Kerajaan cirebon - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-cirebon Fri, 05 Jan 2024 09:25:34 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Kerajaan cirebon - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-cirebon 32 32 Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya https://haloedukasi.com/kerajaan-cirebon Fri, 05 Jan 2024 09:25:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=47257 Cirebon merupakan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat. Cirebon kental dengan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Terlebih lagi ketika hari-hari tertentu atau pada perayaan hari besar daerah ini sangat kental melaksanakan adat istiadat. Bahkan beberapa bangunan bersejarah masih berdiri kokoh di Cirebon. Hal ini dilatarbelakangi karena dulu Cirebon memiliki […]

The post Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Cirebon merupakan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat. Cirebon kental dengan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Terlebih lagi ketika hari-hari tertentu atau pada perayaan hari besar daerah ini sangat kental melaksanakan adat istiadat.

Bahkan beberapa bangunan bersejarah masih berdiri kokoh di Cirebon. Hal ini dilatarbelakangi karena dulu Cirebon memiliki sebuah kerajaan islam yang terbilang cukup besar yakni Kerajaan Cirebon. Meskipun pada akhirnya, Kerajaan ini terbagi menjadi dua yakni Kerajaan Kasepuhan dan Kanoman.

Kerajaan Cirebon memiliki akar sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Pajajaran. Hal ini dikarenakan pendiri dari Kerajaan Cirebon merupakan salah satu anak dari Prabu Siliwangi. Ketika itu, salah satu anak dari Prabu Siliwangi memilih menetap di Cirebon yang dahulunya merupakan sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh sang kakek.

Di bawah kepemimpinannya, ia mendirikan sebuah Kerajaan Islam bernama Kerajaan Cirebon. Ia juga aktif menyebarkan agama islam tidak hanya di wilayah Cirebon melainkan ke berbagai penjuru. Kerajaan Cirebon semakin berkembang pesat menjadi sebuah Kerajaan maritim yang memiliki angkatan armada yang kuat.

Bahkan pada periode selanjutnya Kerajaan Cirebon memiliki seorang raja yang merupakan salah satu dari wali Sanga. Di bawah kepemimpinannya inilah berhasil membawa Kerajaan Cirebon pada puncak kejayaan.

Berikut ini penjelasan mengenai Kerajaan Cirebon

Sejarah Pendirian Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan islam yang terletak di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut Babad Tanah Jawa dan Atja, dahulunya Cirebon merupakan sebuah dukuh kecil yang bernama Caruban. Dukuh kecil ini dibangun oleh Ki Gedeng Tapa.

Setelah Ki Gedeng Tapa meninggal dunia, berdirilah sebuah pemerintahan. Pemerintahan ini didirikan oleh cucu Ki Gedeng Tapa yang bernama Walangsungsang. Sejak inilah Walangsungsang diberi nama Pangeran Cakrabuana yang merupakan pendiri dari Kerajaan Cirebon.

Kemudian Walangsungsang mendirikan Istana Pakungwati sebagai pusat pemerintahan. Walangsungsang masih berada dalam garis keturunan Kerajaan Pajajaran. Ia merupakan anak pertama dari prabu Siliwangi dengan Subanglarang.

Subanglarang merupakan anak dari Ki Ageng Tapa yang mendirikan dukuh kecil atau Cirebon. Walangsungsang memiliki dua orang saudara yang bernama Raden Kian Santang dan Nyai Rara Santang.

Sebagai anak tertua, Walangsungsang menjadi penerus Kerajaan Pajajaran. Namun, dikarenakan ia memeluk agama islam, maka ia tidak bisa meneruskan tahta Kerajaan Pajajaran. Tahta tersebut kemudian diberikan kepada Raden Surawisesa.

Raden Surawisesa adalah anak dari Istri kedua Prabu Siliwangi yang bernama Nyai Cantring Manikmayang. Pada saat itu, masyarakat di Kerajaan Pajajaran menganut agama Hindu, Buddha serta sunda wiwitan. Di mana hal ini berlainan dengan agama Walangsungsang.

Walangsungsang menganut agama seperti ibunya yakni agama islam. Walangsungsang keluar dari Kerajaan karena sikap yang dilakukan oleh ayahnya yakni Prabu Siliwangi kepada ibunya. Bersama dengan adiknya ia pergi ke Cirebon dan mendirikan Kerajaan.

Menurut sumber lain, dijelaskan bahwa Walangsungsa menikah dengan dua orang perempuan. Dari pernikahannya ini ia dikaruniai 10 orang anak. Di mana salah satu anaknya yakni Putri Pakung wati menikah dengan salah seorang wali songo yang bernama Sunan Gunung Djati.

Namun, ada yang menyebutkan bahwa Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati merupakan anak dari Nyai Lara Santang. Ketika itu, keduanya berangkat ke mekah untuk menunaikan ibadah haji. Walangsungsang dan Nyai Lara Santang berangkat setelah mendapatkan petuah dari seorang Syekh bernama Syekh Datuk Khafi .

Ketika di Arab keduanya memiliki nama arab. Keduanya tinggal di Mekah selama tiga bulan dan mendapatkan bimbingan dari saudara Syekh Datuk Kahfi. Sang adik yakni Nyai Lara Santang kemudian menikah dengan seorang anak dari bangsawan Arab yang bernama Syarif Abdullah.

Ia kemudian melahirkan seorang anak yang bernama Syarif Hidayatullah. Kelak anaknya inilah yang menjadi penerus dari tahta Kerajaan Cirebon. Seteleh dari Mekah, Walangsungsang begitu gencar menyebarkan agama islam. Hal inilah yang kemudian membuat Kerajaan Cirebon memiliki pemahaman islam yang begitu kuat. Walangsungsang akhirnya meninggal dunia pada tahun 1529.

Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon (1479 sampai 1568 Masehi)

Puncak kejayaan Kerajaan Cirebom terjadi pada masa pemerintahan Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Djati merupakan salah satu wali songo. Oleh karena itu, ia begitu gencar melakukan penyebaran agama islam. Selama ia berkuasa, Sunan Gunung Djati melakukan banyak invansi ke berbagai daerah. Bahkan ia melakukan perluasan sampai ke Banten dan Sunda Kelapa.

Penaklukkan ini bertujuan untuk memperluas wilayah dan menyebarkan agama islam. Tidak hanya cakap dalam perluasan wilayah. Sunan Gunung Djati juga pandai dalam bidang perekonomian. Ia memanfaatkan posisi strategis Kerajaan Cirebon yang berada di pesisir pantai. Ia melakukan hubungan diplomasi ke berbagai negara seperti Malaka, Campa hingga Arab.

Akibat dari adanya hubungan diplomatik ini membuat adanya keuntungan di bidang ekonomi khususnya di bidang ekspor dan impor. Sunan Gunung Djati membangun beberapa fasilitas seperti pelabuhan. Pelabuhan ini dibangun untuk melancarkan kegiatan ekonomi Kerajaan Cirebon. Untuk memperkuat posisi kerajaan maritim, Kerajaan Cirebon memiliki angkatan armada yang kuat.

Selain itu, pada masa pemerintahan Sunan Gunung Djati juga dibangun jalan hingga masjid. Pembangunan ini tidak lain untuk melancarkan kegiatan dakwah atau penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Djati.

Peninggalan Kerajaan Cirebon

  1. Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon adalah Keraton Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Raden Walangsungsang. Mulanya Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun karena perluasan dari Keraton Pangkuwati.

Ketika itu, Pangeran Cakrabuna begitu menyayangi sang anak yang bernama Ratu Ayu Pangkuwati. Hal inilah yang membuat keraton tersebut diberi nama Keraton Pangkuwati. Namun, pada tahun 1529, Keraton Pangkuwati dikembangkan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin.

Dari sinilah, Keraton ini berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan Cirebon. Hingga saat ini, Keraton Kasepuhan Cirebon masih terjaga dengan baik. Keraton Kasepuhan Cirebon menghadap ke sebelah utara dan berdekatan dengan area masjid.

Keraton Kasepuhan Cirebon mempunyai dua pintu yakni pintu utama berada di sebelah utara sedangkan pintu belakang ada di bagian selatan Keraton. Pintu utama dari Keraton Kasepuhan Cirebon dinamakan dengan Kreteg Pangrawit yang memiliki arti jembatan kecil.

Sementara itu, pintu belakang kerap dinamakan dengan lawang sanga yang berarti pintu sembilan. Di bagian depan Keraton terdapat dua buah bangunan yang dinamakan dengan pancaniti dan pancaratna.

  1. Keraton Kanoman
Keraton Kanoman, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Keraton Kanoman. Keraton ini didirikan oleh Pengeran Muhamad Badrudin Kertawijaya. Keraton Kanoman dibangun pada tahun 1578 dan memiliki luas sekitar enam hektar. Keraton Kanoman berada tidak jauh dari Pasar Kanoman dan Keraton Kasepuhan atau lebih tepatnya ada di Kecamatan Lemangwungkuk, Cirebon.

Fungsi dari Keraton Kanoman sebagai tempat tinggal raja ke-12 dari Kerajaan Cirebon yakni Sultan Muhammad Emirudin. Tidak hanya raja saja, keluarga raja pun tinggal di keraton Kanoman. Di dalam keraton kanoman terdapat banyak beberapa benda bersejarah milik kerajaan Cirebon seperti dua kereta.

Hingga saat ini, Keraton Kanoman masih memegang teguh tradisi. Banyak tradisi yang masih dijalankan seperti grebeg syawal serta ziarah ke makam leluhur seperti Makam Sunan Gunung Djati. Benda-benda peninggalan yang terdapat di Keraton Kanoman masih ada kaitannya dengan penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Djati.

Keraton Kanoman ini dibangun di atas bangunan kuno. Di mana di Keraton ini terdapat saung yang dinamakan dengan Bangsal Witana. Bangsal Witana ini yang menjadi permulaan berdirinya Keraton Kanoman. Di mana luas dari bangunan ini setara dengan lima kali dari luas lapangan sepak bola.

  1. Bangunan Mande Pengiring
Bangunan Mande Pengiring, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Bangunan Mande Pengiring merupakan peninggalan kerajaan Cirebon. Bangunan Mande Pengiring berada di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah. Fungsi dari Bangunan Mande Pengiring sebagai tempat duduk para pengiring raja serta tempat ketika bersantai.

Selain bangunan mande pengiring terdapat 4 bangunan mande lainnya. Bangunan tersebut digunakan sesuai dengan fungsinya serta melambangkan kekuasaan kerajaan Cirebon.

  1. Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Keraton Kacirebonan terletak di Pulasaren, Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Letak Keraton Kacirebonan tidak berada jauh dari Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Diperkirakan, Keraton Kacirebonan dibangun sekitar tahun 1800 an.

Seperti Keraton pada umumnya, Keraton Kacirebonan menjadi tempat tinggal bagi para raja serta menyimpan benda bersejarah. Adapun benda yang disimpan di Keraton Kacirebonan adalah keris, wayang hingga gamelan.

Keraton Kacirebonan memiliki luas sekitar 46.500 meter persegi. Di mana bangunan ini berbentuk memanjang dari sebelah utara hingga selatan. Bangunan Keraton Kacirebonan memiliki gaya arsitektur campuran dari berbagai negara dan menggabungkannya dengan tradisional seperti China dan Belanda.

  1. Keraton Keprabonan
Keraton Keprabonan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Berdirinya Keraton Keprabonan dilatarbelakangi oleh perjanjian yang dilakukan oleh Belanda. Keraton Keprabon didirikan oleh Pangeran Adipati Keprabonan. Pangeran Adipati Keprabonan kelak akan menjadi putera mahkota dari Kesultanan Keprabon yang merupakan pecahan dari Kerajaan Cirebon. Didirikannya Keraton Keprabonan bertujuan sebagai tempat menimba ilmu agama islam.

Perjanjian persahabatan antara Belanda dengan Cirebon ini terjadi sekitar tahun 1681. Di mana pada saat itu, Kerajaan Cirebon telah menjadi dua yakni Kasepuhan dan Kanoman. Pada tanggal 7 Januari 1681 perjanjian persahabatan antara Belanda dan Cirebon pun ditandatangani. Sebenarnya perjanjian ini bertujuan untuk memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon oleh Belanda.

Sultan Kanoman I ketika itu memiliki dua orang anak yang bernama Pangeran Adipati Kaprabon dan Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin. Setelah sang ayah meninggal dunia, keduanya sepakat untuk melakukan penyerangan secara diam-diam kepada Belanda.

Tak lama Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin resmi menjadi Sultan Anom II dari Kerajaan Anom. Sementara itu, Pangeran Adipati Kaprabon memilih untuk mendalami ilmu agama dan menyerahkan tahta kerajaan kepada adiknya.

Pada 1696, Pangeran Adipati Kaprabon kemudian mendirikan Keraton Keprabonan yang berfungsi sebagai tempat menimba ilmu agama islam. Ketika itu serangan serta gejolak politik terhadap Belanda masih terus berlangsung. Melihat hal itu, Pangeran Adipati Kaprabon berniat untuk memisahkan diri dengan mempelajari ilmu agama islam secara mendalam.

Pangeran Adipati Kaprabon kemudian diberikan gelar Sultan Prabu. Pada tahun 1690, Pangeran Adipati Kaprabon diangkat menjadi Putera Mahkota Kesultanan Kanoman tepat setelah sang ibu meninggal dunia. Setelah menjadi putera mahkota, dirinya kemudian diberi gelar Sultan Pandita Agama Islam. Ia juga dipakaikan busana Kaprabon yang merupakan pakaian perang Kerajaan wali.

  1. Kereta Singa Barong Kasepuhan
Kereta Singa Barong Kasepuhan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Peninggalan dari Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Kereta Singa Barong Kasepuhan. Kereta Singa Barong Kasepuhan ini dibuat sekitar tahun 1549 yang dibuat oleh cucu dari Sunan Gunung Djati yang bernama Panembahan Losari. Bagian depan dari Kereta Singa Barong Kasepuhan memiliki bentuk seperti belalai gajah. Hal ini menandakan persahabatan yang terjalin antara Kerajaan Cirebon dengan India.

Sementara itu, terdapat pula kepala naga yang melambangkan persahabatan yang terjalin dengan China ketika itu. Pada bagian badan mirip seperti burok yang menandakan persahabatan Kerajaan Cirebon dengan Mesir. Di bagian belalai gajah terdapat pula senjata trisula yang melambangkan cipta rasa serta karya manusia.

Setiap tanggal 1 Muharam biasanya dilakukan kirab dan Kereta Singa Barong Kasepuhan akan digunakan pada saat kirab berlangsung. Pada tahun kemerdekaan Indonesia, benda bersejarah peninggalan Kerajaan Cirebon ini dimasukkan ke dalam museum. Hal ini dikarenakan usia dari Kereta Singa Barong Kasepuhan. Namun, kemudian dibuatlah duplikat dari Kereta Singa Barong Kasepuhan.

  1. Makam Sunan Gunung Djati
Makam Sunan Gunung Djati, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Sunan Gunung Djati merupakan salah satu raja dari Kerajaan Cirebon. Bahkan pada saat pemerintahannya, Kerajaan Cirebon mencapai puncak kejayaan. Selain itu, ia juga merupakan salah satu dari wali sanga, sosok yang berperan menyebarkan agama islam di Nusantara.

Makam Sunan Gunung Djati berada di alun-alun Desa Astana, Gunung Djati, Cirebon. Makam ini terletak di sebuah bukit kecil yang kerap dinamakan dengan Gunung Sembung. Kompleks pemakaman Sunan Gunung Djati tertelak di antara jalur Cirebon dan Indramayu.

Makam Sunan Gunung Djati hingga saat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah. Bahkan menjadi salah satu destinasi wisata religi di Cirebon. Hal ini dikarenakan peran Sunan Gunung Djati yang aktif menyebarkan agama islam di wilayah Jawa Barat khususnya Cirebon.

The post Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Cirebon – Raja – Peninggalan https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-cirebon Tue, 21 Jan 2020 04:49:56 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3288 Setelah pecahnya Majapahit, yang melahirkan kerajaan demak sebagai kerajaan Islam yang terkuat dan terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan Cirebon pun ikut andil menjadi sebuah kerajaan Islam terpopuler khususnya di Jawa Barat. Pemerintahan yang berdiri dari tahun 1430-1677 menghasilkan 4 pemimpin meski beberapa kali terjadi kekosongan. Namun akhirnya harus terpecah menjadi 2 kerajaan, setelah adanya perebutan […]

The post Sejarah Kerajaan Cirebon – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah pecahnya Majapahit, yang melahirkan kerajaan demak sebagai kerajaan Islam yang terkuat dan terbesar di Pulau Jawa.

Kerajaan Cirebon pun ikut andil menjadi sebuah kerajaan Islam terpopuler khususnya di Jawa Barat. Pemerintahan yang berdiri dari tahun 1430-1677 menghasilkan 4 pemimpin meski beberapa kali terjadi kekosongan.

Namun akhirnya harus terpecah menjadi 2 kerajaan, setelah adanya perebutan antara Mataram dan Banten serta campur tangan VOC.

Latar Belakang Kerajaan Cirebon

Awalnya Cirebon hanyalah sebuah hutan yang dibangun menjadi desa oleh Ki Gedeng Alang-alang. Lama kelamaan desa tersebut ramai ditinggali oleh pendatang.

Karena banyaknya pendatang yang tinggal disana, desa ini diberi nama sunda yaitu Caruban.

Letaknya yang berada di pesisir utara Pulau Jawa, membuat sebagian besar pekerjaan masyarakat adalah menjadi nelayan.

Karena adanya air bekas pembuatan terasi udang inilah, akhirnya Caruban berganti nama menjadi Cirebon, yang artinya air udang.

Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, kepemimpinan desa Cirebon beralih kepada menantunya Walangsungsang.

Walangsungsang atau Cakrabuana merupakan anak dari Prabu Siliwangi yang merupakan pemimpin kerajaan Pajajaran. Karena hal inilah, Cirebon akhirnya menjadi kadipaten Pajajaran.

Pada tanggal 21 Agustus 1522 M, hubungan Cirebon dan Pajajaran malah memburuk setelah perjanjian yang dilakukan Pajajaran terhadap Portugis.

Keinginan Pajajaran memperkuat kerajaannya dengan cara menjalin kerjasama pada Portugis telah membuat kerajaan Islam lainnya takut.

Mereka takut kerajaan Islam di Pulau Jawa akan diusik oleh negara asing. Salah satunya adalah dampak penjajahan Portugis yang dirasakan oleh Pasai dan Malaka.

Dimana kedua daerah tersebut menjadi korban penjajahan Portugis dan memberikan dampak yang sangat buruk.

Raja-raja Yang Menjabat di Kerajaan Cirebon

1. Pangeran Walangsungsang (1430-1479 M)

Pangeran Walangsungsang atau Cakrabuana memerintah pada tahun 1430-1479 M.

Beliau merupakan Sultan Cirebon I yang ditunjuk ketika desa Cirebon akhirnya berubah menjadi kadipaten di bawah naungan Pajajaran.

Pangeran Cakrabuana merupakan putra pertama dari Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Namun tidak mendapatkan haknya sebagai putra mahkota Pajajaran.

Hal ini dikarenakan beliau memeluk agama Islam, sementara Pajajaran mayoritas memiliki agama Sunda Wiwitan.

Karena hal itu, Pangeran Cakrabuana terbuang dan mengasingkan diri. Suatu ketika, Cakrabuana memperistri Nyai Retna Riris yang tak lain adalah anak dari Ki Gedeng Alang-alang.

Oleh karenanya, Cakrabuana diangkat sebagai kepala desa Cirebon setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat.

Sepeninggal Ki Gedeng Alang-alang, Cirebon menjadi lebih aktif dikarenakan terdengarnya kabar bahwa anak Prabu Siliwangi menjadi sukses di sebuah daerah.

Karena kebanggaan Prabu Siliwangi terhadap anaknya, dijadikanlah Cirebon sebagai kerajaan di bawah Pajajaran tahun 1430 M.

Pangeran Walangsungsang atau Cakrabuana terus aktif menyebarkan agama Islam pada rakyat Cirebon.

Hingga tahun 1529 beliau wafat dan dimakamkan di Gunung Sembung, Cirebon.

2. Sunan Gunung Jati (1479-1495 M)

Sunan Gunung Jati memiliki nama lain Syarif Hidayatullah merupakan keponakan dari Pangeran Walangsungsang.

Pada tahun 1479 hingga 1495 beliau memimpin Cirebon. Beliau merupakan salah satu Walisongo yang terkenal menyebarkan agama Islam ke penjuru Pulau Jawa terutama Jawa Barat.

Dalam masa kepemimpinannya kerajaan Cirebon menjadi berjaya dan semakin luas wilayahnya.

Beberapa daerah ditaklukan seperti pajajaran timur, barat, tengah bahkan Jayakarta.

Pelabuhan-pelabuhan menjadi aktif sebagai jalur pelayaran dan perdagangan ketika masa pemerintahan Sunan Gunung Jati.

Pada jalur perdagangan inilah, beliau juga turut menyebarkan agama Islam yang mempengaruhi kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa.

3. Pangeran Agung (1568-1649 M)

Sebelum Pangeran Agung menjabat, telah terjadi beberapa kali kekosongan pemimpin.

Dimulai dari Pangeran Pasarean yang wafat sebelum penobatan. Akhirnya kepemimpinan ini jatuh ke tangan Pangeran Sedang Kemuning yang juga wafat sebelum penobatan.

Pangeran Agung merupakan cicit Sunan Gunung Jati. Beliau memimpin Cirebon selama kurang lebih 80 tahun dari tahun 1568-1649.

Beliau wafat tahun 1649 dengan meninggalkan 5 orang anak dan seorang istri.

4. Panembahan Girilaya (1649-1662 M)

Setelah wafatnya Pangeran Agung, pemerintahan akhirnya beralih ke Pangeran Sedang Gayam.

Namun lagi-lagi, beliau harus wafat sebelum dinobatkan sebagai raja. Akhirnya kepemimpinan jatuh pada anaknya yaitu Panembahan Girilaya.

Pada tahun 1649-1662, Panembahan Girilaya memerintah. Beliau memiliki nama lain Pangeran Putera atau Sultan Abdul Karim.

Di masa kepemimpinan Panembahan Girilaya inilah, kesultanan Cirebon mulai mengalami gejolak politik.

Adanya perdebatan antara kerajaan Mataram dan kerajaan Banten membuat masa jaya Cirebon harus berakhir dan runtuh.

Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon

Karena Sunan Gunung Jati memiliki tingkat interaksi sosial yang baik dengan rakyatnya, ia menjadi raja yang sangat di senangi.

Kerajaan Cirebon mengalami masa-masa keemasan ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.

Pada tahun 1479-1649 M masa keemasan ini berlangsung selama 170 tahun. Pada masa kejayaan ini, pemerintahan Cirebon membangun beberapa istana, masjid, mushola, dan infrastruktur lainnya.

Agama Islam terus disebarkan secara aktif dan pelabuhan-pelabuhan menjadi pusat perdagangan yang menopang perekonomian rakyat Cirebon.

Perluasan wilayah juga dilakukan di daerah Jawa Barat serta Jawa Timur. Bahkan kesultanan Cirebon mampu menaklukan Pajajaran Barat melalui kesultanan Banten dengan diprakarsai oleh Sunan Gunung Jati.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Cirebon

Setelah masa-masa kejayaan muncul, akhirnya Cirebon harus runtuh dan berakhir menjadi 2 bagian kerajaan yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesutanan Kanoman.

Penyebab runtuhnya pemerintahan Cirebon karena adanya masalah politik yang terjadi di antara kerajaan Mataram Islam, kerajaan Banten serta VOC Belanda.

Hal ini dimulai ketika Panembahan Girilaya memimpin tahun 1649-1662. Pada waktu itu Panembahan Girilaya datang untuk berkunjung ke Mataram.

Namun di tengah kunjungannya itu, Sultan Mataram meminta agar kerajaan Cirebon memutus hubungan dengan Banten.

Mataram ingin menjadikan Cirebon sebagai bawahannya. Namun Panembahan Girilaya menolak.

Karenanya, Panembahan Girilaya dan 2 putra mahkotanya ditahan di Mataram.

Tahun 1662, Panembahan Girilaya wafat dan selama 16 tahun Cirebon tidak memiliki pemimpin.

Setelah 16 tahun, terjadilah pemberontakan Trunojoyo, dimana rakyat Banten dan Cirebon bersatu menguasai istana Mataram.

Sultan Mataram melarikan diri namun akhirnya wafat dalam pelarian. Sementara 2 putra mahkota berhasil diselamatkan dan diangkat menjadi sultan.

Karena adanya 2 sultan inilah, pada akhirnya kesultanan Cirebon terpecah menjadi 2 bagian kerajaan.

Peninggalan Kerajaan Cirebon

Beberapa peninggalan kesultanan Cirebon diantaranya :

  • Keraton Kasepuhan Cirebon

Pada tahun 1430 keraton ini didirikan oleh Pangeran Cakrabuana. Nama lainnya adalah Keraton Pakungwati (mengambil dari nama putrinya Ratu Ayu Pakungwati).

Pada keraton ini akan dijumpai bangunan masjid megah karya para Wali yang ada di sebelah keraton. Selain itu ada alun-alun di sebelah timur keraton.

Di bagian depan dan belakang juga akan dijumpai gerbang keraton dan khususnya di bagian depan akan menemukan 2 bangunan bernama Pancaratna dan Pancaniti.

  • Kereta Singa Barong Kasepuhan

Dibuat pada tahun 1549 oleh Panembahan Losari (cucu Sunan Gunung Jati). Bentuknya yang unik dengan bagian depan kereta terdapat belalai gajah, naga berkepala tiga dan badan serta sayap Buroq.

Biasanya kereta ini digunakan ketika kirab. Namun di tahun 1945, sudah tidak lagi digunakan dan ketika kirab hanya menggunakan kereta duplikatnya saja.

  • Patung Macan Putih

Patung berbentuk macan putih yang ada di depan keraton-keraton Cirebon. Patung ini dulunya merupakan lambang keluarga dari Prabu Siliwangi.

  • Keraton Kacirebon

Keraton ini ada di kelurahan Pulasaren, Pekalipan, Kota Cirebon. Dibangun pada tahun 1800 M, saat ini digunakan sebagai museum penyimpanan barang-barang peninggalan terdahulu.

  • Keraton Kanoman

Keraton yang merupakan rumah bagi Sultan Muhammad Emiruddin dan keluarganya ini dibangun oleh Pangeran Kertawijaya. Ada 2 kereta yang disimpan di keraton ini yaitu kereta Jempana dan kereta Paksi Naga Liman.

  • Keraton Keprabon

Bangunan ini didirikan Pangeran Raja Adipati bukan sebagai tempat tinggal, melainkan tempat untuk menimba ilmu agama Islam.

  • Makam Sunan Gunung Jati

Makam salah satu Walisongo ini selalu ramai dikunjungi masyarakat yang ingin berziarah hingga saat ini.

Sunan Gunung Jati merupakan salah satu penyiar agama Islam. Makamnya terletak di lintasan Cirebon-Indramayu.

  • Masjid Sang Cipta Rasa

Masjid yang dibangun tahun 1840 M ini diprakarsai oleh Sunan Gunung Jati dengan menunjuk Sunan Kalijaga sebagai perancang bangunannya.

Membangun masjid ini dulunya melibatkan 500 orang dan merupakan masjid tertua yang ada di Cirebon.

  • Tajuq Agung dan Bedug Samogiri

Bangunan Islam peninggalan Cirebon lainnya selain masjid adalah Tajuq Agung atau Mushola Agung. Bangunan ini dulunya adalah tempat ibadah kerabat keraton.

Di samping mushola terdapat pos bedug Samogiri yang merupakan bangunan tanpa dinding dan atapnya berbentuk limas.

  • Alun-alun Sangkala Buana

Bangunan ini merupakan alun-alun yang ada di sebelah timur Keraton Kasepuhan.

Dulunya alun-alun ini digunakan untuk acara resmi keraton, namun saat ini berganti menjadi pasar tempat berjualan poci atau teko buatan masyarakat sekitar.

  • Bangunan Mande Karesmen dan Mande Pengiring

Mande Karesmen adalah bangunan yang difungsikan untuk tempat pengiring gamelan.

Hingga saat ini, gamelan-gamelan masih sering dibunyikan ketika Idul Fitri dan Idul Adha.

Di sebelah Mande Karesmen terdapat sebuah bangunan lagi yang bernama Mande Pengiring.

Sesuai namanya, Mande Pengiring dulunya adalah tempat bersantai para pengiring sultan.

Mande Pengiring dibangun oleh Sunan Gunung Jati dan berada di dalam keraton Kasepuhan.

  • Kutagara Wadasan dan Kuncung

Kutagara Wadasan merupakan bangunan gapura yang dicat putih. Pondasinya sangat kokoh dengan bentuk khas Cirebon.

Ada pula Kuncung yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan sultan pada jaman dahulu.

  • Mangkok Kayu Berukir

Mangkok ini merupakan peninggalan pemerintahan Cirebon. Fungsinya adalah untuk membawa makanan keluarga raja dan yang lainnya.

Namun kini hanya sebagai pajangan yang disimpan di museum tropen belanda.

  • Regol Pengada

Regol yang berarti gerbang berbentuk seperti gapura beratap. Regol Pengada dibuat pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati pada tahun 1529.

Demikian artikel tentang sejarah kerajaan cirebon, semoga bermanfaat.

The post Sejarah Kerajaan Cirebon – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>