hukum mendel - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hukum-mendel Sat, 23 Jul 2022 04:50:43 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico hukum mendel - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/hukum-mendel 32 32 4 Penyimpangan Semu Hukum Mendel dan Penyelesaiannya https://haloedukasi.com/penyimpangan-semu-hukum-mendel Sat, 23 Jul 2022 04:50:40 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37376 Dalam ilmu biologi, hukum mendel adalah salah satu hukum yang dipelajari. Hukum ini biasa disebut dengan hukum pewarisan sifat Mendel pada makhluk hidup yang diperkenalkan oleh Gregor Johann Mendel. Ia membuktikan terkait pewarisan sifat atau hereditas melalui pembuktian prinsip dasar genetika. Pembuktian tersebut tentunya didasari melalui percobaan yang sudah dilakukan. Dari sini, kemudian Gregor merumuskannya […]

The post 4 Penyimpangan Semu Hukum Mendel dan Penyelesaiannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam ilmu biologi, hukum mendel adalah salah satu hukum yang dipelajari. Hukum ini biasa disebut dengan hukum pewarisan sifat Mendel pada makhluk hidup yang diperkenalkan oleh Gregor Johann Mendel. Ia membuktikan terkait pewarisan sifat atau hereditas melalui pembuktian prinsip dasar genetika.

Pembuktian tersebut tentunya didasari melalui percobaan yang sudah dilakukan. Dari sini, kemudian Gregor merumuskannya menjadi hukum pewarisan sifat atau biasa dikenal dengan Hukum Mendel. Meskipun demikian, tidak semua persilangan akan menghasilkan rasio atau perbandingan fenotip yang sesuai dengan Hukum Mendel.

Pada beberapa kasus persilangan ternyata menghasilkan rasio fenotip yang menyimpang. Hal ini disebabkan karena beberapa gen dengan alel yang berbeda-beda di mana saling mempengaruhi satu sama lain ketika pembentukan fenotip.

Akan tetapi, aturan dasar pada Hukum Mendel tentunya tetap berlaku pada penentuan genotip. Dengan arti lain, penyimpangan rasio fenotip yang ditemukan merupakan hasil modifikasi dari rasio fenotip Hukum Mendel yang biasa.

Dari sini, kemudian hasil rasio fenotipnya dapat dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel. Lantas, apa saja yang termasuk penyimpangan semu Hukum Mendel? Berikut ini beberapa macam penyimpangan semu Hukum Mendel.

1. Atavisme

Atavisme merupakan interkasi antar gen berbeda alel yang dapat menghasilkan keturunan dengan fenotip berbeda dari induknya. Untuk memahaminya lebih lanjut, kita dapat mengambil contoh atavisme pada kasus jengger ayam.

Bentuk jengger ayam dipengaruhi oleh dua gen yang berbeda alel di mana gen R akan menentukan bentuk rose dan gen P akan menentukan bentuk pea. Saat kedua gen tersebut bersama, maka akan menimbulkan interaksi dan sifat baru yakni walnut. Namun saat kedua gen dominan tidak ada (rrpp), maka akan muncul sifat lain yakni single.

Sehingga akan terbentuk empat macam jengger ayam yakni walnut (R-P), rose (R-pp), pea (rrP-) dan single (rrpp). Adapun contohnya sebagai berikut:

Persilangan antara jengger ayam rose (RRpp) dengan jengger ayam pea (rrPP)

P1:          RRpp                     x              rrPP

                (rose)                                    (pea)

G1:         Rp                           x              rP

F1:                          RrPp (walnut)

Persilangan antara gen R dengan gen P memunculkan sifat baru yang berbeda dari karakter induknya. Apabila F1 tersebut disilangkan, maka hasilnya:

P2:          RrPp                      x              RrPp

                (walnut)                              (walnut)

G2:         RP                                           RP

              Rp                                           Rp

              rP                                            rP

              rp                                            rp

F2:

ativisme

Dari hasil persilangan di atas telah diperoleh F2 yaitu walnut (RP), rose (Rpp), pea (rrP), dan single (rrpp). Adapun rasio fenotip: walnut : rose : pea : single yaitu 9 : 3 : 3 : 1

2. Polimeri

Selain ativisme, penyimpangan semu Hukum Mendel lainnya adalah Polimeri. Penyimpangan ini merupakan interaksi antar gen-gen berbeda alel yang menimbulkan satu fenotip dan memiliki sifat kumulatif atau saling menambah. Misalnya, warna merah pada biji gandum ditentukan oleh dua gen yakni M1 dan M2. Sehingga jika kedua gen itu bertemu, maka warna merah pada biji gandum akan semakin kuat.

Persilangan biji gandum merah (M1M1M2M2) dengan biji gandum putih (m1m1m2m2)

P1:          M1M1M2M2                     x              m1m1m2m2

                (merah)                Wx         (putih)

G1:         M1M2                                   x              m1m2

F1:                          M1m1M2m2 (merah)

Apabila F1 tersebut disilangkan, maka hasilnya:

P2:          M1m1M2m2                      x              M1m1M2m2

                (merah)                                x              (merah)

G2:         M1M2                   M1M2

              M1m2                   M1m2

              m1M2                   m1M2

              m1m2                   m1m2

F2:

polimeri

Dari hasil persilangan di atas dapat diketahui bahwa banyaknya jumlah gen M akan mempengaruhi warna pada biji gandum. Sehingga semakin banyak faktor M, maka akan warna biji gandum akan semakin merah tua (menua) atau gelap. Adapun rasio fenotipnya yaitu merah : putih = 15 : 1

3. Kriptomeri

Kriptomeri merupakan kondisi tersembunyinya suatu gen dominan bila tidak berpasangan dengan gen dominan dari alel lainnya. sehingga apabila gen dominan itu berdiri sendiri maka sifatnya juga akan tersembunyi. Adapun contoh kriptomeri dapat dilihat dari persilangan bunga Linaria maroccana di mana warna bunganya dipengaruhi oleh 4 gen, sebagai berikut:

  • A = terbentuk pigmen antosianin
  • a = tidak terbentuk pigmen antosianin
  • B = protoplasma basa
  • b = protoplasma asam

Misalnya, kita melakukan persilangan bunga Linaria maroccana berwarna merah dengan bunga Linaria maroccana yang berwarna putih. Hal ini dapat dilakukan di mana antosianin merupakan pigmen yang dapat memicu pembentukan warna pada bunga Linaria maroccana.

Dengan arti lain, bunga Linaria yang bergen A akan menghasilkan bunga yang berwarna. Sementara bunga yang tidak memiliki gen A maka akan menghasilkan albino atau berwarna putih.

Akan tetapi warna yang dihasilkan oleh antisianin sesuai dari tingkat keasaman (pH) protoplasma sel. Apabila protoplasma memiliki sifat basa yang dipengaruhi oleh gen B maka akan menghasilkan warna ungu, sementara saat protoplasma bersifat asam yang dipengaruhi gen b maka akan timbul warna merah.

Sehingga warna yang dihasilkan bunga Linaria maroccana tidak hanya dipengaruhi oleh gen penentu pigmen saja, melainkan juga oleh gen penentu pH protoplasma. Untuk memahami persilangannya, berikut ini contohnya:

Persilangan antara Linaria Maroccana Merah(AAbb) dengan Linaria Maroccana Putih(aaBB)

P1:          AAbb                     x              aaBB

                (merah)                (putih)

G1:         Ab                          x              aB

F1:                          AaBb (ungu)

Apabila F1 tersebut disilangkan, maka hasilnya:

P2:          AaBb                     x              AaBb

                (ungu)                  (ungu)

G2:         AB                                          AB

              Ab                                          Ab

              aB                                           aB

              ab                                           ab

F2:

kriptomeri

Dari hasil persilangan di atas telah diperoleh F2 yaitu ungu (A-B-), merah (A-bb) dan putih (aaB-) dan putih (aabb). Adapun rasio ungu : merah : putih yaitu 9 : 3 : 4

4. Epistasis-Hipostasis

Epistasis-hipostasis merupakan kejadian saat gen yang sifatnya dominan akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Epistasis adalah gen yang menutupinya, sementara gen yang ditutup disebut dengan hipostasis. Hal ini dapat dilihat dari kasus epsitasis-hipostasis pada persilangan labu. Adapun selengkapnya sebagai berikut:

Persilangan antara labu berwarna putih dan labu berwarna kuning

P1:          PPkk                      x              ppKK

                (putih)                  x              (kuning)

G1:         Pk                           x              pK

F1:                          PpKk (putih seluruhnya)

Perlu diketahi bahwa gen P memiliki sifat dominan terhadap gen P, sementara gen K juga bersifat dominan pada gen k. Sehingga gen P menyebabkan labu berwarna merahh dan gen K berwarna kuning. Gen p dan k akan menyebabkan labu berwarna hijau.

Pada F1, terlihat bahwa gen P dan gen K berada bersama dan keduanya dominan. Namun sifat yang muncul adalah putih. Hal ini menunjukkan bahwa gen P sebagai epistasis (gen yang menutupi) terhadap gen K dan gen K adalah hipostasis (gen yang ditutupi) oleh gen P. maka jika F1 disilangkan akan menghasilkan:

P2:          PpKk                      x              PpKk

                (putih) x              (putih)

G2:         PK                           PK

              Pk                           Pk

              pK                           pK

              pk                           pk

F2

epistasis-hipostasis

Dari hasil persilangan di atas telah diperoleh F2 yaitu labu putih (P-K-) dan (P-kk), labu kuning (ppK-) dan juga labu hijau (ppkk) dengan rasio fenotipmu yaitu 12 : 3 : 1

The post 4 Penyimpangan Semu Hukum Mendel dan Penyelesaiannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Mengenal Hukum Mendel 1, 2 dan 3 Secara Lengkap https://haloedukasi.com/hukum-mendel Wed, 03 Nov 2021 08:48:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=28064 Sifat dan juga gen mempengaruhi keturunan dari orang tua yang diturunkan kepada anak. Dalam hal yang berkaitan dengan penurunan sifat inilah merupakan Hukum Mendel. Genetika dapat dipelajari melalui ilmu hereditas atau pewarisan sifat. Pengertian Hukum Mendel Hukum Mendel ini ditemukan pertama kali oleh Gregor Johann Mendel yang merupakan biarawan asal Austria. Hukum pewarisan Mendel merupakan […]

The post Mengenal Hukum Mendel 1, 2 dan 3 Secara Lengkap appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sifat dan juga gen mempengaruhi keturunan dari orang tua yang diturunkan kepada anak. Dalam hal yang berkaitan dengan penurunan sifat inilah merupakan Hukum Mendel. Genetika dapat dipelajari melalui ilmu hereditas atau pewarisan sifat.

Pengertian Hukum Mendel

Hukum Mendel ini ditemukan pertama kali oleh Gregor Johann Mendel yang merupakan biarawan asal Austria. Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang berkaitan dengan pewarisan sifat dalam suatu organisme yang mana percobaan pertama kalinya dilakukan dengan persilangan tanaman.

Mendel melakukan percobaan penyilangan pertama kali terhadap kacang kapri di tahun 1854 – 1856. Alasan mengapa Mendel memilih mendel dalam penelitiannya adalah karena kacang memiliki banyak varietas dean bijinya lebih mudah berkecambah.

Media kacang – kacang tersebut dibaginya menjadi beberapa kelompok dengan maksud supaya mempermudah penelusuran transmisi karakter. Kelompok tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian misal tinggi tanaman hingga warna bunga kacang.

Di percobaannya yang pertama, Mendel berhasil melakukan penyilangan terhadap kacang dengan bunga berwarna ungu dan putih. Hasilnya kacang berbunga ungu menjadi dominan dibanding dengan karakter yang bersifat resesif.

Pada percobaan Mendel yang kedua, munculah gen resesif yang mana hasil keturunan keduanya muncul secara bersamaan yakni kacang berbunga ungu dan putih sekaligus.

Hukum Mendel I

Hukum Mendel I atau hukum segregasi atau pemisahan merupakan hukum mengenai pemisahan terhadap pasangan alel yang terjadi secara bebas ketika sedang melakukan proses pembelahan meiosis yang berperan dalam melakukan pembentukan gamet.

Pada Hukum Mendel I, sebagian kromosom diploid diturunkan hingga menjadi haploid. Persilangan ini berlaku pada satu sifat beda atau dapat disebut juga monohibrid.

Hukum segregasi yang bersifat bebas inilah yang akan membentuk gamet atau sel kelamin. Pada Hukum Mendel I ini terdapat tiga pokok yang menjadi garis besar dari hukum ini antara lain :

  • Setiap gen mempunyai beberapa bentuk alternatif yang dapat mengatur tiap variasi pada setiap karakter yang diturunkannya. Konsep ini berkaitan dengan dua macam alel yang resesif yang biasanya tidak tampak dari luar serta digambarkan dengan huruf kecil, dan alel dominan yang tampak dari luar serta digambarkan dengan huruf besar.
  • Masing – masing individu membawa satu pasang gen yang terdiri dari satu jantan tetua dan satu betina tetua.
  • Ketika satu pasang gen tersusun oleh dua alel yang berbeda, maka alel yang dominan akan selalu ditunjukkan secara visual dari luar. Sedangkan alel resesif tidak selalu ditunjukkan namun akan selalu diwariskan pada gamet keturunannya.

Hukum Mendel II

Hukum Mendel II atau yang biasa disebut dengan hukum asortasi bebas. Pada hukum kedua dinyatakan bahwa ketika terjadi pada dua individu yang memiliki dua pasang sifat atau lebih, sifat yang diturunkan dengan bebas tidak bergantung dengan sifat lain yang dimiliki oleh pasangannya.

Alel dan juga gen sifat yang berbeda tidak akan mempengaruhi satu sama lain. Misalnya tinggi tanaman dan juga warna bunga pada suatu tanaman tidak akan saling mempengaruhi satu sama lain.

Keturunan pertama menjadi persilangan genotipe dari induk jantan dan betinanya yang mana membentuk individu baru. Setelah itu persilangan dari keturunan yang pertama akan mulai membentuk individu untuk keturunan selanjutnya. Kombinasi dari beberapa gamet akan membentuk individu yang nampak seperti papan catur.

Hukum yang kedua ini merupakan persilangan dihibrid yang mana terjadi pada individu yang memiliki dua gen berbeda. Pada eksperimen kali ini, Mendel menggunakan bentuk biji serta warna ercis yang mana dijadikan sebagai contoh persilangan dihibrid.

Dalam hal ini, Metode Punnett kuadrat digunakan untuk memastikan rasio dari fenotipe dan genotipenya. Metode Mendel kali ini sebenarnya serupa dengan persilangan monohibrid. Hanya saja bedanya ada pada masing – masing gamet yang mana memiliki 1 alel yang mempunyai 1 hingga 2 gen berbeda.

Dihibrida akan melakukan pembentukan empat gamet yang berlangsung secara genetik dengan frekuensi yang kurang lebih sama. Hal tersebut disebabkan karena adanya orientasi acak pada pasangan kromosom yang ada di metadase meiosis pertama.

Kemudian dilakukan uji silang yang mana perkawinan genotipe ini tidak benar – benar diketahui oleh genotipe yang memiliki homozigot resesif. Jumlah dan macam gamet yang terbentuk oleh genotipe parental akan dihasilkan dari fenotipe tipe keturunan dari uji silang.

Ketika gamet individu diketahui secara keseluruhan, kita juga dapat mengetahui genotipe individu. Rasio yang dihasilkan dari uji silang dihibrida ini adalah 1:1:1:1, yang mana dari rasio tersebut ditunjukkan mengenai adanya dua pasang faktor yang terpisah dan dapat memilih secara bebas.

Dari percobaan uji penyilangan dengan suatu kombinasi yang memiliki sifat yang berbeda tersebut, Mendel mendapat hasil yang sama dan tidak mengalami perubahan. Dari pengamatan uji penyilangan ini, dihasilkan suatu formulasi Hukum Mendel II.

Hukum Mendel III

Pada teori hukum yang ketiga dinyatakan bahwa masing – masing karakteristik akan diwarisi dan ditentukan oleh dua faktor secara turun temurun (known more recently as genes). Yang mana satu dari induk masing – masing akan ditentukan apakah satu gen tersebut merupakan gen dominan atau resesif.

Atau bisa dikatakan jika salah satu gen ini bersifat resesif, tidak akan terlihat pada induk baik karakteristik hingga cirinya, akan lebih mengarah pada dominan.

The post Mengenal Hukum Mendel 1, 2 dan 3 Secara Lengkap appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>