inovasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/inovasi Wed, 21 Feb 2024 08:12:58 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico inovasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/inovasi 32 32 Manajemen Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Kelebihan https://haloedukasi.com/manajemen-ilmiah Tue, 20 Feb 2024 13:39:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48294 Pengertian Manajemen Ilmiah Manajemen ilmiah adalah pendekatan dalam mengelola organisasi atau bisnis yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan metode-metode yang terbukti efektif melalui penelitian dan pengujian. Pendekatan ini dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor pada awal abad ke-20 dan menjadi dasar bagi perkembangan manajemen modern. Manajemen ilmiah menekankan pada pemahaman yang mendalam tentang pekerjaan yang dilakukan, […]

The post Manajemen Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Kelebihan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah adalah pendekatan dalam mengelola organisasi atau bisnis yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan metode-metode yang terbukti efektif melalui penelitian dan pengujian. Pendekatan ini dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor pada awal abad ke-20 dan menjadi dasar bagi perkembangan manajemen modern.

Manajemen ilmiah menekankan pada pemahaman yang mendalam tentang pekerjaan yang dilakukan, pemilihan dan pelatihan karyawan sesuai dengan pekerjaan mereka, serta penggunaan metode ilmiah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. 

Ini melibatkan pengukuran dan analisis yang cermat tentang proses kerja untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan kinerja. Pendekatan ini juga mengharuskan manajer untuk bekerja sama dengan para karyawan untuk mengembangkan metode terbaik untuk melakukan pekerjaan, menghindari pemborosan waktu dan sumber daya, serta memastikan bahwa tujuan organisasi dicapai dengan efisien.

Sejarah Manajemen Ilmiah 

Manajemen ilmiah memiliki akar sejarah yang kuat dalam perkembangan ilmu manajemen. Beberapa tokoh dan peristiwa penting yang menggambarkan sejarah manajemen ilmiah antara lain:

1. Frederick Winslow Taylor (1856-1915) 

Dikenal sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah,” Taylor mengembangkan prinsip-prinsip manajemen ilmiah pada awal abad ke-20. Melalui karyanya yang terkenal, “The Principles of Scientific Management” (1911), Taylor menyatakan bahwa manajemen harus berdasarkan pada penelitian ilmiah yang teliti dan pengujian eksperimental.

2. Henry Gantt (1861-1919) 

Gantt adalah insinyur mekanikal yang bekerja sama dengan Taylor. Dia mengembangkan grafik Gantt, alat visual yang digunakan dalam manajemen proyek untuk memetakan waktu dan aliran kerja.

3. Frank and Lillian Gilbreth

Pasangan suami istri ini melakukan penelitian tentang gerakan manusia dalam pekerjaan dan mengembangkan konsep-konsep seperti analisis gerakan dan desain pekerjaan yang efisien.

4. Harrington Emerson (1853-1931)

Emerson adalah seorang konsultan manajemen yang mengembangkan konsep “efficiency engineering” yang menekankan pada peningkatan efisiensi dalam organisasi.

5. Peter Drucker (1909-2005)

Dikenal sebagai bapak manajemen modern, Drucker memperkenalkan konsep manajemen oleh tujuan (management by objectives) dan menekankan pentingnya manajer sebagai pemimpin dalam organisasi.

6. Pengembangan Teori Manajemen

Seiring berjalannya waktu, manajemen ilmiah berkembang menjadi berbagai teori manajemen seperti manajemen klasik, manajemen humanistik, manajemen sistem, dan lain-lain, yang semuanya turut memberikan kontribusi pada pengembangan manajemen ilmiah.

Tujuan Manajemen Ilmiah

Tujuan utama dari manajemen ilmiah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam organisasi. Tujuan-tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan Efisiensi 

Mengidentifikasi cara-cara untuk melakukan pekerjaan dengan lebih efisien, termasuk pengurangan pemborosan waktu, tenaga, dan sumber daya. Melakukan pengukuran dan analisis yang cermat terhadap proses kerja untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan efisiensi.

Contoh lainnya seperti Memilih karyawan yang sesuai dengan pekerjaan dan memberikan pelatihan yang sesuai untuk memastikan bahwa mereka dapat bekerja dengan efisien. Serta, Menggunakan alat dan teknologi yang sesuai untuk meningkatkan efisiensi dalam melakukan pekerjaan.

2. Meningkatkan Produktivitas 

Memastikan bahwa karyawan dapat bekerja secara lebih produktif dengan menggunakan metode kerja yang telah diuji dan terbukti efektif. Mengidentifikasi dan mengembangkan metode kerja yang efektif untuk meningkatkan output pekerjaan dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Melakukan pengukuran dan pemantauan kinerja secara teratur untuk mengetahui tingkat produktivitas saat ini dan mengidentifikasi area-area di mana peningkatan dapat dilakukan. Melalui pelatihan dan pengembangan, meningkatkan keterampilan karyawan sehingga mereka dapat bekerja lebih efektif dan produktif.

Dengan meningkatkan produktivitas, organisasi dapat mencapai lebih banyak dengan menggunakan jumlah sumber daya yang sama atau bahkan lebih sedikit, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keuntungan dan pertumbuhan organisasi.

3. Peningkatan Kesejahteraan Karyawan 

Dengan memahami pekerjaan yang dilakukan secara lebih baik, manajemen dapat memastikan bahwa karyawan memiliki kondisi kerja yang lebih baik dan dapat bekerja dengan lebih efektif, seperti Mengakui dan menghargai kontribusi karyawan secara teratur dapat meningkatkan motivasi dan kesejahteraan mereka.

Melalui pendekatan ilmiah, manajemen dapat mengidentifikasi kondisi kerja yang baik, termasuk faktor-faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan seperti lingkungan kerja yang aman, dukungan sosial, dan kesempatan untuk berkembang.

4. Mencapai Tujuan Organisasi 

Manajemen ilmiah bertujuan untuk membantu organisasi mencapai tujuan mereka dengan cara yang paling efisien dan efektif seperti, memastikan bahwa proses operasional berjalan dengan efisien dan efektif, sehingga sumber daya yang ada dimanfaatkan secara optimal.

Meningkatkan produktivitas karyawan dan proses kerja untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan sumber daya yang tersedia. Mendorong inovasi dan perbaikan berkelanjutan dalam proses kerja dan produk atau layanan yang ditawarkan untuk tetap bersaing di pasar.

5. Pengembangan Karyawan 

Melalui pendekatan ilmiah, manajemen dapat membantu karyawan mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka untuk meningkatkan kinerja mereka. Dengan memberikan kesempatan untuk pengembangan karir, organisasi dapat meningkatkan tingkat retensi karyawan.

Melalui pengembangan karyawan, organisasi dapat mendorong kreativitas dan inovasi yang dapat membantu dalam peningkatan produk atau layanan. Karyawan yang terampil dan berkualitas akan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan oleh organisasi.

6. Inovasi 

Dengan terus mengembangkan metode kerja yang lebih baik, manajemen ilmiah dapat mendorong inovasi dalam organisasi. Inovasi dapat membantu organisasi mengidentifikasi peluang baru untuk pertumbuhan dan pengembangan di pasar yang baru atau yang ada.

Inovasi dapat mengarah pada peningkatan kualitas produk atau layanan, meningkatkan kepuasan pelanggan. Inovasi dapat membantu organisasi untuk tetap bersaing di pasar yang terus berubah dengan menciptakan produk atau layanan yang baru atau lebih baik.

Tujuan-tujuan ini bermuara untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi semua orang yang terlibat.

Prinsip Manajemen Ilmiah

Prinsip-prinsip manajemen ilmiah adalah seperangkat pedoman atau aturan yang digunakan dalam menerapkan pendekatan manajemen ilmiah untuk mengelola organisasi atau bisnis. Beberapa prinsip utama manajemen ilmiah yang dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor dan para ahli manajemen lainnya meliputi:

1. Pemisahan antara Perencanaan dan Pelaksanaan 

Manajemen harus memisahkan perencanaan dari pelaksanaan agar tugas dapat dijalankan dengan lebih efisien.

2. Penekanan pada Pengukuran dan Analisis 

Penting untuk mengukur dan menganalisis proses kerja untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

3. Pemilihan Karyawan yang Tepat 

Karyawan harus dipilih berdasarkan kualifikasi dan kemampuan mereka yang sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan.

4. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 

Karyawan harus diberikan pelatihan yang sesuai untuk memastikan bahwa mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan efisien.

5. Kerjasama antara Manajer dan Karyawan 

Manajer harus bekerja sama dengan karyawan untuk mengembangkan metode terbaik untuk melakukan pekerjaan.

6. Pemberian Insentif dan Reward yang Adil 

Karyawan yang mencapai hasil yang baik harus diberikan insentif atau reward yang sesuai.

7. Penggunaan Metode Ilmiah untuk Pengambilan Keputusan 

Keputusan harus didasarkan pada data dan fakta yang didukung oleh penelitian ilmiah.

8. Penyesuaian dengan Perubahan 

Organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.

Prinsip-prinsip ini membentuk dasar bagi pendekatan manajemen ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kesejahteraan karyawan dalam organisasi.

Kelebihan Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi pendekatan yang efektif dalam mengelola organisasi. Beberapa kelebihan utamanya antara lain:

1. Pengambilan Keputusan Berbasis Bukti 

Manajemen ilmiah menekankan pengambilan keputusan yang didasarkan pada bukti-bukti dan data yang dikumpulkan melalui penelitian ilmiah, sehingga keputusan yang diambil cenderung lebih rasional dan akurat.

2. Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen ilmiah, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam operasional mereka melalui analisis yang teliti terhadap proses kerja.

3. Peningkatan Kualitas 

Manajemen ilmiah membantu organisasi untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan yang mereka hasilkan melalui perancangan proses kerja yang lebih baik. Manajemen ilmiah menerapkan kontrol kualitas yang ketat untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan memenuhi atau melebihi standar kualitas yang ditetapkan.

4. Pengembangan Karyawan 

Dengan memberikan perhatian pada pelatihan dan pengembangan karyawan, manajemen ilmiah dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja organisasi.

5. Penghargaan yang Adil 

Manajemen ilmiah menekankan pentingnya memberikan penghargaan yang adil kepada karyawan berdasarkan kinerja mereka, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan loyalitas karyawan.

6. Penyesuaian yang Kontinyu 

Dengan mengadopsi pendekatan ilmiah, organisasi dapat terus menerus menyesuaikan proses kerja dan strategi mereka berdasarkan pada perubahan lingkungan dan kebutuhan pasar.

Dengan pendekatan yang didasarkan pada penelitian dan analisis, manajemen ilmiah memungkinkan organisasi untuk menjadi lebih fleksibel dalam menanggapi perubahan yang terjadi di pasar atau lingkungan bisnis.

7. Pengawasan yang Sistematis 

Manajemen ilmiah menekankan pengawasan yang sistematis dan berdasarkan fakta, sehingga memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Manajemen ilmiah mengidentifikasi area-area di mana efisiensi dapat ditingkatkan, pengawasan yang sistematis membantu organisasi untuk menggunakan sumber daya secara lebih efisien.

Dengan pengawasan yang sistematis, masalah atau hambatan dalam proses kerja dapat diidentifikasi dengan cepat, sehingga tindakan korektif dapat diambil sebelum masalah tersebut menjadi lebih serius.

Kekurangan Manajemen Ilmiah

Meskipun memiliki banyak kelebihan, manajemen ilmiah juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Beberapa kekurangan utamanya antara lain:

1. Kesulitan dalam Implementasi 

Implementasi prinsip-prinsip manajemen ilmiah seringkali memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup besar, terutama dalam hal pengumpulan dan analisis data yang diperlukan.

2. Keterbatasan dalam Situasi Tidak Terstruktur 

Pendekatan manajemen ilmiah cenderung lebih efektif dalam situasi yang terstruktur dan dapat diukur secara kuantitatif. Namun, dalam situasi yang tidak terstruktur atau kompleks, pendekatan ini mungkin kurang efektif.

3. Ketidakpastian dan Risiko 

Meskipun didasarkan pada bukti-bukti dan data, pengambilan keputusan dalam manajemen ilmiah tetap melibatkan ketidakpastian dan risiko, terutama dalam menghadapi situasi yang kompleks dan berubah-ubah.

4. Keterlambatan dalam Respons 

Proses pengambilan keputusan yang berbasis pada penelitian ilmiah seringkali memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga dapat menghambat respons terhadap perubahan atau kebutuhan pasar yang cepat.

5. Keterbatasan Kreativitas 

Pendekatan manajemen ilmiah cenderung lebih fokus pada analisis dan pengukuran yang objektif, sehingga kadang-kadang dapat menghambat kreativitas dan inovasi dalam organisasi.

6. Biaya yang Tinggi 

Implementasi manajemen ilmiah seringkali memerlukan investasi yang cukup besar dalam hal waktu, sumber daya, dan pelatihan, yang dapat meningkatkan biaya operasional organisasi.

The post Manajemen Ilmiah: Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Kelebihan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Konsep Design Thinking: Tujuan, Elemen dan Contoh https://haloedukasi.com/konsep-design-thinking Tue, 24 Jan 2023 05:56:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40867 Pengertian Design Thinking Design thinking merupakan sebuah istilah pendekatan dalam pemecahan masalah yang berfokuskan pada pengguna. Kebutuhan pengguna menjadi prioritas utama dalam sebuah solusi. Anda perlu mengintegrasikan kebutuhan manusia dengan teknologi yang memungkinkan sehingga kesuksesan bisnis bisa tercapai. Pada awalnya, design thinking memang sering digunakan untuk keperluan designer saja. Namun, metode ini sebenarnya dapat digunakan […]

The post Konsep Design Thinking: Tujuan, Elemen dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Design Thinking

Design thinking merupakan sebuah istilah pendekatan dalam pemecahan masalah yang berfokuskan pada pengguna. Kebutuhan pengguna menjadi prioritas utama dalam sebuah solusi. Anda perlu mengintegrasikan kebutuhan manusia dengan teknologi yang memungkinkan sehingga kesuksesan bisnis bisa tercapai.

Pada awalnya, design thinking memang sering digunakan untuk keperluan designer saja. Namun, metode ini sebenarnya dapat digunakan atau diadopsi oleh siapa saja. Beberapa pekerjaan atau jabatan yang juga cocok untuk menerapkan metode atau prinsip ini adalah :

  • Organisasi, lembaga, atau perusahaan yang ingin menciptakan produk atau solusi yang sukses di masyarakat dengan risiko kegagalan yang minimal
  • Pemimpin kelompok yang mau meningkatkan kolaborasi dalam pengembangan produk
  • Pekerja kreatif, freelancer, atau siapapun yang mau meningkatkan pemahamannya terhadap kebutuhan pengguna dalam membuat produk yang bermanfaat

Jika pekerjaan anda tidak disebutkan diatas tapi ingin mencoba mode design thinking, maka tidaklah masalah. Design thinking dapat membantu anda dalam :

  • Mengenal dan memahami kebutuhan pengguna dengan lebih baik
  • Meminimalisir risiko kegagalan produk
  • Menyempurnakan solusi atau produk dari waktu ke waktu
  • Meningkatkan percepatan proses pembelajaran pengembangan produk atau solusi

John E. Arnold adalah penulis pertama yang menggunakan istilah design thinking. Ada 4 bidang pemikiran design yang ditulisnya dalam buku Creative Engineering (1959), diantaranya adalah :

  • Fungsionalitas baru
  • Tingkat kinerja solusi yang lebih tinggi
  • Penurunan biaya produksi
  • Peningkatan salabilitas

Secara tidak langsung, John E. Arnold juga mengatakan bahwa design thinking tergolong sebuah bentuk inovasi produk, baik berupa inovasi inkremental (kinerja yang lebih tinggi) ataupun inovasi radikal (fungsionalitas baru). Arnold juga mengatakan bahwa pengembangan produk harus mencari peluang di keempat pemikiran design tersebut.

Manfaat Design Thinking

Ada beberapa manfaat utama dari design thinking, diantaranya yaitu :

  • Menjembatani Tujuan Bisnis dan Pengembangan Kapasitas Karyawan

Setiap bisnis pasti mengejar keuntungan, atau sering juga disebut dengan return of investment (ROI). Tentu saja hal tersebut sangat bertentangan dengan tujuan pengembangan kapasistas karyawan, terutama saat pelatihan karyawan yang memerlukan waktu dan biaya tertentu. Design thinking dapat bermanfaat dalam proses penghematan pengeluaran dan meningkatkan ROI perusahaan.

  • Berfokus pada Solusi

Kebanyakan perusahaan menginginkan pengalaman pelanggan yang baik. Design thinking dapat mewujudkan hal tersebut dengan memberikan solusi yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi pelanggan. Hal ini cukup selaras dengan konsep experiental learning yang dikatakan oleh David Kolb.

  • Menguatkan Hubungan dengan Pelanggan (Loyalitas)

Teknologi pembelajaran yang berkaitan dengan keseharian pelanggan dapat disediakan oleh design thinking. Pembelajaran dari design thinking ini dapat menghasilkan pengembangan kapasitas senada dengan masalah keseharian. Pelatihan haruslah berfokus pada penumbuhan loyalitas pegawai dalam perusahaan.

  • Menciptakan Ide dan Solusi yang Inovatif

Design thinking memiliki pola berpikir pada pencarian solusi. Metode ini dapat menghasilkan banyak ide baru yang bisa dikembangkan untuk berinovasi. Faktanya, hampir 71% perusahaan yang menerapkan design thinking menghasilkan budaya kerja yang bagus, dan 69% diantaranya mengatakan bahwa proses inovasi perusahaan menjadi lebih efisien.

Ide inovasi bernilai cukup mahal karena dapat membantu perkembangan perusahaan. Pola pikir kreatif juga akan tumbuh dan menciptakan produktivitas karyawan.

  • Efisien dan Mudah Diterapkan

Design thinking dapat diterapkan hampir di berbagai bidang perusahaan. Hal ini disebabkan karena design thinking cukup menekan pada sisi pelanggan atau pengguna. Umpan balik dari pelanggan menjadi salah satu hal yang berguna untuk meningkatkan kualitas produk/jasa.

  • Manfaat Lainnya
    • Memudahkan perusahaan dalam memahami kebutuhan konsumen
    • Meningkatkan efisiensi proses desain
    • Mengurangi risiko kegagalan produk
    • Menciptakan inovasi baru yang berkelanjutan
    • Menghemat anggaran perusahaan
    • Meningkatkan pendapatan

Elemen Design Thinking

Ada 4 elemen penting dalam design thinking, diantaranya adalah :

  • User Centered (Fokus pada Pengguna)

Design thinking memusatkan pikiran atau fokus pada pengguna. Apapun solusi yang diciptakan harus berpusat pada kebutuhan pengguna, terutama untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

  • Iterative

Iteratif merupakan proses yang dilakukan secara berulang. Design thinking akan memaksa anda untuk melakukan inovasi yang berulang sampai mendapatkan solusi yang paling optimal.

  • Highly Creative (Kreativitas Tinggi)

Design thinking membebaskan anda untuk mengembangkan kreativitas selebar mungkin untuk menghasilkan solusi yang terbaik. Setiap ide kreatif anad harus menerapkan elemen-elemen utama dalam design thinking.

  • Hands On (Langsung Turun Tangan)

Design thinking tidak selalu teori saja. Anda diharuskan untuk melakukan pengujian ide produk secara langsung dalam design thinking. Konsep produk anda benar-benar diluncurkan ke calon pengguna untuk menguji efektivitasnya.

Tahapan Design Thinking

Lima tahapan penting dalam design thinking antara lain :

  • Empathize
Empathize atau Empati
Empathize atau Empati

Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam design thinking adalah empathize, atau memahami kebutuhan calon konsumen. Lakukanlah pendekatan empati dan melihat sebuah masalah dari kacamata target konsumen. Dapatkanlah pemahaman tentang kebutuhan mereka dan bukan asumsi saja.

Ada beberapa riset yang dapat anda lakukan dalam tahap empati, diantaranya adalah riset pasar (pengumpulan dan penganalisa data yang berhubungan dengan target pasar), riset keyword (penentuan kata kunci untuk produk), dan riset produk (pencarian informasi tentang produk bisnis dari sisi harga, kualitas, dan persaingannya).

Dalam melakukan riset, anda dapat mengunakan berbagai alat yang berkompeten sesuai kebutuhan, termasuk Google Trends, UberSuggest, dan survey review produk.

  • Define
Define atau definisi
Define atau definisi

Tahapan kedua yang harus dilakukan adalah identifikasi masalah yang ditemui dan cari tau kebutuhan calon konsumen anda. Teruslah berpegang pada pola pikir user centered. Anda dapat mencoba menggunakan buyer persona untuk mengidentifikasi masalah.

Buyer persona merupakan karakter fiktif yang menggambarkan target konsumen bisnis anda. Anda memerlukan data pribadi, tingkah laku, dan kebiasaan saat berbelanja untuk menggunakan buyer persona. Setiap kelompok target konsumen akan terpetakan dengan jelas sehingga strategi bisnis dan solusi dapat ditentukan dengan lebih baik.

  • Ideate
Ideate
Ideate

Ideate merupakan tahapan ketiga yang memerlukan pengumpulan ide-ide solusi. Kreativitas anda harus bekerja dengan baik sehingga banyak inovasi yang akan keluar. Untuk bisa mengeluarkan ide saat brain storming, anda dapat melakukan design sprint, yaitu proses penciptaan produk dengan cepat selama 5 hari.

Lima hari dalam design sprint harus anda manfaatkan dengan baik, mulai dari memahami masalah, memikirkan solusi, menciptakan produk, dan menguji produk. Pilihlah beberapa solusi saja dari seluruh alternatif solusi yang ada, dengan pertimbangan layak secara teknis, layak secara ekonomi, dan skala keinginan pengguna.

  • Prototype/Mockup
Prototype atau Mock Up
Prototype atau Mock Up

Jika sketsa rancangan produk sudah buat, anda dapat membuat prototype atau mock up dari produk tersebut. Prototype dan mock up ini lah yang akan anda presentasikan ke tim. Prototype dan mock up akan memperjelas ide produk anda sehingga setiap pihak terkait akan memahami konsep produk dengann baik.

Sebenarnya prototype dan mock up merupakan dua hal serupa namun berbeda. Prototype adalah sample awal produk dengan model, bentuk, dan meteri yang tidak terlalu sempurna namun tetap menjelaskan fungsi dasar rancangan. Hal ini sangat berbeda dengan mock up yang sudah berupa rancangan tetap dan dilengkapi dengan elemen, warna, tipografi dan lainnya.

  • Test atau Pengujian
Test atau Pengujian
Test atau Pengujian

Tahapan terakhir yang perlu anda lakukan adalah pengujian. Perhatikan setiap respon pengguna terhadap produk yang anada buat. Buatlah minimum viable product dengan fitur dasar namun kegunaan tinggi. MVP ini diluncurkan pe pasaran sehingga anda mendapatkan feedback nyata dari konsumen.

Kelebihan Design Thinking

Design thinking memiliki banyak manfaat bagi semua bidang pekerjaan, dimana dapat membantu pemecahan masalah yang kompleks di lingkungan kerja. Design thinking juga mampu melahirkan ide-ide yang cemerlang dan inovatif.

Proses design thinking, secara tidak langsung, dapat membantu perusahaan untuk menciptakan hal baru di pasaran. Hal tersebut dapat berwujud produk ataupun jasa. Melakukan perbaikan terhadap sesuatu yang sudah ada juga dapat dilakukan dengan design thinking, terutama dalam menambah kualitas produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Beragam masalah serius yang dapat terjadi kapanpun bisa anda selesaikan dengan design thinking. Bahkan, masalah global berupa perubahan iklim dan kemiskinan juga dapat terbantu dengan adanya design thinking ini. Tantangan yang terjadi dalam beragam bidang bisnis, misalnya perubahan manajemen, bisa anda selesaikan dengan pola pikir ini.

Contoh Design Thinking

Beberapa contoh dari design thinking yang dapat dijadikan pelajaran adalah :

  • AirBnB

AirBnB merupakan layanan online untuk penyedia layanan penginapan, mulai dari hotel, apartemen, sewa rumah, dan sebagainya. Aplikasi ini terus meningkatkan kualitas pelayanannya dengan menguatkan media visual. Konsumen cukup ragu dengan gambar beresolusi rendah, sehingga foto-foto yang disajikan di aplikasi ini cukup apik, katalog cukup detail, dan deskripsi produk sangat lengkap.

Calon konsumen alhasil mendapatkan user experince yang baik. Revenue dari perusahaan ini pun mencapai 3,378 miliar dan meningkat 4 kali lipat di tahun 2021.

  • Halodoc

Aplikasi Halodoc juga menerapkan design thinking untuk penggunaannya. Aplikasi kesehatan ini dipimpin oleh CEO Jonathan Sudharta, dimana beliau melihat kesulitan masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi kesehatan.

Sudah ada banyak iterasi atau perubahan yang terjadi dalam halodoc, mungkin dapat dikatakan hampir 200 kali. Hal ini disebakan karena pada awalnya Jonathan dan tim hanya memikirkan solusi tanpa mendalami dulu akar masalahnya.

Sekarang, halodoc sudah menjadi aplikasi kesehatan yang sukses. Ada banyak layanan kesehatan yang dapat anda gunakan di aplikasi ini. Tidak heran, pengguna aplikasi halodoc sudah lebih dari 20 juta orang.

  • Sikat Gigi Elektrik Braun / Oral-B

Sikat gigi elektrik Braun atau Oral-B merupakan salah satu produk yang berasal dari design thinking. Perusahaan Procter and Gamble memahami bahwa banyak orang yang merasa tidak menyikat giginya dengan benar. Alhasil, munculah sikat gigi elektrik yang dapat membersihkan gigi dengan lebih maksimal.

  • Gojek

Gojek juga tergolong salah satu aplikasi yang lahir dengan design thinking. Nadiem melihat bahwa masyarakat butuh transportasi alternatif untuk menghindari kemacetan jakarta dan tukang ojek juga perlu kepastian penghasilan. Bermodalkan ide tersebut, Nadiem pun menciptakanpenhubung antara kebutuhan penumpang dan tukang ojek.

Awalnya, Nadiem hanya membuat sebuah call center untuk ojek konvensional. Respon dari masyarakat pun cukup positif pada prototype ini. Alhasil, pada tahun 2015, aplikasi Gojek diluncurkan. Respon masyarakat pun cukup baik. Hingga saat ini, Gojek semakin mengembangkan bisnisnya pada layanan makanan, barang, pembelian barang, jasa kebersihan, dan lain sebagainya.

The post Konsep Design Thinking: Tujuan, Elemen dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Difusi Inovasi: Pengertian – Karakteristik dan Elemen https://haloedukasi.com/difusi-inovasi Sun, 11 Dec 2022 08:46:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39964 Berbagai inovasi akan terus muncul seiring perkembangan zaman dan teknologi. Kemunculan inovasi baru harus diimbangi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan prinsip-prinsip tertentu.  Komunikasi inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap upaya pengembangan dan pengadopsian inovasi-inovasi baru dalam suatu suatu sistem sosial. Teori difusi inovasi akan memberikan kita pemahaman baru mengenai pentingnya komunikasi interpersonal dalam memperkenalkan ide-ide baru yang […]

The post Difusi Inovasi: Pengertian – Karakteristik dan Elemen appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Berbagai inovasi akan terus muncul seiring perkembangan zaman dan teknologi. Kemunculan inovasi baru harus diimbangi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan prinsip-prinsip tertentu. 

Komunikasi inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap upaya pengembangan dan pengadopsian inovasi-inovasi baru dalam suatu suatu sistem sosial.

Teori difusi inovasi akan memberikan kita pemahaman baru mengenai pentingnya komunikasi interpersonal dalam memperkenalkan ide-ide baru yang di kemudian hari akan menjadi suatu hal penting bagi para peneliti efek media.

Pengertian Difusi Inovasi

Difusi inovasi adalah teori yang berusaha menjelaskan tentang bagaimana, mengapa, dan pada tingkat apa suatu ide (gagasan) dan teknologi baru menyebar dalam suatu kebudayaan. Istilah difusi inovasi merupakan perpaduan dari kata difusi dan inovasi.

Dalam KBBI, difusi berarti suatu proses penyebaran atau perembesan sesuatu (bisa teknologi, kebudayaan, dan ide) dari satu pihak ke pihak lain. Sementara itu, inovasi adalah proses masuk atau pengenalan hal-hal baru.

Everett Rogers, seorang profesor ilmu komunikasi, adalah orang yang mempopulerkan teori difusi inovasi melalui bukunya yang berjudul “Diffusion of Innovations”  (1962).

Rogers berpendapat bahwa difusi inovasi adalah proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui beberapa saluran dengan jangka waktu tertentu dalam suatu sistem sosial yang dipandang secara subjektif. 

Asal-usul teori difusi inovasi memiliki berbagai variasi dan dapat menjangkau berbagai disiplin ilmu. Rogers merumuskan sebanyak lima elemen utama yang memberikan pengaruh besar terhadap penyebaran ide baru, antara lain inovasi, adopter, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.

Proses yang berlangsung tergantung pada modal sosial, yang kemudian inovasi harus diadopsi secara luas. Makna inovasi perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa difusi inovasi adalah proses sosial dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan baru yang awalnya dipandang secara subjektif, namun perlahan-lahan mulai dikembangkan melalui proses konstruksi sosial sehingga dapat dipandang secara objektif.

Latar Belakang Sejarah Difusi Inovasi

Konsep mengenai difusi pertama kali dipelajari dan diperkenalkan oleh sosiolog Prancis, Gabriel Tarde pada akhir abad ke-19 bersama antropolog Jerman dan Austria Friedrich Ratzel dan Leo Frobenius.

Penelitian dimulai pada 1920 hingga 1930 pada sub bidang sosiologi pedesaan di Amerika Serikat bagian utara. Kala itu, teknologi pertanian mengalami perkembangan yang begitu pesat, hingga para peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana para petani secara mandiri melakukan adopsi inovasi terhadap benih, peralatan, dan teknik hibrida.

Pada 1943, sebuah studi tentang adopsi inovasi terhadap benih jagung hibrida di Lowa oleh Ryan dan Gross yang menguatkan karya sebelumnya tentang difusi inovasi ke dalam paradigma berbeda yang akan dikutip secara konsisten di masa depan.

Sejak dimulainya penelitian di bidang sosiologi pertanian, difusi inovasi mulai diterapkan ke berbagai konteks, seperti sosiologi medis, ilmu komunikasi, studi pembangunan, pemasaran, studi organisasi, biologi konservasi, manajemen pengetahuan, dan berbagai bidang kesehatan dengan kompleksitas tertentu.

 Pada 1962, Everett Rogers, profesor sosiologi pedesaan di Ohio University menerbitkan sebuah buku berjudul “Diffusion of Innovations”. Rogers melakukan sintesis terhadap penelitian dari lebih dari 508 studi difusi lintas bidang yang pada awalnya memengaruhi teori antropologi, sosiologi awal dan pedesaan, pendidikan, sosiologi industri, dan sosiologi medis.

Dari hasil penelitiannya, Rogers terapkan pada berbagai pengaturan perawatan kesehatan untuk mengatasi masalah seperti pencegahan kanker, program KB, dan mengemudi dalam keadaan mabuk.

Dari penerapan sintesisnya tersebut, Rogers mampu menghasilkan teori adopsi inovasi antara individu dan organisasi. Teori mengenai difusi inovasi dalam buku Rogers adalah teori yang paling sering dikutip dalam penelitian difusi.

Berbagai metodologinya diikuti dengan cermat dalam penelitian difusi baru-baru ini, bahkan ketika bidang tersebut telah mengalami perkembangan dan dipengaruhi oleh disiplin metodologi lain, seperti analisis jaringan sosial dan komunikasi. 

Karakteristik Teori Difusi Inovasi

Tujuan utama dari kegiatan difusi inovasi adalah pengadopsian ide, gagasan dan pengetahuan baru baik oleh individu maupun kelompok sosial tertentu.

Dalam beberapa studi difusi inovasi yang ada, telah banyak dilakukan eksplorasi terhadap banyaknya karakteristik inovasi. Salah satunya adalah meta-review yang telah mengidentifikasi beberapa karakteristik umum di antara sebagian besar studi.

Hal ini sejalan dengan beberapa karakteristik yang awalnya telah dikutip oleh Rogers dalam ulasannya, antara lain keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, dan keterujiannya.

1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage)

Keuntungan relatif merupakan pandangan mengenai keadaan sebuah inovasi baru, apakah dapat dikatakan lebih baik dari inovasi sebelumnya atau justru sebaliknya, tidak lebih baik dari inovasi sebelumnya.

Hal yang menjadi tolok ukurnya adalah bagaimana seorang adopter merasakan langsung dampak dari inovasi tersebut, berupa tingkat kepuasan terhadap inovasi tersebut. Semakin besar keuntungan relatif yang dirasakan oleh adopter, semakin cepat pula suatu inovasi diadopsi oleh kelompok tertentu.

2. Kesesuaian (Compatibility)

Dalam difusi inovasi, kesesuaian berkaitan erat dengan bagaimana suatu inovasi dapat dikatakan sesuai dengan kondisi masyarakat, seperti kebudayaan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain itu, kesesuaian juga dilihat dari kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian, jika suatu inovasi tidak memiliki kesesuaian dengan beberapa elemen masyarakat yang disebutkan tadi, maka proses pengadopsiannya tidak sebaik dan secepat inovasi yang kompatibel dengan elemen masyarakat yang ada. 

3. Kerumitan (Complexity)

Kerumitan atau complexity di sini berkaitan dengan seberapa sulit atau rumitnya sebuah inovasi dapat dipahami dan dijalankan oleh adopter.

Semakin rumit sebuah inovasi, maka semakin sulit pula untuk diadopsi. Sebaliknya, semakin mudah suatu inovasi untuk dipahami dan dijalankan, semakin mudah pula kegiatan adopsi dilakukan. 

4. Keterujian (Trialability)

Sulit atau mudahnya suatu inovasi untuk diadopsi tergantung pada faktor manakala inovasi tersebut dapat diuji coba dalam kondisi yang sebenarnya. Dengan dilakukannya suatu pengujian terlebih dahulu, akan diketahui sesuai atau tidaknya suatu inovasi terhadap sistem sosial tertentu.

Selain itu, adopter juga dapat lebih mudah dalam mengetahui kelebihan serta kekurangan suatu inovasi sebelum akhirnya diadopsi secara keseluruhan.

Elemen Kunci Difusi Inovasi

Dalam bukunya “Diffusion of Innovations”, Rogers merumuskan sebanyak lima elemen utama yang memberikan pengaruh besar terhadap penyebaran ide baru, antara lain inovasi, adopter, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.

Inovasi

Inovasi memiliki kategori yang luas, dan relatif terhadap pengetahuan saat ini dari berbagai unit yang dianalisis. Setiap ide, praktik, teknologi, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau adopter lainnya dapat dianggap sebagai inovasi yang patut untuk dipelajari. 

Sejalan dengan hal ini, inovasi dapat dikatakan sebagai hal yang diukur secara subjektif menurut masing-masing individu yang menerimanya.

Adopter

Adopter atau pengadopsi adalah suatu unit kelompok analisis minimal. Dalam sebagian besar penelitian, pengadopsi adalah individu. Namun demikian, adopter juga dapat berupa organisasi (seperti bisnis, sekolah, rumah sakit), kelompok dalam jaringan sosial, atau negara.

Saluran Komunikasi

Difusi, menurut definisinya, terjadi di suatu unit yaitu antara orang atau organisasi. Saluran komunikasi memungkinkan terjadinya transfer informasi dari satu unit ke unit lainnya. 

Pola atau kemampuan komunikasi harus dibangun di antara pihak-pihak sedini mungkin agar terjadi proses difusi.

Waktu

Panjang durasi yang diperlukan agar inovasi dapat diadopsi secara sempurna tergantung dari beberapa faktor internal maupun eksternal. Namun, inovasi jarang diadopsi secara instan. 

Faktanya, dalam studi Ryan dan Gross (1943) tentang adopsi jagung hibrida, proses adopsi terjadi selama lebih dari sepuluh tahun, dan sebagian besar petani hanya mengabdikan sebagian kecil di ladang mereka untuk jagung varietas baru di tahun-tahun pertama setelah adopsi. 

Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan kombinasi dari berbagai pengaruh, baik internal (hubungan sosial yang kuat dan lemah, ruang dari opinion leader) maupun eksternal (media massa, surfaktan, perintah dari organisasi atau pemerintah).

Terdapat banyak peran dalam suatu sistem sosial, yang dalam kombinasi dari beberapa peran tersebut mewakili pengaruh total pada adopter paling potensial.

Kategori Adopter dalam Difusi Inovasi

Rogers mengklasifikasikan kategori adopter sebagai individu dalam sistem sosial dengan dasar inovasi. Dalam bukunya Diffusion of Innovations, mengkategorikan adopter dalam difusi inovasi tersebut menjadi lima jenis, diantaranya innovators, early adopters, early majority, late majority, dan laggards.

Innovators

Inovator merupakan mereka yang pertama kali memperkenalkan dan melakukan adopsi suatu inovasi, baik berupa ide, gagasan, pengetahuan maupun metode baru.

Ciri utama yang dimiliki oleh seorang innovator adalah individu penyuka tantangan, berani mengambil resiko, dan biasanya memiliki kemampuan finansial yang mendukung untuk menjadi seorang inovator. Jumlah mereka hanya sekitar 2,5% dari jumlah populasi dalam suatu kelompok sosial tertentu.

Early Adopters (Perintis/Pelopor)

Early adopters atau perintis adalah mereka yang bersedia memulai inovasi dalam suatu kelompok.

Umumnya, early adopters mereka berasal dari kalangan terpandang dan memiliki banyak pengikut dalam suatu kelompok sosial tertentu. Jumlah mereka sekitar 13,5% dari jumlah keseluruhan dari suatu kelompok sosial.

Early Majority (Pengikut Dini)

Total ada sekitar 34% early majority dari seluruh jumlah suatu kelompok tertentu. Mereka adalah mayoritas orang yang secara bersama-sama menjadi pengikut awal dari suatu inovasi.

Ciri khas dari mereka adalah memiliki pertimbangan matang sebelum melakukan sebuah pengambilan keputusan.

Late Majority (Pengikut Akhir)

Late majority merupakan kumpulan masyarakat yang secara bersama-sama menjadi pengikut terakhir dalam sebuah inovasi.

Mereka merupakan kelompok yang memiliki pemikiran pragmatis terhadap suatu kebenaran dan kebermanfaatan dari suatu inovasi yang hendak mereka adopsi. Jumlah mereka sama dengan jumlah early majority, yaitu sekitar 34% dalam suatu kelompok sosial tertentu.

Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional)

Dalam suatu kelompok sosial, pasti ada beberapa orang yang masuk dalam kategori sulit untuk menerima inovasi atau perubahan. Mereka disebut dengan laggards atau kaum kolot/tradisional.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti usia, adat dan tradisi di daerah tempat tinggal, dan lainnya. Jumlah mereka ada sekitar 16% dari jumlah seluruh suatu kelompok sosial.

Tahapan Pengambilan Keputusan Inovasi

Pada 1943, Ryan dan Gross pertama kalinya mengidentifikasi keputusan adopsi sebagai suatu proses, diantaranya kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan adopsi.

Seiring perkembangan teori, lima tahapan tadi dievaluasi oleh beberapa ahli hingga Rogers mengubah terminologi lima tahapannya menjadi pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.

1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Ketika pertama kali dihadapkan dengan suatu inovasi, individu cenderung akan mengalami fase ketidaktahuan mengenai informasi inovasi tersebut.

Dalam tahap ini, individu belum terinspirasi untuk tahu lebih banyak hingga adanya kegiatan pengenalan inovasi oleh innovator. Tahap inilah yang dinamakan dengan tahap knowledge (munculnya pengetahuan).

Ketika seseorang paham tentang sebuah inovasi, mereka akan cenderung lebih mudah untuk mengadopsinya.

Ada tiga jenis pengetahuan yang dicari masyarakat pada tahap ini, antara lain kesadaran bahwa inovasi tersebut ada, wawasan mengenai penggunaan inovasi tersebut, dan wawasan yang menjadi dasar dari fungsi inovasi tersebut.

2. Tahap Persuasi (Persuasion)

Dalam tahap persuasi, seseorang akan membentuk sikap tertarik atau tidak tertarik terhadap suatu inovasi. Masyarakat secara aktif akan mencari detail informasi mengenai inovasi baru tersebut, termasuk keuntungan dan kerugian yang menyertainya.

Sebuah persepsi akan terbentuk melalui tahap persuasi. Ada beberapa karakteristik inovasi yang dicari seseorang dalam tahap persuasi, diantaranya relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability.

3. Tahap Keputusan (Decision)

Setelah individu mengambil konsep dari sebuah inovasi, mereka akan menimbang keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan dari inovasi tersebut.

Kemudian masuklah ke tahap decision di mana seseorang membuat sebuah keputusan terhadap sebuah inovasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi. Keputusan berupa penerimaan atau penolakan.

Ada beberapa faktor yang mampu memengaruhi keputusan seseorang, diantaranya praktik sebelumnya, perasaan atau kebutuhan, keinovatifan, dan norma dalam sistem sosial.

Dikarenakan kebanyakan merupakan sifat individualistis, Rogers mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap paling sulit untuk memperoleh bukti empiris.

4. Tahapan Penerapan (Implementation)

Individu menerapkan sebuah inovasi untuk tingkat yang berbeda-beda tergantung pada situasi yang dialaminya. Pada tahap implementasi, individu juga akan membuat keputusan untuk mengadopsi sebuah inovasi baru, yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupannya.

Individu yang menerapkan inovasi dalam kehidupannya disebut adopter. Jika pada tahap sebelumnya terjadi proses mental exercise yaitu berpikir dan memutuskan, maka dalam tahapan penerapan, seorang individu akan lebih mengarah ke perubahan tingkah laku.

5. Tahapan Konfirmasi/Lanjutan (Confirmation)

Pada tahap lanjutan, individu akan melakukan sebuah evaluasi guna memutuskan apakah akan terus menggunakan inovasi yang telah diadopsi atau memilih untuk mengakhirinya.

Tahap ini bersifat intrapersonal (bisa menyebabkan disonansi kognitif) dan interpersonal, di mana suatu kelompok telah membuat keputusan tepat.

Selama tahap konfirmasi, individu biasanya mengalami disonansi kognitif, yang dipicu oleh berbagai informasi negatif mengenai inovasi.

Apabila disonansi tidak segera dihilangkan, inovasi bisa ditinggalkan guna mencapai keseimbangan. Dengan demikian, dibutuhkan bantuan dari change agent untuk membantu adopter merasa lebih nyaman.

The post Difusi Inovasi: Pengertian – Karakteristik dan Elemen appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Fintech: Pengertian, Jenis, Manfaat & Dasar Hukum https://haloedukasi.com/fintech Thu, 06 Oct 2022 05:50:23 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39010 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan inovasi salah satunya dalam sektor keuangan. Contoh nyata dampak dari perkembangan dan kemajuan teknologi dalam bidang keuangan dalam Fintech atau kepanjangan dari Financial Technology. Simak artikel berikut untuk menambah pengetahuan seputar Fintech. Pengertian Fintech Fintech atau Financial Technology merupakan inovasi teknologi yang dikembangkan dalam bidang keuangan yang […]

The post Fintech: Pengertian, Jenis, Manfaat & Dasar Hukum appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan inovasi salah satunya dalam sektor keuangan. Contoh nyata dampak dari perkembangan dan kemajuan teknologi dalam bidang keuangan dalam Fintech atau kepanjangan dari Financial Technology.

Simak artikel berikut untuk menambah pengetahuan seputar Fintech.

Pengertian Fintech

Fintech atau Financial Technology merupakan inovasi teknologi yang dikembangkan dalam bidang keuangan yang memberikan kemudahan dalam bertransaksi dengan praktis, mudah, dan efektif.

Fintech juga merupakan teknologi yang mendukung sektor keuangan sehingga banyak perusahaan yang muncul mengenalkan produk terbaru dan mampu memberikan layanan keuangan selain bank.

Jenis – Jenis Fintech

Perkembangan fintech telah meluas dan telah masuk dalam kehidupan sehari-hari melalui aktivitas bertransaksi untuk menunjang kehidupan masyarakat. Berikut jenis-jenis fintech yang perlu diketahui.

1. Peer to Peer Lending

Peer to peer lending merupakan jasa keuangan yang memfasilitasi pinjaman dana untuk modal usaha maupun dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan adanya fintech jenis ini maka dapat membantu pada pelaku usaha untuk memperoleh modal dengan cepat secara online.

Namun sebagai peminjam tetap harus berwaspada terhadap adanya fintech ilegal seperti pinjol (pinjaman online) yang tidak resmi dan tidak berada pada daftar OJK (Otoritas Jasa Keuangan), jika tidak berhati-hati maka akan berakibat berpotensi dalam tindakan penipuan.

2. Crowdfunding

Crowdfunding merupakan salah satu jenis fintech sebagai perantara pertemuan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak donatur denga jaminan transaksi secara mudah dan aman dilakukan.

Selain digunakan untuk pengumpulan donasi, crowdfunding juga dimanfaatkan bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya untuk menemukan investor.

3. E-Wallet

E-Wallet merupakan salah satu jenis fintech yang dapat disebut juga dengan dompet digital. Produk ini menyediakan tempat penyimpanan uang secara elektronik bagi pengguna.

Tujuan dari E-Wallet yakni memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk melakukan pencairan dana ketika akan bertransaksi melalui aplikasi-aplikasi lain seperti marketplace, merchant app, dan lain sebagainya.

4. Micro Finance

Jenis fintech selanjutnya yakni micro finance. Jenis ini merupakan layanan perusahaan fintech yang dapat membantu kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah untuk menunjang kebutuhan dan keuangan melalui penyediaan layanan finansial.

5. Payment Gateway

Jenis fintech selanjutnya adalah payment gateway. Jenis ini merupakan sistem fintech yang dapat melakukan otorisasi pembayaran melalui transaksi online. Salah satu contoh payment gateway adalah paypal.

6. Investasi

Jenis fintech yang satu ini dapat mempermudah investor untuk melakukan investasi dengan banyyak instrumen. Melalui aplikasi online maka investor dapat dengan mudah menanamkan modalnya.

7. Bank Digital

Bank digital merupakan jenis terakhir yang dimiliki oleh fintech. Bank digital merupakan bank yang sepenuhnya melakukan aktivitas transaksi secara digital atau online mulai dari pendaftaran hingga manajemen aset.

Manfaat Fintech

Fintech memiliki beberapa manfaat baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan secara khusus. Berikut beberapa manfaat yang akan diperoleh jika menggunakan fintech.

1. Kemudahan dalam Bertransaksi

Ketika melakukan aktivitas transaksi finansial akan lebih mudah, pengguna tidak perlu datang ke bank atau kesulitasn mencari uang tunai. Dengan fintech yang terhubung dalam smartphone pengguna maka transaksi keuangan dapat dilakukan lebih praktis.

2. Akses Pendanaan Lebih Baik

Melalui perkembangan teknologi yang sangat erdampak dalam dunia keuangan sehingga memuncukan inovasi fintech, maka semakin banyak orang yang memahami cara mendapatkan bantuan pendanaan untuk menunjang kegiatan-kegiatan sehari-hari.

3. Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat

Manfaat selanjutnya dari fintech adalah masyarakat dapat melakukan pemiayaan aktivitas konsumtif dan produktif sehingga mereka dapat meningkatkan kesejateran dan taraf hidup yang meningkat.

4. Mempercepat Perputaran Ekonomi

Manfaat terakhir dari fintech adalah mendukung percepatan perputaran ekonomi. Dengan adanya kemudahan dalam akses keuangan dan bertransaksi maka dapat mendorong arus perputaran ekonomi yang semakin cepat dan praktis. 

Fintech juga dapat membantu pelaku usaha untuk mengumpulkan modal dana dengan bunga yang rendah melalui pinjaman online yang resmi dan berada dalam pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Perkembangan Fintech di Indonesia

Perkembangan teknologi berjalan seiring dengan perusahaan-perusahaan start up sehingga mendorong potensi perkembangan fintech yang masif di Indonesia. Pada tahun 2006, teknologi fintech mulai berkembang di Indonesia meskipun masih sedikit perusahaan yang berfokus pada bidang ini.  

Pada tahun 2015, Asosiasi Fintech Indonesia didirikan sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap fintech yang berkemabang di Indonesia. Sehingga semakin banyak perusahaan fintech lainnya yang tercatat dalam daftar fintech OJK.

Pada tahun 2017, mulai berkembang fintech syariah. Fintech syariah merupakan jenis fintech yang bergerak berdasarkan prinsip Islam. Dari hal tersebut maka Asosiasi Fintech Syariah Indonesia di dirikan di tahun yang sama.

Dasar Hukum Fintech

Implementasi fintech di Indonesia telah diatur dalam regulasi Bank Indonesia, berikut dasar hukum fintech:

  • Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP mengenai Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital.
  • Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 mengatur segala hal terkait Uang Elektronik.
  • Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 menetapkan Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

Cara Kerja Fintech

Fintech memiliki cara kerja yang kompleks dan bercabang-cabang sesuai jenis dan pelayanan kepada nasabah, dalam hal ini masyarakat. Salah satu contoh cara kerja fintech sebagai penyedia kredit, langkah awal adalah melakukan pendataan dari masyarakat sebagai nasabah kredit.

Setelah melakukan pendataan maka akan ada verifikasi data serta jaminan ke LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dan juga BI (Bank Indonesia). Setelah data selesai di verifikasi maka fintech akan mencairkan dana kepada nasabah yang mengajukan kredit

Kemudian, toko elektronik akan mengumkan barang yang telah dipesan kepada nasabah seuai dengan mandat fintech. Fintech akan menginformasikan kepada nasabah mengenai bunga pinjamman dalam setiap pembayaran.

Contoh Perusahaan Fintech

Berikut daftar perusahaan yang menggeluti bidang fintech.

  1. Modalku
  2. OVO
  3. Dana
  4. Gopay
  5. Finansialku
  6. Kredivo
  7. TaniFund
  8. Ajaib
  9. Tcash

The post Fintech: Pengertian, Jenis, Manfaat & Dasar Hukum appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
13 Dampak Positif Globalisasi https://haloedukasi.com/dampak-positif-globalisasi Wed, 23 Mar 2022 07:26:38 +0000 https://haloedukasi.com/?p=32872 Perkembangan dari teknologi yang sangat pesat ini tentu tidak dapat terbendung oleh siapa pun yang ada di dunia ini. Tentu saja perkembangan teknologi yang disokong juga dengan pertukaran terkait dengan informasi itu sendiri akan mengkibatkan akselerasi yang sangat cepat terhadap perkembangan dari teknologi di dunia itu sendiri. Sama hal dan juga kaitannya dengan perkembangan dari […]

The post 13 Dampak Positif Globalisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perkembangan dari teknologi yang sangat pesat ini tentu tidak dapat terbendung oleh siapa pun yang ada di dunia ini.

Tentu saja perkembangan teknologi yang disokong juga dengan pertukaran terkait dengan informasi itu sendiri akan mengkibatkan akselerasi yang sangat cepat terhadap perkembangan dari teknologi di dunia itu sendiri.

Sama hal dan juga kaitannya dengan perkembangan dari dunia teknologi yang ada semisalkan pada Silicon Valley yang disetiap waktu bergulir, maka ada saja inovasi dan atau pun juga penemuan baru pada bidang teknologi yang terjadi di Silicon Valley itu sendiri.

Hal ini masih juga berlanjut sampai dengan saat ini ketika artikel ini ditulis. Globalisasi lah kunci dari terciptanya perkembangan teknologi yang ada karena dengan adanya globalisasi maka akan berdampak yang positif seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Kemudahan dalam Memperoleh Informasi dan juga Data

Dewasa ini sangatlah mudah bagi siapapun yang paham dengan teknologi khususnya teknologi internet, untuk dapat mendapatkan dan atau pun juga memperoleh informasi serta data.

Informasi dan juga data yang meskipun letaknya berada sangat jauh di belahan bumi bagian lain, masih akan tetap dapat kita peroleh dengan adanya bantuan dari inovasi penemuan teknologi internet itu sendiri.

Internet itu sendiri menggunakan jaringan dengan skala global yang terhubung dari suatu komputer dan atau pun server dari lokasi yang satu kepada komputer dan atau pun juga server pada lokasi yang lain itu sendiri melalui jaringan tersebut.

Globalisasi memungkinkan untuk dapat terjadinya dan atau pun terciptanya suatu jaringan yang dapat digunakan untuk dapat melaksanakan proses penghantaran dari suatu lokasi tertentu kepada lokasi yang lain terkait dengan informasi dan atau pun juga data tertentu.

Informasi atau data tersebut dapat berupa data yang terkait dengan gambar, suara, serta gabungan dari keduanya yaitu video.

2. Pengurangan terhadap Tingkat Pengangguran

Globalisasi juga sangat berperan terhadap pengurangan dari jumlah pengangguran itu sendiri.

Hal ini dapat dengan mudah terjadi karena dengan adanya suatu globalisasi itu sendiri, maka akan semakin terbuka banyak kecenderungan yaitu dari kaitannya dengan investor untuk dapat masuk dan mengembangkan perusahaannya tersebut pada suatu negara.

Dengan terbukanya suatu bidang usaha pada suatu lokasi dan atau pun juga negara, maka akan terdapat kebutuhan untuk dapat memenuhi alokasi dari sumber daya manusia tersebut.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dari sumber daya manusia tersebut akan mengharuskan untuk menyerap tenaga kerja dari lokasi dan atau pun wilayah tersebut itu sendiri.

3. Memacu Perkembangan Perekonomian Negara

Dengan adanya suatu globalisasi yang terjadi secara serentak pada seluruh dunia ini, maka akan sangat membantu dari proses dari perkembangan dari perekonomian negara itu sendiri.

Hal ini akan sangat bagus karena globalisasi sangat mempersilahkan pertukaran dari proses transaksional dari perekonomian negara itu sendiri dengan sangat baik.

4. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Globalisasi juga akan sangat besar momentumnya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dari rakyat suatu negara itu sendiri. Hal ini sejalan juga dengan adanya peningkatan dari perekonomian suatu negara tersebut. Sehingga dengan adanya peningkatan ekonomi maka kesejahteraan pun akan meningkat pesat.

5. Terbukanya Perdagangan Duni

Globalisasi juga turut secara aktif berperan dalam hal perdagangan itu sendiri. Dengan adanya perdagangan maka akan lebih tersebar pula kesemakmuran itu sendiri.

6. Pemerataan Pendapatan

Dengan adanya globalisasi itu sendiri maka akan terdapat suatu fungsi dan atau pun juga sistem yang berkaitan untuk dapat mengalokasikan suatu pendapatan secara lebih merata kepada keseluruhan dari tenaga kerja yang ada tersebut.

7. Inovasi Berkelanjutan

Globalisasi juga dapat mendorong untuk dapat terjadinya suatu inovasi dan atau pun penemuan yang ada.

8. Kemudahan Akomodasi Barang dan Jasa

Barang dan juga jasa akan lebih mudah untuk didapatkan dengan adanya globalisasi. Hal ini didukung oleh perkembangan infrastruktur dan juga kemudahan dari globalisasi itu sendiri.

9. Peningkatan Intelektual

Globalisasi mau tidak mau akan memaksa dari segmentasi masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuannya itu sendiri.

10. Tenggang Rasa dan Toleransi

Globalisasi yang sifatnya mendunia akan sangat berperan dalam mendukung peningkatan hal-hal yang positif dari tenggang rasa dan juga toleransi itu sendiri.

11. Kemudahan Berinvestasi dari Asing

Investor asing dengan adanya suatu proses globalisasi ini akan sangat mudah dan terbantu dalam melaksanakan fungsinya itu sendiri.

12. Harapan Hidup Meningkat

Globalisasi juga membuka kesempatan bagi semua orang untuk dapat meningkatkan harapan hidupnya melalui pertukaran informasi yang ada dan juga akses terhadap kebutuhan dari bidang kesehatan itu sendiri.

13. Kemudahan bagi Orang untuk Traveling

Globalisasi juga memungkinan bagi orang yang ingin pergi ke lokasi yang untuk dapat melaksanakan traveling tersebut dengan mudah.

Hal ini dimungkinkan dengan adanya globalisasi pada bagian administratif untuk melaksanakan lintas wilayah.

Kemudian dengan adanya globalisasi juga mendorong penemuan dari berbagai macam moda dan atau pun juga pesawat transportasi yang dapat menghantarkan orang dari lokasi tertentu kepada lokasi yang lain dengan waktu yang singkat dengan efisien dalam hal biaya.

Sehingga dengan adanya globalisasi ini akan sangat membantu dan atau pun juga memberikan kemudahan bagi orang yang ingin melaksanakan suatu perjalanan dari suatu wilayah dan atau pun negara tertentu kepada lokasi dan atau pun juga negara yang lain dalam kaitannya dengan globalisasi itu sendiri.

The post 13 Dampak Positif Globalisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>