krisis ekonomi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/krisis-ekonomi Fri, 27 May 2022 01:35:59 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico krisis ekonomi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/krisis-ekonomi 32 32 Krisis Ekonomi 2008: Kondisi Hingga Dampaknya https://haloedukasi.com/krisis-ekonomi-2008 Fri, 27 May 2022 01:35:57 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34894 Setelah mengalami krisis ekonomi terburuk pada periode 1997 – 1998, pemerintah Indonesia butuh sekitar enam tahun untuk memulihkan kondisi perekonomian tersebut. Selama waktu itu, Indonesia dapat dikatakan negara tertinggal dibandingkan dengan negara lain yang mengalami krisis serupa. Banyak dari negara tersebut umumnya hanya memerlukan dua tahun untuk memulihkan kembali kondisi ekonomi negaranya. Salah satu penyebab […]

The post Krisis Ekonomi 2008: Kondisi Hingga Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah mengalami krisis ekonomi terburuk pada periode 1997 – 1998, pemerintah Indonesia butuh sekitar enam tahun untuk memulihkan kondisi perekonomian tersebut. Selama waktu itu, Indonesia dapat dikatakan negara tertinggal dibandingkan dengan negara lain yang mengalami krisis serupa.

Banyak dari negara tersebut umumnya hanya memerlukan dua tahun untuk memulihkan kembali kondisi ekonomi negaranya. Salah satu penyebab mengapa waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk Indonesia adalah kondisi politik yang juga buruk. Hingga akhirnya tahun 2004, perekonomian Indonesia berhasil pulih dengan pertumbuhannya meningkat 5%.

Kondisi Ekonomi Indonesia Sebelum Krisis Ekonomi 2008

Setelah berhasil memulih, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara perlahan merayap naik. Tren terhadap harga komoditas ternyata ikut mendorong perekonomian Indonesia. Bahkan harga komoditas ekspor utama dari Indonesia pun ikut terbawa seperti minyak sawit, tembaga, batu bara, dan karet.

Dari situlah, kemudian neraca perdagangan Indonesia ikut mengalami surplus. Di waktu yang sama, harga minyak mentah dunia juga ikut dalam tren tersebut. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA) mencatat bahwa pada tahun 1990an harga minyak WTI masih dalam kisaran USD20 per barelnya. Kemudian pada tahun 2003, harga minyak meningkat menjadi USD31 per barelnya.

Pada tahun 2005, harga minyak meningkat hingga USD57 per barel, kemudian meningkat lagi menjadi USD66per barelnya pada tahun 2006. Setahun kemudian, harga minyak sudah berada di angka USD85 per barel.

Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan permintaan karena laju pertumbuhan ekonomi yang kuat. Kenaikan harga minyak mentah dunia ini tentunya akan meningkatkan subsidi BBM. Tercatat sekitar 20% dari belanja APBN dihabiskan hanya untuk subsidi BBM. Namun sebagian besar subsidi BBM tersebut terbilang tidak tepat sasaran.

Sehingga Pemerintahan Presiden SBY mengambil keputusan untuk menaikkan harga BBM sebanyak dua kali yaitu Maret dan Oktober tahun 2005. Keputusan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada APBN.

Tercatat harga bensin berjenis premium mengalami kenaikan hingga 33% dan solar 27% pada bulan Maret. Sedangkan di bulan Oktober, kenaikannya menjadi lebih besar hingga 88% untkuk semua premium dan 105% untuk bensin jenis solar.

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Krisis Terjadi

Tanda-tanda krisis ekonomi ini mulai timbul pada Agustus 2007 ketika BNP Paribas yang membekukan pendanaannya.  Berdasarkan pernyataan The Guardian, kala itu keadaan BNP Paribas mengindikasikan mereka tidak mempunyai cara untuk menilai semua aset secara komplek atau dikenal dengan CDOs atau collateralized debt obligations.

Kemudian, satu persatu dari perbankan yang memiliki eksposur subprime mortgage terungkap sedang mengalami kesulitan ekonomi. Hal ini diperparah dengan Lehman Brothers yang mendaftarkan kebangkrutannya di mana menyusul kegagalan di pasar subprime mortgage pada 15 September 2008. Diketahui, kerugian yang dialami oleh Lehman mencapai 60 miliar dolar AS yang diakibatkan dari eksposur di pasar subprime mortgage.

Dari sinilah akhirnya pasar finansial di seluruh dunia langsung dilanda oleh kepanikan. Salah satunya berdampak kepada Indonesia. Krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008 adalah krisis terburuk sejak Depresi Besar.

Pasalnya, pasar saham Amerika Serikat mengalami anjlok alias menurun drastic dengan nilai pasar yang tersapu akibat krisis yang mencapai 8 triliun dolar AS selama periode 2007 hingga 2009. Berdasarkan data Washington Post, krisis 2008 ini juga mengakibatkan banyak pengangguran dengan angka melonjak hingga 10% pada Oktober 2009.

Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Perekonomian Indonesia

Adapun dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008 terhadap perekonomian Indonesia antara lain:

Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Dana-dana yang ditanam oleh para investor kemudian ditarik keluar sehingga menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam. Selain itu, BEI juga perlu mensuspensi perdagangan pada 9-10 Oktober 2008.

Suspense perdagangan ini bertujuan untuk memberikan jeda kepada para investor supaya dapat berpikir rasional di tengah-tengah gejolak pasar keuangan. Pada awal tahun, IHSG sebetulnya masih dalam kondisi kuat bahkan berada di level 2.380 yakni tertinggi semenjak BEI tersebut beroperasi. Namun di semester II, IHSG mulai mengalami tekanan sampai puncaknya ketika krisis Lehman Brothers itu terungkap.

Pasar Obligasi yang Anjlok

Selain IHSG, pasar obligasi Indonesia juga mengalami tekanan akibat krisis ekonomi tersebut. sebetulnya, kinerja pasar obligasi pernah membaik ketika semester I. akan tetapi memasuki semester II, pasar obligasi melemah dan anjlok pada Oktober 2008.

Ketika itu, harga rata-rata obligasi negara tercatat mencapai 27,4%. Berdasarkan data Bank Indonesia, hutang surat utang Indonesia juga merosot tajam namun imbal hasil melonjak tajam dari awalnya 10% menjadi 17%.

Kondisi Bank Swasta Diambang Kebangkrutan

Berbeda dengan bank-bank dari BUMN yang dapat dikatakan cukup berutung karena dapat memperoleh injeksi dari pemerintah ketika krisis terjadi. Tercatat pada Oktober 2008, pemerintah telah menginjeksikan sekitar Rp15 triliun ke tiga bank BUMN.

Namun hal ini berbeda dengan bank-bank swasta menengah dan kecil dengan likuiditas terbatas. Sehingga mereka yang biasanya mengandalkan pinjaman di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), mereka harus mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari PUAB tersebut. Kebanyakan bank besar lebih memilih untuk menjaga likuiditasnya dibandingkan memberikan pinjaman uang kepada bank swasta di PUAB.

Tidak Diberlakukan Penjaminan Penuh

Kondisi perekonomian ini menjadi semakin runyam saat tidak diberlakukannya penjaminan dana nasabah secara penuh. Pemerintah hanyalah menaikkan penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan dari simpanan dengan limit maksimal Rp100juta menjadi Rp2 miliar.

Sehingga perbankan nasional perlu mengatasi secara ektra terkait goyahnya deposan khususnya simpanan nasabah yang berada di atas Rp2 miliar. Perbankan nasional mulai memindahkan simpanannya ke Singapura dan beberapa negara lainnya yang menerapkan penjaminan penuh. Ketika krisis finansial muncul, beberapa negara asing seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan dan Australia kemudian menerapkan kebijakan penjaminan dana secara penuh.

Bank Century Mengalami Kesulitan Likuiditas

Selain itu, krisis ekonomi tahun 2008 ini juga berdampak pada Bank Century yang telah berganti menjadi Bank Mutiara dan berubah lagi menjadi Bank J Trust Indonesia. Bank ini merupakan hasil gabungan dari tiga bank yang ada pada tahun 2004 yaitu Bank CIC, Bank Danpac dan juga Bank Pikko.

Saat krisis terjadi, bank ini mengalami kesulitan lukiditas di mana tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan atau utang dalam jangka waktu pendek. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut tidak dapat mengubah asetnya menjadi uang tunai.

Akan tetapi, krisis ekonomi bukanlah satu-satunya faktor kebangkrutan bank tersebut, namun juga disebabkan oleh kesalahan pengelolaan bank oleh pemilik lamanya. Akhirnya untuk menyelamatkan Bank Century ini, Pemerintah memutuskan untuk memberikan bailout sebesar Rp6,7 triliun kepada bank tersebut.

Nyatanya, keputusan pemerintah untuk memberikan bailout itu menuai kesan pro dan kontra di kalangan masyarakat dan perbankan. Bahkan DPR sempat menggunakan Hak Angket untuk mempertanyakan keputusan bailout Bank Century tersebut.

The post Krisis Ekonomi 2008: Kondisi Hingga Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
6 Krisis Ekonomi Terparah di Dunia yang Wajib diketahui https://haloedukasi.com/krisis-ekonomi-terparah-di-dunia Thu, 19 May 2022 01:30:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34701 Perekonomian memang sangat penting dalam menjaga stabilitas suatu negara. Sehingga apabila perekonomian di suatu negara itu runtuh, maka bisa berpengaruh pada situasi politik hingga keamanan negara tersebut. Oleh sebab itu, sudah tak heran lagi jika seluruh negara di dunia ini sangat menjaga kondisi stabilitas perekonomiannya. Hal itu dilakukan dengan berbagai cara baik itu segi moneter […]

The post 6 Krisis Ekonomi Terparah di Dunia yang Wajib diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perekonomian memang sangat penting dalam menjaga stabilitas suatu negara. Sehingga apabila perekonomian di suatu negara itu runtuh, maka bisa berpengaruh pada situasi politik hingga keamanan negara tersebut.

Oleh sebab itu, sudah tak heran lagi jika seluruh negara di dunia ini sangat menjaga kondisi stabilitas perekonomiannya. Hal itu dilakukan dengan berbagai cara baik itu segi moneter ataupun fiskal.

Meskipun demikian, sejarah telah mencatat ada beberapa kejadian krisis ekonomi yang paling parah di mana sangat dirasakan oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia. Penasaran krisis ekonomi apa saja? Berikut ini enam krisis ekonomi terparah di dunia.

1. Krisis Kredit 1771

Krisis Kredit 1771 ini pertama kali dimulai di London, Inggris, yang kemudian menyebar dengan cepat hingga ke seluruh Eropa. Beberapa tahun sebelumnya yakni pada tahun 1760an, Kerajaan Inggris sudah mengumpulkan kekayaan yang sangat banyak lewat kepemilikian dan perdagangan kolonialnya.

Inilah yang kemudian menimbulkan rasa optimisme yang berlebihan oleh para investor dan masa pertumbuhan kredit yang cukup cepat oleh banyak bank di Inggris. Akan tetapi, ternyata rasa optimisme tersebut berakhir setelah Alexander Fordyce yakni salah satu mitra perbankan perumahan yang terdiri dari Neal, James, Fordyce dan Down kabur ke Prancis untuk menghindari segala utangnya.

Akhirnya informasi terkait kaburnya orang-orang tersebut dengan cepat menyebar di negara tersebut dan memicu timbulnya kekacauan di sektor perbankan. Para kreditor yang menanamkan modalnya pun bersama-sama menarik tunai di bank-bank Inggris.

Tidak berhenti di situ, krisis tersebut juga menyebar dengan cepat ke beberapa negara tetangga seperti Belanda, Skotlandia dan beberapa negara lain di Eropa dan negara koloni Inggris-Amerika. Berdasarkan pendapat para pakar sejarah, dampak dari krisis ekonomi ini salah satunya yaitu menimbulkan protes Tea Party Boston dan Revolusi Amerika.

2. Great Depression atau Krisis Malaise (1929-1939)

Krisis ekonomi terparah di dunia selanjutnya adalah Great Depression atau lebih dikenal dengan Masa Depresi Hebat atau Krisis Malaise. Krisis ini merupakan krisis keuangan dan ekonomi yang paling buruk pada abad ke-20.

Banyak yang percaya, krisis ini disebabkan oleh kehancuran Wall Street pada tahun 1929. Kemudian lebih diperburuk oleh keputusan kebijakan yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat. Bukan krisis yang sebentar, akan tetapi Great Depression ini terjadi selama 10 tahun yang mengakibatkan hilangnya pendapatan negara secara besar-besaran.

Selain itu, krisis ini juga mengakibatkan tingkat pengangguran melonjak tinggi dan produksi terhenti di beberapa kawasan khususnya di negara yang bergerak pada sektor industri. Bahkan di Amerikat Serikat sendiri, angka pengangguran telah mencapai 25% pada puncak krisis yang terjadi di tahun 1933.

Dengan kata lain, setidaknya ada sekitar lima belas juta penduduk yang kala itu menjadi pengangguran. Setengah dari seluruh bank di Amerika Serikat pun bangkrut.

3. Krisis Minyak OPEC 1973

Krisis selanjutnya adalah krisis minyak OPEC yang terjadi pada tahun 1973. Krisis minyak ini diawali saat negara-negara anggota dari OPEC atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak yang memutuskan untuk membalas Amerika Serikat. Pembalasan tersebut ditujukan karena AS mengirim senjata ke Israel selama terjadinya Perang Arab dan Israel Keempat.

Ketika itu, negara-negara anggota OPEC telah menyatakan bahwa mereka melarang adanya perdagangan minyak. Hal ini dilakukan dengan mereka secara mendadak menghentikan kegiatan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan para sekutunya.

Inilah yang kemudian menyebabkan negara tersebut kekurangan minyak dalam jumlah besar. Bahkan harga minyak saat itu melonjak parah. Untuk menangani krisis minyak ini, akhirnya dibutuhkan waktu beberapa tahun lamanya sampai produksi dan harga minyak tersebut kembali pulih.

4. Krisis Asia 1997

Krisis ekonomi paling parah yang pernah terjadi di dunia selanjutnya yaitu Krisis Asia pada tahun 1997.  Mungkin banyak dari kamu yang sudah tak asing mendengar Krisis Moneter 1998. Krisis tersebut ternyata akibat dari Krisis Asia 1997 ini.

Krisis ini dimulai dengan adanya kebijakan The Federal atau Bank Setral Amerika Serikat yang bertujuan untuk menaikkan suku bunga dalam melawan inflasi. Kenaikan suku bunga tersebut menimbulkan banyak sekali investasi luar negeri yang masuk ke AS. Bahkan dolar AS pun mengalami apresiasi atau dikenal dengan penguatan mata uang.

Akan tetapi, justru membuat negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara kewalahan dalam menyesuaikan kebijakan perdagangan internasional. Sehingga ada banyak mata uang negara-negara di Asia yang melemah terhadap dolar AS, termasuk mata uang kita yakni rupiah.

Sebelum krisis terjadi, mulanya pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara ini cukup tinggi. Hal ini seperti negara Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya yang akhirnya harus mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) negara mereka. bahkan inflasi melonjak tinggi dan tingkat penangguran meningkat serta kemiskinan yang tidak bisa dihindari.

5. Krisi Global 2008

Krisis ini menjadi salah satu krisis ekonomi terparah yang terjadi pada abad ke-21. Krisi Global 2008 bermula dari adanya pembengkakan harga properti di Amerika Serikat yang kemudian menyebabkan bangkrutnya salah satu perusahaan investasi paling besar di dunia saat itu yang bernama Lehman Brothers.

Selain perusahaan tersebut, krisis ini lebih diperparah dengan jatuhnya pasar saham yang ada di The Wall Street. Pada Oktober 2008, intensitas krisis yang sudah menyebar ke seluruh dunia ini semakin meningkat akibat jatuhnya Lehman Brothers.

Bahkan tidak satu atau dua negara saja, melainkan ada banyak sekali negara yang terdampak akibat Krisis Global 2008. Dan negara yang paling terdampak yaitu Ukraina, Argentina dan Hungaria.

Untuk mengatasi masalah krisis tersebut, dibutuhkan waktu hampir satu dekade. Ini yang membuat selama prosesnya sudah membuat jutaan orang telah kehilangan pekerjaannya. Tidak hanya itu, pemulihan krisis global 2008 juga telah menghabiskan anggaran yang sangat banyak.

6. Krisis Ekonomi Covid-19

Hingga saat ini, pandemi Covid-19 masih belum berakhir di hampir seluruh negara di dunia. Kejadian ini tentunya tidak hanya berdampak bagi perekonomian Indonesia, melainkan perekonomian global. Inilah yang akhirnya menjadikan Krisis Ekonomi akibat Covid-19 menjadi salah satu krisis ekonomi terparah di dunia.

Seperti yang kita ketahui, untuk memutuskan tali penyebaran pandemi Covid-19 maka diberlakukan sebuah kebijakan ketat yang dikenal dengan lockdown. Kebijakan lockdown atau karantina wilayah tentunya membuat banyak bisnis yang harus berhenti. Sehingga perusahaan banyak memberlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran.

Selain itu, kemiskinan yang terjadi pun tak dapat dihentikan. Terlebih lagi, ada kebutuhan untuk memenuhi bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah di mana memerlukan dana yang sangat besar bagi setiap negaranya.

Dari sini, International Monetary Fund (IMF) dan juga Bank Dunia menyebutkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi akibat Covid-19 menjadi krisis terburuk setelah Perang Dunia II.

The post 6 Krisis Ekonomi Terparah di Dunia yang Wajib diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Krisis Ekonomi 2018: Kondisi dan Perbedaannya dengan Krisis Ekonomi 1998 https://haloedukasi.com/krisis-ekonomi-2018 Thu, 19 May 2022 01:29:09 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34702 Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang cukup parah pada tahun 1998 silam yang mengakibatkan kemunduran jabatan presiden kala itu yakni Soeharto. Nyatanya, krisis ekonomi tersebut terjadi kembali di tahun 2008. Dari krisis ekonomi yang terjadi selang sepuluh tahun itu membuat para ekonom memprediksi nasib ekonomi Indonesia di masa depan. Frederico Gil Sander yakni seorang Ekonom […]

The post Krisis Ekonomi 2018: Kondisi dan Perbedaannya dengan Krisis Ekonomi 1998 appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang cukup parah pada tahun 1998 silam yang mengakibatkan kemunduran jabatan presiden kala itu yakni Soeharto. Nyatanya, krisis ekonomi tersebut terjadi kembali di tahun 2008.

Dari krisis ekonomi yang terjadi selang sepuluh tahun itu membuat para ekonom memprediksi nasib ekonomi Indonesia di masa depan. Frederico Gil Sander yakni seorang Ekonom Bank Dunia asal Brasil mengaku bahwa dirinya tidak percaya pada siklus krisis ekonomi Indonesia setiap 10 tahunnya. Inilah yang kemudian diperkirakan akan menerpa Indonesia kembali di tahun 2018.

Ia juga mengatakan Indonesia telah banyak belajar dari beberapa krisis yang terjadi sebelumnya yakni pada tahun 1998 dan 2008 untuk menghadapi segala bentuk risiko. Sehingga sudah memiliki persiapan yang cukup matang terutama setelah tahun 2013.

Penyebab Krisis Ekonomi

Seperti yang kita ketahui, krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 silam dikarenakan nilai tukar mata uang khususnya di negara-negara Asia yang kala itu tidak fleksibel. Selain itu, tidak terdapat sinkronisasi terhadap kurs dan capital inflow.

Terlebih lagi, setahun sebelumnya ada krisis global di Asia. Sehingga, Indonesia kala itu mengalami dampaknya di mana nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Sedangkan pada tahun 2008, krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia lebih disebabkan oleh salah satunya adalah akumulasi dari risiko perkembangan teknologi. Selain itu, krisis ekonomi 2008 juga disebabkan oleh krisis properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat. Untuk krisis ekonomi pada tahun 2018 lebih disebabkan karena utang negara yang berlimpah.

Kondisi Ekonomi Indonesia pada Tahun 2018

Lima tahun sebelumnya yakni pada 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Ketika itu, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga Rp10.732. jika dalam persen, Indonesia terdepresiasi sekitar 9,47 persen sejak awal tahun tersebut.

Tidak hanya itu, cadangan devisa Indonesia juga terkuras. Tercatat dari bulan Januari sampai Juli 2013, Indonesia mengalami penurunan cadangan devisi dari yang awalnya USD 11,8 miliar menjadi USD 92,7 miliar.

Bahkan Indonesia perlu berkaca pada krisis utang yang terjadi di beberapa negara di Eropa seperti Yunani pada tahun 2011. Sebagaimana dikatakan oleh Envy Sri Hartati selaku Direktur Institute of Development of Economics and Finance (INDEF) bahwa ada kemiripan antara ekonomi Indonesia dengan Yunani.

Pada tahun 2017, tercatat utang negara sebesar Rp7.000 triliun yang terdiri dari utang pemerintah dan utang perusahaan swasta. Utang pemerintah merupakan utang yang masuk untuk menambal minusnya anggaran negara, sementara utang swasta merupakan utang yang dilakukan oleh pihak swasta domestic ataupun BUMN.

Utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara senilai Rp3.128 triliun, utang luar negeri senilai Rp2.389 triliun dan juga utang luar negeri swasta senilai Rp2.322 triliun. Bahkan berdasarkan penelitian oleh peneliti INDEF menyebutkan sebenarnya total utang negara Indonesia sudah mencapai lebih dari Rp7.000 triliun. Ia juga menambahkan Kementerian Keuangan dalam APBN 2018 menyatakan total utang tersebut mencapai Rp4.772 triliun.

Utang tersebut menunjukkan adanya cash flow pemerintah di mana justru semakin membuat tekor pemerintah saat menambah utang. Sehingga untuk membayar bunga dan cicilan utang terus ditopang dengan utang baru.

Perbedaan Krisis Ekonomi 2018 dengan Krisis 1998

Adapun perbedaan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2018 dan 1998 dapat dilihat dari beberapa aspek, sebagai berikut:

Pengelolaan Utang Negara

Jika dibandingkan dengan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, krisis yang terjadi di tahun 2018 sangat berbeda. Pada krisis 1998 dimulai oleh kriris mata uang Thailand yang diperburuk oleh pengelolaan utang luar negeri swasta yang kurang hati-hati. Sehingga sebagian utang itu tidak memperoleh lindung nilai.

Tidak hanya itu, adanya penggunaan utang jangka pendek untuk pembiayaan usaha jangka panjang serta utang luar negeri yang dipakai untuk pembiayaan usaha domestic juga ikut memperburuk keadaan ekonomi saat itu. hal ini berbeda dengan yang terjadi pada 2018, pengelolaan untuk utang luar negeri swatsa cenderung lebih berhati-hati.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga telah mengharuskan adanya transaksi lindung nilai bagi korporasi dalam rangka mengelola risiko nilai tukar rupiah.

Kondisi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS

Dilasir dari Kompas.com, pada periode 1997 hingga 1998, kondisi nilai tukar rupiah sangat terdepresiasi. Tercatat pada September 2017, nilai tukar rupiah berada di angka Rp3.030 per dolar AS di mana mengalami depresiasi sampai 254%. Sedangkan pada September 1998, berubah menjadi Rp10.725 per dolar AS.

Sedangkan pada September 2017, nilai tukar rupiah telah mencapai pada angka Rp13.34 per dolar AS di mana hanya mengalami depresiasi sekitar 11% saja. sedangkan pada September 2018, nilai angka tersebut berubah menjadi Rp14.815 per dolar AS.

Cadangan Devisa

Jika kita lihat dari sisi cadangan devisa, ekonomi Indonesia juga lebih buruk pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 2018. Cadangan devisa juga menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tercatat cadangan devisa Indonesia pada tahun 1998 senilai USD23,61 milliar. Sementara pada tahun 2008, ini mulai membaik di mana mencapai USD118,3 miliar.

Surat Utang Pemerintah dan Net Capital Inflow

Adapun aspek pembeda lainnya antara ekonomi tahun 2018 dengan 1998 yaitu pada peringkat surat utang pemerintah. Jika balik ke masa 20 tahun yang lalu, surat utang pemerintah berada pada peringkat junk.

Junk ini berarti di bawah layak investasi (tidak layak investasi) dan kualitasnya pun jelek. Sedangkan pada tahun 2018, surat utang pemerintah berada di posisi BBB dengan outlook yang stabil atau layak untuk dijadikan investasi.

Selain Surat Utang Pemerintah, kita juga dapat melihat dari sisi net capital inflow secara kuartalan. Pada tahun 1998, Indonesia memiliki net capital inflow yang terjadi di kuartal II berada di angka minus USD2,470 miliar.

Hal ini berbanding jauh dengan tahun 2018. Pada tahun tersebut, net capital inflow Indonesia jauh lebih baik dengan angka USD4,015 miliar pada kuartal II.

Pertumbuhan Ekonomi

Beralih ke aspek selanjutnya yaitu dari sisi pertumbuhan ekonominya. Pada kuartal II tahun 2018 tercatat jauh lebih baik daripada kuartal II tahun 1998. Di tahun 20 yang lalu, pertumbuhan ekonomi pada angka minus 13,34 persen daripada kuatal II tahun 1997 atau secara year on year (yoy).

Sedangkan pada kuartal II tahun 2018, pertumbuhan ekonomi mulai membaik di mana mencapai 5,27 persen. Selain itu ada pula faktor lainnya yaitu inflasi.

Pada tahun Agustus 1998, inflasi di Indonesia melonjak tinggi di mana mencapai 78,2 persen yoy. Sementara inflasi yang terjadi pada Agustus 2018, hanya sekitar 3,2 persen yoy.

Bahkan angka kemiskinan juga menjadi faktor pembeda krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dengan tahun 2018. Pada tahun 1998, paling tidak sekitar 24,2 persen atau hampir 50 juta orang penduduk miskin. Sementara pada tahun 2018, angka kemiskinan menurun menjadi 9,82 persen atau sekitar 25,9 juta penduduk.

The post Krisis Ekonomi 2018: Kondisi dan Perbedaannya dengan Krisis Ekonomi 1998 appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Krisis Ekonomi 1998: Penyebab – Kondisi dan Dampaknya https://haloedukasi.com/krisis-ekonomi-1998 Thu, 19 May 2022 01:25:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34703 Tahun 1998 dapat dikatakan sebagai masa kelam bagi perekonomian bangsa Indonesia. Padahal dua tahun sebelumnya yakni pada 1996, kondisi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik-baik saja. bahkan hampir seluruh indikator kemakmuran terpenuhi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi yang terkendali, kegiatan ekspor yang tumbuh pesat, dan banyak lagi. Mungkin banyak dari kalian yang sudah tahu tentang Krisis […]

The post Krisis Ekonomi 1998: Penyebab – Kondisi dan Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Tahun 1998 dapat dikatakan sebagai masa kelam bagi perekonomian bangsa Indonesia. Padahal dua tahun sebelumnya yakni pada 1996, kondisi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik-baik saja. bahkan hampir seluruh indikator kemakmuran terpenuhi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi yang terkendali, kegiatan ekspor yang tumbuh pesat, dan banyak lagi.

Mungkin banyak dari kalian yang sudah tahu tentang Krisis Moneter 1998. Yap, itu merupakan sebutan untuk krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Lantas, seberapa buruk-kah kondisi ekonomi saat itu? berikut ini penjelasan lengkap mengenai kondisi ekonomi tahun 1998, penyebab hingga dampaknya.

Penyebab Krisis Ekonomi Tahun 1998

Dari kondisi ekonomi Indonesia di atas, dapat kita temukan beberapa penyebab terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 sebagai berikut:

  • Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS sehingga membuat harganya sangat tinggi.
  • Pengaruh dari jatuhnya mata uang Thailand yang menyebabkan Krisis Asia 1998 dan berdampak pada perekonomian Indonesia.
  • Sistem devisa cukup bebas, namun tidak ada pengawasan yang memadai. Sehingga nilai rupiah menjadi konvertibel.
  • Masyarakat yang bebas dalam membuka rekening valuta asing untuk luar negeri dan dalam negeri.
  • Perusahaan atau korporasi yang tidak bisa membayar utang saat jatuh tempo bersama dengan bunganya.
  • Tata pengelolaan bank yang sangat buruk dan lemah. Sehingga berdampak pada meningkatnya utang luar negeri.
  • Situasi politik yang buruk turut menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi 1998.

Kondisi Ekonomi Indonesia Sebelum Krisis 1998

Masuk awal tahun 1997, kondisi ekonomi Indonesia masih dalam baik-baik saja. meskipun tanda-tanda gelembung ekonomi sudah mulai terendus, namun hal itu tertutupi oleh capaian angka makro ekonomi yang terbilang baik. Terlebih lagi, aliran modal yang masih mengalir deras ke Indonesia.

Selain itu, indikator makro ekonomi juga tidak menunjukkan adanya kekurangan. Hanya untuk tingkat inflasi saja yang menjadi perhatian, namun hal itu dianggap sebagai efek dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Sementara di pasar modal, Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) justru terus meningkat. Tercatat, pada akhir tahun 1995 berada di level 514, sedangkan pada juli 1997 di level 720. Bahkan tingkat kemiskinan juga turun tajam.

Akan tetapi, pada Juli 1997 juga Thailand dilanda krisis ekonomi di mana mata uang mereka tiba-tiba anjlok. Selama 25 tahun sebelumnya, Thailand telah mematok mata uangnya senilai 25 baht per dolar AS. Sebelum itu, deficit neraca berjalan Thailand terbilang meroket di mana baht dianggap sudah overvalued.

Akhirnya, pemerintahan Thailand pun mendevaluasi baht pada 2 Juli 1997 dan secara langsung menimbulkan aksi spekulasi besar-besaran. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk mempertahankan pematokan mata uang dengan melakukan intervensi membeli baht. Namun ternyata, upaya ini tak berhasil.

Pemerintah Thailand pun menurunkan pematokan mata uang dan juga mengenalkan sistem  mengambang. Akan tetapi, baht langsung anjlok terhadap mata uang dolar AS.

Krisis yang terjadi di Thailand inilah yang kemudian merembet cepat ke negara-negara Asia lainnya, salah satunya adalah Indonesia.

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Krisis Terjadi

Dampak dari krisis di Thailand, akhirnya menyebabkan nilai rupiah mengalami deperesiasi yang sangat besar pada Juli – Desember 1997. Bank Dunia telah kajian melakukan dengan judul penelitan “Indonesia in Crisis, A Macroeconomic Update” yang terbitkan pada Juli 1998.

Di dalamnya, terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pemerosotan atau depresiasi dari Juli hingga Desmber. Pada Juli 1998, nilai rupiah merosot hingga 10,7% terhadap dolar AS, pada Agustus 25,7%, September mencapai 39,8%, Oktober dan November hingga 55,6%, kemudian pada Desember melonjak tinggi sampai 109,6%.

Pelemahan rupiah terhadap dolar tersebut mulanya terjadi setelah para investor menarik dananya dari Indonesia. Kemudian kondisi ini makin diperburuk karena banyak perusahaan yang meminjam utang dalam bentuk valuta asing. Dari sinilah akhirnya utang mereka langsung membanyak.

Para korporasi pun mulai berburu dolar untuk mengantisipasi utang-utang yang sudah jatuh tempo. Hal ini dikarenakan utang yang dipinjam itu kebanyakan utang korporasi jangka pendek.

Tidak hanya itu, ketika nilai rupiah diambangkan atas dolar, perburan terhadap dolar AS pun semakin banyak. Dengan arti lain, pasokan dolar AS saat itu menipis, sedangkan permintaan terhadap dolar melonjak tinggi.

Berdasarkan laporan Bank Duna, kondisi tersebut semakin buruk ketika APBN yang diajukan oleh pemerintah pada 6 Januari 1998 direspon nnegatif oleh pihak pasar. Hal ini dianggap terlalu optimistis dan tidak kredibel.

Sehingga selama tiga pekan di awal Januari tersebut, nilai rupiah mengalami depresiasi dari Rp4.850 menjadi Rp13.600 per dolar AS. Bahkan sempat mencapai Rp17.000 per dolar AS. Krisis finansial itu pun diperburuk juga oleh kondisi politik yang semakin buruk di mana menyebabkan di beberapa wilayah mengalami kerusuhan dan berujung pada turunnya Presiden Soeharto pada Mei 1998.

Dampak Krisis Ekonomi Tahun 1998

Selain nilai tukar yang melemah, terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 tentunya membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia khususnya. Adapun beberapa dampak terjadinya krisis ekonomi 1998 antara lain:

  • Harga bahan pokok naik
    Nilai tukar rupiah yang melemah itu mengakibatkan harga bahan pokok menjadi naik. Akhirnya menyebabkan beberapa barang sulit ditemukan sampai harganya melambung tinggi. Sehingga masyarakat kehilangan daya beli terhadap kebutuhan pokok. Bahkan banyak pula masyarakat yang protes akibt kenaikan harga tersebut.
  • Perusahaan mengalami kebangkrutan
    Dampak selanjutnya yaitu mengakibatkan banyak perusahaan yang bangkrut. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan tidak dapat membayar utang dan menggunakan bahan baku impor. Sehingga banyak dari mereka yang membutuhkan dolar Amerika Serikat untuk membeli bahan baku tersebut. Dari sini yang akhirnya membuat perusahaan mengurangi pekerjanya dan berdampak pada tingkat kemiskinan serta pengangguran menjadi tinggi.
  • Banyak bank yang mengalami kredit macet
    Selain bahan pokok dan perusahaan bangkrut, banyak pula bank-bank di Indonesia yang mengalami kredit macet yang disebabkan oleh melemahnya nilai rupiah. Kredit ini juga berdampak pada kegagalan bisnis dan utang. Oleh sebab itu, untuk menyelematkannya pemerintah menggabungkan beberapa bank. Pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang ditujukan untuk mengawasi bank-bank yang bermasalah.
  • Demo besar-besaran
    Adapun dampak dari krisis ekonomi 1998 lainnya yaitu terjadi demo besar-besaran dari seluruh mahasiswa di Indonesia. Bahkan demo itu sampai terjadi bentrokan. Aksi demonstrasi ini bertujuan untuk menuntuk Presiden Soeharto agar mengundurkan diri dari jabatannya. Akhirnya, Presiden Soeharto secara resmi mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Kemudian jabatannya digantikan oleh B.J. Habibie.
  • Hilangnya kepercayaan investor negara asing kepada Indonesia
    Krisis ekonomi ini tentunya berdampak pula kepada investor asing yang kehilangan kepercayaannya untuk menanam modal di Indonesia. Mereka bisa menanamkan modalnya di Indonesia, jika nilai tukar rupiah telah sesuai dengan harga pasar. Namun ternyata menurunnya nilai mata uang rupiah membuat para investor tidak lagi percaya. Sehingga beberapa perusahaan harus gulung tikar atau bangkrut.

The post Krisis Ekonomi 1998: Penyebab – Kondisi dan Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
9 Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Beserta Penjelasannya https://haloedukasi.com/faktor-penyebab-krisis-ekonomi Wed, 26 May 2021 12:44:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=24891 Perekonomian merupakan aspek penting yang ada dalam suatu negara. Untuk bisa menjaga kestabilan dari pembangunan serta pertumbuhan suatu negara, pemerintah bisa terlebih dahulu menstabilkan keadaan ekonominya. Tentunya dengan menerapkan strategi perekonomian yang sesuai dan meminimalisir berbagai permasalahan yang nantinya muncul dan berdampak pada kondisi perekonomian. Permasalahan ekonomi yang sangat perlu untuk dicegah oleh suatu negara […]

The post 9 Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perekonomian merupakan aspek penting yang ada dalam suatu negara. Untuk bisa menjaga kestabilan dari pembangunan serta pertumbuhan suatu negara, pemerintah bisa terlebih dahulu menstabilkan keadaan ekonominya. Tentunya dengan menerapkan strategi perekonomian yang sesuai dan meminimalisir berbagai permasalahan yang nantinya muncul dan berdampak pada kondisi perekonomian.

Permasalahan ekonomi yang sangat perlu untuk dicegah oleh suatu negara adalah krisis ekonomi. Krisis ekonomi merupakan permasalahan krusial yang apabila tidak bisa diatasi dengan segera, bisa menyebabkan berbagai permasalahan lainnya.

Hal itu bisa dilihat dari tingginya angka pengangguran, jumlah angka kemiskinan, dan lain sebagainya. Untuk bisa mencegah adanya hal itu, tentunya pemerintah dan kita sebagai warga negara yang baik haruslah mengetahui apa sih faktor penyebab utama yang menyebabkan krisis ekonomi terjadi di suatu negara. Setelah itu, baru lah bisa ditentukan langkah dan strategi yang tepat untuk mengatasinya. Berikut merupakan pemaparan mendetail mengenai 9 faktor penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di suatu negara.

1. Terjadinya Hiperinflasi

Permasalahan perekonomian yang seringkali terjadi disuatu negara adalah inflasi dan deflasi. Kedua permasalahan tersebut tidak bisa dipungkiri adanya dan pasti akan selalu terjadi terhadap perekonomian negara. Inflasi merupakan suatu kondisi dimana semua harga barang atau jasa yang beredar luas di pasaran mengalami kenaikan harga.

Namun, kenaikan harga tersebut hanya berlaku dalam jangka waktu tertentu. Apabila bisa diatasi dengan segera oleh pihak pemerintah, justru akan semakin bagus dan tentunya mengurangi durasi terjadinya. Sedangkan apabila pemerintah tidak bisa mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan inflasi ini, kondisi perekonomian akan semakin memburuk dengan terjadinya hiperinflasi.

Semua harga pokok barang dan jasa yang semula masih bisa dikendalikan oleh pemerintah walaupun mengalami kenaikan, akan berkembang semakin pesat. Dan tentunya semakin tidak bisa dijangkau oleh berbagai kebijakan yang sebelumnya diterapkan. Kondisi inilah yang dinamakan dengan inflasi. Semua harga akan meningkat tajam dan tak bisa dikendalikan lagi. Pemerintah membutukan effort yang besar untuk mengatasi hal ini.

2. Terjadinya Stagflasi

Selain inflasi dan hiperinflasi, perekonomian di suatu negara bisa mengalami krisis ekonomi yang besar apabila terjadi stagflasi. Stagflasi ini merupakan kondisi yang hampir sama dengan inflasi, yakni berkaitan dengan peningkatkan harga barang dan jasa yang terdapat di pasaran.

Namun, yang membedakan adalah kondisi kenaikan harga tersebut di stagflasi semakin diperburuk dengan kondisi perekonomian negara yang sangat melambat atau hanya stuck di tengah jalan saja. Sehingga untuk mengatasinya, pemerintah harus bisa mempertimbangkan kedua hal, baik dampak yang nantinya disebabkan apabila inflasi tidak terkendali dan dampak yang muncul apabila perekonomian negara berjalan sangat lambat.

3. Menurunnya Jumlah Investasi

Seperti yang kita tahu, pertumbuhan perekonomian dan berbagai perusahaan yang ada di dalam negeri tidak hanya berpaku pada hasil penjualan barang atau kegiatan ekspor impor yang dilakukan. Melainkan, juga bertahan karena adanya pendanaan yang berasal dari investor yang berasal dari pihak lainnya.

Baik pihak yang berasal dari dalam negeri bahkan dari luar negeri. Namun, apabila suatu negara sedang dilanda permasalahan yang begitu kompleks, hingga berpengaruh terhadap kestabilan politik dan perekonomiannya, tentunya akan menyusutkan niat beberapa investor untuk menginvestasikan uangnya.

Dan apabila hal itu lama kelamaan terjadi, tanpa adanya upaya mengatasi yang signifikan justru akan mengabiskan banyak sekali modal bisnis dari suatu negara.

4. Upaya Meningkatkan Suku Bunga

Berbagai upaya bisa dilakukan oleh pemerintah guna memperbaiki kondisi perekonomiannya. Salah satunya adalah dengan meningkatkan jumlah suku bunga yang ada dalam suatu negara. Kebijakan ini ditetapkan dengan tujuan tertentu, yakni tujuan utamanya adalah untuk melindungi nilai dari mata uang yang ada di suatu negara.

Namun, dengan adanya peningkatan jumlah dari suku bunga ini menyebabkan likuiditas juga akan dibatasi. Dan hal inilah yang tanpa disadari bisa menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Karena dengan peningkatakan suku bunga ini, semakin menurunkan niat masyarakat domestik untuk melakukan konsumsi atau belanja belanja produk barang atau jasa yang ditawarkan. Dan minimnya daya beli atau konsumsi inilah yang menyebabkan suatu negara berada dalam kondisi krisis ekonomi.

5. Terjadinya Deflasi

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa selain inflasi masih terdapat deflasi. Deflasi merupakan suatu kondisi dimana barang atau jasa akan mengalami penurunan nilai dalam waktu tertentu. Dan apabila hal ini tersebut dibiarkan tanpa ada upaya pengatasan secara tepat, akan berdampak pada terjadinya krisis ekonomi. Hal itu dikarenakan, jumlah permintaan terhadap barang barang yang ditawarkan relatif turun dari waktu ke waktu.

6. Rendahnya Tingkat Konsumsi

Apabila konsumen dometik kehilangan keinginannya untuk membeli berbagai barang dan jasa yang ditawarkan, nyatanya juga memiliki peranan penting dalam menyebabkan terjadinya sebuah krisis. Rendahnya tingkat konsumsi domestic ini bisa terjadi karena kenaikan dari harga harga yang tidak terkendali ataupun jatuhnya barang dan jasa dari waktu ke waktu (deflasi).

7. Rapuhnya Fundamental Perekonomian Suatu Negara

Selain dipengaruhi oleh berbagai faktor teknis, nyatanya fundamental atau aturan negara terkait dengan perekonomian juga memiliki peranan yang cukup penting. Dimana, apabila kinerja pemerintah terkait dengan perekonomian ini tidak bersesuaian dengan berbagai prinisp, pedoman dan aturan yang telah ditetapkan akan menimbulkan inkonsistensi.

Hal itu yang membuka peluang banyak sekali terjadi permasalahan ekonomi, seperti inflasi, deflasi, stagflasi yang sangat marak terjadi. Seperti yang kita tahu, peranan dari fundamental sendiri sangatlah penting. Dimana ketika sebuah hal tidak sesuai dengan pedoman dan landasan yang telah ditetapkan, maka bisa dipastikan sudah terjadi kesalahan yang sangat besar.

8. Penetapan Kebijakan yang Tidak Sesuai

Dalam kondisi dimanapun, seharusnya pemerintah bisa menerapkan kebijakan yang sesuai dan tepat dengan berbagai pertimbangan yang ada. Hal itu harus lebih ditekankan lagi adanya. Sehingga ketika muncul sebuah permasalahan bisa langsung ditangani dengan tepat.

Bukan hanya ditangani ujungnya saja, melainkan bisa ditangani secara keseluruhan hingga berbagai faktor penyebabnya dan kemungkinan mendukung lainnya. Salah satunya permasalahan yang ada di perekonomian ini. Harusnya malah mendapatkan perhatian khusus. Sehingga tidak ada permasalahan yang berdampak sangat buruk bagi keberlangsungan negara.

9. Ketidaksesuaian Antara Regulasi dan Teknisnya

Semua aturan dan kebijakan yang akan dibentuk seharusnya sudah diorientasikan untuk permasalahan yang akan terjadi kedepannya. Dan tentunya juga harus sudah dipertimbangan dan dianalisa lagi dari permasalahan permasalahan yang sebelumnya terjadi.

Sehingga ketika suatu saat, sebuah aturan akan diterapkan antara isi aturan dan teknis pelaksanaannya bisa sesuai. Dan tentunya tidak menimbulkan kesalahpahaman. Walaupun kelihatannya sangat sepele, namun apabila tidak diperhatikan dan cenderung disepelekan permasalahan yang berkaitan dengan aturan perekonomian ini bisa berkembang menjadi sebuah boomerang bagi kita sendiri.

The post 9 Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Perbedaan Resesi Ekonomi dan Krisis Ekonomi yang Wajib Diketahui! https://haloedukasi.com/perbedaan-resesi-ekonomi-dan-krisis-ekonomi Wed, 26 May 2021 12:41:41 +0000 https://haloedukasi.com/?p=24889 Perekonomian merupakan aspek tervital dari sebuah negara. Hal itu dikarenakan, apapun yang terjadi pada aspek perekonomian negara bisa membawa dampak yang begitu besar bagi aspek lainnya. Bisa dikatakan bahwa aspek perekonomian ataupun aspek yang berhubungan dengan keuangan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan di suatu negara. Oleh karenanya, sangat diminimalisir oleh pemerintah, permasalaha atau konflik lainya […]

The post 5 Perbedaan Resesi Ekonomi dan Krisis Ekonomi yang Wajib Diketahui! appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perekonomian merupakan aspek tervital dari sebuah negara. Hal itu dikarenakan, apapun yang terjadi pada aspek perekonomian negara bisa membawa dampak yang begitu besar bagi aspek lainnya. Bisa dikatakan bahwa aspek perekonomian ataupun aspek yang berhubungan dengan keuangan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan di suatu negara.

Oleh karenanya, sangat diminimalisir oleh pemerintah, permasalaha atau konflik lainya yang berperngaruh terhadap perekonomian negara. Namun terkadang, tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan perekonomian masih bisa hadir, karena pengaruh stabilitas politik atau lain sebagainya.

Beberapa permasalahan perekonomian  yang pasti pernah terjadi di suatu negara adalah resesi ekonomi dan krisis ekonomi. Kedua istilah tersebut seringkali diartikan sama oleh sebagian orang. Karena secara umum, keduanya memiliki makna yang berhubungan dengan pertumbuhan perekonomian negara yang menurun dan cukup bahaya apabila dibiarkan secara terus menerus.

Namun, apabila dimaknai secara mendetail resesi ekonomi dan krisis ekonomi memilki makna yang sangat berbeda. Walaupun dampaknya sama sama besar untuk negara. Berikut merupakan perbedaan antara resesi ekonomi dan krisis ekonomi yang perlu diketahui.

NoResesi EkonomiKrisis Ekonomi
1.Resesi ekonomi merupakan suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan berturut turut selama 6 bulan. Dalam kata lain, kondisi perekonomian negara tersebut negatif dalam 2 kuartal berturut turut. Sehingga membawa dampak yang begitu signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu negara.Krisis ekonomi merupakan suatu kondisi dimana kestabilan perekonomian suatu negara mengalami permasalahan. Aspek perekonomian tersebut merosot dengan tajam dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sehingga bisa dikatakan sistem ekonominya mengalami shock akibat pengaruh aspek lainnya. Dan sangat terlihat dampaknya pada perubahan nilai instrument instrument yang ada seperti aset kekayan dan lain sebagainya.
2.Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya resesi ekonomi ini adalah tingkat konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan sangat tinggi. Sedangkan angka kontribusinya bagi perekonomian sangatlah besar. Selain itu, menurunnya angka dari investasi. Masalah invetasi ini menjadi permasalahan yang cukup serius. Hal itu bersesuain denga dampaknya yang berkaitan dengan pemutusan tenaga kerja.Sedangkan faktor utama yang mempengaruhi adanya krisis perekonomian di suatu negara adalah ketika negara tersebut memiliki banyak utang dan tidak mampu untuk mengembalikannya. Hal itu didasari karena pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam negeri yang cenderung negative. Tidak hanya itu, permsalahan yang berkaitan dengan terjadinya krisis perekonomian ini juga didukung dengan penerapan fundamental atau regulasi perekonomian yang tidak konsisten dari pihak pemerintahnya sendiri.
3.Terjadinya resesi perekonomian ini sendiri sangat berdampak pada tingginya angka pengangguran dan kemiskinan di suatu negara. Bagaimana tidak, angka investasi yang sangat menurun menyebabkan berbagai perusahaan yang ada di negara tersebut dengan terpaksa harus melakukan pemutusan kerja terhadap sebagian tenaga kerjanya. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir anggaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dan atas keputusan itu pun banyak dari tenaga kerja yang harus menyandang gelar sebagai penganggguran.Krisis ekonomi lebih ke kondisi dimana perekonomian mengalami kemerosotan secara tajam dalam periode waktu tertentu. Dan hal itu pun menyebabkan sistem perekonomian yang ada mengalami shock atau terdampak. Dan secara tidak langsung, untuk bisa menyeimbangkan kondisi tersebut, instrument atau kekayaan dan harga lainnya haruslah menyesuaiakan. Atas dasar hal itu, terjadinya krisis perekonomian lebih berdampak pada perubahan harga barang atau jasa di pasaran.
4.Suatu negara bisa diartikan dalam kondisi resensi apabila kondisi perekonomian di negaranya mengalami penurunan selama 2 kuartal berturut turut.Sedangkan dalam krisis ekonomi, suatu negara bisa ditetapkan dalam situasi krisis apabila kondisi perekonomianya mengalami kemerosotan tajam. Namun, hanya berpedoman pada periode dan waktu tertentu saja yang mana grafiknya menurun sangat tajam dibandingkan dengan lainnya.
5.Resesi ekonomi ini merupakan tahapan awal dari terjadinya krisis perekonomian di suatu negara. Karena dampaknya yang berhubungan dengan peningkatan jumlah pengangguran, penurunan tingkat konsumsi rumah tangga dan lain sebagainya. Apabila hal itu tidak tertangani akan menyebabkan kondisi yang lebih besar yaitu krisis ekonomi.Krisis ekonomi di suatu negara bisa terjadi karena permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan resesi tidak bisa diatasi dengan baik.

The post 5 Perbedaan Resesi Ekonomi dan Krisis Ekonomi yang Wajib Diketahui! appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>