kimia - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kimia Tue, 10 Oct 2023 01:15:44 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kimia - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kimia 32 32 Larutan Blanko: Pengertian, Fungsi dan Contohnya https://haloedukasi.com/larutan-blanko Tue, 10 Oct 2023 00:23:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45947 Apa itu Larutan Blanko Larutan blanko adalah larutan yang tidak mengandung zat yang ingin diukur konsentrasinya. Biasanya digunakan sebagai kontrol dalam analisis kimia untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam sampel. Larutan blanko penting karena membantu menghilangkan atau mengkompensasi pengaruh dari bahan-bahan lain yang mungkin ada dalam sampel, tetapi tidak relevan untuk analisis yang sedang dilakukan. […]

The post Larutan Blanko: Pengertian, Fungsi dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Larutan Blanko
larutan blanko

Larutan blanko adalah larutan yang tidak mengandung zat yang ingin diukur konsentrasinya. Biasanya digunakan sebagai kontrol dalam analisis kimia untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam sampel. Larutan blanko penting karena membantu menghilangkan atau mengkompensasi pengaruh dari bahan-bahan lain yang mungkin ada dalam sampel, tetapi tidak relevan untuk analisis yang sedang dilakukan.

Contoh umum dari penggunaan larutan blanko adalah dalam spektrofotometri, di mana larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi instrumen dan menentukan absorbansi atau transmisi dasar dari medium yang diukur sebelum sampel diuji. Dengan cara ini, analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan lebih akurat.

Dalam kimia analitik, menggunakan larutan blanko adalah prinsip dasar yang penting untuk memastikan akurasi dan ketepatan hasil analisis.

Perbedaan Larutan Blanko dan Larutan Pembanding

Larutan blanko dan larutan pembanding adalah dua konsep yang berbeda dalam analisis kimia, meskipun keduanya digunakan untuk tujuan kontrol dan pembandingan.

1. Berdasarkan Definisi

Larutan blanko adalah larutan yang tidak mengandung zat yang ingin diukur konsentrasinya. Sedangkan, larutan pembanding adalah larutan yang mengandung zat atau senyawa dengan konsentrasi yang diketahui secara pasti atau telah dikarakterisasi sebelumnya.

2. Berdasarkan Tujuan

Larutan blanko digunakan untuk mengkompensasi atau menghilangkan pengaruh dari bahan-bahan lain yang mungkin ada dalam sampel tetapi tidak relevan untuk analisis yang sedang dilakukan.

Sedangkan, larutan pembanding digunakan sebagai standar untuk membandingkan hasil analisis sampel yang tidak diketahui. Larutan pembanding memberikan titik referensi untuk mengevaluasi hasil analisis.

3. Berdasarkan Contoh

Dalam spektrofotometri, larutan blanko adalah larutan yang digunakan untuk mengkalibrasi instrumen dan menentukan absorbansi atau transmisi dasar dari medium yang diukur sebelum sampel diuji.

Dalam analisis kuantitatif, larutan pembanding mungkin digunakan untuk membuat kurva kalibrasi, di mana konsentrasi yang diketahui dari larutan pembanding digunakan untuk membangun hubungan antara sinyal instrumen dan konsentrasi.

4. Berdasarkan Fungsi Utama

Pada larutan blanko memastikan bahwa hasil analisis benar-benar mencerminkan konsentrasi atau karakteristik dari zat yang diinginkan tanpa terpengaruh oleh komponen lain. Sedangkan, memberikan acuan atau standar yang dikenal untuk membandingkan hasil analisis sampel dengan tujuan menentukan konsentrasi atau karakteristiknya.

Dengan kata lain, larutan blanko digunakan untuk menghilangkan atau mengkompensasi pengaruh dari komponen lain dalam sampel, sedangkan larutan pembanding adalah standar yang dikenal untuk membandingkan hasil analisis sampel dengan tujuan menentukan konsentrasi atau karakteristiknya.

Fungsi Larutan Blanko

Fungsi utama dari larutan blanko adalah untuk memastikan bahwa hasil analisis kimia mencerminkan konsentrasi atau karakteristik dari zat yang ingin diukur tanpa terpengaruh oleh komponen-komponen lain yang mungkin ada dalam sampel. Berikut adalah beberapa fungsi penting dari larutan blanko:

1. Menghilangkan Gangguan

Larutan blanko membantu mengkompensasi atau menghilangkan efek dari zat-zat atau komponen-komponen lain dalam sampel yang tidak relevan untuk analisis yang dilakukan. Hal ini penting untuk memastikan akurasi hasil analisis.

2. Menetapkan Dasar

Dalam banyak teknik analisis, seperti spektrofotometri, larutan blanko menetapkan dasar atau nilai referensi untuk sinyal instrumen sebelum sampel diuji. Ini membantu dalam mengukur perubahan atau absorbansi yang disebabkan oleh konsentrasi zat yang ingin diukur.

3. Mengkalibrasi Instrumen

Larutan blanko sering digunakan untuk mengkalibrasi instrumen analisis. Dengan mengukur respons instrumen terhadap larutan blanko, kita dapat memastikan bahwa instrumen beroperasi dengan benar dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.

4. Mendeteksi Kesalahan atau Kontaminasi

Larutan blanko juga dapat membantu dalam mendeteksi adanya kesalahan atau kontaminasi selama proses analisis. Jika larutan blanko menunjukkan sinyal yang tidak diharapkan, ini dapat menunjukkan bahwa ada masalah dengan reagen atau instrumen yang digunakan.

5. Menentukan Batas Deteksi

Larutan blanko juga digunakan untuk menentukan batas deteksi, yaitu konsentrasi terendah dari suatu zat yang dapat diukur secara akurat oleh metode analisis tertentu.

6. Meningkatkan Akurasi

Dengan menggunakan larutan blanko, kita dapat meminimalkan kesalahan yang mungkin timbul dari komponen-komponen lain dalam sampel, sehingga meningkatkan akurasi hasil analisis.

7. Memvalidasi Metode Analisis

Larutan blanko adalah bagian penting dari validasi metode analisis. Dalam proses validasi, larutan blanko digunakan untuk memeriksa bahwa metode analisis dapat memberikan hasil yang tepat dan andal.

Penggunaan Larutan Blanko

Larutan blanko digunakan dalam berbagai jenis analisis kimia untuk memastikan akurasi dan keandalan hasil. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan larutan blanko:

1. Spektrofotometri

Dalam spektrofotometri, larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi instrumen dan menentukan absorbansi atau transmisi dasar dari medium yang diukur sebelum sampel diuji. Ini membantu dalam mengukur perubahan absorbansi yang disebabkan oleh konsentrasi zat yang ingin diukur.

2. Kromatografi

Dalam kromatografi, larutan blanko digunakan untuk mengkalibrasi kolom dan detektor. Hal ini memastikan bahwa hasil analisis adalah hasil dari interaksi antara komponen dalam sampel dan fase pemisahan.

3. Analisis Gravimetri

Dalam analisis gravimetri, larutan blanko digunakan untuk mengkompensasi atau menghilangkan efek dari zat-zat atau komponen-komponen lain dalam sampel yang tidak relevan untuk analisis yang dilakukan.

4. Analisis Fotometrik

Dalam analisis fotometrik, larutan blanko digunakan untuk mengukur tingkat transmisi atau absorbansi dari medium sebelum sampel diuji. Ini memberikan referensi untuk menilai berapa banyak cahaya yang diserap atau dipancarkan oleh sampel.

5. Analisis Kimia Kuantitatif

Dalam analisis kuantitatif, larutan blanko sering digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Ini adalah grafik yang menghubungkan sinyal instrumen (seperti absorbansi atau respons detektor) dengan konsentrasi yang diketahui dari larutan pembanding.

Larutan blanko juga digunakan sebagai kontrol untuk memastikan bahwa metode analisis bekerja dengan benar.

6. Analisis Bahan Makanan

Dalam analisis makanan, larutan blanko digunakan untuk memastikan bahwa hasil analisis zat-zat penting dalam makanan adalah akurat dan tidak terpengaruh oleh komponen-komponen lain yang mungkin ada dalam sampel.

7. Analisis Air dan Lingkungan

Dalam analisis air dan lingkungan, larutan blanko digunakan untuk memastikan bahwa hasil analisis zat-zat pencemar atau parameter lingkungan lainnya adalah tepat dan dapat diandalkan.

8. Validasi Metode Analisis

Dalam proses validasi metode analisis, larutan blanko digunakan untuk memverifikasi bahwa metode analisis dapat memberikan hasil yang tepat dan andal.

Contoh Penggunaan Larutan Blanko

Berikut adalah beberapa contoh konkret penggunaan larutan blanko dalam analisis kimia:

1. Analisis Besi dalam Air

Dalam analisis kualitatif besi dalam air menggunakan reagen fenantrolin, larutan blanko adalah air murni atau larutan dengan konsentrasi besi yang sangat rendah. Ini digunakan untuk menetapkan tingkat dasar dari larutan fenantrolin sebelum digunakan untuk menguji sampel air.

2. Analisis Glukosa dalam Darah

Dalam analisis glukosa darah menggunakan metode spektrofotometri, larutan blanko adalah larutan dengan konsentrasi glukosa nol. Ini digunakan untuk menentukan absorbansi dasar dari medium sebelum menambahkan sampel darah.

3. Analisis Klorin dalam Air Kolam Renang

Dalam analisis kualitatif klorin dalam air kolam renang, larutan blanko adalah air yang telah dideklorinasi sepenuhnya. Ini membantu dalam menetapkan tingkat dasar dari indikator yang digunakan sebelum menguji sampel air kolam renang.

4. Analisis Garam Dapur dalam Makanan

Dalam analisis kualitatif garam dapur (natrium klorida) dalam makanan, larutan blanko adalah larutan tanpa garam dapur. Ini digunakan untuk mengukur tingkat transmisi atau absorbansi dasar dari medium sebelum sampel makanan diuji.

5. Analisis pH

Dalam analisis pH menggunakan indikator pH, larutan blanko adalah larutan netral dengan pH sekitar 7. Ini digunakan sebagai titik referensi untuk membandingkan perubahan warna atau sifat indikator saat digunakan dalam sampel asam atau basa.

6. Analisis Nitrat dalam Air Tanah

Dalam analisis kualitatif nitrat dalam air tanah, larutan blanko adalah air yang bebas dari nitrat. Ini digunakan untuk menetapkan tingkat dasar dari reagen yang digunakan sebelum menguji sampel air tanah.

7. Analisis Krom dalam Tanah

Dalam analisis kualitatif krom dalam sampel tanah menggunakan reagen 1,5-difenilkarbazon, larutan blanko adalah larutan dengan konsentrasi krom yang sangat rendah atau nol. Ini digunakan untuk menetapkan tingkat dasar dari larutan reagen sebelum digunakan untuk menguji sampel tanah.

8. Analisis Kalsium dalam Susu

Dalam analisis kalsium dalam susu menggunakan metode kompleksometri, larutan blanko adalah larutan tanpa kalsium. Ini membantu dalam menetapkan titik dasar dari larutan EDTA (agen kompleksometri) sebelum digunakan untuk menguji sampel susu.

Setiap contoh di atas menggambarkan penggunaan larutan blanko dalam analisis kimia untuk memastikan bahwa hasil analisis mencerminkan konsentrasi atau karakteristik dari zat yang diukur tanpa terpengaruh oleh komponen-komponen lain dalam sampel.

Contoh Larutan Blanko

Berikut adalah beberapa contoh larutan blanko yang umum digunakan dalam analisis kimia:

  1. Larutan Air Murni (H2O), digunakan sebagai larutan blanko dalam banyak jenis analisis kimia untuk mengkompensasi atau menghilangkan efek dari zat-zat atau komponen-komponen lain dalam sampel.
  2. Larutan Pelarut, misalnya, etanol atau aseton, terutama dalam analisis yang melibatkan senyawa organik. Digunakan untuk mengkompensasi atau menghilangkan efek dari pelarut yang ada dalam sampel.
  3. Larutan Buffer Netral, larutan yang memiliki pH netral, sekitar 7. Dalam analisis pH, digunakan untuk menetapkan titik dasar atau nilai referensi.
  4. Larutan Asam Sulfat 1M (H2SO4), digunakan dalam analisis volumetri, seperti titrasi, sebagai larutan blanko untuk menentukan konsentrasi zat yang dititrasi.
  5. Larutan HCl 0,1M (Asam Klorida), digunakan dalam analisis volumetri sebagai larutan blanko dalam titrasi untuk menentukan konsentrasi basa.
  6. Larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7), dalam titrasi redoks, larutan ini dapat digunakan sebagai larutan blanko untuk menentukan konsentrasi senyawa yang mengalami oksidasi atau reduksi.
  7. Larutan Natrium Sulfat (Na2SO4), digunakan dalam analisis kualitatif untuk mengkompensasi atau menghilangkan efek dari sulfat yang ada dalam sampel.
  8. Larutan Natrium Klorida (NaCl), dalam analisis elektrokimia, larutan ini dapat digunakan sebagai elektrolit blanko untuk menetapkan dasar dari konduktivitas larutan.
  9. Larutan Fosfat Buffer (pH 7), dalam analisis biokimia atau biologi molekuler, larutan ini digunakan sebagai larutan blanko untuk menetapkan tingkat dasar dari pH dalam percobaan.
  10. Larutan Zat Warna Tanpa Analit, dalam spektrofotometri, larutan blanko adalah larutan zat warna tanpa analit, digunakan untuk menetapkan tingkat dasar absorbansi.
  11. Larutan Etanol 0,1%, dalam analisis farmasi, larutan ini dapat digunakan sebagai larutan blanko untuk menetapkan dasar untuk spektrofotometri atau kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).

The post Larutan Blanko: Pengertian, Fungsi dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa Perbedaan Senyawa dan Campuran? https://haloedukasi.com/perbedaan-senyawa-dan-campuran Mon, 25 Sep 2023 04:34:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45626 Apa itu Senyawa dan Campuran? Pengertian Senyawa Senyawa adalah substansi kimia yang terbentuk dari dua atau lebih atom yang terikat bersama secara kimia dalam suatu rasio tetap. Atom-atom ini dapat berasal dari unsur kimia yang berbeda atau sama. Senyawa memiliki sifat-sifat yang unik dan karakteristik tertentu yang berbeda dari unsur-unsur penyusunnya. Sebagai contoh, air (H2O) […]

The post Apa Perbedaan Senyawa dan Campuran? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Senyawa dan Campuran?

Pengertian Senyawa

Senyawa adalah substansi kimia yang terbentuk dari dua atau lebih atom yang terikat bersama secara kimia dalam suatu rasio tetap. Atom-atom ini dapat berasal dari unsur kimia yang berbeda atau sama. Senyawa memiliki sifat-sifat yang unik dan karakteristik tertentu yang berbeda dari unsur-unsur penyusunnya.

Sebagai contoh, air (H2O) adalah sebuah senyawa yang terbentuk dari dua atom hidrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang terikat bersama. Air memiliki sifat-sifat khusus seperti titik didih, titik beku, dan kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen.

Senyawa memiliki formula kimia yang merepresentasikan jenis dan jumlah atom yang terlibat dalam molekulnya. Formula H2O untuk air adalah contoh dari hal ini.

Senyawa dapat terbentuk melalui reaksi kimia antara unsur-unsur atau melalui reaksi antara senyawa-senyawa lainnya. Mereka dapat memiliki sifat fisika dan kimia yang sangat berbeda dari unsur-unsur penyusunnya.

Contoh senyawa lain termasuk garam (seperti NaCl, terbentuk dari natrium dan klorin) dan karbon dioksida (CO2, terbentuk dari karbon dan oksigen). Senyawa merupakan konsep dasar dalam kimia dan membentuk dasar dari berbagai reaksi kimia dan proses alami yang terjadi di dunia kita.

Pengertian Campuran

Campuran adalah kombinasi dua atau lebih zat atau substansi yang berbeda secara fisik namun tidak terikat secara kimia. Dalam campuran, zat-zat penyusunnya tetap mempertahankan sifat-sifat aslinya dan dapat dipisahkan secara fisik. Campuran dapat terdiri dari berbagai proporsi dan jenis zat.

Ada dua jenis campuran utama:

1. Campuran Homogen (Larutan)

Campuran homogen adalah campuran di mana komponen-komponennya tercampur secara merata sehingga tidak dapat dibedakan secara visual. Contoh umum larutan adalah air garam, di mana garam benar-benar terlarut dalam air.

2. Campuran Heterogen

Campuran heterogen adalah campuran di mana komponen-komponennya dapat dibedakan secara visual dan tidak tercampur secara merata. Contoh campuran heterogen termasuk campuran antara air dan minyak, di mana dua zat tetap terpisah dan dapat dilihat dengan jelas.

Beberapa hal penting tentang campuran diantaranya campuran tidak melibatkan reaksi kimia, sehingga tidak ada ikatan kimia baru yang terbentuk antara komponen-komponennya. Komponen-komponen campuran dapat dipisahkan kembali dengan metode fisik seperti penyaringan, pemisahan magnetik, atau destilasi. 

Selain itu, proporsi komponen dalam campuran dapat bervariasi. Sebagai contoh, campuran air dan gula dapat memiliki berbagai konsentrasi gula tergantung pada berapa banyak gula yang larut dalam air.

Penting untuk diingat bahwa campuran adalah konsep yang mendasar dalam kimia dan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari makanan dan minuman hingga berbagai produk dan proses industri.

Persamaan Senyawa dan Campuran

Persamaan antara senyawa dan campuran adalah terdiri dari dua atau lebih elemen yang terikat bersama dalam rasio molekul tertentu. Senyawa memiliki komposisi kimia yang tetap. Kombinasi dari dua atau lebih zat yang dapat memiliki komposisi yang bervariasi tergantung pada proporsi masing-masing komponen.

Perbedaan Senyawa dan Campuran

Senyawa dan campuran adalah dua konsep penting dalam kimia. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:

1. Berdasarkan Struktur

  • Senyawa: Atom-atom dalam senyawa terikat bersama melalui ikatan kimia yang kuat, membentuk molekul atau struktur kristal tergantung pada tipe senyawa. Contohnya, molekul air (H2O) memiliki dua atom hidrogen dan satu atom oksigen yang terikat bersama.
  • Campuran: Komponen-komponen campuran tidak terikat secara kimia. Mereka tetap mempertahankan sifat-sifat aslinya dan dapat dipisahkan secara fisik.

2. Berdasarkan Sifat

  • Senyawa: Mempunyai sifat-sifat khas yang unik yang berbeda dari unsur-unsur penyusunnya. Sifat-sifat ini stabil dan tidak dapat diubah tanpa reaksi kimia. Misalnya, air memiliki sifat-sifat khas seperti titik beku dan titik didih tertentu.
  • Campuran: Memiliki sifat-sifat gabungan dari komponen-komponennya. Sifat-sifat ini dapat bervariasi tergantung pada proporsi dan jenis komponen dalam campuran.

4. Berdasarkan Pemisahan

  • Senyawa: Tidak dapat dipisahkan menjadi unsur penyusunnya dengan metode fisik sederhana. Diperlukan reaksi kimia untuk memecah senyawa. Misalnya, air tidak dapat dipisahkan menjadi hidrogen dan oksigen hanya dengan metode fisik.
  • Campuran: Komponen-komponen campuran dapat dipisahkan kembali dengan metode fisik seperti penyaringan, penyaringan gravitasi, atau destilasi. Misalnya, campuran air dan garam dapat dipisahkan dengan cara menguapkan air.

5. Berdasarkan Reaksi Kimia

  • Senyawa: Terlibat dalam reaksi kimia di mana ikatan antar atom dapat diubah atau terbentuk ikatan baru. Misalnya, reaksi pembentukan air dari hidrogen dan oksigen.
  • Campuran: Tidak melibatkan reaksi kimia antara komponen-komponennya. Komponen-komponen tetap mempertahankan sifat-sifat aslinya.

6. Berdasarkan Representasi

  • Senyawa: Dapat diwakili oleh rumus kimia yang menggambarkan jenis dan jumlah atom dari masing-masing elemen dalam molekulnya.
  • Campuran: Tidak memiliki rumus kimia khusus. Representasinya bisa berupa campuran berbagai bahan dengan proporsi tertentu.

Contoh Senyawa dan Campuran

Berikut adalah contoh dari senyawa dan campuran:

Contoh Senyawa

1. Air (H2O)

Terbentuk dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen yang terikat bersama secara kovalen. Mempunyai sifat-sifat unik seperti titik beku, titik didih, dan kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen.

2. Garam Meja (NaCl)

Terbentuk dari satu atom natrium dan satu atom klorin yang terikat bersama membentuk ikatan ionik. Mempunyai sifat-sifat seperti rasa asin, mudah larut dalam air, dan menghantarkan listrik dalam larutan terlarut.

3. Asam Klorida (HCl)

Terbentuk dari satu atom hidrogen dan satu atom klorin yang terikat bersama secara kovalen. Mempunyai sifat-sifat seperti berbau tajam, larut dalam air, dan bersifat asam dalam larutan terlarut.

Contoh Campuran

1. Udara

Campuran dari berbagai gas seperti nitrogen (sekitar 78%), oksigen (sekitar 21%), argon, karbon dioksida, dan gas-gas lainnya. Komponen-komponen ini tidak terikat secara kimia dan dapat dipisahkan melalui proses-proses seperti destilasi fraksional.

2. Minyak dan Air

Ketika minyak dan air dicampur bersama, mereka membentuk campuran heterogen di mana minyak tetap terpisah dalam tetesan-tetesan kecil. Komponen-komponennya dapat dilihat secara visual dan dapat dipisahkan dengan metode pemisahan seperti dekantasi.

3. Besi Dicampur dengan Belerang

Jika bijih besi dicampur dengan belerang tanpa mengalami reaksi kimia, maka itu akan menjadi campuran dari besi dan belerang. Kedua komponen ini dapat dipisahkan dengan menggunakan magnet untuk menarik bijih besi.

4. Kopi dengan Gula

Campuran dari bubuk kopi (seperti kafein dan senyawa-senyawa kopi) dan gula. Keduanya tetap mempertahankan sifat-sifat aslinya. Bisa dipisahkan dengan menyaring kopi dari gula atau dengan larutan air.

The post Apa Perbedaan Senyawa dan Campuran? appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Gelas Beker: Pengertian, Jenis, Fungsi dan Penggunaan https://haloedukasi.com/gelas-beker Sun, 17 Sep 2023 23:21:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45559 Apa itu Gelas Beker Gelas beker adalah suatu jenis peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur, mencampur, dan memanaskan cairan dalam eksperimen kimia atau biologi. Gelas beker memiliki bentuk mirip cangkir dengan dasar datar dan dinding tegak lurus, serta biasanya dilengkapi dengan pegangan.  Gelas beker tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari beberapa mililiter hingga beberapa liter. […]

The post Gelas Beker: Pengertian, Jenis, Fungsi dan Penggunaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Gelas Beker
gelas beker

Gelas beker adalah suatu jenis peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur, mencampur, dan memanaskan cairan dalam eksperimen kimia atau biologi. Gelas beker memiliki bentuk mirip cangkir dengan dasar datar dan dinding tegak lurus, serta biasanya dilengkapi dengan pegangan. 

Gelas beker tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari beberapa mililiter hingga beberapa liter. Gelas beker adalah salah satu peralatan laboratorium yang paling umum digunakan dan sangat penting dalam berbagai jenis eksperimen. 

Meskipun tidak seakurat atau sespesifik alat pengukur volume yang lebih canggih, gelas beker tetap merupakan alat yang sangat berguna dan sering kali merupakan pilihan pertama untuk kegiatan percobaan sehari-hari di laboratorium.

Jenis Gelas Beker

Berikut adalah beberapa jenis gelas beker yang umum digunakan dalam laboratorium:

1. Gelas Beker Griffin

Gelas Beker Griffin, juga dikenal sebagai gelas beker tipe Griffin atau gelas kimia tipe berpegangan, adalah salah satu jenis gelas beker yang umum digunakan dalam laboratorium kimia. Gelas kimia ini dinamai setelah ilmuwan Inggris, John Joseph Griffin, yang berkontribusi dalam pengembangan peralatan laboratorium.

Ciri khas dari gelas beker Griffin adalah bentuknya yang mirip cangkir dengan dasar datar, dinding tegak lurus, dan dilengkapi dengan pegangan yang memudahkan penggunaan dan penanganannya. Pegangan pada gelas ini memungkinkan pengguna untuk mengangkat atau memindahkan gelas dengan lebih mudah dan aman.

Gelas beker Griffin sering digunakan untuk berbagai tujuan dalam laboratorium kimia, termasuk mengukur volume cairan, mencampur larutan, dan memanaskan cairan di atas penangas atau api. Namun, penting untuk diingat bahwa gelas ini mungkin tidak seakurat alat pengukur volume yang lebih spesifik seperti buret atau pipet.

Gelas beker Griffin tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari beberapa mililiter hingga beberapa liter, sesuai dengan kebutuhan percobaan atau proses laboratorium tertentu.

2. Gelas Beker Berzelius

Gelas Beker Tinggi (Berzelius), atau sering disebut sebagai Gelas Beker Berzelius, adalah suatu jenis gelas laboratorium yang dirancang untuk melakukan pengukuran volume cairan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. 

Ciri khas dari Gelas Beker Tinggi (Berzelius) adalah bentuknya yang tinggi dan ramping dengan leher yang lebih sempit dan panjang dibandingkan dengan gelas beker standar. Leher yang lebih sempit memungkinkan pengguna untuk melakukan pengukuran volume dengan lebih presisi, terutama untuk volume kecil atau titik akhir titrasi.

Keunggulan dari Gelas Beker Tinggi (Berzelius) adalah kemampuannya untuk mengukur volume cairan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, terutama dalam pengukuran yang membutuhkan presisi tinggi, seperti dalam titrasi atau preparasi larutan standar.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan Gelas Beker Tinggi (Berzelius) membutuhkan keterampilan dan teknik yang baik untuk memastikan pengukuran yang akurat. Gelas ini biasanya tersedia dalam berbagai ukuran dan kapasitas volume, sesuai dengan kebutuhan eksperimen atau proses laboratorium tertentu.

3. Gelas Beker Datar

Gelas kimia datar adalah istilah yang mungkin merujuk pada gelas beker, yang merupakan salah satu jenis peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur, mencampur, dan memanaskan cairan dalam eksperimen kimia atau biologi. 

Gelas beker memiliki bentuk mirip cangkir dengan dasar datar dan dinding tegak lurus, serta biasanya dilengkapi dengan pegangan. Gelas beker tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari beberapa mililiter hingga beberapa liter.

4. Gelas Beker Berujung Lancip

Gelas Beker Berujung Lancip adalah suatu jenis gelas beker yang memiliki ujung atau mulut yang lebih tajam atau runcing dibandingkan dengan gelas beker biasa. Ujung yang lancip memungkinkan untuk tuangan atau penyaluran cairan dengan lebih terkendali dan presisi.

Gelas Beker Berujung Lancip sering digunakan dalam situasi di mana dibutuhkan akurasi atau kontrol yang lebih tinggi dalam penambahan atau pengambilan sampel dalam volume yang lebih kecil. Mereka cocok untuk kegiatan yang membutuhkan presisi tinggi, seperti dalam titrasi atau preparasi larutan standar di laboratorium kimia.

Perlu diingat bahwa penggunaan Gelas Beker Berujung Lancip memerlukan keterampilan dan teknik yang baik untuk memastikan tuangan yang akurat dan terkendali. Gelas ini tersedia dalam berbagai ukuran, sesuai dengan kebutuhan eksperimen atau proses laboratorium tertentu.

5. Gelas Beker Mikro

Gelas Beker Mikro (Micro Beaker) adalah versi kecil dari gelas beker standar yang dirancang khusus untuk mengukur atau mencampur volume yang sangat kecil. Gelas beker mikro memiliki kapasitas volume yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan gelas beker biasa. 

Mereka dirancang untuk mengakomodasi volume cairan yang berkisar dari beberapa mililiter hingga beberapa puluhan mililiter. Gelas beker mikro sangat berguna dalam eksperimen atau proses laboratorium di mana presisi dan akurasi dalam pengukuran volume yang sangat kecil sangat penting. 

Contohnya termasuk analisis kimia yang membutuhkan presisi tinggi, atau eksperimen biologi molekuler yang melibatkan manipulasi sampel mikroskopis.

Fungsi Gelas Beker

Gelas beker adalah salah satu jenis peralatan laboratorium yang umum digunakan dalam berbagai eksperimen kimia dan biologi. Berikut adalah beberapa fungsi penting dari gelas beker:

1. Mengukur Volume Cairan

Gelas beker digunakan untuk mengukur volume cairan secara kasar. Walaupun tidak seakurat labu takar atau buret, gelas beker tetap berguna untuk mengukur volume dengan tingkat ketelitian yang memadai.

2. Mencampur Larutan

Gelas beker sering digunakan untuk mencampur larutan. Mereka memiliki bentuk yang memungkinkan untuk pengadukan yang efisien tanpa terlalu banyak mengalami kehilangan volume.

3. Mencairkan Zat Padat

Gelas beker dapat digunakan untuk mencairkan zat padat dengan cara memanaskannya di atas penangas atau alat pemanas lainnya. Karena bentuknya yang lebar, panas dapat merata dan zat padat dapat meleleh dengan lebih efisien.

4. Penyaringan Kasar

Gelas beker sering digunakan sebagai wadah untuk menyaring campuran kasar. Mereka dapat digunakan bersama dengan alat penjepit dan kertas saring untuk memisahkan zat padat dari cairan.

5. Tempat Penyimpanan Sementara

Gelas beker dapat digunakan untuk sementara menyimpan larutan atau campuran sebelum diambil atau ditransfer ke wadah atau alat lain.

6. Mengamati Reaksi

Karena gelas beker umumnya terbuat dari kaca transparan, mereka memungkinkan pengamat untuk melihat reaksi kimia atau proses lain yang terjadi di dalamnya.

7. Pelarutan dan Pencampuran

Gelas beker sering digunakan untuk melarutkan zat padat dalam cairan atau untuk mencampur berbagai jenis cairan atau larutan.

8. Pemanasan

Mereka dapat digunakan untuk memanaskan larutan atau campuran. Namun, perlu diingat bahwa gelas beker tidak selalu tahan terhadap perubahan suhu ekstrem atau pemanasan langsung yang kuat, sehingga untuk pemanasan intensif, alat yang lebih tahan panas seperti labu pendidih atau alat lainnya mungkin lebih sesuai.

Cara Menggunakan Gelas Beker

Menggunakan gelas beker dengan benar sangat penting untuk memastikan keakuratan dan keselamatan dalam percobaan atau kegiatan laboratorium. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menggunakan gelas beker:

  1. Pertama-tama, [astikan bahwa gelas beker, zat atau larutan yang akan digunakan, dan peralatan tambahan seperti alat pengaduk (jika diperlukan) sudah siap.
  2. Kedua, pilih gelas beker dengan kapasitas yang sesuai untuk jumlah cairan atau larutan yang akan diukur atau dicampur. Pastikan bahwa kapasitas gelas beker lebih besar dari volume yang akan diukur atau dicampur.
  3. Ketiga, pastikan bahwa gelas beker diletakkan di atas permukaan rata dan stabil. Ini akan mencegah risiko tumpah atau terjatuh selama penggunaan.
  4. Kemudian apabila Anda akan mengukur atau mencampur larutan, tuangkan atau masukkan zat cair atau padat ke dalam gelas beker. Pastikan Anda memperhatikan tingkat atau garis tanda volume pada gelas beker untuk memastikan jumlah yang tepat.
  5. Selanjutnya, baca tingkat cairan di gelas beker dari bagian bawah permukaan cairan, di mana cairan membentuk lengkungan (meniscus). Ambil bacaan dari titik terendah lengkungan.
  6.  Lalu, apabila Anda menggunakan gelas beker untuk mencampur larutan, gunakan alat pengaduk (pengaduk magnetik atau spatula, tergantung pada kasus) untuk mencampur larutan dengan lembut dan merata.
  7. Jika Anda perlu menyaring campuran, gunakan penjepit atau alat penyaring di atas gelas beker untuk memisahkan zat padat dari cairan.
  8. Jika Anda perlu memanaskan larutan atau campuran, gunakan alat pemanas yang sesuai. Pastikan untuk tidak memanaskan gelas beker secara berlebihan atau terlalu cepat, karena ini dapat menyebabkan pecah atau retak.
  9. Selalu patuhi prosedur keamanan laboratorium yang berlaku. Gunakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan, kacamata pelindung, dan jubah lab jika diperlukan.
  10. Setelah selesai menggunakan gelas beker, bersihkan dengan cermat dan simpan dengan baik. Pastikan untuk memeriksa apakah ada kerusakan atau retakan sebelum penggunaan berikutnya.

Cara Membersihkan Gelas Beker

Membersihkan gelas beker dengan benar adalah langkah penting untuk memastikan kebersihan dan keamanan di laboratorium. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk membersihkan gelas beker:

1. Peralatan dan Bahan yang Diperlukan

Air mengalir hangat atau air demineralisasi. Sabun pencuci gelas atau deterjen ringan. Sikat laboratorium atau spons yang bersih dan lembut. Kain atau tisu kertas bersih. Air mengalir dingin untuk membilas.

2. Preliminary Rinsing

Bilas gelas beker dengan air mengalir hangat untuk menghilangkan sisa-sisa zat atau larutan yang mungkin masih ada di dalamnya.

3. Cuci dengan Sabun atau Deterjen

Tuangkan sedikit sabun pencuci gelas ke dalam gelas beker. Gunakan sikat laboratorium atau spons lembut untuk membersihkan bagian dalam dan luar gelas beker. Pastikan untuk membersihkan hingga bersih, termasuk bagian bawah dan sudut-sudutnya.

4. Bilas dengan Air Bersih

Bilas gelas beker dengan air mengalir hangat atau demineralisasi untuk menghilangkan sisa sabun atau deterjen. Pastikan bilasan air benar-benar bersih.

5. Periksa dan Ulangi

Periksa apakah masih ada noda atau kotoran yang tersisa. Jika masih ada, ulangi langkah-langkah di atas hingga gelas beker benar-benar bersih.

6. Pembersihan Tambahan

Untuk noda yang sulit dihilangkan, Anda dapat menggunakan larutan pembersih khusus atau asam encer (jika diizinkan dalam prosedur laboratorium tertentu). Pastikan untuk berkonsultasi dengan petugas laboratorium atau panduan keamanan untuk memastikan keamanan penggunaan bahan ini.

7. Bilas dengan Air Dingin

Terakhir, bilas gelas beker dengan air mengalir dingin untuk memastikan semua sisa-sisa bahan atau larutan telah dihilangkan.

8. Keringkan dengan Baik

Keringkan gelas beker menggunakan kain bersih atau tisu kertas. Pastikan bahwa tidak ada kelembaban yang tersisa di dalam atau di luar gelas beker.

9. Periksa dan Simpan dengan Benar

Periksa apakah ada kerusakan atau keretakan sebelum menyimpan gelas beker. Pastikan untuk menyimpannya di tempat yang aman dan bebas debu untuk mencegah kontaminasi.

Penting untuk selalu mematuhi prosedur keamanan laboratorium dan petunjuk dari pengawas laboratorium atau instruktur ketika membersihkan peralatan laboratorium. Jika ada instruksi atau persyaratan khusus untuk pembersihan gelas beker di laboratorium Anda, pastikan untuk mengikuti petunjuk tersebut.

The post Gelas Beker: Pengertian, Jenis, Fungsi dan Penggunaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Cara Kalibrasi pH Meter dengan Mudah dan Cepat https://haloedukasi.com/cara-kalibrasi-ph-meter Wed, 13 Sep 2023 09:38:42 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45528 Kalibrasi penting dilakukan untuk setiap alat ukur. Tujuan pengukuran tersebut untuk memastikan bahwa hasilnya akurat dan sesuai dengan Standar Internasional. Salah satu alat yang perlu diukur adalah pH meter.  pH meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan suatu produk dengan lebih tepat dan cepat. Alat tersebut perlu dikalibrasi secara rutin setiap […]

The post Cara Kalibrasi pH Meter dengan Mudah dan Cepat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kalibrasi penting dilakukan untuk setiap alat ukur. Tujuan pengukuran tersebut untuk memastikan bahwa hasilnya akurat dan sesuai dengan Standar Internasional. Salah satu alat yang perlu diukur adalah pH meter. 

pH meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan suatu produk dengan lebih tepat dan cepat. Alat tersebut perlu dikalibrasi secara rutin setiap kali sebelum akan dipakai dengan larutan penyangga atau buffer.

Buffer sendiri merupakan larutan yang digunakan untuk mempertahankan perubahan pH pada saat asam atau basa dimasukkan ke dalam larutan, termasuk juga pada saat larutan tersebut dicairkan. 

Setelah proses tersebut, maka pH larutan cenderung tidak mengalami perubahan atau dapat dikatakan bahwa perubahannya sedikit sekali, di atas kisaran buffer yang telah ditentukan oleh buffer pH.

Mengapa Harus Kalibrasi pH Meter?

Kalibrasi pH meter adalah proses penting untuk memastikan bahwa pH meter memberikan pengukuran pH yang akurat dan dapat diandalkan. Ada beberapa alasan mengapa kalibrasi pH meter diperlukan:

1. Perubahan Elektrode

Elektrode pH meter terus mengalami penggunaan dan penuaan seiring waktu. Kalibrasi memastikan bahwa elektrode masih berfungsi dengan benar dan memberikan hasil yang tepat.

2. Memastikan Akurasi Pengukuran

Setiap pH meter memiliki rentang pengukuran tertentu yang harus diatur agar akurat. Kalibrasi memastikan bahwa pH meter melakukan pengukuran dengan tepat di dalam rentang ini.

3. Koreksi Offset dan Gradien

Kalibrasi memungkinkan untuk koreksi offset dan gradien. Offset adalah perbedaan antara hasil pengukuran pH aktual dengan bacaan pH meter. Gradien adalah tingkat perubahan respons pH meter terhadap perubahan pH. Kalibrasi membantu untuk memastikan bahwa offset dan gradien dikoreksi sehingga hasilnya tepat.

4. Penyesuaian untuk Kondisi Lingkungan

pH meter dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban. Kalibrasi memungkinkan untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan tertentu sehingga pengukuran tetap akurat.

5. Validasi Hasil Pengukuran

Kalibrasi memastikan bahwa hasil pengukuran pH merupakan cerminan yang tepat dari konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.

6. Pengecekan Keandalan dan Konsistensi

Dengan teratur mengkalibrasi pH meter, Anda dapat memeriksa apakah perangkat ini masih dapat diandalkan dan memberikan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu.

7. Memastikan Kesesuaian dengan Standar

Banyak aplikasi ilmiah atau industri mengharuskan penggunaan pH meter yang terkalibrasi untuk memastikan hasil penelitian atau produksi yang akurat dan dapat diandalkan.

8. Keamanan dan Kesehatan

Dalam kasus penggunaan di laboratorium medis atau industri makanan dan minuman, keakuratan pH dapat mempengaruhi kesehatan atau keselamatan konsumen. Kalibrasi memastikan bahwa parameter ini terjaga dengan benar.

Kenapa Kalibrasi pH Perlu Menggunakan Buffer Standar?

Standar pH yang digunakan dalam proses kalibrasi pH meter haruslah memiliki jejak atau jejak ulang (traceability) ke Satuan Internasional (SI), khususnya untuk memastikan akurasi pengukuran. Hal ini penting karena pH adalah parameter yang fundamental dalam kimia dan ilmu terkait, sehingga keakuratannya sangat penting dalam banyak aplikasi laboratorium dan industri.

Standar pH yang tertelusur ke SI berarti bahwa nilai pH dari buffer standar tersebut dapat dihubungkan secara langsung ke definisi internasional dari satuan pH, yang berdasarkan pada aktivitas ion hidrogen dalam larutan. Ini memastikan bahwa pengukuran pH meter dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi dan dapat diandalkan.

Kalibrasi pH menggunakan Buffer Standar Internasional (International Standard Buffers) penting karena buffer standar internasional memiliki sifat yang terukur dan terjamin keakuratannya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan buffer standar internasional sangat dianjurkan dalam proses kalibrasi pH:

1. Referensi yang Tepat

Buffer standar internasional terukur dan dikenal secara internasional. Ini berarti bahwa nilai pH dari buffer standar tersebut dapat diandalkan dan dipertukarkan di seluruh dunia.

2. Jejak ke Satuan Internasional (SI)

Buffer standar internasional memiliki jejak ulang (traceability) ke definisi internasional dari satuan pH, yang berdasarkan pada aktivitas ion hidrogen dalam larutan. Ini memastikan bahwa hasil kalibrasi pH meter dapat diandalkan dan dapat dibandingkan dengan hasil dari laboratorium atau peralatan lain yang telah dikalibrasi dengan standar yang serupa.

3. Penting untuk Penelitian dan Aplikasi Internasional

Dalam konteks penelitian ilmiah dan aplikasi industri yang bersifat internasional, penting untuk menggunakan standar yang diakui secara global untuk memastikan keakuratan dan keandalan data yang dihasilkan.

4. Menjamin Kualitas Data

Dalam banyak kasus, data pH yang akurat sangat penting, terutama dalam penelitian ilmiah, uji kualitas produk, produksi makanan dan minuman, dan aplikasi biologis dan medis. Penggunaan buffer standar internasional membantu memastikan bahwa data yang dihasilkan adalah kualitas terbaik.

5. Konsistensi dan Reproduksibilitas

Dengan menggunakan buffer standar internasional, Anda dapat memastikan bahwa kalibrasi dapat dilakukan dengan konsisten dan hasil yang dapat direproduksi dari satu kali kalibrasi ke kali kalibrasi berikutnya.

6. Keamanan dan Kesehatan

Dalam kasus penggunaan pH meter di industri makanan, minuman, atau laboratorium medis, keakuratan pH dapat mempengaruhi kesehatan atau keselamatan konsumen. Menggunakan buffer standar internasional memastikan bahwa parameter ini terjaga dengan benar.

Fungsi Buffer Ph

Buffer pH adalah larutan kimia yang dirancang khusus untuk menjaga pH larutan tetap stabil meskipun ada penambahan asam atau basa. Fungsi utama dari buffer pH adalah:

  1. Buffer pH dapat menjaga nilai pH larutan tetap stabil walaupun terjadi penambahan asam atau basa. Ini sangat penting dalam banyak aplikasi laboratorium, industri, dan biologi di mana perubahan pH yang drastis dapat mengganggu reaksi atau proses yang sedang berlangsung.
  2. Dalam banyak reaksi kimia dan biokimia, pH optimal diperlukan untuk mendukung kecepatan dan hasil yang diinginkan. Buffer pH memungkinkan untuk menciptakan kondisi yang tepat untuk reaksi tersebut.
  3. Buffer pH juga dapat membantu meminimalkan perubahan pH akibat penambahan air atau pelarutan bahan kimia lain. Hal ini karena buffer pH memiliki kapasitas penyerapan ion H+ atau OH-, sehingga mengurangi efek dari pengenceran.
  4. Dalam biologi sel, mikrobiologi, dan kultur jaringan, penting untuk menjaga kondisi pH yang tepat untuk pertumbuhan dan fungsi sel. Buffer pH digunakan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai.
  5. Dalam analisis kimia dan biologi, penggunaan buffer pH dapat membantu mempertahankan integritas dan stabilitas bahan kimia atau biomolekul tertentu.
  6. Dalam kalibrasi pH meter atau elektrode pH, penggunaan buffer pH adalah langkah penting untuk memastikan akurasi pengukuran.
  7. Dalam dunia kesehatan, buffer pH penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Hal ini kritis untuk fungsi normal tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.

Jadi, fungsi utama dari buffer pH adalah untuk menjaga pH suatu larutan dalam kisaran yang diinginkan dan menghindari perubahan drastis yang dapat mempengaruhi reaksi kimia atau biologi yang terjadi dalam larutan tersebut.

Titik Poin Kalibrasi

Dalam konteks kalibrasi pH meter, “titik kalibrasi” merujuk pada nilai-nilai pH spesifik yang digunakan untuk mengkalibrasi pH meter. Biasanya, ada dua atau tiga titik kalibrasi yang digunakan, tergantung pada kebutuhan dan jenis aplikasi. Berikut adalah beberapa titik poin kalibrasi yang umum digunakan:

1. Titik Kalibrasi Tunggal (Single-Point Calibration)

Contoh: Menggunakan satu buffer standar dengan pH tertentu (biasanya pH 7).

Penggunaan: Cocok untuk situasi di mana pH meter paling sering digunakan dalam rentang pH tertentu. Namun, tidak mengkompensasi untuk kemungkinan deviasi dari keakuratan pada pH di luar rentang ini.

2. Titik Kalibrasi Ganda (Two-Point Calibration)

Contoh: Menggunakan dua buffer standar dengan pH berbeda (biasanya pH 4 dan pH 7 atau pH 7 dan pH 10).

Penggunaan: Lebih umum dan dapat mengkompensasi untuk potensi deviasi pada pH di luar rentang kedua buffer. Dapat meningkatkan akurasi pengukuran.

3. Titik Kalibrasi Tiga (Three-Point Calibration)

Contoh: Menggunakan tiga buffer standar dengan pH yang berbeda (biasanya pH 4, pH 7, dan pH 10).

Penggunaan: Memberikan kalibrasi yang paling akurat karena mencakup rentang pH yang luas. Dianjurkan untuk penggunaan di laboratorium atau situasi di mana akurasi sangat penting.

Penting untuk dicatat bahwa pemilihan buffer standar yang digunakan dalam kalibrasi harus memperhatikan rentang pH dari sampel yang akan diukur. Misalnya, jika Anda biasanya akan mengukur sampel dengan pH sekitar 6, maka titik kalibrasi pada pH 4 dan pH 7 mungkin lebih sesuai daripada titik kalibrasi pada pH 7 dan pH 10.

Prosedur Kalibrasi pH Meter

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk melakukan kalibrasi pH meter menggunakan metode dua titik (Two-Point Calibration) dengan buffer standar pH 4 dan pH 7:

  1. Persiapkan bahan dan peralatan berikut : pH meter dan elektrode pH, buffer standar pH 4 dan pH 7, wadah atau gelas laboratorium bersih, air deionisasi atau air murni untuk membilas elektrode, dan kertas atau handuk kering untuk membersihkan elektrode.
  2. Persiapkan larutan buffer standar, pastikan bahwa buffer standar pH 4 dan pH 7 adalah versi yang baru atau tidak kadaluarsa. Jika menggunakan buffer cair, pastikan botolnya tersegel dengan baik.
  3. Periksa label pada botol untuk memastikan bahwa pH buffer sesuai dengan kebutuhan kalibrasi.
  4. Nyalakan pH meter dan biarkan berjalan selama beberapa menit untuk mencapai suhu dan kestabilan operasional. Pastikan bahwa elektrode pH bersih dan bebas dari kontaminan.
  5. Kondisikan elektrode pH dengan menyuci elektrode dengan air deionisasi atau air murni untuk menghilangkan sisa-sisa larutan sebelumnya. Celupkan elektrode ke dalam buffer pH 7 dan biarkan selama beberapa menit untuk memastikan bahwa elektrode mencapai keseimbangan dengan buffer.
  6. Kalibrasi pada pH 7, setelah elektrode seimbang, tentukan pembacaan pH yang diberikan oleh pH meter. Kemudian, sesuaikan kalibrasi pH meter hingga pembacaan mencapai nilai pH 7. Pastikan elektrode tetap tercelup selama proses ini.
  7. Setelah kalibrasi pada pH 7, bilas elektrode dengan air deionisasi atau air murni. Keringkan elektrode dengan hati-hati menggunakan kertas atau handuk bersih.
  8. Kalibrasi pada pH 4, celupkan elektrode ke dalam buffer pH 4 dan biarkan mencapai keseimbangan. Kemudian, sesuaikan kalibrasi pH meter hingga pembacaan mencapai nilai pH 4.
  9. Selanjutnya, periksa kembali buffer pH 7 untuk memastikan bahwa elektrode masih memberikan pembacaan yang benar pada nilai ini setelah kalibrasi pada pH 4.
  10. Catat nilai kalibrasi, tanggal, dan detail lainnya dalam jurnal atau sistem pencatatan laboratorium.
  11. Matikan pH meter jika sudah selesai dan bilas elektrode dengan air deionisasi atau air murni dan keringkan sebelum menyimpannya.

Cara Kalibrasi pH Meter

Cara kerja untuk mengkalibrasi pH meter yang dapat diikuti sebagai berikut:

  1. Pertama-tama, berikan label pada setiap gelas, gelas A untuk pH 6 (mixed phosphate – pH 6,86), gelas untuk pH 4 (potassium hydrogen phthlate – pH 4,0), dan gelas C untuk cairan pembilas.
  2. Kedua, isi ketiga gelas tersebut dengan aquades (atau air accu/ air buangan AC) sebanyak 250 ml.
  3. Ketiga, larutkan buffer mixed phosphate (pH 6,86) pada gelas A dan potassium hydrogen phthalate (pH 4) di gelas B.
  4. Selanjutnya apabila semua gelas sudah disiapkan, maka masukkan bagian elektroda pH meter ke dalam gelas C, lalu keringkan pakai tissue.
  5. Kemudian, dapat menyalakan pH meter, lalu celupkan bagian elektrodanya pada gelas A. Diamkan beberapa saat sampai angka yang muncul di layar stabil. Apabila angka yang muncul di layar tidak 6,86, maka dapat menggunakan obeng kecil untuk mengatur angka dengan memutar kekiri atau kanan screw (biasanya ada di bagian belakang pH meter).
  6. Jika sudah, matikan pH meter, kemudian celupkan kembali elektroda pH meter pada gelas C selama beberapa saat. Kemudian keringkan lagi dengan menggunakan tissue sampai kering.
  7. Setelah itu, nyalakan kembali pH meter, lalu masukkan elektrodanya ke gelas B. Diamkan beberapa saat sampai angkanya stabil. Kalau angka yang muncul tidak sama dengan 4, gunakan obeng kecil untuk memutar screw lagi.
  8. Terakhir, bilas elektroda pH meter dengan mencelupkannya kembali ke gelas C. Kemudian, keringkan pakai tissue hingga kering.

Uji Kinerja pH Meter 

Kinerja suatu pH meter dapat ditentukan berdasarkan kualitas elektroda pH yang digunakan. Dengan mengkalibrasi pH meter secara rutin, maka dapat diketahui kualitas elektroda pH tersebut. 

Nilai asimetris potensial dan nilai slope merupakan beberapa parameter yang dapat menentukan kualitas pH meter yang didapatkan dari hasil kalibrasi pH.

The post Cara Kalibrasi pH Meter dengan Mudah dan Cepat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Labu Destilasi: Fungsi, Prinsip Kerja dan Cara Menggunakan https://haloedukasi.com/labu-destilasi Mon, 11 Sep 2023 07:44:51 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45512 Apa itu Labu Destilasi ? Labu destilasi adalah perangkat laboratorium yang digunakan untuk memisahkan campuran cair berdasarkan perbedaan titik didihnya. Alat ini terdiri dari labu berbentuk bulat dengan leher panjang yang menonjol ke atas. Pada ujung leher terdapat kondensor, yang berfungsi untuk mendinginkan uap yang terbentuk dari pemanasan campuran cair. Uap ini kemudian akan mengembun […]

The post Labu Destilasi: Fungsi, Prinsip Kerja dan Cara Menggunakan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Labu Destilasi ?
labu destilasi

Labu destilasi adalah perangkat laboratorium yang digunakan untuk memisahkan campuran cair berdasarkan perbedaan titik didihnya. Alat ini terdiri dari labu berbentuk bulat dengan leher panjang yang menonjol ke atas.

Pada ujung leher terdapat kondensor, yang berfungsi untuk mendinginkan uap yang terbentuk dari pemanasan campuran cair. Uap ini kemudian akan mengembun dan kembali menjadi cairan di dalam kondensor.

Proses ini memungkinkan zat dengan titik didih lebih rendah untuk menguap terlebih dahulu dan kemudian mengembun pada kondensor, sementara zat dengan titik didih lebih tinggi tetap dalam bentuk cair. Ini memungkinkan pemisahan komponen-komponen campuran berdasarkan sifat fisik mereka.

Labu destilasi sangat berguna dalam berbagai bidang ilmu, termasuk kimia, farmasi, dan ilmu pangan, di mana pemisahan komponen-komponen dari campuran cair seringkali diperlukan untuk tujuan analisis atau produksi.

Fungsi Labu Destilasi

fungsi labu destilasi

Labu destilasi memiliki beberapa fungsi penting dalam laboratorium kimia dan bidang terkait. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari labu destilasi:

  1. Labu destilasi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen campuran cair berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dan kemudian mengembun kembali di dalam kondensor, sementara komponen dengan titik didih lebih tinggi tetap dalam bentuk cair.
  2. Alat ini dapat digunakan untuk memurnikan atau membersihkan zat tertentu dengan cara menghilangkan kontaminan atau komponen-komponen tidak diinginkan melalui proses destilasi.
  3. Dalam beberapa kasus, labu destilasi dapat digunakan untuk mengkonsentrasikan larutan dengan cara memisahkan pelarut dari zat terlarutnya.
  4. Labu destilasi adalah alat penting dalam analisis kimia, terutama dalam menentukan komposisi campuran cair atau pemisahan dan identifikasi zat-zat tertentu.
  5. Azeotrop adalah campuran yang komposisinya tidak dapat diubah melalui destilasi biasa. Dengan menggunakan teknik destilasi khusus, labu destilasi dapat membantu dalam memisahkan azeotropik.
  6. Labu destilasi digunakan dalam industri kimia untuk memproduksi bahan kimia dalam jumlah besar dengan cara memisahkan komponen-komponen dari campuran reaksi.
  7. Labu destilasi sering digunakan dalam penelitian dan pengembangan untuk memahami sifat-sifat fisik dan kimia dari berbagai zat.
  8. Labu destilasi digunakan dalam skala laboratorium untuk mendemonstrasikan atau menguji proses destilasi sebelum diterapkan dalam skala produksi besar.

Prinsip Kerja Labu Destilasi

Prinsip kerja labu destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih dari komponen-komponen dalam campuran cair. Proses ini memanfaatkan sifat fisik zat untuk memisahkan mereka. Berikut adalah langkah-langkah prinsip kerja labu destilasi:

1. Pemanasan

Campuran cair ditempatkan dalam labu destilasi, dan pemanasan dilakukan di bawah labu menggunakan pemanas atau alat pemanas lainnya. Pemanasan ini menyebabkan komponen-komponen dalam campuran cair untuk menguap.

2. Penguapan

Komponen-komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu karena mereka memiliki energi kinetik yang cukup untuk melewati ambang titik didih mereka. Uap dari zat-zat ini naik ke atas leher labu.

3. Kondensasi

Uap yang naik ke atas leher labu masuk ke dalam kondensor. Kondensor adalah bagian dari labu yang dingin, seringkali berbentuk spiral atau memiliki banyak pipa kecil yang air dingin mengalirinya. Ketika uap kontak dengan permukaan dingin kondensor, ia kehilangan energi panas dan mengembun kembali menjadi cairan.

4. Pengumpulan Cairan

Cairan yang terbentuk dari kondensasi mengumpul di bagian bawah kondensor. Ini adalah produk yang telah terdestilasi, yang terdiri dari komponen-komponen dengan titik didih lebih rendah.

5. Pengendapan Residu

Komponen-komponen dengan titik didih lebih tinggi tetap dalam bentuk cair atau padatan di dalam labu destilasi. Mereka tidak menguap selama proses destilasi.

6. Pemisahan dan Pengumpulan

Cairan yang telah terdestilasi dan residu dapat dipisahkan dan dikumpulkan untuk tujuan analisis atau penggunaan selanjutnya.

Ukuran Labu Destilasi

Labu destilasi hadir dalam berbagai ukuran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan percobaan atau proses tertentu. Ukuran labu destilasi biasanya diukur dalam liter (L) atau mililiter (mL). Beberapa ukuran standar untuk labu destilasi adalah:

1. 50 mL

Labu destilasi berukuran 50 mL cocok untuk percobaan skala kecil atau pengujian laboratorium yang membutuhkan sedikit jumlah bahan kimia.

2. 100 mL

Ukuran ini juga digunakan untuk percobaan skala kecil dan pengujian laboratorium.

3. 250 mL

Labu destilasi berukuran 250 mL adalah salah satu ukuran yang paling umum digunakan. Ini cocok untuk percobaan dan pemisahan campuran pada skala laboratorium.

4. 500 mL

Ukuran ini lebih besar dan cocok untuk eksperimen dengan jumlah bahan kimia yang lebih besar atau proses laboratorium yang membutuhkan kapasitas yang lebih besar.

5. 1.000 mL (1 liter)

Labu destilasi berukuran 1 liter sering digunakan dalam eksperimen yang membutuhkan volume yang lebih besar dari bahan kimia atau hasil destilasi.

6. 2.000 mL (2 liter) atau lebih besar

Ukuran labu destilasi yang lebih besar digunakan untuk percobaan industri atau proses yang membutuhkan kapasitas yang signifikan.

Cara Menggunakan Labu Destilasi

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menggunakan labu destilasi:

  1. Pertama-tama, pastikan labu destilasi, kondensor, dan perangkat terkait lainnya bersih dan bebas dari kontaminan sebelum digunakan.
  2. Kedua, siapkan campuran cair yang akan Anda destilasi.
  3. Ketiga, letakkan labu destilasi di atas pemanas atau alat pemanas yang sesuai. Pastikan bahwa pemanas dan labu terpasang dengan kokoh dan stabil.
  4. Pastikan bahwa kondensor terhubung dengan erat ke leher labu destilasi. Sambungkan pipa keluaran kondensor ke tempat penampung untuk cairan hasil destilasi.
  5. Pastikan bahwa air mengalir melalui kondensor untuk memastikan kondensor tetap dingin selama proses destilasi. Pastikan aliran air terkontrol dengan baik.
  6. Tuangkan campuran cair yang akan Anda destilasi ke dalam labu. Pastikan tidak mengisi labu hingga lebih dari setengah volumenya untuk memberi ruang bagi uap untuk mengembun dan kondensasi.
  7. Nyalakan pemanas di bawah labu. Pemanasan harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kontrol suhu yang baik untuk menghindari pemanasan berlebihan atau terlalu cepat yang dapat mengakibatkan percikan atau kehilangan bahan.
  8. Pantau proses destilasi secara terus menerus. Perhatikan titik didih pertama yang muncul dan catat suhu ketika itu terjadi. Catat juga setiap perubahan signifikan dalam aliran uap dan hasil destilasi.
  9. Air yang dikondensasi dari uap akan mengumpul di dalam kondensor dan mengalir ke dalam wadah penampung. Inilah komponen yang telah terdestilasi. Sementara itu, komponen dengan titik didih lebih tinggi akan tetap dalam bentuk cair di dalam labu.
  10. Setelah destilasi selesai, pisahkan komponen hasil destilasi dari komponen residu yang masih berada di dalam labu.

The post Labu Destilasi: Fungsi, Prinsip Kerja dan Cara Menggunakan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Corong Laboratorium: Jenis, Fungsi dan Cara Menggunakan https://haloedukasi.com/corong-laboratorium Mon, 03 Jul 2023 03:02:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=44121 Apa itu Corong Laboratorium Corong laboratorium atau corong gelas adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mentransfer cairan dari satu wadah ke wadah lain dengan cara yang lebih mudah dan terkendali. Corong gelas terbuat dari kaca dan memiliki bentuk kerucut yang melebar ke ujungnya.  Ujung corong gelas biasanya dilengkapi dengan pipa saluran yang memungkinkan cairan mengalir […]

The post Corong Laboratorium: Jenis, Fungsi dan Cara Menggunakan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Corong Laboratorium
corong laboratorium

Corong laboratorium atau corong gelas adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mentransfer cairan dari satu wadah ke wadah lain dengan cara yang lebih mudah dan terkendali. Corong gelas terbuat dari kaca dan memiliki bentuk kerucut yang melebar ke ujungnya. 

Ujung corong gelas biasanya dilengkapi dengan pipa saluran yang memungkinkan cairan mengalir dengan lancar. Fungsi utama corong gelas adalah mempermudah dan mengarahkan aliran cairan ke dalam wadah target, seperti botol, labu, atau buret. 

Corong gelas juga digunakan untuk mencegah tumpahan atau percikan cairan saat mentransfernya. Corong gelas memiliki berbagai ukuran dan bentuk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 

Beberapa corong gelas juga dilengkapi dengan leher panjang atau tangkai yang memudahkan penanganan dan pengendalian aliran cairan. Corong gelas umumnya digunakan dalam berbagai proses laboratorium, seperti pengisian botol reagen, pengisian labu ukur, filtrasi, atau proses transfer cairan lainnya.

Jenis-Jenis Corong Laboratorium

Corong kimia memiliki beberapa jenis corong yang disesuaikan dengan kegunaan sesuai fungsi dari jenis corong masing-masing, dan berikut adalah beberapa jenis corong laboratorium diantaranya yaitu:

1. Corong filter

adalah alat laboratorium yang digunakan untuk proses filtrasi. Corong filter terdiri dari corong gelas biasa yang dilengkapi dengan saringan atau membran filter di bagian bawahnya. Saringan atau membran filter ini berfungsi untuk menyaring partikel-padatan yang ada dalam larutan, sehingga larutan yang keluar dari corong filter menjadi lebih jernih.

Fungsinya adalah untuk memisahkan padatan dari cairan dalam proses filtrasi. Corong filter biasanya digunakan ketika kita ingin memisahkan padatan yang kasar atau partikel-partikel besar dari larutan. Saringan atau membran filter yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan filtrasi, seperti ukuran pori yang berbeda-beda

2. Corong Thistle

Corong Thistle adalah jenis corong khusus yang digunakan dalam laboratorium kimia. Corong ini memiliki bentuk yang unik dengan tangkai panjang yang memanjang ke bawah dan ujung yang melengkung seperti cakar atau tanduk. Disebut “Thistle” karena bentuk ujungnya menyerupai bunga thistle.

Fungsi utama corong Thistle adalah untuk mengalirkan zat cair ke dalam wadah dengan kontrol yang lebih baik. Bentuk ujung yang melengkung memungkinkan pengguna untuk mengarahkan aliran cairan dengan lebih akurat, misalnya saat menuangkan larutan ke dalam botol ukur atau labu.

Corong Thistle sering digunakan dalam proses pengisian dan transfer larutan dengan presisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan corong gelas biasa. Pengguna dapat dengan mudah mengendalikan aliran cairan dengan memiringkan dan mengarahkan ujung corong Thistle sesuai kebutuhan

3. Corong Tetes

Corong tetes, juga dikenal sebagai corong pengencer tetes atau corong transfer tetes, adalah jenis corong khusus yang digunakan untuk mengatur aliran cairan dalam tetesan yang sangat kecil dan terkontrol. Corong tetes biasanya terbuat dari kaca atau plastik, dan memiliki ujung yang runcing dan sempit untuk menghasilkan tetesan yang presisi.

Fungsi utama corong tetes adalah memungkinkan penambahan larutan dalam jumlah yang sangat kecil atau terukur, tetes per tetes. Hal ini sangat berguna dalam proses laboratorium yang membutuhkan penambahan bahan kimia atau larutan dengan presisi tinggi, seperti dalam analisis titrasi atau persiapan sampel dalam mikrobiologi.

Fungsi Corong Laboratorium

Adapun fungsi corong gelas dalam laboratorium, sebagai berikut:

1. Transfer Cairan

Fungsi utama corong gelas adalah untuk mentransfer cairan dari satu wadah ke wadah lain dengan cara yang lebih mudah dan terkendali. Corong gelas memungkinkan aliran cairan yang lancar dan terkontrol, mengurangi risiko tumpahan atau percikan saat proses transfer.

2. Pengisian Botol atau Labu

Corong gelas digunakan untuk memudahkan pengisian botol, labu ukur, atau wadah lain dengan cairan. Dengan corong gelas, aliran cairan menjadi lebih terarah dan presisi, meminimalkan kemungkinan tumpahan dan memastikan jumlah cairan yang diisikan lebih akurat.

3. Filtrasi

Corong gelas juga digunakan dalam proses filtrasi. Corong dengan saringan atau membran filter yang dipasang di ujungnya memungkinkan pemisahan partikel-padatan dari larutan. Cairan yang mengalir melalui corong gelas dengan saringan akan disaring, sedangkan partikel-padatan yang lebih besar akan tertahan di saringan.

4. Penyaringan Sampel

Dalam proses analisis laboratorium, corong gelas dapat digunakan untuk penyaringan sampel. Contohnya adalah ketika ingin memisahkan padatan kasar dari cairan atau menghilangkan partikel yang tidak diinginkan dari larutan.

5. Pengendalian Aliran Cairan

Corong gelas dapat digunakan untuk mengendalikan aliran cairan dengan lebih baik. Beberapa corong gelas memiliki leher panjang atau tangkai yang memungkinkan pengguna untuk mengatur laju aliran cairan dengan mengatur kemiringan atau tekanan pada corong.

6. Penggunaan Reagen

Corong gelas juga digunakan dalam penggunaan reagen dalam proses kimia. Misalnya, saat menambahkan reagen secara perlahan ke dalam larutan atau campuran reaksi untuk menghindari reaksi berlebihan atau kebocoran.

Cara Menggunakan Corong Laboratorium

Berikut terdapat langkah-langkah umum dalam menggunakan corong gelas:

  1. Pilihlah corong gelas yang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Pastikan corong dalam kondisi bersih dan bebas dari kerusakan.
  2. Pasang corong gelas ke dalam leher botol, labu, atau wadah tujuan dengan aman dan presisi. Pastikan corong berada pada posisi yang stabil dan tidak mudah terlepas.
  3. Jika diperlukan, gunakan corong dengan kran atau tutup yang bisa dibuka-tutup untuk mengontrol aliran cairan. Pastikan kran atau tutup dalam posisi tertutup saat tidak digunakan.
  4. Saat menuangkan cairan ke dalam corong, pastikan tangan Anda stabil dan kontrol aliran cairan dengan baik. Tuangkan cairan dengan perlahan dan hati-hati agar tidak meluber atau tumpah.
  5. Jika corong digunakan untuk filtrasi, pasang saringan atau membran filter yang sesuai di dalam corong sebelum menuangkan larutan. Pastikan filter terpasang dengan baik agar dapat menahan partikel-padatan yang diinginkan.
  6. Jika menggunakan corong gelas untuk mengisi tabung reaksi atau wadah dengan leher yang sempit, pastikan ujung corong memasuki wadah dengan tepat dan tidak terlalu dekat dengan tepi wadah.
  7. Setelah penggunaan, bersihkan corong gelas dengan mencucinya menggunakan air bersih dan sabun atau bahan pembersih yang sesuai. Bilas corong secara menyeluruh untuk menghilangkan sisa-sisa larutan atau bahan kimia yang mungkin masih menempel.

Cara Merawat Corong Laboratorium

Merawat corong gelas dengan baik akan memastikan keandalan dan umur panjangnya. Berikut adalah beberapa tips untuk merawat corong gelas:

1. Bersihkan setelah digunakan

Setelah selesai menggunakan corong gelas, bersihkan dengan baik untuk menghilangkan sisa-sisa larutan atau bahan kimia yang mungkin menempel. Gunakan air bersih, sabun, atau bahan pembersih yang sesuai. Pastikan corong dicuci secara menyeluruh termasuk bagian dalam dan luar.

2. Gunakan sikat pembersih

Jika terdapat sisa-sisa yang sulit dihilangkan, gunakan sikat pembersih yang cocok untuk membersihkan bagian dalam corong gelas. Sikat pembersih akan membantu membersihkan bagian yang sulit dijangkau.

3. Hindari penggunaan bahan abrasif

Hindari menggunakan bahan abrasif seperti sikat logam atau serbuk pembersih yang kasar. Bahan-bahan tersebut dapat merusak permukaan corong gelas.

4. Jaga kebersihan dan kekeringan

Setelah membersihkan corong gelas, pastikan untuk mengeringkannya dengan baik sebelum menyimpannya. Tempatkan corong gelas di tempat yang bersih dan kering untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme atau kerusakan akibat kelembaban.

5. Lindungi dari benturan dan kerusakan

Hindari mengejutkan corong gelas atau menempatkannya dalam posisi yang rentan terhadap benturan atau kerusakan fisik. Simpan corong gelas dengan hati-hati dan hindari tumpukan yang berpotensi merusak.

6. Periksa secara berkala

Lakukan pemeriksaan rutin terhadap corong gelas untuk memastikan tidak ada kerusakan atau retak yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Jika terdapat kerusakan, segera gantilah corong gelas yang rusak.

Perkiraan Harga Corong Laboratorium

Harga corong gelas dapat bervariasi tergantung pada ukuran, jenis, merek, dan tempat pembelian. Berikut ini adalah perkiraan harga corong gelas yaitu:

  1. Corong gelas kecil dengan diameter sekitar 50-75 mm: sekitar Rp 30.000 – Rp 150.000
  2. Corong gelas sedang dengan diameter sekitar 75-100 mm: sekitar Rp 75.000 – Rp 200.000
  3. Corong gelas besar dengan diameter di atas 100 mm: sekitar Rp 150.000 – Rp 400.000
  4. Corong gelas khusus atau corong filtrasi dengan saringan: sekitar Rp 150.000 – Rp 750.000, tergantung pada ukuran dan jenis saringan yang digunakan.

Perlu diingat bahwa harga-harga tersebut hanya perkiraan dan dapat bervariasi tergantung pada tempat pembelian, merek, dan kualitas produk. Juga, nilai tukar mata uang dapat berdampak pada harga.

The post Corong Laboratorium: Jenis, Fungsi dan Cara Menggunakan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Buret: Fungsi, Jenis, Bagian dan Cara Menggunakannya https://haloedukasi.com/buret Mon, 03 Jul 2023 03:00:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=44119 Apa itu Buret Buret adalah salah satu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume larutan dengan akurasi tinggi. Buret terdiri dari tabung transparan yang panjang dan tipis dengan skala terukir di sepanjang sisinya. Pada bagian bawah buret, terdapat keran yang dapat diatur untuk mengontrol aliran larutan. Cara kerja buret cukup sederhana. Pertama, buret diisi dengan […]

The post Buret: Fungsi, Jenis, Bagian dan Cara Menggunakannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Buret
buret

Buret adalah salah satu peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume larutan dengan akurasi tinggi. Buret terdiri dari tabung transparan yang panjang dan tipis dengan skala terukir di sepanjang sisinya. Pada bagian bawah buret, terdapat keran yang dapat diatur untuk mengontrol aliran larutan.

Cara kerja buret cukup sederhana. Pertama, buret diisi dengan larutan yang akan diukur volumenya. Kemudian, keran di bagian bawah buret dibuka sedikit untuk memungkinkan larutan mengalir keluar secara perlahan. 

Pengguna kemudian dapat mengendalikan laju aliran larutan dengan memutar keran.

Buret sering digunakan dalam titrasi, yaitu proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan menambahkan zat pembaca atau larutan titran yang diketahui konsentrasinya ke dalam larutan sampel. 

Dengan menggunakan buret, zat titran dapat ditambahkan secara perlahan hingga terjadi perubahan yang diinginkan dalam larutan sampel, seperti perubahan warna yang menunjukkan titik akhir titrasi.

Buret biasanya digunakan dalam kombinasi dengan statif atau alat penyangga lainnya untuk menjaga buret tetap stabil saat digunakan. 

Pengguna juga menggunakan buret pengisap atau pipet volumetrik untuk mengisikan larutan dengan tepat ke dalam buret sebelum proses pengukuran dimulai.

Dalam praktik laboratorium, buret sering dianggap sebagai peralatan yang akurat dan dapat memberikan pengukuran volume larutan dengan presisi yang tinggi. Alat ini memiliki beberapa versi modifikasi, salah satu yang paling sering ditemui adalah buret biasa pada instrumen Orsat.

Jenis-Jenis Buret

Berikut terdapat beberapa jenis buret yang umum digunakan dalam laboratorium:

1. Buret Digital

Buret digital adalah jenis buret yang dilengkapi dengan sensor dan layar digital untuk membaca volume larutan secara langsung. Buret ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan pembacaan yang lebih akurat dan presisi, serta memudahkan pencatatan data. 

Hal tersebut dapat terjadi karena jarum suntik presisi tinggi dapat digunakan untuk memberikan aliquot yang lebih akurat. Buret digital sering digunakan dalam laboratorium yang membutuhkan pengukuran volume yang sangat tepat. Volume tersebut dapat tertampil di layar digital. Buret digital ini dapat dimonitoring melalui komputer. 

2. Buret Asam

Buret asam adalah istilah yang umumnya digunakan untuk mengacu pada buret yang digunakan khusus untuk mengukur dan menambahkan larutan asam. 

Buret ini dirancang dan dicadangkan khusus untuk penggunaan dengan larutan asam, dan biasanya terbuat dari bahan yang tahan terhadap asam yang kuat, seperti kaca borosilikat atau bahan plastik yang tahan terhadap korosi.

Buret asam sering digunakan dalam berbagai proses laboratorium yang melibatkan pengukuran dan penambahan larutan asam dengan akurasi dan kontrol yang tinggi. Contohnya termasuk dalam analisis asidimetri, penetralan asam-basa, titrasi asam-basa, atau dalam pengaturan pH.

3. Buret Universal

Buret universal adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan buret yang dapat digunakan untuk berbagai jenis larutan atau zat kimia, termasuk larutan asam, larutan basa, dan larutan netral. Buret ini biasanya terbuat dari bahan yang tahan terhadap berbagai zat kimia, seperti kaca borosilikat atau bahan plastik yang tahan terhadap korosi.

Buret universal memiliki fitur dan desain yang memungkinkan penggunaan yang luas dalam berbagai aplikasi laboratorium. Mereka biasanya dilengkapi dengan kran yang dapat diatur untuk mengontrol aliran larutan dengan akurasi tinggi.

Keuntungan menggunakan buret universal adalah fleksibilitasnya dalam penggunaan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengukur dan menambahkan berbagai jenis larutan tanpa harus memiliki buret yang khusus untuk setiap jenis larutan. 

Namun, perlu diingat bahwa ketika menggunakan buret universal, penting untuk membersihkan buret secara menyeluruh antara penggunaan yang berbeda untuk mencegah kontaminasi silang antar larutan

4. Buret Basa

Buret basa sebenarnya merujuk pada buret yang digunakan secara khusus untuk mengukur dan menambahkan larutan basa. Buret ini dirancang dan dicadangkan khusus untuk penggunaan dengan larutan basa, dan biasanya terbuat dari bahan yang tahan terhadap basa yang kuat.

Alat ini seperti kaca borosilikat atau bahan plastik yang tahan terhadap korosi basa. Buret basa sering digunakan dalam berbagai proses laboratorium yang melibatkan pengukuran dan penambahan larutan basa, seperti titrasi asam-basa, penetralan basa, atau dalam pengaturan pH dengan menggunakan larutan basa. 

Penting untuk mematuhi prosedur keamanan yang ditetapkan saat menggunakan buret basa karena sifat korosif dari banyak larutan basa yang digunakan dalam laboratorium.

Ukuran Buret

Terdapat beberapa ukuran dari buret yang perlu diketahui, berikut diantaranya.

  1. Buret Makro, memiliki kapasitas volume 50 ml dengan skala paling kecil yang dapat dibaca adalah 0,10 ml.
  2. Buret semimikro, memiliki kapasitas volume 25 ml dengan skala paling kecil yang dapat dibaca adalah sebesar 0,050 ml.
  3. Buret mikro, memiliki kapasitas volume 10 ml dengan skala paling kecil yang dapat dibaca adalah 0,020 ml.

Fungsi Buret

Fungsi utama dari buret adalah untuk mengukur dan mentransfer volume larutan dengan akurasi dan presisi tinggi. Buret umumnya digunakan dalam proses titrasi, dimana larutan dengan konsentrasi yang diketahui (biasanya disebut sebagai larutan titran) ditambahkan ke larutan sampel dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi atau jumlah zat tertentu dalam sampel tersebut.

Dengan begitu, buret sangat membantu dalam mengumpulkan volume gas dengan ukuran yang sesuai. Terutama ketika terjadi penyerapan gas yang membuat alat tersebut mengalami perubahan volume.

Berikut ini adalah beberapa fungsi utama dari buret:

1. Pengukuran Volume yang Akurat

Buret memungkinkan pengguna untuk mengukur volume larutan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Skala volumenya yang terukir dengan presisi memungkinkan pembacaan hingga dua tempat desimal, sehingga meminimalkan kesalahan dalam pengukuran volume.

2. Penambahan Larutan yang Terkontrol

Buret dilengkapi dengan kran yang dapat diatur, baik berupa keran tetes atau keran mengalir, yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol aliran larutan dengan presisi. Ini sangat penting dalam titrasi, dimana penambahan larutan titran harus dilakukan perlahan agar mencapai titik ekivalen yang tepat.

3. Pengulangan Pengukuran

Buret memungkinkan pengguna untuk mengulangi pengukuran volume larutan dengan akurasi yang konsisten. Dengan penggunaan teknik yang benar, buret dapat digunakan untuk mengulangi pengukuran volume yang sama dengan sedikit variasi.

4. Transfer Larutan yang Tepat

Buret memungkinkan transfer larutan yang tepat dan presisi ke dalam tabung reaksi atau wadah lainnya. Ini penting dalam berbagai proses laboratorium, seperti persiapan larutan standar, pembuatan kurva kalibrasi, atau titrasi.

5. Kompatibilitas dengan Berbagai Larutan

Terdapat berbagai jenis buret yang dirancang untuk kompatibilitas dengan berbagai zat kimia, seperti larutan asam, larutan basa, atau larutan netral. Ini memungkinkan penggunaan buret dengan berbagai jenis larutan sesuai dengan kebutuhan laboratorium

Bagian-Bagian Buret

Bagian-bagian utama dari buret meliputi antara lain:

1. Ujung atas buret

Ini adalah bagian teratas buret yang terbuka dan berfungsi sebagai tempat pengisian atau penambahan larutan ke dalam buret. Ujung atas buret juga biasanya dilengkapi dengan pegangan atau tudung karet untuk mengatur aliran larutan saat mengisi atau mengalirkan larutan.

2. Skala buret

Skala buret terukir pada tubuh buret dan digunakan untuk membaca dan mengukur volume larutan yang ditransfer atau ditambahkan. Skala biasanya terukir dalam satuan mililiter (mL) atau bagian per seperseribu (0,1 mL atau 0,01 mL tergantung pada resolusi skala). 

Skala buret dapat berupa skala tunggal (mulai dari 0 mL hingga kapasitas maksimum buret) atau skala ganda (misalnya, 0 mL hingga kapasitas maksimum buret dengan sub-skala terpisah untuk membaca volume yang lebih kecil).

3. Kran buret

Kran buret adalah bagian yang mengatur aliran larutan dari buret. Kran bisa berupa kran tetes atau kran mengalir. Kran tetes memungkinkan pengguna untuk mengontrol aliran larutan dengan tetesan kecil, sedangkan kran mengalir memungkinkan aliran lancar yang lebih cepat. 

Kran buret umumnya dilengkapi dengan tombol pengendali yang dapat diputar untuk mengatur aliran larutan secara presisi

Cara Menggunakan Buret

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menggunakan buret:

  1. Pastikan buret bersih dan kering sebelum digunakan. Jika buret memiliki kran tetes, pastikan kran dalam posisi tertutup sepenuhnya.
  2. Periksa skala buret untuk memastikan bahwa skala terbaca dengan jelas dan tidak ada kerusakan atau cacat yang mengganggu pengukuran.
  3. Gunakan buret pipet, penghisap, atau alat pengisian yang sesuai untuk mengisi buret dengan larutan yang akan diukur. Pastikan aliran larutan tidak terhambat dan menghindari pembentukan gelembung udara di dalam buret.
  4. Isi buret sedikit di atas skala nol untuk memastikan bahwa ujung bawah buret terisi penuh.
  5. Tutup kran buret sepenuhnya dan tahan buret dengan pegangan yang tepat.
  6. Buka kran buret perlahan untuk memungkinkan aliran larutan mulai keluar. Jika menggunakan kran tetes, putar tombol pengendali dengan hati-hati untuk mengatur tetesan yang diinginkan.
  7. Dalam posisi tegak lurus dengan skala pada tingkat mata, baca dan catat volume awal yang terbaca pada skala buret. Pastikan untuk membaca dengan hati-hati pada bagian bawah meniscus (permukaan cairan melengkung di dalam buret).
  8. Selama proses penggunaan buret, jaga mata pada perubahan volume yang terjadi saat larutan ditambahkan atau ditransfer.
  9. Tempatkan wadah atau labu yang akan menerima larutan di bawah ujung buret.
  10. Buka kran buret secara perlahan dan perlahan tambahkan atau transfer larutan ke dalam wadah. Jika menggunakan kran tetes, atur aliran tetes yang diinginkan.
  11. Tutup kran buret sepenuhnya setelah selesai menggunakan buret.
  12. Bersihkan buret dengan air atau pelarut yang sesuai dan keringkan dengan hati-hati sebelum penyimpanan.

Cara Membaca Buret

Berikut adalah cara untuk membaca buret:

  1. Pastikan buret berada dalam posisi tegak lurus dengan skala pada tingkat mata Anda. Pastikan juga bahwa skala terbaca dengan jelas. 
  2. Fokuskan pandangan Anda pada bagian bawah meniscus (permukaan cairan melengkung) di dalam buret. Bagian bawah meniscus adalah titik yang harus dibaca untuk mendapatkan volume yang akurat.
  3. Bacalah angka pada skala yang berada di bawah bagian bawah meniscus. Pastikan untuk membaca dengan hati-hati dan teliti. Jika skala buret memiliki sub-skala yang lebih kecil, pastikan juga untuk membaca sub-skala yang sesuai.
  4. Ambil catatan dari volume yang terbaca pada skala buret. Biasanya, angka volumenya dinyatakan dalam mL (milliliter) atau bagian per seperseribu dari mL (misalnya, 0,1 mL atau 0,01 mL tergantung pada resolusi skala buret).

The post Buret: Fungsi, Jenis, Bagian dan Cara Menggunakannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Rotary Evaporator: Fungsi, Prinsip Kerja dan Bagiannya https://haloedukasi.com/rotary-evaporator Tue, 20 Jun 2023 04:35:09 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43894 Apa itu Rotary Evaporator  Rotary evaporator adalah sebuah perangkat laboratorium yang digunakan untuk menghilangkan pelarut (solven) dari suatu campuran cairan, seperti pelarut organik, melalui proses penguapan. Proses ini dilakukan dengan memanaskan campuran cairan di dalam labu tertutup dan mengatur tekanan di dalam sistem. Evaporasi terdiri dari dua jenis yakni evaporasi alami dan evaporasi buatan. Evaporasi […]

The post Rotary Evaporator: Fungsi, Prinsip Kerja dan Bagiannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Rotary Evaporator 

Rotary evaporator adalah sebuah perangkat laboratorium yang digunakan untuk menghilangkan pelarut (solven) dari suatu campuran cairan, seperti pelarut organik, melalui proses penguapan. Proses ini dilakukan dengan memanaskan campuran cairan di dalam labu tertutup dan mengatur tekanan di dalam sistem.

Evaporasi terdiri dari dua jenis yakni evaporasi alami dan evaporasi buatan. Evaporasi alami adalah proses penguapan yang terjadi secara alami tanpa campur tangan alat atau sumber energi eksternal. Ini terjadi ketika cairan atau air menguap ke udara karena paparan panas dari lingkungan sekitarnya.

Sedangkan evaporasi buatan adalah proses penguapan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan alat atau sumber energi eksternal. Tujuan utama dari evaporasi buatan adalah untuk mempercepat laju penguapan dan memisahkan zat terlarut dari cairan atau larutan.

Rotary evaporator terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk labu pemanas (flask) yang berisi campuran cairan yang akan diuapkan, pemanas untuk memanaskan campuran, rotor yang memutar campuran cairan di dalam labu, kondensor untuk mendinginkan uap yang terbentuk, dan vakum untuk mengatur tekanan di dalam sistem.

Proses kerja rotary evaporator dimulai dengan memasukkan campuran cairan ke dalam labu pemanas. Labu pemanas kemudian dipasang pada rotary evaporator dan dipanaskan dengan pemanas. 

Rotor berputar, menghasilkan luas permukaan cairan yang terpapar udara, sehingga mempercepat penguapan pelarut. Uap yang terbentuk akan naik ke kondensor, di mana uap tersebut didinginkan dan berubah kembali menjadi cairan yang dikumpulkan dalam wadah terpisah.

Penggunaan rotary evaporator umumnya ditemukan dalam aplikasi laboratorium kimia, seperti pemurnian zat kimia, penyulingan minyak esensial, penghilangan pelarut dari ekstrak tumbuhan, dan lain sebagainya. 

Rotary evaporator membantu mempercepat proses pemisahan cairan dan dapat menghasilkan hasil yang lebih konsentrat dan murni daripada metode pemisahan konvensional.

Fungsi Rotary Evaporator 

Fungsi utama rotary evaporator adalah untuk menghilangkan pelarut (solven) dari suatu campuran cairan. Namun, rotary evaporator juga memiliki beberapa fungsi lain yang berguna dalam bidang laboratorium kimia, antara lain:

1. Pemurnian zat kimia

Rotary evaporator digunakan untuk memurnikan zat kimia dengan menghilangkan pelarut yang digunakan dalam proses sintesis atau ekstraksi. Dengan menguapkan pelarut secara efisien, rotary evaporator membantu memperoleh zat kimia yang lebih murni dan lebih terkonsentrasi.

2. Konsentrasi larutan

Rotary evaporator dapat digunakan untuk mengkonsentrasikan larutan dengan menghilangkan pelarut secara selektif. Proses ini membantu meningkatkan konsentrasi zat yang diinginkan dalam larutan, sehingga mempermudah analisis atau penggunaan lebih lanjut.

3. Pemisahan komponen campuran

Rotary evaporator dapat digunakan dalam pemisahan komponen campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dengan mengatur suhu dan tekanan di dalam sistem, komponen dengan titik didih yang lebih rendah dapat diuapkan dan dipisahkan dari komponen lain yang memiliki titik didih yang lebih tinggi.

4. Ekstraksi pelarut dari ekstrak tumbuhan

Rotary evaporator sering digunakan dalam ekstraksi pelarut dari ekstrak tumbuhan, seperti minyak esensial. Dalam proses ini, campuran ekstrak tumbuhan dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator untuk mendapatkan minyak esensial yang murni.

5. Penyiapan sampel

Rotary evaporator dapat digunakan dalam persiapan sampel untuk analisis lebih lanjut. Dengan menghilangkan pelarut atau mengkonsentrasikan larutan sampel, rotary evaporator membantu menghasilkan sampel yang lebih sesuai dengan kebutuhan analisis atau pengujian.

Prinsip Kerja Rotary Evaporator 

Prinsip kerja rotary evaporator didasarkan pada konsep penguapan dan kondensasi pelarut dari campuran cairan. Campuran cairan yang mengandung pelarut dan zat yang ingin dipisahkan atau dikonsentrasikan dimasukkan ke dalam labu pemanas (flask) rotary evaporator.

Labu pemanas ditempatkan pada pemanas rotary evaporator dan dipanaskan secara perlahan. Pemanasan ini meningkatkan suhu campuran cairan, mempercepat laju penguapan pelarut.

Rotor rotary evaporator mulai berputar, menghasilkan permukaan yang luas dan bergerak di dalam labu pemanas. Gerakan ini membantu mempercepat penguapan pelarut dengan memperluas permukaan yang terpapar udara.

Perlu diketahui pada saat larutan dimasukan pada labu alat bulat dan dilakukan evaporasi melalui rotary evaporator jika titik didih aseton berada di 56°C hingga 94°C. Titik didih senyawa terpenoid 150°C hingga 180°C. Chamber bath kita setting pada 60°C.

Selanjutnya, ketika proses ini berlangsung chamber akan memanaskan labu alas bulat, pada waktu yang bersamaan labu akan berputar, titik didih vakum akan semakin menurun. 

Uap pelarut yang terbentuk dari penguapan akan naik menuju kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap pelarut dengan perantaraan aliran air dingin atau pendingin lainnya. Proses pendinginan ini menyebabkan uap pelarut berubah kembali menjadi cairan.

Cairan hasil kondensasi kemudian dikumpulkan dalam wadah terpisah yang biasanya terhubung dengan kondensor. Ini memungkinkan pengumpulan pelarut yang sudah terpisah dari campuran cairan.

Selama proses kerja rotary evaporator, tekanan di dalam sistem diatur dengan vakum. Vakum membantu mengurangi tekanan di dalam labu pemanas, yang pada gilirannya menurunkan titik didih pelarut dan mempercepat penguapan.

Bagian-Bagian Rotary Evaporator  < sertakan gambar

bagian rotary evaporator

Rotary evaporator terdiri dari beberapa bagian utama yang bekerja bersama untuk menghilangkan pelarut dari campuran cairan. Berikut adalah bagian-bagian rotary evaporator yang umumnya ditemukan:

1. Labu Pemanas (Flask)

Ini adalah labu berbentuk bulat yang berfungsi untuk menampung campuran cairan yang akan diuapkan. Labu pemanas terbuat dari bahan tahan panas seperti kaca borosilikat dan dapat ditempatkan pada pemanas.

2. Pemanas

Pemanas rotary evaporator digunakan untuk memanaskan labu pemanas dan campuran cairan di dalamnya. Pemanas ini dapat berupa pemanas listrik atau pemanas air yang dapat diatur suhunya.

3. Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar di dalam rotary evaporator. Labu pemanas ditempatkan pada rotor, dan gerakan rotasi rotor membantu mempercepat penguapan pelarut dengan memperluas permukaan cairan yang terpapar udara.

4. Kondensor (Condenser)

Kondensor adalah bagian yang berfungsi untuk mendinginkan uap pelarut yang terbentuk dari penguapan. Biasanya, kondensor memiliki spiral atau tabung pendingin yang dilewati oleh air dingin atau pendingin lainnya untuk menyerap panas dari uap dan mengubahnya kembali menjadi cairan.

5. Vakum (Vacuum System)

Rotary evaporator menggunakan sistem vakum untuk mengurangi tekanan di dalam sistem. Vakum membantu menurunkan titik didih pelarut, mempercepat penguapan, dan menghilangkan uap pelarut yang terbentuk. Sistem vakum biasanya terdiri dari pompa vakum dan katup pengatur vakum.

6. Pemisah Panas (Heating Bath)

Pemisah panas (heat bath) adalah wadah berisi cairan pemanas yang digunakan untuk mengatur suhu labu pemanas. Labu pemanas ditempatkan dalam pemisah panas untuk memanaskan campuran cairan dengan suhu yang diatur.

7. Pengatur Kecepatan Rotor

Rotary evaporator umumnya dilengkapi dengan pengatur kecepatan rotor yang memungkinkan pengguna untuk mengatur kecepatan rotasi rotor sesuai kebutuhan.

8. Wadah Pengumpul Cairan

Cairan hasil kondensasi dikumpulkan dalam wadah terpisah yang terhubung dengan kondensor. Wadah ini biasanya dilengkapi dengan katup pengatur yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol aliran cairan.

9. Main Unit

Main unit merupakan bagian dari rotary evaporator yang digunakan untuk mengatur ketinggian labu alas bulat. Panel operasional pada main unit dapat digunakan untuk mengatur suhu chamber, ketinggian, dan tekanan pompa vakum.

Cara Menggunakan Rotary Evaporator

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menggunakan rotary evaporator:

  1. Pastikan rotary evaporator dalam kondisi baik dan bersih.
  2. Periksa bahwa semua bagian terhubung dengan baik dan tidak ada keausan atau kerusakan yang signifikan.
  3. Siapkan campuran cairan yang akan diuapkan dalam labu pemanas.
  4. Persiapkan wadah pengumpul cairan yang terhubung dengan kondensor.
  5. Pastikan pompa vakum terhubung dan berfungsi dengan baik.
  6. Buka katup vakum untuk memulai aliran vakum.
  7. Pastikan labu pemanas kosong dan bebas dari kontaminasi.
  8. Pasang labu pemanas pada rotor rotary evaporator.
  9. Pastikan rotor terkunci dengan aman.
  10. Atur pemisah panas (heat bath) pada suhu yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
  11. Atur kecepatan rotasi rotor sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
  12. Pastikan kecepatan rotor aman dan sesuai dengan rekomendasi produsen.
  13. Pastikan katup pengatur vakum terbuka.
  14. Gunakan pengatur vakum untuk mengatur tekanan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
  15. Nyalakan pemanas dan biarkan campuran cairan dalam labu pemanas dipanaskan perlahan.
  16. Pastikan campuran cairan berputar dengan baik di dalam labu pemanas.
  17. Amati penguapan pelarut yang terjadi. Amati uap yang naik ke kondensor.
  18. Pastikan kondensor berfungsi dengan baik dan air dingin atau pendingin lainnya mengalir melaluinya.
  19. Uap pelarut akan mengalami kondensasi dan berubah kembali menjadi cairan.
  20. Cairan hasil kondensasi akan mengalir ke wadah pengumpul yang terhubung dengan kondensor.
  21. Setelah proses selesai, matikan pemanas dan pompa vakum.
  22. Bersihkan rotary evaporator dengan hati-hati, termasuk labu pemanas, kondensor, dan wadah pengumpul.
  23. Pastikan semua bagian dikeringkan dan disimpan dengan aman.

Tips Perawatan Sederhana Rotary Evaporator

Berikut adalah beberapa tips perawatan sederhana untuk menjaga dan memperpanjang umur rotary evaporator:

  1. Setelah setiap penggunaan, pastikan untuk membersihkan semua bagian rotary evaporator dengan hati-hati. Bersihkan labu pemanas, kondensor, rotor, dan wadah pengumpul dari residu atau sisa-sisa cairan yang mungkin tertinggal. Gunakan pelarut yang sesuai dan bahan pembersih yang direkomendasikan oleh produsen.
  2. Periksa kondisi teflon seal yang terletak di antara labu pemanas dan rotor. Jika seal sudah aus atau rusak, gantilah dengan yang baru. Teflon seal yang baik membantu mencegah kebocoran dan memastikan kinerja yang optimal.
  3. Pastikan rotor rotary evaporator tetap bersih dan bebas dari kotoran atau zat yang menempel. Bersihkan rotor secara teratur dan periksa apakah ada tanda-tanda keausan atau kerusakan yang perlu diperbaiki.
  4. Lakukan perawatan rutin pada sistem vakum rotary evaporator. Periksa pompa vakum secara teratur, ganti minyak vakum jika diperlukan, dan pastikan semua katup dan pengatur vakum berfungsi dengan baik.
  5. Hindari benturan atau kerusakan fisik pada rotary evaporator. Jaga agar tidak jatuh atau terkena tekanan yang berlebihan. Perhatikan saat memindahkan atau mengoperasikan alat tersebut.
  6. Pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan dan pemeliharaan yang disediakan oleh produsen rotary evaporator. Panduan ini memberikan informasi spesifik tentang penggunaan yang benar, perawatan rutin, dan langkah-langkah penggantian bagian yang perlu dilakukan.
  7. Memahami prinsip kerja rotary evaporator akan membantu Anda mengoptimalkan penggunaannya dan menghindari kesalahan yang dapat merusak alat. Pelajari petunjuk penggunaan dan pemeliharaan dengan seksama, serta cari tahu informasi tambahan jika diperlukan.

The post Rotary Evaporator: Fungsi, Prinsip Kerja dan Bagiannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
100 Bahan Kimia Berbahaya Wajib Diketahui https://haloedukasi.com/bahan-kimia-berbahaya Thu, 04 May 2023 10:35:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=42928 Apa itu Bahan Kimia Berbahaya Bahan kimia berbahaya merupakan jenis bahan kimia yang dapat menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia apabila tidak digunakan dengan hati-hati atau tidak tepat. Maka dari itu, jenis bahan kimia yang berbahaya menjadi penting untuk dipahami karena dapat membahayakan kesehatan individu maupun masyarakat, lingkungan, dan juga […]

The post 100 Bahan Kimia Berbahaya Wajib Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Bahan Kimia Berbahaya

Bahan kimia berbahaya merupakan jenis bahan kimia yang dapat menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia apabila tidak digunakan dengan hati-hati atau tidak tepat.

Maka dari itu, jenis bahan kimia yang berbahaya menjadi penting untuk dipahami karena dapat membahayakan kesehatan individu maupun masyarakat, lingkungan, dan juga properti. Risiko bahan berbahaya dapat melibatkan zat bahan kimia yang beracun, bahan bakar, limbah nuklir, radiologi, dan lain sebagainya.

100 Daftar Bahan Kimia Berbahaya

Berikut ini 100 daftar bahan kimia berbahaya yang dapat ditemui di sekitar kita yang perlu diketahui.

1. Air raksa

Air raksa merupakan logam berat berbentuk cairan yang sedikit menguap pada suhu ruang. Cairan ini berwarna mengkilap seperti perak dan tidak berbau. Apabila tertelan oleh manusia dapat berakibat fatal.

2. Akonitin

Akonitin berbentuk kristal kotak heksagonal atau berupa serbuk kristalin, tidak memiliki warna, dan rasanya pahit. Apabila tertelan dapat merusak susunan syaraf pusat, sulit bernafas, hingga fatal.

3. Akrolein

Secara fisik wujud akrolein berbentuk cairan yang tidak berwarna, berbau tajam, dan pedas. Akrolein digunakan untuk bahan campuran gas beracun dan gas air mata. Apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan saluran pernafasan, kerusakan mata parah, hingga berdampak fatal lainnya.

4. Aldikarb

Aldikarb merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida dan nematosida. Secara fisik, aldikarb berbentuk kristal, tidak berwarna, dan sedikit berbau belerang. Apabila tertelan atau terhidup dapat berakibat mematikan.

5. Aldrin

Aldrin merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida namun sudah dilarang berdasarkan Konvensi Stockholm. Bahan kimia ini berbentuk kristal, tidak berwarna, tidak berasa, serta tidak berbau. Apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan organ hingga fatal.

6. Alil Klorida

Alil klorida merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan pernis, plastik, perekat, obat, gliserin, dan lain sebagainya. Bahan kimia ini berbentuk cairan, tidak berwarna, serta berbau tidak sedap. Cairan ini jika terkena kulit dapat menyebabkan luka bakar.

7. Aluminium Fosfida

Bahan kimia ini digunakan dalam penelitian mengenai semikonduktor dan fumigan. Secara fisik berbentuk kristal, dan berwarna kuning atau abu-abu. Apabila terhirup atau tertelan dapat berakibat fatal.

8. Amonium Dikromat

Amonium dikromat biasanya digunakan dalam pembuatan petasan. Bahan kimia ini berbentuk cairan bertekstur seperti minyak, tidak berwarna, berbau tajam, dan manis. Bahan ini dapat menyebabkan kanker, alergi kulit, hingga kematian.

9. Arsen Triklorida

Bahan kimia ini berbentuk cairan yang memiliki tekstur sama seperti minyak, tidak berbau, dan manis. Bahan kimia ini dapat menyebabkan kerusakan genetik, luka bakar, merusak janin, hingga fatal.

10. Arsin

Secara fisik, arsin berbentuk gas yang tidak berwarna dan berbau seperti bawang putih. Apabila terhirup dapat berakibat kanker hingga fatal.

Bahan ini biasanya digunakan dalam bahan senyawa organik yang mengandung pestisida, pengawet kayu, dan lainnya.

11. Asam Borat

Asam borat merupakan bahan kimia berbentuk kristal, granul, dan serbuk berwarna putih, serta tidak berbau. Bahan kimia ini biasanya digunakan sebagai bahan pematri logam, pembersih, pembuatan kaca, dan lain sebagainya. Bahaya bahan ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata, hingga fatal.

12. Asam Fluoroasetat

Bahan kimia ini berbentuk serbuk berwarna putih dan tidak berbau. Asam fluoroasetat digunakan sebagai rodentsida yang dapat larut dalam air. Jika terhirup dapat merusak syaraf pusat, dan jika tertelan dapat berakibat fatal.

13. Asetaldehid

Asetaldehid merupakan bahan kimia berbahaya yang berbentuk gas atau cairan tidak berwarna. Bahaya dari bahan kimia ini dapat menyebabkan kanker, iritasi mata, alergi kulit, dan kerusakan genetik.

14. Azinfos Etil

Bahan kimia ini berbentuk kristal dan tidak berwarna. Azinfos etil biasanya digunakan insektisida untuk membasmi hama pada sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan sebagai akarisida.

15. Azinfos Metil

Azinfos metil merupakan bahan kimia berbahaya berbentuk serbuk kristal dan tidak berwarna. Bahan ini biasanya digunakan sebagai insektisida dan akarisida. Bahan ini dapat berakibat fatal apabila tertelan, terhirup, atau terkena kulit.

16. Barium Klorida

Bahan kimia ini berwujud kristal, berwarna putih, dan tidak berbau. Apabila barium klorida tertelan maka akan berakibat toksik, iritasi kulit, iritasi mata, merusak janin, hingga kematian. Bahan ini biasa digunakan sebagai pembuatan gelas, pigmen, dan lainnya.

17. Benzidine

Benzidine biasa digunakan dalam pembuatan zat warna dan mendeteksi darah. Bahan ini berbentuk serbuk kristalin, berwarna putih, kuning, dan abu-abu. Bahan ini dapat menyebabkan gejala asma, alergi, iritasi, kanker, kerusakan genetik, dan lainnya.

18. Berilium

Berilium merupakan logam ringan yang keras, berwarna abu-abu dengan struktur heksagonal. Bahan ini biasanya digunakan dalam industri kuningan, pesawat terbang, suku cadang rudal, komputer, dan lain sebagainya.

19. Bis (Klorometil) Keton

Bahan kimia ini biasanya digunakan dalam pembuatan tekstil, seperti poliester, poliuretan dan perekat. Bahaya bahan ini dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang parah.

20. Boron Tribromida

Boron tribromida merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan mata yang parah, luka bakar pada kulit, hingga kematian. Bahan ini biasa digunakan dalam pembuatan poliester, perekat, dan lain-lain.

21. Boron Triklorida

Wujud bahan ini berupa gas atau cairan berasap, tidak berwarna dan tidak berbau. Bahaya yang ada dalam boron triklorida adalah dapat berakibat fatal apabila tertelan atau masuk dalam saluran pernafasan.

22. Brodifakum

Brodifakum merupakan bahan yang biasanya digunakan sebagai rodentisida dan anti koagulan yang termasuk dalam senyawa kumarin. Apabila tertelan, terhirup, dan terkena kulit dapat berakibat fatal.

23. Demefion

Demefion merupakan bahan kimia yang berbentuk cairan, apabila terkena kulit dapat menyebabkan toksik dan fatal jika tertelan. Bahan ini biasanya digunakan untuk pembuatan insektisida.

24. Demeton

Bentuk demeton berupa cairan bertekstur seperti minyak, berwarna coklat, dan berbau seperti telur busuk. Bahan ini dapat digunakan sebagai nematosida dan insektisida.

25. Dialifor

Dialifor merupakan bahan kimia berbentuk kristal dan tidak berwarna. Bahan ini dapat digunakan sebagai campuran insektisida. Apabila terkena kulit dapat menyebabkan reaksi alergi hingga fatal.

26. Dieldrin

Dieldrin berbentuk kristal, tidak berwarna hingga putih pupus, serta tidak memiliki bau. Dahulu bahan ini digunakan sebagai insektisida namun sudah dilarang berdasarkan peraturan pemerintah.

27. Dietilen Glikol Dinitrat

Bahan kimia ini berbentuk cairan yang tidak berwarna dan memiliki rasa pahit. Dietilen Glikol dinitrat berbahaya jika tertelan maupun terkena kulit.

28. Difasinon

Secara fisik difasinon berwujud kristal, berwarna kuning, serta tidak berbau. Bahan kimia ini dapat digunakan sebagai rodentsida. Bahan ini dapat berbahaya jika tertelan maupun terhirup.

29. Difenakum

Bahan kimia ini dapat digunakan sebagai anti-koagulan senyawa kumarin, rodentisida, dan dapat mengontrol tidur dan mencit yang resisten. Bahan ini berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi kulit, teksik, dan fatal.

30. Diklorfos

Diklorfos merupakan bahan kimia yang berbentuk serbuk berwarna kuning hingga coklat. Bahan ini dapat digunakan sebagai bahan pewarna tekstil dan cat.

31. Dikrotofos

Dikrotofos merupakan bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan insektisida. Secara fisik bahan ini berupa cairan yang tidak berbau.

32. Dimefoks

Dimefoks merupakan bahan kimia yang berwujud cairan tidak berwarna dan berbau amis. Bahan ini dapat menyebabkan korosif pada logam, dan apabila tertelan dapat berakibat fatal.

33. Dimetil Sulfat

Bahan kimia ini berwujud cairan bertekstur seperti minyak, tidak berwarna, dan berbau tidak sedap. Bahan ini dapat digunakan sebagai akarisida dan insektisida.

34. Dinitro Benzena

Dinitro benzena merupakan bahan kimia yang berbentuk serpihan kristal dan tidak berwarna. Bahan ini dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit, dan apabila tertelan dapat teksik hingga fatal. 

35. Arsen Trioksida

Bahan yang satu ini memiliki banyak bentuk yakni dapat berupa kristal rubik putih, kristal monoklinik tidak berwarna, gumpalan amorf, serbuk kristal, transparan seperti gelas, tidak berbau, dan tidak berasa.

36. Disulfoton

Disulfoton merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida, akarisida, dan mitisida. Bahan ini dapat berakibat fatal apabila tertelan, terkena kulit, dan terhirup.

37. Endrin

Endrin merupakan bahan kimia yang berbentuk serbuk kristalin, berwarna putih, dan tidak berbau. Menurut US EPA, bahan ini tidak direkomendasikan sebagai pestisida namun dapat digunakan sebagai pengganti sesuai dengan kebutuhan.

38. Epn

Epn merupakan bahan kimia yang berbentuk kristal kuning mengkilat, padat, berwarna putih, dan berbau aromatis. Biasanya bahan ini dapat digunakan sebagai akarisida dan insektisida.

39. Etil Bromoasetat

Bahan kimia ini berwujud cairan yang tidak berwarna dan berbau tajam. Bahan kimia ini dapat digunakan sebagai gas air mata, bahan analgesik, serta bahan intermediate dalam pembuatan obat-obatan.

40. Etilen Oksida

Etilen oksida merupakan bahan kimia yang berwujud gas tidak berwarna dan berbau seperti eter. Bahan ini dapat digunakan sebagai fumigan dan tekstil, untuk sterilisasi peralatan kedokteran, dan lain-lain.

41. Fenamifos

Fenamifos merupakan bahan kimia berbentuk padat berwarna putih seperti lilin. Bahan ini dapat digunakan sebagai bahan nematosida.

42. Fensulfotion

Fensulfotion merupakan cairan berwarna coklat dan bertekstur seperti minyak. Bahan ini dapat digunakan sebagai insektisida terutama untuk tembakau, jagung, dan tanaman pangan. 

43. Fention

Fention merupakan cairan kimia yang tidak berwarna dan berbau seperti bawang. Bahan ini dapat digunakan sebagai akarisida dan insektisida.

44. Fluenetil

Bahan kimia ini berbentuk kristal padat berwarna putih dan tidak berbau. Apabila terkena kulit ataupun tertelan dapat berakibat fatal.

45. Fonofos

Fanomos merupakan cairan jernih, berbau tajam dan berbau aromatik. Fanomos dapat digunakan sebagai insektisida tanah.

46. Forat

Forat merupakan bahan kimia yang berbentuk cairan jernih dengan tekstur mengalir bebas dan tidak berwarna. Forat dapat digunakan sebagai nematisida, akarisida, dan insektisida.

47. Formaldehida

Formaldehida merupakan bahan kimia berbentuk larutan jernih, tidak berwarna, berbau tajam dan efeknya dapat membuat nafas seperti tercekik. Bahan ini dapat digunakan sebagai desinfektan, cairan pembalsem, deodoran, dan lain-lain.

48. Fosfolan

Fosfolan dapat digunakan sebagai insektisida sistemik. Bahan ini berbentuk padatan, tidak berwarna hingga kuning. Apabila terkena kulit atau tertelan dapat berakibat fatal.

49. Fosgen

Fosgen merupakan bahan kimia yang berwujud gas dan juga merupakan cairan berasap jika berada di suhu dibawah 47 derajat fahrenheit.  

50. Dioksation

Dioksation merupakan bahan kimia yang berbahaya apabila tertelan, terhirup, atau terkena kulit dapat berakibat fatal. Bahan ini dapat digunakan sebagai insektisida dan akarisida.

51. Heksaklorobenzena

Bahaya dari bahan kimia heksaklorobenzena adalah dapat membahayakan bayi yang menyusu, apabila tertelan dan masuk ke dalam saluran pernafasan dapat berakibat fatal.

52. Heksakloro Siklopentadien

Bahan kimia ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan insektisida, resin poliester, zat pewarna, dan media pemadam api. Selain itu, bahan ini juga sering digunakan dalam industri farmasi.

53. Hidrazin

Hidrazin merupakan bahan kimia berupa cairan berasap, bertekstur seperti minyak, higroskopik, dan tidak berwarna. Bahan ini mudah menyala, akan berbahaya jika terkena kulit, terhirup, ataupun tertelan dapat berakibat fatal.

54. Hidrogen Fluorida

Hidrogen Fluorida merupakan bahan kimia berupa gas pada suhu dibawah 19 derajat celcius, tidak berwarna, dan memiliki aroma yang tajam.

55. Iso Benzena

Iso Benzena merupakan bahan kimia yang berbentuk serbuk berwarna putih hingga coklat terang, bentuknya dapat berupa kristal padat, dan berbau kimia lemah.

56. Klordan

Klordan merupakan bahan kimia yang berbahaya yang dapat menyebabkan korosif pada logam, merusak janin, menyebabkan kanker, beracun bagi organisme perairan, dan lainnya.

57. Klortiofos

Klortiofos merupakan bahan kimia berupa cairan berwarna coklat dan dapat menjadi kristal apabila berada di temperatur yang rendah. Umumnya bahan ini digunakan sebagai pestisida.

58. Krimidin

Bahan kimia krimidin dapat digunakan sebagai rodentisida. Jika tidak digunakan hati-hati maka dapat menyebabkan kebakaran, ledakan, oksidator kuat, korosif pada logam, dan kematian.

59. Kumafos

Kumafos merupakan bahan kimia berbentuk serbuk kristalin yang tidak berwarna. Bahan kimia ini dapat berakibat fatal apabila tertelan, terkena kulit, dan terhirup.

60. Kumafuril

Kumafuril merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan darah pada paparan tunggal dan paparan jangka panjang. Bahan ini digunakan sebagai rodentisida antikoagulan.

61. Kuning Metanil

Kuning metanil merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi netralisasi atau asam-basa.

62. Leptofos

Leptofos merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida. Bahan ini berbahaya karena dapat menyebabkan gejala alergi, asma, merusak fertilitas, dan sangat toksik bagi kehidupan akuatik.

63. Lindan

Lindan merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida dalam keperluan pertanian, serta sebagai fungisida dalam pengawet kayu dan racun tikus.

64. Meksakarbat

Meksakarbat merupakan bahan kimia yang berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Biasanya bahan ini digunakan sebagai pembuatan mollusisida dan mengontrol tanaman di luar rumah dan rumah kaca.

65. Metamidofos

Metamidofos merupakan bahan yang berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan genetik, reaksi alergi pada kulit, dan berakibat fatal apabila tertelan.

66. MetilIsosianat

Metillsosianat dapat digunakan sebagai bahan pembuatan senyawa organic. Dalam industri yang memproduksi pestisida bahan ini digunakan dalam produk antara insektisida dan herbisida.

67. Mevinfos

Mevinfos merupakan cairan berwarna kuning pucat hingga jingga dan berbau kimia lemah. Cairan ini digunakan sebagai akarisida dan insektisida.

68. Mipafoks

Mipafoks merupakan bahan yang berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, dan berbahaya apabila tertelan atau masuk ke dalam saluran pernafasan.

69. Mireks

Mireks digunakan untuk pelapis tahan api untuk plastik, karet, cat, kertas, dan barang-barang elektronik lainnya. Bahan ini berbentuk kristal berwarna putih dan tidak berbau.

70. Monotrokofos

Bahan kimia ini berbentuk kristal yang tidak berwarna hingga merak-kecoklatan, dan memiliki aroma ester. Bahan ini digunakan sebagai insektisida untuk tanaman kapas.

71. Natrium Azida

Natrium azida merupakan bahan kimia yang berbentuk kristal heksagonal, tidak berwarna hingga putih, dan tidak berbau. Biasanya bahan ini digunakan dalam sintesis organik, asam hidrazoat, timbal azida, dan natrium murni.

72. Natrium Borat Anhidrat

Bahan ini digunakan untuk pembuatan logam, kaca, enamel, produk keramik, pembersih, antiseptik kayu terhadap jamur, bahan tahan api untuk pembuatan tenunan dan kayu. 

73. Natrium Borat Dekahidrat

Bahan kimia yang satu ini berbentuk serbuk atau kristal berwarna putih, tidak berbau, dan dapat berfluoresensi. Bahan yang umum digunakan sebagai racun semut.

74. Natrium Fluoroasetat

Natrium fluoroasetat merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida. Bahan ini berwujud padat berupa serbuk atau kristal berwarna putih dan tidak berbau.

75. Natrium Sianida

Natrium sianida memiliki banyak bentuk mulai dari kristal kubus, serbuk, granul, serpihan yang dapat menyerap uap air, cairan, dan berbau seperti almond. Bahan ini dapat berakibat kematian jika tertekan.

76. O-Anisidin

Bahan kimia ini berupa cairan yang bertekstur seperti minyak, tidak berwarna hingga kecoklatan, dan memiliki bau yang tidak sedap. Bahan ini dapat digunakan sebagai pembuatan parfum.

77. Oksamil

Oksamil merupakan bahan yang digunakan sebagai akarisida, insektisida, dan nematosida. Bahan ini dapat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, toksik, iritasi mata, alergi kulit, hingga kematian.

78. Oksi Disulfoton

Oksi disulfoton merupakan bahan kimia berwujud cairan berwarna coklat. Bahan ini biasa digunakan sebagai insektisida dan akarisida.

79. Osmium Tetroksida

Bahan kimia ini berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, kerusakan mata parah, kerusakan genetik, kerusakan fertilitas, dan akan berakibat fatal jika tertelan.

80. Paration

Paration merupakan cairan berwarna kuning dan beraroma seperti bawang putih. Bahan kimia ini biasa digunakan sebagai nematosida dan insektisida.

81. Pentaklorofenol

Pentaklorofenol merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida untuk rayap, anai-anai, tanaman, herbisida, pengawet, fungisida pada kayu, dan lain sebagainya.

82. Piperidin

Piperidin merupakan cairan dan uap yang sangat mudah menyala. Cairan kimia ini memiliki dampak yang berbahaya seperti toksik, kerusakan genetik, luka bakar pada kulit, kerusakan mata parah, dan lainnya.

83. PropilenImina

Bahan kimia ini berwujud cair bertekstur mirip minyak, tidak berwarna dan berbau seperti amonia. Bahan ini sering digunakan sebagai bahan kimia perantara dalam modifikasi resin penyalut permukaan lateks.

84. Propilen Oksida

Propilen oksida merupakan bahan kimia yang berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau seperti alkohol.

85. Protoat

Protoat merupakan bahan kimia padat yang berwujud kristal, tidak berwarna, dan beraroma seperti kamfer. Bahan ini biasa digunakan sebagai pestisida.

86. Raksa 1 Klorida Kalomel

Raksa ini menjadi bahan kimia yang memiliki sedikit keunikan pasalnya bahan ini berwujud kristal dan serbuk berwarna putih apabila terkena cahaya dan udara akan berubah menjadi berwarna gelap.

87. Raksa 2 Nitrat

Raksa yang satu ini memiliki aroma seperti asam nitrat. Bahan kimia ini sering digunakan dalam pembuatan bulu kempa, bahan pembasmi phylloxera, antiseptik, mencegah iritasi, dan vericant.

88. Rhodamin B

Rhodamin B merupakan bahan kimia berupa kristal hijau, serbuk berwarna ungu kemerahan, tidak berbau, larut dalam air dapat berwarna merah kebiruan, dan dapat berfluoresensi dengan kuat.

89. Sarin

Orang yang menghirup bahan kimia sarin dapat menjadi pingsan dan apabila dalam keadaan murni hampir tidak berbau.

90. Sulfotep

Sulfotep merupakan bahan kimia insektisida dan mitisida yang berwujud cairan bertekstur mengalir bebas, berwarna kuning, dan berbau seperti bawang putih.

91. Talium

Talium merupakan bahan kimia padat berwarna putih agak kebiruan, tidak berbau, dapat berbentuk logam yang sangat lunak, dan warnanya dapat berubah abu-abu apabila terpapar udara.

92. Terbufos

Terbufos merupakan cairan kimia yang dapat terbakar, dapat menyebabkan iritasi pernafasan, menyebabkan kantuk dan pusing, serta apabila tertelan dapat berakibat fatal.

93. Tetraetilpirofosfat

Bahan kimia yang satu ini berupa cairan higroskopis, tidak berwarna, dan tidak berbau. Cairan ini berguna sebagai insektisida dan akarisida pada sayur-sayuran dan buah-buahan.

94. Tetrakloroetana

Cairan kimia ini memiliki aroma seperti kloroform, tidak berwarna hingga berwarna kuning muda. Cairan ini dapat digunakan sebagai insektisida.

95. Tiometon

Tiometon merupakan bahan kimia berbentuk minyak tidak berwarna yang memiliki aroma khas dan digunakan sebagai insektisida.

96. Tionazin

Tionazin merupakan bahan kimia yang berbentuk cairan yang tidak memiliki warna jika berupa zat murni, dan dapat berwarna kuning. Bahan kimia ini dapat digunakan sebagai nematosida dan insektisida.

97. Trikloronat

Triklononat merupakan bahan kimia yang berwujud cairan tidak berwarna dan memiliki aroma harum. Bahan kimia ini digunakan untuk insektisida untuk melawan populasi serangga yang terjadi pada saat iklim panas.

98. Triamifos

Triamifos merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai insektisida untuk pengawet kayu, fungisida untuk industri, pertanian, dan bakterisida.

99. Tionil Klorida

Tionil klorida merupakan bahan kimia berupa gas yang tidak memiliki warna dan berbau manis yang lembut dalam suhu ruangan. Bahan ini biasa digunakan dalam pembuatan kopolimer vinil klorida.

100. Vinil Klorida

Vinil klorida merupakan gas tidak berwarna yang memiliki aroma manis yang lembut dalam suhu kamar. Kegunaan vinil klorida sama dengan tionil klorida yaitu sebagai pembuatan kopolimer vinil klorida.

The post 100 Bahan Kimia Berbahaya Wajib Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kimia Organik: Pengertian, Klasifikasi dan Perannya https://haloedukasi.com/kimia-organik Mon, 13 Mar 2023 10:06:59 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41959 Apa itu kimia organik Kimia organik merupakan salah satu bidang dalam kimia yang mempelajari tentang struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik yang mengandung atom karbon. Senyawa organik yang dipelajari tidak hanya senyawa hidrokarbon melainkan senyawa yang mengandung unsur lain seperti hidrogen, nitrogen, oksigen, halogen fosfor, silicon dan sulfur. Ruang lingkup dalam kimia organik mencapai […]

The post Kimia Organik: Pengertian, Klasifikasi dan Perannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu kimia organik

Kimia organik merupakan salah satu bidang dalam kimia yang mempelajari tentang struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik yang mengandung atom karbon.

Senyawa organik yang dipelajari tidak hanya senyawa hidrokarbon melainkan senyawa yang mengandung unsur lain seperti hidrogen, nitrogen, oksigen, halogen fosfor, silicon dan sulfur. Ruang lingkup dalam kimia organik mencapai seluruh materi kehidupan dan tidak terbatas pada proses metabolisme yang dihasilkan makhluk hidup.

Perbedaan kimia organik dan anorganik

Dalam kimia terdapat dua penyusun senyawa yang terdapat dalam kehidupan manusia dan bumi. Penyusun senyawa tersebut dikenal dengan senyawa organik dan anorganik.

Secara garis besar senyawa organik merupakan senyawa yang berperan sebagai unsur penyusun utama dalam makhluk hidup sedangkan senyawa anorganik merupakan senyawa yang terdapat di seluruh semesta alam. Senyawa anorganik cenderung berada diluar tubuh makhluk hidup umumnya ditemukan pada bahan mineral. Lebih lanjutnya berikut perbedaan senyawa organik dan anorganik

Senyawa organik

  1. Berasal dari makhluk hidup
  2. Strukturnya lebih rumit
  3. Membentuk ikatan kovalen
  4. Mudah terbakar
  5. Terdapat dalam fasa padat, cair dan gas
  6. Lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar
  7. Titik didih dan titik lebur rendah
  8. Reaksi berlangsung lambat
  9. Memiliki berat molekul besar
  10. Umumnya bersifat non elektrolit

Senyawa anorganik

  1. Berasal dari kehidupan sekitar
  2. Strukturnya lebih sederhana
  3. Umumnya membentuk ikatan ion
  4. Tidak mudah terbakar
  5. Umumnya berbentuk padat
  6. Leboh mudah larut dalam pelarut polar
  7. Titik didih dan titik lebur tinggi
  8. Reaksi berlangsung lambat
  9. Memiliki berat molekul kecil
  10. Umumnya bersifat elektrolit

Sejarah kimia kimia organik

Sejarah kimia organik dimulai pada pertengahan tahun 1700 dimana awalnya kimia organic dikenal sebagai ilmu kimia yang mempelajari benda hidup. Senyawa yang diperoleh dari makhluk hidup yaitu manusia, hewan dan tumbuhan sangat mudah terurai dibandingkan dengan senyawa yang diperoleh dari bahan mineral.

Hal ini yang menyebabkan seorang ahli kimia Torbern Bergman pada tahun 1770 menjelaskan sebagai perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. Selanjutnya pada tahun 1780 ilmuwan bernama Karl Wilhelm Scheele mendefinisikan senyawa organik sebagai senyawa yang dihasilkan dari makhluk hidup dan senyawa anorganik didefinisikan sebagai senyawa yang tidak dihasilkan dari makhluk hidup.

Kemudian pada tahun 1807 seorang ahli kimia yaitu Jons Jacob Berzelius menjelaskan teori yang mengatakan bahwa senyawa organik hanya diperoleh dari makhluk hidup karena keberadaan nyawa pada makhluk hidup tersebut dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Teori ini dikenal dengan vital force theory atau vis vitalism theory.

Pada tahun 1828 kimia organik secara umum disetujui berdasarkan pada seorang ilmuwan bernama Friedrich Wohler yang merupakan murid dari Berzelius berhasil mensitesis Urea dari senyawa anorganik Ammonium Isosianat. Ia mereaksikan Perak Isosianat dengan Ammonium Klorida membentuk Ammonium Isosianat. Semenjak saat itu teori vis vitalis perlahan menghilang dan banyak para ilmuwan yang mencoba mensintesis senyawa anorganik.

Kemudian August Kekule memperbarui definisi senyawa organik dan anorganik yang dikenal dengan modern definition of organic compound. Teori yang dikemukakan yaitu senyawa organik tersusun atas rantai karbon sedangkan senyawa anorganik merupakan senyawa yang tidak tersusun atas rantai karbon.

Klasifikasi kimia organik

Karena terdapat banyak sekali senyawa organik maka untuk mempermudah pembelajaran senyawa organik diklasifikasikan kedalam berbagai kelompok. Berikut klafisikasi senyawa organik

  • Senyawa siklik

Senyawa siklik merupakan senyawa yang mempunyai satu atau lebih rantai karbon tertutup.

  • Senyawa alifatik

Senyawa alifatik merupakan senyawa yang mempunyai rantai terbuka dari atom karbon. Rantai tersebut dapat berupa rantai lurus atau bercabang. Alifatik sendiri berasl dari Bahasa Yunani yaitu aleiphar yang berarti lemak, sebagaimana senyawa ini diperoleh dari lemak nabati atau hewani

  • Senyawa homosiklik

Senyawa homosiklik merupakan senyawa dimana cincin hanya terdiri dari atom karbon. Senyawa homosiklik dibagi menjadi dua yaitu senyawa alisiklik dan senyawa aromatik.

Senyawa alisiklik terdiri dari sebuah cincin beranggota tiga atau lebih atom karbon menyerupai senyawa alifatik sedangkan senyawa aromatik adalah senyawa yang mengandung cincin benzena atau sebuah cincin dari enam atom karbon dengan ikatan ganda dan tunggal yang berselang seling

  • Senyawa heterosiklik

Senyawa heterosiklik merupakan senyawa yang selain cincin atomnya tersusun oleh atom C (karbon ) juga tersusun oleh atom lain. Senyawa heterosiklik selanjutnya diklasifikasikan sebagai monosiklik, bisiklik dan trisiklik tergantung pada jumlah atom penyusun cincin.

Peran kimia organik dalam kehidupan

Ada banyak sekali peran kimia organik salah satunya sebagai penyumbang dalam pengembangan elektronik, konvesi energi. Selain itu terdapat perannya dalam kehidupan ssehari hari diantaranya adalah sebagai berikut

  1. Makanan (pati, gula, lemak, protein, vitamin)
  2. Bahan bakar (kayu, batubara, bensin)
  3. Tekstil (kapas, wol, sutra, linen)
  4. Rumah tangga (kertas, sabun, kosmetik)
  5. Parfum (vanili, kamper)
  6. Bahan peledak (nitrogliserin, dinamit, tnt)
  7. Pewarna (indigo, congo red, malachite green)

Selain itu kimia organik juga sangat berperan dalam bidang farmasi yang berhubungan dengan obat – obatan, meliputi cara analisis, aktifitas biologis, metabolisme, sintesis dan pengembangan senyawa obat baru.

The post Kimia Organik: Pengertian, Klasifikasi dan Perannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>