Maluku - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/maluku Thu, 07 Dec 2023 09:47:11 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Maluku - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/maluku 32 32 7 Gunung di Daerah Maluku https://haloedukasi.com/gunung-di-daerah-maluku Thu, 07 Dec 2023 09:47:06 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46937 Maluku adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terdiri dari bagian selatan Kepulauan Maluku. Di sebelah utara, Maluku berbatasan dengan Pulau Seram. Di sebelah selatan, berbatasan dengan laut Arafura dan Samudera Hindia. Sementara itu, di sebelah timur dan barat, berbatasan dengan Papua dan Sulawesi. Maluku memiliki jumlah penduduk sekitar 1.900.914 jiwa dan menjadikannya sebagai provinsi […]

The post 7 Gunung di Daerah Maluku appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Maluku adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terdiri dari bagian selatan Kepulauan Maluku. Di sebelah utara, Maluku berbatasan dengan Pulau Seram. Di sebelah selatan, berbatasan dengan laut Arafura dan Samudera Hindia.

Sementara itu, di sebelah timur dan barat, berbatasan dengan Papua dan Sulawesi. Maluku memiliki jumlah penduduk sekitar 1.900.914 jiwa dan menjadikannya sebagai provinsi ke-28 dengan jumlah provinsi terpadat di Indonesia.

Secara geografis, Maluku berada di antara 3°40’ Lintang Selatan sampai 3°0’ Lintang Utara dan 123°50’-129°50’ Bujur Timur. Secara administratif, Provinsi Maluku terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota Madya.

Maluku memiliki iklim tropis dan cenderung musiman. Di mana suhu udara di daerah ini sekitar 26,7° Celcius. Adapun curah hujan tahunan Maluku yakni 264,4 mm. Maluku adalah Provinsi yang memiliki bentuk kepulauan, namun wilayah ini juga memiliki dataran rendah di wilayah pesisir.

Selain itu, terdapat pula beberapa perbukitan. Maluku tidak hanya terkenal sebagai wilayah bahari, namun rupanya Provinsi ini memiliki sejumlah gunung. Berikut ini gunung-gunung yang ada di Maluku

1. Gunung Api Banda

Gunung Api Banda, Gunung di Maluku

Gunung Api Banda merupakan salah satu gunung yang ada di Maluku atau lebih tepatnya ada di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Utara, Maluku. Gunung ini termasuk ke dalam jenis gunung berapi. Selain itu, Gunung Api Banda ternyata merupakan sebuah pulau yang berada di Laut Banda.

Gunung Api Banda memiliki ketinggian sekitar 656 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Gunung Api Banda berada di titik koordinat antara 04°31’30” Lintang Selatan dan 129° 52′ 17″ Bujur Timur.

Gunung Api Banda memiliki tipe iklim B berdasarkan pembagian menurut Scmidt dan Ferguson. Di mana Gunung Api Banda memiliki suhu udara sekitar 26,1° Celcius sampai 28,7° Celcius. Adapun suhu udara terendah yakni 22° Celcius dan suhu tertinggi berkisar 32,3° Celcius.

Gunung Api banda termasuk memiliki curah hujan yang cukup tinggi atau basah. Pada tahun 1992, Pulau Gunung Api sudah ditetapkan menjadi kawasan taman wisata alam yang memiliki luas sekitar 734,46 hektar. Di Gunung Api Banda memiliki banyak fauna endemik khas Kepulauan Banda.

Salah satunya adalah beragam jenis burung yang setidaknya terdapat 23 jenis burung di gunung ini. Bahkan Kepulauan ini menjadi salah satu kepulauan yang memiliki satwa endemi yang tinggi. Selain burung terdapat pula Kuskus, lumba-lumba dan penyu belimbing. Adapula tanaman pala tertua di Indonesia dan juga anggrek,

2. Gunung Binaia

Gunung Binaia, Gunung di Maluku

Gunung Binaia merupakan salah satu gunung di Maluku yakni berlokasi di Pulau Seram, Maluku. Gunung Binaia memiliki ketinggian sekitar 3.027 meter di atas permukaan laut. Hal inilah yang membuat Gunung Binaia menjadi gunung tertinggi di Kepulauan Maluku.

Gunung Binaia termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Manusela yang memiliki luas 189.000 hektar. Gunung Binaia kerap disebut juga dengan Gunung Binaija atau Gunung Binaiya. Gunung Binaia bukan termasuk gunung berapi melainkan pegunungan karst seperti Gunung Jayawijaya.

Secara geografis, Gunung Binaia berada di titik koordinat antara 3° 10′ Lintang Selatan dan 129° 28′ Bujur Timur. Gunung Binaia memiliki dua puncak dengan masing ketinggian yakni 3019m dpl dan 3011m dpl. Curah hujan di Gunung Binaia termasuk tinggi yakni 2000 mm per tahunnya.

Biasanya musim hujan terjadi pada bulan November sampai bulan April. Sementara itu, musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Puncak Gunung Binaia dapat dicapai melalui dua sisi yakni sisi utara dan selatan.

Di Gunung Binaia ditemukan beragam flora endemik yang dilindungi seperti tanaman Pakis Binaia dan daun gatal. Gunung Binaia dikenal dengan Mutiara Nusa Ina. Gunung Binaia memiliki dua jenis hutan yakni hutan montane dan hutan Ericaceous. Sekitar 20% dari wilayah Pulau Seram merupakan wilayah Gunung Binaia.

3. Gunung Kapalamadan

Gunung Kapalamadan, Gunung di Maluku

Gunung Kapalamadan berada di Pulau Buru atau lebih tepatnya ada di Kecamatan Kapalamadan. Kabupaten Buru Selatan, Maluku. Puncak Gunung Kapalamadan merupakan puncak gunung tertinggi Provinsi yakni memiliki ketinggian sekitar 2.729 meter di atas permukaan laut.

Gunung Kapalamadan termasuk ke dalam iklkm musim dan iklim laut tropis. Di mana curah hujan di sekitar gunung ini adalah 1400-1800 mm. Adapun suhu udara di Gunung Kapalamadan berkisar 26 derajat Celcius. Sementara itu, flora yang tumbuh di Gunung Kapalamadan adalah gaharu, rotan dan meranti.

Sementara itu, hewan yang hidup di gunung ini adalah rusa, babi rusa, kuskus, perkicir buru dan lainnya. Kekayaaan akan flora dan fauna membuat wilayah ini kerap terjadi perburuan satwa ilegal. Selain itu, kebakaran pun kerap terjadi di kawasan hutan gunung.

4. Gunung Sahuwai

Gunung Sahuwai, Gunung di Maluku

Gunung Sahuwai berada di Pulau Seram atau lebih tepatnya ada di kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Gunung Sahuwai memiliki ketinggian sekitar 1.006 meter di atas permukaan laut. Gunung Sahuwai sudah ditetapkan menjadi kawasan konservasi dengan jenis kawasan suaka alam sejak tahun 1993 yang memiliki luas 18.620 hektar.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Gunung Sahuwai termasuk ke dalam tipe iklim B. Gunung ini berada di dekat Tanjung Saala atau Tanjung Sial. Gunung Sahuwai dihuni oleh hutan dataran rendah dan hutan musim.

Di mana flora yang hidup di tempat ini adalah kayu linggua, kenari, damar, kayu besi, anggrek alam, dan gofasa. Selain itu, ditemukan pula beberapa satwa liar endemik khas pulau Seram seperti Kakatua Seram, kuskus, Nuri kepala hitam, babi hutan, kasuari dan beragam jenis kupu-kupu.

5. Gunung Gamalama

Gunung Gamalama, Gunung di Maluku

Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung berapi yang memiliki bentuk kerucut dan berada di Pulau Ternate, Kepulauan Maluku. Gunung Gamalama memiliki ketinggian sekitar 1.715 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Gunung Gamalama berada di antara titik koordinat 010 48′ Lintang Selatan dan 1270 19,5′ Bujur Timur.

Pada ketinggian 1.200 meter hingga 1.500 meter akan ditemukan Hutan Montane di Gunung Gamalama. Di lereng gunung ditemukan banyak pohon pala yang tumbuh subur. Sementara itu, di atas ketinggian 1.500 meter akan ditemukan Hutan Ericaceous. Nama Gunung Gamalama berasal dari kata Kie Gam Lamo yang memiliki arti Negeri yang besar.

Gunung Gamalama sudah mengalami beberapa kali letusan yakni sebanyak 60 kali. Untuk pertama kalinya Gunung Gamalama meletus pada tahun 1538. Letusan gunung ini termasuk letusan yang dahsyat karena menutupi langit Ternate.

6. Gunung Gamkonora

Gunung Gamkonora, Gunung di Maluku

Gunung Gamkonora merupakan gunung yang berada di Pulau Halmahera, Maluku. Gunung ini memiliki ketinggian 1635 meter di atas permukaan laut. Puncak Gunung Gamkonora merupakan puncak tertinggi di Pulau Halmahera.

Gunung Gamkonora termasuk gunung tipe stratovulcano. Secara geografis, gunung ini berada di antara 1º 22′ 30″ LU dan 127º 3′ 00″. Gunung Gamkonora termasuk iklim tipe B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson.

Adapun suhu udara di sekitar berkisar antara 28-31°C. Adapun flora yang tumbuh di gunung ini adalah cengkeh. Selain itu, hidup pula fauna endemik khas Maluku yakni Burung Bidadari Halmahera. Burung Bidadari Halmahera adalah sejenis burung Cenderawasih.

Gunung Gamkonora pernah mengalami letusan dahsyat pada tahun 1673. Akibat dari letusan ini bahkan menyebabkan adanya tsunami yang berhasil menyapu desa-desa di sekitar gunung. Selain itu, akibat dari letusan ini membuat adanya kawah.

7. Gunung Batusibela

Gunung Batusibela, Gunung di Maluku

Gunung Batusibela adalah gunung yang berlokasi di Pulau Bacan. Gunung ini memiliki tinggi sekitar 2.111 meter di atas permukaan laut. Puncak Gunung Batusibela merupakan titik tertinggi yang ada di Pulau Bacan. Gunung Batusibela bukan termasuk gunung berapi.

Secara geografis, Gunung Batusibela berada di antara titik koordinat 0°44′3″Lintang Selatan dan 127°32′9″ Bujur Timur. Gunung ini memiliki jenis iklim B berdasarkan pembagian iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Di mana curah hujan tahunan di gunung ini sekitar 1500-2500 mm/tahun.

Adapun suhu udara berkisar antara 30 sampai 32 derajat Celcius. Gunung Batusibela dihuni oleh hutan daratan tinggi dan hutan tropis Diptherocarpaceae. Adapun flora yang tumbuh di wilayah ini adalah matoa, anggrek, cengkeh dan samama. Sementara itu, hewan yang hidup aerah ini adalah bayang, burung raja, kera Bacan dan lainnya.

The post 7 Gunung di Daerah Maluku appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Togutil: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya  https://haloedukasi.com/suku-togutil Thu, 25 Aug 2022 09:43:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38230 Wilayah Indonesia membentang dari wilayah Sabang sampai Merauke serta terdiri dari ribuan pulau. Di dalam pulau-pulau tersebut ada berbagai suku yang mendiaminya. Karena geografis yang berbentuk kepulauan inilah Indonesia memiliki berbagai macam suku.  Salah satu suku yang ada di Indonesia adakah suku Togutil. Siapa itu suku Togutil dan bagaimana kebudayaannya?  Simak pembahasannya berikut ini.  Siapa […]

The post Suku Togutil: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Wilayah Indonesia membentang dari wilayah Sabang sampai Merauke serta terdiri dari ribuan pulau. Di dalam pulau-pulau tersebut ada berbagai suku yang mendiaminya. Karena geografis yang berbentuk kepulauan inilah Indonesia memiliki berbagai macam suku. 

Salah satu suku yang ada di Indonesia adakah suku Togutil. Siapa itu suku Togutil dan bagaimana kebudayaannya?  Simak pembahasannya berikut ini. 

Siapa itu Suku Togutil?

Suku Togutil dikenal juga dengan nama lainnya sebagai Suku Tobelo Dalam. Mereka adalah salah satu suku yang paling asing di Indonesia dan jarang berinteraksi dengan dunia luar. Hal tersebut dikarenakan Suku Togutil hidup di dalam hutan belantara. 

Mereka adalah penghuni asli pedalaman hutan Halmahera, Maluku Utara. Wilayah persebaran mereka meliputi hutan Totodoku, Tukur-tukur, Lolobata, Kobekulo, dan Buli. Populasinya tidak begitu banyak yakni hanya ada 600 jiwa. Meski lebih dikenal sebagai Suku Togutil namun mereka tidak menyukai penyebutan ini. 

Hal tersebut karena kata “Togutil” memikirkan arti “tertinggal” atau “terbelakang”. Mereka lebih nyaman disebut sebagai orang Tobelo. 

Suku Togutil terdiri dari tiga kelompok berdasarkan tempat tinggal mereka. Tiga kelompok tersebut adalah suku Togutil Dodaga yakni mereka yang tinggal di kecamatan Dodaga, Togutil Wasilei yakni mereka yang tinggal di Wasilei dan Togutil Maba yakni mereka yang hidup di wilayah Maba. 

Pemerintah telah mencoba membuat program pemukiman untuk suku Togutil agar tidak tertinggal lagi. Namun tidak semua masyarakat Togutil mau menerima program tersebut. Mereka yang mengikuti program relokasi pemerintah disebut sebagai Togutil Dodaga sedangkan yang tetap tinggal di hutan disebut sebagai Togutil Asli.

Sejarah Suku Togutil 

Suku Togutil merupakan suku yang hidup di pedalaman hutan. Sebuah teori mengatakan alasan mengapa mereka lebih memilih hidup terasing. Hal itu bermula ketika para penjajah datang ke Nusantara terutama di Maluku. Kedatangan mereka mengusik Suku Togutil yang pada awalnya merupakan suku yang tinggal di pesisir. 

Pemerintah kolonial menerapkan aturan pajak bagi para pribumi. Suku Togutil tidak mau mengikuti aturan tersebut sehingga mereka bersembunyi di dalam hutan. Mereka kemudian membentuk kelompok dan menetap di dalam hutan tersebut. 

Teori lain mengatakan bahwa Suku Togutil adalah orang-orang Portugis yang datang ke Halmahera dan menyerang warga pribumi. Namun ternyata perang tersebut bukan lah konflik yang mudah dan justru beruntung pajang.

Pada akhirnya bangsa Portugis tersebut kehabisan amunisi dan tak bisa kembali ke negaranya. Mereka kemudian pindah ke Tobelo dan menikah dengan orang-orang pribumi dan mempelajari bahasa mereka agar tidak ketahuan bahwa mereka adalah bangsa Portugis.

Karakteristik Suku Togutil 

Suku Togutil memiliki ciri fisik seperti orang-orang Melayu pada umumnya namun ada sedikit perbedaan. Tubuh mereka relatif lebih tinggi dan warna kulit lebih cerah. Bola mata mereka umumnya berwarna terang seperti coklat. Hal itu lah yang menguatkan teori bahwa suku Togutil merupakan bangsa Portugis yang berbaur dengan pribumi. 

Kepercayaan Suku Togutil

Berdasarkan riset pada tahun 1996 oleh Martodirdjo kepercayaan asli orang-orang Togutil adalah percaya pada roh leluhur. Mereka meyakini adanya kekuatan tertinggi yang disebut sebagai jou ma dutu. Sedangkan kekuatan yang dipercaya sebagai pemilik alam semesta disebut sebagai o-gikiri moi. 

Setelah mendapat program relokasi dari pemerintah masyarakat Togutil mulai mengenal agama seperti Kristen Protestan dan Islam. Sebagian besar mereka memilih agama Kristen Protestan. Sementara itu Togutil asli masih mempertahankan kepercayaan leluhur mereka. 

Sistem Kekerabatan 

Orang-orang Togutil hidup secara berkelompok dengan anggota keluarga orang tua, anak, keponakan, dan saudara lainnya. Suku Togutil menganut paham patriarki yakni wanita akan mengikuti suaminya setelah menikah. 

Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan paling banyak 10 kepala keluarga. Meski berada dalam satu kelompok yang sama namun mereka umumnya akan tinggal di rumah yang berbeda. Dalam satu kelompok tersebut akan dipimpin oleh satu orang yang akan dijadikan sebagai panutan anggota kelompoknya. Pemimpin tersebut biasanya dipilih yang paling pandai dalam berburu dan mengobati. 

Bahasa Suku Togutil 

Bahasa adalah sarana komunikasi antar masyarakat untuk menyampaikan pesan dan mengungkapkan ekspresi. Orang-orang dari suku Togutil berbicara dalam bahasa yang  serumpun dengan bahasa suku Tobelo. Mereka menggunakan bahasa Tobelo Boeng dan bahasa Modole. Orang Togutil yang tinggal di pesisir memiliki bahasa yang sama dengan bahasa Tobelo. 

Rumah Adat Suku Togutil 

Tidak ada nama khusu untuk menyebut rumah tradisional suku Togutil. Rumah adat Suku Togutil berbentuk rumah panggung dan terbuat dari bahan-bahan alami. Rumah ini biasanya berukuran 3x4x1 meter dan dihuni oleh dua keluarga. 

Rumah panggung suku Togutil tidak memiliki sekat bahkan tembok. Pada bagian bawah rumah terdapat ruang kosong yang dimanfaatkan sebagai tempat perapian. Rumah yang sederhana ini memudahkan mereka untuk berpindah-pindah tempat mengingat mereka adalah suku nomaden. 

Pakaian Adat Suku Togutil 

Pakaian orang-orang Togutil asli atau yang masih menetap di dalam hutan hanya mengenakan kain yang dibentuk seperti cawat. Pakaian tersebut terbuat dari kulit pohon Torkowe yang dikeringkan dan dihaluskan.

Menurut penelitian pakaian tradisional Togutil tidak akan rusak selama satu tahun. Sedangkan Togutil yang menerima modernisasi sudah mulai mengenakan pakaian seperti orang-orang pada umumnya. 

Mata Pencaharian Suku Togutil 

Suku Togutil sangat bergantung pada kondisi lingkungan alam. Mereka bertahan hidup dengan cara bercocok tanam. Tanaman yang mereka tanam adalah umbi-umbian dan buah-buahan. Selain itu mereka juga berburu binatang liar. 

Namun ada pula sebagian dari mereka yang belum mengerti cara bercocok tanam. Sehingga untuk bertahan hidup selain berburu mereka mengumpulkan hasil hutan seperti sagu. Apabila persediaan makanan sudah habis  maka mereka akan berpindah tempat. 

Kebudayaan Suku Togutil 

Meskipun memiliki kepercayaan asli yakni kepada roh leluhur namun suku Togutil tidak memiliki upacara atau ritual khusus. Adat kebiasaan yang umum dilakukan adalah acara makan bersama dengan kelompok lainnya. Acara tersebut tidak terkait dengan waktu tertentu artinya bisa diadakan kapan saja. 

Biasanya ketika akan mengadakan acara makan bersama tersebut pihak tuan rumah akan bertanya apa makanan kesukaan mereka. Makanan tersebut akan disiapkan pada saat acara berlangsung. Aturan adat lainnya yang diterapkan suku Togutil adalah aturan Buko yakni larangan untuk tidak mengambil tanaman tertentu di wilayah tertentu. 

Biasanya tanaman tersebut akan diberi tanda kain merah, atau miniatur rumah berukuran 50 cm x 50 cm. Tidak ada hukuman untuk orang yang melanggar aturan ini. Namun mereka tetap mematuhi peraturan ini karena percaya apabila melanggar maka akan terjadi hal buruk. 

The post Suku Togutil: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Taman Nasional Aketajawe Lolobata – Surga Halmahera https://haloedukasi.com/taman-nasional-aketajawe-lolobata Mon, 16 May 2022 23:05:57 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34672 Taman Nasional Aketajawe Lolobata atau TNAL adalah sebuah kawasan konservasi di Pulau Halmahera, Maluku. Kawasan ini memiliki wilayah seluas 167.300 hektar dengan beragam keindahan alam akibat gabungan dua pulau yang bertabrakan berjuta tahun silam. Banyak kegiatan dan keindahan alam yang dapat anda nikmati di TNAL. Sejarah TNAL TNAL bermula pada tahun 1981 saat Rencana Konservasi […]

The post Taman Nasional Aketajawe Lolobata – Surga Halmahera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Taman Nasional Aketajawe Lolobata atau TNAL adalah sebuah kawasan konservasi di Pulau Halmahera, Maluku. Kawasan ini memiliki wilayah seluas 167.300 hektar dengan beragam keindahan alam akibat gabungan dua pulau yang bertabrakan berjuta tahun silam. Banyak kegiatan dan keindahan alam yang dapat anda nikmati di TNAL.

Sejarah TNAL

TNAL bermula pada tahun 1981 saat Rencana Konservasi Nasional Indonesia mengusulkan beberapa wilayah di Halmahera disatukan dalam kawasan Hutan Lindung meliputi Aketajawe, Lolobata, Saketa, dan Gunung Gamkonora.

Tahun 1993, Rencana Tindak Keanekaragaman Hayati Indonesia menetapkan area ini menjadi kawasan lindung terpadu di habitat darat, terutama pada wilayah Lolobata dengan luas 89.000 hektar.

Pada tahun 1995, kawasan Aketajawa, Lolobata, dan hutan-hutan di dalamnya diusulkan menjadi taman nasional. Empat tahun kemudian, sekitar 7.264.707 hektar hutan di Maluku juga dimasukkan dalam kawasan hutan lindung dengan beberapa tipe berbeda.

Pada bulan Oktober 2004, Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor sk 397/Menhut-II/2004 mengenai area hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan produksi terbatas mengubah status TNAL menjadi seluas 167.300 hektar.

Wilayah TNAL kembali dipertegas dan dibagi dalam dua blok wilayah menurut Surat Keputusan Penetapan Blok Aketajawe No SK.1919/Menhut-VII/KUH/2014 dan Surat Keputusan Penetapan Blok Lolobata No. 350/Menhut-II/2010. Blok Aketajawe memiliki luas kurang lebih 77.100 hektar, sedangkan blok Lolobata memiliki luas wilayah sebesar 90.200 hektar.

Kondisi Alam TNAL

TNAL membentang di kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulaun. Ada beragam kondisi topografi yang dapat ditemukan di TNAL termasuk datar, bergelombang, sampai bergunung-gunung.

Iklim di kawasan TNAL dipengaruhi oleh musim dan iklim laut tropis. Musim hujan dapat anda temukan di TNAL pada bulan Oktober hingga Maret, sedangkan bulan April hingga September adalah musim kemarau.

Akibat kondisi Pulau Halmahera yang merupakan penyatuan dua pulau bertabrakan, kondisi batuan TNAL cukup beragam mulai dari batuan gamping, aluvium, hingga formasi batuan ultrabasa. Jenis tanah di TNAL kebanyakan adalah tropopepts, dengan tambahan jenis tanah rendolis di wilayah Lolobata dan jenis tanah halplothox di wilayah Aketajawe.

Terdapat pula 7 tipe ekosistem di TNAL, diantaranya adalah :

  • Ekosistem hutan mangrove
  • Ekosistem hutan pantai
  • Ekosistem hutan rawa dataran rendah
  • Ekosistem tebing sungai
  • Ekosistem hutan hujan dataran rendah
  • Ekosistem hutan hujan pegunungan
  • Ekosistem padang rumput sub-alpin

Flora dan Fauna TNAL

Ada banyak jenis flora dan fauna yang dapat anda temukan di TNAL, bahkan beberapa jenis diantaranya tergolong endemik dan langka.

Beberapa jenis flora yang dapat anda jumpai di kawasan TNAL adalah :

  • Damar (Agathis sp.)
  • Kayu bugis (Koordersiodendron pinnatum)
  • Matoa (Pometia pinnata)
  • Bintangur (Calophyllum inophyllum)
  • Merbau (Intsia bijuga)
  • Nyatoh (Palaquin obstusifolium)
  • Kenari (Canarium vulgare)
  • Benuang (Octomeles sumatrana)
  • Woka (Livistona rutodifolia)

Terdapat 28 jenis mamalia di kawasan TNAL, termasuk beberapa jenis hewan endemik, yaitu:

  • Rusa jenis Cervus timorensis (endemik Maluku)
  • Babi hutan jenis Sus Scrofa (endemik Maluku)
  • Kuskus jenis Phalanger sp. (endemik Halmahera)

Ada juga 211 jenis aves dengan 24 spesies endemik Maluku dan 4 spesies endemik Halmahera, diantaranya adalah :

  • Elang bondol (Haliastur indus)
  • Kakatua jambul putih (Cacatua alba)
  • Rangkong papua (Rhyticeros plicatus)
  • Burung gosong kelam (Megapodius freycinet)
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacel)
  • Kepudang Sungu Halmahera (Coracania parvula)
  • Cekakak murung (Todiaramphus diops)
  • Kepudang Halmahera (Oriolus phaechromus)
  • Mandar gendang (Habroptila walacii)

Ada 38 jenis reptil yang dapat anda temukan di TNAL, termasuk:

  • Biawak air (Hydrosaurus warneri)
  • Biawak darat (Varanus sp.)
  • Katak mulut sempit (Callulops dubia dan Caphiaxalus montanus)

Untuk jenis serangga, ada sekitar 3 spesies capung, 20 spesies moluska, dan 2 spesies belalang. Beberapa jenis serangga yang dapat ditemukan yaitu :

  • Kupu-kupu raja (Papillio heringi)
  • Belalang (Cranaekukenthall spp.)
  • Keong darat (Palaeochelicina zoae)
  • Capung (Selysioneura thalia dan Synthemis spp.)

Kegiatan dan Destinasi Wisata TNAL

Beberapa jenis kegiatan dan destinasi wisata yang dapat anda lakukan di TNAL adalah :

  • Air Terjun Havo

Air Terjun Havo merupakan sebuah destinasi wisata yang dapat anda temukan di Desa Koli pada kelompok hutan Aketajawe. Pesona air terjun dan udara semilir di sekitarnya membuat setiap pengunjung yang datang kesini enggan untuk meninggalkan lokasi. Namun, trek dan medan menuju area air terjun ini cukup curam dan berat.

  • Sarang Burung Bidadari

Burung bidadari merupakan daya tarik tersendiri dari segi fauna TNAL. Burung ini memiliki sarang khusus di kawasan hutan pada puncak pohon yang tinggi. Untuk dapat menemukannya, anda harus datang sebelum pukul 7 pagi saat burung bidadaari keluar mencari makan.

  • Gua Melisa

Gua Melisa merupakan sebuah gua temuan wisatawan Australia dengan ukuran yang cukup kecil dan tidak terlalu dalam.

Ada beberapa gua lain disekitar Gua Melisa yang dapat pengunjung singgahi. Namun, ada banyak pepohonan gatal di sekitar gua sehingga pengunjung harus berhati-hati.

Pengelola TNAL

Balai Taman Nasional yang mengelola TNAL berada di Jalan Empat Putuh Sofifi Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Bila ada pengunjung yang ingin masuk ke wilayah ini, maka harus ada izin kegiatan yang dilaporkan ke balai besar tersebut.

Akses Menuju TNAL

Untuk dapat masuk ke TNAL, anda dapat melalui jalur Aketajawe ataupun Lolobata. Jalur Aketajawe dapat ditempuh dari Ternate menuju Bastiong dengan speed boat selama 3 jam dan jalur darat ke Gita selama 3 jam. Sedangkan untuk jalur Lolobata, anda harus berangkat dari Ternate ke Sidangoli dengan speed boad selama 1 jam, jalur darat ke Daru selama 2 jam, dan kapal laut ke Poli/Subaim selama 1,5 jam.

The post Taman Nasional Aketajawe Lolobata – Surga Halmahera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>