hindu - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hindu Tue, 11 Jan 2022 08:16:55 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico hindu - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hindu 32 32 9 Nama Dewa Hindu Dalam Konsep Nawa Sanga https://haloedukasi.com/nama-dewa-hindu Tue, 11 Jan 2022 03:50:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30244 Dalam ajaran Agama Hindu mengenal berbagai nama dewa yang menguasai berbagai elemen dan mengendalikan berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Agama Hindu percaya bahwa Tuhan ada dalam berbagai bentuk manifestasi. Artikel berikut akan membahas berbagai nama dewa dalam manifestasi Agama Hindu. Bali merupakan pulau dengan penganut Agama Hindu terbesar di Indonesia. Dalam artikel ini akan dibahas […]

The post 9 Nama Dewa Hindu Dalam Konsep Nawa Sanga appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam ajaran Agama Hindu mengenal berbagai nama dewa yang menguasai berbagai elemen dan mengendalikan berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Agama Hindu percaya bahwa Tuhan ada dalam berbagai bentuk manifestasi. Artikel berikut akan membahas berbagai nama dewa dalam manifestasi Agama Hindu.

Bali merupakan pulau dengan penganut Agama Hindu terbesar di Indonesia. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai kepercayaan dewa dalam ajaran Agama Hindu yang dipercaya oleh Hindu di Bali. Dewata Nawa Sanga adalah dewa yang menguasai sembilan penjuru arah mata angin yang merupakan perwujudan lambang swastika.

Dewata Nawa Sanga

Para perwujudan dewa ini memiliki berbagai ciri dan tugas yang berbeda-beda. Berikut adalah nama-nama dewa yang disebutkan dalam konsep Dewata Nawa Sanga:

1. Dewa Siwa

Dewa Siwa adalah salah satu dari tiga dewa utama dalam konsep Tri Murti dimana dewa lainnya ialah Brahma dan Wisnu. Dewa Siwa dalam implementasinya merupakan penguasa arah tengah dengan warna panca warna dan senjata berupa padma.

Dewa Siwa digambarkan memiliki mata tiga (tri Netra) dan identik dengan hiasan yang melilit lehernya yaitu ular kobra. Tugas utama Dewa Siwa ialah sebagai pelebur yaitu melebur dan mengembalikan segala sesuatu hal yang sudah tidak seharusnya berada di dunia untuk kembali ke tempatnya.

Karena sebagai dewa pelebur, maka Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem sebagai dewa yang akan menuntun atma (jiwa manusia) yang telah tiada untuk kembali pada unsur pencipta.

Dewa Siwa disebutkan memiliki wahana (kendaraan) berupa lembu putih yaitu lembu Nandini dan saktinya (istrinya) ialah Dewi Durga. Implementasi utama Dewa Siwa dipuja di Pura utama Agama Hindu di Bali yaitu di Pura Pusat Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung.

2. Dewa Wisnu

Dewa Wisnu bersama Dewa Siwa adalah salah satu dewa utama dalam konsep Tri Murti. Dewa Wisnu penguasa arah utara dengan warna hitam dan senjata berupa Cakra Sudarsana. Dewa Wisnu memiliki wahana Garuda dengan saktinya yaitu Dewi Sri atau yang merupakan dewi kesuburan dan kemakmuran.

Dewa Wisnu dalam tugasnya yaitu sebagai dewa pemelihara. Adalah tugas Dewa Wisnu untuk memelihara segala sesuatu yang menjadi ciptaan sang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).

Ciri khas penggambaran Dewa Wisnu adalah tubuhnya yang berwarna biru dengan nama lain Dewa Wisnu ialah Dewa Narayana. Dalam konsep Tri Murti, Dewa Wisnu dipuja di Pura Puseh yang merupakan salah satu pura yang harus ada di setiap wilayah dewa di Bali.

3. Dewa Sambhu

Dalam konsep Dewata Nawa Sanga, Dewa Sambhu ialah penguasa arah timur laut dengan warna biru atau abu-abu. Wahana Dewa Sambhu ialah burung besar dengan badan manusia yang disebut dengan Wilmana.

Sakti Dewa Sambhu ialah Dewi Mahadewi. Senjata dari Dewa Sambhu ialah trisula. Dalam implementasinya, segala dewa dalam konsep Dewata Nawa Sanga dan dewa lainnya dipuja di Pura Pusat yaitu Pura Besakih.

4. Dewa Iswara

Dewa Iswara merupakan dewa penguasa arah timur dengan warna putih dan wahana yaitu gajah bernama gajah Airawata. Dewa Iswara dicirikan dengan senjatanya bernama Bajra. Di Bali, Pura utama yang menjadi tempat pemujaan Dewa Iswara ialah Pura Lempuyang Luhur yang terletak di Kabupaten Karangasem.

5. Dewa Maheswara

Dewa Maheswara ialah dewa penguasa arah tenggara dengan senjata berupa Dupa dan wahananya yaitu burung merak. Simbol warna untuk Dewa Maheswara ialah warna merah muda dan saktinya ialah Dewi Laksmi. Dalam implementasinya pemujaan Dewa Maheswara dipusatkan di Pura Goa Lawah yang terletak di Kabupaten Klungkung, Bali.

6. Dewa Brahma

Dewa Brahma dalam konsep Dewata Nawa Sanga ialah dewa penguasa arah selatan dengan simbol warna merah. Dewa Brahma juga merupakan dewa utama dalam konsep Tri Murti. Dewa Brahma memiliki sakti yaitu Dewi Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuan.

Dewa Brahma berwahana angsa dan memiliki senjata bernama Gada. Dalam manifestasinya Dewa Brahma ialah dewa pencipta (yang merupakan perwujudan dari Brahma).

Dewa Brahma di Bali identik dengan dewa yang berkuasa di dapur dan berkaitan dengan unsur api. Dewa Brahma secara regional di Bali dipuja di Pura Luhur Andakasa yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali.

7. Dewa Rudra

Dewa Rudra ialah dewa penguasa arah barat daya dengan senjata bernama Moksala dan wahananya yaitu kerbau. Hal ini yang menyebabkan Hindu di Bali menjadikan kerbau atau lembu dan hewan lainnya yang menjadi wahana para dewa sebagai hewan yang dihargai dan beberapa bahkan menjadi hewan yang disucikan.

Sakti dari Dewa Rudra ialah Dewi Samodhi atau Dewi Santani. Berdasarkan kepercayaan Hindu, Dewa Rudra ialah dewa penguasa badai. Secara regional di Bali, pemujaan utama Dewa Rudra dilaksanakan di Pura Luhur Uluwatu.

Pura Uluwatu sendiri merupakan Pura dengan letak yang istimewa dan sangat indah. Terletak di selatan Pulau Bali dengan tepi tebing yang curam dan menghadap ke laut secara langsung.

Selain menjadi tempat persembahyangan, Pura Luhur Uluwatu juga menjadi objek wisata yang menjadi incaran turis domestik dan mancanegara. Di Pura ini dijadikan tempat pementasan kecak dengan latar alam matahari terbenam yang sangat indah.

8. Dewa Mahadewa

Dewa Mahadewa ialah dewa penguasa arah barat dengan simbol berwarna kuning. Senjata dari Dewa Mahadewa bernama Nagapasa dan wahananya ialah naga. Sakti dari Dewa Mahadewa adalah Dewi Santi. Secara regional, di Bali dewa ini dipuja di Pura Batukaru yang terletak di Kabupaten Tabanan tepatnya di lereng Gunung Batukaru.

9. Dewa Sangkara

Dewa Sangkara ialah dewa penguasa arah barat laut dengan senjata bernama Angkus dan simbol warnanya yaitu hijau. Wahana dari Dewa Sangkara adalah seekor singa dan saktinya bernama Dewi Rodri. Di Bali, pusat pemujaan Dewa Sangkara terletak di Pura Pucak Mangu yang ada di Kabupaten Badung.

Nama Dewa Lainnya

Selain, dewa-dewa dalam konsep Dewata Nawa Sanga, berikut adalah beberapa nama dewa yang sering muncul dalam ajaran Agama Hindu di Bali:

  • Dewa Agni

Dewa Agni ialah dewa yang dipercaya sebagai dewa penguasa api. Dimana Agni sendiri dalam Bahasa Sanskerta berarti api. Karakter Dewa Agni digambarkan dengan tubuh berwarna merah dan rambut berupa api yang berkobar. Dewa Agni juga memiliki wahana sendiri yaitu biri-biri atau domba.

  • Dewa Ganesha

Dewa Ganesha dipercaya sebagai putra Dewa Siwa, dimana Dewa Ganesha ini merupakan dewa pengetahuan dan simbol dari kebijaksanaan serta kecerdasan. Dewa Ganesha digambarkan dengan karakter tubuh dewa yang gemuk dan berkepala gajah. Di Bali sendiri, patung Dewa Ganesha sering dijumpai dan dipuja oleh berbagai kalangan dalam berbagai upacara. Dewa Ganesha dianggap sebagai simbol pelindung dan penolak bala, bencana dan mala petaka.

  • Dewa Chandra

Dewa Chandra merupakan dewa bulan. Dalam penggambarannya, Dewa Chandra digambarkan dengan sosok berparas tampan dan muda serta mengendarai kereta yang ditarik oleh kuda putih.

  • Dewa Indra

Dewa Indra dipercaya sebagai dewa perang dan merupakan dewa yang mengendalikan hujan serta petir yang terjadi di dunia. Dalam mitologi lain, Dewa Indra dikatakan disamakan dengan Dewa Zeus dari mitologi Yunani.

  • Dewa Surya

Dewa Surya memiliki kedudukan yang penting karena dipercaya sebagai dewa matahari. Dewa Surya atau dewa matahari digambarkan mengendarai kereta dengan tujuh kuda yang menarik keretanya.

  • Dewa Baruna

Dewa Baruna atau Dewa Waruna dalam kepercayaan Agama Hindu merupakan dewa air dan penguasa lautan serta Samudra.

  • Dewa Bayu

Dewa Bayu dipercaya sebagai dewa yang mengendalikan dan mengatur angin.

  • Dewa Yama

Dewa maut atau dewa kematian adalah nama lain dari Dewa Yama. Dewa ini dipercaya berada di akhirat dan bertugas menjadi hakim untuk mengadili roh dan jiwa manusia yang telah mati.

  • Dewi Durga

Dewi Durga merupakan sakti Dewa Siwa serta ibu dari Dewa Ganesha dan memiliki fungsi sebagai dewi pelebur. Nama lain Dewi Durga adalah Dewi Uma dan Dewi Parwati. Terdapat dua jenis penggambaran Dewi Durga, Dewi Durga dapat digambarkan sebagai dewi yang cantik dengan kulit kuning keputihan namun disisi lain ada penggambaran Dewi Durga yang murka dengan penampilan yang buruk dan lidah yang menjulur panjang.

  • Dewi Saraswati

Dewi Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma yang merupakan dewi dari ilmu pengetahuan. Di Bali sendiri, terdapat upacara yang dikhususkan untuk penghormatan kepada Dewi Saraswati yang terjadi setiap 210 hari sekali.

The post 9 Nama Dewa Hindu Dalam Konsep Nawa Sanga appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peradaban Hindu-Budha di Nusantara https://haloedukasi.com/peradaban-hindu-budha-di-nusantara https://haloedukasi.com/peradaban-hindu-budha-di-nusantara#respond Wed, 14 Oct 2020 10:21:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=11355 Sejak datangnya ke Indonesia peradaban Hindu-Buddha berkembang dengan pesat sampai awal abad ke-16 M. Berdasarkan Sumber tertulis, agama Hindu mulai terlihat pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelangm Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke 7 M. Di atas benda-benda terdapat tulisan yang ditulis […]

The post Peradaban Hindu-Budha di Nusantara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejak datangnya ke Indonesia peradaban Hindu-Buddha berkembang dengan pesat sampai awal abad ke-16 M. Berdasarkan Sumber tertulis, agama Hindu mulai terlihat pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelangm Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke 7 M.

Di atas benda-benda terdapat tulisan yang ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut dipahatkan bermacam-macam dewa-dewa Hindu (Brahma, Wisnu dan Siwa) seperti pada pedang pendek, kendi, kapak dan lainnya.

Bukti tertua adanya pengaruh agama Hindu di Indonesia adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Mulawarman dan Purnawarman. Peradaban Buddha datang ke Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu dengan ditemukannya prasasti-prasasti dari kerajaan Sriwijaya dari abad ke 7 SM (Nastiti,2014)

Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara juga ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia pada abad ke 4-5 SM. Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara dapat dibagi dalam peradaban-peradaban yang terdapat di kerajaan-kerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia, yaitu :

  • Kerajaan Sriwijaya di Sumatera bagian Selatan dan Jambi
  • Malayu dan Panai di Sumatera Timur dan Sumatera Utara,
  • Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur
  • Sunda di Jawa Barat dan lain sebagainya.

Setiap peradaban di wilayah-wilayah yang berbeda tersebut lahir, tumbuh dan runtuh pada zaman yang berbeda pula. Pada masa tertentu di suatu wilayah, baik secara geografis maupun politis, mencapai puncaknya di wilayah lainnya malah mengalami kemunduran (Nastiti,2014).

Peradaban Hindu-Buddha ini masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Menurut Sulistiawan, Jayusman dan Suharso (2019), salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah selat Malaka.

Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada didekat selat malaka memiliki keuntungan yaitu sering dikunjungi bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.

Kesempatan melakukan perdagangan Internasional terbuka lebar, sehingga pengaruh asing masuk ke Indonesia seperti Hindu-Buddha. India merupakan Negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk agama dan kebudayaan Hindu.

Pada saat itu terdapat dua jalur perdagangan yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur darat (Jalur Sutra) yang dimulai dari daratan Tiongkok (Cina) melalui Asia Tengah, Turkistan hingga Laut Tengah.

Jalur Laut yang dimulai dari Cina melalui Laut Cina kemudia selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Persia melalui Syam sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir lalu menuju Laut Tengah (Sulistiawan, dkk, 2019).

Perkembangan Peradaban Hindu-Budha

Kedatangan Hindu-Budha di berbagai daerah di Indonesia membawa dampak di berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia, mulai dari aspek kesenian, politik, ekonomi serta keagamaan. Hal tersebut juga ditandai dengan munculnya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah di Indonesia.

Masuknya agama dan kebudayaan dari India yaitu Hindu-Budha ke Indonesia memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan kebudayaan di Indonesia. perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia antara lain:

  • Seni Bangunan

Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi. Istilah candi secara umum digunakan untuk menyebut semua bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia yang berupa pemandian kuno, gapura atau gerbang kota dan bangunan suci keagamaan.

Artinya berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia dalam Seni Bangunan adalah dibangunnya candi-candi megah nan mewah untuk tujuan keagamaan maupun tujuan politis.

  • Seni Rupa dan Relief

Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada candi Borobudur yang berupa relief sang Budha Gautama (pengaruh daru Budha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger.

Seni rupa dan relief adalah peninggalan pada masa Hindu-Budha yang banyak dijumpai pada bangunan keagamaan yang mengambil kisah-kisah sastra Hindu-Budha serta suasana kehidupan asli, keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.

  • Sistem Pemerintahan

Pada bidang pemerintahan dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Dengan adanya pengaruh Hindu, dalam masyarakat kemudian berlangsung sistem kasta, yang terdiri atas kaum brahmana, ksatria, waisya dan sudra.

  • Sistem Kepercayaan

Masyarakat Indonesia mulai menerima sistem kepercayaan baru, yakni agama Hindu-Budha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Masyarakat Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Budha, diawali dengan golongan elite yang berada disekitar istana sampai rakyat jelata.

Masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu dan Budha namun tidak meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang.

Hakikat Muncul dan Berkembangnya Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara

Penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur yang menunjukkan teah berkembang kerajaan Kutai. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun tersebut.

Masa perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia dimulai sekitar abad ke-5 M. Artinya perkembangan agama Hindu-Budha tidak terlepas dari perkembangan kerajaan-kerajaan yang berdiri di Indonesia dengan menganut agama tersebut yang kemudian mempengaruhi kebudayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.

Munculnya Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi dibawa oleh para musafir dari India . Perkembangan kerajaan Hindu-Budha tidak terlepas dari pengaruh hubungan kerjasama perdagangan dengan negara-negara India, Cina dan wilayah Timur Tengah selain itu juga dipengaruhi meluasnya pengaruh kerjaan-kerajaan besar yang ada di Nusantara.

Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke-4 hingga abad ke-16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Kerajaan-kerajaan tersebut yaitu:

Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertama bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.

Menurut para ahli pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang dan diperkirakan berdiri pada abad ke-7 M.

Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan Maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Kerajaan Singosari

Kearajaan Sighasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah kerajaan Tumapel.

Menurut Negarakertagama, ketikan pertama kali didirikan tahun 1222, ibukota kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Kemudian dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh kekuasaan kerajaan Kediri dan menyataka dirinya sebagai raja Singosari denga gelar Sri Ranggah Rajasa Bhattaea Sang Amurwawabhumi.

Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri di sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari kerajaan terbesar dalam sejarah.

Kekuasaan kerajaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malay dan Kalimantan.

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, dengan aliran agama Hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Pengaruh datangnya kebudayaan India terutama Hindu membuat Kutai yang semula merupakan kelompok masyarakat berbentuk suku berubah sistem pemerintahannya.

Kepala Pemerintahannya yang semula adalah kepala suku berubah menjadi Raja. Kerjaan ini diperkirakan berdiri sekitar abad ke-5 M. Raja-raja kerajaan ini merupakan orang Indonesia yang beragama Hindu.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia (setelah kerajaan Kutai) dan kerajaan tertua di Jawa Barat (Sunda) yang meninggalkan catatan sejarah.

Raja Purnawarman merupakan Raja terkenal yang memerintah Tarumanegara selama 22 tahun.

Kerajaan Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M.

Kerajaan Holing/ Kerajaan Kalingga

Kerajaan Holing atau Kerajaan Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kerajaan Holing diperintah oleh Ratu Sima sejak tahun 674 M.

Mayoritas masyarakat kerajaan beragama Hindu dan Budha serta menggunakan bahasa Sansekerta dan melayu kuno.

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8. Raja pertama Mataram kuno adalah Raja Sanjaya yang dikenal sebagai Raja yaang besar, gagah berani dan bijaksana.

Kerajaan ini terletak di Jawa tengah bagian selatan. Dimana pusatnya berada di Lembah Sungai Progo yang meliputi dataran tinggi Magelang, Muntulan, Sleman dan Yogyakarta.

Kerajaan Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua dinasti yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra.

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad ke 12 M dan merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi sungai Brantas di Jawa Timur.

Raja Kediri yang terkenal adalah Jayabaya dan Raja terakhirnya Kertajaya.

Kerajaan Bali

Kerajaan ini berdiri dari abad ke-9 hingga abad ke-14 M. Ketika kerajaan Majapahit runtuh banyak rakyat majapahit yang melarikan diri dan menetap di Bali.

Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923, hal ini disebutkan dalam prasasti sanghyang tapak yang berada yang berada di Cibadak, Sukabumi.

Kerajaan ini mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Siliwangi yang membangun banyak tempat seperti telaga, jalan menuju ibukota Pakuan dan Wanagiri.

Warisan Peradaban Hindu-Budha (Peninggalan Kerajaan Hindu-Budha)

Peradaban Hindu-Budha yang berkembang di Indonesia dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia tentu saja meninggalkan banyak sekali warisan budaya yang dapat kita lihat bahkan sampai saat ini. Berikut adalah warisan peradaban Hindu-Budha dari masing-masing kerajaan:

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan yang berpusat di Palembang Sumatera Selatan ini memiliki cukup  banyak peninggalan berupa candi maupun prasasti yang masih dapat kita jumpai yaitu:

1.Candi Muara Takus

Candi Muara Takus berupa komplek percandian bercorak Budha yang dapat dilihat dari bentuk stupa, temuan fragmen vajra yang berisi mantra agama Budha dalam huruf Jawa Kuno.
Candi ini berada di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang diperkirakan digunakan pada abad XIII-XIV sebagai salah satu pusat pemerintahan kerajaan pada masa jayanya.

2. Candi Biaro Bahal

Dikutip dari Sindonews.com candi ini merupakan satu-satunya peninggalan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.  Candi Biaro Bahal atau Candi Bahal atau Candi Portibi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 11.

Ada beberapa perbedaan pendapat terkait candi ini,  ada yang menyebut candi ini dibangun oleh Raja Hindu Shiva dari Tamli yang memerintah dari India Selatan. Namun, pakar lain mengatakan keberadaan candi ini terkait dengan kerajaan Pannai yang merupakan eksistensi kejayaan kerajaan Sriwijaya.

Bangunan peninggalan Budha aliran Vajrayana ini terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

3. Candi Kota Kapur

Candi Kota Kapur yang dibangun dengan menggunakan batu kapur ini berupa sisa reruntuhan candi pada zaman kerajaan Sriwijaya yang telah ditimbun kembali. Candi ini merupakan destinasi wisata edukasi yang ada di Desa Kota Kapur, Bangka Belitung.

Dibangunnya Candi ini dengan tujuan untuk menghindari gangguan dari kapal-kapal perompak yang lewat di sekitar daerah tersebut yang kerap melakukan penyerangan.

4. Candi Muaro Jambi

Dilansir dari Liputan6.com, salah satu budayawan Jambi mengatakan Candi Muaro Jambi adalah sebuah Kompleks percandian Hindu-Budha. Tentang sejarah Candi ini masih diliputi perdebatan dimana kemungkinan besar Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Candi yang berada di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi ini diperkirakan berasal dari abad ke 11.

5. Gapura Sriwijaya

Gapura Sriwijaya ini merupakan sebuah candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berbentuk gapura. Gapura ini terdiri dari 9 bagian gapura, akan tetapi 7 gapura yang baru di temukan.

Sayangnya mayoritas gapura ini sudah roboh dikarenakan bencana alam seperti gempa, erosi dan gejala alam lainnya. Gapura ini terletak di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.

6. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan ini ditulis dalam bahasa melayu kuno dengan menggunakan bahasa Pallawa. Prasasti ini bertanggal hari ke-11 tahun 605 saka atau 683 M.

Berdasarkan penelitian, tulisan pada prasasti ini mengisahkan tentang perjalanan suci menggunakan perahu atau Sidhayarta yang dilakukan oleh Dapunta Hyang. Dalam keterangan alhli bahasa, diketahui bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan dari Minanga untuk menguasai wilayah dimana prasasti tersebut ditemukan yakni sekitar sungai Musi.

7. Prasasti Leiden

Prasasti ini ditulis pada lempengan tembaga pada tahun 1005 dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Tamil. Prasasti ini berisi tentang hubungan baik antara dinasti Syailendra dari Sriwijaya dan Dinasti Chola dari Tamil. Sekarang prasasti ini berada di Museum di Belanda.

8. Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi ini ditemukan pada tahun 1904 di Desa Karang Berahi, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti yang ada pada tahun 686 M ini berisi tentang doa-doa kepada dewa dari rakyat Sriwijaya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat.

9. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti yang ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan ini ditulis dengan aksara Pallawa yang tersusun atas 13 baris. Prasasti Palas Pasemah ini diperkirakan dibuat pada akhir abad ke-7 M. Prasasti ini berisi tentang kutukan terhadap orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.

10. Prasasti Ligor

Prasasti ini ditemukan di Thailand Selatan tepatnya  di Ligor (sekarang dikenal dengan Nakhon Si Thammarat) berupa pahatan dua sisi yang disebut Ligor A dan Ligor B. Liggor A bercerita tentang kebesaran raja Sriwijaya yang disebut sebagai raja dari segala raja dunia. Ligor B yang ditulis dengan huruf Kawi tahun 775 M bercerita tentang Visnu yang mempunyai gelar Sri Maharaja dari trah atau Wangsa Sailendra yang artinya pembunuh para musuh yang sombong.

11. Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini ditemukan pada tahun 1935 di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Palembang.

Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa lokasi penemuan prasasti yang berisi kutukan dan sumpah pada pejabat ini adalah pusat Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Palembang.

12. Prasasti Talang Tuwo

Prasasti Talang Tuwo yang menggunakan bahasa Melayu Kuno ini ditemukan pada tanggal 17 November 1920 di kaki bukit Siguntang, bagian utara Sungai Musi, Palembang. Prasasti yang ditulis pada 606 saka atau 684 M ini berisi tentang pembangunan taman oleh Raja Sriwijaya yakni Sri Jayasana yang dibuat untuk rakyat pada abad ke-7. Dalam prasasti tertulis jika taman berada di tempat dengan pemandangan yang sangat indah dan lahan yang dipakai memiliki bukit serta lembah. Pada dasar lembah juga mengalir sungai menuju sungai Musi, taman ini dinamakan Taman Srikserta.

13. Prasasti Kota Kapur

Prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka bagian barat pada tahun 1892 ini merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berisi tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar perintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. Dari prasasti ini diketahui Sriwijaya sudah berkuasa atas sebagian wilayah Sumatera, Lampung, Pulau Bangka dan Belitung.

14. Prasasti Hujung Langit

Prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 M dan ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Prasasti Hujung Langit merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditulis dalam aksara Pallawa. Walaupun isi prasasti ini tidak terlalu jelas dikarenakan kerusakan yang ada pada prasasti sudah cukup banyak, tapi isinya tentang pemberian tanah Sima.

15. Prasasti Amoghapasha

Prasasti ini ditemukan di wilayah Jambi yang berisi mengenai hadiah yang diberikan Raja Kartanegara kepada Raja Suwarnabhumi.

Prasasti ini diperkirakan sudah ada sejak 1286.

16. Prasasti Bukit Siguntang

Prasasti bukit siguntang adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kompleks makam raja-raja Sriwijaya.

Isi prasasti ini menceritakan tentang perang yang menelan banyak korban jiwa.

Kerajaan Singosari

Kerajaan Hindu Budha yang terletak di Jawa Timur ini juga memiliki banyak peninggalan yang masih dapat kita jumpai:

  1. Candi Singosari

Candi Singosari merupakan peninggalan kerajaan Singosari yang dibangun pada tahun 1300 M dengan beberapa patung Syiwa di sekitar taman. Warisan kerajaan Singosari yang ditafsirkan sebagai candi tertinggi pada masanya ini berada di Desa Renggi, Kabupaten Singosari, Kabupaten Malang.

2. Candi Jago

Nama Candi Jago yang dibangun pada masa Kerajaan Singosari abad ke-13 ini berasal dari kata Jajaghu yang diambil dari kitab Negarakertagama dan Pararaton.

Candi yang berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini memiliki bentuk yang unik kerena susunannya yang berupa teras punden berundak yang bagian atasnya hanya tersisa sebagian.

3. Candi Sumberawan

Candi yang memiliki bentuk yang unik ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Singosari berbentuk stupa yang ditemukan kurang lebih 6 km dari candi Singosari.

Candi Sumberawan ini berada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini diperkirakan hanya digunakan sebagai tempat untuk berdoa dikarenakan bentuknya yang tidak memungkinkan untuk penyimpanan.

4. Candi Kidal

Candi yang menceritakan tentang Garudeya, cerita mitologi Hindu dengan pesan moral pembebasan para budak dan masih terjaga utuh hingga sekarang ini dibagun sebagai penghormatan untuk Raja Anusapati, Raja Kedua Kerajaan Singosari yang sudah memerintah kurang lebih 20 tahun (1227-1248). Warisan Kerajaan Singosari ini sangat kental dengan budaya Jawa Timur.

5. Candi Jawi

Peninggalan kerajaan Singosari selanjutnya adalah Candi Jawi dengan nama asli Jajawa. Candi yang dibangun sekitar abad ke-13 ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan abu dari Raja Kartanegara.

Candi ini berada di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Didalam kitab Negarakertagama pupuh 56 dikatakan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Singosari (Raja Kartanegara) sebagai tempat ibadah umat Siwa-Budha.

6. Arca Dwarapala

Arca yang menakutkan ini adalah sebuah patung penjaga gerbang dalam ajaran Siwa dan Buddha dalam wujud manusia yang mirip monster. Dwarapala digambarkan sebagai sesosok makhluk seram yang jumlahnya bisa satu, sepasang atau terdiri dari beberapa kelompok. Dwarapala terletak di luar kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat suci. Arca Dwarapala ini dibangun menjadi pintu gerbang Kerajaan Singosari. Arca Dwarapala terletak di bagian kanan dan kiri jalan utama Desa Renggo.

7. Prasasti Singasari

Prasasti peninggalan kerajaan Singosari ini ditulis untuk memperingati Caitya atau kuit makam yang dipimpin oleh Majapahit Gajah Mada. Prasasti yang ditemukan di daerah Singasari, Kabupaten Malang ini dibuat pada 1351 M.

Prasasti ini berisi tentang tanggal serta penggambaran letak benda angkasa dan pembangunan Caitya.

8. Prasasti Wurare

Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Sansekerta 1211 (21 November 1289) ini adalah prasasti yang berisi penobatan peringatan patung Mahaksobhaya didaerah yang disebut Wurare. Prasasti ini berada dibagian lingkaran pada bagian bawah patung Budha yang terdiri atas 19 ayat.

Patung pada bagian atas prasasti merupakan penghormatan untuk Raja Kertanegara yang mencapai derajat Jina atau Budha Besar dari keturunannya.

9. Prasasti Manjusri

Prasasti yang diukir dengan aksara Jawa Kuno ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari berbentuk manuskrip yang dibuat dibagian belakang Arca Manjusri 1343 dan ditempatkan pada candi Jago, namun sekarang sudah berada di Museum Nasional.

10. Prasasti Mula Malurung

Prasasti ini berbentuk lempengan-lempenga tembaga yang diterbitkan Raja Kertanegara atas perintah ayahnya pada tahun 1255. Prasasti yang ditemukan pada tahun 1975 ini berisi tentang catatan sejarah mengenai silsilah para penguasa kerajaan Singasari. Lempengan-lempengan tembaga ini ditemukan di dekat kota Kediri dan dinamakan Prasasti Mula Malurung.

Kerajaan Majapahit

  1. Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu yang dibangun pada abad ke-14 ini berbentuk gapura, dimana pada jaman dahulu digunakan sebagai pintu masuk utama menuju kerajaan Majapahit. Candi yang berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur ini berdasarkan namanya diambil dari bahasa Jawa yaitu Bajang dan Ratu, Bajang sendiri artinya kerdil, sehingga Bajang Ratu maksudnya bahwa Raja Jayanegara dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Majapahit ketika masih kecil.

2. Candi Sukuh

Candi yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Desa Berjo, Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah ini didirikan abad ke-15 pada pemerintahan Suhita, Ratu Majapahit. Candi ini diduga dibangun pada masa memudarnya pengaruh hinduisme di Jawa. Hal ini dilihat dari bangunan candi yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu.

Menurut para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan Pengruwatan yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya.

3. Candi Tikus

Candi Tikus ini berada di Kecamatan Trowulan, Mojikerto, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-13 M sampai ke-14 M.

Dalam kitab Negarakertagama, Mpu Pranca mengatakan bahwa dulunya candi ini merupakan tempat pertitraan atau pemandian serta tempat upacara raja-raja terdahulu.

4. Candi Surawana

Warisan kerajaan Majapahit yang berada di Dusun Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri ini dibangun pada tahun 1400 M. Candi yang memiliki nama Wishnubhawanapura ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari kerajaan Wengker yang berada dibawah kekuasaan Majapahit.

5. Candi Wringin Brajang

Candi Wringin Brajang berada di Dusun Sukumulyo, Desa Gadungan, Gandusari, Kabupaten Blitar. Diperkirakan yang agama yang melatarbelakangi candi ini adalah agama Hindu. Candi ini diduga dibangun sebagai tempat penyimpanan alat-alat upacara kerajaan Majapahit.

6. Candi Pari

Candi Pari merupakan peninggalan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wujuk tahun 1350-1389 yang terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

7. Candi Cetho

Candi yang berlatar belakang agama Hindu ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15. Candi yang berlokasi di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar ini berada di ketinggian 1400 diatas permukaan laut sehingga candi ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah.

8. Candi Wringin Lawang

Candi Wringin Lawang yang berarti pintu beringin ini dibangun pada abad ke-14. Candi peninggalan kerajaan Majapahit ini biasa disebut gapura wringin lawang dan berlokasi di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Gapura ini diduga merupakan gapura yang menuju salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Majapahit.

9. Candi Minak Jinggo

Candi ini berada di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Diperkirakan candi ini dibangun kisaran abad ke-13 tepatnya pada masa Kerajaan Hayam Wuruk. Jumlah batu yang terdapat di situs ini sekitar 650.

10. Candi Kedaton

Candi Kedaton merupakan salah satu dari candi peninggalan Majapahit. Candi ini terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Candi kedaton sendiri berdiri pada abad ke-14 tepatnya pada masa Kerajaan Hayam Wuruk.

11. Candi Jolotundo

Candi ini berada di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto, Jawa Timur yang merupakan pusat dari Kerajaan Majapahit. Candi ini merupakan bangunan patirtan. Menurut beberapa sumber nama Jolotundo berasal dari istilah kuno. Jala atau Jolo berarti air, sedangkan tundo berarti bertingkat. Jika digabungkan Jolotundo berarti kolam dengan air pancuran yang bertingkat.

12. Candi Gentong

Candi yang terletak di Dusun Muteran, Desa Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ini diperkirakan berlatar belakang agama Budha dan didirikan sekitar abad ke-14. Candi ini dinamakan Candi Gentong karena saat ditemukan candi ini tertimbun oleh tanah yang menggunung yang menyerupai gentong.

13. Prasasti-Prasasti

Berikut adalah prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit:

Prasasti Alasantan (939 M), Prasasti Kamban (941 M), Prasasti Wurare (1289 M), Prasasti Kudadu (1294 M), Prasasti Sukamerta (1296 M), Prasasti Butulan (1298 M), Prasasti Balawi (1305 M), Prasasti Canggu (1358 M), Prasasti Maribong (1264 M), Prasasti Hara-Hara (966 M), Prasasti Biluduk I (1366 M), Prasasti Biluduk II (1393 M), Prasasti Biluduk III (1395 M), Prasasti Lumpang (1395 M), Waringin Pitu (1447 M), Prasasti Marahi Manuk, Prasasti Parung.

14. Kitab-Kitab

Berikut adalah kitab-kitab peninggalan Kerajaan Majapahit:

Kitab Negarakertagama (Mpu Prapanca), Kitab Sutasoma (Mpu Tantular), Kitab Arjunawiwaha (Mpu Kanwa), Kitab Kutaramanawa (Gajah Mada), Kitab Pararaton, Kitab Calon Arang, Kitab Ronggolawe, Kitab Kunjakarna, Kitab Partayajna, Kitab Sudayana, Kitab Sorandakan, Kitab Tantu Panggelaran, Kitab Panjiwijayakarma, Kitab Usana Jawa, Kitab Usana Jawi.

nah, kelanjutan dari peninggalan kerajaan hindu-budha akan di lanjutkan di postingan selanjutnya yaa… semoga bermanfaat….. 😉

The post Peradaban Hindu-Budha di Nusantara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
https://haloedukasi.com/peradaban-hindu-budha-di-nusantara/feed 0