Majapahit - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/majapahit Thu, 24 Feb 2022 04:20:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Majapahit - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/majapahit 32 32 Kakawin Negarakertagama: Sejarah – Isi dan Terjemahannya  https://haloedukasi.com/kakawin-negarakertagama Thu, 24 Feb 2022 04:20:21 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31574 Sebagian dari kalian mungkin sudah pernah mendengar tentang kakawin terutama ketika sedang membahas peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kakawin  merupakan sebuah karya sastra berupa wacana puisi yang berasal dari daerah Jawa yang dikeluarkan oleh para sastrawan kuno. Karena berasal dari Jawa,aksara dan bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Jawa utamanya aksara Jawa kuno.  Ada beragam kakawin […]

The post Kakawin Negarakertagama: Sejarah – Isi dan Terjemahannya  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Sebagian dari kalian mungkin sudah pernah mendengar tentang kakawin terutama ketika sedang membahas peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kakawin  merupakan sebuah karya sastra berupa wacana puisi yang berasal dari daerah Jawa yang dikeluarkan oleh para sastrawan kuno. Karena berasal dari Jawa,aksara dan bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Jawa utamanya aksara Jawa kuno. 

Ada beragam kakawin yang berhasil ditemukan dan yang akan menjadi topik kali ini adalah kakawin Negarakertagama. 

Apa itu Kakawin Kertagama?

Kakawin Kertagama atau ditulis Nāgarakṛtâgama adalah sebuah karya dari Mpu Prapanca yang disebut sebagai kakawin yang paling terkenal dan termasyur. Kakawin ini dianggap sebagai sumber sejarah Nusantara yang paling akurat dan paling bisa dipercaya. Oleh sebab itu banyak para ahli yang melakukan penelitian pada kakawin atau kitab Negarakertagama ini. Selain itu kitab ini menjadi terkenal karena memuat dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. 

Kakawin ini diyakini ditulis oleh Mpu Prapanca ketika Majapahit berada dibawah kepemimpinan Sri Rajasanagara. Kitab yang ditulis dengan menggunakan bahasa Kawi atau Jawa Kuno ini bertarikh kan bulan Aswina tahun Saka 1287 atau sekitar bulan September – Oktober tahun 1365 Masehi. 

Penamaan Negarakertagama sendiri sebenarnya bukan berasal dari pengarangnya langsung melainkan dari dr. J. L. A Brandes Iti Negarakertagama Samapta  pada kolofon yang diterbitkannya. Nama tersebut diambil dari penerjemahnya yang menyelinap dalam  huruf Bali pada Kancana.

Sedangkan nama asli yang diberikan oleh Mpu Prapanca untuk kitab ini adalah Kakawin Desyawarnana atau ejaan aslinya yakni Deçawarṇana yang merujuk kepada uraian tentang desa-desa di Majapahit. Sementara itu, Negarakertagama artinya negara yang mempunyai tradisi atau agama yang suci. 

Sejarah Kakawin Negarakertagama 

Kakawin Negarakertagama ditemukan oleh ahli sastra Jawa-Belanda yakni  J.L.A. Brandes pada tahun 1894. Negarakertagama ditemukan ketika penyerbuan tentara KNIL berlangsung. Pada saat itu tempat yang diserang adalah Istana Cakranegara yang merupakan kediaman Raja Karangasem yang menguasai Lombok. Di dalam istana ini terdapat berbagai macam naskah yang dituliskan di atas daun lontar. 

Sehari sebelum, Istana Cakranegara jatuh ke tangan VOC yakni tepatnya pada tanggal 19 November 1894, seseorang melaporkan telah menemukan naskah kuno. Naskah ini kemudian diselamatkan oleh J. L. A. Brandes. 

Pada tahun 192 setelah penemuan sebagian naskah tersebut berhasil disalin ke dalam aksara Bali dan bahasa Belanda oleh Brandes. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1904–1915 oleh JHC. Kern dan pada tahun 1919 naskah Negarakertagama berhasil diterbitkan seluruhnya oleh Dr. NJ. Krom. Uniknya teks Negarakertagama lebih dulu terbit dalam bahasa Inggris yakni dengan judul Java in the 14th century sekitar tahun 1960–1963.

Negarakertagama baru diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Prof. Slamet Muljana lengkap dengan tafsirannya pada tahun 1979. 

Naskah ini pada awalnya di simpan di Universitas Leiden di Belanda dengan kode L Or 5.023. Ratu Belanda yakni ratu Juliana mengembalikan kakawin Negarakertagama dalam kunjungannya pada tahun 1973. 

Saat ini kakawin Negarakertagama bisa kita lihat di  perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode NB 9. Sejak tahun 2008 UNESCO telah menetapkan kitab ini sebagai bagian dari daftar ingatan dunia atau Memory of The World Programme

Bagian kitab Negarakertagama yang ditetapkan UNESCO adalah kutipan “Lombok Mirah Sasak Adi” yang bermakna “kejujuran merupakan permata kenyataan yang baik dan utama”. 

Penulis Kakawin Negarakertagama 

Pengarang dari kitab paling dipercaya ini adalah seorang pujangga yakni sastrawan kuno yang bernama Mpu Prapañca. Nama ini adalah nama pena atau nama samarannya sedangkan nama aslinya adalah Dang Acarya Nadendra. 

Ia hidup pada era kerajaan Majapahit masih berdiri tepatnya pada abad ke-14. Diperkirakan ia adalah seorang pujangga paling tersohor pada masanya. Ia adalah keturunan dari Dharmadyaksa Kasogatan yanki jabatan di istana Majapahit yang mengurus urusan agama Budha. Mpu Prapanca pun mendapatkan jabatan tersebut.

Diyakini Mpu Prapanca menemni perjalanan Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359. Namun ia harus memisahkan diri karena terjadi kesalahpahaman. Mpu Prapanca pun tidak lagi menjabat sebagai Dharmadyaksa Kasogatan di Majapahit dan lebih memilih tinggal di di desa Kamalasana di lereng gunung sebagai pertapa. Desa Kamalasana diperkirakan saat ini berada di Bali. 

Di tempat tinggalnya tersebut lah Mpu Prapanca mulai menulis kehidupan kerajaan Majapahit mulai dari desa-desa nya hingga urusan politiknya. Tulisan-tulisan tersebut ia torehkan di atas daun lontar ke dalam beberapa bagian yang kemudian ia beri nama Deçawarṇana atau saat ini lebih terkenal dengan nama kakawin Negarakertagama. 

Isi Kakawin Negarakertagama 

Mpu Prapanca cukup lengkap mengisahkan tentang kerajaan Majapahit yakni mulai dari asal usul, keturunan para raja, hubungan keluarga raja, kondisi politik, keagamaan, sosial, dan jalannya pemerintahan, dan keagungan Raja Hayam Wuruk yang mampu membawa Majapahit menuju era keemasannya. 

Kitab ini ditulis dalam aksara Kawi dengan bentuk syair Jawa Kuno atau disebut sebagai kakawin. Setiap syair terdiri dari 4 baris yang setiap barisnya tersusun atas 4-8 matra atau suku kata. 

Lebih detailnya kitab Negarakertagama tersusun dari 98 pupuh yang terbagi ke dalam dua bagian dimana masing-masing bagian memiliki 49 pupuh. Berikut adalah isi dari setiap bagian pupu kitab Negarakertagama. 

  • Bagian I

Bagian I yakni terdiri dari pupuh 1 sampai dengan pupuh 49. Di mana pupuh 1 sampai 7 menceritakan tentang keluarga raja Majapahit. Pupuh 8 sampai dengan 16 mengisahkan tentang wilayah kekuasaan Majapahit. Pupuh 17 sampai 39 berisi mengenai perjalanan di Lumajang. Pupuh 40 sampai 49 berisikan silsilah raja Majapahit mulai dari Kertarajasa Jayawardhana hingga Hayam Wuruk. 

  • Bagian II 

Mpu Prapanca ini dalam kakawin kitab Negarakertagama bagian II yakni dari pupu 50 sampai 59 menjelaskan tentang perburuan raja Hayam Wuruk dan perjalanannya di Hutan Nandawa. Dilanjut pada pupuh ke 60 – 82 menceritakan tentang oleh-oleh raja Hayam Wuruk dari wilayah-wilayah yang dikunjunginya, pesta Srada yang merupakan bentuk penghormatan raja kepada leluhurnya  dan juga menceritakan kematian patih Gajah Mada. 

Pada pupuh  83 – 91 diberitakan mengenai rutinitas tahunan upacara keagaman di kerajaan Majapahit seperti musyawarah dan kirab. Pupuh terakhir yakni dari pupuh 92 – 98 menceritakan pujangga yang setia mengabdi kepada rajanya. 

Teks Asli dan Terjemahan Negarakertagama 

Pada poin sebelumnya telah disebutkan bahwa kakawin Negarakertagama terdiri dari 98 pupuh yang telah berhasil disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah beberpa teks asli yang bercetak miring beserta terjemahan nya yang bercetak tegak. 

Pupuh 1 

  1. Om nathaya namostu te stutinin atpada ri pada bhatara nityaça, san suksmen tlen in samadi çiwa budda (92b) sira sakala niskalatmaka, san çri parwwatanatha nathanin anatha sira ta patiniɳ jagatpati, san hyan nin hyan inisty acintyanin acintya hana waya tmahnren jagat.
  2. Byapi byapaka sarwwatatwagata niguna sira rin apaksa wesnawa, rin yogiçwara porusen kapila jambhala sakala siran / hyan in dana, çri wagindra siran hyan in sakalaçastra manasija siren smaragama, rin wighnotsarana prayoga yamaraja sira makapalaɳ jagaddita.
  3. Nahan don umastuti padanirahyun umiketa kate nareçwara, san çri natha ri wilwatikta haji rajasanagara wiçesa bhupati, saksat / janma bhatara natha siran anhilanaken i kalankaniɳ praja, hentyan bhumi jawatibhakti manukula tumuluy i tken digantara.
  4. Riɳ çaka rttu çarena rakwa ri wijil/ nrpati tlas inastwaken/ prabhu, an/ garbbheçwara natha rin kawuripan/ withaganiran manusadbhuta, lindun bhumi ktug hudan hawu gerh kilat awiltan in nabhastala, guntur ttan himawan/ ri kampud ananaɳ kujana kuhaka mati tanpagap.
  5. Nahan/ hinaniran bhatara girinatha sakala matmah prabhuttama, na lwir sadegirekanaɳ sayawabhumi cawa tluk umungku(93a)l adara, wipra ksatriya waiçya çudra catur açrama sama nipunen samahita, hentyan durjjana maryyabuddi kala kewala matakut i wiryya san prabhu.
  1. Om, Sembah pujiku orang hina ke bawah telapak kaki pelindung jagat Siwa-Buddha Janma-Batara sentiasa tenang tenggelam dalam Samadhi Sang Sri Prawatanata, pelindung para miskin, raja adiraja dunia Dewa-Batara, lebih khayal dari yang khayal, tapi tampak di atas tanah.
  2. Merata serta meresapi segala makhluk, nirguna bagi kaum Wisnawa Iswara bagi Yogi, Purusa bagi Kapila, hartawan bagai Jambala Wagindra dalam segala ilmu, dewa Asmara di dalam cinta berahi, Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang dan menjamin damai dunia.
  3. Begitulah pujian pujangga penggubah sejarah raja, kepada Sri Nata Rajasanagara, Sri Nata Wilwatikta yang sedang memegang tampuk negara bagai titisan Dewa-Batara beliau menyapu duka rakyat semua tunduk setia segenap bumi Jawa, bahkan malah seluruh Nusantara.
  4. Tahun Saka masa memanah surya (1256) beliau lahir untuk jadi Narapati. Selama dalam kandungan di Kahuripan, telah tampak tanda kelahiran, gempa bumi, kepul asap, hujan abu, guruh halilintar menyambar-nyambar gunung Kampud gemuruh membunuh durjana, penjahat musnah dari negara.
  5. Itulah tanda bahwa Batara Girinata menjelma bagai raja besar terbukti, selama bertakhta, seluruh tanah Jawa tunduk menadah perintah Wipra, satria, waisya, sudra, keempat kasta sempurna dalam pengabdian, Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan keberanian Sri Nata.

Pupuh 2

  1. Ndan / san çri rajapatni prakaçita sira matamaha çri narendra, san lwir pawak / bhatari paramabhagawati catranin rat / wiçesa, utsahen yoga buddasmarana gineniran / ciwari wrddamundi, rin çaka drsti saptaruna kalahaniran / mokta munsir kkabuddan.
  2. Ryyantuk / çri rajapatni jinapada kawkas / duhkitan rat byamoha, ryyadeg / çri natha mungwin majhapakit umuluy / tusta mangon kabhaktin, rena çri natha san çri tribhuwana jiwayottungal dewi gumanti, mungwin rajyerikan jiwanapura sira tamwaɳmwan i çri narendra.
  1. Sang Sri Rajapatni yang ternama adalah nenekanda Sri Baginda seperti titisan Parama Bagawati memayungi jagat raya, selaku wikuni tua tekun berlatih yoga menyembah Buddha tahun Saka Dresti Saptaruna (1272) kembali beliau ke Buddhaloka.
  2. Ketika Sri Rajapatni pulang ke Jinapada, dunia berkabung kembali gembira bersembah bakti semenjak Baginda mendaki takhta Girang ibunda Tribuwana Wijayatunggadewi mengemban takhta bagai rani di Jiwana resmi mewakili Sri Narendra-putera.

Pupuh 3

  1. Tekwan bhakti siran makebu ri sira çri ra japatniçwari, satyanut / brata paksa sogata masaɳskare dagan san pjah, tan sah çri krtawardaneçwara pita de çri narendradipa, sedampatyapageh sireɳ sugatamarggande sukhanin jagat.
  2. Ndan/ çri bhupati san pita nrpati mungwin sinhasaryy apageh, saksat/ hyan wawa ratnasambhawa siran mangeh pararttan jagat(93b) dirotsaha sire kadrddyanikanan rat/ satya bhaktye haji, lagyangegwani karyya sahana kadyaksatidaksen naya.
  1. Beliau bersembah bakti kepada ibunda Sri Rajapatni, Setia mengikuti ajaran Buddha, menyekar yang telah mangkat ayahanda baginda raja ialah Sri Kertawardana, raja keduanya teguh beriman Buddha demi perdamaian praja.
  2. Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singhasari bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama, teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan negara, mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja.

The post Kakawin Negarakertagama: Sejarah – Isi dan Terjemahannya  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pembagian Wilayah Majapahit Berdasarkan Kitab Negarakertagama https://haloedukasi.com/pembagian-wilayah-majapahit-berdasarkan-kitab-negarakertagama Wed, 23 Feb 2022 04:46:25 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31563 Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah Nusantara pada era abad ke 13 hingga abad ke 16. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini merupakan kerajaan yang sangat besar. Kerajaan Majapahit disebutkan mengibarkan benderanya hingga ke Filipina, Burma dan Thailand dengan total 98 kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya.  Pembagian wilayah kekuasaan Majapahit bersumber dari […]

The post Pembagian Wilayah Majapahit Berdasarkan Kitab Negarakertagama appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah Nusantara pada era abad ke 13 hingga abad ke 16. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini merupakan kerajaan yang sangat besar.

Kerajaan Majapahit disebutkan mengibarkan benderanya hingga ke Filipina, Burma dan Thailand dengan total 98 kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya. 

Pembagian wilayah kekuasaan Majapahit bersumber dari dua buku yakni kitab Negarakertagama pupuh XIII dan XIV. 

Negarakertagama Pupuh XIV 

Adapun wilayah kekuasaan Majapahit berdasarkan Nāgarakṛtāgama pupuh XIV terbagi ke dalam 12 bagian secara hierarki. Wilayah tersebut antara lain sebagai berikut.  

Kahuripan 

Kahuripan sebenarnya adalah kerajaan yang lebih dahulu berdiri dibandingkan dengan Majapahit. Kerajaan Kahuripan berdiri sebagai kelanjutan dari kerajaan Medang yang runtuh pada tahun 1006 Masehi. Selang tiga tahun kemudian, Airlangga mendirikan kerajaan Kahuripan yang beribukotakan di Jawa Timur. 

Sayangnya pada tahun 1045, kerajaan ini dibagi menjadi dua yakni bagian barat bernama Kadiri beribukota di Daha dan bagian timur bernama Jenggala beribukota di Kahuripan.

Kerajaan Kahuripan muncul kembali setelah berdirinya Majapahit tepatnya pada tahun 1293. Raden Wijaya, pendiri dari Majapahit menjadikan Daha dan Kahuripan sebagai wilayah utama mereka. 

Raden Wijaya memberikan kerajaan ini kepada putrinya yaitu Tribhuwana Tunggadewi dengan gelar para raja adalah Bhre. 

Daha

Daha adalah bagian dari kerajaan Kahuripan yang berada di bagian barat dengan kerajaannya bernama Kadiri. Sama dengan Kahuripan, Daha juga mendapat perhatian dari Raden Wijaya dengan menjadikannya sebagai bagian dari kerajaan Majapahit. 

Daha bergabung dengan Majapahit sejak tahun 1293 dan dijadikan pusat kerajaan. Para penguasa Daha mendapat gelar secara simbolis sedangkan pemerintahan harian berada di tangan patih Daha. 

Tumapel

Tumapel adalah wilayah kekuasaan Majapahit yang berada di Malang atau tepatnya di Supit Urang, yakni lahan di sekitar pertemuan antara Sungai Brantas dan Sungai Bango.

Wilayah ini lebih populer dengan nama kerajaan Singasari yakni sebuah kerajaan yang dibentuk oleh Ken Arok pada tahun 1222. 

Dalam kitab Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu menjelaskan hubungan Majapahit dengan Singasari. Raden Wijaya merupakan anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.

Raden Wijaya pun melanjutkan kekuasaan leluhurnya di daerah bekas Singasari yang runtuh pada tahun 1292 dan diberikan kepada Kertawardhana yang merupakan keturunannya atau ayah dari raja Hayam Wuruk. 

Wengker

Wengker adalah wilayah kekuasaan Majapahit yang berada di Kabupaten Ponorogo yakni  dimulai dari bagian barat Gunung Wilis hingga bagian timur Gunung Lawu.

Wilayah ini berada dibawah kekuasaan menantu Raden Wijaya dan juga merupakan paman dari Raja Hayam Wuruk. Sama seperti kerajaan naungan Majapahit lainnya penguasa Wengker diberi gelar Bhre. 

Wilayah wengker merupakan bagian dari Majapahit yang dianggap penting terutama dalam lingkungan politik sehingga mendapatkan kekuasaan yang mandiri. 

Matahun 

Matahun adalah wilayah yang menjadi kekuasaan Majapahit yang saat ini dikenal sebagai Bojonegoro di Jawa Timur.

Dahulu kala kawasan ini dipimpin oleh Rajasawardhana yang kemudian menikah dengan Indudewi yakni adik sepupu Hayam Wuruk. Rajasawardhana kemudian diberi gelar Bhre Matahun. 

Wirabhumi 

Wirabhumi adalah bagian dari kekuasaan Majapahit yang berada di Blambangan, Banyuwangi, Jawa timur. Wilayah ini dipimpin oleh putra kandung Hayam Wuruk dari selirnya.

Pemimpin di wilayah ini disebut sebagai Bhre Wirabhumi sedangkan nama aslinya masih menjadi misteri namun ada yang menyebutkannya sebagai Aji Rajanatha atau Sri Bhattara Rajanata. 

Paguhan 

Paguhan adalah wilayah di bawah naungan Majapahit yang di masa sekarang bernama Blitar. Wilayah ini dipercayakan kepada Singhawardhana yang merupakan saudara ipar dari Maharaja Hayam Wuruk.

Singhawardhana mendapatkan gelar Bhre Paguhan. Wilayah kekuasaannya dimulai dari Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur. 

Uniknya wilayah ini tidak tercantum pada Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan pada tahun 1447. Kemungkinannya adalah pada tahun tersebut wilayah Paguhan menyatu dengan wilayah lain yang ada di sekitarnya yakni Kahuripan di sebelah barat laut atau Wirabhumi di bagian timur. 

Kabalan 

Kabalan adalah wilayah Majapahit yang ada di Bojonegoro, Jawa Timur yang dikuasai oleh putri Hayam Wuruk yakni Kusumawardhani. Putri Mahkota yang akan meneruskan tahta dan menjadi ratu ini mendapatkan gelar Bhre Kabalan. 

Namun Kusumawardhani menolak untuk mendapatkan tahta tersebut dan memilih hidup bersama dengan sang suami yakni Bhre Mataram Wikramawardhana. 

Pawanuan 

Hingga saat ini para ahli belum dapat menentukan dimana dan seperti apa kondisi wilayah Pawanuan itu. Nama berdasarkan Negarakertagama daerah ini dikuasai oleh keponakan Raja Hayam Wuruk yaitu Suryawardhani yang kemudian mendapat gelar Bhre Pawanuan. 

Lasem

Lasem adalah wilayah yang dulu pernah hidup pada era Mataram Kuno yang kemudian mendapat perhatian dari Majapahit. Wilayah ini diketahui berada di Jawa Tengah yakni antara antara Pekalongan, Jawa Tengah dan Tuban, Jawa Timur.

Wilayah ini berada di bawah kepemimpinan Rājasaduhita Indudewi yang merupakan anak dari Dyaḥ Wyat. Sepupu dari Raja Hayam Wuruk ini kemudian disebut sebagai Bhres Lasem. 

Wilayah Lasem meliputi meliputi Kabupaten Batang, Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Rembang.

Pajang

Daerah Pajang saat ini adalah Kelurahan Pajang di  Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Pada masa kerajaan Majapahit wilayah ini dikuasai oleh saudara perempuan Raja Hayam Wuruk yang bernama Rājasaduhita Iswari.

Penguasanya diberi gelar Bhre Pajang dengan wilayah kekuasaannya yang terdiri dari Kota Solo, Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Kabupaten Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang. 

Mataram 

Mataram saat ini dikenal sebagai Yogyakarta dan merupakan bagian dari kerajaan Majapahit. Wilayah ini dikuasai oleh keponakan Hayam Wuruk yakni anak dari Dyah Nertaja yang diberi nama Raden Gagak Sali.

Raden Gagak ali kemudian memiliki nama keratonnya yakni Wikramawardhana yang akhirnya mendapat gelar sebagai Bhre Mataram. 

Berdasarkan Negarakertagama Pupuh XIII

Dalam Negarakertagama pupuh XIII, kerajaan Majapahit dibagi menjadi 4 kelompok yaitu sebagai berikut. 

Wilayah-Wilayah Sumatera

Dalam buku Negarakertagama, Sumatera disebut sebagai “Melayu”. Daerah Majapahit yang berada di Melayu antara lain:

  • Jambi
  • Palembang
  • Keritang yang saat ini bernama kecamatan Keritang Indragiri Hilir
  • Teba yang sekarang adalah Batak Toba
  • Dharmasraya atau Kerajaan Malayu Dharmasraya
  • Kandis
  • Kahwas
  • Minangkabau 
  • Siak 
  • Rokan yang mencakup Rokan Hilir dan Rokan Hulu
  • Kampar
  • Pane yang sekarang bernama Panai
  • Kampe yang melipputi Pulau Kampai, pulau di Kabupaten Langkat
  • Haru atau Aru, yang saat ini adalah Deli
  • Mandailing
  • Tamihang yang sekarang bernama Aceh Tamiang
  • Perlak 
  • Padang Lawas
  • Samudra
  • Lamuri
  • Bantan yang sekarang bernama Pulau Bintan
  • Lampung
  • Barus yang sekarang merupakan kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Wilayah-Wilayah di Tanjung Negara

Wilayah Tanjung Negara adalah sebutan untuk daerah kekuasaan Majapahit yang mencakup Kalimantan dan Terengganu. Daerahnya antara lain:

  • Kapuas-Katingan saat ini adalah Kabupaten Kapuas-Kabupaten Katingan di Kalimantan Tengah
  • Sampit yang hari ini merupakan ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur
  • Kuta Lingga 
  • Kutawaringin yang sekarang adalah  Kabupaten Kotawaringin Barat
  • Sambas 
  • Lawai yang meliputi hulu sungai Kapuas.
  • Kandangan yang saat ini bernama  kecamatan Kendawangan di Ketapang
  • Landa atau sekarang bernama Kabupaten Landak
  • Samadang yakni wilayah  dari Kerajaan Tanjungpura
  • Tirem yang sekarang diperkirakan sebagai Tarakan
  • Sedu yang berada di Serawak)
  • Barune yang menjadi negara Brunei Darussalam
  • Kalka
  • Saludung sekarang Kota Manila, Filipina sedangkan nama kerajaannya dahulu adalah kerajaan Maynila
  • Solot
  • Pasir yang sekarang berada di Kabupaten Paser
  • Barito yang sekarang adalah  Kabupaten Barito Utara
  • Sawakuatau kecamatan Pulau Sebuku, Kota Baru
  • Tabalung atau saat ini adalah Kabupaten Tabalong 
  • Tanjung Kutei atau dahulu bernama Kesultanan Kutai Kartanegara
  • Malanot yakni suku Melanau di Sarawak dan Kalimantan Barat

Wilayah Tumasik 

Wilayah ketiga adalah wilayah Tumasik yakni sebutan untuk daerah kekuasaan Majapahit yang berada di sekitar Singapura dan Malaysia Barat.

Dalam kitab Negarakertagama wilayah ini dikenal sebagai “Hujung Medini”.  Daerahnya meliputi:

  • Pahang, negara bagian Pahang, Malaysia
  • Langkasuka
  • Saimwang
  • Kelantan
  • Terengganu
  • Johor
  • Paka, sekarang cuma merupakan desa nelayan
  • Muar, sekarang distrik di Johor
  • Dungun, sekarang adalah desa nelayan di Terengganu
  • Tumasik, sekarang menjadi negara Singapura
  • Klang atau Selangor
  • Kedah
  • Jerai
  • Kanjapiniran

Wilayah di Timur Pulau Jawa

Bagian terakhir adalah wilayah-wilayah yang berada di sebelah timur pulau Jawa yakni Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku hingga ke Irian. Daerah kekuasaannya mencakup:

  • Bedahulu atau saat ini adalah Bali
  • Sukun
  • Taliwang yang sekarang bagian dari Pulau Sumbawa
  • Pulau Sapi
  • Dompo yang sekarang bernama Dompu
  • Sang Hyang Api yang sekarang dikenal sebagai Gunung Api di Sangeang
  • Hutan Kendali di Pulau Buru
  • Pulau Gurun atau Gorong, atau Lombok Mirah yaitu Lombok Timur
  • Sasak 
  • Sulawesi yaitu Batayan
  • Luwuk atau Kesultanan Luwu
  • Udamakatraya dan pulau lain-lainnya
  • Makasar
  • Pulau Butun yang sekarang adalah Buton dan dahulunya adalah Kesultanan Buton
  • Pulau Banggawi atau dikenal sebagai Kepulauan Banggai
  • Kunir atau Pulau Kunyit
  • Galian
  • Salayar yakni Pulau Selayar
  • Sumba
  • Bima
  • Solot yaitu Solor
  • Maluku
  • Wanda yang hari ini adalah Kepulauan Banda
  • Ambon 
  • Ternate
  • Wanin di daerah Kabupaten Fakfak)
  • Seran yang meliputi Pulau Seram, Irian Selatan)
  • Timor dan beberapa lagi pulau-pulau lain

The post Pembagian Wilayah Majapahit Berdasarkan Kitab Negarakertagama appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bukti Keberadaan Kerajaan Majapahit dari Dalam dan Luar Negeri https://haloedukasi.com/bukti-keberadaan-kerajaan-majapahit Wed, 02 Feb 2022 03:16:42 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30940 Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah Indonesia pada masa lampau. Kerajaan ini bahkan merupakan yang terbesar diantara kerajaan Hindu-Budha lainnya. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini berjaya sekitar tahun  1350 hingga 1389 yakni pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.  Kerajaan ini hingga kini masih dikenang oleh rakyat Indonesia meski sudah […]

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Majapahit dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah Indonesia pada masa lampau. Kerajaan ini bahkan merupakan yang terbesar diantara kerajaan Hindu-Budha lainnya. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini berjaya sekitar tahun  1350 hingga 1389 yakni pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. 

Kerajaan ini hingga kini masih dikenang oleh rakyat Indonesia meski sudah tidak berkuasa bahkan sudah runtuh. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kerajaan ini berdiri dan berkuasa ratusan yang lalu?  Berikut ini adalah bukti kekuasaan Majapahit baik dari dalam maupun dari luar negeri. 

Bukti dari Dalam Negeri 

Sebelum membahas bukti keberadaan kerajaan Majapahit dari luar negeri, ada baiknya kita mengetahui bukti yang berasal dari dalam negeri. Bukti-bukti tersebut telah terangkum dalam pembahasan sebagai berikut. 

Candi Peninggalan Majapahit

Bukti paling umum dari sebuah kerajaan bercorak Hindu Budha adalah candi. Sebab pemeluk Hindu dan Budha menjalankan ibadah mereka di candi. Berikut ini adalah candi jejak peninggalan kerajaan Majapahit. 

  • Candi Sukuh
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Candi Sukuh adalah candi yang berdiri di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ni ditemukan oleh Johnson yakin utusan dari Thomas Stamford Raffles pada tahun 1815. Candi bercorak Hindu dan berbentuk piramidal ini diketahui dibangun pada abad ke 15 yakni pada masa kekuasaan Ratu Majapahit bernama Suhita. 

Jika dilihat secara seksama maka bangunan ini terkesan dan tidak rapi. Hal itu dikarenakan proses pembangunan candi ini dilakukan terburu-buru. 

  • Candi Brahu
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Candi Brahu adalah jejak peninggalan kerajaan Majapahit yang berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa TImur.  Candi yang dipugar pada tahun 1990-1995 ini memiliki ukuran panjang 22,5 meter dengan lebar 18 meter dan ketinggian mencapai 20 meter. 

Setelah diteliti candi ini dbangun oleh Mpu Sendok pada abad ke 15 untuk membakar jenazah para raja Majapahit. Kesimpulan tersebut didasarkan pada penemuan alat pembakaran jenazah di dalam candi bercorak Budha ini. 

  • Candi Surawana 
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur  juga menyimpan jejak bukti kekuasaan kerajaan Majapahit yakni candi Surawana. Candi ini pada saat ditemukan dalam keadaan cukup parah namun kemudian dilakukan pemugaran pertama kali pada tahun 1908 oleh D.M. Verbeek dan J. Knebel. Pemugaran kemudian dilakukan kembali dan diselesaikan pada tahun 1915 oleh P.J. Perquin. 

Candi Siwa ini diperkirakan berdiri pada abad ke 14 untuk menghormati Raja Wengker. Konon katanya candi berukuran 8×8 meter ini pernah menjadi tempat penginapan raja Hayam Wuruk yakni raja termahsyur dari Majapahit. 

  • Candi Wringin Branjang
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Jawa Timur memang merupakan pusat dari kerajaan Majapahit sehingga tak heran jika banyak peninggalannya di sini. Candi Wringin Branjang adalah bukti adanya kerajaan Majapahit yang ditemukan di Candi  Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Pada candi yang memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan tingginya 5 m ini tertulis angka 1231 Śaka atau sekitar tahun 1409 M. Diduga angka tersebut adalah tahun dibuatnya bangunan yang digunakan untuk menyimpan peralatan upacara ini. 

  • Candi Tikus
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Candi Tikus merupakan candi yang masih berada di situs Trowulan, Jawa Timur. Candi bercorak Hindu ini ditemukan pada tahun 1914 dalam keadaan terkubur dalam tanah. Namun pemugaran candi berukuran 29,5 m x 28,25 m ini baru dilakukan pada tahun 1980 an. Candi yang dibangun pada abad ke 14 ini masih belum diketahui secara pasti untuk apa dan oleh siapa candi ini dibangun. 

  • Candi Cetho
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Candi Cetho adalah bangunan bersejarah yang berdiri di lereng Gunung Lawu dan ditemukan pada tahun 1842 oleh Van de Vlies. Berdasarkan penelitian candi ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V untuk melakukan ritual tolak bala dan ruwatan. Candi yang berada pada ketinggian 1.496 mdpl ini memiliki ukuran yang cukup besar yakni panjang 190 m dan lebar 30 m 

  • Candi Pari 
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Sesuai dengan namanya Candi Pari berada di di desa Candi Pari, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Candi bercorak Hindu ini ditemukan pada 16 Oktober 1906 oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah dilakukan penelitian candi seukuran tinggi 15,40 meter, panjang 16 meter dan lebar 14,10 meter ini dibangun pada tahun 1371 M oleh raja Hayam Wuruk. Candi ini dibangu untuk memuja Dewi Padi yakni Dewi Sri. 

Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit 

Selain berupa candi, kerajaan Majapahit juga meninggalkan jejak berupa yakni kitab. Kitab merupakan hasil karya sastra pada masa kerajaan. Kitab yang menjadi bukti sejarah adalah sebagai berikut. 

  • Kitab Negarakertagama
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Kitab Negarakertagama adalah hasil karya dari Mpu Prapanca yang merupakan sastrawan Jawa yang paling tersohor pada masanya. Kitab yang menjadi sumber sejarah paling kuat ini ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 atau sekitar bulan September – Oktober 1365 dalam kalender Masehi.

Isi dari kitab yang ditulis dalam bahasa Kawi ini berisi tentang keagungan Prabu Hayam Wuruk, Asal-Usul kerajaan Majapahit, hubungan keluarga raja, para petinggi kerajaan, sistem pemerintahan, kondisi sosial, politik, keagamaan, hingga adat dan kebudayaannya.

  • Kitab Sutasoma
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Salah satu kitab yang paling terkenal dari kerajaan Majapahit adalah kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Kitab ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan menggunakan aksara Bali. 

Mpu Tantular menulis kita ini pada abad ke 14 dan berisi tentang upaya Pangeran Sutasoma yang merupakan titisan Sang Hyang Buddha.  Kitab ini menjadi terkenal karena salah satu bait di dalamnya dijadikan semboyan bangsa Indonesia setelah merdeka yakni Bhineka Tunggal Ika. 

  • Kitab Pararaton
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Kitab Pararaton adalah kitab yang ditulis pada tahun 1481-1600 M dalam bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno. Kitab ini disebut juga dengan nama Pustaka Raja karena mengisahkan tentang silsilah kerajaan Singasari dan kerajaan Majapahit. Kitab ini berisikan 1126 baris dalam 32 halaman.

  • Kitab Bharatayuddha
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Kitab Bharatayudha adalah karya sastra zaman kerajaan Majapahit yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kitab ini ditulis pada tahun 6 November 1157 Masehi dan menceritakan tentang perang antara Pandawa dan Kurawa yang berlangsung selama 18 hari dan disebut sebagai perang Perang Bharatayuddha. 

  • Kitab Panjiwijayakrama 
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Kitab Panjiwijayakrama adalah kitab yang menceritakan tentang Raden Wijaya hingga akhirnya menjadi raja kerajaan Majapahit. Namun kitab yang ditulis dalam bentuk kidung ini belum diketahui siapa dan kapan ditulis. 

Prasasti Peninggalan Majapahit 

Majapahit juga meninggalkan jejak bukti sejarah dalam bentuk prasasti. Beberapa prasasti yang paling bersejarah antara lain sebagai berikut.

  • Prasasti Kudadu
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Prasasti Kudadu ditemukan di desa Krembangan di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tepatnya di lereng gunung Butak. Pada prasasti ini tercantum tahun pembuatannya yaitu 1216 Saka atau 1294 M. Prasasti memberikan informasi seputar usaha Raden Wijaya dalam menyelamatkan diri dari Jayakatwang yang  membunuh Raja Singasari, Kertanegara. Dalam pelariannya sang Raja dibantu oleh Rama Kudadu.

  • Prasasti Sukamerta
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Prasasti Sukamerta merupakan bukti sejarah kerajaan Majapahit yang ditemukan di gunung Penanggungan, Jawa Timur. Prasasti ini bertuliskan tahun 1208 Saka atau 1296 dalam kalender Masehi. Dari prasasti ini kita mendapatkan informasi tentang Raden Wijaya yang memperistri 4 putri dari Kertanegara dan penobatan beliau sebagai raja muda di Daha.

  • Prasasti Prapancasarapura
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Prasasti Prapancasarapura adalah peninggalan yang dibuat oleh salah satu satu ratu Majapahit yakni Tribhuwana Tunggadewi yang berkuasa pada  1328-1350 M. Pada prasasti yang dibuat pada tahun 1320 M ini menceritakan tentang putranya yaitu raja Hayam Wuruk.  

  • Prasasti Canggu 
bukti sejarah keberadaan kerajaan majapahit

Parasa Canggu adalah prasasti yang dibuat pada tahun 1358 M oleh Raja Hayam Wuruk. Raja Hayam Wuruk menuliskan aturan-aturan tentang  penyeberangan di sekitar sungai Bengawan Solo dan Brantas. 

  • Prasasti Waringin Pitu

Prasasti ini ditemukan di desa Surodakan Trenggalek oleh sebab itu lah bukti sejarah ini juga disebut sebagai prasasti  Surodakan. Informasi yang didapatkan dari prasasti berkerangka tahun 1447 M adalah tentang bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit. Majapahit menaungi 14 kerajaan dan rajanya memiliki gelar Bhre.

  • Prasasti Marahi Manuk

Prasasti yang ditemukan di Mojokerto ini menceritakan tentang sengketa tanah yang terjadi pada masa itu. Perselisihan tersebut akhirnya diselesaikan pejabat atau hakim yang berkuasa saat itu. 

Bukti dari Luar Negeri 

Setelah memahami dan mengetahui bukti sejarah keberadaan kerajaan Majapahit dari dalam negeri, sekarang kita beralih ke bukti yang berasal dari luar negeri. 

Catatan dari Dinasti Ming

Dinasti Ming adalah sebuah kekaisaran yang pernah berkuasa di daratan Tiongkok pada masa lampau. Dinasti ini mengirim salah satu alasannya yaitu Cheng Ho ke berbagai penjuru negeri termasuk Nusantara. Dalam perjalanannya pada tahun 1412 ia ditemani oleh seorang penerjemah yang bernama Ma Huan. Penerjemah tersebutlah yang memberitakan adanya kerajaan Majapahit dalam bukunya yang berjudul Yingya Shenglon

Dalam buku tersebut Ma Huan menuliskan apabila melakukan perjalanan dari Surabaya kemudian dilanjutkan dengan berjalan ke selatan sejauh 42 km maka akan sampai di pasar Zhang-gu, kemudian setelah turun dari kapal dilanjutkan berjalan kaki ke selatan selama setengah hari maka akan tiba di Majapahit.  Di tempat ini raja tinggal bersama dengan 200-300 keluarga pribumi dan ada 7-8 orang tua yang menemani raja. 

Dalam buku catatan dinasti Ming cukup banyak mengulas tentang Majapahit. Setidaknya ada ⅗ bagian dari total naskah dan pembahasan Majapahit ada pada bab “Jawa”.

Catatan dari Dinasti Tang

Jika pada catatan Dinasti Ming tercantum hubungan baik antara Tiongkok dengan Majapahit, pada catatan ini menyatakan tentang perselisihan antara keduanya.  Catatan ini mengisahkan tentang utusan Meng Chi yang dikirim ke Singasari untuk menutup upeti namun tidak berhasil dan justru dipermalukan oleh Kertanegara. 

Penguasa Tiongkok yakni Kubilai Khan murka dan mengirim pasukan untuk menggulingkan dan membunuh kertanegara namun sudah dilakukan terlebih dahulu oleh Jayakatwang yaki adipati Kediri. Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara diampuni oleh Jayakatwang dan bersedia untuk mengabdi. Raden Wijaya kemudian diberi kepercayaan untuk mendirikan desa baru yang kemudian diberi nama Majapahit. 

Catatan dari Portugis

Jika menelisik sejarah maka akan ditemui bahwa sebelum bangsa Belanda datang, Portugis telah lebih dahulu menguasai Nusantara khususnya di Malaka. Bangsa Portugis mencatat adanya peperangan yang melibatkan antara Kerajaan Majapahit dengan Kesultanan Demak. Berdasarkan catatan tersebut peperangan terjadi sebanyak dua kali yakni 1518 dan 1524. 

Majapahit juga ditulis oleh Gaspar Correia yang merupakan penulis sejarah abad ke 16. Dalam catatan tersebut mengisahkan pertemuan Alfonso Albuquerque dengan kapal Majapahit yang tiba di selat Malaka. Alfonso Albuquerque menggambarkan kapal Majapahit memiliki 4 tiang besar dan mampu menampung 600 ton dan sanggup menghalau tembakan meriam besar sekalipun.  


The post Bukti Keberadaan Kerajaan Majapahit dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit https://haloedukasi.com/prasasti-peninggalan-kerajaan-majapahit Tue, 11 Jan 2022 08:52:29 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30247 Siapa yang tidak kenal dengan Kerajaan Majapahit ? Pada masanya, kerajaan ini dipercaya merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan yang menyatukan Indonesia. Sudah pasti banyak peninggalan dari kerajaan ini. Mari simak prasasti apa saja yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit. Prasasti adalah benda bersejarah yang dibuat sebagai piagam atau dokumen yang ditulis pada suatu bahan yang tahan […]

The post 17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Siapa yang tidak kenal dengan Kerajaan Majapahit ? Pada masanya, kerajaan ini dipercaya merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan yang menyatukan Indonesia. Sudah pasti banyak peninggalan dari kerajaan ini. Mari simak prasasti apa saja yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit.

Prasasti adalah benda bersejarah yang dibuat sebagai piagam atau dokumen yang ditulis pada suatu bahan yang tahan lama. Secara modern prasasti lebih dikenal dengan tulisan bersejarah yang ditulis diatas batu atau sebuah bangunan.

Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia pada masa 1293 Masehi hingga 1527 Masehi yang berpusat di Jawa Timur. Masa kejayaan kerajaan ini ialah pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dimana Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang cukup luas di Nusantara.

Berikut adalah berbagai prasasti yang ditinggalkan oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti keberadaannya yang masih dapat dipelajari oleh generasi sekarang.

1. Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu adalah prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit dengan tahun yang tertulis yaitu 1216 Saka atau 1294 Masehi. Prasasti ini mengisahkan mengenai penetapan yang dilakukan pada Desa Kudadu untuk menjadi sebuah sima.

Sima pada masa itu dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang dapat menjalankan dan membuat suatu sistem pemerintahan yang dijalankan dan disepakati oleh masyarakatnya.

Penetapan ini diberikan oleh raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat yang mewakili Desa Kudadu. Pemberian anugrah penetapan ini dikarena para pejabat Desa Kudadu telah membantu Raden Wijaya ketika melakukan pelarian dari pengejaran yang dilakukan oleh Jayakatwang.

Peristiwa ini terjadi ketika masa pemberontakan Jayakatwang kepada Singasari. Disebutkan bahwa Jayakatwang telah membunuh raja dari Kerajaan Singasari yaitu Raja Kertanegara. Prasasti Kudadu ini sendiri ditemukan pertama kali di lereng Gunung Butak yang terletak di Kabupaten Malang dan berdekatan dengan Gunung Kawi.

2. Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta juga kerap kali disebut dengan nama prasasti Raden Wijaya. Hal ini dikarenakan prasasti ini mengisahkan kisah hidup dari seorang Raden Wijaya. Prasasti ini berangka tahun 1208 Saka atau 1296 Masehi.

Dalam prasasti ini dikisahkan mengenai pemberian anugrah tertinggi yang diberikan kepada pejabat tinggi Desa Sukamerta yang telah berjasa membantu pelarian Raden Wijaya hingga tiba di Sumenep dan dapat bertemu dengan Aria Wiraraja.

Dimana Aria Wirajaya ini merupakan penasihat Kerajaan Singasari. Selain itu, prasasti ini juga menyebutkan kisah Raden Wijaya yang menjadikan keempat putri dari Kertanegara sebagai istrinya secara sekaligus. Kertanegara adalah raja terakhir yang memimpin Kerajaan Singasari, dimana dibawah kepemimpinannya dikatakan bahwa Singasari mencapai masa kejayaan.

Kemudian terdapat juga kisah mengenai penobatan Jayanegara (putra Raden Wijaya) sebagai raja muda di Daha atau Kediri pada tahun 1295 Masehi. Jayanegara sendiri dikatakan merupakan raja kedua yang memimpin Majapahit.

Prasasti ini ditemukan di sebuah gunung yang dikenal sebagai gunung keramat dan suci bahkan hingga kini. Gunung tersebut ialah Gunung Penanggungan yang terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan.

3. Prasasti Prapancasapura

Prasasti Prapancasapura

Prasasti Prapancasapura berangka tahun 1320 Masehi. Prasasti ini dibangun oleh Tribuwanatunggadewi yang mengisahkan mengenai nama yang diberikan kepada Hayam Wuruk sebelum nama Hayam Wuruk.

4. Prasasti Waringin Pitu

Prasasti Waringin Pitu

Prasasti Waringin Pitu adalah prasasti berangka tahun 1447 Masehi yang mengisahkan mengenai sistem pemerintahan dan birokrasi yang dijalankan oleh Kerajaan Majapahit pada masa itu.

Diceritakan dalam prasasti bahwa Kerajaan Majapahit memiliki 14 kerajaan bawahan, dimana masing-masing kerajaan bawahan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki gelar Bhre.

Raja dari kerajaan bawahan itu diantaranya ialah Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Daha, Bhre Keling, Bhre Wirabumi, Bhre Tanjung Pura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Tumapel, Bhre Wengker, Bhre Kabalan, Bhre Matahun, Bhre Singapura, Bhre Jagaraga dan Bhre Kelapapel-Singapura.

5. Prasasti Wurare

Prasasti Wurare

Prasasti ini berisi kisah Aryya Bharad yaitu seorang brahmana yang membagi tanah Jawa menjadi dua bagian. Hal ini dilakukan oleh sang brahmana karena adanya dua raja yang nyaris berperang hebat.

Kedua kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Janggala. Prasasti Wurare ini tertulis tahun 1289 Masehi atau tahun 1211 Saka.

6. Prasasti Balawi

Prasasti Balawi

Prasasti ini bertuliskan tahun 1305 Masehi, dimana prasasti ini ditemukan di Desa Balawi, Kabupaten Lamogan, Jawa Timur. Prasasti ini dikatakan menceritakan kisah yang serupa dengan prasasti Sukamerta. Prasasti ini berkisah mengenai Raden Wijaya yang menikah dengan empat orang putri dari Kertanegara.

Putri-putri Kertanegara itu bernama Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Rajapadni Dyah Dewi Gayatri, Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari dan Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita.

7. Prasasti Parung

Prasasti Parung

Prasasti Parung berangka tahun 1350 Masehi dan ditemukan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini berisikan petuah yang ditujukan kepada para pemegang kekuasaan para pemegang pemerintahan dan pejabat agar dapat bijak dan mempertimbangkan segala hal sebelum mengambil suatu keputusan.

Petuah yang tertuang dalam prasasti ini bahkan lebih dikhususkan untuk pejabat pengadilan. Pejabat pengadilan diharapkan untuk mencontoh para pendahulunya dengan membaca buku peraturan, hukum adat, buku sastra dari India serta pendapat tetua sebelum mengambil keputusan pada sebuah kasus.

8. Prasasti Biluluk I hingga IV

Prasasti Biluluk

Prasasti Biluluk adalah prasasti yang ditemukan di Lamogan dengan angka tahun yang tertulis ialah 1366 Masehi hingga 1397 Masehi. Prasasti ini terbuat dari lempengan tembaga dengan terbagi menjadi empat buah sehingga sering kali disebut dengan Prasasti Biluluk I, II hingga IV.

Prasasti Biluluk ini mengisahkan mengenai penganugerahan yang diberikan kepada Desa Biluluk untuk menjadi sebuah sima. Desa Biluluk memiliki sumber air asin sehingga menjadi pusat pertanian garam. Dalam prasasti juga diatur mengenai hukum untuk sumber air tersebut bahkan peraturan pajak.

9. Prasasti Karang Bogem

Prasasti Karang Bogem

Prasasti Karang Bogem bertuliskan tahun 1387 Masehi dan ditemukan di wilayah Karang Bogem yang kini menjadi wilayah dari Kabupaten Bungah.

Prasasti ini berbentuk sebuah logam satu keeping yang dipercaya ditulis oleh Batara Parameswara Pamotan Wijayarajasa Dyah Kudamerta seorang raja dari Kedaton Wetan.

Prasasti ini dibuat dua tahun sebelum wafatnya Hayam Wuruk. Prasasti ini berisikan peresmian Desa Karang Bogem sebagai wilayah perikanan.

10. Prasasti Katiden

Prasasti Katiden

Prasasti Katiden bertuliskan tahun 1317 Saka atau 1395 Masehi. Prasasti ini mengisahkan pengumuman yang diturunkan oleh Raja Wikramawardhana yang tidak lain adalah menantu Hayam Wuruk, yang ditujukan kepada Pacatanda yang berkuasa di Turen dan para same Katiden.

Same Katiden adalah masyarakat yang mendiami wilayah timur Gunung Kawi, baik di barat atau timur sungai. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa titah yang diberikan raja adalah agar masyarakat menjaga dan melestarikan hutan di lereng Gunung Lejar. Selain itu, masyarakat juga dibebaskan dari pembayaran pajak dan diperbolehkan menggunakan hasil hutan.

11. Prasasti Canggu

Prasasti Canggu

Prasasti Canggu memiliki nama lain yaitu Prasasti Trowulan I, yang dikeluarkan pada masa kepemimpinan raja Hayam Wuruk sekitar tahun 1358 Masehi. Prasasti ini berisikan mengenai peraturan yang berlaku untuk aktifitas penyeberangan yang dilakukan di sekitar Sungai Berantas dan Sungai Bengawan Solo.

12. Prasasti Jiwu

Prasasti Jiwu

Prasasti Jiwu atau Prasasti Jiyu merupakan prasasti berangka tahun 1416 Saka atau 1486 Masehi. Prasasti ini mengisahkan mengenai penghargaan yang diberikan kepada Sri Paduka Brahmaraja Ganggadara oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Anugrah ini berupa pemberian tanah di Talasan, Pung dan Batu untuk dibangun dan dijadikan asrama Trailokyapuri.

13. Prasasti Marahi Manuk

Prasasti Marahi Manuk

Prasasti Marahi Manuk adalah prasasti yang ditemukan di daerah Mojokerto. Prasasti ini berisikan kisah sengketa tanah yang kemudian diselesaikan dengan pemberian keputusan yang dilakukan oleh pejabat yang memahami hukum dari adat setempat.

14. Prasasti Alasantan

Prasasti Alasantan

Prasasti Alasantan dipercaya merupakan prasasti tertua dengan angka tahun 939 Masehi. Prasasti ini ditemukan Kabupaten Mojokerto tepatnya di Desa Bejijong, Trowulan.

Prasasti ini berisi perintah untuk menjadikan tanah di kawasan Alasantan untuk dijadikan tanah sima dengan kepemilikan kepada Rakaryan Kabayan. Titah ini diberikan oleh Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama.

15. Prasasti Maribong

Prasasti Maribong

Prasasti ini bertuliskan tahun 1264 Masehi. Cerita yang dikisahkan dalam prasasti ini mengenai pemberian hak. Hak yang diberikan ialah hak untuk mendirikan sebuah desa yang dinamakan Desa Maribong. Pemberian hak ini diberikan oleh Raja Wisnuwardhana.

16. Prasasti Hara-Hara

Prasasti Hara-hara

Prasasti Hara-hara memiliki nama lain yaitu prasasti trowulan VI yang berangka tahun 966 Masehi. Prasasti ini berisi penjelasan mengenai Mpu Mano yang memberikan tanah yang ia miliki kepada Mpungku Nairanjana dan Mpungku Susuk Pager agar tanah tersebut dipakai untuk membiayai rumah doa.

17. Prasasti Kamban

Prasasti Kamban

Prasasti ini mengisahkan mengenai Desa Kamban yang diberikan anugrah menjadi sima atau daerah perdikan. Penganugrahan ini diberikan oleh Rake Hino Sri Maharaja Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa. Prasasti ini tergolong cukup tua karena angka tahun yang tertulis adalah tahun 941 Masehi.

The post 17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit https://haloedukasi.com/candi-peninggalan-kerajaan-majapahit Tue, 14 Dec 2021 07:57:39 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29258 Kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar yang pernah menguasai beberapa wilayah di Indonesia. Apabila kita berbicara tentang peradabannya, memang bukan suatu hal yang fiktif, melainkan keberadaan dari kerajaan ini telah dibuktikan serta diperkuat dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa candi bersejarah. Lantas, apa sajakah peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut? Berikut beberapa diantaranya: 1. Candi Sukuh Candi peninggalan Majapahit yang […]

The post 10 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar yang pernah menguasai beberapa wilayah di Indonesia. Apabila kita berbicara tentang peradabannya, memang bukan suatu hal yang fiktif, melainkan keberadaan dari kerajaan ini telah dibuktikan serta diperkuat dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa candi bersejarah.

Lantas, apa sajakah peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut? Berikut beberapa diantaranya:

1. Candi Sukuh

Candi peninggalan Majapahit yang pertama adalah Candi Sukuh. Candi ini berada di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngaryoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jika dari Surakarta, candi ini berjarak sekitar 36 km sementara dari Kota Karanganyar berjarak 20 km.

Menurut sejarah, Candi Sukuh telah dibangun pada abad ke-15 Masehi dan ditemukan pada tahun 1815 dalam kondisi yang runtuh.

Candi ini telah ditemukan oleh Johnson pada masa pemerintahan Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya yang berjudul “The History of Java”. Kemudian penelitian dilanjutkan oleh Van der Vlies, seorang arkeolog asal Belanda dan telah mengalami pemugaran di tahun 1928.

Candi dengan tinggi sekitar 1.186 m ini tentunya memiliki keunikan tersendiri salah satunya adalah terdapat 3 teras yang tersusun secara terbelah menjadi dua di bagian tengahnya. Selain itu, bentuk bangunan dari candi ini apabila dilihat sekilas mirip dengan bangunan piramida yang terdapat di Mesir yakni Piramida Giza.

2. Candi Cetho

Candi Cetho berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jemawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jika berbicara asal-usul namanya, Dalam bahasa Jawa sendiri, kata Cetho bermakna jelas yakni dapat melihat dengan jelas pemandangan yang ada di dusun tersebut.

Berdasarkan sejarah, candi ini telah dibangun sekitar abad ke-15 Masehi bersamaan dengan Candi Sukuh. Candi yang berdiri di atas lahan lebih dari 6.000 m dan terbuat dari batu andesit ini, memiliki banyak teras di setiap sisi candi. Namun setelah adanya pemugaran yang hanya tersisa hanyalah 9 teras saja.

Adapun keunikan lainnya dari Candi Cetho yaitu candi penyucian di mana berdasarkan isi prasasti di sana menyebutkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat peruwatan atau pembebasan diri dari kutukan. Sehingga banyak masyarakat atau pengunjung yang datang kesini untuk melakukan peruwatan tersebut.

3. Candi Pari

Candi Pari merupakan candi peninggalan Majapahit yang berada di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidorajo, Jawa Timur. Apabila dari Lumpur Lapindo, candi ini hanya berjarak sekitar 2 km. Hingga kini, Candi Pari masih berdiri kokoh di sana.

Berdasarkan sejarah, candi ini diperkirakan telah dibangun pada 1371 Masehi dengan bangunannya menghadap ke arah barat. Selain itu, candi ini dibangun dengan berbahan dasar dari batu bata yang berbentuk persegi empat.

4. Candi Jabung

Peninggalan selanjutnya yaitu Candi Jabung. Candi ini terletak di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur tepatnya berada di Desa Jabung. Di dalam kitab Negarakertagama juga menyebutkan bahwa candi yang satu ini mendapat gelar sebagai Bajrajinaparamitapura.

Uniknya, Candi Jabung memiliki kesamaan dengan Candi Pari yakni bahan dasar pembangunannya menggunakan batu bata. Bahkan pada Kitab Negarakertagama menyebutkan candi ini pernah dikunjungi oleh raja Kerajaan Majapahit yakni Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi.

5. Candi Brahu

Candi Brahu merupakan candi Majapahit yang berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Nama Brahu itu sendiri diambil dari kata Wanaru atau Warahu yang merupakan sebutan bangunan suci yang didalamnya ada prasasti Alasantan. Candi ini dibangun oleh Mpu Sindok yang digunakan untuk tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit yang telah wafat.

Candi Brahu diperkirakan sudah dibangun sejak abad ke-15 Masehi. Jika dilihat dari arsitektur bangunannya, candi ini menggunakan corak Buddha dengan menghadap ke arah utara dan terbuat dari bata merah yang memiliki panjang sekitar 22,5 m dan lebar 18 m dengan tinggi 20 m.

6. Candi Tikus

Sama seperti Candi Brahu, Candi Tikus ini juga berada Trowulan tepatnya di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Uniknya, alasan dinamakan sebagai Candi Tikus karena dahulunya candi ini adalah sarang tikus. Candi ini diperkirakan telah dibangun pada abad ke-13 hingga abad ke-14.

Kemudian, Candi Tikus ditemukan dan digali pada tahun 1914 serta dilanjutkan dengan pemugaran di tahun 1984. Karena bangunannya yang berada di bawah permukaan tanah sehingga banyak para arkeolog mengemukakan bahwa Candi Tikus merupakan tempat pemandian keluarga kerajaan.

Tidak hanya itu, candi ini juga berfungsi sebagai tempat menampung air untuk kebutuhan masyarakat setempat serta tempat pemujaan.

7. Candi Surawana

Candi Surawana ini berada di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur. Candi ini juga memiliki sebutan lain yakni Candi Wisnubhawanapura. Candi ini diperkirakan sudah dibangun sejak abad ke-14 Masehi.

Adapun tujuan didirikannya Candi Surawana adalah untuk memuliakan Bhre Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Wengker. Wengker ini yaitu kerajaan yang masih di bawah kepemimpinan Kerajaan Majapahit.  Candi yang bercorak Hindu ini, sekarang kondisinya tidak lagi utuh.

Pada bagian dasarnya telah mengalami pemugaran sementara bagian tubuh dan atap telah hancur tidak tersisa dan hanya ada bagian kaki candi setinggi 3 m saja yang masih utuh.

Adapun fakta unik lainnya yaitu candi ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar seperti candi pada umumnya yakni hanya sekitar 8×8 m saja dengan berbahan dasar batu andesit.

8. Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu juga termasuk kedalam candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang hingga sekarang masih utuh. Karena bentuknya yang mirip dengan gapura, sehingga candi ini juga sering disebut sebagai Gapura Bajang Ratu. Candi ini terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Beberapa para pakar sejarah mengemukakan bahwa Candi Bajang Ratu/Gapura Bajang Ratu merupakan gapura terbesar yang pernah didirikan oleh Kerajaan Majapahit di masa kejayaannya. Bahkan jika berdasarkan catatan sejarah, gapura ini digunakan sebagai pintu masuk ketika hari peringatan wafat Raja Jayanegara berlangsung.

9. Candi Wringin Lawang

Sama halnya dengan Candi Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang juga sering disebut dengan Gapura Wringin Lawang karena bangunannya yang mirip dengan gapura. Candi yang dibangun pada abad ke-14 ini berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Candi Wringin Lawang diperkirakan telah dibangun pada abad ke-14. Candi ini berdiri dengan ketinggian sekitar 15,5 m dan luasnya sekitar 13 x 11 m. A

dapun keunikan lainnya adalah nama candi itu sendiri. Wringin berarti pohon dan lawang berarti pintu. Hal itu dikarenakan candi ini dikelilingi oleh banyak pohon beringin. Bahkan candi ini juga sering disebut dengan Candi Jatipasar.

10. Candi Wringin Branjang

Candi terakhir adalah Candi Wringin Branjang yang terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Jika dilihat dari arsitekturnya, candi ini memiliki bentuk yang sederhana serta tidak terdapat kaki candi di mana hanya tersisa bagian atap dan badan candi saja.

Selain bentuknya yang sederhana, candi ini juga mempunyai ukuran yang relatif kecil yakni panjang 400 cm dan lebar 300 cm dengan tingginya 500 cm.

Sementara lebar pintu masuk candi hanya sekitar 100 cm dengan tinggi 200 cm. Bahkan di dinding-dinding candi tidak terdapat relief namun ada sebuah lubang ventilasi di dalamnya.

The post 10 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>