar seperti ini saja terkadang dapat menimbulkan konflik.

Untuk kita tidak boleh terlalu berpusat pada ajaran dalam kelompok kita saja. Pikiran kita harus terbuka terhadap setiap kemungkinan. Kelompok A dan B memiliki anggota yang berbeda, sehingga berbeda juga pemikirannya. Asalkan tujuannya itu baik, tidak merugikan orang lain, dan sesuai dengan kitab suci agamanya, maka kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan kecil seperti itu. Disini dapat kita lihat sikap saling toleransi antar umat beragama sangatlah penting.

Kesimpulannya, sikap overdosis dalam suatu agama itu harus dihindari. Kita tidak bisa mengklaim apakah agama paling benar di dunia adalah agama yang kita anut? Semua hal akan menjadi baik jika sesuai dengan takarannya. Kita boleh saja mendalami dan mengikuti ajaran agama kita, tetapi kita juga harus cermat memilah – milah mana ajaran yang benar dan tidak. Kita tidak bisa berpatokan pada orang yang menyampaikan ajaran agama, karena orang tersebut bisa saja salah.

Sebaiknya saat kita mendengarkan atau membaca segala hal yang bersangkutan dengan agama kita pastikan dahulu kebenarannya. Apakah ajaran tersebut sesuai dengan kitab suci yang merupakan sumber kebenaran?. Selain itu kita pun harus terbuka dan mau bertoleransi dengan perbedaan ajaran agama lain. Jika hal ini dapat dilakukan maka tentu saja dapat menghindari konflik yang tidak perlu dan mencegah terpecah belahnya negara Indonesia.

The post Overdosis Agama di Indonesia – Contoh dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>