hubungan sosiologi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hubungan-sosiologi Tue, 20 Oct 2020 06:20:26 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico hubungan sosiologi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hubungan-sosiologi 32 32 Gejala Sosial: Pengertian dan Contohnya https://haloedukasi.com/gejala-sosial Thu, 16 Jan 2020 09:17:26 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3152 Pengertian Gejala Sosial Gejala sosial itu sendiri bermakna sebagai semua jenis permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, gejala sosial adalah hubungan timbal balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial akibat adanya interaksi dalam masyarakat. Faktor terbentuknya gejala sosial dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor kultural dan faktor struktural. Faktor kultural merupakan sebuah nilai […]

The post Gejala Sosial: Pengertian dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Gejala Sosial

Gejala sosial itu sendiri bermakna sebagai semua jenis permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Dengan kata lain, gejala sosial adalah hubungan timbal balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial akibat adanya interaksi dalam masyarakat.

Faktor terbentuknya gejala sosial dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor kultural dan faktor struktural.

  • Faktor kultural merupakan sebuah nilai yang telah berkembang dalam masyarakat.
  • Faktor struktural merupakan keadaan yang dapat memengaruhi segala proses yang terjadi dalam interaksi manusia dengan lingkungan sosial.

Kedua faktor inilah yang akhirnya dapat diteliti menggunakan ilmu sosiologi. Gejala sosial itu sendiri terdapat beberapa macam, antara lain gejala ekonomi, budaya, politik, psikologi, lingkungan alam dan demografis.

Untuk masing-masing gejala sosial di atas, sosiologi akan menerapkan cara yang berbeda-beda dalam penelitiannya.

Sosiologi akan tetap melihat bagaimana setiap gejala itu timbul serta bagaimana perilaku manusia yang melakukannya.

Pada dasarnya, sosiologi berporos pada studi tentang perilaku manusia dalam masyarakat.

Para sosiolog akan melihat setiap objek sosiologi dengan berbagai pendekatan yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk mendatangkan kesimpulan yang lebih objektif.

Ada sosiolog yang memilih sosiologi kriminal, dimana perilaku penyimpangan manusia menjadi topik bahasannya.

Ada sosiolog yang lebih berminat mengupas tentang kehidupan politik yang terjadi di masyarakat atau lebih menekankan pada bidang sosiologi politik, dan lain sebagainya.

Perbedaan bidang penelitian inilah yang membuat bervariasinya sub-ilmu sosiologi.

Contoh Gejala Sosial

Uraian di atas memberikan gambaran tentang gejala sosial. Banyak gejala sosial yang telah, sedang dan mungkin akan terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia.

Gejala sosial sebenarnya tak hanya berupa benturan nilai yang menimbulkan kekacauan dan hal-hal negatif, namun bisa juga dilihat bahwa gejala sosial juga dapat memberikan dampak positif di masyarakat.

Contoh Gejala Sosial yang Bersifat Positif:

  1. Membantu orangtua membersihkan rumah pada saat libur sekolah;
  2. Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan;
  3. Penguasaan teknologi yang semakin meningkat, bahkan di kalangan orang tua;
  4. Timbulnya lembaga-lembaga sosial baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin beragam;
  5. Meningkatnya kesadaran politik;
  6. Hilangnya kebiasaan buruk politik yang tidak sesuai dengan Pancasila;
  7. Semakin terbuka jalan untuk menjadi pengusaha atau enterpreneur, walau masih dalam sekala kecil;
  8. Banyaknya kegiatan olahraga yang diadakan oleh berbagai pihak, seperti turnamen sepakbola, bulu tangkis, dsb;
  9. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mulai mengurangi penggunaan plastik;
  10. Munculnya nilai dan norma yang baru di masyarakat disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Contoh Gejala Sosial yang Bersifat Negatif:

  1. Munculnya raja dan ratu baru di daerah Purworejo sebagai akibat munculnya keinginan untuk membuat nilai dan norma baru sesuai keinginan mereka;
  2. Timbulnya demo di Jakarta untuk menuntut pelengseran gubernur DKI Jakarta;
  3. Kebiasaan membuang sampah di sungai sehingga timbul banjir saat hujan deras;
  4. Munculnya kelompok ISIS sebagai dampak radikalisme yang dapat meresahkan masyarakat;
  5. Anak-anak harus bekerja mencari uang untuk membantu orangtua mencari nafkah;
  6. Kepadatan penduduk di perkotaan menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan dan berimbas pada banyaknya pengangguran;
  7. Tawuran antar pelajar di kota Jakarta;
  8. Korupsi telah mendarah daging bahkan dikalangan siswa, seperti datang terlambat ke sekolah;
  9. Kurangnya semangat juang para pelajar sehingga masih ada yang menyontek saat ujian;
  10. Gagalnya fungsi keluarga yang ditandai dengan hamil diluar nikah atau buruknya komunikasi dalam keluarga.

Manfaat Hubungan Sosiologi dengan Gejala Sosial

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hubungan ilmu sosiologi dan ilmu lainnya yang berhubungan dengan gejala sosial. Manfaat tersebut antara lain:

  • Memampukan kita untuk memahami keragaman budaya masyarakat, Menumbuhkan jiwa dan semangat sosial yang tinggi,
  • Mendorong terciptanya interaksi sosial antar sesama, dan
  • Membangkitkan kemampuan berpikir kritis dalam urusan kehidupan dengan sesama manusia yang lain.

Secara singkat, hubungan antara sosiologi dengan gejala sosial membangkitkan semangat kemanusiaan dalam kehidupan serta menolong kita untuk hidup lebih manusia dalam berinteraksi dengan sesama.

Setiap keuntungan atau manfaat yang didapat dari hubungan antara ilmu sosial dan gejala sosial itu tergantung pada sub-ilmu sosiologi yang dipelajari atau diterapkan.

Maka pentinglah untuk dipelajari hubungan dari keduanya agar manfaat yang diperoleh dalam kehidupan sehari-sehari bisa berguna dan diterapkan.

The post Gejala Sosial: Pengertian dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Agama https://haloedukasi.com/contoh-hubungan-sosiologi-dengan-agama Fri, 29 Nov 2019 07:06:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=815 Hubungan sosiologi dengan agama awalnya diperkenalkan oleh Emile Durkheim di akhir abad ke-19. Menurut Durkheim, agama merupakan proyeksi dari pengalaman sosial. Sosiologi mempelajari hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan tata kehidupan masyarakat. Seringkali kita jumpai, agama dijadikan sebagai dasar hukum dan pedoman dalam hidup kita. Panduan utama dari peraturan hukum yang tercipta di masyarakat […]

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Agama appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hubungan sosiologi dengan agama awalnya diperkenalkan oleh Emile Durkheim di akhir abad ke-19. Menurut Durkheim, agama merupakan proyeksi dari pengalaman sosial.

Sosiologi mempelajari hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan tata kehidupan masyarakat. Seringkali kita jumpai, agama dijadikan sebagai dasar hukum dan pedoman dalam hidup kita.

Panduan utama dari peraturan hukum yang tercipta di masyarakat tidak terlepas dari faktor dan unsur agama yang ada. Bentuk penerapan agama ini bermanfaat terhadap peran nilai dan norma sosial dalam sosialisasi di kehidupan bermasyarakat.

Unsur utama dalam agama adalah doktrin dari suatu pihak yang kemudian saling mempengaruhi dan dikaji dalam struktur masyarakat. Struktur masyarakat yang kompleks mempengaruhi keyakinan, norma dan perilaku religiusitas di masyarakat.

Pengertian, pendalaman, kekuatan dan kemampuan mengikat pengikut agama menyebabkan timbulkan kajian sosiologi terhadap agama.  Berikut terdapat sebelas contoh hubungan sosiologi dengan agama dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kebutuhan Dasar

Kebutuhan dasar manusia dikaji oleh berbagai teori sosiologi yang muncul di masyarakat. Kebutuhan dasar akan rasa tenteram dan damai dalam memeluk agama tertentu menjadikan agama sebagai kegiatan ritual yang wajib dilakukan.

Agama menyajikan dukungan moral dari sarana emosional, pelipur di saat individu merasakan ketidakpastian. Misalnya, di Indonesia banyak sekali muncul penganut agama tertentu.

Hal tersebut karena pengaruh dari kehidupan sosial masyarakat yang semakin berkembang.

2. Sistem Fungsional

Sistem fungsional yang berlaku menjadikan individu mengikuti peraturan yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan beragama, pemikiran fungsional dapat bermakna apabila sesuatu hubungan saling berkaitan dengan lainnya.

Artinya pencarian relasi dalam agama menjadikan reaksi keimanan tertentu dengan mempercayai konsep “Tuhan”. Pertanyaan mengenai adanya Tuhan dikaji secara fungsional dengan mengkonkritkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Misalnya, bagi pemeluk agama islam, mereka menjalankan ibadah sholat lima waktu.

3. Masyarakat Agama

Masyarakat agama muncul akibat kepercayaan yang tumbuh pada masing-masing individu kepada Tuhan. Nilai dan norma sosial merupakan hal yang sangat penting dan tentunya memiliki fungsi positif dalam kehidupan bermasyarakat.

Contohnya, dalam islam masalah aktivitas sosial dikaitkan dengan rukun islam. Begitu pula dalam kristen yang menempatkan kehidupan Ilahi dalam hubungan manusiawi.

Dalam ajaran Hindu, mengungkapkan bahwa hubungan manusia dan Tuhan adalah satu. Jadi apabila seseorang sadar akan kesatuannya, maka ia akan terlepas dari nafsu.

4. Organisasi Masyarakat

Organisasi masyarakat muncul akibat adanya taraf kehidupan organisasi dari golongan tertentu. Berbagai faktor pendorong interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat memunculkan organisasi yang semakin kompleks.

Dalam masyarakat modern, organisasi keagamaan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Keanggotaan dan kesetiaan setiap individu terhadap agama menjadi longgar.

Hal tersebut menyebabkan hilangnya fungsi agama yang hanya terbatas di kalangan para anggotanya saja. Contohnya, muncul dalam Islam muncul berbagai jenis Islam tertentu. Sedangkan, di kalangan Kristen muncul kaum Protestan dan Katolik.

5. Individu dalam Kelompok

Individu dalam kelompok keagamaan masuk sebagai perwujudan identitas diri individu dalam kehidupan bermasyarakat. Individu yang menunjukkan identitas diri merupakan contoh interaksi antara individu dengan individu.

Identitas diri mengungkapkan tentang siapa , apa dan bagaimana individu berperan dalam masyarakat dari segi agama. Agama memberikan status dan strata baru dalam pertumbuhan dan siklus perkembangan individu melalui ritual keagamaan.

Contoh yang bisa kita ambil Misalnya, ketika seseorang yang rajin beribadah di tempat ibadah tertentu, maka orang akan lebih mudah mengingat dan menjelaskan orang tersebut.

6. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional memandang bahwa semua masyarakat menganut agama yang sama. Mereka menekankan nilai-nilai sakral yang tidak boleh dilanggar.

Oleh karena itu, setiap individu dalam masyarakat menganut agama yang sama. Misalnya, di daerah A semua anggota masyarakat beragama islam, sedangkan di daerah B semua anggota masyarakat beragama kristen, dan di daerah C semua anggota masyarakat beragama Hindu.

7. Masyarakat Pra Industri

Masyarakat pra industri merupakan masyarakat yang sedang berkembang. Organisasi masyarakat di sini sudah mulai terpisah dari organisasi keagamaan.

Organisasi keagamaan merupakan organisasi formal tersendiri yang memiliki tenaga profesional. Nilai-nilai agama fokus utamanya pada kesatuan tingkah laku individu dan pembentukan citra pribadinya.

Agama dijadikan sebagai bentuk koreksi diri dalam upaya membentuk pribadi yang lebih baik. Contohnya, individu menjalankan ibadahnya tidak selalu di tempat ibadah umum, tetapi dilakukan di mana saja.

8. Masyarakat Industri Sekuler

Masyarakat industri sekuler terjadi akibat adanya bentuk-bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Mereka memiliki organisasi keagamaan yang terpecah belah dan bersifat majemuk.

Ikatan antara organisasi keagamaan dengan pemerintahan duniawi sudah tidak terlihat lagi. Agama cenderung dilihat sebagai bagian dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan persoalan akhirat.

Hal tersebut menyebabkan pandangan bahwa individu hidup di masa sekarang untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Kehidupan beragama juga mulai ditinggalkan sedikit demi sedikit. Contohnya, di daerah dengan anggota masyarakat modern, tempat ibadah sudah mulai sepi dikunjungi.

9. Fungsi Edukatif

Fungsi edukatif di masyarakat tercermin atas dasar dari ajaran agama yang mereka anut. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang.

Kedua unsur tersebut mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan kepada penganutnya. Contohnya, di Indonesia banyak lembaga pendidikan yang berbasis agama dalam menyebarkan ilmu pendidikan.

Mereka percaya dengan berdasarkan keagamaan akan menumbuhkan insan-insan yang memiliki moral dan integritas yang lebih baik.

10. Fungsi Kontrol Sosial

Fungsi kontrol sosial dalam kehidupan beragama di masyarakat dijadikan sebagai ajaran yang mutlak. Peran nilai dan norma sosial dalam sosialisasi membawa masyarakat saling berlomba dalam menjalankan ajaran agama yang dianut.

Ajaran agama dianggap sebagai norma dan peraturan mutlak bagi pengikutnya. Dengan demikian, agama sebagai pengawas sosial bagi setiap individu menurut perilaku mereka di masyarakat.

Agama secara dogmatis mempunyai fungsi kritis yang bersifat prophetic (berdasarkan kenabian Tuhan) dalam masyarakat. Contohnya, peraturan-peraturan dari alkitab yang harus dipatuhi pengikut agama.

11. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang semakin cepat terjadi belakangan menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Dampak negatif dan positif perubahan sosial tidak hanya berpengaruh pada perubahan sistem sosial, ekonomi maupun budaya, melainkan juga segi agama setiap anggota masyarakat.

Contohnya, beberapa negara yang melegalkan homoseksualitas. Bagi anggota masyarakat yang tidak setuju mengenai hal tersebut berdasarkan agama tertentu akan ikut memberikan sumbangan ide-ide mereka.

Demikian sebelas contoh hubungan sosiologi dengan agama. Dalam kehidupan sehari-hari, bagi individu yang beragama, agama dianggap sebagai acuan utama dalam menjalani kehidupan. Sebab itulah, agama menjadi penting bagi kehidupan bermasyarakat.

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Agama appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Gejala Sosial https://haloedukasi.com/contoh-hubungan-sosiologi-dengan-gejala-sosial Fri, 29 Nov 2019 06:11:41 +0000 https://haloedukasi.com/?p=799 Hubungan sosiologi dengan gejala sosial berhubungan erat satu sama lain. Fokus utama dalam ilmu sosiologi adalah menelaah gejala-gejala sosial yang wajar dalam masyarakat. Hubungan gejala sosiologi dengan gejala sosial yang ada di masyarakat adalah norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga pemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya. Tidak semua gejala sosial berlangsung secara […]

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Gejala Sosial appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hubungan sosiologi dengan gejala sosial berhubungan erat satu sama lain. Fokus utama dalam ilmu sosiologi adalah menelaah gejala-gejala sosial yang wajar dalam masyarakat.

Hubungan gejala sosiologi dengan gejala sosial yang ada di masyarakat adalah norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga pemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya.

Tidak semua gejala sosial berlangsung secara normal sebagaimana yang dikehendaki masyarakat. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau patologis.

Hal itu disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi dengan semestinya sehingga menimbulkan kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut kemudian disebut dengan masalah-masalah sosial.

Sifat manusia yang rumit menghasilkan berbagai macam bentuk-bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Efek interaksi sosial yang buruk inilah yang menyebabkan masalah sosial muncul di masyarakat.

Walaupun sosiologi meneliti gejala-gejala kemasyarakatan, sosiologi juga mempelajari masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial tersebut tercermin pada contoh hubungan sosiologi dengan gejala sosial berikut.

1. Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya.

Tidak sanggup dalam hal ini meliputi ketidakmampuan individu dalam memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas.

Contohnya, pada masyarakat tradisional kemiskinan mungkin bukan masalah sosial. Hal tersebut karena mereka menganggap bahwa semua telah ditakdirkan.

Akibatnya tidak ada usaha yang mampu mengatasi kemiskinan tersebut. Secara sosiolgis, hal tersebut sebagai akibat dari faktor pendorong interaksi sosial di kehidupan masyarakat tradisional yang susunan organisasinya masih sederhana.

Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena sikap yang membenci kemiskinan itu sendiri. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Mereka merasa miskin karena harta yang dimilikinya dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan taraf hidup yang ada.

2. Kejahatan

Kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dengan variasi organisasi sosial.

Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan lokasi kejahatan itu terjadi. Para sosiolog telah berusaha untuk menentukan proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat.

Analisis ini bersifat sosial psikologis. Perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Hasilnya perilaku yang mereka lakukan berkecenderungan untuk melanggar norma hukum yang ada.

Faktor yang mempengaruhi masalah kejahatan yaitu faktor individual dan faktor sosial. Secara sosial, misalnya latar belakang sosial seorang yang berperilaku jahat sejak kecil tidak dididik oleh keluarganya untuk dapat mengendalikan keinginannya.

Semakin dewasa keinginan-keinginan tersebut semakin bertambah banyak. Semua keinginan itu harus dipenuhi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Individu yang memiliki perilaku demikian, kemampuan untuk menyesuaikan diri sangat kecil.

Secara individu, perilaku tidak mampu menyesuaikan diri dalam mengendalikan keinginan tersebut menyebabkan seseorang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan keinginannya.

Mereka akan memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk melakukan kejahatan. Contohnya, seseorang yang melakukan tindakan korupsi meskipun dirinya sudah hidup berkecukupan.

3. Disorganisasi Keluarga

Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggotanya gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.

Contoh bentuk-bentuk disorganisasi keluarga diantaranya unit keluarga yang belum lengkap karena hubungan di luar perkawinan. Selain itu, adanya kekurangan anggota keluarga karena perceraian, komunikasi yang kurang antar anggota keluarga, dan krisis keluarga.

4. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern

Masalah generasi muda pada umumnya ada dua masalah keinginan yang berlawanan. Pertama, keinginan untuk melawan, misalnya pemberontakan, delinkuensi, dan sebagainya.

Kedua yaitu sikap apatis, contohnya sikap penyesuaian membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua. Sikap melawan akan disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan yang menyimpang.

Sementara itu, sikap apatis akan disertai dengan perasaan kecewa terhadap masyarakat. Sikap-sikap yang muncul tersebut sebagai akibat dari bentuk sosialisasi yang tidak tercapai.

5. Peperangan

Peperangan merupakan bentuk pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan suatu akomodasi. Akomodasi dapat menghasilkan suatu kerjasama antar pihak yang saling berkaitan.

Peperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit dipecahkan dalam sepanjang sejarah manusia. Peperangan melibatkan seluruh komponen masyarakat dari berbagai aspek.

Contohnya, perang antar suku yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kejadian tersebut merupakan contoh interaksi sosial disosiatif yang mengarah kepada perpecahan.

6. Pelanggaran terhadap Norma-Norma Masyarakat

Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat dapat terjadi di berbagai bidang. Dorongan yang kuat dari individu untuk melakukan pelanggaran biasanya sulit dihindari.

Secara sosiologis, lingkungan sosial cenderung berkontribusi paling dominan dalam perilaku pelanggaran terhadap norma masyarakat. Misalnya delinkuensi anak-anak, pelacuran, alkoholisme, homoseksualitas, dan masalah pelanggaran norma lainnya.

7. Masalah Kependudukan

Masalah kependudukan yang sering terjadi yaitu pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat. Tingginya angka kelahiran yang menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk juga harus dikurangi.

Jika tidak dikurangi, maka akan berdampak terhadap pengaturan proses pembangunan. Contohnya, urbanisasi dan transmigrasi, namun kemudian mereka yang melakukan hal tersebut tidak mendapat pekerjaan di tempat barunya.

8. Masalah Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah mengenai prinsip simbiosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan tersebut jika terganggu maka akan mengganggu proses kehidupan.

Contohnya, pencemaran lingkungan, penebangan hutan secara liar yang sering terjadi belakangan menjadi prioritas yang harus dibenahi.

9. Birokrasi

Birokrasi menunjukkan adanya masalah apabila dalam birokrasi tersebut  bersifat menyimpang dari norma. Apakah birokrasi mampu menghambat atau melancarkan berputarnya roda pemerintahan, semuanya harus dilaksanakan secara netral. Contohnya, pembentukan susunan anggota wakil rakyat di pemerintahan.

10. Masalah pada Institusi

Masalah pada institusi mengacu pada pembuatan kebijakan-kebijakan yang diharapkan mampu memberikan solusi untuk setiap masalah sosial yang ada.

Apabila dalam pembuatan kebijakan terdapat pelanggaran, maka masalah sosial yang timbul juga sulit terselesaikan. Contohnya, pembuatan undang-undang yang dibuat oleh institusi tertentu.

11. Konflik Rasial

Konflik rasial sering dikaitkan dengan faktor kebudayaan. Jika tidak diatasi maka akan menimbulkan peperangan. Contoh konflik rasial yang sering terjadi di Indonesia adalah mengenai konflik antar suku.

Masalah- masalah sosial tersebut berbeda dengan masalah-masalah lain yang terjadi di masyarakat. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut-paut dengan hubungan antarmanusia.

Masalah sosial mengganggu kelanggengan dalam kehidupan yang mengarah pada interaksi sosial disosiatif di masyarakat. Pada masyarakat yang masih berkembang, banyak yang berpendapat bahwa masalah sosial muncul akibat permasalahan ekonomi.

Kenyataannya, banyak alasan yang muncul di berbagai bidang dari segi ekonomi yang mempengaruhi timbulnya masalah sosial.

Demikian hubungan sosiologi dengan gejala sosial beserta contohnya. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendapati masalah-masalah tersebut. Kita harus bijak dalam menyikapi masalah sosial yang muncul di sekitar kita.

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi dengan Gejala Sosial appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Ekonomi https://haloedukasi.com/contoh-hubungan-sosiologi-dengan-ekonomi Fri, 29 Nov 2019 06:06:02 +0000 https://haloedukasi.com/?p=796 Hubungan sosiologi dengan ekonomi sering dikaitkan berdasarkan perilaku individu dalam masyarakat terhadap kegiatan ekonomi. Berbagai aspek ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi. Aspek tersebut merupakan konsep dasar yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi dalam ranah sosial. Aspek-aspek tersebut dalam penerapannya, masing-masing memiliki tata cara dalam melihat dan mempelajari perilaku individu dalam masyarakat. Berbagai pola dan sistem […]

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Ekonomi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hubungan sosiologi dengan ekonomi sering dikaitkan berdasarkan perilaku individu dalam masyarakat terhadap kegiatan ekonomi. Berbagai aspek ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan distribusi.

Aspek tersebut merupakan konsep dasar yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi dalam ranah sosial. Aspek-aspek tersebut dalam penerapannya, masing-masing memiliki tata cara dalam melihat dan mempelajari perilaku individu dalam masyarakat.

Berbagai pola dan sistem interaksi individu dalam masyarakat menimbulkan interaksi sosial. Dalam memenuhi kebutuhannya, mereka melakukan proses ekonomi.

Proses tersebut dilakukan dengan melakukan prinsip dasar sosiologi, yaitu konsep interaksi sosial. Pada prosesnya di masyarakat, peran nilai dan norma dalam interaksi sosial ini sangatlah penting.

Hal tersebut dilakukan demi menjaga hubungan antar masyarakat terutama kaitannya dengan masalah perekonomian yang kerap muncul. Dengan demikian muncullah bentuk-bentuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Berikut terdapat sebelas contoh hubungan sosiologi dengan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

1.Bidang Produksi

Contoh dalam bidang produksi yaitu, ketika melakukan proses kegiatan jual beli. Proses kegiatan antar individu dalam masyarakat tersebut merupakan kegiatan secara langsung antara penjual dan pembeli.

Pada masyarakat modern, pola produksi dikerjakan dengan cara yang sangat maju. Mekanisme mereka menjadi lebih terorganisir. Kegiatan produksi tersebut meningkatkan pendapatan masyarakat.

Hasil produksi akan ditawarkan dalam berbagai cara, baik offline maupun online. Misalnya saat terjadi transaksi di warung kecil, di toko besar, melalui media online atau di manapun.

2. Bidang Konsumsi

Dalam bidang konsumsi tercermin ketika seseorang telah melakukan proses jual beli. Secara ekonomi individu menikmati hasil yang telah mereka kerjakan. Baik bagi pembeli maupun penjual, mereka sama-sama saling menikmati hasil interaksi sosial secara ekonomi.

Selera konsumen yang berlaku dalam masyarakat inilah yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Misalnya, jagung adalah makanan pokok masyarakat Madura.

Hal tersebut menyebabkan jagung menjadi komoditas ekonomi utama di Madura. Dengan demikian, maka akan mempengaruhi pembentukan pasar dalam memenuhi permintaan dan penawaran masyarakat.

3. Bidang Distribusi

Dalam bidang distribusi interaksi sosial sering terjadi saat penjual menawarkan produk atau jasa mereka kepada pembeli. Penjual akan menerapkan berbagai teori sosiologi yang mereka miliki. Hal tersebut akan sangat berguna dalam kehidupan sosial mereka demi mencapai kegiatan ekonomi.

4. Bidang Perilaku Ekonomi

Dalam bidang perilaku ekonomi, uang menjadi satu-satunya alat analisis individu dalam kegiatan sosialnya. Dengan kata lain, orientasi perilaku masyarakat dalam konteks ekonomi secara sosial diukur dengan uang.

Banyak hal yang dilakukan individu untuk menghasilkan uang. Mereka mulai melakukan interaksi sosial dengan menghubungi pencari kerja, menjual produk mereka sendiri, dan bekerja sama dengan individu lainnya untuk menciptakan inovasi baru demi menghasilkan uang.

5. Bidang Persepsi

Persepsi masing-masing individu tentu berbeda-beda. Persepsi atau sudut pandang inilah yang membuat hubungan sosial dan ekonomi sebagai satu kesatuan.

Hal tersebut dapat dilihat melalui perilaku individu dalam kelompok kerja. Dalam konteks ekonomi, suatu pekerjaan yang dibebankan kepada kelompok tertentu harus berhasil dalam satu tujuan.

Berbagai persepsi terhadap suatu pekerjaan dari individu inilah yang nantinya akan dijadikan tolak ukur individu dalam menerapkan ilmu sosial dan ekonomi mereka.

6. Bidang Modernisasi

Bidang modernisasi terjadi seiring pesatnya perkembangan ekonomi. Contohnya, sikap masyarakat petani terhadap teknologi pertanian yang mendukung produksi.

Keputusan mereka dalam memilih teknologi yang ditawarkan dilakukan berdasarkan interaksi sosialnya dengan berbagai pihak.

7. Bidang Rasionalitas Masyarakat

Contoh dalam bidang rasionalitas masyarakat, yaitu ketika individu memutuskan akan memilih menggunakan produk tertentu. Pilihan rasionalitas masyarakat ini dipengaruhi oleh logika dan rasionalisasi pikiran mereka.

Misalnya, ketika petani memilih menggunakan pupuk modern karena pupuk kandang tidak tersedia lagi. Pada masyarakat tradisional hal tersebut merupakan rasionalitas yang sulit dihadapi.

8. Bidang Tanggungjawab Individu

Bidang tanggungjawab individu ini lebih spesifik terhadap peranan masing-masing individu. Peranan individu secara ekonomi dalam susunan keluarga  mempresentasikan hubungan sosial tertentu.

Secara sosial, dalam susunan keluarga tradisional peran laki-laki merupakan pemegang tanggungjawab ekonomi terbesar.

9. Bidang Etnis

Bidang etnis dalam ilmu sosiologi terjadi antara berbagai kelompok ras dalam melakukan kegiatan ekonomi. Tingkat interaksi dalam kelompok etnis tertentu berpengaruh langsung terhadap akses dan derajat pengetahuan anggotanya tentang fluktuasi pasar.

Contohnya,untuk menyiasati agar tidak membeli produk dengan harga yang tinggi, individu cenderung memilih membeli produk di tempat dari anggota etnis yang sama.

10. Bidang Struktur dan Strata Masyarakat

Bidang struktur dan strata masyarakat ini merupakan cerminan tingkatan kelompok masyarakat berdasarkan kelas dan status sosial mereka.

Berbagai dampak negatif dan positif perubahan sosial yang berkembang di masyarakat membuat struktur dan strata masyarakat berubah drastis.

Individu cenderung egois dalam meningkatkan harga diri mereka secara ekonomi. Dalam masyarakat industri, persaingan ekonomi juga semakin ketat. Mereka berlomba-lomba untuk menyejahterakan diri masing-masing.

Akibatnya, suatu kelompok pada akhirnya akan memaksa kelompok lain bekerja lebih keras. Hal tersebut dilakukan agar menghasilkan surplus ekonomi meskipun hasilnya melebihi hasil yang diharapkan.   

11. Motivasi Sosial

Motivasi sosial dalam ekonomi memberi pengaruh yang besar bagi anggota masyarakat untuk menentukan pembelian. Misalnya, ketika penggunaan handphone merk X menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat. Dan ini sangat memicu motivasi anggota masyarakat untuk menentukan pilihan pembelian mereka terhadap handphone merk X.

Contoh di atas merupakan contoh interaksi antara individu dengan individu dalam kehidupan bermasyarakat yang memengaruhi motivasi sosial individu.

Dalam kehidupan sehari-hari, sadar maupun tidak sadar kita selalu dihadapkan dengan keadaan yang mengharuskan kita melakukan interaksi sosial dalam kehidupan ekonomi.

Berbagai faktor pendorong interaksi sosial dalam kehidupan memicu masyarakat untuk lebih pintar menerapkan interaksi sosial  dengan para pelaku ekonomi.

Demikianlah penjelasan mengenai hubungan sosiologi dengan ekonomi beserta contohnya.

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Ekonomi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Hukum https://haloedukasi.com/contoh-hubungan-sosiologi-dengan-hukum Thu, 28 Nov 2019 04:25:25 +0000 https://haloedukasi.com/?p=813 Hubungan sosiologi dengan hukum berkembang dengan anggapan dasar bahwa proses hukum berlangsung dalam suatu sistem sosial yang disebut masyarakat. Hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial di masyarakat. Hukum diciptakan atas hasil interaksi individu di lingkungan sosialnya. Terdapat berbagai faktor interaksi manusia dengan lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dalam membuat batasan kehidupan bermasyarakat. […]

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Hukum appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hubungan sosiologi dengan hukum berkembang dengan anggapan dasar bahwa proses hukum berlangsung dalam suatu sistem sosial yang disebut masyarakat.

Hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial di masyarakat. Hukum diciptakan atas hasil interaksi individu di lingkungan sosialnya.

Terdapat berbagai faktor interaksi manusia dengan lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dalam membuat batasan kehidupan bermasyarakat. Akibatnya diciptakanlah suatu sistem yang disebut dengan hukum.

Hukum merupakan suatu proses dasar atas himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola-pola peri kelakuan pada kebutuhan pokok manusia. Secara sosiologis, hukum menjadi bagian yang penting karena dianggap sebagai suatu lembaga kemasyarakatan.

Lembaga kemasyarakatan diciptakan untuk membuat efek jera kepada para pelaku pelanggar hukum. Para pelanggar hukum muncul akibat permasalahan sosial di masyarakat.

Dengan demikian, sifat dan hakikat sistem hukum dalam masyarakat berlaku secara menyeluruh. Penerapan hukum secara sosiologis menjadi penting dalam rangka menjaga kaidah nilai dan norma sosial yang berlaku.

Berikut terdapat sebelas contoh hubungan sosiologi dengan hukum dalam kehidupan sehari-hari.

1. Taraf Organisasi dalam Masyarakat

Taraf organisasi dalam masyarakat dilihat dari interaks sosial antar individu dengan kelompok, mengidentifikasikan unsur-unsur kebudayaan mana yang mempengaruhi hukum. Lembaga mana yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan hukum dan penegakannya.

Kemudian, secara sosiologis, hukum mengungkapkan ideologi dan falsafah yang mempengaruhi perencanaan, pembentukan, dan penegakan hukum. Contoh penerapannya yaitu ketika suatu lembaga membuat undang-undang.

2. Taraf Golongan dalam Masyarakat

Taraf golongan dalam masyarakat berkembang seiring meningkatnya golongan-golongan tertentu dalam masyarakat. Golongan-golongan tersebut akan mengungkapkan golongan manakah yang sangat menentukan di dalam pembentukan dan  penerapan hukum.

Hal tersebut menimbulkan kesadaran hukum dari golongan tertentu di masyarakat. Contoh penerapannya, ketika suatu undang-undang telah disepakati.

Tentunya terdapat juga golongan tertentu yang tidak bersedia mengikuti aturan tersebut. Kenyataannya dengan melalui golongan-golongan tertentu masyarakat mampu mengikuti kesadaran hukum yang telah disepakati tersebut.

3. Taraf Individual

Taraf individual di dalam masyarakat dalam melihat hukum yang berlaku memberikan kemampuan dan kesungguhan bagi para penegak hukum. Mereka mengidentifikasi unsur-unsur hukum yang dapat mengubah perilaku individu di masyarakat.

Hal tersebut memberikan efek kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita jumpai adalah kepatuhan individu terhadap peraturan lalu lintas.

4. Individu dalam Kelompok

Peran individu dalam kelompok merupakan cerminan dari kebersamaan kelompok tersebut. Suatu kelompok dinilai baik atau buruk terlihat dari peran masing-masing individu di dalamnya.

Peran sosiologis individu terhadap hukum terlihat sangat jelas ketika berada dalam kelompok. Misalnya, peraturan dalam tim sepak bola yang mengharuskan setiap anggota untuk rajin berlatih.

Apabila anggota individu dari suatu tim sepak bola merasa malas untuk latihan, maka kelompok tim sepak bola menjadi malas berlatih. Sebaliknya, apabila masing-masing anggota tim sepak bola aktif berlatih, maka kelompok tim akan rajin berlatih.

5. Kebudayaan

Kebudayaan di suatu tempat sangat mempengaruhi kehidupan sosial individu dalam menghadapi hukum yang berlaku di masyarakat. Beberapa individu sering mengalami konflik dengan hukum budaya yang berlaku di daerah tertentu. 

Hal tersebut dikarenakan setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, sehingga hukum yang berlaku juga berbeda. Misalnya di daerah A memberlakukan jam malam tertentu, sedangkan di daerah B sama sekali tidak ada peraturan mengenai jam malam.

6. Sistem Fungsional

Sistem fungsional yang berlaku di masyarakat menekankan pada peraturan dan perubahan pada sistem sosial. Antara hukum dan aspek-aspek sosial terdapat hubungan fungsional tertentu.

Masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan memelihara keseimbangan hukum yang ada. Misalnya, peraturan lalu lintas dalam pemberlakuan penggunaan jalan raya dengan kondisi tertentu.

Semakin berkembangnya masyarakat, peraturan tersebut mulai dikembangkan dan semakin disempurnakan penggunaannya demi kelancaran lalu lintas.

7. Konflik Sosial

Konflik sosial yang kerap muncul di masyarakat disebabkan oleh adanya penekanan atau pemaksaan kekuasaan hukum yang berlaku. Sebagai akibat dari interaksi sosial yang memunculkan dampak negatif dan positif perubahan sosial, konflik sosial di masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan.

Analisis konflik yang terjadi seharusnya mampu mengidentifikasi peranan kekuasaan dalam masyarakat. Apabila satu unsur hukum yang ada tidak berfungsi, maka akan menimbulkan konflik sosial berupa hambatan.

Misalnya, ketika pengendara lalu lintas diharuskan untuk mengikuti peraturan lalu lintas. Ketika mereka melanggar peraturan, maka akan muncul konflik bagi para pengguna lalu lintas yang sudah patuh.

Konflik tersebut menyebar dari individu ke individu lainnya sehingga muncullah konflik sosial mengenai peratutan lalu lintas.

8. Keragaman Kepentingan Masyarakat

Keragaman kepentingan masyarakat berdasarkan kemampuan fisik, psikis, maupun biologis menyebabkan munculnya peraturan hukum di masyarakat.

Perbedaan kepentingan masyarakat tersebut jika dikaitkan akan membawa hubungan masyarakat yang semula homogen menjadi heterogen. Dengan demikian, muncullah peraturan-peraturan hukum tertentu di masyarakat.

9. Pola Perilaku Masyarakat

Pola perilaku masyarakat yang semakin rumit mengharuskan masyarakat untuk memiliki aturan yang bersifat kuat dan mengikat. Untuk itulah dibutuhkan peran nilai dan norma sosial dalam sosialisasi di masyarakat.

Kekuatan peraturan terkadang mampu merusak pola perilaku-perilaku yang dianggap menyimpang oleh masyarakat. Hukum berusaha untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat.

Misalnya adanya peraturan hukum terhadap perilaku kejahatan yang kerap muncul di masyarakat.

10. Integritas Sosial

Integritas sosial  dalam masyarakat terbentuk akibat kepatuhan yang dilaksanakan individu terhadap hukum yang berlaku. Misalnya, ketika seorang ahli hukum sedang berusaha mengadili seseorang.

Dalam proses penentuan keputusannya, apabila tidak didahului dengan serangkain upaya mencari bukti nyata maka akan sulit membuat keputusan.

Dengan demikian, dibutuhkan penerapan ilmu sosiologi dalam proses penentuan tersebut dengan mempelajari fenomena dan realitas sosial.

11. Sosiologi Hukum Sistematik, Diferensial dan Genetik

Sosiologi hukum sistematik, diferensial dan genetik merupakan bentuk-bentuk sosiologi dalam ranah hukum atas ruang lingkupnya.

Dalam hal ini dijelaskan bahwa perilaku individu dan manifestasi material terhadap hukum dimaknai melalui makna batinnya, seraya mengilhami dan meresapinya untuk mengubah sebagian makna hukum.

Contohnya, dalam pembuatan undang-undang dilakukan penelitian terlebih dahulu, sehingga menemukan peraturan yang paling tepat untuk kemasylahatan masyarakat.

Demikian penjelasan mengenai hubungan sosiologi dengan ekonomi beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Hukum appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Pendidikan https://haloedukasi.com/contoh-hubungan-sosiologi-dengan-pendidikan Wed, 27 Nov 2019 10:40:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=818 Hubungan sosiologi dengan pendidikan dianggap sebagai pengetahuan kuno yang keberadaanya bersamaan dengan awal mula adanya manusia. Konsep utama dalam menekankan pada aspek-aspek sosiologi yang digunakan dalam pemecahan masalah pendidikan. Dalam kaitannya dengan sosiologi, terjadilah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara pendidikan dan perkembangan sosial. Pada dasarnya sosiologi pendidikan akan melahirkan perubahan sosial. Begitu pula […]

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Pendidikan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hubungan sosiologi dengan pendidikan dianggap sebagai pengetahuan kuno yang keberadaanya bersamaan dengan awal mula adanya manusia. Konsep utama dalam menekankan pada aspek-aspek sosiologi yang digunakan dalam pemecahan masalah pendidikan.

Dalam kaitannya dengan sosiologi, terjadilah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara pendidikan dan perkembangan sosial. Pada dasarnya sosiologi pendidikan akan melahirkan perubahan sosial.

Begitu pula sebaliknya perubahan sosial mempengaruhi arah perubahan sosial. Paradigma yang muncul di masyarakat semakin hari semakin bertambah.

Dengan demikian tatanan kehidupan juga semakin berubah. Lebih jelasnya akan disampaikan pada contoh-contoh berikut. Terdapat sebelas contoh hubungan sosiologi dengan pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Sosiologi Pendidikan Makro

Sosiologi pendidikan makro mempelajari hubungan antara pendidikan dan institusi lain dalam masyarakat. Konteks pendidikan semakin luas disetarakan dengan tujuan pendidikannya.

Interaksi yang terjadi tidak hanya dari satu bidang saja. Semakin banyak interaksi pendidikan yang dikaji maka diharapkan manfaat yang diperoleh juga semakin tinggi.

Proses interaksi pendidikan meluas ke bidang agama, sosial, politik, ekonomi di tingkat lingkup masyarakat maupun negara. Misalnya, hubungan pendidikan dengan agama, sampai sejauh mana lembaga pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap anak didik dalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik. Berlaku pula untuk bidang-bidang yang lain.

2. Sosiologi Pendidikan Meso

Sosiologi pendidikan meso mempelajari hubungan-hubungan dalam suatu organisasi pendidikan. Sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang menjalankan aturan secara terus menerus sehingga mencapai tujuan.

Misalnya, dalam kehidupan sekolah, struktur organisasi dijalankan sesuai peran dan fungsinya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

3. Sosiologi Pendidikan Mikro

Sosiologi pendidikan mikro membahas interaksi sosial yang berlangsung dalam institusi pendidikan. Kepentingan anak didik yang dilayani melalui proses interaksi pendidikan ini lebih sempit kajiannya.

Misalnya, pengelompokan yang terbentuk di kalangan pendidikan, baik sesama siswa maupun siswa dengan guru.

4. Obyek Material

Obyek material yang dikaji dalam sekolah mengkaji permasalahan hubungan masyarakat, tingkah laku individu dan institusi pendidikan. Hal tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan taraf kelompok sosial dan strata sosial yang berlaku.

Misalnya, anak-anak dari kelompok lingkungan sosial A hanya bersekolah di lingkungan A. Begitu juga anak- anak dari kelompok lingkungan sosial B, hanya akan bersekolah di lingkungan B.

5. Obyek Formal

Obyek formal dalam pendidikan dari sudut pandang sosiologi menekankan tentang bagaimana hubungan masyarakat dengan institusi pendidikan yang bersifat total cultural milliu Lembaga-lembaga sosial dan kelompok sosial dalam proses pendidikan saling menjalin hubungan satu sama lain.

Hal tersebut menguatkan aspek sosial bagi individu dari anak-anak hingga dewasa. Contohnya, tersedianya lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, maupun lembaga pendidikan lainnya.

6. Interaksi Sosial

Faktor yang mempengaruhi Interaksi sosial dalam dunia pendidikan tercipta atas peran serta individu dalam mengembangkan proses pendidikan.

Akibatnya, mau tidak mau lembaga pendidikan harus mampu menyiapkan sebuah generasi yang siap memasuki kehidupan bermasyarakat. Misalnya, di dalam sekolah siswa mendapatkan pengetahuan profesional yang mampu diterapkan dalam dunianya dalam bermasyarakat.

7. Konflik Sosial

Konflik sosial seringkali muncul akibat kesalahpahaman dalam interaksi sosial yang muncul di masyarakat. Terkadang pendidikan menerapkan orientasi yang telah ditetapkan yang dianggap relevan dengan perkembangan masyarakat.

Namun, di lain pihak ada yang menganggap bahwa dunia pendidikan tidak mampu melakukan hal tersebut. bagaimanapun juga, pendidikan merupakan tempat yang bertanggung jawab dalam menumbuhkan  tata nilai kemanusiaan yang didasari prinsip keadilan dan kesejahteraan.

Misalnya, ketika siswa mendapatkan pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

8. Sarana Perubahan Sosial

Sarana perubahan sosial memberikan dampak positif dan negatif perubahan sosial. Dalam dunia pendidikan yang telah terjadi adalah bagian dari berubahnya sistem pendidikan.

Sekolah dan guru tidak lagi mampu berkacamata kuda, hanya dengan mempertinggi kapabilitas mereka dalam mengejar target kurikulum atau mengejar nilai ujian akhir yang bagus. Pendidikan harus mampu memberikan perkembangan dan dinamika di lingkungan masyarakat.

Misalnya, siswa selain mendapatkan materi ajar pokok pendidikan, mereka juga disarankan untuk terjun langsung bermasyarakat dan membaur dengan lingkungan.

9. Agen Perubahan Sosial (Social Agent of Change)

Agen perubahan sosial tercipta dari anak-anak didik yang berkualitas sebagai hasil dari proses pendidikan yang telah dilalui. Sebagai agen perubahan sosial, siswa dituntut mempunyai fungsi transformatif.

Artinya, pendidikan menjadi jembatan untuk memajukan masyarakat agar tidak ketinggalan dalam dinamika perubahan. Hal tersebut dapat diterapkan dengan lembaga pendidikan yang menyediakan fasilitas untuk siswa baik dalam ilmu teknologi, maupun keterampilan lainnya.

Contohnya, siswa dan guru sebagai pelaku yang berkecimpung di ranah pendidikan.

10. Peran Sosial dan Budaya

Peran sosial dan budaya dalam pendidikan tidak terlepas dari adanya masyarakat yang multikultural. Faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat saling berkaitan dengan organisasi pendidikan.

Contohnya, siswa yang bersekolah di perguruan tinggi., terkadang mereka baru mulai mengenal keberagaman sosial dan budaya di dunia pendidikan yang lebih tinggi.

Peran pendidikan di sini sangat membantu setiap siswa dalam beradaptasi mengenal keberagaman tersebut. Contoh diatas merupakan contoh interaksi sosial yang mengarah kepada persatuan.

11. Aktivitas Sosial

Aktivitas sosial dalam pendidikan merupakan salah satu bentuk sosialisasi individu. Terdapat upaya untuk mendeskripsikan tentang lembaga-lembaga pendidikan terhadap kelompok sosial di mana terdapat suatu interaksi sosial di dalamnya. Contohnya, pertemuan orang tua siswa dengan lembaga-lembaga pendidikan.

Demikian sebelas contoh hubungan sosiologi dengan pendidikan. Dalam menghadapi kemajuan teknologi, pendidikan diharapkan sebagai wadah yang membantu masyarakat agar mampu mengikuti dinamika kehidupan.

The post 11 Contoh Hubungan Sosiologi Dengan Pendidikan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>