kerajaan demak - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-demak Fri, 05 Jan 2024 09:30:07 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kerajaan demak - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-demak 32 32 5 Nilai-Nilai Pancasila pada Masa Kerajaan Demak https://haloedukasi.com/nilai-nilai-pancasila-pada-masa-kerajaan-demak Fri, 05 Jan 2024 09:30:02 +0000 https://haloedukasi.com/?p=47146 Pancasila merupakan lima prinsip yang dipegang oleh Bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan menjelang kemerdekaan Indonesia. Namun, pada praktiknya, penerapan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Bahkan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada ketika Indonesia mengalami masa Kerajaan. Hal ini dikarenakan rumusan yang terdapat pada Pancasila, pada dasarnya berasal dari kebiasaan atau nilai yang sudah […]

The post 5 Nilai-Nilai Pancasila pada Masa Kerajaan Demak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pancasila merupakan lima prinsip yang dipegang oleh Bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan menjelang kemerdekaan Indonesia. Namun, pada praktiknya, penerapan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

Bahkan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada ketika Indonesia mengalami masa Kerajaan. Hal ini dikarenakan rumusan yang terdapat pada Pancasila, pada dasarnya berasal dari kebiasaan atau nilai yang sudah tertanam sejak dulu.

Nilai Pancasila pada Kerajaan Demak

Nilai-nilai ini terus dijaga oleh leluhur dan diwariskan kepada anak cucunya. Salah satu bukti pengamalan Pancasila telah ada pada masa Kerajaan yakni pada Kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak menjadi Kerajaan islam pertama serta terbesar yang ada di pesisir utara Pulau Jawa.

Demak menjadi Kerajaan pertama yang menyebarkan agama islam di wilayah Jawa. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak hanyalah sebuah Kadipaten. Pada tahun 1478 M, Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah. Raden Patah merupakan anak Raja Majapahit yang bernama Prabu Kertabumi. Ketika itu, nilai-nilai Pancasila sudah diterapkan di lingkungan kerajaan Demak. Baik pada aktivitas Kerajaan maupun warganya.

Berikut ini nilai-nilai Pancasila pada Masa Kerajaan Demak.

  1. Nilai Ketuhanan Yang Maha EsaMenganut Ajaran Islam

Kerajaan Demak merupakan salah satu Kerajaan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Kerajaan Demak menganut ajaran bahwa Tuhan itu Esa yakni Allah. Kerajaan Demak percaya bahwa Tuhan itu ada. Berkembangnya ajaran agama Islam di Kerajaan Demak dengan cara damai. Ajaran agama islam hidup berdampingan para pemeluk agama lain.

Penyebaran agama islam di Kerajaan Demak juga dilakukan melalui pendekatan budaya lokal. Pada saat itu, para wali Songo menyebarkan agama islam dengan berbagai tradisi dan budaya masyarakat setempat. Hal ini terbukti dari hasil budaya yang dihasilkan seperti kaligrafi, seni ukir, seni bangunan dan seni pahatan. Hasil budaya merupakan bukti akulturasi antara islam dan budaya setempat.

Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak hanyalah sebuah Kadipaten yang menjadi bagian dari wilayah Majapahit. Sebagai wilayah dari Kerajaan Hindu Buddha, tradisi di wilayah ini memiliki perbedaan dengan ajaran islam. Terlebih lagi ketika itu Majapahit memiliki pengaruh yang begitu besar. Namun, Kerajaan Demak mampu hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar.

Saat Kerajaan Majapahit berada di tangan Girindra Wardhana, terjadi peperangan antara Majapahit dengan Demak. Hal ini membuat Demak menjadi terancam. Girindra Wardhana adalah seseorang yang berasal dari wilayah Keling atau Daha.

Peperangan antara Demak dan Majapahit tidak terelakkan. Majapahit dipimpin oleh Girindra Wardhana sedangkan Demak dipimpin oleh Raden Patah. Peperangan ini berlangsung pada tahun 1518 Masehi. Akhir dari peperangan ini, Majapahit menelan kekalahan sehingga pusat kekuasaannya masuk ke bagian wilayah Demak.

Kerajaan Demak menjadi sebuah Kerajaan yang besar serta menguasai lalu lintas perdagangan Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak semakin meluas yakni hampir meliputi seluruh pantai utara di Pulau Jawa. Bahkan kekuasaannya sampai ke daerah Palembang, Jambi hingga Maluku. Kerajaan Demak mengalami pergantian pemimpin pada tahun 1518 Masehi.

Kerajaan Demak dipimpin oleh anak dari Raden Patah yakni Adipati Unus. Adipati Unus pernah berjasa pada saat Portugis menduduki wilayah Malaka. Ketika itu, ia yang menjadi pemimpin penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Sayangnya, penyerangan yang dilakukan oleh Adipati Unus ini mengalami kegagalan. Namun, setelah kegagalan melakukan penyerangan, Adipati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor.

Contoh penerapan nilai pada sila pertama Pancasila di Kerajaan Demak adalah dengan mengakui adanya agama yakni agama Islam. Para raja Kerajaan Demak menganut ajaran islam dan percaya bahwa Allah merupakan Tuhan yang patut disembah. Dengan memiliki agama yang dianut, maka Kerajaan Demak telah mengamalkan nilai pertama pada Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

  1. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab – Menjalin Hubungan Baik

Pada masa Kerajaan Demak, pejabat kerajaan menjalin hubungan yang erat dengan seluruh elemen. Baik itu, rakyat, ulama ataupun bangsawan dari Kerajaan lain. Di mana hubungan erat ini terjalin akibat adanya pembinaan yang dilakukan di masjid ataupun pondok pesantren. Oleh karena itulah, akan tercipta jalinan ukhuwah di antara sesama.

Bahkan pada masa Kerajaan ini, penyebaran agama islam begitu pesat. Didirikan sebuah masjid dari hasil Kerajaan Demak yakni Masjid Agung Demak. Bahkan hingga saat ini masjid ini masih berdiri kokoh. Para wali memiliki peranan penting yakni sebagai penasihat kerajaan. Tidak hanya itu, bahkan salah satu wali terkenal menetapkan sebuah kebudayaan yakni perayaan sekaten.

Perayaan sekaten adalah acara perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menarik minat masyarakat terhadap islam. Hingga saat ini, upacara peringatan masih digelar di wilayah Demak. Kerajaan Demak tumbuh menjadi kerajaan besar yang memiliki pengaruh yang luas.

Hal ini tidak lepas dari kebijakan raja Kerajaan yang adil bagi seluruh rakyatnya. Perekonomian rakyat Kerajaan Demak pada saat itu terjamin. Terlebih, Kerajaan Demak menjadi konektor antara Malaka serta penghasil rempah-rempah di wilayah Timur. Kerajaan Demak juga terlibat dalam aktivitas perdagangan ekspor impor melalui Pelabuhan Demak.

Contoh penerapan nilai sila kedua Pancasila di Kerajaan Demak adalah para raja Kerajaan Demak memiliki hubungan yang baik dengan seluruh elemen masyarakat. Mulai dari wali songo, masyarakat hingga masyarakat di luar kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan kerja sama di bidang perdagangan.

  1. Nilai Persatuan Indonesia – Bersatu Mengusir Penjajah

Nilai ketiga dari Pancasila yakni Persatuan Indonesia terlihat saat Kerajaan Demak ikut terlibat mengusir Portugis di Malaka. Untuk mengusir Portugis, Kerajaan Demak bekerja sama dengan Kerajaan islam lainnya seperti Kerajaan Aceh dan Palembang. Ketiganya kemudian bersatu untuk melawan Portugis dan merebut kembali wilayah Malaka pada tahun 1513.

Ketika itu Raden Patah yang menjabat sebagai Raja Kerajaan Demak mengutus anaknya yang bernama Adipati Unus. Adipati Unus diutus untuk memimpin armada dalam upaya penyerangan Portugis di Malaka. Sayangnya, ketiga Kerajaan islam ini gagal dalam melakukan penyerangan. Hal ini dikarenakan mereka kekurangan kualitas senjata jika dibandingkan dengan senjata yang digunakan oleh Portugis pada saat itu.

Selain itu, nilai pancasila sila ketiga ini tertuang dalam bentuk cinta tanah air. pada abad ke-16 dan ke-17, Indonesia mulai masuk era kolonialisme serta imperialisme bangsa-bangsa barat. Akibatnya, kedudukan kerajaan-kerajaan islam mulai terancam termasuk. Kerajaan Demak ikut mempertahankan wilayahnya dari kolonialisme yang dilakukan oleh orang Eropa.

Salah satu bentuk penyerangan dalam upaya mempertahankan wilayah dilakukan oleh Sultan Trenggana, salah satu raja Kerajaan Demak. Sultan Trenggana melakukan upaya penyerangan ke beberapa daerah seperti, Banten, Pasuruan hingga Cirebon. Selain itu, Adipati Unus juga melakukan penyerangan atas kedatangan bangsa Portugis.

Contoh penerapan sila ketiga Pancasila di Kerajaan Demak adalah bersatunya Kerajaan Demak dengan Kerajaan lain untuk mengusir penjajah. Dalam hal ini adalah Portugis yang ketika itu ingin menguasai Malaka. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Demak mengakui menjadi bagian dari nusantara.

  1. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan – Musyawarah Mufakat

Musyawarah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia ketika menemui permasalahan. Musyawarah dilakukan untuk menemukan solusi dengan jalan berdiskusi. Musyawarah sangat penting bagi suatu kerajaan. Oleh karena itu, sebuah kerajaan pasti memiliki dewan penasihat yang bertujuan memberikan saran. Begitupun dengan Kerajaan Demak yang memiliki dewan penasihat berasal dari para wali.

Kerajaan Demak terbiasa melakukan musyawarah saat menemukan permasalahn dan mencari jalan keluar. Sebuah kerajaan tentu tidak mungkin, tidak mempunyai masalah. Permasalahan itu bisa berasal dari dalam kerajaan ataupun luar kerajaan. Permasalahan kerajaan biasanya mengenai wilayah kerajaan, masalah pasukan kerajaan, urusan rakyat seperti pajak, dan berbagai permasalahan lainnya.

Adapun beberapa sosok yang pernah menjadi penasihat kerajaan adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Bonang. Salah satu bukti dari adanya musyawarah pada Kerajaan Demak adalah pemberian saran yang diberikan oleh Sunan Kudus kepada Raden Patah. Ketika itu, Portugis mulai masuk ke wilayah Malaka, yang di mana menjadi pusat perdagangan Nusantara.

Sunan Kudus kemudian memberikan saran untuk menghancurkan kekuatan militer Portugis, Sebab, jika tidak dihancurkan maka akan membahayakan posisi Kerajaan Demak. Portugis bisa mengambil alih wilayah Malaka dan perekonomian Kerajaan Demak akan runtuh. Oleh karena itu, Raden Patah mengirimkan anaknya bersama armada militer kerajaan untuk menyerang Portugis.

Contoh dari penerapan sila ke empat di Kerajaan Demak adalah penerapan musyawarah ketika ada masalah. Saat raja Demak memutuskan perkara, ia akan berdiskusi dengan para penasihat Kerajaan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai penasihat adalah wali Songo. Mereka tidak sembarang memutuskan permasalahan, tanpa diskusi dengan wali Songo.

  1. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia – Raja Bersifat Adil

Nilai penerapan sila kelima Pancasila di kerajaan Demak adalah Raja yang memperhatikan akan permasalahan kesejahteraan rakyat. Ketika itu, wilayah Kerajaan Demak unggul dalam bidang pertanian. Untuk mendorong sektor pertanian, Kerajaan Demak menjadikan beras sebagai salah satu komoditas dalam bidang perdagangan. Dengan begitu, kegiatan perekonomian masyarakat di Kerajaan Demak menjadi berjalan lancar. (copas)

Terlebih ketika itu, Demak memiliki hubungan yang erat dengan wilayah Malaka, yang menjadi pusat perdagangan Nusantara. Akibat adanya hubungan ini, dapat melancarkan kegiatan perdagangan rakyat di Kerajaan Demak. Perekonomian Kerajaan Demak tergolong stabil dnegan fokus pada bidang maritim dan agraria. Di bidang Maritim, Kerajaan Demak bekerja sama dengan wilayah Malaka.

Tidak hanya beras, Kerajaan Demak juga menghasilkan komoditas perdagangan lainnya seperti madu dan lilin. Komoditas ini kemudian dijual ke berbagai pelabuhan. Kerajaan Demak termasuk kerajaan yang memiliki hubungan baik dengan berbagai pelabuhan. Hubungan baik ini tentu menguntungkan bagi perekonomian Kerajaan Demak.

Selain memperhatikan perekonomian, raja Kerajaan Demak juga memperhatikan kesejahteraan rakyatnya melalui zakat. Sebagai kerajaan Islam, Kerajaan Demak menganut peraturan yang bersumber dari perintah Al-Quran dan Hadist. Salah satunya adalah kewajiban menunaikan zakat dan sedekah. Kerajaan Demak mengatur pembagian zakat kepada rakyatnya.

Mereka juga memerintahkan rakyatnya untuk menyisihkan sedikit pendapatan yang akan diberikan kepada orang yang tidak mampu. Sekalipun Kerajaan Demak menganut aturan agama Islam, namun mereka tidak melarang rakyatnya yang masih mempertahankan kebiasaan lama. Raja Kerajaan Demak memberikan kebebasan kepada rakyatnya dalam menjalankan agamanya.

Contoh penerapan nilai ke lima Pancasila adalah raja Kerajaan Demak yang memiliki sifat adil. Ia menjalankan tugasnya sebagai raja dengan mengayomi rakyatnya. Buktinya, raja ikut mengusahakan kemajuan bidang pertanian. Hal ini akan membuat rakyatnya mencapai sejahtera.

The post 5 Nilai-Nilai Pancasila pada Masa Kerajaan Demak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
13 Peninggalan Kesultanan Demak dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kesultanan-demak Mon, 11 Jul 2022 00:19:29 +0000 https://haloedukasi.com/?p=36556 Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan ini didirikan pada awal abad ke-16, didirikan oleh Raden Patah dan memuncak di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit.  Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di bawah […]

The post 13 Peninggalan Kesultanan Demak dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan ini didirikan pada awal abad ke-16, didirikan oleh Raden Patah dan memuncak di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit. 

Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan peran sentral Wali Songo. Masa kepemimpinan Raden Patah merupakan tahap awal perkembangan ajaran Islam di Jawa.

Sejarah Kesultanan Demak

  • Kehidupan Ekonomi

Dikutip dari buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar Indonesia karya Siti Nur Aidah dan tim redaksi KBM, Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Kurangnya kerajaan yang bersahabat di Jawa juga menjadi faktor yang membuat kerajaan Demak begitu aktif dalam perdagangan laut.

Pada puncaknya, Kerajaan Demak menguasai pelabuhan-pelabuhan besar seperti Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kerajaan pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan sumber utama produksi pertanian dan peternakan sebagai komoditas komersial. Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional  Nusantara. 

  • Kehidupan Politik

Secara politik, Kerajaan Demak adalah kekuatan terbesar di Jawa. Mengakhiri kekuasaan Majapahit yang panjang dan keberadaan penguasa Sunda yang telah mempertahankan diri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak menempatkan adipati sebagai perpanjangan tangan raja.

Daerah seperti Surabaya, Tuban dan Madiun memiliki adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan Demak juga merupakan tempat pertama yang bersentuhan dengan imperialisme Barat.

Pendirian Demak pada abad ke-16 setelah pendudukan Portugis di Malaka. Penangkapan Sunda Kelapa pada tahun 1527 merupakan upaya untuk menguasai seluruh pantai utara dan mencegah Portugis mencapai Jawa. 

Raja-raja Kesultanan Demak

  • Raden Patah (Memerintah 1500-1518 M)

Raden Patah adalah pendiri kerajaan Demak. Ia adalah putra Raja Majapahit dengan istri seorang wanita asal China yang  masuk Islam. Raden Patah memerintah Kerajaan Demak dari tahun 1500 hingga 1518 M.

Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran Islam dengan peran sentral adalah Wali Songo. Periode ini merupakan tahap awal perkembangan ajaran Islam di Jawa.

  • Adi Pati Unus (Memerintah 1518–1521 M)

Setelah kematian Raden Patah  pada tahun 1518, tahta Demak digantikan oleh putranya, Adipati Unus (1488-1521). Mantan raja, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya sebagai seorang bangsawan dan diberi julukan Pangeran Sabrang Lor. 

Dikutip dari buku Slamet Muljana The Fall of the Hindu-Jawa Kingdom and the Rise of Muslim States in the Archipelago (2005), pada tahun 1521, Pati Unus memimpin invasi kedua ke Malaka, kedua melawan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran dan kemudian digantikan oleh Trenggana sebagai kepala ke-3 Kesultanan Demak.

  • Sultan Trenggono (memerintah 1521–1546 M)

Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak ke puncak kejayaannya. Wilayah  Demak membentang ke timur dan barat Jawa. Pada tahun 1527, pasukan Muslim gabungan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah atas perintah Raja Trenggana mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. 

Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta atau “kemenangan  sempurna”. Kemudian, Jayakarta berubah nama menjadi Batavia dan kemudian menjadi Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.

Pada saat penyerangan ke Panarukan, Situbondo, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Blambangan (Banyuwangi), pada tahun 1546 terjadi peristiwa yang mengakibatkan tewasnya Sultan Trenggana.

  • Sunan Prawata (Memerintah 1546–1549 M)

Sunan Prawata adalah putra Sultan Trenggono. Suksesi Sultan Trenggana terjadi secara mendadak karena kematiannya tidak berjalan mulus.  Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berkomplot untuk merebut kekuasaan dengan mengalahkan Sunan Prawata, putra Trenggana.

Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto dan mengambil alih kekuasaan. Namun, insiden itu menyebabkan dukungan untuk pemerintahannya dibatalkan. Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia memerintah hanya satu tahun, ketika Arya Penangsang putra Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada tahun 1547. 

  • Arya Penangsang (Memerintah 1549-1554 M)

Arya Penangsang naik tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Dia juga menyingkirkan Pangeran Hadi/Kalinyamat, penguasa Jepara, yang dianggap membahayakan kekuasaannya.

Hal ini membuat para Adipati Demak tidak senang, salah satunya adalah Hadiwijaya dari Pajang. Hal ini menyebabkan pemindahan pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah Arya Penangsang.

Meskipun demikian, Arya Penangsang memerintah sampai  tahun 1554 ketika Hadiwijaya, didukung oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan putranya Sutawijaya memberontak melawan Demak. Arya Penangsang terbunuh dan Hadiwijaya naik tahta mentransfer kekuasaan ke Pajang, menandai berakhirnya pemerintahan Kerajaan Demak.

Peninggalan Kesultanan Demak

Keberadaan kerajaan Demak didukung oleh bukti-bukti yang ditemukan, ada yang berupa bangunan dan ada pula yang berupa harta benda yang bernuansa Islami.

Monumen-monumen tersebut adalah Gerbang Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah, area kolam renang dan juga makan Sunan Kalijogo dan beberapa monumen lainnya. Semua itu berkumpul di satu tempat, Masjid Raya Demak, dan berikut penjelasannya.

1. Pintu Bledek

Pintu Bledek

Menurut legenda, Pintu Bledek diciptakan oleh Ki Ageng Selo sebuah sambaran petir yang disambar dengan kekuatan gaib yang dimilikinya dan ditangkap olehnya di tengah lapangan.

Gapura tersebut kemudian dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah, setelah itu gapura ini digunakan sebagai pintu masuk utama Masjid Raya Demak yang sudah mulai rusak sehingga disimpan di Museum Masjid Demak Agung.

2. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak

Reruntuhan Kerajaan Demak Tugu Kerajaan Demak selanjutnya adalah Katedral Agung Demak. Masjid Agung Demak  didirikan pada tahun 1479 M, sejauh ini sudah ada kurang lebih 6 abad namun masih kokoh karena telah dirombak berkali-kali. Masjid Agung Demak tidak hanya menjadi monumen sejarah kerajaan Demak, tetapi juga berfungsi sebagai pusat ajaran dan simbol Islam.

Masjid ini akan menjadi tempat lahirnya ide kehadiran kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota Demak, Wilayah Kota Demak, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini berbeda dengan arsitektur masjid-masjid yang ada saat ini, Masjid Raya Demak menggunakan perpaduan gaya budaya Jawa tengah yang sangat kental dan unsur yang kaya.

Mesjid Demak memiliki  luas  31 x 31 meter persegi, di samping Katedral Demak  terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan  keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid dibuka dan bangunan masjid ditopang oleh total 128 tiang.

Tiang tersebut adalah tiang master sebagai penopang utama, sedangkan tiang bangunan adalah 50, 28 untuk teras dan 16 tiang sekitarnya. Bentuk masjid Demak menggunakan material kayu berbentuk lingkaran dengan banyak kubah. Interior masjid juga menggunakan kayu dengan ukiran yang  terlihat sangat artistik dan indah.

3. Soko Guru atau Soko Tatal

Soko Guru atau Soko Tatal

Pusaka Kerajaan Demak Soko Guru atau Soko Tatal adalah tiang penyangga Masjid Agung Demak yang terbuat dari kayu dengan diameter 1 meter dan berjumlah 4 buah. Semua tiang tersebut dibuat oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita, Sunan Kalijogo baru saja menyelesaikan 3 tiang ketika Masjid Raya Demak dibangun dan mulai memasuki tahap pemasangan atap.

Maka, seiring berjalannya waktu, Sunan Kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu dari sisa pahatan 3 tiang masternya untuk membuat tiang baru dengan menggunakan kekuatan batin.oleh Sunan Kalijogo dan itulah sebabnya soko guru mendapat istilah soko tatal.

4. Bedug dan Kentongan

Bedug dan Kentongan

Bedug dan juga kentongan, digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan orang-orang di sekitar masjid untuk menandai masuknya waktu sholat.

Kedua benda ini ditemukan di Masjid Raya Demak dalam bentuk tapal kuda dengan filosofi bahwa ketika diguncang atau dipukul, orang-orang di sekitar masjid harus datang dan berdoa. Kendang dan kentongan ini merupakan peninggalan sejarah kerajaan Demak yang  masih dapat disaksikan hingga saat ini.

5. Situs Kolam Wudhu

Situs Kolam Wudhu

Kolam ngaben yang terletak di pelataran Masjid Agung Demak ini pernah digunakan sebagai tempat ngaben bagi pengunjung dan santri untuk beribadah, namun kolam ngaben tersebut sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat pembakaran ketika hendak salat.

6. Makam Sunan Kalijaga

 Makam Sunan Kalijaga

Makam Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari 9 Sunan Wali Sanga yang berdakwah di wilayah Jawa. Sunan Kalijaga meninggal pada tahun 1520 dan dimakamkan di desa Kadilangu dekat kota Demak. 

Makam Sunan Kalijogo kini menjadi  situs yang biasa dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan dari berbagai penjuru tanah air dan juga menjadi salah satu monumen Kerajaan Demak.

Banyak orang berkunjung untuk tujuan ziarah dan juga berdoa, semoga mereka diringankan dan juga diberkati melalui doa ini. Peninggalan ini dikelola dengan sangat hati-hati, sehingga pengunjung atau peziarah merasa nyaman saat berdoa dan berdoa.

7. Maksurah

Maksurah

Maksurah adalah prasasti kaligrafi ayat-ayat Alquran yang digunakan sebagai  dinding bagian dalam Masjid Agung Demak.

Kaligrafi ini dibangun pada masa pemerintahan Aryo Purbaningrat yang merupakan Adipati Demak pada tahun 1866 dan kaligrafi ini berbicara tentang keesaan Tuhan.

8. Dampar Kencana 

Dampar Kencana 

Pusaka Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana adalah singgasana raja-raja Demak, yang kemudian digunakan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak.

Namun mimbar ini tidak lagi digunakan dan disimpan di museum Masjid Agung Demak untuk menghindari kerusakan.

9. Piring Campa

Piring Campa

Piring Campa adalah 65 piring porselen yang saat ini dipasang di dinding interior  Masjid Agung Demak. Sesuai dengan namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa, ibunda Raden Patah, pendiri kerajaan Demak.

10.  Serambi Majapahit

 Serambi Majapahit

Serambi Mesjid Demak sangat indah dengan arsitektur kuno yang unik dengan makna sejarah. Dari sejarah kerajaan Demak, perapian Majapahit ini memiliki 8 tiang batu dari kerajaan Majapahit,  tetapi ketika kerajaan Majapahit jatuh, beberapa monumen tidak lagi dipertahankan, sehingga Adipati Unus yang membawa warisan di Demak sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung Demak dan masih dipertahankan. dapat dilihat sejauh ini.

11.  Mihrab

Mihrab

Mihrab yang awalnya pengimaman ini juga merupakan peninggalan kerajaan Demak yang di dalamnya terdapat gambar hewan banteng dengan tulisan Condro Sengkolo.

Prasasti Condro Sengkolo ini berarti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini menyimpulkan jika pada masa Kerajaan Demak juga diketahui bahwa orang Mihrab atau pendeta melukis ornamen tertentu, itu adalah akulturasi  Islam dan juga budaya Jawa.

12.  Pawestren

 Pawestren

Peninggalan Kerajaan Demak Dari sejarah Kerajaan Demak, konon pemahaman tentang Islam meningkat pada masa ini dan jamaah shalat laki-laki dan perempuan dipisah. Tempat sholat untuk wanita disebut pawestren. 

Pawestern merupakan karya dengan 8 tiang penyangga, 4 tiang kokoh pada tiga balok bertumpuk dengan motif ukiran Majapahit. Desain maksurah pada tahun 1866 M diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.

13.  Surya Majapahit

Surya Majapahit

Pewaris Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit adalah ornamen segi delapan yang sangat terkenal dari masa Majapahit. Beberapa sejarawan meyakini benda tersebut merupakan lambang kerajaan Majapahit, sedangkan Surya Majapahit terletak di Masjid Agung Demak yang dibuat pada tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. 

Demikian informasi tentang peninggalan Kerajaan Demak secara lengkap serta sejarah Kerajaan Demak, letak geografis, kehidupan sosial budaya, raja-raja Demak, dll yang kami harapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang sejarah Kerajaan Demak.

Kerajaan Demak merupakan bukti pesatnya pertumbuhan Islam di tanah air dan telah menjadi kerajaan muslim terbesar di Indonesia. Inilah peninggalan Kerajaan Demak yang menjadi bukti nyata Kerajaan Demak menjadi kerajaan penting bagi kegiatan masyarakat dan penyebaran agama Islam di Indonesia.

The post 13 Peninggalan Kesultanan Demak dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-demak Thu, 16 Jun 2022 00:11:07 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35578 Sejarah Kerajaan Demak Sebelum menjadi kerajaan, Demak adalah salah satu kadipaten yang berada di bawah Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak sendiri didirikan di akhir abad ke-15 oleh Raden Patah, putra dari Raja Majapahit terakhir yang menikah dengan Putri Campa dari Dinasti Ming di China. Demak berjaya di abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, termasuk keberhasilannya […]

The post 14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Demak

Sebelum menjadi kerajaan, Demak adalah salah satu kadipaten yang berada di bawah Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak sendiri didirikan di akhir abad ke-15 oleh Raden Patah, putra dari Raja Majapahit terakhir yang menikah dengan Putri Campa dari Dinasti Ming di China.

Demak berjaya di abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, termasuk keberhasilannya menaklukkan Sunda Kelapa yang kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta. Ekspansi Kerajaan Demak di luar Jawa adalah kuasa atas Jambi dan Palembang.

Kerajaan Demak berakhir karena drama perebutan tahta untuk beberapa generasi. Raja terakhir adalah Arya Penangsang yang ditaklukkan oleh Joko Tingkir. Ini berarti Kerajaan Demak berakhir dengan berdirinya Kesultanan Pajang oleh Joko Tingkir.

Peninggalan Kerajaan Demak

1. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak

Masjid yang didirikan pada era kepemimpian Raden Patah atau Sultan Demak pertama di tahun 1475-1518 M ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal.

Selain sebagai tempat beribadah, Masjid Agung Demak juga difungsikan untuk pusat belajar dan penyebaran agama Islam oleh Wali Songo.

2. Soko Guru dan Soko Tatal

Soko Guru dan Soko Tatal
Soko Guru dan Soko Tatal

Soko guru adalah tiang penyangga utama Masjid Demak yang terbuat dari kayu jati setinggi 16 meter. Soko guru ini dibuat oleh beberapa tokoh wali songo yaitu Sunan Bonang, Sunang Ampel, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.

Ketiga Sunan sudah berhasil mendapatkan tiang setinggi 16 meter, hanya Sunan Kalijaga yang belum. Sehingga satu tiang di antara 4 memakai tiang sambungan agar mencapai tinggi 16 meter.

Oleh sebab itu tiang Sunan Kalijaga disebut Soko Tatal yang berarti serpihan kayu yang disambung menjadi satu.

3. Maksurah

Soko Guru dan Soko Tatal
Soko Guru dan Soko Tatal

Yang dimaksud dengan maksurah adalah sebuah warisan dinding berukiran kaligrafi ayat Al Quran yang diproduksi di tahun 1866 M. Tepatnya ketika akhir era Kesultanan Demak dan yang menjadi Adipatinya adalah Aryo Purbaningrat.

Ukiran tersebut menceritakan tentang Allah yang Maha Esa.

4. Mihrab Condro Sengkolo

Mihrab Condro Sengkolo
Mihrab Condro Sengkolo

Mihrab yang menjadi tempat imam di Masjid Agung Demak ini memiliki prasasti Condrosengkolo bergambar hewan bulus. Prasasti tahun 1479 M ini memiliki arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti.

Warisan ini menunjukkan bahwasanya Kerajaan Demak sudah menerapkan akulturasi budaya Islam dan Jawa untuk di dalam seni, khususnya arsitektur dan interior. Termasuk budaya Jawa yang berasal dari Majapahit dengan kekayaan warisan prasasti kerajaan majapahit.

5. Dampar Kencana

Dampar Kencana
Dampar Kencana

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah singgasana Sultan Demak yang bernama Dampar Kencana. Singgasana ini merupakan hadiah untuk Raden Patah sebagai Raja pertama Kerajaan Demak dari Prabu Bhrawijaya V dari Kerajaan Majapahit.

Fakta tersebut membuktikan bahwa di akhir masa Kerajaan Majapahit sesungguhnya sudah banyak yang memeluk agama Islam. Singgasana yang berada di dalam masjid ini kini digunakan sebagai mimbar bagi para pengkhotbah.

6. Pawestren

Pawestren
Pawestren

Pawestren adalah area sholat yang digunakan oleh jamaah putri. Adanya tempat ini membuktikan bahwa sejak jaman Kerajaan Demak sudah terdapat paham Islam yang membedakan antara tempat beribadah bagi laki-laki dan wanita.

Pawestren terdiri dari 8 tiang atau kolom penyangga dengan 4 tiang utamanya yang menopang balok bersusun tiga berukiran khas Majapahit. Motif maksurah pada pawestren tersebut diperkirakan dibuat di tahun 1866 pada era Arya Purbaningrat.

7. Piring Campa

Piring Campa
Piring Campa

Dekorasi piring Campa adalah hiasan yang diberikan oleh ibu Raden Patah bernama Putri Campa yang berasal dari Cina. Kini piring yang berjumlah 65 buah tersebut ditempelkan di dinding dan naungan imam di Masjid Agung Demak sebagai aksesori interior penghias dinding.

8. Surya Majapahit

Surya Majapahit
Surya Majapahit

Warisan Surya Majapahit ini adalah dekorasi dengan bentuk oktagon dan populer di masa Kerajaan Majapahit. Lambang segi delapan tersebut diperkirakan merupakan lambang dari Kerajaan Majapahit.

Untuk Surya Majapahit yang berada di Kerajaan Demak sendiri dibangun pada tahun 1479 M.

9. Pintu Bledeg

Pintu Bledeg
Pintu Bledeg

Pintu Bledeg dibuat oleh Ki Ageng Sengkolo ini adalah sebuah condrosengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani. Ini memiliki arti angka tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi atau 887 Hijriah.

Pintu ini terbuat dari kayu jati yang memiliki ukuran tumbuhan, suluran, jambangan, mahkota dan kepala naga dengan mulut terbuka yang memperlihatkan gigi runcingnya. Kepala naga ini adalah gambaran petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Sengkolo.

10. Situs Kolam Wudhu

Situs Kolam Wudhu
Situs Kolam Wudhu

Situs kolam yang ada di sekitar Masjid Agung Demak ini memang digunakan untuk berwudhu bagi penduduk Demak, para musafir, atau santri yang hendak melaksanakan sholat.

11. Serambi Majapahit

Serambi Majapahit
Serambi Majapahit

Memiliki nuansa arsitektur yang antik dan unik, Serambi Majapahat ini mempunyai 8 tiang pendopo dari warisan Kerajaan Majapahit.

Ketika Kerajaan Majapahit jatuh, beberapa peninggalan arsitekturnya terabaikan dan tidak terawat. Oleh sebab itu Adipati Unus membawa warisan berharga tersebut ke Demak dan dimanfaatkan sebagai tiang penyangga di serambi Masjid Agung Demak.

12. Makam Sunan Kalijaga

Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga

Makam Sunan Kalijaga ini memang menjadi sebuah situs terkenal yang kerap dikunjungi oleh para peziarah maupun wisatawan. Sunan Kalijaga sendiri meninggal pada tahun 1520 M dan dimakamkan di Desa Kadilangu yang memang dekat dengan Kota Demak.

13. Bedug dan Kentongan

Bedug dan Kentongan
Bedug dan Kentongan

Warisan dari Kerajaan Demak ini memiliki bentu tapal kuda yang bermakna filosofi agar penduduk Demak di sekitar masjid kala itu segera berjalan menunaikan sholat ketika bedug atau kentongan dibunyikan.

Budaya bedug dan kentongan yang ada di Masjid Agung Demak memang memiliki fungsi untuk panggilan sholat bagi masyarakat kala itu. Warisan kebudayaan nasional ini masih dilakukan hingga saat ini.

14. Tempayang Kong Dinasti Ming

Tempayang Kong Dinasti Ming
Tempayang Kong Dinasti Ming

Tempayang atau gentong besar bernama Kong peninggalan Kerajaan Demak ini merupakan hadiah Putri Campa yang berasal dari salah satu dinasti yang berkuasa di China yaitu Dinasti Ming. Tempayang tersebut kini disimpan di Museum Masjid Agung Demak.

The post 14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Demak – Raja – Peninggalan https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-demak Mon, 20 Jan 2020 09:29:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3266 Pada tahun 1475 hingga 1554 berdirilah sebuah kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Wilayah kekuasaannya hampir menyaingi kerajaan Sriwijaya. Kerajaan tersebut awalnya merupakan kadipaten kerajaan Majapahit. Selama 3 tahun lamanya berada di bawah naungan Majapahit, di tahun selanjutnya, kerajaan Demak melepaskan diri dan berdiri secara mandiri. Pada puncak kejayaan ketika kepemimpinan Sultan Trenggana demak harus runtuh […]

The post Sejarah Kerajaan Demak – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada tahun 1475 hingga 1554 berdirilah sebuah kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Wilayah kekuasaannya hampir menyaingi kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan tersebut awalnya merupakan kadipaten kerajaan Majapahit. Selama 3 tahun lamanya berada di bawah naungan Majapahit, di tahun selanjutnya, kerajaan Demak melepaskan diri dan berdiri secara mandiri.

Pada puncak kejayaan ketika kepemimpinan Sultan Trenggana demak harus runtuh akibat perebutan kekuasaan dan pemberontakan ketika Arya Penangsang memimpin.

Latar Belakang Kerajaan Demak

Pada tahun 1475-1478, Demak merupakan sebuah kerajaan yang masih berada di bawah naungan kerajaan Majapahit.

Awal mula berdirinya kesultanan Demak sebagai pemerintahan yang mendiri adalah ditandai dengan runtuhnya Majapahit.

Pada masa itu, wilayah-wilayah kekuasaan Majapahit saling serang menyerang.

Adanya kemunduran politik yang terjadi di Majapahit menjadikan beberapa wilayahnya ingin mewarisi tahta Majapahit.

Karena letaknya yang strategis, yakni di pesisir utara Pulau Jawa, menjadikan Demak muncul sebagai kerajaan yang mandiri.

Peran Wali Songo juga ikut berjasa atas munculnya Demak sebagai pemerintahan yang berdiri sendiri.

Mereka menyebarkan agama Islam dengan menunjuk Demak sebagai lokasi pusat penyebaran tersebut.

Kerajaan demak juga berhubungan langsung dengan sultan banten seperti yang tercatat dalam sejarah kesultanan banten.

Raden Patah merupakan putra Majapahit terakhir. Beliau pula yang nantinya memimpin Demak pertama kali.

Karena kesuksesannya dalam membangun pesantren Desa Glagah Wangi, banyak masyarakat yang berdatangan. Hanya dalam waktu singkat, desa tersebut berubah.

Demak menyebarkan Islam melalui jalur perdagangan. Demak akhirnya berdiri menjadi kerajaan Islam terbesar pertama di Pulau Jawa dan terus memperluas wilayahnya hingga tahun 1554.

Raja-raja Yang Menjabat di Kerajaan Demak

1. Raden Patah (1475-1518 M)

Raja pertama yang memimpin Demak adalah Raden Patah dari tahun 1475-1518. Beliau merupakan putra Majapahit terakhir.

Nama lain dari Raden Patah ialah Senapati Jumbang Ngabdurrahman Panembahan Sayidin Palembang Panatagama.

Beliau lahir di Palembang, Majapahit dan oleh karena itu terselip kata Palembang pada nama lainnya.

Awalnya Raden Patah menolak untuk menjadi Adipati Palembang, sehingga ia melarikan diri ke Jawa.

Ketika di Jawa, beliau berguru pada salah satu Wali Songo, yakni Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel, Raden Patah ditunjuk untuk menyiarkan agama Islam dan mendirikan sebuah pesantren di hutan Glagah Wangi.

Raden Patah memimpin Demak selama 43 tahun dan meninggalkan bangunan sejarah berupa Masjid Agung Demak.

Kepemimpinannya akhirnya terhenti dan diteruskan oleh putranya yang bernama Pati Unus.

2. Pati Unus (1518-1521 M)

Setelah Raden Patah wafat, pemerintahan Demak selanjutnya dialihkan kepada anaknya yang bernama Pati Unus. Nama lain Pati Unus adalah Pangeran Sabrang Lor.

Beliau memiliki julukan tersebut karena keberaniannya memimpin armada laut dalam penyerangan terhadap Portugis yang ketika itu menduduki Malaka.

Pati Unus menginginkan Demak tak hanya sebagai kerajaan Islam saja, namun juga kerajaan maritim yang terkuat.

Karena strateginya itulah, Portugis menjadi takut dengan Pati Unus. Berulang kali Demak dan Portugis bertempur.

Puncaknya adalah ketika perahu yang ditumpangi Pati Unus terkena meriam Portugis.

Pati Unus wafat dengan kepemimpinannya yang hanya 3 tahun saja yakni dari tahun 1518-1521.

Karena perahu tersebut kehilangan pemimpin, akhirnya Fatahillah mengambil alih.

3. Sultan Trenggana (1521-1546 M)

Kepemimpinan berikutnya jatuh kepada adik Pangeran Sabrang Lor yaitu Sultan Trenggana.

Ini dikarenakan Pangeran Sabrang Lor tidak memiliki keturunan, sehingga kepemimpinan jatuh kepada adiknya.

Sultan Trenggana memimpin tahun 1521-1546 dan ini merupakan puncak kejayaan kesultanan Demak.

Sultan Trenggana merupakan raja yang bijaksana. Di bawah kepemimpinan beliau, Demak memperluas wilayahnya tak hanya di Jawa Tengah.

Perluasan wilayah ini bahkan meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur. Oleh Sultan Trenggana pula, Fatahilah diutus untuk merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis.

Karena keberhasilannya, Sultan Trenggana diberikan gelar sebagai Sultan atau raja yang paling besar memimpin di Demak.

Selain perluasan wilayah, Sultan Trenggana juga melakukan penguatan kekuasaan dengan mengawinkan putrinya pada Bupati Madura yang bernama Joko Tingkir.

Semakin kuatnya dan luasnya pengaruh Islam di Jawa Barat dan Jawa Timur adalah berkat Sultan Trenggana.

Namun pada tahun 1546 M, beliau wafat di medan pertempuran Pasuruan akibat terbunuh.

4. Sunan Prawata (1546-1547 M)

Setelah masa kejayaan Sultan Trenggana yang harus berakhir karena wafatnya beliau, kepemimpinan jatuh pada putranya yaitu Sunan Prawata.

Perebutan kekuasaan yang terjadi sebenarnya dimulai ketika suksesi raja Demak ketiga antara Pangeran Surowiyoto dan Sultan Trenggana.

Hal itu terus berlanjut hingga puncaknya, Sunan Prawata membunuh Pangeran Surowiyoto setelah sholat jumat di tepi sungai.

Karena itulah Pangeran Surowiyoto diberi nama Sekar Sedo Lepen (gugur di sungai).

Setelah Sultan Trenggana wafat, Sunan Prawata akhirnya memimpin Demak.

Namun hanya dalam waktu singkat, 1 tahun saja, kepemimpinan itu berakhir.

Sunan Prawata dan istrinya dibunuh oleh Arya Penangsang, anak dari Pangeran Surowiyoto.

Pembunuhan ini didasari dendam karena ayahnya telah dibunuh oleh Sunan Prawata.

Sehingga kepemimpinan Sunan Prawata hanya dimulai dari tahun 1546-1547.

5. Arya Penangsang (1547-1554 M)

Kepemimpinan Arya Penangsang berlangsung 7 tahun saja yaitu dari 1547-1554.

Setelah pembunuhan yang terjadi pada raja Demak ke -4, Arya Penangsang akhirnya melanjutkan kepemimpinan di Demak.

Sebenarnya Arya Penangsang banyak dimusuhi oleh adipati-adipati di bawah Demak. Ini lantaran, tak hanya membunuh Sunan Prawata namun Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Adipati Jepara.

Hal ini membuat adipati-adipati di bawah pemerintahan Demak tidak menyukainya dan memutuskan untuk melakukan pemberontakan.

Tahun 1554, Joko Tingkir, menantu dari Sultan Trenggana yang juga menjadi Adipati Pajang, melakukan pemberontakan perebutan kekuasaan.

Ini menyebabkan Arya Penangsang tewas di tangan anak Joko Tingkir yaitu Sutawijaya.

Dengan tewasnya Arya Penangsang, berakhir pula lah kerajaan Demak dan berganti menjadi kerajaan Pajang.

Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Masa-masa keemasan yang terjadi di pemerintahan Demak dimulai ketika Pati Unus memimpin dan dilanjutkan dengan Sultan Trenggana.

Sejarah mencatat, kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan islam yang terkena dampak penjajahan portugis di Indonesia selain kerajaan Aceh dan kerajaan Cirebon.

Pada awal abad ke -16, Demak menjadi kerajaan Islam terbesar. Luasnya wilayah yang mereka taklukkan membuat kerajaan ini dijuluki kerajaan yang paling kuat di Pulau Jawa.

Usaha perluasan wilayahnya tak hanya di Jawa Tengah, melainkan menyebar hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

Penyebaran Islam semakin meluas dan hampir seluruh Jawa Barat serta wilayah-wilayah di Jawa Timur ditaklukkan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana.

Sedangkan pada masa pemerintahan Pati Unus, Portugis merasa terancam. Hal ini dikarenakan beberapa kali Demak mengirimkan pasukan armada untuk bertempur melawan Portugis.

Masa kejayaan yang berlangsung dari tahun 1518 ini, pada akhirnya harus berakhir di sekitar tahun 1547 karena Sultan Trenggana wafat dan digantikan oleh Sunan Prawata.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Demak

Setelah wafatnya Sultan Trenggana, pemerintahan berlanjut ke Sunan Prawata. Pemerintahan ini hanya berlangsung 1 tahun saja.

Adanya perebutan kekuasaan menjadikan Demak harus hancur dan beralih menjadi kerajaan Pajang.

Perebutan kekuasaan ini sudah dimulai sejak wafatnya Pati Unus, raja Demak ke -2.

Karena tidak adanya keturunan, pemerintahan diteruskan kepada adiknya yaitu Sultan Trenggana.

Suksesi raja Demak ke -3 ini menimbulkan perdebatan diantara Sultan Trenggana dengan Pangeran Surowiyoto.

Akhirnya perdebatan ini semakin memanas ketika Pangeran Surowiyoto harus tewas di tepi sungai setelah dibunuh oleh anak Sultan Trenggana, Sunan Prawata, Jumat siang.

Meski kepemimpinan berjalan lancar akhirnya dari mulai Sultan Trenggana hingga Sunan Prawata.

Namun tahun 1547, Sunan Prawata harus tewas karena pembalasan dendam anak Pangeran Surowiyoto, Arya Penangsang.

Beliau juga membunuh adipati Jepara yang menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak lainnya merasa marah.

Tak terkecuali adipati Pajang, Joko Tingkir, yang melakukan pemberontakan hingga menewaskan Arya Penangsang di tangan anaknya, Sutawijaya.

Runtuhnya kerajaan Demak karena tewasnya sang pemimpin, akhirnya membuat Demak diambil alih oleh kerajaan Pajang.

Peninggalan Kerajaan Demak

  • Masjid Agung Demak

Masjid peninggalan yang dibangun oleh walisongo tahu 1479. Meski banyak renovasi disana sini, namun masjid ini tetap berdiri kokoh.

Banyak nilai filosofis yang terkandung pada Masjid Agung Demak dan bentuk arsitekturnya yang sangat unik.

  • Pintu Bledek

Tahun 1446, Ki Ageng Selo membuat pintu bledek atau dalam Bahasa Indonesia disebut pintu petir.

Pintu ini awalnya adalah pintu utama Masjid Agung Demak, namun sekarang sudah dimuseumkan.

  • Soko Tatal atau Soko Guru

Sunan Kalijaga dulunya membuat 4 tiang penyangga dengan diameter mencapai 1 meter untuk Masjid Demak. Tiang itulah yang diberi nama Soko Tatal atau Soko Guru.

  • Dampar Kencana

Dampar Kencana merupakan singgasana Sultan yang selanjutnya difungsikan sebagai mimbar. Dampar Kencana terletak di Masjid Demak hingga saat ini.

  • Situs Kolam Wudhu

Sesuai namanya, situs ini dahulu merupakan tempat untuk berwudhu santri dan musafir yang berkunjung ke Masjid Demak. Namun sekarang sudah tidak difungsikan lagi.

  • Maksurah

Maksurah adalah dinding bangunan Masjid Demak yang memiliki ukiran kaligrafi tulisan arab. Dibuat tahun 1866 M, dinding ini memiliki arti Allah Yang Maha Esa.

  • Piring Campa

Piring ini adalah pemberian ibu Raden Patah, yakni putri dari Campa, yang berjumlah 65 buah. Piring-piring ini dipasang di masjid sebagai hiasan.

  • Bedug dan Kentongan

Jaman dulu, bedug dan kentongan di Masjid Demak adalah cara untuk memanggil masyarakat Demak sholat 5 waktu.

Bentuk kentongan yang mirip tapal kuda mengartikan bahwa masyarakat harus datang ke masjid secepat lari kuda ketika kentongan ini dibunyikan.

Selamat membaca, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai sejarah di Indonesia.

The post Sejarah Kerajaan Demak – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>