kerajaan banjar - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-banjar Sun, 19 Jun 2022 23:48:45 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kerajaan banjar - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-banjar 32 32 10 Peninggalan Kerajaan Banjar yang Menarik Diketahui https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-banjar Sun, 19 Jun 2022 23:48:43 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35678 Kerajaan yang berdiri sejak tahun 1520 lalu ini terletak di Provinsi Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar terbentang dengan indahnya dari Tanjung Sambar hingga Tanjung Aru. Sistem pemerintahannya masih diakui hingga Januari 1905 Masehi, walaupun kolonial Belanda sudah menghapus sistem pemerintahan kesultanan sejak 1860. Kerajaan Banjar mulai memikat kembali perhatian masyarakat di bangsa ini, terutama sejak bangkitnya […]

The post 10 Peninggalan Kerajaan Banjar yang Menarik Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan yang berdiri sejak tahun 1520 lalu ini terletak di Provinsi Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar terbentang dengan indahnya dari Tanjung Sambar hingga Tanjung Aru. Sistem pemerintahannya masih diakui hingga Januari 1905 Masehi, walaupun kolonial Belanda sudah menghapus sistem pemerintahan kesultanan sejak 1860.

Kerajaan Banjar mulai memikat kembali perhatian masyarakat di bangsa ini, terutama sejak bangkitnya kembali ditandai dengan pelantikkan Sultan Khaiul Saleh pada tahun 2010. Adapun beberapa peninggalan sejarah yang dapat kita kenang dan pelajari hingga saat ini.

Pada artikel kali ini kami akan membahas mengenai sejarah dan beberapa peninggalan Kerajaan Banjar. Yuk simak pembahasan berikut ini!

Sejarah Kerajaan Banjar

Pada akhir abad 15, Kalimantan Selatan berada pada kekuasaan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Sukarama. Mulanya, terjadi perebutan kekuasaan Nagara Daha dengan pangeran Mangkubumi dan pangeran Tumenggung.

Kemudian Raja Sukarama memberikan wasiat agar penerus kerajaan dipegang oleh cucunya yang bernama Raden Samudera. Wasiat tersebut malah membuat keselamatan Raden Samudera menjadi terancam, terutama akibat ambisi dari Pangeran Tumenggung untuk menguasai kerajaan.

Untungnya, Raden Samudera sadar akan bahaya tersebut dan melarikan diri. Kemudian ia menyamar menjadi seorang nelayan pada pesisir Pantai Serapat, Kuin Belandian, dan Banjar. Saat usianya beranjak dewasa, Raden Samudera bertemu Patih Masih, penguasa yang memeluk ajaran Islam.

Tak selesai sampai di situ, para patih salah satunya Patih Masih kemudian berunding untuk memutuskan pengangkatan Raden Samudera sebaga Raja Banjar di Banjarmasin tepatnya kala itu pada tahun 1526. Pengangkatan tersebut menjadi tombak kesuksesan terutama sebagai kekuatan politik di Nagara Daha.

Pangeran Tumenggung yang mengetahui kabar tersebut marah besar dan bersiap untuk menyerang Raden Samudera. Raden Samudera meminta saran kepada Patih Masih agar dapat melawan pasukan Pangeran Tumenggung.

Sang Patih menyarankan untuk meminta bantuan dari Kerajaan Demak yang dipimpin Sultan Trenggana. Kerajaan Demak memberikan persayaratan yakni seluruh rakyat dari Kerajaan Banjar harus bersedia memeluk agama Islam, agar mendapatkan bantuan tersebut.

Setelah menyanggupi, Kerajaan Demak segera mengirim pasukan bersenjata dan Khatib Dayaan seorang penghulu yang bersiap untuk mengislamkan seluruh rakyat Banjar. Pangeran Tumenggung mampu dilumpuhkan oleh Kerajaan Banjar dengan bantuan dari Kerajaan Demak.

Peninggalan Kerajaan Banjar

Adapun beberapa peninggalan Kerajaan Banjar yang perlu kita ketahui antara lain sebagai berikut :

1. Candi Agung di Amuntai

Candi Agung merupakan salah satu peninggalan sejarah yang usianya diperkirakan sekitar 740 tahun yang letaknya berada di kawasan Sungai Malang, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan.

Candi Agung dibangun pada abad ke-16 oleh Empu Jatmika saat masa Kerajaan Dipa dan menjadi cikal bakal dari Kerajaan Banjar Konon, pada sekitar kawasan candi ini terdapat beberapa peninggalan sejarah lain yang usianya diperkirakan 200 tahun SM.

2. Masjid Sultan Suriansyah

Masjid Agung Suriansyah

Peninggalan Kerajaan Banjar selanjutnya yang dapat dijumpai hingga saat ini bernama Masjid Sultan Suriasyah atau Masjid Kuin yang beruada di Kota Banjarmasin. Masyarakat mengenal wilayah itu dengan sebutan Banjar Lama.

Pada zaman dahulu, wilayah tersebut menjadi ibu kota Kerajaan Banjar. Masjid ini merupakan masjid tertua yang dibangun mulai dari tahun 1526 hingga 1550 saat pemerintahan Sultan Suriansyah.

3. Makam Sultan Sulaiman

Makam Sultan Sulaiman

Salah satu makam dengan sejarah yang panjang adalah makam Pangeran Ratu Sultan Sulaiman yang dahulu merupakan raja.

Makam tersebut terletak di Banjar, Kalimantan Selatan. Sultan Sulaiman yang dijuluki Sultan Muda telah memegang kerajaan Banjar sejak 1801 hingga 1825, kemudian wafat pada 3 Juni 1825.

4. Makam Sultan Suriansyah

Peninggalan Kerajaan Banjar yang lain adalah makam Sultan Suriansyah yang juga biasa dikenal dengan nama Jaya Samudera. Makam tersebut berada di Komplek Makam Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Jaya Samudera itu sendiri merupakan Raja Banjar yang memegang kekuasaan pertama dengan gelar Sultan Suryanulloh atau Sultan Suriansyah yang diberikan oleh Bangsa Arab saat pertama kali datang di kota tersebut.

5. Makam Sultan Mustakimbillah

Makam Sultan Mustakimbillah

Peninggalan sejarah kelima yang berasal dari Kerajaan Banjar adalah makam Sultan Mustakimbillah. Sultan Mustakimbillah merupakan gelar dari Pangeran Senapati yang memerintah Kerajaan Banjar pada tahun 1595 hingga 1642.

Makam tersebut dapat ditemukan di Desa Tangkas, Kecamatan Martapura Barat, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan. Makam tersebut menjadi makam yang paling akhir di antara 5 makam yang ditemukan. Konon ceritanya, makam tersebut pertama kali ditemukan pada bawah kaki pohon kasturi.

6. Makam Sultan Inayatullah

Makam Sultan Inayatullah

Makam Sultan Inayatullah dapat dijumpai Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, pada Kalimantan Selatan. Nama asli dari Sultan Inayatullah adalah Pangeran Dipati Tuhan I. Beliau merupakan Raja Banjar yang menjabat sejak tahun 1636 – 1645.

Gelar resmi yang dimiliki pangeran Dipati Tuhan I biasanya digunakan dalam khutbah Jumat di masjid – masjid. Adapun gelar lain yang dimilikinya dan cukup populer juga yakni Ratu Agung.

7. Masjid Al-Karomah

Masjid Al-Karomah

Salah satu masjid peninggalan Kerajaan Banjar yang dapat ditemukan hingga saat ini adalah Masjid Al-Karomah. Sebelumnya, masjid ini bernama Masjid Jami’ Martapura. Struktur utama dari masjid ini tetap dipertahankan, sekalipun mengalami banyak renovasi.

Masjid ini menjadi salah satu tempat yang digunakan untuk benteng pertahanan melawan Belanda sekaligus penyebaran agama Islam.

8. Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan ulama Fiqih mazhab Syafi’i yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam khususnya di Banjar.

Beliau lahir pada tahun 1122 hijriah dan wafat pada tahun 1812 di Dalam Pagar. Karyanya yang terkenal merupakan sebuah kitab yang berjudul Sabilal Muhtadin.

9. Kitab Sabilal Muhtadin

Kitab Sabilal Muhtadin

Kitab Sabilal Muhtadin merupakan peninggalan sejarah yang dapat kita lihat hingga saat ini dan berisikan dengan ilmu fikih berdasar Mazhab Syafi’i. Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din mendapatkan petunjuk untuk mendalami agama dan menulis kitab ini.

10. Senjata dan Perkakas Kerajaan

Senjata dan perkakas kerajaan

Kerajaan Banjar saat itu dikenal dengan perdagangannya yang memasarkan berbagai perkakas besi dan logam pada daerah Negara. Kemampuan dari Kerajaan Banjar membuat senjata dan perkakas cukup baik, bahkan sejak abad ke-17.

Beberapa peninggalan yang masih ada adalah golok, kapak, cap kerjaan yang usianya mencapai ratusan tahun diabadikan di Museum Lambung Mangkurat, Banjar Baru, Kalimantan Selatan.

The post 10 Peninggalan Kerajaan Banjar yang Menarik Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Banjar – Raja – Peninggalan https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-banjar Wed, 29 Jan 2020 08:52:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3439 Jika kerajaan Cirebon dan kesultanan Banten bertempat di Pulau Jawa, maka kerajaan Banjar merupakan kerajaan islam yang bertempat di Pulau Kalimantan. Letak ibu kota pertama di Banjarmasin dan selama perkembangannya berpindah ke Martapura. Kerajaan islam ini didirikan pada tahun 1526 dan berakhir pada tahun 1905. Berdiri setelah runtuhnya kerajaan Aceh. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan […]

The post Sejarah Kerajaan Banjar – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jika kerajaan Cirebon dan kesultanan Banten bertempat di Pulau Jawa, maka kerajaan Banjar merupakan kerajaan islam yang bertempat di Pulau Kalimantan.

Letak ibu kota pertama di Banjarmasin dan selama perkembangannya berpindah ke Martapura.

Kerajaan islam ini didirikan pada tahun 1526 dan berakhir pada tahun 1905. Berdiri setelah runtuhnya kerajaan Aceh. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan lengkap berikut ini.

Latar Belakang Kerajaan Banjar

Kalimantan Selatan pada akhir abad ke-15 masih di bawah pimpinan Kerajaan Daha.

Pada masa raja keempat, yaitu Raja Sukarama terjadi konflik perebutan tahta antara dua orang anak beliau.

Walaupun konflik terjadi, Raja Sukarama sudah berwasiat bahwa kelak pengganti beliau adalah Pangeran Samudera, anak dari Putri Galuh. Mengetahui hal tersebut, Pangeran Tumenggung tidak terima.

Gara-gara wasiat tersebut Pangeran Samudera merasa terancam dan beliau akhirnya meninggalkan istana dan menyamar menjadi nelayan di sekitar pesisir Pantai Serapat, Belandian, Kuin, dan Banjar.

Saat dewasa beliau bertemu dengan Patih Masih, seorang penguasa bandar yang telah memeluk Islam.

Patih Masih dengan beberapa patih mengangkat Pangeran Samudera untuk menjadi raja Banjar pada tahun 1526.

Pengangkatan tersebut merupakan awal perjuangan Pangeran Samudera. Dengan pemerintahan beliau, Kerajaan Banjar mempunyai kekuatan politik baru yang bisa menjadi tandingan untuk Kerajaan Daha.

Pangeran Tumenggung yang mengetahui hal tersebut langsung mengirimkan pasukan armadanya untuk melakukan penyerangan.

Pasukan melakukan penyerangan ke Sungai Barito dan ujung Pulau Alalak. Kabar tersebut membuat Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggana.

Beliau bisa membantu jika Raja Banjar dan rakyatnya mau memeluk agama islam. Pangeran Samudera mengiyakan.

Kerajaan Demak pun mengirimkan seribu pasukan bersenjatanya dan penghulu Khatib Dayyan untuk mengislamkan Kerajaan Banjar.

Bantuan tersebut membuat Kerajaan Daha bisa dikalahkan dan Pangeran Tumenggung pada akhirnya mau mengakui bahwa Pangeran Samudera sebagai Raja Banjar.

Kemenangan tersebut sekaligus menandakan bahwa Kesultanan Banjar sudah terbentuk.

Wilayah kekuasaan mulai luas dan Pangeran Samudera kemudian bergelar menjadi Sultan Suriansyah.

Raja-raja yang Pernah Menjabat di Kerajaan Banjar

Berikut adalah raja-raja yang pernah menjabat di kerajaan Banjar, antara lain:

1. Sultan Suriansyah atau Pangeran Samudera (1520-1546)

Selain menjadi sultan pertama, beliau juga yang mempunyai peran dalam masuknya agama islam di wilayah ini (Banjar).

Saat pemerintahan beliau, agama islam menjadi agama resmi kerajaan sehingga menjadi kesultanan.

Walaupun sudah menjadi kesultanan, Sultan Suriansyah belum membuat hukum-hukum islam dan belum membuat lembaga karena saat itu juga belum ada ulama yang mendampinginya.

Beliau lebih fokus kepada perluasan wilayah kekuasaan.

2. Sultan Rahmatullah (1545-1570)

Sumber tentang masa pemerintahan ini belum lengkap, tetapi yang perlu diketahui beliau adalah anak dari Sultan Suriansyah atau Pangeran Samudera.

3. Sultan Hidayatullah (1570 – 1595)

Dalam pemilihan seorang sultan didasarkan pada keturunan dari sultan sebelumnya. Maka otomatis, pengganti dari Sultan Rahmatullah adalah anaknya yang bernama Sultan Hidayatullah.

4. Sultan Mustain Billah ( 1595 – 1620)

Pada masa pemerintahan beliau, ibukota kesultanan dipindahkan ke daerah Kayutangi, Martapura. Pemindahan ibukota ini didasarkan pada penyerangan yang dilakukan oleh Belanda di ibukota sebelumnya.

5. Ratu Agung (1620 – 1637)

Pada masa pemerintahan ini belum ada sumber lengkap yang menceritakan hal tersebut.

Perlu diketahui bahwa Ratu Agung merupakan putra dari Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Inayatullah.

6. Sultan Saidullah (1637 – 1642)

Pada masa pemerintahan beliau terkenal dalam kehebatan memimpin perang sehingga gelar beliau pun ditambah, yaitu sebagai Pangeran Darat. Beliau merupakan anak kedua dari Pangeran Dipati Anom 1.

7. Adipati Halid (1642 – 1660)

Beliau merupakan paman dari Pangeran Darat dan merupakan paman tiri dari Dipati Anta Kusuma.

Saat putra Sultan Saidullah sudah dewasa, maka pemerintahan akan diserahkan ke Amirullah Bagus Kasuma. Lebih tepatnya, beliau sebagai wali sultan.

8. Amirullah Bagus Kasuma (1660 – 1663)

Seperti penjelasan sebelumnya, saat beliau sudah dewasa maka pemerintahannya diserahkan kepada beliau untuk memimpin sebagai sultan Banjar.

Sayang pemerintahan beliau hanya bertahan selama 3 tahun akibat dari serangan Pangeran Adipati Anum.

9. Pangeran Adipati Anum (1663 – 1679)

Masa pemerintahannya didapat dengan melakukan serangan kepada Amirullah Bagus Kasuma. Beliau ingin merebut tahta dari sultan sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Anum, beliau didampingi oleh suku Biaju dan Pangeran Aria Wiraraja untuk mengatur kerajaan.

10. Sultan Tahlilullah (1679 – 1700)

Pada masa pemerintahan ini, beliau dijuluki sebagai Raja Kayu Tangi karena ibukota kesultanan dipindahkan lagi ke daerah Kayu Tangi.

Dalam mendapatkan kekuasaan, beliau melakukan pembunuhan terhadap raja sebelumnya beserta anaknya. Akibatnya tidak ada putra mahkota yang dilangkahi.

11. Sultan Tahmidullah atau Sultan Tahlilullah II (1700 – 1734)

Pada masa pemerintahan ini, beliau memiliki gelar sebagai Sultan Kuning. Beliau mempunyai dua putra mahkota yang pastinya dijadikan penerusnya saat beliau meninggal, yaitu Sultan Ilhamullah dan Sultan Tamjidullah.

12. Pangeran Tamjid (1734 – 1759)

Pada masa pemerintahan ini, beliau memiliki gelar sebagai Sultan Sepuh atau Panembahan Baradualam.

Beliau sangat memegang teguh ajaran nenek moyang dimana sangat menjaga silsilah asli kerajaan.

Silsilah tersebut salah satunya adalah Banjar harus dipimpin oleh putra mahkota keturunan raja pendiri.

13. Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah (1761 – 1801)

Pada masa pemerintahan ini, beliau didampingi oleh wali sultan yaitu Pangeran Nata Dilaga karena putra dari Raja Muhammad Aliuddin belum dewasa (Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah).

14. Sultan Suleman Al Mutamidullah (1801 – 1825)

Pada masa pemerintahan ini, yang memimpin adalah anak dari Sultan Tahmidullah yang naik tahta pada tahun 1801.

Beliau merupakan putra sulung dari permaisuri pertama Sultan Tahmidullah.

15. Sultan Adam Al-Watsiq B. bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-1857)

Pada masa pemerintahan ini, kedudukan agama islam terlihat jelas dimana beliau mengeluarkan UU Negara yaitu UU Sultan Adam pada tahun 1835.

Isi dari UU tersebut adalah sumber hukum yang digunakan adalah hukum islam. Akibat UU tersebut, orang Banjar dikenal sebagai orang yang beragama islam.

16. Pangeran Tamjidillah (1857 – 1859)

Pada masa pemerintahan ini diambil alih oleh putra mahkota dari Sultan Adam Al-Tamsik tetapi pemerintahan ini hanya bertahan selama dua tahun.

Penyebabnya adalah Belanda masuk ke wilayah ini untuk menjajah dan jabatannya berakhir karena fitnah dari Belanda.

17. Pangeran Antasari (1859 – 1862)

Pada masa pemerintahan ini dipimpin oleh Pangeran Antasari yang cukup terkenal dalam membantu kemerdekaan Indonesia, sehingga dimasukkan ke dalam kategori pahlawan nasional.

Beliau mempunyai gelar, yaitu Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’mina. Beliau merupakan putra dari Pangeran Mashud.

Pada masa pemerintahan ini Banjar berpusat di Bakumpai sampai ke Tanah Dusun.

Beliau mempunyai tangan kanan yang bernama Tumenggung Surapati yang ikut berjuang dalam mengusir penjajah.

18. Sultan Muhammad Seman (1862 – 1905)

Pada masa pemerintahan ini dipimpin oleh Sultan Muhammad Seman pengganti dari Pangeran Antasari yang sudah wafat.

Beliau merupakan putra dari Pangeran Antasari dengan gelar Raja Pagustian.

Beliau mewarisi jiwa nasionalisme dari ayahnya dengan memperkuat kekuatan militer kesultanan dalam mengusir Belanda dari Indonesia.

Beliau gugur dalam medan perang tahun 1905. Hal tersebut menandakan berakhirnya kerajaan Banjar.

Seiring berkembangnya zaman, pada tahun 2010 Sultan Haji Khairul Saleh Al Mu’tashim Billah diangkat menjadi raja Banjar.

Masa Kejayaan Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, pada masa pemerintahan:

  • Raja Mustain Billah (1595-1620)
  • Raja Inayatullah (1620-1637)dan
  • Raja Saidullah (1637-1642).

Kemakmuran dirasa dalam bidang perekonomian, dimana memiliki hasil lada yang menjadi komoditas ekspor.

Hal tersebut dipengaruhi oleh posisi Banjar yang strategis sebagai jalur perdagangan.

Daerah kekuasaan kerajaan Banjar meliputi Kotawaringin, Sambas, Lawai, dan sekitarnya.

Masa kejayaan kerajaan ini menjadikan kerajaan Banjar terkuat di pulau Borneo (Kalimantan).

Raja Banjar pun bisa memperluas kekuasaan hingga Pulau Jawa (Surabaya dan Madura).

Sebab Runtuhnya Kerajaan Banjar

Dengan adanya wilayah kerajaan yang menjadi pelabuhan bebas, membuat kehadiran unsur asing menjadi akibat perpecahan di kalangan istana.

Kehadiran Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan membuat unsur asing masuk ke dalam istana ini.

Awalnya hubungan kedua belah pihak ini baik, tetapi dengan adanya ikut campur Belanda dalam urusan kesultanan menyebabkan perang untuk mempertahankan kekuasaan.

Perang tersebut bernama “Perang Banjar”. Perlawanan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada tahun 1859-1863 dan pada tahun 1863-1905. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan dari kerajaan Banjar.

Dengan kekalahan kerajaan Banjar pada tahun 1905 otomatis menandakan bahwa kesultanan ini berakhir.

Peninggalan Kerajaan Banjar

Berikut adalah peninggalan dari Kesultanan Banjar yang bisa ditemui, antara lain:

  • Candi Agung Amuntai

Candi Agung Amuntai diperkirakan sudah berusia 740 tahun yang dalam pembuatannya dominan menggunakan bahan kayu dan batu. Sampai sekarang masih berdiri kokoh dengan batu bata merahnya.

Batu merah dalam candi ini lebih berat daripada batu bata merah biasanya.

  • Masjid Sultan Suriansyah

Masjid ini merupakan masjid tertua yang ada di Kalimantan Selatan dan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah atau Pangeran Samudera saat itu pada tahun (1526-1550).

Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara. Wilayah tersebut terkenal sebagai Banjar Lama karena merupakan situs ibu kota kerajaan Banjar pertama kali.

Bentuk arsitektur berupa konstruksi panggung, beratap tumpang, dan dengan gaya tradisional Banjar.

Pada bagian mihrabnya mempunyai atap sendiri terpisah dengan bangunan induk.

Nah, itulah penjelasan singkat tentang kerajaan Banjar. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan.

The post Sejarah Kerajaan Banjar – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>