kepunahan bahasa - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kepunahan-bahasa Tue, 07 Feb 2023 06:52:44 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kepunahan bahasa - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kepunahan-bahasa 32 32 9 Bahasa Daerah yang Sudah Punah di Indonesia https://haloedukasi.com/bahasa-daerah-yang-sudah-punah-di-indonesia Tue, 07 Feb 2023 06:49:59 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41149 Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, beragam suku dan budaya tinggal di dalam satu kesatuan. Budaya yang sangat beragam ini menjadi salah satu kekayaan Indonesia, bahasa daerah termasuk salah satu unsur yang penting dalam tiap-tiap suku dan budaya di Indoenesia. Indonesia tercatat memiliki 742 bahasa daerah, namun tidak semua bahasa daerah dapat bertahan di tengah […]

The post 9 Bahasa Daerah yang Sudah Punah di Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, beragam suku dan budaya tinggal di dalam satu kesatuan. Budaya yang sangat beragam ini menjadi salah satu kekayaan Indonesia, bahasa daerah termasuk salah satu unsur yang penting dalam tiap-tiap suku dan budaya di Indoenesia.

Indonesia tercatat memiliki 742 bahasa daerah, namun tidak semua bahasa daerah dapat bertahan di tengah kemajuan negara memasuki era global. Penelitian oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI di tahun 2017, melaporkan sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia telah punah.

Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi juga mencatat ada 25 bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Penyebabnya karena penutur bahasa daerah yang semakin sedikit, usianya juga di atas 20 tahun, sedangkan generasi tua juga tidak menggunakan bahasa daerah tersebut kepada keturunannya.

UNESCO pada tahun 2003 mengkategorikan tingkat keadaan bahasa berdasarkan penilaian daya hidup bahasa, penilaian pada tingkatan punah diartikan sebagai bahasa yang sudah tidak memiliki penutur.

Bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah didominasi oleh bahasa daerah dari Maluku, antara lain bahasa Hulung, bahasa Bobat, dan bahasa Samasuru. Provinsi Maluku adalah provinsi yang paling banyak mengalami degradasi bahasa daerah.

1. Bahasa Tandia

Salah satu bahasa daerah yang sudah punah berasal dari Pulau Papua, tepatnya Papua Barat. Bahasa Tandia merupakan bahasa yang dahulu digunakan oleh masyarakat di Kampung Tandia, Distrik Rasie, Kabupaten Teluk Wondama yang berada di provinsi Papua Barat.

Bahasa Tandia tercatat sebagai bahasa daerah yang sudah punah karena penutur bahasa tersebut telah meninggal dunia di tahun 2002, sedangkan keturunannya sudah tidak menggunakan Bahasa Tandia. Anak-anak dari penutur yang terakhir memiliki kosakata yang sangat sedikit, dari 1089 kosakata bahasa Tandia, mereka hanya mengetahui 34 kosakata.

Dari 34 kosakata yang diketahui mereka, hanya 23 kosakata dasar Swades, 11 kosakata budaya dasar dan 7 buah kata bilangan saja yang dimengerti oleh mereka. Anak-anak dari para penutur terakhir rupanya tidak lagi menurunkan transisi bahasa Tandia ke keturunannya.

Adanya perkawianan campur antar kampung atau bahkan perpindahan tempat tinggal juga menjadikan bahasa ini semakin memudar dari waktu ke waktu. Kampung Tandia juga berdekatan dengan kampung lain yang menggunakan bahasa Wandamen, seperti kampung Wondi Boy, Sasirei dan Webi. Bahasa Wandamen digunakan oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Wondama.

2. Bahasa Mawes

Bahasa Mawes juga merupakan bahasa daerah Papua yang sudah punah, bahasa Maweswares digunakan oleh masyarakat di kampung Maweswares, distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi yang berada di Provinsi Papua.

Kampung Maweswares diapit oleh kampung di sebelah timur yang berbahasa Podena dan di sebelah barat berbahasa Biriduwa. Sebenarnya bahasa Mawes ini ada juga yang yang disebut dengan bahasa Mawesdey, yang dituturkan oleh penduduk di kampung Mawes Mukti dan Maweswares.

Kampung yang berbahasa Mawesdey ini dikelilingi oleh beberapa kampung yang menggunakan bahasa berbeda, di sebelah barat ada kampung Sumasawe yang menututkan bahasa Orya, di utara ada kampung Kapitaw dan di selatan ada kampung Tarawasi yang menuturkan bahasa Maremgi.

3. Bahasa Kajeli

Maluku menjadi wilayah di Indonesia yang banyak kehilangan bahasa daerahnya, Bahasa Kaleyi adalah salah satunya. Bahasa Kajeli atau ada yang juga menyebutnya Kayeli, berasal dari daerah di Maluku Tengah, Pulau Buru Utara dan Teluk Namlea.

Bahasa Kajeli adalah bahasa Austronesia, di tahun 2011 diketahui penutur terakhir bahasa Kajeli tersisa satu orang dan tidak tinggal di desa Kajeli. Di desa Kajeli sendiri, bahasa Kajeli sudah tidak digunakan sebagai bahasa sehari-sehari, karena tidak ada keturunan dari penutur terdahulu yang menguasainya.

4. Bahasa Piru

Bahasa Piru adalah bahasa daerah yang dituturkan penduduk di desa Piru, kecamatan Seram Barat yang terletak di pulau Seram, Provinsi Maluku. Bahasa Piru juga dinyatakan sebagai bahasa daerah yang telah punah bersama beberapa bahasa daerah lain dari Maluku.

Desa Piru ini berbatasan dengan desa Eti di sebelah Timur dan sebelah selatan dengan desa Murkaw, ke-2 desa ini menuturkan bahasa Alune. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Luhu yang menuturkan bahasa Luhu.

Perhitungan dialektometri yang tercatat, isolek Piru memiliki presentase perbedaan sekitar 90% dibandingkan dengan bahasa Loon dan bahasa Samaru dan 91 % dibandingkan dengan bahasa Kajeli.

5. Bahasa Moksela

Bahasa Moksela adalah bahasa daerah yang tadinya dituturkan oleh penduduk di Pulau Sula, Maluku Utara. Bahasa ini adalah bahasa daerah yang merupakan campuran budaya Melayu dan Polinesia. Sayangnya bahasa Moksela telah punah akibat sudah tidak ada penuturnya.

6. Bahasa Hukumina

Selain bahasa Kajeli, bahasa Hukumina juga merupakan bahasa Austronesia yang sudah punah di wilayah Indonesia. Bahasa ini tadinya dituturkan oleh penduduk di barat laut Pulau Buru, salah satu kepulauan di Maluku.

7. Bahasa Hoti

Bahasa Hoti merupakan bahasa daerah di Provinsi Maluku, tepatnya di desa Hote, Kecamatan Bula Barat yang berada di Kepulauan Seram bagian Timur. Bahasa Hoti dinyatakan telah punah karena sudah tidak ditemukan penutur bahasa ini.

8. Bahasa Nila

Bahasa Nila adalah salah satu bahasa daerah dari Maluku yang dituturkan oleh penduduk di desa Kokroman, desa Usliapan, Desa Kuralele, desa Ameth, desa Bumey, desa Sifluru, dan desa Wotay, semua desa tersebut berada di wilayah kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah.

Bahasa Nila memiliki 2 dialek yaitu dialek Kokroman dan dialek Bumey, namun sayangnya bahasa ini sudah tidak dituturkan di desa-desa tersebut. Hal ini bisa jadi karena keturunan terdahulu tidak meneruskan bahasa tersebut ke anak-anaknya.

9. Bahasa Serua

Satu lagi bahasa yang sudah punah dan berasal dari Provinsi Maluku. Bahasa Serua adalah bahasa yang dututurkan oleh penduduk desa Waru. Bahasa ini dituturkan juga oleh penduduk di timur, barat dan selatan desa waru yang berbatasan dengan desa yang penduduknya berbahasa Saparua.

Selain ke-9 bahasa daerah tersebut, ada juga bahasa Palumata yang berasal dari Maluku dan bahasa Ternateno yang berasal dari Maluku Utara, ke dua bahasa ini juga merupakan bahasa yang dinyatakan telah punah oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Republik Indonesia.

The post 9 Bahasa Daerah yang Sudah Punah di Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
13 Bahasa di Dunia yang Hampir Punah https://haloedukasi.com/bahasa-di-dunia-yang-hampir-punah Sat, 29 Jan 2022 03:03:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30916 Bahasa selalu diucapkan oleh manusia setiap harinya. Bahasa juga bersifat dinamis yang artinya dapat berubah seiring berjalannya waktu. Karena itulah kosa kata dalam suatu bahasa kerap bertambah atau mengalami perubahan makna.  Namun sayangnya ada juga bahasa-bahasa yang mulai ditinggalkan bahkan oleh penutur aslinya. Unesco mengatakan setidaknya ada 2.500 bahasa di dunia yang kehilangan penuturnya. Di […]

The post 13 Bahasa di Dunia yang Hampir Punah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bahasa selalu diucapkan oleh manusia setiap harinya. Bahasa juga bersifat dinamis yang artinya dapat berubah seiring berjalannya waktu. Karena itulah kosa kata dalam suatu bahasa kerap bertambah atau mengalami perubahan makna. 

Namun sayangnya ada juga bahasa-bahasa yang mulai ditinggalkan bahkan oleh penutur aslinya. Unesco mengatakan setidaknya ada 2.500 bahasa di dunia yang kehilangan penuturnya. Di bawah ini adalah bahasa-bahasa di dunia yang hampir atau terancam punah. 

1. Bahasa Tsʼixa

Bahasa Tsʼixa adalah salah satu bahasa yang digunakan oleh orang-orang di Afrika. Bahasa ini masuk ke dalam cabang Kalahari Khoe dari rumpun bahasa Khoe-Kuwadi. Saat ini bahasa Ts’ixa hanya memiliki sekitar 200 penutur saja. Penutur yang masih menggunakan bahasa ini adalah mereka yang tinggal di desa Mabebe yang berada di Republik Botswana. 

Penutur bahasa ini umumnya adalah mereka yang berusia lanjut. Sedangkan para anak-anak dan remaja  sudah beralih ke bahasa Inggris. 

2. Bahasa Kernowek

Bahasa kernowek atau disebut juga dengan bahasa Cornish adalah salah satu aksen asli dari Inggris. Bahasa ini masih merupakan salah satu bagian dari cabang Brythonik rumpun bahasa Indo-European. 

Pada zaman dahulu bahasa ini merupakan satu-satunya bahasa yang digunakan di Cornwall. Bahasa ini mulai kehilangan penuturnya sejak tahun 1800 an dan akhirnya punah. Sebuah berita mengabarkan bahwa orang terakhir yang berbicara menggunakan bahasa ini adalah seorang wanita bernama Dolly Pentreath. 

Beruntungnya bahasa ini dilindungi oleh pemerintah Inggris dan terus dikembangkan. Usaha tersebut membuahkan hasil dengan kembalinya bahasa ini yang saat ini telah digunakan antara 8000-13.000 orang.

3. Bahasa Dunser

Di Indonesia yang kaya akan ragam bahasa ini juga memiliki bahasa yang terancam punah. Bahasa tersebut adalah bahasa dunser yaitu salah satu bahasa yang digunakan oleh salah satu suku di Papua. 

Pada tahun 2011 bahasa ini hanya ada 3 penutur dan dua diantaranya adalah yang berusia lanjut. Pada zaman dahulu bahasa ini digunakan pada acara-acara adat. Namun bahasa ini tidak dilestarikan akhirnya menjadi punah.

4. Bahasa Jedek

Bahasa Jedek adalah salah satu yang digunakan oleh penduduk Malaysia yang hampir punah. Bahasa ini bahkan baru diketahui pada tahun 2019 berkat penelitian dari  Universitas Lund, Swedia. Bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Austro-Asiatik ini hanya memiliki tidak lebih dari 300 penutur. 

Bahasa jedek digunakan oleh orang di pedalaman desa Semenanjung Malaya. Selain di Malaysia ternyata bahasa ini juga ditemukan di Thailand. l

5. Bahasa Resígaro

Bahasa Resígaro merupakan bahasa asli Peru khususnya penduduk yang tinggal di pedalaman Amazon. Bahasa ini diklasifikasikan ke dalam kategori bahasa Amazon Hulu Nawiki Barat dari rumpun bahasa Bahasa Arawak.

Penutur terakhir wanita bahasa ini telah meninggal pada tahun 2016 yakni pada usianya yang ke 67 karena dibunuh. Penutur tersebut adalah seseorang bernama Rosa Andrade Ocagane. 

Selain Rosa Andrade Ocagane orang lain yang menggunakan bahasa ini adalah Pablo yang masih memiliki hubungan darah dengannya. 

6. Ngan’gityemerri

Bahasa Ngan’gityemerri adalah bahasa asli dari Australi yang memiliki banyak nama lain diantaranya adalah Ngan’gi, Ngan’gikurunggurr, Moil, Moyle, Tyemeri, Tyemerri, Marityemeri, dan Nordaniman. Bahasa ini dituturkan oleh suku pribumi Australia yaitu suku Aborigin khususnya mereka yang tinggal di wilayah Sungai Daly di Wilayah Utara Australia. 

Bahasa yang berasal dari keluarga bahasa Daly ini hanya memiliki sekitar 150 hingga 200 penutur bahasa ini memiliki tiga dialek dan satu diantaranya yakni Ngan’gimerri telah dinyatakan punah. 

7. Bahasa Ainu

Bahasa Ainu adalah salah satu keragaman bahasa yang dimiliki oleh Jepang. Bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa Ainu Hokkaido adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Ainu yang tinggal di prefektur Hokkaido. 

Bahasa ini memiliki penutur terakhir dan satu-satunya pada tahun 1994 yaitu oleh Sakhalin Ainu. Pemerintah Jepang terus mengupayakan berbagai cara agar bahasa ini kembali lestari. Namun jumlah penuturnya saat ini belum berkembang dan hanya ada sekitar 15 orang saja pada tahun 2007 dan sekitar 304 orang yang memahami bahasa ini.

Bahasa Ainu kehilangan penuturnya akibat dari kebijakan pemerintah Jepang yang mewajibkan warga negaranya untuk menggunakan satu bahasa atau disebut monolingualisme. Sebelumnya bahasa ini juga dituturkan di Tohoku, Sakhalin selatan, Kepulauan Kuril, dan ujung selatan Semenanjung Kamchatka. 

8. Bahasa Rapa Nui

Rapa Nui adalah bahasa yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Polinesia Timur. Bahasa ini dituturkan oleh warga Spanyol khususnya oleh etnis Rapanui yang merupakan penduduk asli Pulau Paskah. 

Bahasa Rapa Nui hanya dituturkan oleh orang Rapa Nui itu sendiri sehingga sangat sedikit yang menuturkannya. Jumlah penuturnya semakin berkurang akibat globalisasi sehingga banyak penduduk yang beralih ke bahasa Inggris. Saat ini bahasa Rapa Nui dituturkan oleh setidaknya oleh 4.650 orang. 

9. Bahasa Votic

Bahasa Votic memiliki nama lain diantaranya adalah bahasa Vod, Vote, Votian, dan juga Votish. Bahasa ini digunakan oleh orang-orang Rusia khususnya mereka yang berada di wilayah Ingria. 

Bahasa Votic termasuk ke dalam golongan rumpun bahasa Uralik, sub rumpun Finno Ugrik, cabang Vinik. Penutur bahasa ini hanya dapat ditemui di desa Krakolye dan Luzhitsy di Distrik Kingisepp Sky. 

Bahasa yang terdiri dari 4 dialek (dialek barat, dialek timur, dan dialek Krevinia) ini sudah terancam punah sejak pertengahan abad ke 20. Pada tahun 1989 penutur asli bahasa ini hanya ada 62 orang saja. Jumlah ini semakin menurun hingga pada tahun 2005 hanya tersisa 20 orang.  

10. Bahasa Yaghan 

Bahasa Yaghan dikenal juga sebagai bahasa Yagán, Yámana atau Yamana, Jagan, dan Iakan. Penutur asli dari bahasa ini adalah mereka orang-orang suku Yaghan yang mendiami pulau Isla Grande de Tierra del Fuego yang merupakan miliki Argentina (bagian timur) dan Chili (bagian barat). 

Bahasa ini bisa dikatakan 90 persen punah karena penutur terakhir nya meninggal pada tahun Mei 2019. 

Upaya untuk melestarikan bahasa ini sudah dilakukan pada tahun 2017 dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan. 

11. Bahasa Balti

Bahasa Balti adalah salah satu bahasa yang digunakan di Pakistan terutama penduduk yang berada di wilayah Baltistan, Ladakh atau dikenal sebagai Tibet Kecil. Bahasa terkuno di wilayah Baltistan ini merupakan cabang bahasa Sino-Tibet paling barat, Rumpun Bahasa Bodish. 

Pada awalnya bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 100 ribu jiwa namun dikarenakan masuknya bahasa Inggris dan bahasa Urdu sehingga penuturnya pun menurun drastis. Bahasa ini telah kehilangan hampir 80 persen penuturnya pada awal abad ke 21. 

12. Bahasa Chamicuro

Selain bahasa Resigaro, bahasa Chamicuro juga menjadi bahasa lainnya di Peru yang terancam punah. Pada tahun 2008 diperkirakan bahasa ini hanya memiliki 8 pentur saja dan telah sudah tidak tersisa lagi penuturnya sejak tahun 2019. 

Penutur bahasa ini adalah suku Chamicuro  yang tinggal di anak sungai Huallaga wilayah Pampa Hermosa. Bahasa Chamicuro masuk ke dalam keluarga bahasa Arawakan dari rumpun bahasa Arawak. 

Kepunahannya diakibatkan karena penduduknya lebih memilih untuk menggunakan bahasa Spanyol. Meski sudah tidak digunakan lagi namun masyarakat setempat menulis kamus mereka sendiri dan memperkenalkan kepada generasi muda meski tidak begitu fasih.    

13. Bahasa Ongota

Ethiopia juga memiliki bahasa yang terancam punah yakni bahasa Ongota yang dituturkan oleh penduduk yang ada di bagian barat daya. Bahasa yang disebut juga dengan Biralle atau Birayle ini masih belum dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok bahasa mana. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahasa Ogota masuk ke dalam rumpun Afro-Asia namun ada juga yang megatakan bahasa ini lebih cocok masuk ke rumpun bahasa Afro-Asia non-Omotik. 

Berdasarkan data UNESCO tahun 2012, jumlah penutur bahasa ini hanya tersisa 15 orang saja. Penuturnya adalah masyarakat di tepi barat Sungai Weito yang telah lanjut usia Penyebab hilangnya penutur adalah karena mereka telah beralih ke bahasa Tsamai.

14. Bahasa Tanema 

Bahasa Tanema adalah salah satu bahasa yang digunakan di Kepulauan Solomon tepatnya dituturkan oleh penduduk di Pulau Vanikolo, Temotu,dan desa Emua. Sayangnya bahasa ini terancam mengalami kepunahan karena hanya memiliki satu penutur saja pada tahun 2012 yakni oleh Lainol Nalo. 

Bahasa yang masuk ke dalam kelompok rumpun bahasa Austronesia dan sub rumpun Malayo-Polynesian ini telah digantikan oleh bahasa Pijin atau Teanu. 

15. Bahasa Kaixana

Bahasa Kaixana adalah salah satu bahasa utama serta merupakan bahasa asli Brazil, Namun sayangnya bahasa yang dikenal juga dengan nama Caixana dan Cawishana ini memang tidak banyak memiliki penutur sejak dahulu. 

Awalnya bahasa yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Rio-Negro Tengah cabang cabang Western Nawiki Upper Amazonian ini  dituturkan oleh 200 orang. Namun jumlah ini semakin menurun hingga menjadi satu orang saja pada tahun 2008. Orang tersebut adalah Raimundo Avelin yang tinggal di Limoeiro di kotamadya Japura di negara bagian Amazonas.

The post 13 Bahasa di Dunia yang Hampir Punah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>