Jakarta - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/jakarta Mon, 29 Nov 2021 06:20:57 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Jakarta - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/jakarta 32 32 5 Faktor Penyebab Ibukota Indonesia Pindah dari Jakarta ke Kalimantan https://haloedukasi.com/penyebab-ibukota-indonesia-pindah-dari-jakarta-ke-kalimantan Mon, 29 Nov 2021 06:07:54 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29066 Ibu kota negara Indonesia saat ini masih berada di pulau Jawa, yaitu di DKI Jakarta. DKI Jakarta atau yang dulu dikenal dengan nama Batavia, bukanlah satu-satunya kota yang pernah ditetapkan sebagai ibukota. Kota yang pernah menjadi pusat dari negara Indonesia diantaranya adalah Yogyakarta, Bukittinggi, dan juga Jakarta.  Presiden Jokowi dalam rapatnya pada tanggal 29 April […]

The post 5 Faktor Penyebab Ibukota Indonesia Pindah dari Jakarta ke Kalimantan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Ibu kota negara Indonesia saat ini masih berada di pulau Jawa, yaitu di DKI Jakarta. DKI Jakarta atau yang dulu dikenal dengan nama Batavia, bukanlah satu-satunya kota yang pernah ditetapkan sebagai ibukota. Kota yang pernah menjadi pusat dari negara Indonesia diantaranya adalah Yogyakarta, Bukittinggi, dan juga Jakarta. 

Presiden Jokowi dalam rapatnya pada tanggal 29 April 2019, mengumumkan bahwa ibukota Indonesia akan dipindahkan ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Tentunya keputusan ini dibuat setelah beberapa faktor pertimbangan seperti di bawah ini:

1. Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa

Salah satu faktor yang menyebabkan ibukota Indonesia harus dipindahkan adalah karena masyarakat di Pulau Jawa sudah terlalu padat. Berdasarkan data Situs World Atlas pada tahun 2019 menyatakan bahwa Jawa termasuk dalam kategori pulau terpadat penduduk di dunia. 

Faktor yang menyebabkan banyaknya penduduk adalah Jawa sudah sejak dari dulu menjadi pusat perekonomian Indonesia. Tak heran jika lebih dari setengah total penduduk Indonesia menetap di Pulau Jawa. Sedangkan penduduk di pulau Kalimantan hanya sekitar 6,05 persen total penduduk RI. 

2. Menghilangkan Istilah “Jawa Sentris”

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lokasinya yang berjauhan. Hal tersebut menjadi salah satu penghambat pembangunan di pulau-pulau lainnya.

Sementara itu pembangunan di Jawa terus berjalan hingga muncul istilah “Jawa Sentris”. Pembangunan infrastruktur di luar pulau Jawa dinilai masih sangat kurang. 

Dengan adanya kebijakan memindahkan ibukota ke Kalimantan diharapkan dapat membantu pembangunan dan infrastruktur di Indonesia Timur. 

3. Kontribusi Pulau terhadap GDP Negara

Gross Domestic Product (GDP) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai dari suatu jasa dalam sebuah negara yang dapat meningkatkan ekonominya.

PDB Indonesia paling banyak disumbang oleh pulau Jawa yakni mencapai 58,49 persen di susul oleh Sumatera sebesar 21,66 persen. Sementara itu Kalimantan menyumbang sebesar 8,2 persen. 

Pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa mencapai 5,6 persen sedangkan di Kalimantan hanya 4,33 persen. Pulau dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di Indonesia adalah Sulawesi yakni 6,99 persen meski hanya memberikan kontribusi PDB sebesar 6,2 persen. 

4. Berkurangnya Air Bersih di Jawa

Manusia tidak pernah bisa lepas dari sumber kehidupan yakni air. Tidak sembarang air dapat mendukung kehidupan melainkan harus air yang berkualitas agar tidak terserang berbagai penyakit.

Sayangnya dengan padatnya penduduk di Pulau Jawa menyebabkan lingkungan semakin menurun termasuk air. Berdasarkan data pada tahun 2016 menyatakan bahwa Pulau jawa mengalami krisis ketersediaan air bersih. Bahkan beberapa wilayah di Jabodetabek dinyatakan dalam kondisi krisis air mutlak.

Sebuah prediksi mengatakan Jawa akan mengalami kelangkaan air pada tahun 2040. Penyebabnya adalah menurunnya intensitas curah hujan di Pulau Jawa dan juga penggunaan air secara berlebihan oleh manusia. 

5. Pemanfaatan Lahan yang Mendominasi di Jawa

Pemanfaatan lahan yaitu sebuah kegiatan mengubah lahan hutan maupun tanah dari fungsi awalnya seperti hutan menjadi perkebunan atau tanah menjadi pemukiman.

Pemanfaatan lahan di tanah Jawa mencapai angka 44,64 persen pada tahun 2020. Angka tersebut lebih besar lima kali lipat dari konversi lahan di Kalimantan yang hanya mencapai 10,18 persen. 

Konversi lahan tersebut menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Hal positif dari adanya alih fungsi lahan adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduk dan juga meningkatkan Pendapat Asli Daerah. Namun apabila tidak bijak dalam hal ini, maka bisa menyebabkan masalah banjir karena hilangnya daerah resapan air. 

The post 5 Faktor Penyebab Ibukota Indonesia Pindah dari Jakarta ke Kalimantan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Sumber Daya Alam Jakarta dan Penjelasannya https://haloedukasi.com/sumber-daya-alam-jakarta Mon, 21 Jun 2021 02:30:42 +0000 https://haloedukasi.com/?p=25338 Jakarta atau yang biasa disebut dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta berlokasi di bagian utara barat Pulau Jawa berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan Jawa Barat. Karena luas wilayahnya yang tidak terlalu besar, tentunya provinsi yang juga menjadi pusat ibukota negara Indonesia ini tidak memiliki banyak cadangan sumber daya alam yang melimpah jika dibandingkan dengan […]

The post 4 Sumber Daya Alam Jakarta dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jakarta atau yang biasa disebut dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta berlokasi di bagian utara barat Pulau Jawa berbatasan langsung dengan Provinsi Banten dan Jawa Barat. Karena luas wilayahnya yang tidak terlalu besar, tentunya provinsi yang juga menjadi pusat ibukota negara Indonesia ini tidak memiliki banyak cadangan sumber daya alam yang melimpah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Berikut adalah beberapa sumber daya alam yang bisa ditemui di DKI Jakarta.

1. Perikanan dan Kelautan

Potensi perikanan di Jakarta banyak ditemui di wilayah pesisir utara Jakarta dan di wilayah Kepulauan seribu. Diantara hasil utamanya adalah ikan konsumsi yang diperoleh dari tangkapan seperti berbagai jenis ikan, cumi, udang, kepiting, dan selainnya.

Jenis ikan lainnya adalah ikan tambak dan ikan air tawar yang dikembangkan di kolam-kolam. Selain itu, Jakarta juga menghasilkan berbagai jenis ikan hias yang banyak diperdagangkan sebagai peliharaan di rumah-rumah.

Selain menghasilkan produk pangan perikanan, laut Jakarta juga berpotensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata kelautan baik itu di wilayah pesisir utara maupun di kawasan Kepulauan Seribu.

2. Pertambangan

Tambang yang ada di Jakarta adalah berupa minyak bumi dan gas alam yang di eksplorasi di Pulau Pabelokan, Kepualauan Seribu. Kegiatan pertambangan di blok ini mulai berjalan sejak tahun 2000 dengan kapasitas produksi rata-rata mencapai 4 juta barel per tahun.

3. Pertanian

Meski kegiatan ekonomi Jakarta lebih banyak berasal dari sektor industri dan jasa, akan tetapi kegiatan pertanian juga masih ada disini. Pada tahun 2020, setidaknya ada 414 hektar lahan pertanian di Jakarta yang dikelola oleh 15 kelompok tani. Lahan pertanian tersebut berada di: 

  • Kecamanatan Kalideres dan Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat
  • Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara
  • Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Secara umum, jenis pertanian yang dikembangkan selain padi adalah pertanian hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, dan tanaman hias.

4. Peternakan

Sumber daya alam pangan lain yang menjadi potensi ekonomis di Jakarta adalah dari sektor peternakan. Menurut data dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta mengalami pertumbuhan dalam populasi ternak dari tahun ke tahun.

Hasil ternak mayoritas yang dihasilkan Provinsi DKI Jakarta adalah berupa itik/itik manila, diikuti dengan kambing, sapi perah, domba, sapi potong, kuda, dan kerbau.

The post 4 Sumber Daya Alam Jakarta dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Senjata Tradisional Jakarta dan Penjelasannya https://haloedukasi.com/senjata-tradisional-jakarta Mon, 21 Sep 2020 05:46:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=10525 Setelah membahas mengenai senjata tradisional Jawa Barat, kali ini kita akan membahas senjata tradisional dari DKI Jakarta. Sama dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Jakarta juga memiliki senjata tradisional. Jakarta yang dimaksud disini adalah suku Betawi, yaitu suku asli yang bermukim di wilayah Jakarta. Beberapa senjata mulanya adalah barang-barang yang biasa digunakan sehari-hari, seperti untuk bertani […]

The post 10 Senjata Tradisional Jakarta dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah membahas mengenai senjata tradisional Jawa Barat, kali ini kita akan membahas senjata tradisional dari DKI Jakarta.

Sama dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Jakarta juga memiliki senjata tradisional. Jakarta yang dimaksud disini adalah suku Betawi, yaitu suku asli yang bermukim di wilayah Jakarta.

Beberapa senjata mulanya adalah barang-barang yang biasa digunakan sehari-hari, seperti untuk bertani atau menyembelih hewan, kemudian fungsinya berkembang menjadi senjata.

Sehingga, pada zaman dahulu senjata menjadi alat pertahanan dan pembelaan diri. Selain itu, senjata juga bisa mengindikasikan status sosial seseorang.

Berikut ini adalah beberapa senjata tradisional suku Betawi.

1. Golok

golok betawi

Di dalam masyarakat Betawi, golok biasanya digunakan untuk mencari kayu bakar, menyembelih hewan, sekaligus sebagai alat pertahanan diri.

Istilah bagi golok yang digunakan untuk bekerja atau keperluan rumah tangga disebut golok gablongan.

Sedangkan golok yang digunakan untuk antisipasi apabila terjadi pertempuran atau peperangan disebut golok sorenan (simpenan). Para jawara biasanya memiliki golok jenis ini.

Golok biasanya terbuat dari baja karena bahan baku ini bisa menghasilkan ketajaman yang mumpuni di kedua sisinya.

Di samping itu, ada pula golok yang memiliki sarung atau biasa disebut sorenan.

Sarung tersebut terbuat dari kayu yang kuat. Beberapa sarung dibiarkan polos tanpa motif, tetapi ada juga yang memiliki motif.

Bahkan beberapa sarung dilapisi dengan logam atau gading untuk menambah nilai estetika.

Fungsi sarung ini adalah untuk melindungi pemakainya dari ketajaman golok.

Di dalam kebudayaan Betawi, golok memiliki jenis yang berbeda-beda, diantaranya golok gobang dan golok ujung turun.

Golok gobang memiliki bentuk cenderung pendek dengan ujung golok yang rata dan melengkung di bagian punggungnya.

Terbuat dari tembaga dan gagangnya dari kayu pohon rengas. Panjangnya sekitar 30 cm dengan diameter 7 cm.

Sementara golok ujung turun memiliki bentuk ujung yang lancip dan terdapat ukiran (wafak) pada bilah serta gagangnya.

2. Badik Cangkingan

badik cangkingan

Senjata tradisional suku Betawi ini berukuran kecil. Bilahnya terbuat dari campuran besi dan baja.

Sementara gagangnya terbuat dari kayu keras atau gading dan cincinnya terbuat dari perunggu atau emas. Badik juga biasanya dilengkapi dengan sarung.

Badik cangkingan ini mirip dengan rencong, yaitu senjata tradisional dari Aceh. Salah satu perbedaannya adalah ukuran badik lebih kecil jika dibandingkan dengan rencong.

Pada zaman dahulu, badik digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri dan biasanya senjata ini dibawa dengan cara ditenteng (dicangking) di tangan.

Sekarang kita bisa menemukan badik sebagai pelengkap busana pada pengantin laki-laki.

Badik juga bisa berfungsi sebagai pisau serut pengasah golok jawara.

3. Punta

punta

Punta termasuk ke dalam senjata jenis tusuk yang memiliki panjang sekitar 15-20 cm.

Punta memiliki kemiripan dengan kujang, yaitu senjata tradisional Jawa Barat.

Perbedaan keduanya terletak pada bagian ujungnya. Punta memiliki ujung yang runcing.

4. Toya

toya

Senjata ini berbentuk lurus dan terbuat dari bambu atau kayu keras dengan panjang tidak sampai 2 meter.

Ukurannya sebenarnya bisa disesuaikan dengan tinggi badan si pemakai.

Toya berfungsi sebagai alat pertahanan diri, seperti menangkis serangan lawan.

Tidak hanya itu, senjata ini juga bisa digunakan untuk menyerang lawan dengan cara menggebuk.

Hingga saat ini toya masih digunakan di dalam latihan pencak silat untuk melakukan kombinasi jurus-jurus silat, seperti gebukan, sodokan, dan sabitan.

5. Cunrik

cunrik

Cunrik adalah sebutan untuk senjata tradisional suku Betawi yang berbentuk tusuk konde atau keris kecil dengan ujung yang runcing.

Pada bagian kepalanya memiliki ukiran kembang, sehingga membuat tampilan cunrik menjadi lebih estetik.

Senjata ini terbuat dari besi kuningan dan memiliki panjang kurang dari 10 cm.

Cunrik berfungsi sebagai pertahanan diri yang digunakan oleh para resi perempuan yang tidak ingin menonjolkan kekerasan.

Saat ini sering kita temukan, cunrik atau tusuk konde digunakan sebagai aksesoris pelengkap busana wanita yang berfungsi untuk menjaga agar sanggul tidak lepas.

6. Beliung Gigi Gledek

beliung gigi gledek

Senjata ini termasuk ke dalam jenis kapak dengan mata kapak menyilang ke arah gagang pegangan.

Teknik pembuatan senjata ini merupakan sisa peninggalan zaman batu suku Betawi sekitar abad 1-3 M.

Hal itu terlihat pada mata kapak yang terbuat dari batu. Beliung gigi gledek biasanya digunakan untuk membuat kayu.

7. Kerakel atau Blangkas

kerakel / blangkas

Kerakel (kerak keling) atau blangkas merupakan hasil pembakaran baja hitam yang dicor.

Senjata ini memiliki ujung tajam dan bentuk batang pemukul pipih dengan panjang 40-6- cm.

8. Rotan

rotan

Senjata ini terbuat dari rotan dengan panjang 70-100 cm dan pada ujungnya diselipkan benda tajam seperti paku atau pecahan logam.

Awalnya, senjata rotan ini terkenal karena sering digunakan dalam permainan seni Ketangkasan Ujungan.

Akan tetapi, sebenarnya senjata ini digunakan ketika berperang. Ujung rotan yang tajam bertujuan untuk melukai lawan.

9. Trisula Betawi / Siku

trisula betawi / siku

Trisula Betawi atau disebut dengan siku oleh masyarakat Betawi memiliki bentuk dua batang besi baja yang saling menyiku atau menyilang dengan ujung tajam.

Senjata ini selalu digunakan berpasangan dalam setiap permainan siku.

10. Sarung dan Selendang

sarung dan selendang

Sarung dan selendang merupakan busana yang sering kita temui sehari-hari.

Akan tetapi, sarung dan selendang juga menjadi senjata bagi masyarakat Betawi untuk menangkis serangan dan menjerat lawan.

Pada zaman dahulu, ketika digunakan sebagai senjata, kaum laki-laki memakai sarung dengan cara melingkarkannya di leher atau di pinggang. Para jawara biasanya melakukan cara ini untuk menyiratkan kesigapan menghadapi lawan.

Selendang sebagai senjata juga memiliki kegunaan yang sama dengan sarung.

Akan tetapi, selendang ini digunakan oleh kaum perempuan. Bentuk selendang yaitu persegi panjang dengan bahan transparan.

Kaum perempuan memakai selendang dengan cara menyampirkannya di pundak dan ujungnya dibiarkan menjuntai ke bawah.

Saat ini selendang digunakan sebagai pelengkap busana adat Betawi (Jakarta).

The post 10 Senjata Tradisional Jakarta dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>