makna kata - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/makna-kata Sat, 22 Oct 2022 04:07:13 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico makna kata - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/makna-kata 32 32 10 Contoh Bahasa yang Bersifat Arbitrer https://haloedukasi.com/contoh-bahasa-yang-bersifat-arbitrer Sat, 22 Oct 2022 04:07:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39220 Bahasa dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal paling penting karena berperan sebagai alat komunikasi dan alat interaksi dengan manusia lain. Pada dasarnya Bahasa adalah sebuah sistem, artinya Bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di dalamnya. Bahasa bersifat arbitrer artinya mana suka. Hubungan antara lambang bunyi dengan yang […]

The post 10 Contoh Bahasa yang Bersifat Arbitrer appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal paling penting karena berperan sebagai alat komunikasi dan alat interaksi dengan manusia lain. Pada dasarnya Bahasa adalah sebuah sistem, artinya Bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di dalamnya.

Bahasa bersifat arbitrer artinya mana suka. Hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah sewaktu-waktu, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat mengonsepi makna tertentu.

Mana suka ini juga berarti seenaknya, asal bunyi, tidak ada hubungan logis antara kata-kata sebagai simbol dengan yang disimbolkannya. Pakar linguistik menyatakan bahwa Bahasa “berjalan” sebagai suatu sistem lambang yang bersifat arbitrer. Berikut Contoh Bahasa yang Bersifat Arbitrer.

  1. Penutur Indonesia menamai perabot rumah tangga yang digunakan untuk duduk dengan sebutan [kursi], mengapa tidak [atap]?. Tidak dapat dijelaskan mengapa benda tadi dilambangkan dengan [kursi] bukan [atap] atau kata lainnya.
  2. Penutur Indonesia menamai benda yang digunakan sebagai alas kaki dengan sebutan [sepatu] tetapi menjadi [shoes] dalam Bahasa Inggris.
  3. Dalam Bahasa Jawa, lambang yang dalam Bahasa Indonesia berbunyi [kuda] disebut sebagai [jaran] dan bukannya [kuda]. Di Inggris disebut [horse] di Belanda disebut [paard] dan bukan disebut sebagai [kuda]. Lambang Bahasa berwujud bunyi [kuda] dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikitpun.
  4. Hewan dengan belalai panjang, bertubuh besar, berkaki empat dan bertelinga sangat lebar dalam Bahasa secara mana suka disebut dengan [gajah]. Penamaan tersebut tidak didasarkan alasan apapun. Jika di masa lalu kesepakatannya disebut [jerapah] atau [kucing] pun juga bisa dan akan menjadi baku dalam khazanah berbahasa.
  5. Lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau makna sejenis binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk membajak sawah, ternyata tidak dapat dijelaskan secara kongkrit. Jika hendak menyebutnya sebagai [kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna atau konsep yang sama.
  6. Kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak atau menghidupkan mesinnya dalam Bahasa Indonesia disebut [mobil] sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut [car].
  7. Memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya dalam Bahasa Indonesia disebut [makan]. Penamaan tersebut tidak didasarkan alasan apapun.
  8. Lambang bunyi [meja] biasanya digunakan untuk konsep atau makna perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangga. Tidak ada penjelasan kongkret mengapa makna ini disebut [meja].
  9. Penutur Indonesia menamai bangunan atau Lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran dengan sebutan [sekolah]. Sedangkan bagi penutur selain penutur Bahasa Indonesia akan menamainya dengan sebutan yang berbeda.
  10. Dalam Bahasa Indonesia lambang bunyi [gelas] adalah tempat untuk minum berbentuk tabung terbuat dari kaca dan sebagainya. Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa lainnya dinamai dengan nama berbeda dan tidak ada penjelasan kongkret mengapa penyebutan tersebut dapat berbeda.

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi tersebut.

Pada hakikatnya Bahasa bersifat arbitrer kita akan mengetahui ketiadaan hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dengan kata lain, hubungan antara Bahasa dan wujud bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penutur Bahasa di dalam masyarakat yang bersangkutan.

The post 10 Contoh Bahasa yang Bersifat Arbitrer appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Emotif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat https://haloedukasi.com/emotif Tue, 27 Sep 2022 07:04:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38853 Kata merupakan unsur yang dapat membentuk suatu kalimat. Banyak ragam kata di dalam Bahasa Indonesia, salah satunya adalah kata emotif. Kata emotif juga dikenal dengan sebutan konotatif, yaitu kata yang tidak menunjukkan arti sesungguhnya karena kata konotatif fungsinya untuk menimbulkan emosi pada seseorang. Jenis ragam kata emotif lebih banyak dipakai dalam penulisan karya sastra. Pengertian […]

The post Emotif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kata merupakan unsur yang dapat membentuk suatu kalimat. Banyak ragam kata di dalam Bahasa Indonesia, salah satunya adalah kata emotif.

Kata emotif juga dikenal dengan sebutan konotatif, yaitu kata yang tidak menunjukkan arti sesungguhnya karena kata konotatif fungsinya untuk menimbulkan emosi pada seseorang. Jenis ragam kata emotif lebih banyak dipakai dalam penulisan karya sastra.

Pengertian Kosakata Emotif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan emotif adalah berkenaan dengan (berhubungan dengan) emosi. Emotif bersifat menimbulkan (membangkitkan) emosi.

Kata emotif merupakan ragam kata yang dapat menimbulkan emosi subjektif suatu individua tau kelompok. Kata ini mampu menciptakan perasaan positif dan negatif pada seseorang melalui sentuhan pancaindranya (penglihatan, sentuhan, rasa, aroma, dan pendengaran).

Kata emotif sering dijumpai di dalam karya tulis yang bernilai sastra. Sebab kata emotif mampu menggugah emosi orang yang menikmati karya sastra, mulai dari cerpen, puisi, hingga novel.

Pengertian kata emotif dapat dikatakan sebagai kata yang berhubungan dengan emosi, perasaan, dan memiliki makna konotasi. Kata konotatisi umumnya tidak menunjukkan arti yang sesungguhnya.

Ciri-Ciri Kosakata Emotif

Kosakata emotif dapat ditemukan pada teks sastra seperti teks drama, cerpen, novel, puisi, dan pantun. Tidak hanya dalam teks sastra, namun juga bisa ditemukan dalam teks pidato. Seperti halnya dalm teks-teks pidato Ir. Soekarno yang sering kali membuat pembaca larut dalam emosi kata-katanya. Kata-kata emotif ini mengandung makna konotatif.

Ciri-Ciri dari kosakata emotif yang mengandung makna konotatif adalah sebagai berikut :

  • Makna Tidak Sebenarnya

Hal ini dikarenakan makna konotatif memiliki makna konotatif. Penggunaanya dengan cara mengganti kata yang sebenarnya. Seperti ‘pencuri’ diganti dengan kata ‘si tangan panjang’.

  • Makna Tambahan Berupa Konseptual

Ada kata penunjuk kepada suatu referen yang sedang dibahas.

  • Makna Tambahan Berupa Rasa

Makna tersebut berupa penyampaian rasa yang ingin disampaikan oleh penulis. Baik itu perasaan sedang sedih, senang, marah, atau bahagia.

  • Menggunakan Bahasa yang harus dianalisis karena biasanya memiliki arti tersendiri
  • Pembacanya menjadi berimajinasi atau membayangkan
  • Fungsinya dapat berubah-ubah, semua tergantung pada penggunaan, karakter, tujuan seorang penulis menuliskan teks tersebut.

Contoh Penggunaan Kosakata Emotif Dalam Kalimat

  • Berjuanglah sampai titik darah penghabisan sehingga mencapai hari tua

Titik darah penghabisan merupakan kata emotif yang memiliki arti meninggal. Kalimat tersebut berbentuk persuasif. Kalimat ini juga berbentuk motivasi sehingga mampu membuat seseorang bersemangat mencapai hari tua yang bisa kamu nikmati.

  • Kamu adalah rumah bagiku setelah aku pergi seharian

Kata emotif dari kalimat tersebut adalah rumah. Rumah merupakan tempat ternyaman seseorang, untuk mengembalikan energi, bercerita banyak hal, serta beristirahat.

  • Mari kembali rajut asmara yang telah lama pupus

Kata emotif dalam kalimat adalah rajut atau memperbaiki kembali hubungan asmara dan kasih sayang yang telah selesai.

  • Jangan lupa untuk ulurkan tangan pada orang lain yang membutuhkan!

Ulurkan tangan merupakan kata emotif yang dapat diartikan saling membantu atau bantulah Ketika menemukan seseorang yang sedang mengalami kesulitan.

  • Binar di wajahmu terlihat bagai rembulan yang bersinar saat purnama tiba

Terdapat dua kata emotif dalam kalimat ini, yaitu binar dan rembulan yang bersinar saat purnama tiba. Binar memiliki arti sebagai cahaya, dan rembulan saat purnama adalah cantik.

  • Carilah ilmu, hingga ke ujung dunia

Kata emotif pada kalimat tersebut adalah hingga ke ujung dunia. Hingga ke ujung dunia pada kalimat tersebut memiliki arti jangan mudah Lelah.

  • Senyummu sore tadi membuatku mabuk kepayang

Kata emotif mabuk kepayang dalam kalimat diatas memiliki arti jatuh cinta.

  • Mari, jaga lingkungan hidup kita dari tindak tanduk sampah masyarakat

Jika diartikan kalimatnya secara keseluruhan akan menjadi jaga lingkungan hidup dari tindakan sewenang-wenang orang yang licik.

  • Jangan terus menerus bermuka masam, nanti kecantikamu luntur

Arti kata emotif bermuka masam adalah seseorang yang tidak tersenyum atau selalu cemberut. Sedangkan kecantikann yang luntur adalah kecantikannya akan hilang jika tidak mau tersenyum.

  • Lulu selalu memikirkan masa depannya yang masih kelabu

Kata emotif dalam kalimat adalah kelabu di mana memiliki arti masih buram atau belum diketahui. Kalimat tersebut menimbulkan respon negatif karena masa depan masih belum terlihat.

The post Emotif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Konotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat https://haloedukasi.com/konotatif Tue, 27 Sep 2022 06:55:29 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38862 Makna konotatif merupakan istilah yang biasa digunakan dalam ilmu Bahasa. Makna konotatif digunakan untuk memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata. Kata ini biasanya mengandung makna kiasan atau bukan arti kata sebenarnya. Kata bermakna konotatif biasanya banyak ditemukan pada karya sastra seperi pantun, puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma […]

The post Konotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Makna konotatif merupakan istilah yang biasa digunakan dalam ilmu Bahasa. Makna konotatif digunakan untuk memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata. Kata ini biasanya mengandung makna kiasan atau bukan arti kata sebenarnya. Kata bermakna konotatif biasanya banyak ditemukan pada karya sastra seperi pantun, puisi, cerpen, dan lain sebagainya.

Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipengang oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan fungsi sosial kata dan makna yang hamper sama, karena berkaitan dengan nilai rasa.

Pengertian Makna Konotatif

Makna konotatif adalah suatu jenis makna yang mengandung nilai emosional di dalam stimulus respon. Makna yang murni atau asli telah ditambahkan sebuah perasaan, emosi, atau nilai tertentu sehingga menimbulkan kata-kata baru. Makna konotatif dapat berbeda antarpribadi, antarkelompok masyarakat, antaretnis, dan antargenerasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna konotatif adalah tautan pikiran yang menimbulkan rasa pad seseorang Ketika berhadapan dengan sebuah kata. Konotatif atau konotasi disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.

Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna ini biasanya mencul karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju, tidak setuju, senang, tidak senang, dan sebagainya kepada pendengan atau pembaca.

Konotatif adalah sesuatu yang timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal yang mempertalikan seseorang dengan yang lainnya. Sebab itu, Bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya.

Penggunaan konotatif sering dijumpai pada sebuah cerpen, pantun, lagu, atau beberapa karya seni lainnya. Hal ini bertujuan untuk memperindah sebuah kalimat ungkapan.

Sifat dan Ragam Makna Konotatif

Setelah melihat penjelasan makna konotatif di atas, makna konotatif juga memiliki dua sifat yang biasa disebut juga ragam konotatif. Konotatif ada yang bersifat individual dan kolektif. Konotatif individual lebih mengutamakan atau menonjolkan diri sendiri dan hanya perorangan, sedangkan konotatif kolektif lebih mengutamakan nilai rasa yang berlaku untuk suatu golongan atau masyarakat.

Konotatif individual lebih sulit ditelitt karena mengutamakan nilai rasa individual itu sendiri. Konotatif kolektif dibagi menjadi tiga ragam, yaitu sebagai berikut :

  • Konotatif baik, yang meliputi konotatif tinggi dan konotatif ramah.
  • Konotatif tidak baik, meliputi konotatif berbahaya, konotatif tidak pantas, konotatif tidak enak, konotatif kasar, konotatif keras.
  • Konotatif netral, meliputi konotatif bentukan sekolah, konotatif kanak-kanak, konotatif hipokoristik, dan konotatif bentuk nonsens.

Penggunaan makna konotatif ditinjau dari segi nilai terdapat makna konotatif positif dan makna konotatif negative. Penjelasan dari dua raga mini adalah sebagai berikut :

  • Makna Konotatif Positif, merupakan kiasan yang mengandung makna baik atau positif. Makna yang melibatkan perasaan pendengar atau pembaca kearah positif.
  • Makna Konotatif Negatif,  merupakan kiasan yang mengandung makna buruk atau negatif. Makna yang cenderung mengarah pada hal-hal yang negatif. Makna konotatif negatif dapat dilihat dari nilai rasa yang kurang baik atau buruk.

Ciri-Ciri Makna Konotatif

Makna konotatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  • Makna konotatif terjadi apabila kata itu memiliki rasa, baik positif atau negatif. Jika tidak bernilai rasa dapat juga disebut berkonotasi netral.
  • Makna konotatif dalam kata dapat berbeda dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Hal ini sesuai dengan pandangan hidup dan norma yang ada pada masyarakat tersebut.
  • Makna konotatif juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
  • Makna konotatif merupakan makna yang tidak sebenarnya dari kata tersebut.

Contoh Konotatif Dalam Kalimat

  • Siska mempunya sifat ringan tangan kepada guru dan teman-temannya di sekolah.

‘ringan tangan’ memiliki arti suka membantu.

  • Setiap pergi ke luar kota, Siska tidak pernah lupa membawa buah tangan untuk teman-teman kantornya.

‘buah tangan’ memiliki arti oleh-oleh.

  • Dia cenderung keras kepala dan menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.

‘keras kepala’ bermakna tidak mau menuruti nasihat orang lain.

  • Radit dijuluki anak kutu buku di sekolah.

‘kutu buku’ memiliki arti suka membaca.

  • Banyak pahlawan yang telah gugur di medan perang.

‘gugur’ memiliki arti meninggal.

  • Kau harus bisa berlapang dada.

‘berlapang dada’ memiliki makna menerima dengan tabah.

  • Siska menjadi buah bibir di sekolah setelah mendapat gelar juara pada lomba baca puisi.

‘buah bibir’ bermakna bahan pembicaraan.

  • Mutia merupakan anak emas dalam keluarganya.

‘anak emas’ bermakna anak yang paling.

  • Para tikus kantor seharusnya tidak diberi hukuman ringan.

‘tikus kantor’ memiliki arti koruptor.

  • Naufal memutuskan gantung raket.

‘gantung raket’ dalam olahraga bulutangkis bermakna berhenti atau pensiun.

  • Denis bisa menangkap materi pelajaran matematika dengan mudah jika diterangkan oleh Ibu Debby.

‘menangkap’ dalam kalimat ini bermakna memahami

  • Paman sudah banyak makan asam garam kehidupan.

‘asam garam’ dalam kalimat ini memiliki arti banyak pengalaman.

The post Konotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya Dalam Kalimat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Denotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya https://haloedukasi.com/denotatif Tue, 27 Sep 2022 06:33:32 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38863 Denotatif adalah makna yang sifat umum. Denotaif merupakan makna yang tidak menggunakan pikiran dan perasaan tertentu. Denotatif lebih mengarah pada objektivitas. Itu artinya tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan pasti apa adanya. Denotatif juga merupakan sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya. Selain itu, makna denotatif juga sering dilakukan seperti yang sehari-hari dilakukan. Makna denotatif […]

The post Denotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Denotatif adalah makna yang sifat umum. Denotaif merupakan makna yang tidak menggunakan pikiran dan perasaan tertentu. Denotatif lebih mengarah pada objektivitas. Itu artinya tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan pasti apa adanya.

Denotatif juga merupakan sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya. Selain itu, makna denotatif juga sering dilakukan seperti yang sehari-hari dilakukan. Makna denotatif merupakan makna kata yang objektif tanpa ada embel-embel perasaan tertentu dan murni dan bersifat umum.

Pengertian Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersembunyi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna denotatif berarti makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada suatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

Denotatif adalah adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Dikatakan objektif sebab makna denotatif itu bersifat umum.

Makna denotatif bersifat langsung dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual, makna denotasional, atau kognitif. Makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai dengan yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersebunyi.

Ciri Makna Denotatif

Makna denotatif memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

  • Makna denotatif memiliki nama lain yaitu makna lugas, karena sifatnya yang lugas atau literal.
  • Makna denotatif biasanya merupakan hasil observasi dari panca indra yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaaan, atau pengalaman fisik lainnya.
  • Makna kata sesuai dengan apa adanya.
  • Makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.

Contoh Denotatif Dalam Kalimat

  • Ian menjual kambing hitam di pasar hewan.

‘kambing hitam’ bermakna sebenarnya, yaitu kambing berwarna hitam.

  • Tini menyukai buah manggis.

‘menyukai’ bermakna suka atau senang dengan bua manggis.

  • Sungai yang berada di belakang rumah Ani meluap akibat hujan tadi malam.

‘meluap’ bermakna melimpah dengan banyak.

  • Bapak mendapat meja hijau gratis saat membeli beberapa barang elektronik.

‘meja hijau’ bermakna sebenarnya yaitu meja yang berwarna hijau.

  • Adik kecilku suka menggigit jari.

‘menggigit jari’ bermakna memasukkan jari ke mulut dan menggigitnya.

  • Adik duduk di kursi empuk yang terbuat dari busa.

‘duduk’ bermakna sebenarnya, yaitu meletakkan tubuh atau terletak tubuhnya dengan bertumpu pada pantat.

  • Bau sampah dari masakan itu begitu pekat tercium hidung.

‘bau’ bermakna sebenarnya, yaitu aroma tidak sedap.

  • Panci ibu memanas setelah tiga menit diletakkan di ats kompor.

‘memanas’ bermakna sebenarnya, yaitu mulai menjadi panas.

  • Saya membantu ibu menggulung tikar usai pertemuan keluarga selesai.

‘menggulung tikar’ bermakna sebenarnya, yaitu melakukan gulungan pada tikar.

  • Marina mengangkat tangan ketiga dipanggil ibu guru.

‘mengangkat tangan’ bermakna sebenarnya, yaitu melakukan angkat tangan.

The post Denotatif : Pengertian, Ciri, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Denotasi : Pengertian, Ciri, dan Contohnya https://haloedukasi.com/denotasi Mon, 26 Sep 2022 02:31:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38831 Denotasi adalah suatu sifat pada kata, frasa, atau kalimat. Denotasi adalah kebalikan dari konotasi. Menggunakan ungkapan konotasi dan denotasi adalah bagian dari pemilihan kata. Menentukan pemilihan kata yang tepat dapat membantu mempengaruhi dan menyakinkan pembaca. Denotasi adalah sifat yangberkaitan dengan makna sebuah pertanyaan. Denotasi adalah makna objektif. Kata atau kalimat denotasi sering digunakan dalam penulisan […]

The post Denotasi : Pengertian, Ciri, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Denotasi adalah suatu sifat pada kata, frasa, atau kalimat. Denotasi adalah kebalikan dari konotasi. Menggunakan ungkapan konotasi dan denotasi adalah bagian dari pemilihan kata. Menentukan pemilihan kata yang tepat dapat membantu mempengaruhi dan menyakinkan pembaca.

Denotasi adalah sifat yangberkaitan dengan makna sebuah pertanyaan. Denotasi adalah makna objektif. Kata atau kalimat denotasi sering digunakan dalam penulisan yang bersifat faktual seperti ilmu pengetahuan, hukum, dan bentuk ilmiah lainnya.

Pengertian Makna Denotasi

Makna denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna sebenarnya. Makna ini juga memiliki nama lain, yaitu makna lugas, karena sifatnya yang lugas atau literal. Makna denotasi ini biasanya merupakan hasil dari obeservasi panca indra yaitu pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman fisik lainnya.

Menurut KBBI, arti denotasi adalah makna kata atau kalimat kata yang didasarkan pada penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar Bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Denotasi berarti arti harfiah dari sebuah kata.

Makna denotasi adalah makna yang tidak mengalami perubahan, sesuai dengan konsep asalnya saja. Denotasi arti harfiah dari sebuah kata, isyarat, atau tanda apapun, tanpa emosi.

Denotasi berarti setiap arti sebuah kata yang didefinisikan dalam kamus. Setiap kata memiliki denotasi. Tidak peduli Bahasa atau bagian dari pidato, setiap kata memiliki definisi kamus.

Ciri – Ciri Denotasi

Ciri-ciri kata atau kalimat yang bermakna denotasi adalah sebagai berikut :

  • Makna kata sesuai apa adanya
  • Makna kata sesuai hasil observasi
  • Makna menunjukkan langsung pada makna acuan dasarnya

Contoh Makna Denotasi Dalam Kalimat

  • Tangan kanan Ari sakit karena dipukul adiknya.

Tangan kanan : tangan disebelah kanan

  • Andi sedang makan nasi dengan lauk ayam goreng.

Makan : memasukkan makanan pokok kedalam mulut serta mengunyah dan menelannya

  • Gadis-gadis di Desa Wonogiri biasanya merupakan pekerja keras

Gadis : perempuan yang belum bersuami

  • Anak-anak sedang belajar untuk persiapan ujian.

Anak : keturunan yang kedua atau manusia yang masih kecil

  • Ani membeli sepasang sepatu berwarna merah.

Merah : warna dasar yang serupa dengan warna darah

  • Jonan membawakan Mira setangkai bunga Mawar di hari wisudanya.

Mawar : bunga yang memiliki banyak kelopak, tangkainya berduri dan memiliki wangi yang unik

  • Pak Danang sedang makan hati hasil masakan istrinya.

Makan hati : menyantap salah satu organ hewan yaitu hati yang biasanya sudah dimasak

  • Jeni menggulung tikar-tikar setelah digunakan untuk acara syukuran ulang tahun adiknya.

Menggulung tikar : merapikan tikar dengan cara menekuknya kedalam dan membentuk spiral

Kelebihan dari kata atau frasa yang bermakna denotasi adalah kata atau frasa tersebut tidak bisa menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini karena makna denotasi selalu literal atau lugas sehingga tidak memerlukan konteks nilai atau fungsi sosial.

The post Denotasi : Pengertian, Ciri, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Makna Leksikal : Pengertian, Jenis dan Contohnya https://haloedukasi.com/makna-leksikal Mon, 26 Sep 2022 02:18:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38830 Ketika mempelajari suatu Bahasa yang bisanya sering dikenal dengan terminologi linguistik, kerap kali dijumpai bagian yang berkaitan dengan makna. Pengertian Makna Leksikal Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna diartikan sebagai arti atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Ahli Bahasa mengklarifikasi jenis-jenis makna dengan berbagai teori dan sudut pandang. Ada yang menggolongkan sampai […]

The post Makna Leksikal : Pengertian, Jenis dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Ketika mempelajari suatu Bahasa yang bisanya sering dikenal dengan terminologi linguistik, kerap kali dijumpai bagian yang berkaitan dengan makna.

Pengertian Makna Leksikal

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna diartikan sebagai arti atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Ahli Bahasa mengklarifikasi jenis-jenis makna dengan berbagai teori dan sudut pandang. Ada yang menggolongkan sampai 29 jenis makna kata. Namun dari beberapa jenis makna tersebut memiliki kesamaan dan dasar yang sama.

Makna dibedakan menjadi dua, yaitu makna linguistik dan makna sosial. Makna sosial bersifat kontekstual. Pembahasan dapat meluas pada latar belakang  budaya, adat, atau kultur dalam pemakaian Bahasa.

Sedangkan makna linguistik adalah makna yang biasa kita temukan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Makna linguistik dibagi menjadi dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Berikut adalah penjelasan tentang makna leksikal.

Makna leksikal adalah makna jenis-jenis kata yang belum mengalami proses perubahan bentuk, bersifat kongkret dan denotatif (mempunyai makna yang sebenarnya/tidak bisa atau ambigu). Nama lain dari makna leksikal adalah makna kamus.

Dikatakan makna kamus karena semua makna kata leksikal berasal dari kamus, terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia. Makna leksikal didasarkan pada kata yang sesungguhnya (makna sebenarnya) dan memiliki sifat tetap yang berarti tidak berhubungan dengan konteks kalimatnya.

Jika berlandaskan pada KBBI, leksikal adalah yang berhubungan dengan leksem, kata, dan kosakata. Bila dilihat secara mendalam, makna leksikal merupakan makna yang tergolong dalam konotasi dan denotasi.

Jenis Makna Leksikal

Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. satu simbol dapat mewakili lebih dari satu bahkan memiliki pandangan kata yang sangat beragam. Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima jenis, yaitu :

  • Sinonim

Disebut juga persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera dalam kamus) berbeda tapi memiliki kedekatan atau persamaan makna.

Contohnya :

Laki-laki – pria- cowok – jantan – jaka

Perempuan – wanita – gadis – betina – dara

Rendah – pendek – bawah

Tinggi – jangkung – atas – luhur

  • Antonim

Disebut juga lawan kata. Kata yang secara leksikon memiliki makna yang berbeda atau bertolak belakang.

Contohnya :

Gelap x Terang

Tipis x Tebal

Kuat x Lemah

Panas x Dingin

  • Homonim

Disebut juga persamaan bunyi. Kata yang secara leksikon memiliki bunyi dan bentuk yang sama namun memiliki makna yang berbeda.

Contohnya :

Kata bulan memilki bentuk dan bunyi yang sama tetapi maknanya dapat berbeda. Bulan dapat diartikan sebagai setelit alami yang mengelilingi bumi, tampak bersinar pada malam hari kerena pantulan sinar matahari. Namun, kata bulan merujuk pada satuan penanggalan.

Kata jarak berarti ruang atau sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat. Namun jarak juga merujuk pada tanaman perdu dengan nama Ricinus Communis.

  • Hiponim

Secara leksikon mewakili himpunan atau kelompok kata tertentu. Kata yang memiliki makna hiponim mewakili banyak hal, yang menyebabkan generalisasi.

Contohnya :

Leksikon buah mewakili kata lain seperti mangga, pisang, jeruk, melon, jambu, semangka, dan sejenisnya.

Leksikon unggas mewakili kata lain seperti ayam, burung, merpati, parkit, jalak, kalkun, itik, dan sejenisnya.

  • Meronim, yang secara leksikon merupakan bagian yang mewakili sesuatu secara keseluruhan. Maksudnya adalah jenis makna kata tersebut dapat mewakili makna lain yang lebih menyeluruh.

Contohnya :

Leksikon halaman, merupakan meronim dari kata buku.

Leksinon jari, merupakan meronim data kata tangan.

Leksikon pintu, merupakan meronim dari rumah.

Contoh-contoh diatas hanyalah sedikit dari contoh makna leksikal. Untuk menemukan contoh-contoh lainnya dapat ditemukan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memuat banyak sekali kata bermakna leksikal.

The post Makna Leksikal : Pengertian, Jenis dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
12 Jenis Makna Kata dan Contohnya https://haloedukasi.com/jenis-makna-kata Tue, 19 Jul 2022 02:03:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37182 Menurut Ferdinand de Saussure (Chaer, Abdul, 2007:287),  menjelas bahwa makna merupakan “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka itu artinya makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem. Jik tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan morfem, […]

The post 12 Jenis Makna Kata dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Menurut Ferdinand de Saussure (Chaer, Abdul, 2007:287),  menjelas bahwa makna merupakan “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik.

Kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka itu artinya makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem.

Jik tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan morfem, maka itu artinya makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem baik yang disebut morfem dasar maupun morfem afiks.

1. Makna Leksikal

Makna leksikal merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun.

Contoh:

  • Leksem kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai
  • Leksem pensil bermakna leksikal “sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang
  • Leksem air bermakna leksikal “sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari”.

2. Makna Gramatikal

Makna Gramatikal merupakan makna yang baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.

Contoh:

  • Proses afiksasi prefiks ber
    • Dasar baju melahirkan makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju
    • Dasar kuda melahirkan makna gramatikal “mengendarai kuda
    • Dasar rekreasi melahirkan makna gramatikal “melakukan rekreasi
  • Proses Komposisi
    • Dasar sate dan ayam melahirkan makna gramatikal “bahan
    • Dasar madura melahirkan makna gramatikal “ asal
    • Dasar lontong melahirkan makna gramatikal “bercampur
    • Dasar Pak Kumis (nama pedagang sate yang terkenal di Jakarta) melahirkan makna gramatikal “buatan
  • Proses Sintaktisasi
    • Sintaktisasi kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat Adik menendang bola melahirkan makna gramatikal adik bermakna “pelaku”, menendang bermakna “aktif” dan bola bermakna “sasaran
    • Sintaktisasi adik, menulis, dan surat melahirkan makna gramatikal adik bermakna “pelaku”, menulis bermakna “aktif”, dan surat bermakna “hasil

3. Makna Kontekstual

Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.

Contoh:

  • Makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut ini.
    • Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
    • Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
    • Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
    • Beras kepala harganya lebih mahal dari beras biasa.
    • Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.

4. Makna Referensial

Sebuah kata disebut makna referensial kalau ada referensnya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Seperti kata-kata dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.

Contoh:

  • “Tadi pagi saya bertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali

Kata saya mengacu pada Ani

  • “O, ya? Sahut Ali, “Saya juga bertemu beliau tadi pagi”

Kata saya mengacu pada Ali

  • “Di mana kalian bertemu beliau?” tanya Amin, “Saya sudah lama tidak berjumpa dengan beliau”

Kata saya mengacu pada Amin

5. Makna Denotatif

Makna denotatif merupakan makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.

Contoh:

  • Kata babi bermakna denotatif “sejenis binatang yang biasa diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya”
  • Kata kurus bermakna denotatif “keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal”
  • Kata rombongan bermakna denotatif “sekumpulan orang yang mengelompok menjadi satu kesatuan”

6. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

Contoh:

  • Kata babi pada orang yang beragama Islam atau di dalam masyarakat Islam mempunyai konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak bila mendengar kata itu.
  • Kata kurus berkonotasi netral artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan.
  • Kata ramping yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus memiliki konotasi positif nilai rasa yang mengenakkan, orang akan senang kalau dikatakan ramping.
  • Kata kerempeng yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping mempunyai konotasi negatif nilai rasa yang tidak mengenakkan, orang akan merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.

7. Makna Konseptual

Makna konseptual merupakan makna yang dimliki sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.

Contoh:

  • Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”
  • Kata rumah memiliki makna konseptual “bangunan tempat tinggal manusia”

8. Makna Asosiatif

Makna asosiatif merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.

Contoh:

  • Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian
  • Kata merah berasosiasi dengan “berani” atau juga “paham komunis”
  • Kata buaya berasosiasi dengan “jahat” atau juga “kejahatan”

9. Makna Kata

Makna kata merupakan makna yang sudah jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

Contoh:

  • Tangannya luka kena pecahan kaca.
  • Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama atau bermakna sama.

10. Makna Istilah

Makna istilah merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.

Contoh:

  • Tangannya luka karena pecahan kaca.

Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan.

  • Lengannya luka karena pecahan kaca.

Lengan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

Jadi, kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim       karena maknanya berbeda.

11. Makna Idiom

Idiom merupakan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

Contoh:

  • Bentuk “menjual gigi” memiliki makna “tertawa keras-keras”
  • Bentuk “membanting tulang” memiliki makna “bekerja keras”
  • Bentuk “meja hijau” memiliki makna “pengadilan”
  • Bentuk “sudah beratap seng” memiliki makna “sudah tua”

12. Makna Pribahasa

Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan secara leksikal maupun gramatikal, maka yang disebut pribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa.

Contoh:

  • Pribahasa “seperti anjing dengan kucing” yang bermakna “ihwal dua orang tidak pernah akut”
  • Pribahasa “tong kosong nyaring bunyinya” yang bermakna “orang yang banyak cakapnya biasanya tidak berilmu”

The post 12 Jenis Makna Kata dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perubahan Makna: Pengertian, Jenis dan Faktornya https://haloedukasi.com/perubahan-makna Mon, 24 Aug 2020 10:54:07 +0000 https://haloedukasi.com/?p=9711 Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan makna dalam sebuah kata. Karena pada dasarnya setiap kata mempunyai arti atau makna tersendiri. Tidak heran jika pada satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna tergantung dari kalimat yang digunakan. Dalam bahasa Indonesia, hal ini dikenal dengan istilah pergeseran makna atau perubahan makna. Apakah perubahan makna tersebut dan apa […]

The post Perubahan Makna: Pengertian, Jenis dan Faktornya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan makna dalam sebuah kata. Karena pada dasarnya setiap kata mempunyai arti atau makna tersendiri. Tidak heran jika pada satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna tergantung dari kalimat yang digunakan.

Dalam bahasa Indonesia, hal ini dikenal dengan istilah pergeseran makna atau perubahan makna. Apakah perubahan makna tersebut dan apa saja jenisnya? Berikut penjelasannya!

Pengertian Perubahan Makna

Perubahan atau pergeseran makna merupakan perubahan suatu makna yang terjadi pada kata tertentu, sehingga makna sekarang akan memiliki makna yang berbeda dari sebelumnya. Bahkan dalam perubahan makna dari suatu kata dapat memiliki makna yang lebih sempit, lebih luas, membaik ataupun memburuk.

Penyebab Perubahan Makna

Terjadinya perubahan makna dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Proses gramatikal
    Yakni terdapat proses afiksasi atau reduplikasi yang bisa menghasilkan makna baru yang berbeda dari makna sebelumnya.
  2. Perbedaan penafsiran
    Adanya perbedaan penafsiran antara satu orang dengan orang lainnya.
  3. Konteks kalimat
    Terdapat pengaruh terhadap pergeseran makna secara kontekstual. Dalam kondisi tertentu penggunaan kata dapat mempengaruhi makna yang timbul.
  4. Perkembangan IPTEK
    Seiring berkembangnya zaman tentu akan terjadi perubahan makna pada beberapa kata.
  5. Proses asosiasi
    Jika terjadi persamaan sifat dari dua kata berbeda, dapat menimbulkan makna yang berbeda terutama dari makna awal kata tersebut.
  6. Perbedaan sosial budaya
    Adanya perbedaan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat turut mempengaruhi perubahan makna suatu kata.

Jenis-Jenis Perubahan Makna

Beberapa jenis perubahan makna, antara lain:

  1. Membaik (Amelioratif)
    Amelioratif merupakan jenis perubahan makna dari sebuah kata menjadi lebih baik. Artinya dahulu suatu kata mempunyai makna yang buruk atau nilainya rendah, hingga akhirnya berubah menjadi lebih baik nilainya atau lebih tinggi.
  2. Memburuk (Peyoratif)
    Peyoratif merupakan jenis perubahan makna dari suatu kata menjadi lebih rendah. Perubahan makna ini di mana sebuah kata yang dahulu memiliki makna dengan nilai yang baik, sekarang menjadi lebih rendah atau nilainya kurang baik. Bisa dikatakan jika peyoratif adalah kebalikan dari amelioratif.
  3. Makna Menyempit (Spesialisasi)
    Perubahan makna menjadi menyempit terjadi ketika suatu kata di mana mulanya digunakan dan mempunyai makna luas, mengalami penyempitan atau pembatasan makna.
  4. Makna Meluas (Generalisasi)
    Makna meluas merupakan perubahan makna yang terjadi pada suatu kata yang dahulu penggunaanya terbatas saat ini berubah menjadi lebih luas maknanya. Makna meluas ini adalah kebalikan dari makna menyempit.
  5. Persamaan Sifat (Asosiasi)
    Asosiasi adalah perubahan makna di mana terdapat hubungan makna asli dengan makna baru akibat adanya perubahan lingkungan pemakaian.
  6. Pertukaran Tanggapan (Sinestesia)
    Sinestesia adalah jenis perubahan makna yang terjadi karena terdapat pertukaran tanggapan yang berasal dari dua indra. Misal makna untuk indera penglihatan berubah makna menjadi indera perasa.

Contoh Perubahan Makna

Contoh dari amelioratif:

Makna dari kata “wanita” mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kata “perempuan”.

Makna dari kata “suami” mempunyai nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan kata “laki”.

Makna dari kata “lembaga pemasyarakatan” mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kata “bui”.

Contoh dari peyoratif:

Dahulu makna kata “bunting” memiliki nilai yang tinggi, namun sekarang menjadi lebih rendah. Sehingga penggunaan kata “hamil” lebih sering digunakan untuk saat ini dan dianggap lebih tinggi maknanya.

Dahulu makna kata “kaki tangan” memiliki nilai yang tinggi dengan arti pembantu. Namun sekarang berubah makna dengan arti yang rendah yakni “kaki tangan penjahat” atau “mata-mata penjahat”.

Dahulu kata “kawin” mempunyai nilai yang tinggi, namun sekarang menjadi rendah maknanya sehingga penggunaan kata “menikah” lebih sering digunakan dan dianggap tinggi maknanya.

Contoh makna menyempit:

Kata “sarjana” dahulu digunakan untuk orang yang dianggap pandai atau pintar. Namun saat ini kata “sarjana” mengalami penyempitan makna dan hanya digunakan untuk orang yang lulus perguruan tinggi.

Kata “madrasah”dahulu digunakan untuk mengartikan sekolah secara umum. Namun saat ini kata “madrasah” hanya digunakan untuk menyatakan sekolah agama Islam.

Contoh makna meluas:

Dahulu kata “saudara” hanya diperuntukkan untuk menyebutkan orang yang mempunyai hubungan darah atau keluarga. Namun saat ini kata “saudara” memiliki makna yang luas dan dapat menjadi kata ganti atau sapaan untuk orang yang tidak memiliki hubungan keluarga sekalipun.

Dahulu kata “kepala” digunakan untuk menyatakan bagian tubuh. Namun saat ini kata “kepala” juga dapat bermakna sebagai ketua ataupun pemimpin.

Contoh dari asosiasi:

Kata “kursi” mempunyai makna sebenarnya berupa “tempat duduk”. Namun saat ini kata “kursi” dapat juga memiliki makna “jabatan”.

Kata “parasit” memiliki makna sebenarnya berupa “tumbuhan atau hewan yang merugikan makhluk hidup lainnya”. Sekarang kata “parasit” dapat juga diartikan sebagai “ orang yang sangat merugikan orang lain”.

Contoh dari sinestesia:

Kata “enak” identik dengan indra perasa. Namun sekarang kata “enak” terdapat juga pada indra pendengar.

Contoh kalimat: Suaranya sangat enak untuk didengar.

Kata “manis” identik dengan indra perasa. Namun sekarang kata “manis” terdapat juga pada indra penglihatan.

Contoh kalimat: Wajah gadis itu sangat manis.

The post Perubahan Makna: Pengertian, Jenis dan Faktornya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>