Genosida - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/genosida Fri, 17 Feb 2023 02:42:03 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Genosida - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/genosida 32 32 43 Contoh Pembersihan Etnis https://haloedukasi.com/contoh-pembersihan-etnis Fri, 17 Feb 2023 02:41:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41404 Pembersihan etnis (ethnic cleansing), secara umum dapat didefinisikan sebagai upaya pemindahan secara paksa dan sistematis terhadap kelompok-kelompok etnis, ras, dan agama dari suatu daerah tertentu, yang bertujuan menciptakan homogenitas etnis tertentu di suatu daerah tertentu. Selain dengan pemindahan paksa, pembersihan etnis juga dilakukan dengan pemusnahan, deportasi atau pemindahan penduduk, termasuk cara-cara yang secara tidak langsung […]

The post 43 Contoh Pembersihan Etnis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pembersihan etnis (ethnic cleansing), secara umum dapat didefinisikan sebagai upaya pemindahan secara paksa dan sistematis terhadap kelompok-kelompok etnis, ras, dan agama dari suatu daerah tertentu, yang bertujuan menciptakan homogenitas etnis tertentu di suatu daerah tertentu.

Selain dengan pemindahan paksa, pembersihan etnis juga dilakukan dengan pemusnahan, deportasi atau pemindahan penduduk, termasuk cara-cara yang secara tidak langsung memaksa kelompok target untuk melakukan migrasi atau melarikan diri dan mencegahnya untuk kembali. Seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan perusakan harta benda.

Faktor Penyebab

Dalam “The Dark Side of Democracy” (2004), Michael Mann mengaitkan pembersihan etnis dengan penciptaan sebuah demokrasi. Ia beranggapan bahwa pembersihan etnis adalah bagian dari kebangkitan nasionalisme yang mengasosiasikan kewarganegaraan dengan kelompok etnis tertentu.

Oleh karenanya, demokrasi selalu berkaitan dengan bentuk-bentuk eksklusi dari etnis dan nasional. Namun demikian, negara demokratis bukankah negara yang paling rentan terhadap pembersihan etnis. Karena minoritas penduduk mereka tetap memiliki jaminan konstitusional.

Dalam banyak kasus, permusuhan antar etnis seringkali disebabkan ketika suatu etnis tertentu mulai membayangi atau mendominasi kelas sosial, sebagai hasil dari sistem stratifikasi sosial primordial.

Sementara dalam masyarakat yang heterogen, kategori seperti etnis dan kelas saling berkaitan, dan saat salah satu etnis terlihat mulai mendominasi terhadap etnis lain, konflik antar etnis yang lebih serius dapat berkembang.

Michael Mann juga berpendapat bahwa ketika ada dua kelompok etnis yang berusaha mengklaim kedaulatan atas wilayah yang sama kemudian keduanya merasa terancam, akan muncul konflik yang mengarah pada upaya pembersihan etnis dari kedua belah pihak. Namun, pembersihan etnis seringnya dilakukan oleh organisasi dengan otoritas tinggi, seperti negara, karena membutuhkan pengorganisasian tingkat tinggi pula.

Contoh Pembersihan Etnis

Periode Kuno

  • Salah satu teks kuno Tiongkok mencatat bahwa pada tahun 350 M telah terjadi perang Wei-Jie, yakni pemusnahan kelompok etnis Wu Hu, khususnya suku Jie, di bawah pimpinan Jenderal Ran Min. Mereka yang memiliki ciri fisik seperti hidung mancung dan jenggot lebat dibunuh. Dilaporkan, sebanyak 200.000 orang telah dibantai dalam peristiwa tersebut.

Abad Pertengahan

  • Vesper Sisilia (1282), adalah pemberontakan di pulau Sisilia pada hari Paskah tahun 1828 melawan pemerintahan raja Charles I yang telah memerintah Kerajaan Sisilia sejak 1266. Pemberontakan terjadi selama 6 minggu, di mana sebanyak 3.000 pria dan wanita tewas di tangan pemberontak.
  • Pada 1290, Raja Edward I dari Inggris mengusir ribuan orang Yahudi yang bermukim di Inggris. Sementara ratusan tetua bangsa Yahudi dieksekusi oleh pemerintah Kerajaan Inggris.

Periode Modern Awal

  • Pada 1492, telah terjadi pengusiran oleh bangsa Yahudi oleh pemerintah Kerajaan Spanyol. Kemudian pada 1502, umat Islam yang tersisa di Spanyol dipaksa masuk Kristen. Mereka disebut Morisco, karena mereka adalah manusia terakhir yang hidup setelah terjadi pemberontakan Morisco di Alpujarras tahun 1571. Selama pemberontakan, hampir 80.000 Morisco diusir dari Alpujarras, dan sekitar 270 desa dan dusun yang mereka tinggalkan dihuni oleh pemukim yang dibawa dari Spanyol Utara. Pada 1609-1614, terjadi pengusiran terhadap seluruh Morisco dari seluruh wilayah Spanyol.
  • Sebelum penaklukan wilayah Cromwell atas Irlandia dan disahkannya Undang-Undang Penyelesaian pada 1652, telah terjadi pembersihan etnis yang mengarah ke genosida terhadap umat Katolik Irlandia di bagian timur negara negara tersebut.
  • Pada 1740, setelah pemberontakan Jacobite, pemerintah Inggris melakukan pembersihan etnis Dataran Tinggi di Skotlandia guna mengosongkan sebagian besar wilayah di Dataran Tinggi Skotlandia. Satu dekade berlalu, bersamaan dengan Perang Prancis-India, pemerintah Inggris kembali melakukan pemindahan sistematis terhadap populasi Acadian Katolik Prancis di Nova Scotia ke New England dan New Orleans. Selama pemindahan, lebih dari 50% populasi Acadian tewas.

Abad ke-19

  • Pada 1804, penguasa pertama Haiti, Jean-Jacques Dessalines, telah memerintahkan pembantaian dan pemusnahan terhadap masyarakat berkulit putih, terutama kreol Prancis yang masih tersisa di Haiti.
  • Selama abad ke-19, telah dilakukan pengusiran beberapa kali terhadap bangsa Roma nomaden yang berada di seluruh negara Eropa.
  • Antara tahun 1821-1922, ketika Bulgaria, Yunani, dan Serbia memperoleh kemerdekaan mereka sendiri dari Kesultanan Utsmaniyyah, sejumlah besar umat Muslim diusir dari Eropa Tenggara. Peristiwa ini merupakan salah satu upaya pembersihan etnis paling mematikan di Eropa. Hal ini akibat dari keinginan ketiga negara tersebut untuk memperluas wilayah serta melawan Kesultanan Utsmaniyyah. Puncak dari konflik ini terjadi pada Perang Balkan di awal abad ke-20.
  • Pada 28 Mei 1830, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan suatu kebijakan bernama Indian Removal Act, yakni upaya relokasi paksa ribuan penduduk asli Amerika yang kemudian dikenal sebagai Jejak Air Mata. Banyak dari penduduk asli Amerika yang menentang tindakan tersebut, sehingga mengakibatkan serangkaian pertempuran panjang dengan pemukim kulit putih. Sebanyak 46.000 penduduk asli Amerika diusir, dan lebih dari 4.000 orang meninggal dalam perjalanan.

Abad ke-20

  • Sejak Perang Dunia I pecah, Armenia menjadi medan perang antara Turki dan Rusia. Pada 1915, perang terus berlanjut hingga terjadi serangkaian agresi Turki terhadap orang-orang Armenia. Selama perang berlangsung, 75% orang Armenia dideportasi dan sekitar 200 hingga 300.00 dari mereka melarikan diri ke Rusia. Sementara korban tewas berkisar dari 3,1 juta hingga 2,1 juta.
  • Perang Tiongkok-Jepang Kedua merupakan perang Asia terbesar pada abad ke-20. Perang dimulai ketika pasukan Kekaisaran Jepang menginvasi Tiongkok pada 1930-an, dengan tujuan mendominasi Tiongkok secara politis dan militer guna menjaga cadangan bahan baku dan sumber daya alam Tiongkok. Perang yang berlangsung selama 8 tahun (7 Juli 1937 – 9 September 1945) telah menewaskan jutaan penduduk Tiongkok, baik sipil maupun militer.
  • Bagi sebagian besar sejarawan, Holodomor merupakan bentuk genosida dengan metode teror kelaparan yang sengaja dibuat oleh manusia, yakni atas perintah Josef Stalin terhadap etnis Ukraina di Soviet Ukraina. Ia secara paksa menarik makan dan biji-bijian di desa-desa, serta menutup perbatasan internal antara Soviet Ukraina dan RSS Rusia guna mencegah perpindahan penduduk. Selama Stalin berkuasa, pembersihan meluas hingga ke kaum-kaum intelektual Ukraina, elit politik, dan pejabat partai, sebelum dan sesudah kelaparan. Diperkirakan sekitar 2,5 hingga 8 juta orang Ukraina tewas dalam kelaparan. Setelah likuidasi, Stalin mengisi wilayah tersebut dengan etnis Rusia.
  • Pada akhir Mei 1942, pasukan bersenjata Rumania telah membantai dan mendeportasi sebagian besar bangsa Yahudi dari Bessarabia dan Bukovina utara ke daerah Ukraina yang diduduki Rumania. Mereke terlebih dahulu dikumpulkan di kamp-kamp pengumpulan saat pendeportasian. Hanya tersisa sekitar 200 orang Yahudi di seluruh wilayah Bessarabia saat itu.
  • Pada Perang Dunia II tepatnya antara 1939-1944, terjadi pengusiran bangsa Polandia oleh Nazi dalam operasi masif mereka, yakni pemindahan paksa terhadap 1,7 juta orang Polandia dari seluruh kawasan Polandia. Tindakan tersebut dilakukan dalam upaya geopolitik Jermanisasi.
  • Deportasi Tatar Krimea (18-20 Mei 1944) merupakan pembersihan etnis terhadap orang Tatar dari Krimea, Ukraina oleh Lavrentiy Beria (kepala kepolisian dan keamanan Soviet) atas nama Josef Stalin. Sebanyak 191.040 orang Tatar Krimea dideportasi menggunakan kereta-kereta ternak, termasuk wanita, anak-anak, lansia, dan bahkan para anggota Tentara Merah dan komunis. Mereka direlokasi secara paksa ke Uzbekistan.
  • Di bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, banyak terjadi pembersihan etnis terhadap orang-orang Jerman yang ada di Yugoslavia, Polandia, dan Cekoslovakia, yang dimulai pada musim gugur 1944 hingga musim panas 1945. Lebih dari 14 juta etnis Jerman diusir dengan sekitar 2 juta tewas dalam proses tersebut.
  • Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, sekitar 30.000 etnis Muslim Albania diusir dari wilayah pesisir Epirus, barat laut Yunani. Wilayah tersebut oleh orang Albania sekarang dikenal sebagai Chameria.
  • Selama pemisahan India, lebih dari 6 juta Muslim India melarikan diri akibat kekerasan yang mereka terima dari otoritas setempat, menuju ke wilayah yang sekarang disebut dengan Pakistan. Sebaliknya, 5 juta Umat Hindu dan Sikh di Pakistan melarikan diri menuju India dan menetap di sana. Oleh Ishtiaq Ahmed dan Thomas R. Metcalf, peristiwa ini disebut sebagai pembersihan etnis.
  • Pada 1949 setelah Indonesia merdeka, sekitar 300.000 orang, terutama mereka yang berdarah campuran Indonesia dan Belanda, mereka dibantai dan diusir dari Indonesia.
  • Periode antara 1957 dan 1962, pemerintah Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser menjalankan kebijakan anti-Eropa, yang mengakibatkan pengusiran 100 hingga 200.000 orang Yunani dari wilayah Alexandria dan seluruh Mesir. Berbagai etnis Eropa lainnya ikut diusir, seperti orang Italia dan Prancis.
  • Pada 5 Juli 1960, yakni 5 hari setelah Kongo memperoleh kemerdekaannya, terjadi pemberontakan terhadap perwira kulit putih oleh gamisun Force Publique (dekat Leopoldville). Mereka juga melakukan penyerangan terhadap bangsa Eropa lainnya. Pemberontakan tersebut mengakibatkan ketakutan di antara 100.000 orang berkulit putih yang masih tinggal di Kongo.
  • Sejak naiknya Ne Win ke tampuk kekuasaan pada 1962, telah banyak terjadi penganiayaan terhadap warga imigran di Burma, terutama India. Setidaknya telah terjadi eksodus terhadap 300.000 orang India, yang kemudian menyebabkan mereka berimigrasi ke negara lain guna menghindari diskriminasi rasial dan nasionalisasi grosir perusahaan swasta pada 1964.
  • Penciptaan sistem apartheid di Afrika Selatan yang dimulai sejak 1948, mencapai puncaknya pada 1960-an hingga 1970-an. Pada periode tersebut banyak terjadi pembersihan etnis, serta pemisahan wilayah pemukiman dan pribadi antara orang kulit hitam, kulit berwarna, dan kulit putih.
  • Pada 1969, pemerintah Honduras memberlakukan undang-undang reformasi tanah baru bagi penduduk asli Honduras. Undang-undang tersebut mengambil tanah dari para imigran Salvador. Akibat dari kebijakan tersebut, ribuan orang Salvador terlantar dan banyak melarikan diri ke negara lain.
  • Pada 1971, selama Perang Kemerdekaan Bangladesh, militer mereka banyak melakukan pembunuhan dan genosida terhadap 100.000 hingga 3 juta orang Bengali, terutama Hindu. Sekitar 10 juta dari mereka memilih  melarikan diri dari Bangladesh.
  • Pada akhir 1960-an, Kamboja di bawah kepemimpinan Khmer Merah banyak melakukan penyerangan terhadap kelompok etnis minoritas, termasuk etnis Tionghoa, Vietnam, dan Thailand. Pada 1984, diperkirakan hanya 61.400 orang Tionghoa yang tersisa di Kamboja dengan jumlah sebelumnya 425.00 pada 1960-an.
  • Pada 1991, setelah Perang Teluk, Kuwait melakukan kampanye pengusiran terhadap 400.000 warga Palestina yang tinggal di negara tersebut. Sekitar 200.000 yang orang melarikan diri selama pendudukan Irak , sementara 200.000 lainnya dipaksa pergi oleh pihak yang berwenang. Mereka melarikan diri ke Yordania, dan di sana mereka diberi kewarganegaraan oleh pemerintah Yordania.
  • Perang Kemerdekaan Kroasia (1991-1995) yakni antara JNA pimpinan Serbia dan milisi pemberontak di wilayah pendudukan Kroasia, dibarengi oleh perluasan pembersihan etnis terhadap sejumlah besar orang Kroasia dan non-Serbia. Pembersihan etnis dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembunuhan, deportasi, dan dipaksa melarikan diri. Sekitar 170.000 orang Kroasia dan non-Serbia lainnya diusir secara paksa dari rumah mereka.
  • Pada 1990, telah terjadi pengusiran massal terhadap penduduk Lhotshampas selatan (Bhutan asal Nepal) oleh mayoritas Durk utara di Bhutan. Sekitar 103.000 orang mengungsi akibat pengusiran tersebut.
  • Kebijakan rezim separatis terhadap pelarangan non-Chechnya (kebanyakan Rusia) oleh Republik Chechnya pada 1990-an, menyebabkan puluhan ribu non-Chechnya meninggalkan Chechnya, sementara ribuan orang lainnya dijadikan budak bahkan dibunuh.
  • Pada Oktober 1990, militan Macan Pembebasan Tamil Ealam (LTTE) mengusir secara paksa seluruh populasi Muslim di Provinsi Sri Lanka Utara. Karena menolak untuk dibunuh, mereka diberi waktu 48 jam untuk mengosongkan rumah mereka, sementara properti mereka dijarah oleh LTTE.
  • Pemberontakan separatis di Jammu dan Kashmir sejak 1991, telah menargetkan minoritas Hindu Kashmiri Pandit yang menyebabkan 400.000 orang dari mereka mengungsi, dan 1.200 lainnya terbunuh.
  • Kerusuhan pada Mei 1998 di Jakarta, menargetkan etnis Tionghoa di Indonesia. Banyak dari mereka yang dibunuh, rumah-rumah mereka dijarah lalu dibakar, dan banyak wanita Tionghoa Indonesia yang diperkosa.
  • Sejak 1997, sering terjadi kekerasan serius antar etnis di Kalimantan, yang melibatkan masyarakat suku Dayak dan masyarakat pendatang dari Madura. Puncaknya terjadi pada 2001 di kota Sampit, Kalimantan Tengah, setidaknya ada 500 orang dari suku Madura tewas dan 100.000 orang Madura lainnya terpaksa mengungsi. Bahkan neberapa jenazah dari orang Madura dipenggal dalam ritual tradisi pengayauan suku Dayak.

Abad ke-21

  • Pada Oktober 2005, pemerintah Botswana melanjutkan kebijakan yang mereka buat sejak pertengahan 1990-an, yakni memaksa semua Bushmen (suku San) dari wilayah Game Reserves, Central Kalahari. Relokasi paksa dilakukan dengan mengerahkan polisi bersenjata dan berbagai ancaman, seperti kekerasan dan pembunuhan. Banyak dari mereka yang terlantar dan tinggal di kamp-kamp pemukiman. Sementara sekitar 250 lainnya memilih tetap tinggal di Kalahari.
  • Sejak 2003, milisi tidak teratur Sudan (Janjaweed) serta pasukan militer dan polisi Sudan telah membunuh sekitar 450.000 orang, mengusir 2 juta orang, dan membakar 800 desa kelompok etnis kulit hitam di Darfur. Sebagian besar dari mereka telah direlokasi ke bekas desa pengungsi non-Arab, namun 450.000 orang telah terbunuh dan 2,5 juta lainnya terpaksa mengungsi ke kamp-kamp pengungsian di Chad.
  • Eksodus Asyur dari Irak yang terjadi dari tahun 2003 hingga saat ini sering digambarkan sebagai pembersihan etnis. Umat Kristen Irak yang berjumlah 5% dari total populasi Irak merupakan 40% dari pengungsi yang sekarang tinggal di negara-negara terdekat mereka. Pada abad ke-16, umat Kristen merupakan setengah dari populasi Irak, namun setelah invasi tahun 2003 dan kebangkitan kembali Islam, jumlah total umat Kristen di Irak merosot dari yang sebelumnya 1,4 juta (1987) kini hanya tersisa sekitar 500.00, dan 250.000 di antaranya tinggal di Baghdad.
  • Suku Karen merupakan yang terbesar dari 20 kelompok etnis minoritas di Burma yang berpartisipasi dalam pemberontakan melawan kediktatoran militer Burma tahun 1950. Konflik terus berlanjut hingga 2008, hingga menyebabkan lebih dari 200.000 orang Karen diusir dari rumah mereka selama beberapa dekade perang, dengan lebih dari 120.000 tinggal di kamp-kamp pengungsian di sisi perbatasan Thailand.
  • Pada 3 Februari 2008, dilaporkan telah terjadi penyerangan terhadap orang-orang India Utara, tepatnya di Maharashtra. Insiden ini melibatkan kekerasan dan perusakan properti. Setelah penyerangan tersebut, sekitar 25.000 orang dari India Utara melarikan diri dari Pune, sementara 15.000 lainnya melarikan diri dari Nashik.
  • Pembersihan etnis di Afrika Selatan yang dimulai sejak 11 Mei 2008 hingga 3 minggu ke depan, telah menewaskan setidaknya 62 orang, 670 terluka, dan 80.000 orang lainnya melarikan diri dan mengungsi. Kekerasan dilakukan oleh warga Afrika Selatan terhadap orang non-Afrika Selatan, seperti Somalia, Etiopia, India, Pakistan, Zimbabwe, dan Mozambik.
  • Perang Ossetia Selatan yang terjadi pada Agustus 2008, ketika Georgia melancarkan serangan militer terhadap separatis Ossetia Selatan, menyebabkan intervensi militer oleh Rusia. Saat itu pasukan Georgia mampu dipukul mundur dari wilayah separatis Ossetia Selatan dan Abkhazia. Selama konflik berlangsung, setidaknya 15.000 etnis Georgia yang ada di Ossetia Selatan terpaksa mengungsi ke Georgia, akibat milisi Ossetia membakar desa mereka guna mencegah mereka kembali.
  • Sejak 1948, bangsa Yahudi telah melakukan pembersihan etnis terhadap bangsa Arab di Palestina. Kemudian dilanjutkan oleh Perang Arab-Israel 1948 yang menyertai pembentukan negara Israel di wilayah Palestina. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak orang Arab Palestina yang terbunuh, melarikan diri, dan kehilangan tempat tinggal akibat teror, relokasi secara paksa, penembakan, dan tindakan brutal lain dari bangsa Yahudi.

The post 43 Contoh Pembersihan Etnis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Kasus Kejahatan Genosida di Indonesia yang Perlu diketahui https://haloedukasi.com/kasus-kejahatan-genosida-di-indonesia Wed, 10 Nov 2021 02:20:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=28198 HAM atau Hak Asasi Manusia adalah sebuah hadiah dari Tuhan untuk seluruh makhluk ciptaan nya sejak  dilahirkan ke dunia. Namun kejahatan selalu berdampingan dalam kehidupan manusia yang dapat memicu terjadinya pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM terbagi menjadi dua jenis yaitu ringan dan berat. Salah satu pelanggaran HAM berat adalah genosida yaitu peristiwa memusnahkan suatu kelompok tertentu […]

The post 8 Kasus Kejahatan Genosida di Indonesia yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
HAM atau Hak Asasi Manusia adalah sebuah hadiah dari Tuhan untuk seluruh makhluk ciptaan nya sejak  dilahirkan ke dunia. Namun kejahatan selalu berdampingan dalam kehidupan manusia yang dapat memicu terjadinya pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM terbagi menjadi dua jenis yaitu ringan dan berat. Salah satu pelanggaran HAM berat adalah genosida yaitu peristiwa memusnahkan suatu kelompok tertentu secara sistematis. 

Indonesia ternyata pernah mengalami peristiwa kelam ini. Berikut ini adalah contoh kasus genosida yang pernah terjadi di Indonesia. 

1. Proyek Jalan Pos Anyer Panarukan

Bagi siswa-siswi Indonesia tentu saja sudah tidak asing dengan kisah tragis yang terjadi dalam pembangunan jalan pos pertama di Indonesia. Jalan tersebut merupakan mega proyek Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Daendels. Pembangunan yang dilakukan pada tahun 1808-1811 dengan melibatkan ribuan tenaga pribumi. 

Perlakuan kejam yang didapatkan para pekerja adalah proyek ini merupakan kerja paksa tanpa upah. Pekerja pribumi bahkan tidak mendapat makan dan minum namun tetap dituntut bekerja tanpa beristirahat. Padahal proyek ini mengharuskan pekerjanya untuk membangun jalan yang melewati 39 kota dengan medan yang tidak mudah. Akibatnya banyak pekerja yang menderita sakit hingga meninggal.

Hingga akhir hayat pekerja, pemerintah Belanda enggan untuk memberi tindakan. Jenazah akan dibuang tanpa adanya doa dan pemakaman yang layak. Pekerja yang terlihat tidak bisa sembuh dari sakitnya pun akan segera disingkirkan. Perlakuan kejam ini lah yang menyebabkan genosida secara tidak langsung dengan korban jiwa sebanyak 12.000. 

Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa jumlah tersebut bukan lah nilai yang sebenarnya melainkan masih banyak korban yang tidak tercatat. Korban-korban tersebut diduga tersebar di wilayah Banten, Cirebon, Demak, Kudus, Muria, Sumedang, dan Pekalongan. 

2. Pembantaian di Banda oleh J.P. Coen

Jan Pieterszoon Coen atau sering disingkat menjadi J.P. Coen merupakan salah satu Gubernur Jendral Hindia Belanda yang dipercaya untuk memimpin monopoli dagang di Indonesia. Masa kepemimpinan J.P. Coen yaitu pada tahun 1617 hingga 1629. 

Wilayah pertama yang ia pimpin yaitu Banten, namun Coen menganggapnya tidak menguntungkan. Ia lebih memilih Jayakarta untuk membangun markasnya. Untuk merealisasikan keinginannya tersebut Coen menghancurkan Jayakarta dan membangun kembali sesuai kehendaknya. Setelah dihancurkan dan dibangun kembali kota JAYAKARTA diubah namanya menjadi Batavia. 

Meski sudah menguasai Batavia, Coen masih ingin menguasai Banda, Maluku yang kaya akan rempah khususnya pala. Coen akhirnya mengusir orang-orang Banda dengan cara menyiksa dan membunuh mereka. Peristiwa tragis ini terjadi pada tahun 1621 dengan lokasi pembantaian yaitu di Banda, Pulau Lontor dan Naira serta daerah sekitarnya. Kekejaman J.P Coen menewaskan 14.000 penduduk dan hanya 300 jiwa yang berhasil lolos. 

3. Pembunuhan Massal oleh Van den Bosch

Kebijakan Belanda bukan hanya kerja paksa melainkan ada juga tanam paksa. Tanam paksa atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Cultuur Stelsel ini memaksa para warga pribumi untuk menanam tanaman kopi, teh, lada, kina, dan tembakau. Peraturan tanam paksa ini dipimpin oleh Van den Bosch 1830 hingga 1870. 

Aturan-aturan yang telah ditetap pemerintah Belanda ternyata dilanggar oleh mereka sendiri. Akibatnya banyak masyarakat yang menderita dimana mereka dituntut untuk mengganti rugi seluruhnya jika terjadi gagal panen, dipaksa kerja lebih dari 66 hari dimana hal ini tidak sesuai dengan perjanjian, rakyat tetap membayar pajak meskipun sudah menjalankan wajib tanam paksa, dan juga kesulitan dalam mengirim hasil panen karena tidak diberi sarana transportasi yang memadai. 

Akibat dari pelanggaran-pelanggaran kolonial tersebut banyak warga yang kelaparan, gizi buruk hingga meninggal. Korban dari cultuur stelsel ini tercatat ada 210.000 jiwa yang menjadi aturan ini masuk ke dalam genosida tak langsung. 

4. Pembantaian Etnis China di Jakarta 

Kedatangan pekerja asing ternyata sudah ada sejak zaman penjajahan tepatnya masa kolonial Belanda. Bangsa-bangsa yang paling banyak datang ke Indonesia adanya China, India, Persia dan yang lainnya. Namun kedatangan orang asing khususnya etnis China ternyata mengusik ketenangan Adriaan Valckenier yang pada saat itu memimpin Batavia pada tahun 1740. 

Kebencian Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier kepada orang-orang China semakin menjadi lantaran jumlah mereka kian bertambah dan hendak memberontak. Sebelum bangsa China ini memberontak, Adriaan Valckenier pun melancarkan aksi pembantaian yang dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1740. Peristiwa in dilakukan selama tiga hari dengan korban jiwa mencapai 10 ribu. Tragedi yang dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan terhadap agama, politik, dan ekonomi ini kemudian dikenal dengan peristiwa “Geger Pecinan”. 

Peristiwa ini juga menjadi asal muasal nama sungai di Jakarta yaitu Kali Angke. Pada saat itu mayat “Geger Pecinan” ini  dibuang ke sebuah sungai. Sungai tersebut sebelum memiliki air yang jernih namun karena bercampur dengan darah korban berubah menjadi merah. Oleh sebab itu sungai in disebut kali angke dimana “Ang” yang artinya merah dan “e” artinya sungai atau kali. 

5. Tragedi Mandor, Pontianak 

Pontianak pernah mengalami peristiwa kelam yang masih diingat hingga sekarang. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Peristiwa Mandor atau Mandor berdarah. Latar belakang dari Mandor Berdarah dikarenakan adanya kecurigaan pemerintah Jepang terhadap penduduk pribumi dari berbagai kalangan untuk melawan mereka. 

Tragedi yang terjadi di wilayah Mandor ini berlangsung pada 23 Oktober 1943. Jumlah korban sangat lah banyak hingga mencapai puluhan ribu yang mayoritas adalah para pemuda. Peristiwa dimulai sejak Oktober 1943 dimana Jepang menangkap para tokoh yang dianggap menjadi dalang pemberontakan. Penangkapan kembali terjadi pada tanggal 28 Juni 1944. 

Orang-orang yang telah ditangkap ini kemudian dibawa ke suatu tempat dengan cara menutup kepala tawanan. Mereka disiksa dan dibunuh dengan cara ditembak dan ditusuk menggunakan pedang. Sejarah mencatat jumlah korban dari tragedi berdarah ini yaitu mencapai 21.037 jiwa. Korban ini termasuk sultan Kalimantan Barat dan para kaum cendikiawan.

Hingga saat ini belum menemukan titik terang siapa orang yang bertanggung jawab dalam tragedi ini namun dugaan terkuat yaitu Syuutizitiyo Minseibu. Untuk menghormati para korban, Gubernur Kalimantan Barat Kadarusno meresmikan makam tersebut sebagai Monumen Perjuangan yang diberi nama Monumen Juang Mandor. 

6. Pembunuhan Massal Westerling di Jawa Timur

Raymond Pierre Paul Westerling atau lebih dikenal dengan nama Westerling adalah seorang pimpinan pasukan Belanda. Dia dan pasukannya telah melakukan pembunuhan massal terhadap warga Jawa Timur pada tanggal 23 November 1947. Aksinya di lakukan di gerbong kereta api yang diberangkatkan dari stasiun Bondowoso menuju ke Wonokromo. Kereta tersebut digunakan untuk membawa 100 penumpang yang semuanya adalah orang Indonesia yang menjadi tawanan Belanda. 

Seratus tawanan tersebut ditempatkan dalam 3 gerbong sempit dan tertutup. Setelah mereka masuk kereta tidak langsung jalan melainkan harus menunggu selama dua jam tanpa air dan sedikit udara. Kondisi tersebut tentu sangat menyiksa para tawanan. Beruntungnya pada hari itu hujan turun mengobati sedikit rasa haus mereka dengan cara menjulurkan lidah ke arah lubang dari gerbong

Sayangnya, gerbong ketiga tidak memiliki lubang sama sekali. Seluruh tawanan di gerbong tiga tewas di tempat. Total korban dari peristiwa ini berjumlah 40 orang. 

7. Pembunuhan Massal Westerling di Sulawesi Selatan

Aksi Westerling di Jawa Timur bukanlah akhir dari kekejamannya. Ia masih melakukan pembunuhan di Makassar Sulawesi Selatan pada  11 Desember 1946 sampai 5 Maret 1947. Peristiwa tragis ini terjadi di berbagai wilayah yakni Gowa, Takalar, Jeneponto, Polombangkeng, Binamu, Maros, Pangkajene, Segeri, Tanete, Barru, Pare-pare, Polewali Mandar, Sidenreng, Rappang dan Suppa. 

Aksi Westerling ini dilandasi karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh warga Sulawesi Selatan. Mereka hendak mempertahankan negara Indonesia yang secara hukum sudah merdeka. Atas perbuatannya ini Westerling telah membunuh ribuan jiwa. Beberapa pendapat mengatakan jumlahnya mencapai 40.000 namun ada juga yang mengatakan kurang dari itu. 

8. Pemusnahan Anggota PKI

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 meninggalkan bekas luka yang teramat mendalam bagi Indonesia. Tragedi ini diduga kuat merupakan aksi yang didalangi oleh PKI untuk menjatuhkan pemerintahan Soekarno pada saat itu. Atas kejadian ini sebanyak 7 Jenderal gugur dengan cara yang sangat keji. 

Beruntungnya pemerintah Indonesia langsung sigap menangani dan menghentikan gerakan ini. Tokoh-tokoh PKI yang dianggap berperan besar berhasil ditangkap dan diadili. Untuk mencegah tragedi ini terulang kembali, orang-orang yang dianggap simpatisan PKI dibantai habis oleh masyarakat dan organisasi lainnya. Setidaknya ada 500 ribu jiwa anggota PKI dalam peristiwa pembantaian ini. Peristiwa merupakan tragedi genosida terbesar pada abad ke 20. 

The post 8 Kasus Kejahatan Genosida di Indonesia yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Genosida: Pengertian – Bentuk dan Contoh Kasusnya https://haloedukasi.com/genosida Mon, 22 Feb 2021 08:38:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=21571 Genosida merupakan salah satu dari 4 pelanggaran HAM berat menurut Yurisdiksi Internasional Criminal Court. Kejahatan berat lainnya adalah kejahatan perang, kejahatan agresi, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Oleh sebab itu genosida atau genosida menjadi pusat perhatian internasional. Lalu apa sebenarnya genosida itu? Apa bentuknya dan tindakan apa saja yang termasuk genosida? Simak penjelasannya di bawah ini. […]

The post Genosida: Pengertian – Bentuk dan Contoh Kasusnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Genosida merupakan salah satu dari 4 pelanggaran HAM berat menurut Yurisdiksi Internasional Criminal Court. Kejahatan berat lainnya adalah kejahatan perang, kejahatan agresi, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Oleh sebab itu genosida atau genosida menjadi pusat perhatian internasional.

Lalu apa sebenarnya genosida itu? Apa bentuknya dan tindakan apa saja yang termasuk genosida? Simak penjelasannya di bawah ini.

Pengertian Genosida

Genosida adalah tindak kejahatan yang dilakukan terhadap suatu golongan, ras, suku, agama, etnis, maupun kelompok tertentu yang direncanakan dan sistematis dengan tujuan untuk memusnahkan golongan tersebut.

Kata genosida pertama kali digunakan oleh Raphael Lemkin yang merupakan seorang ahli hukum dari Polandia pada tahun 1944.
Lemkin mencatat genosida dalam bukunya yang berjudul Axis Rule in Occupied Europe.

Buku yang terbit di Amerika Serikat ini menjelaskan tentang kebijakan Nazi untuk memusnahkan kaum Yahudi.

Menurut Lemkin genosida merupakan kejahatan yang jangkauannya sangat luas. Tidak hanya membunuh tetapi juga menekan angka kelahiran mereka hingga memisahkan anggota keluarga secara paksa.

Sedangkan Menurut Statuta Roma dalam pasal 6 menjelaskan genosida adalah bentuk kejahatan dengan cara memusnahkan baik sebagian maupun seluruh anggota kelompok.

Menurut Adnan Buyung Nasution mendefinisikan genosida sebagai praktek kejahatan yang menyebabkan cacat fisik, mental, membunuh, bahkan menekan angka kelahiran terhadap kelompok tertentu.

Kata genosida sendiri diambil dari bahasa yunani yaitu gabungan dari “genos” yang memiliki arti “ras atau bangsa atau rakyat” dan “caedere” yang artinya “pembunuhan”. Ada juga istilah “Genosida Budaya” artinya adalah suatu tindakan pembunuhan terhadap suatu budaya dengan cara tidak boleh menggunakan bahasa dari budaya tersebut mengubah atau menghancurkan sejarah budayanya, dan memusnahkan segala bentuk simbol yang berkaitan dengan budaya itu.

Bentuk dan Tindakan yang dianggap Genosida

Adapun bentuk-bentuk genosida secara umum adalah sebagai berikut:

Pembunuhan

Genosida dalam bentuk ini yaitu membunuh semua anggota kelompok, ras, atau etnis tertentu seperti yang dilakukan oleh Adolf Hitler kepada kaum Yahudi.

Sterilisasi

Bentuk genosida ini yaitu dengan cara mensterilkan perempuan dari suatu kelompok supaya tidak dapat bereproduksi. Sehingga kelompok tersebut tidak bisa menghasilkan keturunannya dan perlahan-lahan musnah.

Pemusnahan

Bentuk genosida ini adalah memusnahkan seluruh bagian kelompok tertentu sampai ke akar-akarnya tanpa menyisakan apapun.

Merampas Kebebasan Fisik

Tindakan penjahat genosida bentuk ini adalah memandang orang-orang yang memiliki cacat fisik, mental atau mereka yang mempunyai penyakit dianggap tidak layak untuk hidup. Mereka akan menggunakan tubuh kelompok ini untuk objek penelitian anatomi tubuh manusia.

Selain bentuk kejahatan genosida di atas adapun tindakan-tindakan yang dianggap sebagai genosida menurut Statuta Roma pasal 6 UU No. 26 tahun 2000

  • Melakukan pembunuhan terhadap anggota kelompok
  • Menyebabkan cacat fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok
  • Menciptakan sebuah kondisi kehidupan suatu kelompok yang akan menyebabkan seluruh atau sebagian anggota kelompok tersebut musnah secara fisik
  • Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan menekan atau bahkan mencegah angka kelahiran di dalam kelompok
  • Memindahkan anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain yang dilakukan secara paksa.

Contoh Kasus Genosida di Dunia

Genosida Armenia

Kejahatan genosida Armenia terjadi pada saat perang dunia I. Pada saat itu orang-orang Armenia sebanyak 1.5 juta jiwa dibantai dam dideportasi oleh Turki Ottoman. Turki dan Armenia sejak tahun 1915 memiliki masalah yang tergolong sensitif.

Suatu hari pemerintah Turki Ottoman mengumpulkan orang-orang Armenia yang tinggal di kesultanan Ottoman. Atas perintah pemerintah orang-orang ini kemudian dideportasi dan juga dibunuh secara massal.
Genosida ini dilandasi oleh runtuhnya kekaisaran Ottoman pada tahun 1912-1913 yang menyebabkan hilangnya wilayah kekuasaan mereka. Hubungan antar kelompok etnis di sana pun menjadi tidak stabil dan terpecah belah.

Pembantaian ini sudah dimulai sejak tahun 1894 oleh pasukan Ustmani Militer. Pasukan ini masuk dan menyerang desa-desa Armenia di Anotalia Timur. Akibat dari pembantaian ini sebanyak 8000 jiwa orang Armenia termasuk anak-anak meninggal dunia.

Holocaust, Jerman

Partai Nazi Jerman pada era 1933 menjadi partai yang sangat berkuasa pada masanya. Sejak saat itu partai yang dipimpin oleh Adolf Hitler ini menerapkan startegi penganiyaan, pembunuhan, dan genosida. Strategi-strategi tersebut diorganisir dengan sangat baik untuk mengusir kaum Yahudi dari Jerman.

Strategi yang dianggap akan memurnikan etnis Jerman ini disebut oleh Hitler sebagai “solusi terakhir”. Tragedi Holocaust ini menewaskan orang Yahudi sebanyak 6 juta jiwa dan 5 juta jiwa homoseksual, Slavia, Roma, disabilitas, saksi Yehuwa, serta orang yang patuh politik.

Pada tanggal 9-10 November 1938 terjadi kerusuhan besar-besaran di Jerman. Selama dua hari tersebut seluruh wilayah Jarman, Austria, dan sebagian cekoslowakia. Akibat dari kerusuhan ini sejumlah 7000 usaha milik Yahudi dijarah dan dihancurkan. Tidak cukup sampai di situ, Nazi juga membunuh 100 laki-laki Yahudi dan 30000 lainnya ditangkap untuk dibawa ke kamp konsentrasi.

Perang Saudara, Sudan

Perang saudara ini terjadi di Sudan bagian selatan pada Desember 2013. Pembantaian ini dilakukan oleh pemerintah Sudan terhadap warga sipil Darfur yang diduga akan melancarkan aksi kudeta.

Tindakan genosida ini menyebabkan menyebabkan 300.000 jiwa Darfur tewas dan 2 juta lainnya mengungsi. Darfur pada saat itu tidak hanya mengalami krisis tetapi juga diserang oleh sejumlah lasukan yang berada di bawah Presiden sudan yaitu Omar Al Bashir. Serangan demi serangan itu terjadi di wilayah sengketa Abyei dan wilayah Kordofan selatan serta Nil baru.

Pemerintah Sudan dan pemberontak Darfur melakukan perjanjian jangka panjang dan genjatan senjata yang kemudian dikenal sebagai forum perdamaian doha.

The post Genosida: Pengertian – Bentuk dan Contoh Kasusnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>