Lapangan Ikada - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/lapangan-ikada Sat, 04 Feb 2023 03:25:48 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Lapangan Ikada - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/lapangan-ikada 32 32 Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta 19 September 1945 beserta Tokohnya https://haloedukasi.com/peristiwa-lapangan-ikada-di-jakarta-19-september-1945 Sat, 04 Feb 2023 03:25:37 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41212 Peristiwa di Lapangan Ikada merupakan sebuah rapat besar yang di mana Soekarno melakukan pidato di hadapan langsung ribuan rakyat. Rapat raksasa ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 1945 di lapangan Ikada. Satu bulan setelah digelarnya proklamasi kemerdekaan Indonesia, sekitar 300 ribu orang berkumpul di Lapangan Ikada yang berada di sebrang Monas. Mereka berkumpul untuk mempertahankan […]

The post Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta 19 September 1945 beserta Tokohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peristiwa di Lapangan Ikada merupakan sebuah rapat besar yang di mana Soekarno melakukan pidato di hadapan langsung ribuan rakyat. Rapat raksasa ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 1945 di lapangan Ikada.

Satu bulan setelah digelarnya proklamasi kemerdekaan Indonesia, sekitar 300 ribu orang berkumpul di Lapangan Ikada yang berada di sebrang Monas. Mereka berkumpul untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Lapangan ikada sendiri semula bernama Lapangan Gambir dan menjadi pusat kegiatan olahraga. Nama Ikada merupakan kepanjangan dari Ikatan Atletik Djakarta. Nama ini muncul saat masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Rapat besar ini dipelopori oleh Comite Van Actie guna menyambut kemerdekaan dan memperkuat mental rakyat tentang kemerdekaan serta mempertemukan rakyat dengan para pemimpinnya.

Sejarah Lapangan Ikada

Lapangan Ikada juga pernah disebut dengan Champ de Mars atau Koningsplein yang di mana di sekitar lapangannya terdapat beberapa lapangan sepak bola. Lapangan sepakbola tersebut merupakan milik dari klub sepakbola yang ada pada masa 1940-an dan 1950-an.

Di antara klub sepakbola tersebut adalah Hercules, VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) dan BVC. Ketiga klub sepakbola ini merupakan kesebalasan papan atas pada perlombaan BVO (Batavia Voetbal Organisatie). Terdapat sebuah lapangan hoki serta pacuan kuda untuk kavaleri militer di sekitar lapangan ikada.

Sebelum Stadion Gelora Bung Karno dibangun pada Asian Games IV, lapangan ikada sendiri pernah dijadikan tempat latihan serta pertandingan PSSI. Sementara itu, stadion Ikada dibangun di sebelah selatan lapangan pada acara pekan olahraga Nasional kedua yang dilaksanakan pada tahun 1952.

Rapat umum Akbar merupakan peristiwa yang digagas oleh sekelompok pemuda uang merasa cemas jika tentara Sekutu akan membentuk markas besar di Jakarta. Mereka inilah yang dinamakan dengan Komite Van aksi, sebuah wadah bagi para pemuda dan mahasiswa yang merupakan perencana peristiwa di lapangan ikada.

Mereka bertugas memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk menghadiri rapat Akbar yang diadakan di lapangan ikada. Komite Van aksi memiliki beberapa sub organisasi yakni Barisan Rakyat (BARA), Barisan Buruh Tani (BBI), dan Angkatan Pemuda Indonesia (API).

Komite pemuda inilah yang menjadi inisiator rapat di lapangan ikada. Mereka mengadakan aksi karena merasa tak puas dengan keadaan dan struktur pada masa awal pemerintahan setelah Indonesia merdeka. Mereka menganggap bahwa pemerintah harus terus didesak dan diberi motivasi agar menyadari pentingnya dukungan rakyat pada kemerdekaan.

Aksi ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan terhadap pemerintah Jepang yang masih bersikeras mempertahankan status quo hingga Sekutu datang ke Indonesia. Para pemuda yang berasal dari asrama Menteng 31 bertugas sebagai penggerak utama dalam rapat ini.

Mereka mengemban tugas untuk menyebarkan berita kepada rakyat. Sementara itu, para pemuda yang berasal dari Prapatan 10 bertugas untuk membujuk para pejabat pemerintah agar mau melakukan pidato di rapat besar ikada.

Tujuan rapat ini diadakan adalah sebagai berikut.

  • Untuk membangun kedekatan antara pemerintah dengan rakyat secara emosional mengenai kemerdekaan Indonesia
  • Menunjukkan bahwa rakyat selalu siap menghadapi gangguan apapun yang menyerang kemerdekaan Indonesia
  • Merayakan adanya proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 17 September 1945, Kabinet mengadakan sidang khusus guna membahas rencana para pemuda yang akan mengadakan rapat akbar di Lapangan Ikada. Hasil dari rapat tersebut adalah para pemuda dan pelajar/mahasiswa diminta untuk membatalkan rencana rapat raksasa. Keputusan tersebut dikarenakan risiko yang akan dihadapi terlalu besar.

Pada tanggal 18 September 1945 siang hari, Menteri Luar Negeri yakni Ahmad Subardjo melakukan pertemuan resmi dengan para wartawan. Turut hadir juga para pemuda, pelajar/mahasiswa. Dalam pertemuan tersebut, Subardjo menjelaskan alasan pemerintah menolak rapat raksasa tersebut.

Alasan penolakan tersebut karena pemerintah merasa khawatir terjadi bentrokan dengan militer Jepang dan terjadi pertumpahan darah. Menjawab hasil pertemuan tersebut, para pemuda, pelajar, dan mahasiswa meminta agar Kabinet bersidang lagi. Subardjo pun berjanji akan membahas sikap para pemuda dan mahasiswa tersebut dalam rapat kabinet.

Rapat kabinet kemudian kembali dilaksanakan pada malam hari hingga tanggal 19 September-Oktober 1945.. Namun, rapat tersebut belum juga membuahkan hasil. Meskipun belum ada keputusan, rakyat mulai berdatangan di Lapangan Ikada.

Di lapangan ikada, sudah banyak tank militer Jepang dan tentara Jepang. Meskipun begitu, hal tersebut tidak membuat rakyat gentar. Akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan rapat raksasa tetap dilangsungkan.

Adanya rapat besar di lapangan Ikada mulai menyebar dari mulut ke mulut sehingga pada rapat tersebut ratusan orang berkumpul di lapangan ikada. Tidak hanya terdengar di Jakarta saja, kabar tersebut juga sampai ke masyarakat di Tangerang, Banten, Bogor, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Bandung, hingga Cirebon.

Namun, sebelum peristiwa ini terjadi, para mahasiswa dan pemuda yang menghadap Soekarno atau Bung Karno meminta kesediaannya hadir dan berpidato dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada tersebut, Bung Karno menolak. Sebab, risiko yang akan dihadapi sangat besar karena tentara Jepang masih utuh di Indonesia serta selalu memegang senjata.

Meskipun begitu, penolakan Bung Karno tidak dihiraukan oleh para pemuda dan mahasiswa. Mereka tetap melaksanakan rapat raksasa tersebut. Hanya saja, harinya digeser menjadi tanggal 19 September 1945.

Semula rapat akan digelar pada tanggal 17 September 1945 tepatnya satu bulan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Namun, karena adanya ancaman dari tentara Jepang dan Sekutu maka rapat diundur dua hari kemudian. Meskipun, sudah ada larangan dari tentara Jepang untuk mengadakan rapat, rakyat tetap menghadiri rapat tersebut dengan bersemangat.

Banyak rakyat yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya berbondong-bondong menghadiri acara tersebut. Sebagian besar dari mereka menggunakan transportasi kereta api di Stasiun Gambir. Tak lupa mereka membawa poster-poster dan bendera merah putih.

Meskipun ada tentara Jepang yang berseragam sipil melakukan penjagaan secara ketat, mereka tidak gentar sama sekali. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka membawa senjata tajam seperti keris, batu dan bambu runcing.

Dari pagi hingga menjelang sore hari, rakyat dengan sabar menunggu seraya menyanyikan lagu-lagu daerah seperti Darah Rakyat. Di bawah terik matahari mereka rela panas-panasan, tidak minum serta makan seraya bernyanyi dan meneriakkan yel-yel untuk membakar semangat.

Saat Soekarno dan jajaran pada Menteri tak kunjung data, Mr. Moh Roem selaku Komite Nasional dan Soewirjo selaku walikota Jakarta, mengambil alih tanggung jawab ratusan manusia yang telah hadir di lapangan ikada.

Pada akhirnya Soekarno memutuskan untuk datang ke lapangan Ikada guna bertemu dengan ratusan rakyat yang sudah menunggunya selama berjam-jam. Soekarno pun menyampaikan pidato singkatnya dalam waktu lima menit. Adapun isi pidatonya berupa pesan kepada rakyat untuk tetap mempercayai pemerintah.

Dengan Soekarno berpidato dapat memenangkan ratusan rakyat yang sudah berkumpul selama 10 jam lamanya. Meskipun mereka sedikit kecewa karena Soekarno hanya menyampaikan pidato secara singkat saja. Saat hari menjelang gelap, mereka akhirnya membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Tokoh Penting dalam Rapat di Lapangan Ikada

Terdapat sejumlah tokoh penting yang terlibat dalam rapat besar di lapangan Ikada. Mereka adalah Tan Malaka dan Moeffrani. Berikut ini penjelasannya.

  1. Tan Malaka
Tan Malaka, tokoh penting dalam peristiwa di lapangan ikada

Nama Tan Malaka tentunya sudah tidak asing lagi. Ia menjadi penggagas dari rapat yang digelar di Lapangan Ikada ini. Sosoknya sering dipuja oleh para pemimpin pemuda yang ada di Jakarta.

Saat acara rapat di lapangan Ikada, konon ia berada di dekat Bung Karno. Sosoknya terlihat tengah berjalan menggunakan topi helm. Topi berhelm ini merupakan ciri khas dari Tan Malaka. Tan Malaka juga terlihat berdiri di podium untuk menemani Bung Karno.

Keterlibatan Tan Malaka pada agenda besar ini baru bisa diungkap pada masa reformasi. Hal ini dikarenakan ia merupakan tokoh yang kontroversial pada masa pemerintahan Soekarno dan Hatta.

2. Letkol Moeffreni Moemin

Letkol Moeffreni Moemin, tokoh penting dalam peristiwa di lapangan ikada

Sementara itu, Letkol Moeffreni Moemin merupakan sosok pemuda asal Rangkasbitung. Ia menjadi orang kedua di BKR Jakarta setelah Kasman Singodimedjo. Letkol Moeffreni Moemin menjadi pengawal Bung Karno saat peristiwa di lapangan ikada berlangsung. Ia menjadi tameng hidup mulai dari bung Karno keluar dari mobil, berjalan ke arah podium sampai kembali lagi ke mobil.

Untuk menjaga keamanan Bung Karno ia berpakaian sipil dan mengantongi empat buah granat nanas serta dua buah pistol. Senjata tersebut digunakan jika sewaktu-waktu tentara Jepang melakukan ulah.

Pada tahun 1976, untuk pertama kalinya diadakan peringatan hari Bersejarah Bagi Rakyat Jakarta. Perayaan ini diadakan saat masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Peristiwa ini diadakan untuk mengenang peristiwa di lapangan Ikada.

Acara ini dilakukan di Balaikota dan dihadiri oleh Presiden Soekarno. Rapat Akbar yang dilaksanakan di Lapangan Ikada berhasil mempertemukan para petinggi Republik Indonesia dengan ratusan rakyatnya.

Dengan adanya rapat Akbar ini turut melegitimasi pemerintahan yang sah termasuk di dalamnya lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif. Hal ini menunjukkan kewibawaan pemerintah RI dimata rakyat dan berhasil meningkatkan kepercayaan rakyat akan kekuasaan bangsa sendiri guna mempertahankan kemerdekaan.

Peristiwa rapat Akbar di lapangan ikada turut mengorbankan semangat juang rakyat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dari pihak-pihak asing seperti sekutu dan NICA. Dengan adanya peristiwa ini juga turut mengilhami berbagai peristiwa di wilayah Indonesia seperti sejarah peristiwa merah putih di Manado, sejarah peristiwa 10 November di Surabaya, dan masih banyak lagi peristiwa lainnya.

The post Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta 19 September 1945 beserta Tokohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada https://haloedukasi.com/alasan-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-tidak-jadi-dilaksanakan-di-lapangan-ikada Mon, 24 Oct 2022 02:42:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39267 Setelah peristiwa Rengasdengklok, kemudian Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan para tokoh lainnya, mereka merumuskan jalannya proklamasi esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, sebelum membahas mengenai proklamasi, mereka mendatangi rumah Laksamana Maeda yang berada di Meiji Dori. Kedatangan mereka tak lain dan tak bukan untuk memastikan status Indonesia setelah mendengar kabar […]

The post 3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah peristiwa Rengasdengklok, kemudian Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan para tokoh lainnya, mereka merumuskan jalannya proklamasi esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, sebelum membahas mengenai proklamasi, mereka mendatangi rumah Laksamana Maeda yang berada di Meiji Dori.

Kedatangan mereka tak lain dan tak bukan untuk memastikan status Indonesia setelah mendengar kabar Jepang telah menyerah pada sekutu. Mereka tak ingin gegabah sehingga akan terjadi pertumpahan darah. Mereka pun tiba di rumah Laksamana Maeda dan bertemu dan sang pemilik rumah.

Laksamana Maeda menjelaskan mengenai status kekuasaan Jepang dan kebenaran mengenai kekalahan Jepang atas sekutu. Setelah menjelaskan status tersebut, Laksamana Maeda memerintahkan mereka untuk mendatangi kepala pemerintahan Militer Jepang, Jenderal Moichiro Yamamato.

Setelah mendapatkan mandat dari Laksamana Maeda mereka segera berangkat menuju rumah Kepala Pemerintahan Militer Jepang. Namun, sesampainya di sana, mereka kembali menelan kekecewaan. Jenderal Nishimura selaku sosok yang menemui mereka melarang mereka untuk melakukan perubahan situasi dalam bentuk apapun.

Perubahan situasi ini tidak boleh dilakukan sampai sekutu datang ke Indonesia. Namun, mereka tak mengindahkan larangan tersebut. Mereka tetap melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi digelar di halaman rumah Soekarno yakni di jalan Pegangsaan timur no 56.

Semula, proklamasi akan dilaksanakan di lapangan ikada. Namun, karena beberapa alasan, akhirnya proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Soekarno. Lalu, mengapa proklamasi tak jadi dilaksanakan di lapangan ikada? Selengkapnya di bawah ini.

1. Menghindari Bentrokan dengan Militer Jepang

Setelah dari kediaman Petinggi Militer Jepang, mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda pukul tiga dini hari. Di tempat Laksamana Maeda inilah mereka merumuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Saat terjadinya peristiwa Rengasdengklok, Laksamana Maeda pernah berjanji akan menjadikan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah.

Setelah pembebasan Soekarno Hatta, Laksamana Maeda menepati janjinya. Setibanya di Rumah Laksamana Maeda, Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo, Sukarni dan Sayuti Melik pindah ke ruang tamu milik Laksamana Maeda.

Sementara itu, para tokoh lainnya menunggu. Soekarno, Hatta serta Achmad Soebardjo berdiskusi terkait perumusan naskah proklamasi. Hingga akhirnya rumusan naskah proklamasi berhasil disusun. Kemudian, setelah naskah itu disusun, mereka kembali ke depan untuk membacakan naskah proklamasi di hadapan para tokoh lainnya.

Sempat terjadi beberapa silang pendapat. Namun, hal tersebut dapat terselesaikan. Naskah proklamasi yang telah selesai kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Setelah merumuskan naskah proklamasi, para tokoh yang hadir pun memutuskan tempat untuk dilakukannya proklamasi kemerdekaan.

Pada rapat saat itu diputuskan bahwa upacara kemerdekaan akan dilaksanakan di Lapangan Ikada pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 11.00 WIB. Informasi ini kemudian disebarkan ke berbagai para tokoh pergerakan dan barisan pelopor.

Penyampaian informasi tidak hanya disampaikan secara langsung melainkan juga melalui telepon dan surat yang dibawakan oleh kurir. Sayangnya, informasi mengenai proklamasi kemerdekaan terendus oleh Jepang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, pasukan Jepang yang mengetahui rencana adanya upacara kemerdekaan memenuhi lapangan Ikada. Mereka bersiap menggagalkan rencana upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itulah, terjadinya perubahan tempat proklamasi.

Semula akan diadakan di lapangan Ikada berubah di kediaman Soekarno yakni Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta Pusat. Usulan pemindahan tempat diajukan oleh Laksamana Maeda. Ia khawatir akan terjadi bentrokan.

Terlebih lagi, meskipun Jepang telah menyerah pada sekutu, namun kekuatan militer Jepang masih banyak di Indonesia. Sehingga, peluang terjadinya bentrokan sangat tinggi. Maka dari itu, Soekarno dan Hatta menyetujui usulan tersebut karena tidak ingin adanya pertumpahan darah.

2. Halaman Rumah Soekarno Cocok Dijadikan Tempat Proklamasi

Halaman rumah Soekarno menjadi tempat yang cocok untuk pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tempat ini dinilai aman sehingga kecil kemungkinan terjadinya bentrokan dengan tentara Jepang.

Setelah adanya perubahan tempat, para pejuang langsung bergerak untuk menyebarkan informasi mengenai pemindahan tempat. Mereka menyebarkan informasi pemindahan tempat tanpa memberitahu alasan pemindahan tempat. Sehingga beberapa orang merasakan kebingungan dan bertanya-tanya mengenai pemindahan tempat proklamasi.

Berkat penyebaran informasi tersebut, banyak orang yang datang ke kediaman Soekarno untuk menyaksikan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Bahkan sejak pagi, rumah Soekarno telah dipenuhi oleh orang-orang.

Mereka datang dengan membawa bendera merah putih di tangannya dan membawa perkakas seadanya. Adapun perkakas yang dibawa seperti bambu runcing, cangkul, arit, golok dan benda tajam lainnya.

Senjata ini dibawa oleh mereka untuk melindungi Soekarno dan Hatta saat membacakan teks proklamasi. Mereka berjaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi bentrokan dengan tentara Jepang. Begitu antusiasnya semangat para rakyat menyaksikan upacara proklamasi, membuat Soekarno dan Hatta ikut semangat membacakan teks proklamasi.

Pada saat pembacaan teks proklamasi, tidak hanya rakyat dan para tokoh pejuang saja yang hadir melainkan juga anggota pers. Anggota pers turut hadir dalam peristiwa bersejarah tersebut. Mereka hadir sejak pagi buta untuk mengabadikan momen bersejarah.

Di antara anggota pers yang hadir adalah sosok fotografer dari kantor berita domei yakni Alex Mandoer. Tidak hanya sendirian, ia juga datang bersama adiknya yakni Frans Mandoer. Keduanya diutus untuk memotret momen bersejarah. Banyak foto yang diabadikan dalam peristiwa tersebut.

Sayangnya, foto hasil jepretan Alex berhasil dihanguskan oleh tentara Jepang saat bertandang ke kantor berita Domei. Namun, foto hasil Frans berhasil diselamatkan. Begitu tiba di rumah, Frans segera mengamankan foto tersebut dengan menguburnya di halaman rumah. Foto-foto hasil Frans lah yang saat ini kita lihat bertebaran di media.

3. Tempat Bukanlah Hal Penting Untuk Diperdebatkan

Pergantian tempat pelaksanaan proklamasi bukanlah sesuatu hal yang harus diperdebatkan. Sekalipun mengalami perubahan, namun pelaksanaan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pelaksanaan upacara tersebut meskipun berlangsung secara sederhana namun dapat berjalan dengan khidmat dan lancar tanpa gangguan. Tempat bukanlah sesuatu hal yang penting namun keselamatan segenap bangsa yang lebih utama.

Alasan inilah yang dipegang teguh oleh Soekarno dan Hatta. Mereka mempertimbangkan keamanan dan keselamatan orang-orang yang hadir menyaksikan upacara proklamasi. Sedari awal, mereka tidak mau pelaksanaan proklamasi harus diwarnai dengan pertumpahan darah. Maka dari itu, mereka memilih mengganti tempat yang lebih aman yakni di kediaman Soekarno.

Setelah pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, Bung Hatta memeritahkan beberapa orang untuk menyebarkan berita kemerdekaan. Salah satunya adalah sosok BM Diah yang merupakan seorang Jurnalis.

Setelah mendapatkan mandat, BM Diah pun menyebarkan berita kemerdekaan ke pelosok daerah. Penyebaran informasi mengenai kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui berbagai media seperti koran, radio serta coretan apda gerbang kereta.

Tujuan penyebaran informasi ini adalah agar semua rakyat Indonesian mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Sehingga nantinya, jika ada penjajah kembali datang, mereka dapat menolaknya secara tegas.

Pelaksanaan upacara proklamasi kemerdekaan dapat berjalan dengan lancar karena bantuan dari segala pihak. Salah satunya yakni peran isteri Soekarno, Ibu Fatmawati. Ibu Fatmawati merupakan sosok yang berada di balik gagahnya bendera merah putih berkibar.

Saat mendengar rencana pelaksanaan proklamasi, ia segera menjahit sang saka bendera merah putih untuk nantinya dikibarkan. Dengan bahan seadanya, ia berhasil menjahit bendera kebanggaan Indonesia.

Saat itu, ia mengalami kendala kekurangan bahan, namun hal ini segera teratasi karena ia mendapatkan bantuan dari salah seorang pejuang. Pejuang tersebut rela mencarikan bahan malam-malam dan memberikannya kepada Fatmawati untuk kemudian dijahit.

Selain itu, Fatmawati juga memberikan sarapan kepada para tamu yang hadir. Mereka datang sangat pagi sekali dan dengan inisiatifnya Fatmawati memberikan sarapan karena ia tau mereka belum sempat sarapan.

The post 3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>