khalifah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/khalifah Thu, 22 Feb 2024 10:08:46 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico khalifah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/khalifah 32 32 9 Fakta Menarik Umar bin Khattab, Sahabat Nabi Muhammad SAW https://haloedukasi.com/fakta-menarik-umar-bin-khattab Thu, 22 Feb 2024 10:08:41 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48279 Umar bin Khattab, salah satu sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, menorehkan jejak kepemimpinan dan kearifan yang tak terlupakan. Dalam deretan fakta-fakta mengenai Umar bin Khattab, terungkap kebesaran hati dan kontribusinya bagi Islam. Berikut adalah sorotan rapi mengenai sosok Umar bin Khattab: 1. Penduduk Surga yang Melangkah di Bumi Nabi Muhammad SAW pernah bermimpi berada […]

The post 9 Fakta Menarik Umar bin Khattab, Sahabat Nabi Muhammad SAW appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Umar bin Khattab, salah satu sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, menorehkan jejak kepemimpinan dan kearifan yang tak terlupakan. Dalam deretan fakta-fakta mengenai Umar bin Khattab, terungkap kebesaran hati dan kontribusinya bagi Islam. Berikut adalah sorotan rapi mengenai sosok Umar bin Khattab:

1. Penduduk Surga yang Melangkah di Bumi

Nabi Muhammad SAW pernah bermimpi berada di Surga dan melihat seorang wanita berwudhu di dekat sebuah istana. Ketika ditanya, istana tersebut adalah milik Umar bin Khattab. Umar, dengan rendah hati, menangis dan membantah kecemburuan, menunjukkan kebesaran hati beliau. Pemimpin yang adil, tegas, dan penuh kebijaksanaan, Umar bin Khattab diakui sebagai salah satu “Penduduk Surga yang Melangkah di Bumi.

2. Setan Takut Pada Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab dikenal sebagai manusia yang begitu ditakuti oleh setan. Setan menghindari pertemuannya, mengambil jalur lain jika bertemu dengan Umar. Keimanan dan ketakwaannya membuatnya menjadi rahmat yang menakutkan bagi setan.

Banyak diceritakan tentang kisah jin dan setan yang merasa takut pada Umar bin Khattab, hal ini diteruskan langsung oleh Rasulullah SAW melalui perkataan Aisyah Ra. Rasulullah SAW menyampaikan, “Sesungguhnya setan melarikan diri ketakutan saat berjumpa dengan Umar,” sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir.

Tak hanya itu, dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW juga pernah menyatakan, “Wahai Ibnu al-Khattab, demi Allah, yang menjaga nyawaku, sesungguhnya setan tidak akan menyongsongmu ketika engkau berjalan di suatu jalan, melainkan dia akan mencari jalur lain yang tidak engkau tempuh.”

3. Doa Rasulullah untuk Masuk Islam

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa kepada Allah, memohon kemuliaan Islam melalui salah satu dari dua orang yang Allah cintai, yakni Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattab. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai sosok yang lebih dicintai.

Kisah ini terjadi pada saat Umar bin Khattab belum menjadi seorang Muslim. Rasulullah SAW berdoa, mengharapkan agar Allah membuka hati dan memberikan petunjuk kepada Umar untuk memilih jalan kebenaran. Doa Rasulullah menjadi kunci kejadian bersejarah ketika Umar bin Khattab akhirnya mengalami hidayah dan memeluk agama Islam.

3. Pengusul Lembaran Wahyu menjadi Kitab

Umar bin Khattab, sahabat pilihan Rasulullah yang memiliki visi besar untuk menyatukan wahyu Allah SWT dalam sebuah kitab. Inovasi brilian Umar ini membuka pintu bagi muslim masa kini untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan kekonsistenan masa Rasulullah SAW.

Dalam awal perkembangan Islam, penyusunan ayat-ayat Al-Qur’an dimulai di masa Rasulullah. Meski tanpa pembukuan resmi, para sahabat sudah memahami tata letak ayat. Hafalan yang kuat dan jumlah penghafal yang melimpah membuat buku tidak menjadi kebutuhan mendesak.

Namun, Umar melihat risiko besar jika Al-Qur’an tidak segera dikumpulkan dalam sebuah kitab. Usulnya awalnya ditolak oleh Abu Bakar, sahabat penuh taat pada ajaran Rasulullah. Namun, dengan izin Allah, hati Abu Bakar terbuka dan dia menyetujui usul tersebut.

Tugas penyusunan jatuh ke pundak Zaid bin Tsabit, sahabat yang terampil dalam qira’at, hafalan, penulisan, dan pemahaman Al-Qur’an. Awalnya enggan, Zaid menyadari betapa beratnya tugas ini, seperti memindahkan bukit. Namun, setelah pertimbangan panjang, dia bersedia.

Zaid memulai misinya dengan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tersebar di pelepah kurma dan menghimpun hafalan dari para penghafal Al-Qur’an. Gagasan Umar, yang sempat tertolak, ternyata membawa dampak luar biasa pada dunia pendidikan.

Usulan brilian Umar bin Khattab membuka pintu untuk generasi mendatang, memastikan warisan suci Al-Qur’an terjaga dan terus dipelajari. Langkah besar ini tak hanya menyatukan ayat-ayat Ilahi, tetapi juga mewariskan pengetahuan dan kearifan Islam kepada umat.

4. Masuk Islam setelah Saudara dan Isteri Membaca Al-Qur’an

Umar bin Khattab, pribadi yang kokoh dan tegas, meraih pencerahan luar biasa yang membawanya kepada pintu Islam. Kejadian ini terjadi setelah momen emosional di mana saudaranya dan istrinya membaca Al-Qur’an.

Sebelumnya, Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang tegas dan tidak mudah terpengaruh. Namun, takdir berbicara saat Al-Qur’an memasuki rumahnya melalui suara merdu saudaranya dan istrinya yang sedang membacanya. Kata-kata Ilahi yang terpampang jelas dalam Al-Qur’an meresapi hati Umar.

Dalam momen pencerahan tersebut, hati Umar terbuka lebar dan kebenaran Islam menjelma di hadapannya. Saat itu, Umar menyadari keindahan dan kedalaman ajaran Islam, yang dipaparkan begitu apik dalam Al-Qur’an. Langsung terbersit dalam benaknya keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang agama baru yang disampaikan dalam kitab suci tersebut.

Dengan penuh keyakinan dan ketenangan, Umar bin Khattab memutuskan untuk memeluk Islam. Keputusannya tersebut menjadi momen bersejarah dalam perjalanan hidupnya dan membuktikan bahwa cahaya petunjuk Allah bisa menyinari hati yang penuh kegelapan.

Perjalanan Umar bin Khattab yang mengarah kepada Islam adalah cermin dari kekuatan Al-Qur’an dalam membawa hidayah kepada setiap jiwa yang terbuka. Langkah besar Umar bin Khattab ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, menggambarkan bahwa kebenaran selalu bersinar di tengah kegelapan, siap menerangi hati-hati yang terpilih.

5. Sebagai Pendiri Baitul Mal dan Masjid-Masjid Tertua

Pembangunan Baitul Mal dan masjid-masjid tertua memiliki peran penting dalam sejarah Islam, terutama di masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Salah satu kontribusi utama Umar bin Khattab adalah mendirikan Baitul Mal, yang sebelumnya berada di Masjid Nabawi.

Selain itu, beliau memperbesar dan membangun beberapa masjid terkenal, termasuk Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Umar bin Khattab memainkan peran sentral dalam merancang dan mengorganisir Baitul Mal secara terstruktur.

Ia mengumpulkan semua sumber daya keuangan umat Islam di satu tempat agar dapat dikelola dan didistribusikan secara efisien. Baitul Mal di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab berfungsi sebagai pusat pengumpulan dan distribusi zakat serta sadaqah.

Umar memastikan bahwa dana ini digunakan untuk membantu fakir miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang membutuhkan. Baitul Mal juga digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat. Ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.

Selain itu untuk masjid, Umar bin Khattab berkomitmen untuk memelihara dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah. Pemeliharaan ini termasuk perbaikan dan perluasan bangunan di sekitar Ka’bah. Masjid Quba, yang merupakan masjid tertua di dunia Islam, juga mengalami perbaikan dan perluasan pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab.

6. Penaklukan di Wilayah dan Sebagai Penetapan Tahun Hijriyah

Penaklukan Persia Salah satu pencapaian besar di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab adalah penaklukan Persia. Pasukan Islam yang dipimpin oleh sahabat seperti Khalid bin Walid berhasil menaklukkan wilayah Persia yang luas. Penaklukan ini membuka jalan bagi masuknya Islam ke wilayah tersebut.

Penaklukan di Byzantium Wilayah Byzantium juga menjadi sasaran penaklukan. Pasukan Islam berhasil merebut sejumlah wilayah Byzantium, membawa pengaruh Islam ke daerah-daerah tersebut. Untuk Penaklukan di Mesir, Umar bin Khattab mengirim pasukan untuk menaklukkan Mesir, yang pada akhirnya berhasil direbut oleh pasukan Islam di bawah Amr bin Al-As. Penaklukan Mesir menjadi langkah penting dalam ekspansi kekuasaan Islam.

Umar bin Khattab mengajukan gagasan penetapan tahun Hijriyah. Saat itu, Umar mempertimbangkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah sebagai titik awal kalender Hijriyah. Setelah konsultasi dan musyawarah dengan para sahabat, terutama Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Abbas, Umar bin Khattab menetapkan tahun hijrah sebagai awal kalender Islam.

Pemilihan tahun hijrah ini tidak hanya sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga melibatkan pertimbangan praktis untuk kepentingan umat Islam. Penetapan tahun Hijriyah oleh Umar bin Khattab membawa keberhasilan dalam menyatukan umat Islam dengan sistem penanggalan yang lebih sesuai dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam.

7. Terkenal dengan Sebutan Amirul Mukminin

Umar bin Khattab sering disebut dengan panggilan “Amirul Mukminin,” yang berarti “Pemimpin Orang-orang Mukmin.” Ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada para khalifah atau pemimpin Muslim pada masa itu. Gelar ini mencerminkan pengakuan atas otoritas dan kepemimpinan mereka di kalangan umat Islam. Jadi, panggilan akrabnya adalah “Amirul Mukminin Umar bin Khattab.

8. Pemberantasan Kaum Syiah

Umar bin Khattab dibenci dan dihujat oleh Kaum Syiah karena dianggap merebut tampuk pemerintahan dari tangan Ali bin Abi Thalib. Meskipun Ali setuju dengan kepemimpinan Umar, sebagian Kaum Syiah memandang negatif.

Terdapat perbedaan pendapat dan interpretasi ajaran Islam di antara berbagai kelompok, termasuk kaum Syiah dan Sunni. Konflik muncul karena perbedaan interpretasi terkait kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Beberapa kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai Syiah memiliki pandangan kritis terhadap pemerintahan dan pemilihan khalifah, termasuk Umar bin Khattab.

9. Mewariskan Kekayaan yang Luar Biasa

Saat wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, menciptakan warisan senilai triliunan rupiah. Keberhasilan pertanian beliau memberikan penghasilan yang signifikan, menunjukkan kesejahteraan finansialnya.

Umar bin Khattab, sosok yang dipenuhi kearifan, keberanian, dan ketakwaan, membuktikan bahwa kepemimpinan yang kuat dapat menciptakan perubahan berarti dalam sejarah. Dengan warisan luar biasa, Umar bin Khattab tetap menjadi inspirasi bagi umat Islam hingga saat ini.

The post 9 Fakta Menarik Umar bin Khattab, Sahabat Nabi Muhammad SAW appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Fakta Menarik Ali bin Abi Thalib https://haloedukasi.com/fakta-menarik-ali-bin-abi-thalib Mon, 19 Feb 2024 04:56:26 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48252 Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhu adalah salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Islam. Selain menjadi menantu Rasulullah ﷺ dan suami dari putri beliau, Fatimah, Ali juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan agama Islam serta dalam peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam awal. Berikut fakta menarik seputar kehidupan dan kontribusi Ali bin […]

The post 7 Fakta Menarik Ali bin Abi Thalib appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhu adalah salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah Islam. Selain menjadi menantu Rasulullah ﷺ dan suami dari putri beliau, Fatimah, Ali juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan agama Islam serta dalam peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam awal.

Berikut fakta menarik seputar kehidupan dan kontribusi Ali bin Abi Thalib.

1. Pemuda Pilihan Nabi

Ali bin Abi Thalib, sosok pemuda yang tidak hanya menjadi sepupu dan menantu Rasulullah Muhammad, tetapi juga merupakan sahabat setia dan pemuda pilihan yang memainkan peran sentral dalam sejarah Islam

Ali bin Abi Thalib, meskipun masih seorang anak-anak saat Rasulullah menerima wahyu pertama, telah menunjukkan keberanian dan kesetiaan yang luar biasa. Nabi Muhammad menugaskan Ali untuk menggantikannya di tempat tidur pada malam hijrahnya ke Madinah, menghadapi risiko nyawa. Keberanian Ali dalam tugas ini menjadi awal dari hubungan yang erat dengan Rasulullah.

Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya pada usia 40 tahun, Ali bin Abi Thalib masih seorang anak berusia sekitar 10 tahun. Sejak kecil, Ali menjadi pendamping setia Nabi dalam setiap langkah dakwahnya di Makkah. Keberaniannya terbukti ketika Nabi memberikan tugas khusus kepada Ali untuk menggantikannya di tempat tidur saat Nabi berangkat ke Madinah.

2. Pemilik Pedang Zulfikar

Ali diberkahi dengan kehormatan memiliki pedang Zulfikar, warisan dari Nabi Muhammad. Pedang ini memiliki dua mata dan menjadi simbol keberanian. Nama “Zulfikar” berasal dari bahasa Arab yang berarti “pembuka punggung.” Pedang ini terkenal karena memiliki bentuk yang unik dengan dua mata yang menonjol. Bentuknya menjadi ciri khas yang membedakan Zulfikar dari pedang lainnya.

Nabi pernah bersabda, “Tidak ada pedang melainkan Zulfikar, dan tidak ada pemuda (pemberani) melainkan Ali.” Zulfikar menjadi lambang keberanian dan keadilan yang dimiliki oleh Ali.

Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, Pedang Zulfikar menjadi warisan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya dalam keluarga Ali. Pemilikan pedang ini menjadi salah satu simbol kehormatan dan warisan sejarah bagi keluarga Ali dan keturunannya

3. Hubungan Darah yang Dekat dengan Nabi

Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah, putri Rasulullah, menjalin hubungan keluarga yang sangat dekat dengan Nabi. Pernikahan ini tidak hanya menguatkan ikatan darah antara Ali dan Rasulullah, tetapi juga melahirkan dua cucu kesayangan Rasul, Hasan dan Husain.

Pernikahan Ali dan Fatimah dianggap sebagai salah satu pernikahan yang penuh cinta dan keberkahan dalam sejarah Islam. Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah dan satu-satunya yang mendampingi Nabi di sepanjang hidupnya, sementara Fatimah adalah putri yang dicintai Rasulullah.

Akad nikah antara Ali dan Fatimah memiliki keunikan tersendiri. Ali menikahi Fatimah dengan mas kawin berupa perjanjian spiritual, di mana Ali berjanji untuk selalu mengabdi kepada Allah dan menjalankan peran sebagai suami yang baik.

4. Kecerdasan dan Keterampilan Diplomatik

Ali bin Abi Thalib tidak hanya dikenal sebagai pejuang yang ulung, tetapi juga sebagai seorang diplomat dan penulis. Ia menjadi sekretaris dan delegasi Nabi pada beberapa kesempatan penting. Ali menulis ayat-ayat Al-Qur’an dan menuliskan perjanjian Hudaybiyyah, menunjukkan kecakapan dan keterampilannya dalam diplomasi.

Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai sekretaris Rasulullah dalam beberapa kesempatan penting. Tugasnya melibatkan penulisan ayat-ayat Al-Qur’an dan penanganan urusan diplomatik. Sebagai delegasi Rasulullah, Ali memainkan peran kunci dalam menjalin hubungan dengan suku-suku dan komunitas lain.

Ali memiliki peran signifikan dalam penulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Kemampuannya untuk menulis dan mencatat wahyu-wahyu Allah menjadikannya seorang yang terampil dalam kegiatan kepenulisan, yang pada gilirannya membantu dalam pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an.

Ali memainkan peran kunci dalam perang Khaibar, sebuah konflik yang membutuhkan keterampilan diplomasi untuk menyelesaikannya tanpa pertumpahan darah yang lebih besar. Pendekatan diplomatis Ali membantu mencapai kesepakatan dengan suku Yahudi Khaibar.

Ali berhasil membangun hubungan baik dengan berbagai suku Arab, baik melalui jalur diplomasi maupun keberhasilannya dalam medan perang. Keterampilannya dalam bernegosiasi membantu menciptakan lingkungan damai dan memperkuat persatuan di antara suku-suku tersebut.

5. Khalifah Keempat dalam Keadaan Krisis

Krisis dimulai dengan pembunuhan Khalifah Usman bin Affan pada tahun 656 M. Pembunuhan ini menciptakan ketidakstabilan dalam umat Islam, dan kekhawatiran muncul terkait dengan kebijakan dan kepemimpinan di bawah kekhalifahan Usman.

Setelah kematian Usman, umat Islam berkumpul untuk memilih khalifah yang baru. Ali bin Abi Thalib dipilih sebagai khalifah keempat setelah beberapa ketegangan dan penolakan dari beberapa sahabat Nabi.

Sebagian kelompok Khawarij menolak pengangkatan Ali sebagai khalifah karena mereka menginginkan pembalasan langsung atas kematian Usman. Hal ini menyebabkan pecahnya pertentangan internal di kalangan umat Islam.

Konflik mencapai puncaknya dalam dua pertempuran besar: Pertempuran Jamal pada tahun 656 M melibatkan pasukan Ali melawan pasukan Aisyah, Talha, dan Zubair, sementara Pertempuran Siffin pada tahun 657 M melibatkan Ali dan pasukannya melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran ini menyebabkan pembunuhan Talha dan Zubair serta perpecahan yang mendalam dalam umat Islam.

Setelah Pertempuran Siffin, terjadi upaya untuk mencapai perdamaian antara Ali dan Muawiyah. Namun, perdamaian ini disertai dengan ketidakpuasan dari kelompok Khawarij yang menolak perdamaian dan menyebabkan pembunuhan Ali pada tahun 661 M.

Kelompok Khawarij terus menjadi sumber ketidakstabilan, bahkan setelah kematian Ali. Mereka menentang kebijakan dan pemerintahan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang mereka anut.

6. Wafat Tragis di Usia 62 Tahun

Ali bin Abi Thalib meninggal dunia setelah ditikam saat hendak salat Subuh di Masjid Agung Kufah. Tragedi ini terjadi pada bulan Ramadan dan merupakan akibat dari dendam terhadapnya atas kekalahan kaum Khawarij di Pertempuran Nahrawan.

Krisis kekhalifahan Ali bin Abi Thalib mencerminkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi umat Islam pada masa itu. Perpecahan ini menjadi dasar bagi terbentuknya kelompok-kelompok seperti Sunni, Syiah, dan Khawarij, yang hingga hari ini masih memiliki dampak dalam sejarah dan pemahaman umat Islam.

7. Prinsip Mendidik Anak ‘7×3’

Ali bin Abi Thalib meninggalkan prinsip mendidik anak ‘7×3’, di mana setiap periode usia anak memiliki pendekatan dan tujuan pendidikan yang berbeda. Dari memberikan cinta dan perlindungan pada usia 0-7 tahun, mengajarkan nilai-nilai agama dan etika pada usia 7-14 tahun, hingga menjadi teman dan nasehat bagi anak pada usia 14-21 tahun.

Ali bin Abi Thalib, dengan segala kebijaksanaan dan keberaniannya, tetap menjadi teladan bagi umat Islam. Kontribusinya dalam sejarah Islam mencakup aspek kepemimpinan, keperkasaan di medan perang, kebijaksanaan diplomatis, dan pedagogi yang mendalam. Semua itu menjadikan sosok Ali bin Abi Thalib sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan agung Islam.

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Islam. Kehidupan dan kontribusinya yang luar biasa telah memberikan inspirasi dan teladan bagi umat Islam di seluruh dunia. Dari keberaniannya di medan perang hingga kepemimpinannya sebagai khalifah, Ali bin Abi Thalib telah menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap Islam dan kemanusiaan.

The post 7 Fakta Menarik Ali bin Abi Thalib appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Khulafaur Rasyidin dan Kisah Teladannya https://haloedukasi.com/khulafaur-rasyidin Sat, 02 Apr 2022 17:05:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33372 Pengertian Khulafaur Rasyidin Ketika Nabi Muhammad SAW. wafat maka tidak ada siapa pun yang dapat menggantikan status sebagai Rasulullah. Namun kepemimpinan Rasulullah SAW terhadap kaum muslimin harus ada yang melanjutkan. Kelanjutan kedudukan seorang pemimpin umat Islam dinamakan dengan Khulafaur Rasyidin.  Berdasarkan catatan sejarah, istilah “Khulafaur Rasyidin” terdiri dari dua kata yakni “Al-Khulafa” dalam bentuk jamak […]

The post Pengertian Khulafaur Rasyidin dan Kisah Teladannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Khulafaur Rasyidin

Ketika Nabi Muhammad SAW. wafat maka tidak ada siapa pun yang dapat menggantikan status sebagai Rasulullah. Namun kepemimpinan Rasulullah SAW terhadap kaum muslimin harus ada yang melanjutkan. Kelanjutan kedudukan seorang pemimpin umat Islam dinamakan dengan Khulafaur Rasyidin. 

Berdasarkan catatan sejarah, istilah “Khulafaur Rasyidin” terdiri dari dua kata yakni “Al-Khulafa” dalam bentuk jamak atau “Khalifah” dalam bentuk tunggal yang berarti “Pengganti”, dan “Ar-Rasyidin” yang berarti “bijaksana, pintar, dan halus”. Maka dari itu, Khulafaur Rasyidin memiliki arti pemimpin pengganti Rasulullah yang bijaksana dan pintar.

Khulafaur Rasyidin disebut sebagai masa awal kekhalifahan Islam setelah kepemimpinan Rasulullah SAW yang terbagi dalam empat masa kepemimpinan. Masa kepemimpinan tersebut antara lain, pertama Abu Bakar As-Siddiq, kedua Umar bin Khattab, ketiga  Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abi Thalib.

Perlu diketahui bahwa khalifah merupakan kedudukan sebagai pemimpin yang tidak diwariskan secara turun temurun seperti sistem pemerintahan kerajaan, seperti Romawi dan Persia, melainkan para khalifah pada zamannya dipilih secara demokratis.

Setiap masa kekhalifahan memiliki masa kejayaan dan pencapaian yang berbeda-beda dalam setiap aspek. Seperti sistem hegemoni pemerintahan, politik, kelangsungan perekonomian, sampai perluasan Islam hingga ke negara-negara lain. Secara historis masa Khulafaur Rasyidin telah berlangsung selama 30 tahun dengan segmentasi masa empat khalifah.

Kisah Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin terbagi dalam empat khalifah, yakni Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing khalifah memiliki karakteristik kepemimpinan yang berbeda-beda. Berikut kisah para khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin.

Abu Bakar As-Siddiq

Periode khalifah Abu Bakar As-Siddiq berlangsung pada tahun 632 – 634 Masehi. Abdullah Abi Quhafah At-Tamim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar As-Siddiq. Ketika zaman pra Islam memiliki nama Abu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi Muhammad SAW dengan nama Abdullah.

Abu Bakar As-Siddiq lahir pada tahun 573 Masehi dan meninggal dalam di usia 63 tahun pada tanggal 23 Jumadil Akhir pada tahun 12 Hijriah atau pada bulan Agustus tahun 634 Masehi. Abu Bakar As-Siddiq merupakan seorang laki-laki yang pertama kali masuk Islam sehingga diberi julukan sebagai Abu Bakar yang artinya pelopor pagi hari.

Abu Bakar As-Siddiq diberikan gelar As-Siddiq karena beliau selalu membenarkan seluruh hal dan terutama ketika terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari hal itu menyebabkan banyak kaum yang mendukung dan berpendapat bahwa Abu Bakar merupakan orang yang pantas menjadi khalifah.

Kaum Anshar dan kaum Muhajirin menginginkan seorang khalifah di kalangan mereka, sehingga kedua kaum tersebut berpendapat dan mengusulkan Abu Bakar yang paling sesuai menjadi khalifah. Namun usulan tersebut sempat ditolak secara tegas dengan alasan kaum Muhajirin lah yang seharusnya berhak untuk mengendalikan kekuasaan, maka Umar bin Khattab Maju.

Abu Bakar pun menyampaikan pidato kepada semuanya untuk taat kepada Abu Bakar karena beliau taat kepada Allah dan Rasulullah, dan jika beliau tidak taat maka tidak diwajibkan untuk taat pada perintah Abu Bakar sebagai seorang khalifah.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq telah terjadi banyak persoalan yang cukup banyak baik dalam negeri maupun luar negeri. Persoalan yang terjadi seperti pembangkang zakat, nabi palsu, dan kelompok murtad. Kemudian satu per satu permasalahan diselesaikan melalui diskusi dengan para sahabat.

Penyelesaian masalah untuk melawan kemurtadan adalah dengan cara perang Riddah, kemudian setelah selesai menyelesaikan persoalan dalam negeri, Abu Bakar melakukan ekspansi ke wilayah utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang tidak jarang mengancam keberadaan umat Muslim.

Namun dalam misi tersebut Abu Bakar tidak terselamatkan, dan tercatat dalam sejarah bahwa Abu Bakar menjadi seorang khalifah selama dua tahun. Selain menjadi khalifah, Abu Bakar juga menjadi pemimpin agama dan kepala negara bagi kaum muslimin.

Beberapa pencapaian pada masa pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq, antara lain:

  • Mendirikan pemerintahan pusat dan daerah.
  • Membangun militer yang kuat, tangguh, dan disiplin.
  • Membuat mushaf Al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam saat ini.
  • Membudayakan musyawarah sebagai bagian dalam menyikapi suatu persoalan.
  • Membangun musyawarah yang bersifat demokratis dalam pemerintahan untuk masyarakat.
  • Membangun kesejahteraan rakyat secara adil dengan mendayakan zakat, infaq, jizyah dan ghanimah.
  • Menjadikan tentara dan umat Islam taat dan patuh serta memberikan dukungan terhadap semua kebijakan khalifah.

Umar bin Khattab

Umar bin Khattab bin Nufail atau yang lebih sering disapa dengan Umar bin Khattab merupakan orang keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi. Berdasarkan catatan sejarah masa kepemimpinan Umar bin Khattab terjadi pada tahun 634-644 Masehi, .

Umar merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar masuk Islam setelah kenabian di tahun kelima dan mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk berjuang di jalan Rasul. Sehingga Umar menjadi orang kepercayaan sekaligus menjadi penasihat utama Rasulullah.

Sosok Umar yang penuh tanggung jawab yang begitu luar biasa, bijaksana, kreatif, genius dan perhatian menjadikan Khalifah Umar bin Khattab sangat disayangi dan dihormati oleh rakyatnya. Contohnya Umar selalu mengawasi rakyat secara langsung dengan berkeliling kota. Dengan keunggulan tersebut kaum Quraisy memberikan julukan kepada Umar yakni “Singa padang pasir” dan “Abu Faiz” karena kepintarannya.

Terpilihnya Umar menjadi khalifah pada saat setelah wafanya Abu Bakar. Pada tahun 634 Masehi Umar secara resmi diangkat sebagai khalifah karena dipercaya oleh para sahabat untuk menuntun umat Islam pada kemajuan. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dapat dilihat dari berbagai aspek meliputi politik, sosial, seni, dan agama.

Kondisi politik pada masa khalifah Umar bin Khattab memperoleh keadaan yang stabil. Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha perluasan daerah Islam yang terjadi begitu cepat. Oleh karena itu segera Umar mengatur sistem administrasi negara. Selain mengatur sistem administrasi negara Umar kemudian mengatur perekonomian yakni pembayaran gaji dan pajak tanah.

Umar mendirikan penghasilan untuk menegaskan pembagian kepengurusan antara lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif serta membentuk kepolisian guna menjaga keamanan dan ketertiban. Selain itu juga Umar mendirikan Bait Al-Mal, membuat tahun hijriah, menghapuskan zakat bagi para muallaf, dan menyusun mata uang.

Dalam segi pengetahuan pada masa khalifah Umar dengan semakin meluas kekuasaan Islam maka mendorong pendidikan Islam menjadi semakin besar. Para sahabat sangat terbuka untuk para pelajar baru yang ingin mendalami agama Islam. Sehingga terjadi mobilitas para pelajar dari berbagai daerah, hal ini menyebabkan Madinah menjadi wilayah pusat agama Islam.

Utsman bin Affan

Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Utsman memeluk agama Islam karena ajakan Abu Bakar, ketika Utsman memutuskan untuk memeluk Islam Utsman tidak segan untuk memberikan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan Islam.

Utsman bin Affan mendapatkan julukan sebagai “Zun Nurain” yang artinya memiliki dua cahaya. Julukan itu diberikan karena Utsman menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW secara berurutan setelah salah satunya wafat. Sejak masa pemerintahan Abu Bakar hingga masa pemerintahan Umar bin Khattab, Utsman merupakan orang yang dipercaya untuk menjadi penulis.

Utsman terpilih menjadi khalifah ketika setelah wafatnya Umar bin Khattab. Pada saat Umar sakit terdapat formatur yang terdiri dari enam orang sebagai calon penerus khalifah. Calon-calon tersebut antara lain Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah. Tim formatur ini dikepalai oleh Abdurrahman bin Auf.

Akhir sidang Syura mengumumkan bahwa madat kekhalifahan jatuh kepada Utsman. Utsman menjadi khalifah di umur 70 tahun sampai umurnya yang ke 82 tahun. Masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan pada tahun 644-656 Masehi. Masa pemerintahan ini menjadi masa kekhalifahan terlama dalam masa Khulafaur Rasyidin.

Terdapat beberapa pencapaian pada Khalifah Utsman bin Affan di antaranya yaitu mengumpulkan dan menghimpun seluruh Al-Qur’an ke dalam sebuah Mushaf Utsmani dengan tujuan mempersatukan seluruh umat Islam. Umat Islam sempat terpecah disebabkan oleh perbedaan dalam pembacaan ayat Al-Qur’an.

Pencapaian lainnya seperti menyeragamkan cara membaca Al-Qur’an yang terdapat satu mushaf dalam susunan ayat-ayatnya, membangun fasilitas umum, serta menertibkan administrasi pemerintahan dengan menegaskan deskripsi pekerjaan dengan jelas. Utsman juga melanjutkan pencapaian khalifah sebelumnya yakni tetap meneruskan budaya musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib ibn Hasyim atau yang lebih akrab dipanggil Ali bin Abi Thalib merupakan putra Abu Thalib, yang mana merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil Ali mendapat didikan oleh keluarga Rasulullah. Ali merupakan orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan anak-anak.

Nabi Muhammad SAW sejak kecil diasuh oleh Abu Thalib sejak kakenya yakni Abdul Muthalib meninggal. Maka dari itu untuk membalas kebaikan dan jasa pamannya yakni Abu Thalib, maka Ali diasuh dan dididik oleh Nabi Muhammad SAW.

Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah dalam kurun waktu 656-661 Masehi. Terpilihnya Ali menjadi khalifah berdasarkan hasil suara terbanyak dari dukungan sahabat senior dan para pemberontak yang ditaklukan Ali pada masa khalifah. Terpilihnya Ali Menjadi Khalifah Utsman. Thalhah merupakan orang yang pertama kali membaiat Ali kemudian diikuti oleh Zubair dan banyak sahabat dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Masa Akhir

Nabi Muhammad telah menetapkan batas waktu masa kekhalifahan. Hal ini didukung dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi. Dalam hadist tersebut Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa setelah kematiannya akan ada perubahan dalam kekhalifahan menjadi kerajaan. 

Masa kekhalifahan selama rentang waktu 30 tahun dengan empat kepemimpinan, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin’ Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin dilanjutkan dengan kekhalifahan Bani Umayyah.

Berdasarkan catatan sejarah kemunculan kekhalifahan Bani Umayyah tidak lepas dari masa kemunduran Khulafaur Rasyidin. Kemunduran kekhalifahan Khulafaur Rasyidin terjadi pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali meninggal maka kekhalifahan digantikan oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Namun tidak lama setelah itu pada tahun 661 Masehi Hasan memutuskan mengundurkan diri dari kekhalifahan. Hal ini mengakibatkan masa kepemimpinan sempat diambil alih oleh Muawiyah. Tidak lama setelah itu muncul kekhalifahan Bani Umayyah, pada masa ini Ibu Kota kerajaan pindah dari Madinah ke Damaskus di wilayah Syam.

The post Pengertian Khulafaur Rasyidin dan Kisah Teladannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>