kerajaan galuh - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-galuh Mon, 12 Sep 2022 04:56:31 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kerajaan galuh - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-galuh 32 32 9 Peninggalan Kerajaan Sunda Galuh https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-sunda-galuh Mon, 12 Sep 2022 04:55:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38562 Kerajaan Galuh merupakan kerajaan yang berada di tanah Sunda. Kerajaan ini tepatnya terletak di sisi barat antara Sungai Citarum dan sisi utara Sungai Ci Serayu Cipamali Brebes. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan yang merupakan bawahan dari kerajaan tertua di Jawa Barat. Sebagai salah satu kerajaan di Nusantara, kerajaan Galuh telah meninggalkan banyak situs […]

The post 9 Peninggalan Kerajaan Sunda Galuh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Galuh merupakan kerajaan yang berada di tanah Sunda. Kerajaan ini tepatnya terletak di sisi barat antara Sungai Citarum dan sisi utara Sungai Ci Serayu Cipamali Brebes. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan yang merupakan bawahan dari kerajaan tertua di Jawa Barat.

Sebagai salah satu kerajaan di Nusantara, kerajaan Galuh telah meninggalkan banyak situs sejarah yang menarik untuk dipelajari dan dikunjungi. Apa saja situs sejarah dari kerajaan Galuh ini? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

1. Prasasti Galuh

Prasasti Galuh, Peninggalan Kerajaan Galuh

Prasasti Galuh merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Galuh. Prasasti ini memiliki ukuran tinggi 51 cm, lebar 33 cm dan tebal 4-19 cm. Prasasti Galuh sendiri berbentuk seperti prasasti pada umumnya yakni batu yang telah dipahatkan dengan tulisan tertentu.

Saat ini, prasasti Galuh berada di Museum Nasional. Prasasti ini terdiri dari 3 baris tulisan dengan menggunakan bahasa Sunda Kuno. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-14 atau 15 Masehi sebab di dalam prasasti tersebut tidak dituliskan berapa tanggal dibuatnya.

Keadaan prasasti ini sudah tidak utuh. Di mana pada bagian awal tulisan keadaannya sudah patah sehingga menyebabkan beberapa aksara hilang. Meskipun begitu, kita dapat mengetahui isi prasasti ini berdasarkan transkip singkat yang dibuat oleh J.L.A Brandes.

2. Prasasti Rumatak

Prasasti Rumatak, Peninggalan Kerajaan Galuh

Prasasti rumatak ditemukan di Gunung Gegerhanjuang, Desa Rawagirang, Singaparna. Prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 1877 Masehi. Prasasti rumatak memiliki ukuran sekitar 85 x 62 cm ². Adapun bentuk dari prasasti ini alah berupa batu pipih. Prasasti rumatak terdiri dari 3 baris tulisan dengan menggunakan bahasa Sunda Kuno.

Terdapat beberapa orang tokoh yang melakukan penelusuran terhadap salah satu peninggalan kerajaan Galuh ini. Pada tahun 1877 Masehi, K.F Holle melakukan penelusuran mengenai prasasti rumatak. Penelusuran tersebut kemudian dilanjut oleh Saleh Danasasmita pada tahun 1975 sampai 1984 Masehi.

Kemudian ada tahun 1990 Masehi, Atja melanjutkan penelusuran tersebut dan setahun kemudian Hasan Djafar melakukan hal yang sama. Terakhir pada tahun 1991 Masehi, penelusuran dilakukan oleh Richardiana Kartakusuma.

Adapun transkip dari tulisan yang ada di prasasti rumatak adalah tra ba I gune Apuy na STA gomati sakakala rumatak disusuk ku batari hyang pun. Adapun arti dari tulisan tersebut adalah mengenai pendirian pusat kerajaan nu nyusul di rumatak oleh Batara Hutang.

Kemudian tanggal di prasasti tersebut dituliskan dalam kalimat Candrasangkala yang isinya gune apuy nasta gomati. Menurut Saleh Danasamita dan Atja memiliki arti bahwa prasasti tersebut berangka 1033 saka atau 1111 Masehi. Sementara itu, menurut Hasan Djafar, kalimat tersebut dibaca dengan ba guna apuy diwwa yang berarti 1333 saka atau 1411 Masehi.

3. Prasasti Cikajang

Prasasti Cikajang, Peninggalan Kerajaan Galuh

Prasasti ini ditemukan pertama kali di wilayah perkebunan Teh di Cikajang, di lereng barat daya Gunung Cikuray. Sama seperti prasasti sebelumnya, prasasti ini terdiri dari 3 baris yang ditulis menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuno.

Ada kemiripan aksara yang digunakan pada prasasti ini dengan prasasti Kawali. Namun, keberadaan prasasti ini diragukan keasliannya, sebagaimana yang diucapkan oleh J. Noorduyn seorang pakar Sunda berkebangsaan Belanda.

Ia menyatakan bahwa prasasti ini kemungkinan besar dibuat oleh K. F. Holle saat menyabut kehadiran tamunya. Saat itu, H.N Van der Tuuk akan melakukan kunjungan ke kebun teh milih K. F. Holle yang berada di kawasan Waspada di daerah Garut.

4. Prasasti Mandiwunga

Prasasti Mandiwunga, Peninggalan Kerajaan Galuh

Prasasti ini ditemukan di Desa Cipadung, Kecamatan Cisaga, Ciamis pada tahun 1985 Masehi. Prasasti ini terbuat dari batu alam yang memiliki tinggi sekitar 70 cm, lebar 14-26 cm dan tebal 4-5-10 cm. Pada bagian atas prasasti sudah tidak utuh karena terdapat patahan. Saat ini, prasasti ini berada di Museum Negeri Sri Baduga, Bandung.

Prasasti Mandiwunga pertama kali diinformasikan oleh Dirman Surachmat pada agenda Seminar Sejarah Nasional yang keempat di Yogyakarta pada tahun 1985 Masehi. Meskipun begitu transkip dan ulasan mengenai prasasti ini belum sempurna. Kemudian, prasasti ini dilakukan transkip lagi oleh Richardiana Kartakusuma pada tahun 1991 Masehi. Hasil transkip tersebut kemudian diberikan kepada pihak museum setempat.

5. Situs Geger Sunten

Situs Geger Sunten, Peninggalan Kerajaan Galuh

Situs bersejarah ini terletak di perbukitan Dusun Sodong, Desa Tambaksari, Ciamis. Situs ini berbentuk bebatuan yang tersusun rapi dan teratur. Di sekelilingnya terdapat beberapa pohon mahoni yang membuat udara semakin sejuk.

Dahulunya, situs ini merupakan tempat persembunyian Aki Balangantrang atau Bimaraksa ketika menyembunyikan Ciung Winara. Saat kerajaan Galuh akan dikudeta dan diambil alih oleh Barmawijaya. Di tempat persembunyian ini pula para prajurit dari kerajaan Galuh dilatih untuk berperang sehingga dapat mengambil kembali kerajaan Galuh yang telah dikudeta.

Di situs bersejarah ini pula ditemukan patilasan batu yang konon pernah dipakai oleh Ciung Wanara dan pengikutnya. Batu tersebut berbentuk seperti kursi dan meja yang diperkirakan menjadi tempat pertemuan dilakukannya musyawarah.

6. Situs Ciung Wanara Karangkamulyan

Ciung Wanara Karangkamulyan, Peninggalan Kerajaan Galuh

Situs bersejarah ini terletak di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis. Situs bersejarah ini memiliki luas 25 hektar dan menyimpan beberapa benda bersejarah yang berkaitan erat dengan kerajaan Galuh. Benda-benda memiliki bahan dasar batu.

Batu-batu tersebut diletakkan secara tersebar dan tidak berdekatan satu dengan yang lainnya. Selain itu, bentuk batu juga berbeda antara satu batu dengan batu lainnya. Di mana batu-batu tersebut terdapat dalam sebuah bangunan yang memiliki struktur seperti tumpukan batu.

Struktur bangunan tersebut terdapat sebuah pintu bahkan bentuknya menyerupai seperti sebuah kamar. Selain itu, batu-batu yang ada di bangunan tersebut memiliki nama dan juga kisahnya tersendiri. Pemberian nama tersebut diberikan oleh warga setempat yang dikaitkan dengan mitos mengenai kerajaan Galuh seperti pangcalikan atau tempat duduk, tempat sabung ayam, Cikahuripan, dan lainnya.

Situs bersejarah ini memiliki cerita tersendiri yakni mengisahkan sosok yang bernama Ciung Wanara. Garis besar dari cerita ini mengisahkan kesaktian atau keperkasaan seorang Ciung Wanara. Semua bermula dari kisah seorang raja Galuh bernama Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah yang mengasingkan diri saat mendekati ajalnya.

Saat mengasingkan diri ia memberikan kekuasaan tersebut kepada Patih Bondan Sarati dikarenakan Raja belum memiliki anak. Setelah pemberian kekuasaan tersebut ternyata Patih Bondan tidak mementingkan rakyat. Ia justru mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.

Suatu saat, Dewi Naganingrum isteri dari Prabu Adimulya diberikan anugerah berupa seorang anak laki-laki. Anak laki-laki tersebut kemudian memiliki nama Ciung Wanara. Ciung Wanara inilah yang kemudian menjadi sosok penerus kerajaan Galuh yang sah dan memiliki sikap adil serta bijaksana dalam memimpin.

7. Situs Pangcalikan

Situs Pangcalikan, Peninggalan Kerajaan Galuh

Situs ini masih berada dalam kawasan Situs Karangkamulyan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Situs ini berada di deretan pertama setelah melewati gerbang utama Situs Karangkamulyan. Pangcalikan merupakan sebuah batu yang bertingkat dan memiliki bentuk persegi empat dengan warna putih.

Pangcalikan ini termasuk ke dalam Yoni yakni tempat pujaan karena letaknya terbalik dan dipakai untuk altar. Di bawah Yoni tersebut memiliki batu kecil sebagai penyangga. Situs ini terletak di sebuah struktur tembok yang memiliki panjang 17,5 meter dan lebar 5 meter.

8. Sahyang Bedil

Situs Sahyang Bedil, Peninggalan Kerajaan Galuh

Sahyang Bedil merupakan sebuah ruangan yang dikelilingi tembok sekitar 6,20 x 6 meter dan tinggi sekitar 89 cm. Ruangan ini memiliki pintu yang menghadap ke arah Utara. Di bagian depan pintu masuk dapat ditemukan struktur batu yang fungsinya sebagai sekat.

Di ruangan sahyang bedil ini terdapat dua buah menhir yang berbeda ukuran. Ada yang berukuran 60 x 40 cm dan ada yang berukuran 20 x 8 cm. Jika dilihat dari bentuknya, jelas bentuk ini menunjukkan zaman megalitikum.

Menurut kepercayaan warga, Sanghyang bedil sendiri bisa dijadikan sebagai sebuah tanda saat akan terjadi sesuatu. Seperti di tempat tersebut mengeluarkan bunyi suara letusan. Sayangnya, saat ini di tempat ini tidak lagi mengeluarkan tanda-tanda seperti itu.

Selain itu, bedil merupakan salah satu jenis senjata yang syarat akan makna bagi warga sekitar. Senjata diidentikkan dengan sebuah simbol hawa nafsu. Maknanya, bahwa senjata ini kerap kali menyeret manusia kepada kecelakaan sebagaimana hawa nafsu yang sering mengajak manusia untuk berbuat dosa.

9. Lambang Peribadatan

Lambang Peribadatan, Peninggalan Kerajaan Galuh

Salah satu situs yang berada di Situs Karangkamulyan lainnya adalah peribadatan. Situs ini sama seperti situs lainnya yang berbentuk batu. Batu tersebut dianggap sebagai lambang peribadatan yang terdiri dari beberapa kemuncak. Ada pula yang mengatakan bahwa batu tersebut sebagai fragmen candi. Sementara itu, warga setempat menyebutnya sebagai sebuah stupa.

The post 9 Peninggalan Kerajaan Sunda Galuh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
12 Peninggalan Kerajaan Galuh dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-galuh Fri, 08 Jul 2022 00:57:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=36375 Kerajaan Galuh adalah sebuah kerajaan yang pada masa lalu terletak di wilayah dataran Sunda, atau bagian paling barat dari Pulau Jawa. Tepatnya di daerah Sunda yang meliputi sekitaran Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan daerah Jawa Barat. Kerajaan ini berkembang pada sekitar tahun 932 Masehi sampai 1578 Masehi, dan mengalami masa kejayaan pada masa kepemimpinan Prabu […]

The post 12 Peninggalan Kerajaan Galuh dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Galuh adalah sebuah kerajaan yang pada masa lalu terletak di wilayah dataran Sunda, atau bagian paling barat dari Pulau Jawa.

Tepatnya di daerah Sunda yang meliputi sekitaran Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan daerah Jawa Barat.

Kerajaan ini berkembang pada sekitar tahun 932 Masehi sampai 1578 Masehi, dan mengalami masa kejayaan pada masa kepemimpinan Prabu Siliwangi.

Berikut ini adalah beberapa peninggalan kerajaan Galuh yang masih dijaga kelestariannya sampai sekarang menjadi aset sejarah dan budaya masyarakat Indonesia.

1. Prasasti Galuh

Peninggalan Kerajaan Galuh yang sering dibicarakan adalah Prasasti Galuh, yang berisi tiga baris tulisan dengan aksara sunda kuno.

Prasasti Galuh
Prasasti Galuh

Prasasti ini tidak memiliki penanggalan. Namun, dari jenis aksara yang dipakai, para peneliti memperkirakan bahwa Prasasti Galuh dibuat pada sekitar abad 14-15 Masehi.

Saat ini, Prasasti Galuh ditetapkan sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Galuh yang disimpan di Museum Nasional Indonesia.

2. Makam Adipati Panaekan

Napak tilas keberadaan Kerajaan Galuh juga ditandai dengan adanya Makam Adipati Panekan, yang merupakan peninggalan arkeologis dengan bentuk seperti lingkaran yang susun tiga.

Adipati Panaekan sendiri merupakan putra kedua dari seorang Prabu atau raja di Kerajaan Galuh, yaitu Cipta Permana.

Makam Adipati Panaekan
Makam Adipati Panaekan

Adipati Panaekan mati terbunuh oleh saudara iparnya sendiri yang bernama Dipati Kertabumi atau dikenal dengan Singaperbangsa I saat ada konflik.

Jasad Adipati Panaekan dihanyutkan ke Sungai Cimutur kemudian pada akhirnya dikuburkan di sebuah lokasi yang saat ini bernama Situs Karangmulyan.

3. Cikahuripan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang bernama Cikahuripan merupakan sebuah sumur yang ada di dekat pertemuan dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan Sungai Cimuntur.

Sumur Ckahuripan
Sumur Cikahuripan

Sumur bersejarah ini kemudian diberi nama Sumur Cikahuripan karena dipercaya sebagai simbol kehidupan oleh masyarakat setempat.

Sumur ini berisi air kehidupan yang tidak pernah surut airnya sepanjang tahun, sehingga sangat pantas juka disebut sebagai sumur kehidupan.

4. Prasasti Rumatak

Peninggalan kerajaan Galuh lainnya adalah Prasasti Rumatak, yaitu sebuah prasasti yang ditemukan di Gunung Gegerhanjuang, Desa Rawagirang, Singaparna.

Prasasti Rumatak
Prasasti Rumatak

Prasasti ini diperkirakan ditemukan pada tahun 1977 Masehi, dan menjadi salah satu prasasti yang disimpan di Museum Nasional Indonesia hingga sekarang.

Prasastu Rumatak ini ditulis pada sebuah batu pipih yang berukuran 85 x 62 Centimeter, yang berisi tiga baris tulisan aksaran dan bahasa sunda kuno.

5. Prasasti Cikajang

Prasasti Cikajang adalah salah satu peninggalan Kerajaan galuh yang ditemukan di daerah perkebunan teh di wilayah Cikajang, Gunung Cikuray.

Prasasti Rumatak
Prasasti Rumatak

Prasasti ini ditulis dalam bahasa dan aksara sunda kuno, terdiri dari tiga baris tulisan yang aksaranya memiliki kemiripan dengan aksara pada Prasasti Kawali.

Setelah diteliti, didapati bahwa transkripsi dari prasasti ini berisi tulisan Bhagi bhagya, ka , nu nglaiwat.

6. Panyandaran

Peningggalan Kerajaan Galuh selanjutnya adalah panyandaran yang ditemukan di wilayah ruang lingkup situs Karangmulyan.

Panyandaran ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu menhir dan juga dolmen, yang dikelilingi oleh batu bersusun yang seperti susunan tembok.

Panyandaran
Panyandaran

Bagian menhir memiliki ukuran yang cukup tinggi, yaitu sekitar 120 cm dengan lebar 70 cm. Sedangkan dolmen memiliki ukuran 120 x 32 cm.

7. Lambang Peribadatan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang berupa Lambang Peribadatan ini masih satu kesatuan dengan lingkup Situs Karangmulya.

Beberapa peneliti meyatakan bahwa Lambang Peribadatan ini sebagai fragmen candi, sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai stupa.

Lambang Peribadatan
Lambang Peribadatan

Peninggalan ini merupakan lambang peribadatan yang bercorak Hindu. masyarakat meyakini bahwa lambang peribadatan merupakan sebuah stupa.

8. Prasasti Mandiwunga

Peninggalan Kerajaan Galuh selanjutnya adalah Prasasti Mandiwunga yang terletak di Desa Cipadung, kecamatan Cisaga, Ciamis.

Prasasti Mandiwunga
Prasasti Mandiwunga

Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1985 Masehi dan dituliskan dalam sebuah batu yang kondisinya patah.

Prasasti mandiwunga ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno, yang berisikan lima baris aksara.

9. Situs Geger Sunten

Situs Geger Sunten merupakan peninggalan Kerajaan Galuh yang terletak di sebuah perbukitan yang dinamakan sebagai Dusun Sodong, di daerah Tambaksari Kabupaten Ciamis.

Situs Geger Sunten
Situs Geger Sunten

Situs Geger Sunten terdiri dari berbagai macam bebatuan yang tersusun dengan rapi dan teratur, situs ini dikelilingi pohon mahoni yang rindang.

Diyakini, pada masa lalu situs ini adalah tempat persembunyian Aki Balangantrang saat menyembunyikan Ciung Wanara Saat Kerajaan Galuh dikudeta oleh Barmawijaya.

10. Sahyang Bedil

Sahyang Bedil adalah sebuah ruangan yang sekelilingnya berupa tembok yang mempunyai ukuran 6,20 x 6 meter dengan tinggi sekitar 80 cm.

Sahyang Bedil
Sahyang Bedil

Pada bagian depan pintu Sahyang Bedil didapati struktur batu yang sepertinya difungsikan sebagai sebuah sekat.

Pada ruangan ini, terdapat dua buah menhir yang diletakkan di atas tanah yang memiliki ukuran 60 x 40 dan 20 x 8 cm.

11. Situs Pangcalikan

Situs Pangcalikan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Galuh yang masih dalam ruang lingkup Situs Karangmulyan.

Situs Pangcalikan
Situs Pangcalikan

Situs ini merupakan bagian utama yang akan dilewati setelah melewati gerbang utama Situs Karangmulyan.

Pangcalikan atau juga dikenal dengan nama Pelinggih ini berbentuk sebuah batu yang bertingkat-tingkat berwarna putih yang menyerupai bangun segiempat.

12. Situs Ciung Wanara Karangmulyan

Peninggalan Kerajaan Galuh yang terakhir adalah Situs Ciung Wanara Karangmulyan, yang merupakan sebuah situs arkeologi di wilayah Desa Karangmulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia.

Situs Ciung Wanara ini mengisahkan cerita tentang Ciung Wanara dan hubungannya dengan Kerajaan Galuh.

Ciung Wanara
Ciung Wanara

Situs bercorak Hindu-Budha ini juga menceritakan mengenai keberadaan Kerajaan Galuh yang ada sebelum zaman berdirinya Kerajaan Pajajaran dan Majapahit.

Itulah 12 peninggalan Kerajaan Galuh yang menjadi saksi sejarah keberadaan Kerajaan Galuh pada masa lampau, dan juga menjadi warisan budaya sampai saat ini.

The post 12 Peninggalan Kerajaan Galuh dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah https://haloedukasi.com/kerajaan-galuh Thu, 02 Jun 2022 04:32:49 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35054 Sejarah Kerajaan Galuh Masa Awal: Pemisahan Diri dari Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Galuh merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di Indonesia. Titik awal sejarah Kerajaan Galuh sebenarnya adalah penerus dari Kerajaan Kendan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar kisah Kerajaan Galuh terdapat dalam kitab kuno Carita Parahiyangan, yang ditulis pada awal abad […]

The post Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Galuh

Masa Awal: Pemisahan Diri dari Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Galuh merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di Indonesia. Titik awal sejarah Kerajaan Galuh sebenarnya adalah penerus dari Kerajaan Kendan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar kisah Kerajaan Galuh terdapat dalam kitab kuno Carita Parahiyangan, yang ditulis pada awal abad 16.

Dikisahkan Raja Tarumanegara terakhir yang bernama Linggawarman menyerahkan kekuasaan kepada menantunya yang berasal dari Sundapura, Sri Maharaja Tarusbawa. Setelah itu, Tarusbawa memindahkan wilayah Kerajaan Tarumanegara ke Sundapura.

Pemindahan kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Wretikandayun untuk memisahkan diri dari Tarumanegara dan mendirikan kerajaan sendiri. Tarusbawa mengabulkan permintaan Wretikandayun dengan membagi wilayahnya menjadi dua, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang dibatasi oleh Sungai Citarum. Wretikandayun sendiri adalah putra dari Raja Kendan yang bernama Rahiyangta ri Medangjati.

Masa Penyatuan Kerajaan Sunda dan Galuh

Penyatuan sejarah kerajaan Galuh dan Sunda di Indonesia ini terjadi di tahun 723 M pada masa Raja Sanjaya. Akan tetapi pada tahun 729 kembali terjadi perpecahan di mana Raja Banga Sanghyang Banga melepaskan Kerajaan Sunda dari kekuasaan Kerajaan Galuh.

Masa Akhir: Pengaruh Kerajaan Cirebon dan Mataram

Pada masa Raja Prabhu Jayaningrat, ibu kota atau pusat Kerajaan Galuh berpindah dari Kawali ke Salawe Pangauban. Pada masa ini Kawali berada dalam pengaruh Kerajaan Cirebon dan Salawe Pangauban dirancang oleh Pucuk Umum.

Putra dari Pucuk Umum yang bernama Prabu Haur Kuning merupakan Raja Galuh Salawe Pangauban terakhir yang beragama Hindu. Raja terakhir ini bergelar Maharaja Prabu Cipta Sanghyang Permana yang jasadnya dilarung di daerah Ciputrapinggan.

Prabu Cipta Permana (1595-1618 M) -sebagai penerus Maharaja Prabu Cipta Sanghyang Permana- adalah penguasa Kerajaan Galuh pertama yang masuk Islam dengan menikahi penguasa Cirebon di Galuh Kawali yang bernama Tanduran Tanjung Putri Maharaja Mahadikusumah. Masa Kerajaan Galuh sendiri berakhir pada era Kerajaan Mataram Islam tahun 1595.

Pada masa tersebut terjadi penurunan status seluruh raja di pulau Jawa, termasuk Kerajaan Galuh, menjadi kebupatian. Sehingga Raja yang semula memiliki gelar Ratu atau Sanghyang, berubah menjadi Adipati di bawah kekuasaan Mataram. Berakhirlah sejarah Kerajaan Galuh sebagai salah satu kerajaan Hindu di Indonesia.

Raja Kerajaan Galuh

  1. Wretikandayun (Rahiyangta ri Menir, 612-702 M)
  2. Mandiminyak atau Prabu Suraghana (702-709 M)
  3. Sanna atau Séna/Sannaha (709-716 M)
  4. Purbasora (716-723 M)
  5. Rakeyan Jambri/Sanjaya, Rakai Mataram/Harisdarma (723-732 M, Kerajaan Galuh bersatu dengan Sunda)
  6. Tamperan Barmawijaya (732-739 M)
  7. Sang Manarah (739-746 M)
  8. Rakeyan ri Medang (746-753 M)
  9. Rakeyan Diwus (753-777 M)
  10. Rakeyan Wuwus (777-849 M)
  11. Sang Hujung Carian (849-852 M)
  12. Rakeyan Gendang (852-875 M)
  13. Dewa Sanghiyang (875-882 M)
  14. Prabu Sanghiyang (882-893 M)
  15. Prabu Ditiya Maharaja (893-900 M)
  16. Sang Lumahing Winduraja (900-923 M)
  17. Sang Lumahing Kreta (923-1015 M)
  18. Sang Lumahing Winduraja (1015-1033 M)
  19. Rakeyan Darmasiksa (1033-1183 M)
  20. Sang Lumahing Taman (1183-1189 M)
  21. Sang Lumahing Tanjung (1189-1197 M)
  22. Sang Lumahing Kikis (1197-1219 M)
  23. Sang Lumahing Kiding (1219-1229 M)
  24. Aki Kolot (1229-1239 M)
  25. Prabu Maharaja (1239-1246 M)
  26. Prabu Bunisora (1357-1371 M)
  27. Mahaprabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475 M)
  28. Dewa Niskala (1475-1483 M)
  29. Ningratwangi (1483-1502 M)
  30. Jayaningrat (1502-1528 M)
  31. Maharaja Cipta Sanghyang Di Galuh ( 1528-1595 M)

Wilayah Kerajaan Galuh

Ibu kota Kerajaan Galuh terletak di Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis (612-702 M). Kemudian berpindah ke Saunggalah (669-1311 M) dan terakhir di Kawali (1311-1482 M).

Peninggalan Kerajaan Galuh

  • Prasasti Mandiwunga

Prasasti yang terbuat dari batu alam ini ditemukan di desa Cipadung, Kecamatan Cisaga, Ciamis pada tahun 1985. Prasasti tersebut memiliki tinggi 70 cm, lebar antara 14 hingga 26 cm, dengan ketebalan 4 hingga 10 cm. Prasasti berisikan lima baris kalimat jenis aksara Jawa Kuno di mana bagian ujung atas sudah patah ketika ditemukan.

Prasasti Mandiwunga ditemukan oleh Dirman Surachmat dan ditranskripsi ulang oleh Richadiana Kartakusuma di tahun 1991. Kini prasasti tersebut diletakkan di Museum Negeri Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat.

  • Prasasti Cikajang

Seperti halnya namanya, prasasti ini ditemukan di lereng Gunung Cikuray sebelah barat daya. Tepatnya di sebuah perkebunan teh di wilayah Cikajang, Garut, Jawa Barat. Prasasti Cikajang berupa batu alam yang memiliki ukuran 1,5 x 1,5 meter. Tulisan pada prasasti ini sebanyak tiga baris dan ditulis dalam aksara serta bahasa Sunda kuno.

  • Prasasti Rumatak

Disebut juga Prasasti Geger Hanjuang, Prasasti Rumatak peninggalan Kerajaan Galuh ini ditemukan pada tahun 1877 di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penemuan tersebut termasuk ke dalam wilayah Gunung Galunggung.

Oleh sebab itu tak hanya memuat tentang sejarah Kerajaan Galuh saja, prasasti ini juga merupakan bukti nyata adanya Kerajaan Galunggung.

Prasasti Rumatak berupa batu pipih yang memiliki ukuran 85 x 62 cm2. Prasasti yang berisi tiga baris tulisan ini menggunakan aksara Kawi dengan bahasa Sunda Kuno. Kini Prasasti Rumatak disimpan di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Galuh

Prasasti Galuh berupa tulisan yang dipahatkan di batu kali yang berukuran tinggi 51 cm, lebar 33 cm, dan lebar antara 4 hingga 19 cm yang berisi tiga baris tulisan dengan aksara serta bahasa Sunda Kuno. Prasasti yang diperkirakan berasal dari abad 14-15 Masehi tersebut kini disimpan di Museum Nasional.

  • Candi Cangkuang

Candi yang terletak di Kampung Pula, Desa Cangkuang, Kabupaten Garut ini merupakan satu-satunya candi Hindu di Sunda. Candi ini ditemukan pertama kali tahun 1966 berdasarkan laporan Vorderman di buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan 1893. Meskipun peninggalan agama Hindu, terdapat adanya pemakaman muslim di samping candi.

The post Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>