kerajaan sriwijaya - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-sriwijaya Wed, 05 Jun 2024 09:04:07 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kerajaan sriwijaya - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-sriwijaya 32 32 6 Raja – Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Sriwijaya https://haloedukasi.com/raja-raja-yang-pernah-memimpin-kerajaan-sriwijaya Wed, 05 Jun 2024 09:04:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48681 Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada masa lampau. Meskipun tidak ada catatan lengkap tentang semua raja Sriwijaya, beberapa raja terkenal yang dianggap penting dalam sejarah kerajaan ini antara lain: Meskipun nama-nama di atas adalah beberapa raja Sriwijaya yang terkenal, sejarah kerajaan ini masih penuh dengan kekosongan dan legenda. Banyak […]

The post 6 Raja – Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Sriwijaya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada masa lampau. Meskipun tidak ada catatan lengkap tentang semua raja Sriwijaya, beberapa raja terkenal yang dianggap penting dalam sejarah kerajaan ini antara lain:

  1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa: Dia sering dianggap sebagai pendiri Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Meskipun belum tentu semua informasi tentangnya benar-benar historis, namanya sering disebut dalam legenda dan sumber-sumber sejarah awal.
  2. Sri Indravarman: Raja ini dikenal karena memperluas wilayah Sriwijaya dan memperkuat pengaruhnya di wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu selama masa pemerintahannya pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi.
  3. Balaputradewa: Salah satu raja yang cukup penting dalam sejarah Sriwijaya pada abad ke-9 Masehi. Ia sering dihubungkan dengan pembangunan candi Borobudur meskipun keterlibatannya masih diperdebatkan.
  4. Sri Udayadityavarman: Raja ini memerintah pada akhir abad ke-9 Masehi dan awal abad ke-10 Masehi. Ia terkenal karena mengembangkan sistem irigasi dan mengadakan reformasi di kerajaannya.
  5. Sri Cudamani Warmadewa: Salah satu raja Sriwijaya yang terkenal pada abad ke-11 Masehi. Ia dikenal karena melanjutkan pembangunan candi Borobudur dan dikenal karena hubungannya dengan kerajaan Mataram Kuno di Jawa.
  6. Sri Maravijayottungavarman: Raja yang memerintah pada abad ke-11 Masehi dan sering dianggap sebagai raja terakhir dari kerajaan Sriwijaya yang berpengaruh. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mengalami penurunan kekuasaan akibat tekanan dari kerajaan-kerajaan tetangga dan serbuan dari bangsa Mongol.

Meskipun nama-nama di atas adalah beberapa raja Sriwijaya yang terkenal, sejarah kerajaan ini masih penuh dengan kekosongan dan legenda. Banyak dari catatan sejarahnya telah hilang atau belum ditemukan, sehingga membuat keseluruhan gambaran tentang raja-raja Sriwijaya menjadi tidak lengkap.

The post 6 Raja – Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Sriwijaya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Fakta Menarik Kerajaan Sriwijaya Yang Jarang Diketahui https://haloedukasi.com/fakta-menarik-kerajaan-sriwijaya Sat, 24 Feb 2024 03:33:17 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48265 Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim di Asia Tenggara, memegang peran penting dalam sejarah kepulauan Nusantara. Berdiri sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di wilayah ini, Sriwijaya telah meninggalkan jejak-jejak kejayaan dan kekayaan budaya. Berikut fakta menarik tentang Kerajaan Sriwijaya yang mencakup sejarah, budaya, ekonomi, dan pengaruhnya dalam membentuk peradaban di wilayah Asia Tenggara. 1. Lokasi […]

The post 8 Fakta Menarik Kerajaan Sriwijaya Yang Jarang Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim di Asia Tenggara, memegang peran penting dalam sejarah kepulauan Nusantara. Berdiri sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di wilayah ini, Sriwijaya telah meninggalkan jejak-jejak kejayaan dan kekayaan budaya.

Berikut fakta menarik tentang Kerajaan Sriwijaya yang mencakup sejarah, budaya, ekonomi, dan pengaruhnya dalam membentuk peradaban di wilayah Asia Tenggara.

1. Lokasi yang strategis sebagai pusat perdagangan maritim

Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 Masehi, dan pusat kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Sumatra Selatan, Indonesia. Sejarah awalnya diduga bermula dari perpaduan berbagai kerajaan kecil di sekitar sungai Musi dan Batanghari.

Lokasi ini memberikan Sriwijaya keunggulan strategis sebagai pusat perdagangan maritim, karena letaknya yang dekat dengan Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan utama antara India dan Tiongkok.

Sekitar abad ke-7, wilayah Sumatra menjadi pusat perdagangan penting, dengan pelabuhan-pelabuhan seperti Palembang dan Jambi sebagai titik transit utama. Sriwijaya memanfaatkan posisi geografis strategisnya di Selat Malaka untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah, emas, dan barang-barang lainnya. Kerajaan ini juga menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara, dengan pengaruh kuat dari India dan Tiongkok.

Abad ke-8 dan ke-9 awal dianggap sebagai masa transisi, di mana Sriwijaya mulai memperluas pengaruhnya ke wilayah sekitarnya. Kerajaan ini menghadapi persaingan dari kerajaan lain seperti Mataram di Jawa dan Kerajaan Champa di Vietnam.

2. Sebagai Pusat Perdagangan dan Keagamaan

Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-12 Masehi. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan, terutama dalam jalur perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur Tengah, India, Tiongkok, dan Nusantara.

Para pedagang dari berbagai belahan dunia berlayar ke pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya, menjadikannya pusat pertukaran budaya dan ekonomi yang dinamis. Selain sebagai pusat perdagangan, Sriwijaya juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama Buddha di wilayah ini.

Terdapat bukti kuat bahwa Buddha Mahayana dianut oleh penguasa Sriwijaya, dan vihara-vihara megah dibangun sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama Buddha ke daerah sekitarnya.

3. Kekuatan militer yang signifikan, terutama di laut

Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang signifikan, terutama di laut. Angkatan laut Sriwijaya memastikan keamanan jalur perdagangan di Selat Malaka dan memberikan perlindungan terhadap serangan dari laut.

Kekuatan militer ini memungkinkan Sriwijaya untuk memperluas wilayah ke berbagai pulau di sekitarnya, termasuk Jawa, Bali, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya membentang dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang hingga Semenanjung Malaysia.

Keberhasilan Sriwijaya dalam mempertahankan wilayahnya dan mengendalikan jalur perdagangan memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat di Nusantara.

4. Sebagai pusat peradaban dan kebudayaan

Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan dan kekuatan militer, tetapi juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Peninggalan arkeologis menunjukkan keberagaman budaya dan agama yang berkembang di Sriwijaya. Artefak seni, arsitektur, dan prasasti menggambarkan perpaduan budaya Hindu-Buddha yang kental.

Vihara-tample, seperti Candi Muara Takus di Riau dan Candi Kedukan Bukit di Palembang, adalah contoh kemegahan arsitektur Sriwijaya. Prasasti-prasasti yang ditemukan juga membuktikan tingginya tingkat literasi dan pengetahuan masyarakat Sriwijaya pada masa itu.

5. Kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara

Kerajaan Sriwijaya, sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, memiliki pengaruh agama dan peninggalan sastra yang mencolok. Dalam konteks agama, Hindu-Buddha memberikan fondasi spiritual dan budaya, sementara dalam hal sastra, peninggalan berupa prasasti dan manuskrip menjadi bukti keberagaman budaya dan tingkat literasi yang tinggi di dalam masyarakat Sriwijaya.

Pengaruh agama Buddha Mahayana sangat kuat di Sriwijaya. Para raja Sriwijaya mendukung pembangunan vihara sebagai pusat keagamaan dan pendidikan. Peninggalan sastra dalam bentuk prasasti dan manuskrip juga menunjukkan perkembangan literasi dan sistem pendidikan pada masa itu.

Meskipun memiliki pengaruh Hindu-Buddha, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang toleran terhadap keberagaman agama. Agama-agama lokal juga tetap diakui dan dihormati.

6. Membangun Strategi Jitu

Ketika kita membahas kejayaan maritim di Nusantara, tak bisa lepas dari sorotan terhadap kerajaan maritim terkuat pada masanya, Sriwijaya. Kejayaan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui penerapan strategi-strategi jitu yang diimplementasikan oleh para penguasa Sriwijaya. Inilah lima strategi yang menjadi kunci keberhasilan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terkemuka.

Para penguasa Sriwijaya menyadari pentingnya mengukuhkan dominasi mereka dengan memudarkan pengaruh dan kekuasaan kerajaan-kerajaan pelabuhan pesisir di Sumatra, Semenanjung Malaya, hingga Jawa. Strategi ini memastikan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan kekuasaan yang tak tertandingi.

Sriwijaya tidak hanya memonopoli jalur pelayaran Nusantara, tetapi juga berhasil mengendalikan jalur niaga maritim dari dan ke Nusantara, Cina, hingga India, termasuk Laut Tengah. Kontrol ini memberikan keunggulan ekonomi dan politik yang sangat signifikan.

Melakukan pendekatan dengan daerah vassal dalam hubungan niaga dan politik menjadi salah satu strategi ampuh Sriwijaya. Ini menciptakan keseimbangan kekuatan dan menjadikan Sriwijaya sebagai pemain utama dalam diplomasi regional.

Cina memiliki pengaruh besar dalam perdagangan pada masa itu, dan Sriwijaya cerdik mengenali kebutuhan untuk menjalin hubungan erat dengan Cina. Ini melibatkan diplomasi ekonomi yang berhasil memperkuat posisi Sriwijaya dalam jaringan perdagangan internasional.

7. Memiliki Pelabuhan Kuno Bernama Barus

Pelabuhan kuno Barus, terletak di pantai barat Sumatra, menjadi simbol kejayaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan budaya. Didirikan pada abad ke-10, Barus menjadi tempat singgah para pedagang asing, terutama dari India, Persia, dan Timur Tengah. Sriwijaya menjual kapur barus sebagai komoditas utama, menciptakan hubungan dagang yang makmur.

Melalui strategi yang cerdik, Sriwijaya menjalin hubungan dagang yang erat dengan Cina dan India. Sejarah mencatat kehadiran duta Sriwijaya di Cina, memperkuat ikatan perdagangan. Hubungan dengan kerajaan India Selatan, Chola, juga terjalin, lebih fokus pada pengembangan agama Buddha Mahayana.

8. Kerjasama dengan “Orang Laut”

Strategi unik Sriwijaya melibatkan kerja sama dengan “orang laut” atau pengembara dan bajak laut. Mereka membantu mempertahankan wilayah Sriwijaya, khususnya di pesisir Kepulauan Riau. Pajak dari kegiatan perdagangan digunakan untuk membayar upeti kepada para “orang laut.”

Dalam upaya memperkuat pertahanan wilayah, terutama di laut, Sriwijaya mengandalkan kerja sama dengan “orang laut” atau pengembara dan bajak laut yang dianggap andal dan berpengalaman. Kerja sama ini, meski unik, membuktikan kecerdikan Sriwijaya dalam memanfaatkan sumber daya dan keahlian lokal.

Kerajaan Sriwijaya, dengan sejarahnya yang panjang dan kekayaan budayanya, menjadi salah satu pilar peradaban di wilayah Asia Tenggara. Dari kejayaannya sebagai pusat perdagangan hingga warisan budayanya yang kaya, Sriwijaya memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan masyarakat di Nusantara.

Meskipun masa kejayaannya telah berlalu, pengaruh dan warisan Sriwijaya tetap hidup dalam cerita-cerita dan peninggalan sejarah, membawa semangat peradaban yang berkelanjutan bagi generasi-generasi selanjutnya.

The post 8 Fakta Menarik Kerajaan Sriwijaya Yang Jarang Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-sriwijaya Thu, 16 Jun 2022 00:17:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35613 Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak buddha yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim karena kerajaan ini dapat menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara yaitu Selat Sunda dan Selat Malaka. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya : 1. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti kedukan bukit adalah prasasti yang ditemukan di […]

The post 12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak buddha yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim karena kerajaan ini dapat menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara yaitu Selat Sunda dan Selat Malaka. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya :

1. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti kedukan bukit - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti kedukan bukit adalah prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kemenangan sriwijaya dan Daputang Hyang yang melakukan perjalanan suci (Sidhayarta) dengan menggunakan perahu.

Pada prasasti kedukan bukit terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 604 Saka atau 682 Masehi. Ukuran Prasasti kedukan bukit ialah 45 cm x 80 cm.

2. Prasasti Talang Tuwo

Prasasti talang tuwo - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti talang tuwo adalah prasasti yang ditemukan di kaki Bukit Siguntang. Prasasti ini berisikan tentang pembangunan taman yang disebut Srisetra. Srisetra ini merupakan taman dengan berbagai macam tanaman yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di Kerajaan Sriwijaya sehingga masyarakat dapat hidup sejahtera dan tentram.

Pada prasasti talang tuwo terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa, bahasa melayu kuno dan terdiri dari 14 baris. Prasasti ini berangka tahun 606 saka atau 684 Masehi. Ukuran prasasti talang tuwo ialah 50 cm x 80 cm.

3. Prasasti Kota Kapur

Prasasti kota kapur - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti kota kapur adalah prasasti yang ditemukan di Kota Kapur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prasasti berisikan tentang kutukan untuk orang yang berbuat jahat dan melanggar perintah raja akan celaka.

Pada prasasti kota kapur terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 608 saka ayau 686 Masehi. Ukuran prasasti kota kapur ialah tinggi 177 cm, lebar 32 cm dan 19 cm pada bagian puncak prasasti.

4. Prasasti Telaga Batu

Prasasti telaga batu - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti telaga batu adalah prasasti yang ditemukan di kolam Telaga Biru Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang yang melakukan kejahatan, melanggar perintah raja dan pujian untuk orang yang melakukan perbuatan baik kepada Kerajaan Sriwijaya. Pada prasasti telaga batu terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno.

Prasasti telaga batu memiliki hiasan berupa 7 buah kepala ular kobra yang terletak di bagian atas prasasti dan ada pancuran tempat mengalirnya air pembasuh yang terletak di bagian tengah prasasti. Ukuran prasasti telaga batu ialah tinggi 118 cm dan lebar 149 cm.

5. Prasasti Karang Berahi

Prasasti karang berahi - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti karang berahi adalah prasasti yang ditemukan di tepian Batang Merangin Provinsi Jambi. Prasasti ini berisikan tentang kutukan bagi orang yang berbuat jahat dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.

Terdapat tulisan pada prasasti karang berahi yang ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini memiliki bentuk seperti separuh telur pada bagian bawah prasasti. Ukuran prasasti karang berahi ialah 90 cm x 90 cm x 10 cm.

6. Prasasti Ligor

Prasasti ligor - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti ligor adalah prasasti yang ditemukan di Ligor, Thailand. Prasasti ini berisikan tentang raja sriwijaya disebut sebagai raja dari segala raja di dunia mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara dan berita mengenai Visnu yang memiliki gelar Sri Maharaja.

Prasasti ini memiliki dua sisi yang disebut sisi A dan sisi B sehingga dikenal juga sebagai prasasti Ligor A dan prasasti Ligor B. Terdapat tulisan pada kedua sisi prasasti ligor yang ditulis dengan aksara Kawi.

7. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti palas pasemah - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti palas pasemah adalah prasasti yang ditemukan di Palas Pasemah Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.

Pada prasasti palas pasemah terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa, bahasa melayu kuno, dan terdiri dari 13 baris. Berdasarkan pada tulisan di prasasti palas pasemah dapat diperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi.

8. Prasasti Hujung Langit

Prasasti hujung langit - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti hujung langit adalah prasasti yang ditemukan di Desa Haur Kuning Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang pemberian tanah Sima.

Pada prasasti ini terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Diperkirakan bahwa prasasti hujung langit berasal dari tahun 997 Masehi.  

9. Prasasti Leiden

Prasasti leiden - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti leiden adalah prasasti yang disimpan di museum Volkenkunde Leiden Belanda. Prasasti ini berisikan tentang hubungan baik antara Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra. Pada prasasti leiden terdapat tulisan yang ditulis dengan menggunakan bahasa sanskerta dan bahasa tamil.

Selain itu, prasasti leiden ini memiliki tulisan yang tidak ditulis di atas batu melainkan ditulis pada bagian permukaan lempengan tembaga.

10. Candi Muaro Jambi

Candi muaro jambi - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi muaro jambi adalah candi yang terletak di Kabupaten Muaro jambi. Candi ini dibangun pada abad ke 9 sampai abad ke 12 Masehi. Candi ini memiliki luas kawasan sebesar 3.981 hektar sehingga candi muaro jambi termasuk candi yang paling luas di Asia Tenggara.

Candi muaro jambi juga sebagai bukti adanya masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Di dalam area candi muaro jambi terdapat 9 candi yakni Candi Gedong Satu, Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Astano, Candi Gumpung, Candi Kembang Batu, dan Candi Telago Rajo .

11. Candi Muara Takus

Candi muara takus - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi muara takus adalah candi yang terletak di desa Muara Takus Provinsi Riau. Candi ini bercorak buddha karena berdasarkan pada bentuk stupa terlihat berisi mantra agama buddha. Candi muara takus juga disebut sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.

Selain itu, Di dalam candi muara takus terdapat empat bangunan yang berukuran besar yakni Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, Dan Palangka. Candi ini juga dikelilingi oleh tembok sepanjang 74 x74 meter yang terbuat dari batu putih.

12. Candi Bahal

Candi bahal - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi bahal adalah candi yang terletak di desa Bahal Provinsi Sumatra Utara. Candi Bahal juga dikenal sebagai Candi Biaro Bahal atau Candi Portibi. Candi ini terbuat dari bata merah dan diperkirakan berasal dari abad ke 11.

Candi bahal merupakan candi terluas di Sumatera Utara yang memiliki tiga bangunan kuno candi yakni candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III. Selain itu, ketiga candi tersebut dikelilingi oleh para tinggi dan tebalnya sekitar 1 meter yang dibuat dari susunan batu merah.

Pada candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III terdapat bangunan utama yang berada di tengah halaman dengan pintu masuk tepat mengarah ke gerbang. Ketiga candi ini dipisahkan dengan jarak sekitar 500 meter dan seluruh bangunan yang terletak di area tersebut terbuat dari susunan bata merah kecuali arca-arca yang terbuat dari batu keras.

The post 12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri https://haloedukasi.com/bukti-keberadaan-kerajaan-sriwijaya Sat, 22 Jan 2022 13:52:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30801 Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka dan berdaulat pada masa lampau terdiri dari beberapa kerajaan. Kerajaan di Indonesia sangat beragam mulai dari yang bercorak Hindu-Budha hingga Islam.  Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang bercorak Budha. Kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke 7 sampai 15 masehi. Sriwijaya adalah menguasai kawasan […]

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka dan berdaulat pada masa lampau terdiri dari beberapa kerajaan. Kerajaan di Indonesia sangat beragam mulai dari yang bercorak Hindu-Budha hingga Islam. 

Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang bercorak Budha. Kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke 7 sampai 15 masehi. Sriwijaya adalah menguasai kawasan Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah dengan pusatnya yaitu di Palembang. 

Bagaimana kerajaan ini diketahui keberadaannya meskipun berasal dari ratusan tahun lalu? Tentu hal tersebut dikarenakan ada bukti-bukti sebagai sumber sejarah keberadaan kerajaan ini. Adapun bukti keberadaan Sriwijaya berasal dari dalam dan luar negeri seperti berikut ini. 

Bukti dari Dalam Negeri

Jejak peninggalan-peninggalan manusia, kelompok, bangsa ataupun kerajaan paling mudah dijumpai di lingkungan itu sendiri atau berasal dari dalam negeri. Berikut ini adalah bukti yang menyatakan keberadaan kerajaan Sriwijaya dari dalam negeri.

Prasasti Peninggalan

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang umum digunakan oleh suatu kelompok atau suku bangsa untuk menulis dan mencatat suatu kejadian. Dari prasasti ini dapat diketahui bagaimana dan dimana kelompok tersebut ada. Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan berbagai prasasti seperti berikut ini. 

  • Prasasti Kota Kapur

Prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan Sriwijaya adalah prasasti Kota Kapur yang ditemukan pada tahun 1892. Penemuan bukti pertama mengenai kerajaan Sriwijaya ini terjadi di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung oleh JK Meulen. 

Jejak peninggalan ini ditemukan dalam bentuk tugu batu setinggi 1,5 meter dan tertanggal 686 Masehi. Tulisan dalam prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan Melayu Kuno yang kemudian ditafsirkan oleh J. H. C. Kern. 

Isi dari prasasti ini adalah ancaman dan sumpah kutukan untuk pihak-pihak yang tidak patuh kepada kerajaan sedangkan yang patuh akan mendapat kesejahteraan. Prasasti ini sekarang berada di Museum Nasional Jakarta setelah sebelumnya disimpan di Museum Kerajaan Negeri Belanda.   

  • Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan. Lokasi persis penemuan ini adalah di di tepi Sungai Tatang, anak Sungai Musi oleh seseorang berkebangsaan Belanda bernama C. J. Batenburg. 

Prasasti ini terbuat dari batu dengan ukuran 45 × 80 cm dan berisikan tulisan yang menggunakan huruf Pallawa dan Melayu Kuno. Berdasarkan hasil penelitian, piagam ini tertanggal 682 M. Prasasti ini pun berhasil diterjemahkan 4 tahun kemudian oleh ahli bahasa Melayu yaitu Philippus Samuel van Ronkel. 

Isi dari prasasti ini adalah menggambarkan betapa majunya kerajaan Sriwijaya terutama pada bidang pelayaran. Berdasarkan prasasti ini perjalanan laut tersebut dilakukan oleh Deputi Hyang yang merupakan seorang utusan dari pihak kerajaan. 

  • Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo adalah bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada pada 17 November 1920. Prasasti ini ditemukan oleh Louis Constant Westenenk di kaki Bukit Siguntang, desa Talang Tuo, Palembang. 

Bentuk dari dokumen bersejarah ini berupa bidang datar dengan ukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti bertarikh 684 Masehi ini memberikan informasi tentang taman yang dibangun oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa yakni pendiri kerajaan Sriwijaya. 

Berdasarkan tafsiran dari van Ronkel dan Bosch taman tersebut dibangun untuk kesejahteraan semua makhluk. Prasasti ini dapat kita lihat di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Karang Berahi

Prasasti ini adalah bukti sejarah salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Sriwijaya yang ditemukan oleh L. Berkhout seorang ahli kontrolir dari Belanda. Piagam ini ditemukannya pada tahun 1904 di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, kabupaten Merangin, Prov. Jambi. 

Prasasti ini berukuran 90 x 90 x 10 cm dan terbuat dari batu andesit. Tidak ada tulisan jelas mengenai tahun pembuatan prasasti ini.

Namun jika dilihat dari isinya yang mirip dengan prasasti kapur maka prasasti ini dibuat pada tahun 686 Masehi. Isi dari kedua prasasti ini pun tidak jauh berbeda dan memiliki inti pesan yang sama. 

  • Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah adalah prasasti batu yang ditemukan di Lampung tepatnya di Palas Pasemah, tepi Sungai Pisang. Prasasti terbuat dari batu ini bertuliskan menggunakan bahasa Melayu Kuno sebanyak 13 baris. 

Sayangnya pada prasasti berbentuk setengah bulat dan oval ini tidak ada informasi mengenai tahun prasasti ini. Namun berdasarkan penelitian prasasti berisi ancam bagi yang tidak patuh ini datang dari abad ke 7. 

  • Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu yakni bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan oleh Batenburg pada 29 November 1920 di Telaga Batu, Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Ukuran dari prasasti ini yaitu 118 cm x 148 cm serta terbuat dari batu andesit.

Prasasti dengan tulisan sebanyak 28 baris ini tidak memuat tanggal pembuatannya. Namun diperkirakan datang dari abad ke 7. 

Candi Peninggalan 

Serupa dengan kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya, kerajaan Sriwijaya juga memberikan jejak peninggalan berupa candi seperti berikut ini. 

  • Candi Muara Takus

Candi Muara Takus berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh Cornet D. Groot seorang arkeolog pada tahun 1860.

Di dalam kompleks candi yang diperkirakan berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-11 ini ada Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.

  • Candi Muaro Jambi

Orang yang berjasa atas penemuan candi Muaro Jambi adalah  S.C. Crooke yang merupakan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Ia menemukan candi ini pada tahun 1920 di pedalaman Sumatera.

Kompleks candi ini berdiri di atas tanah seluas 3981 hektar dan menjadikannya sebagai Kompleks candi Hindu-Budha paling luas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. 

Di dalam kompleks candi yang sudah ada sejak abad ke 7 ini terdapat 9 bangunan candi lainnya. Bangunan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung Tinggi, Telugu Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

  • Candi Biaro Bahal

Candi Biaro Bahal berlokasi Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.

Candi yang dikenal juga sebagai  Biaro Bahal, atau Candi Portibi ini dibangun pada abad ke 11 dengan tiga bangunan utama yaitu Biaro Bahal I, II dan III. 

  • Situs Rimba Candi

Situs ini disebut juga dengan nama Gapura Sriwijaya karena memiliki bentuk berupa Gapura. Situs ini masih dalam penelitian lebih lanjut dan baru ditemukan 7 buah dari total 9 gapura. Lokasi ini berada di Sumatera Selatan dengan kondisi roboh karena faktor bencana alam. 

Sumber dari Luar Negeri

Jejak satu bangsa atau kerajaan bisa didapatkan dari luar negeri atau dari luar batas wilayah kekuasaannya. Sumber sejarah bukti adanya kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut. 

Prasasti dari Luar Negeri

Kekuasaan kerajaan Sriwijaya dapat dibuktikan melalui penemuan-penemuan prasasti di luar wilayah Nusantara seperti berikut ini. 

  • Prasasti Ligor

Prasasti ini adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Ligor, atau sekarang dikenal sebagai Nakhon Si Thammarat Thailand Selatan. Prasasti yang dalam bahasa Thailand disebut Vat Semammuang ini berkerangka tahun 775 M.

Prasasti ini terdiri dari dua bagian yang kemudian disebut sebagai Ligor A yang berisi tentang raja Sriwijaya dan diantaranya adalah Sriwijayendraraja, Sriwijayeswarabhupati, dan Sriwijayanrpati. Bagian kedua diberi nama Ligor B yang mengisahkan Sri Maharaja yang berasal dari  Dinasti Syailendra. 

  • Prasasti Leiden

Prasasti Leiden adalah sebuah prasasti yang ditemukan di daratan India. Prasasti ini datang dari tahun 1006 M dengan bentuk berupa lempengan tembaga yang bertuliskan menggunakan bahasa Tamil dan Sansekerta. 

Isi dari prasasti ini adalah informasi mengenai hubungan diplomatik kerajaan Sriwijaya pada masa Dinasti Syailendra dengan Dinasti Chola dari Tamil, India bagian Selatan. Namun prasasti ini tidak disimpan di Indonesia melainkan di KITLV Leiden, Belanda. 

  • Prasasti Kanton

Sesuai dengan namanya, Prasasti Kanton adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kota Kanton atau Guangzhou, China Selatan.

Prasasti yang bertuliskan tahun 1079 Masehi ini memberikan informasi bahwa kerajaan Sriwijaya memberikan bantuan kepada Dinasti China yang berkuasa pada saat itu dalam memperbaiki kuil di Kanton. 

  • Prasasti Nalanda

Satu lagi bukti kekuasaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di India tepatnya di di Bihar, Nalanda pada tahun 1912. Pada prasasti yang ditemukan oleh Hirananda Shastr ini tertulis tahun 860 M. 

Informasi yang didapat dari prasasti ini adalah penghargaan dari Raja Dewa Paladewa dari India untuk Raja Balaputradewa yakni raja termasyur pada masa dinasti Syailendra. 

Berita dari Luar Negeri

Selain mendapatkan bukti dari prasasti, jejak kerajaan Sriwijaya juga berasal dari berita-berita luar negeri seperti di bawah ini:

  • Berita dari China

Kekuasaan Sriwijaya disaksikan secara langsung oleh seorang biksu dari China yang bernama Yi Jing atau I Ching atau I Tsing. Biksu tersohor ini datang dari dinasti Tang yang berdiri tahun 635 hingga 713 Masehi di Tiongkok.

Ia menggambarkan kerajaan Sriwijaya dalam catatan sejarah yang berjudul “Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan” atau diterjemahkan menjadi “Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Laut Selatan”

Dalam catatannya biksu Yi Jing menyebut Sriwijaya sebagai “Shili Foshi” dan Jambi (Melayu) sebagai “Moluoyou”. Berdasarkan buku ini Sriwijaya disebut sebagai pusat kegiatan agama Budha di Asia Tenggara dan unggul dalam bidang militer dan pelayarannya.

  • Berita dari Arab

Sebuah catatan kuno dari Arab yang ditulis oleh tokoh bernama Al Biruni dan Hordadheh mengabarkan adanya kerajaan Zabag yakni sebutan kerajaan Arab untuk Sriwijaya. Kerajaan Arab menggambarkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang kaya akan hasil emasnya yang berasal dari tanahnya. 

Berdasarkan berita ini Zabag berada lebih dekat dengan China dibandingkan dengan India. Pada masa kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya memang memiliki hubungan dagang yang baik dengan negara lain seperti Arab, Persia, India, dan Cina

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Penjelasannya https://haloedukasi.com/karya-sastra-peninggalan-kerajaan-sriwijaya Tue, 23 Mar 2021 05:28:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23069 Sekarang kami akan membahas tentang karya sastra peninggalan kerajaan Sriwijaya. Apa sajakah itu? 1. Prasasti Kota Kapur Ditemukan di Pulau Bangka bagian barat dan ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Pada tahun 1892 prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Maulen. Menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau perintah dari […]

The post 5 Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sekarang kami akan membahas tentang karya sastra peninggalan kerajaan Sriwijaya. Apa sajakah itu?

1. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur

Ditemukan di Pulau Bangka bagian barat dan ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Pada tahun 1892 prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Maulen. Menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau perintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. Sampai dengan tahun 2012, prasasti ini masih ada di Museum Kerajaan Amsterdam, Belanda.

Dengan status dipinjamkan oleh museum Nasional Indonesia. Informasi yang dapat diketahui dari ditemukannya prasasti ini adalah bahwa Kerajaan Sriwijaya sudah berkuasa atas sebagian wilayah Sumatera, Lampung, Pulau Bangka dan Juga Belitung. Selain itu, dikatakan juga bahwa Sri Jayasana sudah melakukan ekspedisi militer yakni menghukum Bhumi Jawa yang tidak mau tunduk dengan Sriwijaya.

2. Prasati Ligor

Prasati Ligor

Selanjutna adalah prasasti Ligor yang ditemukan di Nakhon Si Thammarat yang merupakan wilayah Thailand bagian selatan. Prasasti ini memiliki pahatan dikedua bagian sisinya.

Masing-masing diberi nama Prasasti Ligor A dan Prasasti Ligor B. Diduga bahwa prasasti ini ditulis oleh Raja dari wangsa Sailendra yang menjelaskan tentang pemberian gelar Wisnu Sesawaimandawimathana untuk Sri Maharaja.

Sedangkan Prasasti Ligor A menceritakan tentang Raja Sriwijaya yang merupakan raja dari semua raja di Dunia yang menderikan Trisamaya Citya untuk Kajara.

3. Prasati Palas Pasemah

Prasati Palas Pasemah

Isi dari prasasti yang ditemukan di pinggir Rawa Desa Palas Pasemah ini adalah tentang kutukan dari orang yang tdiak mau tunduh dengan kekuasaan sriwijaya. Senada dengan prasasti kota kapur.

Diperkirakan prasasti ini ditulis pada abad ke-7 Masehi dan ditulis menggukanan bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa. Terdiri dari 13 baris tulisan.

4. Prasasti Hujung Langit

Prasasti Hujung Langit

Hujung Langit merupakan sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Haur Kuning, Lampung. Sama hal dengan prasasti sebelumnya, prasasti ini pun di tulis menggunakan bahasa melayu kuno dan aksara Pallawa.

Sedangkan isinya sendiri tidak diketahui dengan jelas karena kerusakan parah ketika ia ditemukan. Namun dapat diperirakan prasasti yang berasal dari tahun 997 masehi ini menceritakan tentang pemberian tanah sima.

5. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu

Tahun 1935 yang lalu, di sebuah kolah bernama Talaga Batu, kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, kota palembang, ditemukan sebuah prasasti yang kemudian disebut sebagai prasasti Talaga Batu.

Menceritakan tentang kutukan untuk orang-orang yang telah berbuat jahat di kedaulatan sriwijaya. Di sekitaran lokasi yang sama juga ditemukan prasasti lain menceritakan tentang keberadaan sebuah vihara.

Dan ternyata sebelumnya, 30 tahun sebelumnya, ditemukan pula 30 buah prasasti Siddhayatra. Kini, semuanya disimpan di Museum Nasional Jakarta. Masih ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa.

Uniknya, prasasti ini merupakan prasasti kutukan lengkap. Sebab disana juga dituliskan nama pejabat pemerintahan dan menurut dugaan beberapa ahli sejarah, orang yang tertuls di dalam prasasti juga tinggal di Palembang yang merupakan Ibukota kerajaan.

The post 5 Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya Tue, 28 Jan 2020 02:58:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3551 Jika Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Maka pada abad ke-7 Masehi, berdiri sebuah kerajaan terbesar di nusantara. Kerajaan ini diberi nama kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini sangat berbeda dengan kesultanan Banten, kerajaan Pajang, dan kerajaan Mataram Islam yang hanya memiliki kekuasaan di daerahnya saja. Cangkupan wilayah kerajaan Sriwijaya sangatlah besar. Saking besar […]

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jika Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Maka pada abad ke-7 Masehi, berdiri sebuah kerajaan terbesar di nusantara. Kerajaan ini diberi nama kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan ini sangat berbeda dengan kesultanan Banten, kerajaan Pajang, dan kerajaan Mataram Islam yang hanya memiliki kekuasaan di daerahnya saja. Cangkupan wilayah kerajaan Sriwijaya sangatlah besar.

Saking besar dan luasnya wilayah kekuasaan Sriwijaya, pada waktu itu sempat dijuluki sebagai Kerajaan Nasional.

Berikut ini merupakan ulasan mengenai latar belakang, raja yang menjabat, peninggalan, hingga sejarah kejayaan dan kemunduran Sriwijaya.

Latar Belakang Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad ke 7, lebih tepatnya tahun 600-an hingga 1100-an.

Disebut sebagai Kadatuan Sriwijaya, berpusat di pulau Sumatera, kerajaan ini memiliki kawasan hampir seluruh Nusantara hingga negara-negara lain di sekitarnya.

Sriwijaya masuk ke dalam kerajaan hindu budha yang masih menggunakan bahasa sansekerta, jawa dan melayu kuno.

Nama Sriwijaya menggambarkan tentang kemenangan yang gilang gemilang. Hal ini memang terbukti dari puncak kejayaannya dan luas wilayah yang dicakup.

Menjadi pusat perdagangan, kala itu ingkup kawasannya mencakup daerah Asia Tenggara.

Tak ada yang tahu menahu mengenai bagaimana awal mula Sriwijaya berdiri. Hanya beberapa para ahli yang menemukan prasasti-prasasti serta catatan I Tsing mengenai Sriwijaya.

Prasasti tersebut tertulis bahwa Sriwijaya telah ada tahun 671. Kerajaan Melayu dan Kedah merupakan bagian dari kemaharajaan Sriwijaya.

Tertulis juga bahwa pada abad itu, Sriwijaya sukses dan berkembang menjadi kerajaan besar yang mampu mengatur jalur perdagangan maritim.

Hal ini dapat dibuktikan dari adanya pengakuan pedagang India yang pernah bekerja sama dengan Sriwijaya.

Bahkan beberapa pedagang Arab dan Cina juga mengaku pernah melakukan perdagangan di Sriwijaya pada zamannya.

Raja-raja Yang Menjabat di Kerajaan Sriwijaya

Berikut adalah raja-raja yang memimpin dalam pemerintahan Sriwijaya:

1. Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa (671 M)

Ketika itu ibukota Sriwijaya berada di Shih-li-fo-shih atau nama lain dari Sriwijaya.

Berdasarkan catatan I Tsing, Sri Jayanasa menaklukan melayu dan Jawa pada tahun 671-685. Ia melakukan perluasan wilayah hingga ke Jambi.

Beliau tertulis dalam :

  • Prasasti Kedudukan Bukit di tahun 683
  • Prasasti Talang Tuo di tahun 684
  • Prasasti Kota Kapur di tahun 686
  • Prasasti Karang Birahi dan
  • Prasasti Palas Pasemah.

Sri Jayanasa memimpin Sriwijaya pada tahun 671 dan bercita-cita ingin Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.

2. Sri Indrawarman (724 M)

Beliau tercatat menjadi raja Sriwijaya dengan adanya bukti dalam Berita Cina tahun 724 M.

Beliau menjadi utusan Tiongkok pada tahun 702 hingga 716 Masehi dan pada tahun 724 Masehi.

3. Rudra Wikrama (728-774 M)

Masih di ibukota Shih-li-fo-shih, raja berikutnya ialah Rudra Wikrama.

Ia menjabat tahun 728 hingga 742 Masehi dan berlanjut dari 743 hingga 774 Masehi.

Ada dalam Berita Cina tahun 728 Masehi, ia menjadi utusan Tiongkok juga pada tahun 728-742 M.

4. Sri Maharaja (775 M)

Sri Maharaja menjadi salah satu raja Sriwijaya dengan adanya bukti Berita Arab tahun 851 M.

Beliau tertulis dalam cerita pada Prasasti Ligor B tahun 775. Prasasti ini menceritakan tentang penaklukan Kamboja oleh Sri Maharaja.

Pada masa pemerintahan Sri Maharaja pula, ibukota Sriwijaya pindah ke Jawa, tepatnya di Yogyakarta. Pada masa ini pula, Wangsa Sanjaya digantikan oleh Wangsa Sailendra.

5. Dharanindra atau Rakai Panangkaran (778 M)

Pada masa ini, ibukota Sriwijaya sudah pindah di Jawa.

Rakai Panangkaran disebut sebagai raja Sriwijaya dengan adanya bukti Prasasti Kelurak dan Prasasti Kalasan.

6. Samaragrawira atau Rakai Warak (782 M)

Sama halnya dengan Rakai Panangkaran, Rakai Warak hanya disebutkan dalam prasasti.

Prasasti yang menceritakan adanya Rakai Warak menjabat adalah Prasasti Nalanda dan Prasasti Mantyasih tahun 907 M.

Pada masa pemerintahan Rakai Warak, tahun 840 terjadi kebangkitan Wangsa Sanjaya.

7. Balaputradewa (861-959 M)

Balaputradewa merupakan raja Sailendra yang bercekcok dengan kakaknya Pramodhawardani pada tahun 856 M.

Hal ini diceritakan di dalam Prasasti Nalanda tahun 860. Saat itu Sriwijaya beribukota di Suwarnadwipa.

Kakaknya yang dibantu oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, akhirnya menang dan berhasil membuat Balaputradewa lari ke Sriwijaya.

Pada saat itu, Sriwijaya dipimpin oleh kakek Balaputradewa yang mengangkatnya menjadi raja Sriwijaya.

Balaputradewa memimpin dari 861 hingga 959 M. Dalam masa kepemimpinannya, Sriwijaya berkembang pesat karena Balaputradewa semakin mengembangkan pelayaran dan perdagangan.

Beliau juga menjalin kerja sama erat dengan kerajaan di luar Nusantara.

8. Sri Udayaditya Warmadewa (960 M)

Disebut sebagai raja karena terdapat bukti dalam berita Cina tahun 960 M.

Beliau menjadi utusan ke Tiongkok tahun 960 dan 962 M, serta tahun 980 dan 983 M bersama Raja Haji.

9. Sri Sudamaniwarmadewa (988 M)

Beliau disebutkan dalam Prasasti Leiden tahun 1044 M.

Beliau menjadi utusan ke Tiongkok tahun 988 hingga 1003 M dan sempat membangun candi dengan nama Cheng Tien Wan Shou.

Pada tahun 990 M, ketika kepemimpinan beliau, ketika itu pula peristiwa Jawa menyerang Sriwijaya.

10. Sri Mara Wijayatunggawarman (1008 M)

Sama halnya dengan Sri Sudamaniwarmadewa, Sri Mara Wijayatunggawarman juga disebutkan dalam Prasasti Leiden tahun 1044 M. Beliau diutus ke Tiongkok tahun 1008 M.

11. Sangrama Wijayatunggawarman (1089-1177 M)

Pada masa pemerintahan Raja Sangrama Wijayatunggawarman, Sriwijaya beribukota di Sriwijaya Kadaram.

Pada masa pemerintahannya, beliau ditawan oleh Rajendra Chola I. Cerita ini tertulis pada Prasasti Tanjore.

Kala itu, kerajaan Chola menyerang Sriwijaya dan berhasil merebut kerajaan tersebut.

Raja Sangrama ditawan dan pada akhirnya dibebaskan ketika Raja Kulotungga I memimpin di kerajaan Chola.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Besar dan luasnya wilayah kerajaan Sriwijaya memberikan bukti bahwa Sriwijaya sempat mengalami masa-masa kejayaan.

Salah satu yang mendasari semakin besarnya kerajaan Sriwijaya adalah kemunduran yang terjadi pada kerajaan Funan di Indocina.

Kerajaan Funan ketika itu merupakan pemegang utama kemaritiman di daerah tersebut.

Namun pada kala itu, Funan harus runtuh dan digantikan oleh Sriwijaya sebagai negara maritim.

Sriwijaya semakin besar, apalagi letaknya yang strategis, berada di jalur perdagangan nasional.

Sriwijaya menjadi pengendali atas perdagangan rempah dan lokal yang mengenakan pajak di setiap kapal-kapal yang melalui daerahnya.

Hal ini yang membuat Sriwijaya semakin berhasil dan melakukan perluasan wilayah hingga ke kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggara.

Apalagi pada saat itu, pedagang Cina dan Arab melalui daerah Sriwijaya untuk berlayar dan berdagang.

Saking luasnya wilayah Sriwijaya, sempat disebutkan bahwa kapal tercepat dalam 20 tahun pun tak akan cukup untuk mengelilingi seluruh wilayah Sriwijaya.

Tak hanya dalam hal pelayaran dan perdagangan saja, Sriwijaya pun maju dalam hal pertanian.

Beberapa hasil bumi seperti kayu gaharu, cengkih, pala, kapulaga, dll berhasil dipanen oleh kerajaan Sriwijaya. Ini dikarenakan tanahnya yang subur.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Pada kepemimpinan Raja Sangrama Wijayatunggawarman, Sriwijaya mulai dikuasai oleh kerajaan Chola.

Ketika itu, Rajendra Chola menawan raja Sriwijaya dan akhirnya Sriwijaya dapat dilemahkan.

Karena adanya pelemahan ini, banyak wilayah-wilayah Sriwijaya yang melepaskan diri dan membentuk kerajaan sendiri.

Selain itu, banyak munculnya kerajaan besar yang mendesak kedudukan Sriwijaya dalam hal perdagangan seperti kerajaan Aceh, kerajaan Cirebon, dll.

Apalagi saat itu, endapan-endapan lumpur semakin banyak di perairan Indonesia terutama Sungai Musi. Ini menyebabkan Palembang semakin jauh dari lautan.

Karena endapan inilah, banyak perahu yang sulit merapat ke daerah Palembang dan menyebabkan Sriwijaya semakin sulit dalam hal perekonomian.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Setelah runtuhnya Sriwijaya, kerajaan tersebut meninggalkan bangunan-bangunan berupa:

  • Candi Muaro Jambi

Candi ini bertempat di tepi sungai Batang Hari, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi. Dibuat pada abad ke -11, bangunan ini sebagai bukti bahwa Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan Hindu Buddha. Luas Candi Muaro Jambi sekitar 3981 hektar.

  • Candi Muara Takus

Berlokasi di Kecamatan XIII Koto, Kampar, Riau, candi ini memiliki beberapa bangunan lain di dalamnya seperti mahligai stupa, palangka, candi bungsu dan sulung.

  • Prasasti Talang Tuwo

Prasasti peninggalan Sriwijaya ini berisi tulisan-tulisan yang mengandung doa.

Dalam prasasti ini juga membuktikan adanya perkembangan agama Budha pada waktu kerajaan Sriwijaya berdiri.

  • Prasasti Palas Pasemah

Prasasti yang satu ini tidak menggunakn bahasa Sansekerta, melainkan Melayu Kuno dan aksara Pallawa.

Dalam prasasti ini tertulis sebuah kutukan kepada siapa saja yang tidak tunduk terhadap kekuasaan dari Sriwijaya.

  • Prasasti Bukit Siguntang

Prasasti ini berisi tuisan tentang sebuah peperangan yang memakan banyak korban jiwa dan letaknya berada di sebuah pemakaman raja-raja Sriwijaya.

  • Prasasti Karang Birahi

Jaman dahulu, rakyat Sriwijaya menulis doa pada para dewa pada sebuah prasasti. Salah satunya Prasasti Karanga Birahi.

Pada prasasti ini tertulis doa-doa untuk meminta hukuman kepada orang-orang yang jahat.

  • Prasasti Kota Kapur

Tak hanya doa untuk kutukan saja, rakyat Sriwijaya pun meminta pengharapan pada dewa dan menulisnya pada sebuah prasasti.

Salah satu prasasti yang berisi doa harapan adalah Prasasti Kota Kapur dan prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka barat.

Nah itulah tadi pembahasan mengenai sejarah kerajaan hindu buddha terbesar di Nusantara bernama Sriwijaya. Semoga semakin menambah wawasan kamu ya.

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>