organisme - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/organisme Thu, 10 Aug 2023 09:14:20 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico organisme - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/organisme 32 32 Protozoa : Struktur, Ciri, Klasifikasi, Pertumbuhan dan Perkembangannya https://haloedukasi.com/protozoa Thu, 10 Aug 2023 09:14:06 +0000 https://haloedukasi.com/?p=44301 Protozoa adalah organisme bersel tunggal yang termasuk dalam kingdom Protista. Mereka hidup di berbagai lingkungan seperti air tawar, air laut, tanah, dan bahkan di dalam tubuh organisme lain. Protozoa memiliki struktur dan ciri khas yang membedakan mereka dari organisme lain. Struktur Protozoa 1. Inti sel Inti sel adalah salah satu komponen terpenting dalam struktur protozoa. […]

The post Protozoa : Struktur, Ciri, Klasifikasi, Pertumbuhan dan Perkembangannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Protozoa adalah organisme bersel tunggal yang termasuk dalam kingdom Protista. Mereka hidup di berbagai lingkungan seperti air tawar, air laut, tanah, dan bahkan di dalam tubuh organisme lain. Protozoa memiliki struktur dan ciri khas yang membedakan mereka dari organisme lain.

Struktur Protozoa

1. Inti sel

Inti sel adalah salah satu komponen terpenting dalam struktur protozoa. Setiap protozoa memiliki satu atau lebih inti sel yang mengendalikan aktivitas seluler dan menyimpan materi genetik.

Inti sel berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan replikasi DNA, yang merupakan molekul genetik yang membawa instruksi untuk pertumbuhan dan perkembangan protozoa. Inti sel juga mengatur proses transkripsi dan translasi, yang diperlukan untuk sintesis protein yang diperlukan oleh sel.

2. Membran sel

Membran sel melapisi sel protozoa dan berperan penting dalam melindungi mereka dari lingkungan eksternal. Membran sel juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran zat antara sel dan lingkungan.

Melalui membran sel, protozoa dapat mengambil nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk metabolisme seluler, serta mengeluarkan limbah dan produk sampingan. Selain itu, membran sel juga berperan dalam komunikasi seluler dan interaksi dengan organisme lain.

3. Sitoskeleton

Sitoskeleton merupakan jaringan serat protein yang memberikan bentuk dan kekuatan pada protozoa. Struktur ini juga mendukung gerakan seluler dan memungkinkan protozoa untuk bergerak.

Sitoskeleton terdiri dari berbagai elemen seperti mikrotubulus, filamen aktin, dan mikrofilamen yang terhubung dan berinteraksi satu sama lain.

Selain itu, sitoskeleton juga berperan dalam pembagian sel, pemeliharaan bentuk sel yang spesifik, dan penyesuaian struktural selama proses pertumbuhan dan perkembangan.

4. Organel sel

Protozoa memiliki berbagai macam organel sel yang memiliki fungsi khusus. Misalnya, mitokondria adalah organel yang bertanggung jawab untuk produksi energi dalam bentuk ATP melalui respirasi seluler.

Retikulum endoplasma merupakan jaringan saluran yang membantu dalam transportasi zat di dalam sel, sedangkan golgi berperan dalam pemrosesan dan pengemasan protein. Organel sel lainnya seperti vakuola dan lisosom juga memiliki peran penting dalam pemrosesan limbah dan mencerna partikel makanan.

Ciri-ciri Protozoa

1. Inti sel yang terpisah (Eukariotik)

Protozoa adalah organisme eukariotik, yang berarti mereka memiliki inti sel yang terpisah dari sitoplasma. Ini berbeda dari organisme prokariotik seperti bakteri yang tidak memiliki inti sel yang terpisah. Keberadaan inti sel memungkinkan protozoa untuk menyimpan dan mengatur materi genetik mereka, serta melakukan proses penting seperti transkripsi dan translasi untuk sintesis protein.

2. Bersel tunggal

Setiap individu terdiri dari satu sel tunggal. Meskipun ada berbagai ukuran dan bentuk protozoa, dari yang mikroskopis hingga yang dapat terlihat dengan mata telanjang, mereka semua terdiri dari satu sel lengkap yang dapat menjalankan fungsi-fungsi organisme.

Kehidupan sebagai satu sel tunggal memungkinkan protozoa untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka secara langsung dan mengambil sumber daya yang diperlukan untuk bertahan hidup.

3. Heterotrofik

Sebagian besar protozoa adalah organisme heterotrofik, yang berarti mereka mendapatkan nutrisi dengan memakan partikel organik atau organisme lain. Mereka tidak mampu melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.

Beberapa protozoa memakan bakteri, alga, atau partikel organik lainnya yang tersedia di lingkungan mereka, sedangkan yang lain adalah parasit yang hidup di dalam tubuh organisme inang. Heterotrofi memungkinkan protozoa untuk mendapatkan energi dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup mereka.

4. Memiliki kemampuan bergerak aktif (Mobilitas)

Banyak protozoa memiliki kemampuan bergerak aktif, meskipun ada beberapa yang tidak memiliki kemampuan bergerak atau hanya mampu bergerak secara pasif oleh aliran air atau angin. Protozoa dapat menggunakan berbagai mekanisme gerakan untuk berpindah tempat, termasuk silia, flagela, atau gerakan ameboid.

Misalnya, protozoa seperti paramecium menggunakan silia yang meliputi permukaan sel mereka untuk bergerak secara serentak, sementara protozoa seperti trypanosoma memiliki flagela yang memungkinkan mereka bergerak dengan cara yang serupa dengan cambuk.

5. Berkembang biak secara aseksual dan seksual

Protozoa dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan biner, di mana satu sel protozoa membelah menjadi dua sel anak yang identik secara genetik.

Proses ini memungkinkan protozoa untuk bereproduksi dengan cepat dan menghasilkan populasi yang besar dalam waktu singkat. Sementara itu, reproduksi seksual terjadi melalui penyatuan dua individu yang berbeda secara genetik.

Proses ini menghasilkan variasi genetik dalam populasi protozoa dan memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Klasifikasi Protozoa

1. Filum Rhizopoda

Filum ini mencakup protozoa yang memiliki gerakan ameboid dan tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap. Contohnya adalah amoeba, yang memiliki tubuh yang fleksibel dan dapat mengubah bentuknya saat bergerak.

Rhizopoda umumnya hidup di lingkungan air tawar, termasuk kolam, rawa, dan danau. Mereka menggunakan pseudopodia, yaitu ekstensi sitoplasma yang bergerak seperti kaki semu, untuk bergerak dan memperoleh makanan.

Contoh:

Amoeba adalah protozoa bersel tunggal yang memiliki gerakan ameboid dan tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap. Amoeba memiliki struktur yang fleksibel dan dapat mengubah bentuknya saat bergerak. Mereka dapat ditemukan di berbagai lingkungan air tawar, seperti kolam, rawa, dan danau.

Amoeba menggunakan pseudopodia, yaitu ekstensi sitoplasma yang bergerak seperti kaki semu, untuk bergerak dan memperoleh makanan. Pseudopodia memungkinkan amoeba untuk memanjangkan dan memperlebar bagian tubuhnya, memberikan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Melalui gerakan ameboid, amoeba dapat menjelajahi lingkungan dan mencari sumber nutrisi seperti bakteri, alga, dan partikel organik lainnya.

2. Filum Ciliophora

Filum Ciliophora mencakup protozoa yang memiliki silia sebagai alat gerak utama. Salah satu contohnya adalah paramecium, yang memiliki tubuh berbentuk oval dan dilapisi dengan rambut getar (silium). Silia berfungsi untuk gerakan aktif, sirkulasi makanan, serta penangkapan dan pengeluaran partikel makanan. Protozoa dalam filum ini umumnya ditemukan di lingkungan air tawar yang kaya akan nutrisi.

Contoh :

Paramecium adalah protozoa bersel tunggal yang memiliki silia sebagai alat gerak utama. Mereka memiliki tubuh berbentuk oval dan dilapisi dengan rambut getar (silium) yang meliputi permukaan sel mereka.

Paramecium umumnya ditemukan di lingkungan air tawar yang kaya nutrisi, seperti kolam, rawa, dan sungai. Silium berfungsi untuk gerakan aktif paramecium, memungkinkan mereka bergerak dengan cara berenang dan meluncur di air.

Gerakan silia yang serempak menghasilkan aliran yang mengarahkan paramecium ke arah yang diinginkan atau membantu mereka menghindari bahaya. Selain itu, silia juga berperan dalam sirkulasi makanan, yaitu mengarahkan partikel makanan yang terperangkap di sekitar sel paramecium ke dalam mulutnya.

3. Filum Flagellata

Protozoa dalam filum Flagellata memiliki flagela sebagai alat gerak utama. Flagela adalah struktur panjang yang bergerak seperti cambuk. Contoh yang terkenal adalah trypanosoma, yang menyebabkan penyakit tidur pada manusia dan hewan.

Flagellata dapat ditemukan di berbagai habitat seperti air tawar, laut, dan tanah. Mereka dapat hidup secara bebas atau sebagai parasit, dan memiliki bentuk tubuh yang beragam, mulai dari yang bulat hingga panjang seperti batang.

Contoh:

Trypanosoma adalah protozoa bersel tunggal yang memiliki flagela sebagai alat gerak utama. Mereka memiliki bentuk panjang seperti batang dan flagela yang memanjang di satu atau kedua ujung tubuh mereka.

Trypanosoma dapat ditemukan di berbagai habitat seperti air tawar, laut, dan bahkan sebagai parasit pada manusia dan hewan. Flagela pada trypanosoma berfungsi untuk gerakan aktif dan memungkinkan mereka berenang melalui medium cair seperti air atau darah.

Gerakan flagela yang berdenyut membantu trypanosoma bergerak ke arah yang diinginkan atau mendekati sumber nutrisi. Flagela juga memainkan peran penting dalam proses infeksi trypanosoma pada inangnya, seperti nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit.

4. Filum Sporozoa

Filum Sporozoa mencakup protozoa yang tidak memiliki alat gerak yang khas. Contohnya adalah plasmodium, parasit yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Sporozoa umumnya memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan hospes perantara dan hospes definitif. Mereka biasanya bersifat parasitik dan memerlukan inang untuk melengkapi siklus hidup mereka.

Contoh:

Plasmodium merupakan protozoa bersel tunggal yang termasuk dalam kelompok parasit dan menjadi penyebab penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini memiliki siklus hidup yang kompleks dan melibatkan dua inang, yaitu nyamuk Anopheles sebagai inang vektor dan manusia sebagai inang definitif.

Siklus hidup plasmodium dimulai ketika nyamuk Anopheles menggigit manusia yang terinfeksi malaria. Parasit plasmodium yang terdapat dalam saliva nyamuk masuk ke dalam darah manusia dan menyerang hati.

Di dalam hati, plasmodium mengalami perkembangan dan reproduksi aseksual. Setelah itu, mereka masuk ke dalam sel darah merah manusia, di mana mereka melanjutkan siklus reproduksi dengan membelah diri secara aseksual dan menghancurkan sel darah merah tersebut.

5. Filum Zoomastigina

Protozoa dalam filum Zoomastigina memiliki flagela yang digunakan untuk bergerak. Contoh yang terkenal adalah trichomonas, yang dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi pada manusia. Zoomastigina umumnya hidup sebagai parasit pada manusia atau hewan. Mereka dapat ditemukan di saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan alat kelamin.

Contoh:

Trichomonas adalah protozoa bersel tunggal yang termasuk dalam filum Zoomastigina. Mereka memiliki flagela sebagai alat gerak utama. Beberapa spesies trichomonas dapat ditemukan sebagai parasit pada manusia dan hewan.

Contoh yang paling umum adalah Trichomonas vaginalis, yang merupakan parasit pada manusia dan menyebabkan infeksi pada saluran reproduksi wanita. Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui kontak seksual.

Protozoa ini menginfeksi vagina, uretra, atau leher rahim, dan dapat menyebabkan gejala seperti keputihan yang berlebihan, rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, dan peradangan pada alat kelamin wanita.

Pertumbuhan dan perkembangan protozoa

Protozoa mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidup mereka. Proses ini melibatkan tahapan-tahapan yang penting dalam kehidupan mereka. Berikut pertumbuhan dan perkembangan protozoa.

1. Reproduksi Aseksual melalui pembelahan biner

Protozoa dapat berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan biner. Dalam pembelahan biner, satu sel protozoa membelah menjadi dua sel anak yang identik secara genetik. Proses ini memungkinkan protozoa untuk meningkatkan jumlah populasi mereka dengan cepat.

Setelah pembelahan, kedua sel anak akan tumbuh dan berkembang menjadi individu dewasa yang mandiri. Reproduksi aseksual ini memberikan kemampuan kepada protozoa untuk bereproduksi dengan efisien dan memperluas populasi mereka dalam waktu singkat.

2. Reproduksi Seksual dengan penyatuan dua sel

Protozoa juga dapat berkembang biak secara seksual. Reproduksi seksual melibatkan penyatuan dua sel yang berbeda secara genetik. Biasanya, dua sel protozoa berdekatan dan menggabungkan materi genetik mereka melalui proses yang disebut konjugasi.

Selama konjugasi, materi genetik dipertukarkan antara kedua individu, menghasilkan variasi genetik dalam keturunan. Reproduksi seksual ini memberikan kemampuan kepada protozoa untuk menghasilkan keturunan yang beragam dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

3. Siklus Hidup

Protozoa memiliki siklus hidup yang melibatkan tahapan-tahapan tertentu yang melibatkan perubahan bentuk dan fungsi selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka. Siklus hidup dapat melibatkan tahap trofik, di mana protozoa aktif mencari makanan dan tumbuh.

Serta tahap kista, di mana protozoa membentuk struktur tahan lingkungan untuk bertahan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Selama siklus hidup, protozoa juga dapat mengalami fase reproduktif dan non-reproduktif yang bergantian.

Pertumbuhan dan perkembangan protozoa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti suhu, ketersediaan nutrisi, dan faktor-faktor lainnya. Selama kondisi lingkungan yang menguntungkan, protozoa dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat.

Namun, ketika kondisi lingkungan memburuk, mereka dapat membentuk kista atau mengalami periode dormansi hingga kondisi membaik. Selama siklus hidupnya, protozoa terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dan mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

The post Protozoa : Struktur, Ciri, Klasifikasi, Pertumbuhan dan Perkembangannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Foraminifera : Pengertian, Bentuk, Ciri, dan Peranannya https://haloedukasi.com/foraminifera Mon, 12 Jun 2023 07:53:26 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43634 Foraminifera hidup di lingkungan air laut, air tawar, dan terkadang di tanah. Foraminifera memiliki kemampuan untuk bergerak menggunakan pseudopodia, yaitu ekstensi sitoplasma yang dikeluarkan melalui lubang di test. Pseudopodia digunakan untuk menangkap makanan, bergerak, dan membangun cangkang baru. Foraminifera memiliki peran penting dalam penelitian geologi dan paleontologi karena cangkang mereka yang dapat fosilisasi dan tertimbun […]

The post Foraminifera : Pengertian, Bentuk, Ciri, dan Peranannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Foraminifera hidup di lingkungan air laut, air tawar, dan terkadang di tanah. Foraminifera memiliki kemampuan untuk bergerak menggunakan pseudopodia, yaitu ekstensi sitoplasma yang dikeluarkan melalui lubang di test.

Pseudopodia digunakan untuk menangkap makanan, bergerak, dan membangun cangkang baru. Foraminifera memiliki peran penting dalam penelitian geologi dan paleontologi karena cangkang mereka yang dapat fosilisasi dan tertimbun di sedimen laut.

Cangkang foraminifera fosil digunakan untuk menentukan usia batuan dan lingkungan paleo yang pernah ada. Selain itu, mereka juga berperan sebagai indikator kondisi lingkungan saat ini dan dapat memberikan informasi tentang perubahan iklim, kualitas air, dan tingkat pencemaran.

Pengertian Foraminifera

Foraminifera merupakan kelompok organisme mikroskopis yang termasuk dalam filum Protozoa dan kelas Foraminifera. Mereka adalah organisme uniseluler yang memiliki cangkang luar yang keras dan berlubang, yang disebut test.

Cangkang ini terbuat dari bahan seperti kalsium karbonat atau silika, dan terdiri dari serangkaian ruang atau kamarnya yang disebut kamber. Ada ribuan spesies foraminifera yang telah diidentifikasi, dan dapat memiliki berbagai bentuk dan ukuran.

Beberapa spesies foraminifera hidup secara bebas di perairan. Sedangkan yang lain hidup sebagai simbion mutualistik dengan alga fotosintetik, yang menghasilkan makanan melalui proses fotosintesis.

Secara garis besar, foraminifera adalah kelompok organisme mikroskopis dengan cangkang yang berperan penting dalam penelitian geologi, paleontologi, dan studi lingkungan. Mereka memiliki kemampuan untuk bergerak, makan, dan membangun cangkang baru menggunakan pseudopodia.

Bentuk Foraminifera

Foraminifera ditemukan di berbagai perairan di seluruh dunia, termasuk perairan Indonesia. Biasanya terdapat di laut lepas, perairan dangkal, estuari, dan terumbu karang. Foraminifera dapat hidup di sedimen dasar laut, substrat padat seperti terumbu karang atau batu, serta di dalam sedimen di dasar perairan.

Berikut adalah beberapa bentuk umum yang dapat ditemui pada foraminifera.

  • Bulat atau oval

Foraminifera yang memiliki bentuk test bulat atau oval adalah salah satu dari dua kelompok utama dalam klasifikasi bentuk test foraminifera. Kelompok tersebut dikenal sebagai kelompok “rotaliform” atau “buliform“.

Foraminifera bulat atau oval dalam kelompok rotaliform biasanya memiliki bentuk test yang bulat atau hampir bulat. Beberapa contoh spesies dalam kelompok rotaliform termasuk Globigerina, Orbulina, dan Pulleniatina, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Foraminifera oval dalam kelompok buliform memiliki bentuk test yang lebih panjang dan oval. Contohnya termasuk Elphidium dan Triloculina, entuk test bulat atau oval ini dapat memainkan peran penting dalam identifikasi spesies foraminifera dan studi paleontologi, karena bentuk test dapat bervariasi antara spesies dan dapat digunakan untuk membedakan satu spesies dari yang lain.

  • Spiral

Foraminifera spiral adalah kelompok foraminifera yang memiliki bentuk test yang melingkar atau berbentuk spiral. Dalam kelompok foraminifera, test foraminifera membentuk struktur spiral yang kompleks. Biasanya, struktur spiral terbentuk oleh penambahan kamar ke kamar baru saat foraminifera tumbuh.

Bentuk spiral tersebut memungkinkan foraminifera untuk mengatur diri mereka sendiri secara efisien di lingkungan laut. Bentuk ini juga memberikan keuntungan dalam hal mobilitas dan akses ke sumber makanan.

Beberapa foraminifera spiral dapat memiliki cangkang yang terlihat seperti turet atau memiliki heliks yang lebih kompleks. Contoh foraminifera spiral termasuk genera Nummulites, Spiroloculina, dan Planorbulina. Nummulites, adalah genus foraminifera spiral yang memiliki cangkang yang sangat besar dan menggulung dengan pola spiral yang jelas.

  • Rantai atau silinder

Foraminifera silinder mengacu pada kelompok foraminifera yang memiliki bentuk test silindris atau berbentuk tabung. Bentuk test silinder pada umumnya lebih panjang daripada lebarnya, memberikan foraminifera tampilan tabung yang karakteristik.

Bentuk test silinder memungkinkan foraminifera untuk hidup di berbagai lingkungan dan beradaptasi dengan baik terhadap kondisi di sekitarnya. Beberapa foraminifera silinder hidup di dalam sedimen laut, sedangkan yang lain dapat ditemukan di perairan dangkal atau terumbu karang.

Contoh foraminifera silinder termasuk genera Rosalina dan Rosalindina. Kedua genus tersebut memiliki test berbentuk silinder yang khas.

  • Bercabang

Beberapa spesies foraminifera dapat membentuk cabang atau cabang-cabang yang memanjang dari tubuh utama. Bentuk ini memungkinkan mereka untuk mengekspansi area permukaan tubuh mereka untuk menangkap makanan. Foraminifera yang memiliki cabang kecil atau percabangan yang bisa terlihat pada struktur test mereka.

Contohnya sebagai berikut.

  1. Fusulinida. Fisulinida merupakan kelompok foraminifera yang telah punah dan hidup pada era Paleozoikum. Beberapa spesies dalam kelompok ini memiliki test berbentuk panjang dengan cabang-cabang kecil yang mencuat dari tubuh utama.
  2. Sorites. Sorites adalah genus foraminifera yang masih hidup dan umumnya memiliki test yang kecil dan berbentuk bulat. Beberapa spesies Sorites dapat memiliki cabang-cabang kecil yang muncul dari permukaan test mereka.
  • Multi-kamar

Foraminifera multi kamar mengacu pada kelompok foraminifera yang memiliki test yang terdiri dari beberapa kamar atau ruangan yang terpisah. Bentuk ini umumnya ditemukan pada kelompok foraminifera yang disebut “rotaliform” atau “planispiral“.

Foraminifera multi kamar memiliki struktur test yang terdiri dari serangkaian ruangan yang tersusun secara bertahap. Ruangan-ruangan ini disebut kamars dan dipisahkan oleh septa, yaitu dinding yang memisahkan setiap ruangan.

Setiap kamar baru ditambahkan saat foraminifera tumbuh, sehingga menciptakan struktur test multi kamar yang terlihat. Kamars dalam foraminifera multi kamar dapat berjumlah sedikit hingga ratusan, tergantung pada spesiesnya.

Setiap kamar berfungsi untuk berbagai kegiatan, seperti pengendalian flotasi, pengambilan makanan, dan reproduksi. Contoh foraminifera multi kamar termasuk dalam genus Globigerina dan Orbulina. Spesies-spesies tersebut memiliki test berbentuk bulat atau oval dengan berbagai ruangan atau kamar yang terpisah di dalamnya.

Di perairan Indonesia, foraminifera dapat ditemukan di sepanjang pantai pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, serta di kepulauan dan perairan sekitarnya. Terumbu karang yang luas di perairan Indonesia juga menjadi habitat yang penting bagi foraminifera.

Foraminifera juga dapat ditemukan di perairan dangkal seperti laguna dan laguna pesisir, sungai, dan delta. Selain itu, dapat hidup dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk perairan dengan suhu yang berbeda, salinitas yang bervariasi, serta kualitas air yang berbeda-beda.

Selain itu, fosil foraminifera dapat ditemukan dalam lapisan batuan di berbagai daerah di Indonesia. Fosil tersebut memberikan petunjuk penting tentang sejarah geologi dan kondisi lingkungan di masa lalu.

Ciri-Ciri Foraminifera

Berikut merupakan beberapa ciri umum dari foraminifera.

  • Memiliki bentuk tubuh uniseluler dan berkisar dari mikroskopis hingga beberapa sentimeter serta dapat memiliki bentuk bulat, oval, atau tali yang panjang.
  • Memiliki cangkang luar yang keras dan berlubang yang disebut test. Cangkang tersebut terbuat dari bahan seperti kalsium karbonat, silika, atau bahan organik. Cangkang berlubang ini memiliki serangkaian kamber atau ruang internal yang terhubung melalui lubang yang disebut foramen.
  • Menggunakan pseudopodia untuk bergerak dan makan. Pseudopodia adalah ekstensi sitoplasma yang dikeluarkan melalui foramen atau lubang di test. Psedopodia digunakan untuk menangkap partikel makanan dan mengubah posisi tubuh foraminifera.
  • Bereproduksi secara seksual atau aseksual. Reproduksi seksual terjadi ketika individu jantan menghasilkan sel sperma yang membuahi sel telur yang dihasilkan oleh individu betina. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel atau pembentukan tunas.
  • Beberapa spesies foraminifera hidup dalam simbiosis mutualistik dengan alga fotosintetik. Alga ini tinggal di dalam kamar foraminifera dan memberikan makanan melalui proses fotosintesis. Sementara itu, foraminifera memberikan tempat tinggal yang aman dan sumber nutrisi bagi alga.
  • Memiliki kemampuan untuk fosilisasi karena cangkang mereka yang kuat dan tahan lama. Fosil foraminifera telah menjadi petunjuk penting dalam penelitian paleontologi dan geologi, membantu dalam penentuan usia batuan dan rekonstruksi lingkungan masa lampau.
  • Sebagai indikator lingkungan saat ini. Kehadiran dan kelimpahan spesies tertentu dapat memberikan informasi tentang suhu air, salinitas, keasaman, dan kualitas air di lingkungan mereka hidup.

Ciri-ciri tersebut memberikan gambaran umum tentang foraminifera, tetapi dalam beberapa kasus terdapat ribuan spesies foraminifera yang memiliki variasi dalam bentuk tubuh, ukuran, dan kebiasaan hidup.

Peran Penting Foriminifera

Foraminifera memiliki beberapa peran penting, baik dalam konteks geologi, paleontologi, maupun studi lingkungan. Berikut adalah beberapa peran utama dari foraminifera.

  • Bioindikator Lingkungan

Foraminifera sering digunakan sebagai bioindikator untuk mengkaji kualitas lingkungan dan kondisi perairan. Kehadiran spesies tertentu dapat memberikan petunjuk tentang salinitas air, suhu, keasaman, dan tingkat polutan dalam ekosistem perairan. Perubahan dalam komposisi foraminifera dapat mencerminkan perubahan lingkungan yang signifikan.

  • Penentu Usia Batuan

Cangkang foraminifera fosil yang terawetkan dalam lapisan batuan dapat digunakan untuk menentukan usia batuan. Berdasarkan kumpulan fosil foraminifera yang ditemukan dalam urutan kronologis, para ahli dapat mengidentifikasi dan memetakan periode waktu geologis tertentu.

  • Rekonstruksi paleoenvironment

Fosil foraminifera juga digunakan untuk merekonstruksi kondisi paleoenvironment (lingkungan masa lampau). Komposisi dan distribusi spesies foraminifera fosil dalam lapisan batuan dapat memberikan informasi tentang iklim, suhu air, dan kondisi lingkungan lainnya di masa lalu.

  • Studi Paleoklimatologi

Foraminifera memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim serta dapat memberikan informasi penting tentang fluktuasi suhu laut, tingkat lautan, dan kandungan isotop oksigen dalam air laut di masa lalu. Data tersebut dapat digunakan untuk mempelajari perubahan iklim global dan perubahan lingkungan jangka panjang.

  • Penelitian Paleoekologi

Komunitas foraminifera hidup saat ini dapat memberikan wawasan tentang struktur dan dinamika ekologi perairan. Studi tentang keberadaan dan kelimpahan spesies foraminifera dapat membantu memahami interaksi dalam rantai makanan dan keterkaitan ekosistem perairan.

  • Industri Minyak dan Gas

Foraminifera memiliki peran penting dalam industri minyak dan gas. Selain itu, sering menjadi indikator dalam menjelajahi sumber daya hidrokarbon. Keberadaan dan distribusi foraminifera fosil dalam lapisan batuan dapat membantu mengidentifikasi potensi cadangan minyak dan gas bumi.

  • Studi Sedimen dan Pencemaran

Cangkang foraminifera yang terawetkan dalam sedimen laut dapat digunakan sebagai indikator kondisi lingkungan saat ini. Analisis cangkang foraminifera dapat memberikan informasi tentang kualitas air, tingkat pencemaran, dan keberlanjutan ekosistem perairan.

  • Studi Keanekaragaman Hayati

Foraminifera memiliki keragaman spesies yang tinggi dan berperan dalam keragaman hayati perairan. Penelitian tentang distribusi dan kelimpahan spesies foraminifera membantu memahami struktur komunitas dan pola keanekaragaman di ekosistem laut.

Dengan berbagai peran penting tersebut, studi foraminifera memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah geologi dan lingkungan Bumi, serta dapat memberikan informasi penting dalam konteks perubahan iklim sampai sekarang.

The post Foraminifera : Pengertian, Bentuk, Ciri, dan Peranannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Klasifikasi Plankton Beserta Faktor yang Mempengaruhi Keberadaannya https://haloedukasi.com/klasifikasi-plankton Fri, 24 Feb 2023 03:34:40 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41643 Suatu perairan tanpa kita sadari menyediakan tempat bagi bermacam-macam makluk hidup di dalamnya. Kita tak asing dengan kata plankton sebagai salah satu makhluk hidup yang tinggal di perairan. Peranan plankton ternyata begitu penting dalam suatu perairan. Untuk lebih jelasnya, pada kesempatan kali ini mari kita simak pembahasan lebih dalam mengenai plankton. Pengertian Plankton Istilah plankton […]

The post Klasifikasi Plankton Beserta Faktor yang Mempengaruhi Keberadaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suatu perairan tanpa kita sadari menyediakan tempat bagi bermacam-macam makluk hidup di dalamnya. Kita tak asing dengan kata plankton sebagai salah satu makhluk hidup yang tinggal di perairan.

Peranan plankton ternyata begitu penting dalam suatu perairan. Untuk lebih jelasnya, pada kesempatan kali ini mari kita simak pembahasan lebih dalam mengenai plankton.

Pengertian Plankton

Istilah plankton pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli kelautan Victor Hensen  pada tahun 1887. Plankton sendiri berasal dari bahasa Yunani “Planktos” dengan arti hanyut atau mengembara.

Plankton merupakan semua organisme yang ditemukan hidup melayang mengikuti arus air di suatu perairan. Ukuran plankton sangat beragam mulai dari 0,2 µm hingga 20 cm.

Keberadaannya sangat penting sebagai produsen utama di perairan karena menghasilkan oksigen dari fotosintesis. Dapat berfungsi juga sebagai sumber makanan organisme lain, daur ulang nutrisi, hingga menjaga keseimbangan karbondioksida dan oksigen.

Klasifikasi Plankton

Klasifikasi Berdasarkan Golongan Utamanya

  • Fitoplankton

Berasal dari istilah Yunani phyton berarti tumbuhan merupakan plankton nabati yang hidup melayang di laut. Termasuk pada organisme autotrof yang menjadi sumber energi serta penting dalam produktivitas primer di perairan.

Ciri khas dari fitoplankton ialah mempunyai pigmen-pigmen fotosintesis. Kelompok utama dari fitoplankton seperti Diatom, Cyanobacteria, Dinoflagellata, hingga Coccolithophore.

  • Zooplankton

Berasal dari istilah Yunani zoon berarti hewan merupakan plankton hewani yang berukuran kecil melayang oleh arus di laut. Bersifat heterotrof karena tidak bisa memproduksi makanannya sendiri. Zooplankton berperan sebagai produsen sekunder maupun konsumen primer sehingga penting dalam transfer energi pada tingkatan trofik.

Ciri khas zooplankton ini dapat melakukan adaptasi dengan cara migrasi vertikal agar terhindar dari predator. Contoh beberapa filum yang termasuk zooplankton seperti Protozoa, Cnidarian, Ctenophora, Annelida, Artrophoda, Mollusca, Echinodermata, serta Chordata.

Klasifikasi Plankton Berdasarkan Siklus Hidupnya

  • Holoplankton

Holoplankton ialah organisme yang seluruh siklus hidupnya sebagai plankton. Contohnya diatom, krill, dan salp.

  • Meroplankton

Merupakan organisme yang menjalani sebagai plankton pada sebagian siklus hidupnya. Menjadi plankton pada tahap awal umumnya tahap larva saja sedangkan pada saat fase dewasa menjadi nekton karena dapat berenang bebas sendiri. Contohnya salmon, bintang laut, dan lobster.

Klasifikasi Plankton Berdasarkan Ukuran

  • Megaplankton ialah organisme plankton yang berukuran lebih dari 20 cm.
  • Makroplankton ialah organisme plankton yang berukuran 2- 20 cm.
  • Mesoplankton ialah organisme plankton yang berukuran 0,2 – 20 mm.
  • Mikroplankton ialah organisme plankton yang berukuran 20 – 200 µm.
  • Nanoplankton ialah organisme plankton yang berukuran 2 – 20 µm.
  • Pikoplankton ialah organisme plankton yang berukuran 0,2 – 2 µm.
  • Femtoplankton ialah organisme plankton yang berukuran 0,02 – 0,2 µm.

Faktor Mempengaruhi Keberadaan Plankton

Keberadaan serta pendistribusian plankton ini dipengaruhi banyak faktor yang ditimbulkan. Secara umum faktor yang berpengaruh terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor fisik dan faktor kimia.

Faktor Fisik

  • Cahaya

Cahaya bagi plankton mempunyai pengaruh besar sebagai sumber energi khususnya untuk proses fotosintesis. Besar kecilnya cahaya di dapat juga akan mempengaruhi jumlah dan pertumbuhan plankton. Laju pertumbuhannya akan melambat jika asupan cahaya di perairan itu rendah.

  • Kecerahan Air

Lalu kecerahan suatu perairan juga dapat berdampak pada cahaya yang di dapat. Karena jika suatu perairan kekeruhannya tinggi dapat menghambat atau mengganggu cahaya matahari untuk masuk ke perairan. Dengan berkurangnya cahaya matahari maka akan terganggu proses fotosintesis pada plankton.

  • Suhu dan Pergerakan Air

Suhu perairan akan berdampak pada kehidupan plankton. Suhu yang tinggi juga akan menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut. Plankton membutuhkan suhu yang optimal untuk dapat berkembang dengan baik.

Suhu yang tidak sesuai akan mengganggu pergerakannya juga. Kemudian pergerakan air penting dalam memberikan difusi oksigen, dan membantu adanya bahan makanan untuk plankton.

Faktor Kimia

  • Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut berpengaruh pada proses fisiologi organisme plankton. Perubahan kimia pada perairan akan berdampak pada kehidupan plankton. Oksigen tentunya berperan dalam mendorong terserapnya makanan pada plankton.

  • Nutrisi

Keadaan perairan yang kaya nitrat (NO3) dan fosfat (PO4) akan membuat pertumbuhan plankton meningkat. Fitoplankton mengonsumsi nitrogen untuk pertumbuhannya. Plankton juga akan banyak berkembang dan tumbuh di area dimana nutrisinya terpenuhi.

The post Klasifikasi Plankton Beserta Faktor yang Mempengaruhi Keberadaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Kemampuan Bereproduksi https://haloedukasi.com/kelangsungan-hidup-organisme-melalui-kemampuan-bereproduksi Thu, 23 Jun 2022 08:20:44 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35995 Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adaptasi, seleksi alam, dan kemampuan hidup. Makhluk hidup dilengkapi dengan kemampuan berkembangbiak untuk menjaga spesiesnya dari kepunahan. Reproduksi hewan Hewan berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan hewan secara vegetatif (tidak kawin) Membelah diri, membelah menjadi dua individu baru yang identik atau sama. Contohnya hewan bersel satu, seperti […]

The post Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Kemampuan Bereproduksi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adaptasi, seleksi alam, dan kemampuan hidup. Makhluk hidup dilengkapi dengan kemampuan berkembangbiak untuk menjaga spesiesnya dari kepunahan.

Reproduksi hewan

Hewan berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.

Perkembangbiakan hewan secara vegetatif (tidak kawin)

  • Membelah diri, membelah menjadi dua individu baru yang identik atau sama. Contohnya hewan bersel satu, seperti bakteri, ganggang, amoeba, dan paramecium.
  • Tunas, membentuk tunas dan kemudian akan membesar dan membiasakan diri, Contoh : Hydra dab hewan spons.
  • Spora contohnya hewan bersel satu plasmodium.
  • Fragmantasi memutuskan bagian tubuh tertentu dan menjadi indivdu baru seperti cacing planaria.

Perkembangbiakan hewan secara generatif (kawin)

Fertilisasi adalah perkembangbiakan yang terjadi ketika pembuahan antara sel kelamin jantan (sprema) dengan sel kelamin betina (ovum). Berdasarkan tempat pertumbuhan janinnya, makan hewan di kelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

  • Vivipar, adalah hewan yang melahirkan anak. Contoh: kelompok hewan mamalia seperti lumba-lumba, paus, dugong, kelelawar, harimau, sapi, tupai, kera, dan manusia.
  • Ovipar, adalah hewan yang berkembangbiak dengan mengeluarkan telur di luar tubuh induk betina. Contohnya ikan, amfibia, unggas (burung, ayam, itik, angsa, dan penguin) serta sebagian reptil (buaya, komodo, cecak, ular, piton, penyu).
  • ovovivipar, adalah bertelur dan beranak. Contohnya adalah ikan jiu, ikan pari, kadal, kuda laut, dan platipus.

Reproduksi pada tumbuhan

Reproduksi tumbuhan adalah proses di mana tumbuhan memperoleh organisme baru yang sesuai induknya. Perkembangbiakan tumbuhan terbagi menjadi 2 yaitu vegetatif dan generatif.

Perkembangbiakan vegetatif buatan

Perkembangbiakan vegetatif buatan adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, yang dilakukan melalui bantuan manusia. Biasanya hanya tanaman tertentu saja yang sengaja dikembangbiakkan dengan rekayasa.

Vegetatif buatan terdiri dari beberapa cara, yaitu :

  • Setek, menanam bagian dari tanaman ke dalam tanah, seperti setek batang pada bambu, tebu atau ketela pohon. setek daun misalnya pada cocor bebek.
  • Cangkok, cara pembiakan dengan mengelupas bagian kulit kayu batang sampai ke lapisan kambium kemudian diberi tanah dan ditutup sampai muncul akar. Keuntungan mencangkok adalah sifat anak sama dengan induk dan cepat berbuah. Sedangkan kerugiannya adalah akar serabut sehingga mudah tumbang.
  • Sambung (enten), memotong ujung batang tanaman satu kemudian disambungkan ke batang tanaman yang lain. Menyambung bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda.
  • Tempel (okulasi), menggabungkan mata tunas suatu tumbuhan pada batang tumbuhan lain, bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat. Contohnya okulasi bunga mawar menghasilkan dua warna yang berbeda.
  • Merunduk, merupakan proses menimbun batang tumbuhan ke dalam tanah. Pada batang yang ditimbun tersebut diharapkan tumbuh akar. Contohnya arbei, apel, tebu, stroberi, dan melati.

Perkembangbiakan vegetatif alami

Vegetatif alami atau perkembangan vegetatif alami adalah sebuah proses memperbanyak diri. Vegetatif alami ini terjadi secara non seksual. Dalam arti lain, dilakukan secara alami tanpa melibatkan campur tangan dari manusia. Vegetatif alami dapat terjadi pada tumbuhan.

Vegetatif alami dibedakan menjadi beberapa cara :

  • Spora, contohnya tumbuhan lumut, paku, dan berbagai macam jamur.
  • Tunas, tunas batang : bambu, tebu, dan pisang : tunas adventif akar:sukun, cemara, kesemek: tunas daun:cocor bebek dan begonia.
  • Stolon/geragih, batang yang menjalar di atas tanah. Contoh : rumput teki, stroberi, dan pegagan.
  • Akar tinggal/rizoma/rimpang, batang yang menjalar di bawah tanah, dapat berumbi untuk menyimpan makanan maupun tidak berumbi. Contoh : kunyit, jahe, kencur, tumbuhan paku, dan ilalang.
  • Umbi lapis (bulbus), sejenis umbi berbentuk dari tumpukan (pangkal) daun yang tersusun rapi dan rapat. Contohnya bawang, bunga lili, tulip, dan bakung.
  • Umbi batang (tuber), batang yang tumbuh di dalam tanah dan ujungnya menggelembung menjadi umbi. Contohnya kentang dan Caladium.
  • Umbi akar, akar yang membesar berisi cadangan makanan. Jika umbi uni ditanam bersama dengan pangkal batang makan akan tumbuh tunas. Contohnya wortel, lobak, dan singkong.

Perkembangbiakan tumbuhan secara generatif (kawin)

Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang ditandai adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina. Pada tumbuhan perkembangbiakan ini bisa dibantu oleh angin, hewan, air, dan manusia. 

Perkembangbiakan tumbuhan generatif terbagi menjadi dua, yaitu :

  • Penyerbukan, adalah jatuhnya serbuk sari yang mengandung sel kelamin jantan di kepala putik.
  • Pembuahan/fertilisasi, yaitu peleburan sel kelamin atau spermatozoid dengan sel kelamin betina atau sel telur. Hasil dari pembuahan adalah zigot. Zigot berkembang yang bakal menjadi biji dan berkembangbiak menjadi biji dan bakal menjadi buah dan berkembang menjadi daging buah.

The post Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Kemampuan Bereproduksi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Organisme Heterotrof: Pengertian dan Jenisnya https://haloedukasi.com/organisme-heterotrof Tue, 01 Mar 2022 08:47:53 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31786 Pengertian Organisme Heterotrof Heterotrof merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heterone: lainnya dan trophe: nutrisi. Jadi dapat dikatakan bahwa heterotrof adalah sebuah organisme yang membutuhkan senyawa organik dan membutuhkan karbon diekstrak untuk pertumbuhannya. Organisme heterotrof dikenal sebagai konsumen karena didalam rantai makanan, organisme heterof tak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga hanya bisa memperoleh […]

The post Organisme Heterotrof: Pengertian dan Jenisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Organisme Heterotrof

Heterotrof merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heterone: lainnya dan trophe: nutrisi. Jadi dapat dikatakan bahwa heterotrof adalah sebuah organisme yang membutuhkan senyawa organik dan membutuhkan karbon diekstrak untuk pertumbuhannya.

Organisme heterotrof dikenal sebagai konsumen karena didalam rantai makanan, organisme heterof tak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga hanya bisa memperoleh makanan dengan cara bergantung pada yang lain.

Sehingga sebagian besar mahluk ini disebut sebagai parasit, yang termasuk dalam orgasnisme heterotrof yaitu bakteri, jamur serta semua hewan.

Jenis-Jenis Organisme Heterotrof

Berikut jenis-jenis organisme heterotrof beserta ciri-ciri dan contohnya :

1. Herbivora

Jenis yang pertama dari organisme heterotrof adalah herbivora. Herbivora adalah kelompok pemakan tumbuhan. Sehingga, hewan yang termasuk golongan herbivora adalah hewan yang tinggal atau hidup di daerah yang banyak sekali tumbuhan, seperti padang rumput, hutan, persawahan, dan masih banyak lagi.

Serta hewain ini juga hidup dengan berkelompok dengan sesama jenisnya. Sehingga hewan ini akan selalu terlihat bergerombol. Contoh dari hewan herbivora adalah seperti sapi, kambing kelinci, belalang, ulat, dan masih banyak lagi

Ciri Ciri Hewan Herbivora

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari hewan herbivora:

  • Makanan dari hewan ini adalah rumput dan tumbuh-tumbuhan.
  • Mereka akan berkembang biak secara vivipar atau beranak.
  • Merupakan hewan yang menyusui.
  • Sebagian besar tinggal atau hidup di darat.
  • Termasuk hewan berdarah panas.
  • Mempunyai gigi geraham yang lebar.
  • Sebagian besar hewan ini berkaki empat.
  • Termasuk hewan yang mempunyai tulang belakang.
  • Mempunyai banyak sekali manfaat bagi manusia.
  • Kebanyakan hewan ini merupakan mangsa dari hewan karnivora.

2. Karnivora

Hewan jenis ini adalah hewan pemakan daging. Hewan karnivora adalah hewan predator karena sering menjadi pemangsa bagi hewan lain.

Predator sendiri mendapatkan mangsa dengan cara memburunya. Contoh dari hewan jenis karnivor adalah kodok, laba-laba, elang, singa, macan, harimau, dan lain-lain.

Karnivora juga ternyata memakan ikan sebagai makanan utama yang juga disebut sebagai hewan piskivora. Contoh dari hewan ini adalah peguin, anjing laut, lumba-lumba, dan lain-lain.

Ciri Ciri Hewan Karnivora

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari hewan karnivora:

  • Mempunyai kuku atau cakar yang sangat tajam.
  • Mempunyai gigi yang berbentuk taring yang berfungsi untuk merobek daging.
  • Mempunyai kecepatan dalam berlari sehingga mampu mengejar dan memburu mangsanya.
  • Bila hewan burung maka memiliki paruh sangat tajam.
  • Memiliki racun yang berguna untuk melemahkan mangsanya.

3. Omnivora

Omnivora merupakan kelompok pemakan segalanya. Jadi kelompok ini bisa memakan tumbuhan dan juga daging. Contoh dari kelompok ini adalah beruang, orang utan, siamang, manusia, dan masih banyak lagi

Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok omnivora merupakan kelompok yang mendominasi ekosistem. Kecuali jika ekosistem sedang mengalami gangguan.

Karena contoh omnivora yaitu manusia merupakan organisme yang sanggup beradaptasi dalam segalanya jenis kondisi alam atau lingkungan. Pola makan omnivora merupakan gabungan dari kelompok karnivora dan herbivora.

Tetapi omnivora berbeda dengan karnivora dan herbivora, karena kelompok ini mempunyai gigi yang sesuai dengan yang dikonsumsinya, yaitu tumbuhan dan daging.

Ciri Ciri Hewan Omnivora

Berikut ini ciri dari hewan omnivora itu sendiri, yaitu:

  • Memakan tumbuhan dan juga daging.
  • Memiliki pencernaan yang kompleks.
  • Memiliki gigi yang tajam di bagian depannya.
  • Memiliki gigi yang berbentuk datar pada bagian belakangnya.
  • Sebagian besar bukan mamalia dan sebagian besar yang lain adalah mamalia.
  • Sebagian besar berkembang biak secara bertelur dan sebagian nya secara beranak.

Perbedaan Heterotrof dan Autotrof

Perbedaan dari heterotrof dan autotrof dibagi menjadi 2 perbedaan yaitu menurut definisi nya dan juga menurut klasifikasinya, yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan Definisi

Berdasarkan definisi organisme autotrof merupakan organisme yang mempunyai kemampuan buat mengubah dari bahan anorganik menjadi organik, termasuk organisme yang bisa membuat makanannya sendiri.

Tetapi organisme ini membutuhkan bantuan dari sinar matahari, kimia, dan juga bantuan karbondioksida serta berbagai senyawa anorganik yang sederhana. Contoh dari autotrof adalah tumbuhan (plantae).

Sedangkan, organisme heterotrof adalah organisme yang tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanannya sendiri. Sehingga organisme ini sangat membutuhkan organisme lainnya untuk mendapatkan makanan agar mereka bisa bertahan hidup.

Biasanya, organisme ini sangat memerlukan senyawa organik lengkap, yang didapat dari organisme lainnya, misalnya hewan dan tumbuhan. Senyawa ini adalah berupa nitrogen, karbon, dan lain-lain. 

Berdasarkan Klasifikasi

  • Klasifikasi Autotrof

Organisme autotrof melakukan pemrosesan senyawa organik, dibagi menjadi 2 kategori yaitu fototrof dan keno autotrof. Dimana fototrof merupakan organisme tumbuhan yang menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi.

Sedangkan kemoautotrof merupakan organisme tumbuhan yang mendapatkan sumber energi dengan cara melakukan proses kimia anorganik. Contohnya adalah jamur dan bakteri.

  • Klasifikasi Heterotrof

Untuk organisme heterotrof sendiri memperoleh makanan, dibagi menjadi 5 kategori yaitu herbivora, karnivora, omnivora, detritivor, dan pengurai.

  • Herbivora adalah organisme heterotrof yang mendapatkan makanan dari tumbuhan. Sehingga sering disebut sebagai organisme pemakan tumbuhan.
  • Karnivora adalah organisme heterotrof yang memperoleh makanan dengan cara memakan hewan lain. Sehingga hewan ini sering disebut sebagian organisme pemakan daging (kanibal).
  • Omnivora adalah organisme heterotrof yang memperoleh makanan dari hewan lain dan juga tumbuhan. Sehingga hewan ini sering disebut sebagai organisme pemakan segalanya.
  • Detritivor adalah organisme heterotrof yang mendapatkan makanan dengan cara mencacah hewan lain dan tumbuhan yang sudah mati. Contohnya adalah kumbang kotoran, cacing tanah, kaki seribu, dan lain-lain.
  • Pengurai yaitu organisme heterotrof yang memecah makanan mereka yang sifatnya organik. Dengan cara mengeluarkan enzim dan contoh pengurai adalah enzim. Organisme ini termasuk dalam dekomposer atau saprotrof (konsumen makro).

Inilah tadi beberapa pembahasan tentang organisme heterotrof. Semoga pembahasan ini memberikan manfaat.

The post Organisme Heterotrof: Pengertian dan Jenisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sphingolipid : Pengertian-Fungsi dan Komposisi https://haloedukasi.com/sphingolipid-pengertian-fungsi-dan-komposisi Thu, 25 Nov 2021 07:38:01 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29018 Pengertian Sphingolipid Sphingolipids adalah kelas produk alami yang pertama kali dicirikan oleh ahli kimia dan klinisi kelahiran Jerman Johann LW Thudichum pada tahun 1884. Mereka terdiri dari tulang punggung dasar sphingoid, misalnya sphingosine, yang dapat diasilasi N dengan asam lemak yang membentuk ceramides. Untuk jangkar lipid ini melekat berbagai bermuatan, netral, terfosforilasi dan/atau glikosilasi membentuk […]

The post Sphingolipid : Pengertian-Fungsi dan Komposisi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Sphingolipid

Sphingolipids adalah kelas produk alami yang pertama kali dicirikan oleh ahli kimia dan klinisi kelahiran Jerman Johann LW Thudichum pada tahun 1884. Mereka terdiri dari tulang punggung dasar sphingoid, misalnya sphingosine, yang dapat diasilasi N dengan asam lemak yang membentuk ceramides.

Untuk jangkar lipid ini melekat berbagai bermuatan, netral, terfosforilasi dan/atau glikosilasi membentuk sphingolipid kompleks, misalnya fosforilkolin untuk membuat sphingolipid mamalia yang paling melimpah, sphingomyelin. Gugus-gugus ini menghasilkan daerah polar dan nonpolar yang memberikan molekul karakter amfipatik yang menjelaskan kecenderungan mereka untuk beragregasi ke dalam struktur membran.

Lebih jauh lagi, perbedaan yang ditemui dalam struktur kimianya memungkinkan mereka memainkan peran berbeda dalam metabolisme seluler.

Fungsi Sphingolipid

Biologi sphingolipid diketahui meliputi struktur membran, inflamasi, aktivasi sel imun, dan pengenalan agen eksogen. Sphingolipids dibangun di sekitar tulang punggung sphingosine melalui sintesis de-novo di ER dari asam lemak-CoA dan serin.

Cacat dalam metabolisme sphingolipid menyebabkan banyak penyakit manusia termasuk Farber, Niemann-Pick, dan Tay-Sachs. Mengingat pentingnya sphingolipids dalam konteks biologis ini, penelitian sphingolipid telah menjadi bidang yang besar dan beragam.

Sphingosine-1-phosphate (S1P) adalah komponen kunci dalam pensinyalan sphingolipid. Sementara sphingosine mempromosikan apoptosis dan penghentian siklus sel, S1P mempromosikan kelangsungan hidup dan proliferasi sel, peradangan, dan terlibat dalam perkembangan kanker. 

Ceramide dan ceramide-1-phophate (C1P) dapat memainkan peran yang mirip dengan sphingosine dan S1P, dan sphingosine diubah menjadi ceramide atau kembali dalam satu langkah enzimatik. Dengan demikian, menyeimbangkan enzim-enzim kunci ini dan produknya telah menjadi fokus utama di bidang kanker dan peradangan. 

Pada mamalia, sphingolipids melindungi permukaan sel dengan memberikan stabilitas dan ketahanan mekanis. Jenis khusus sphingolipids, seperti glycosphingolipids, terlibat dalam pensinyalan dan pengenalan sel.

Komposisi Sphingolipid

Sphingolipid adalah jenis lipid yang terdiri dari basa sphingoid (misalnya sphingosine dan ceramides) dan residu gula. Keduanya disatukan oleh ikatan glikosidik. 

Daripada gliserol, lipid memiliki basis sphingoid, terutama sphingosine. Sfingosin adalah alkohol amino yang memiliki rumus kimia C 18 H 37 NO 2 . 

Karbohidrat dihubungkan dengan sphingolipid melalui ikatan glikosidik. Jadi, hidrolisis sphingolipid menghasilkan gula (misalnya galaktosa atau gula serupa), asam lemak, dan sphingosine atau dihydrospingosine.

Klasifikasi Sphingolipid

Sphingolipids yang melekat pada glycan (atau karbohidrat) disebut sebagai glycosphingolipid. Contohnya adalah serebrosida dan gangliosida.

Serebrosida

Serebrosida adalah glikosfingolipid yang ditemukan di membran sel neuron dan sel otot.

Serebrosida memiliki inti sphingosine. Secara khusus, struktur serebrosida terdiri dari monosakarida (galaktosa atau glukosa) atau oligosakarida yang terikat secara glikosida dengan gugus OH terminal seramida.

Hidrolisis serebrosida menghasilkan sphingosine, unit gula (misalnya galaktosa atau glukosa), dan asam lemak. Konstituen karbohidrat dari serebrosida meluas di luar membran sel.

Dengan demikian, ia berperan dalam interaksi sel ke sel dan pengenalan sel. Berdasarkan konstituen karbohidrat, serebrosida dapat diklasifikasikan sebagai galaktoserebrosida atau glukoserebrosida.

Gangliosida

Gangliosida adalah glikosfingolipid yang terdiri dari glikosfingolipid dan asam sialat. Komponen asam sialat terkait dengan unit gula.

Ini mirip dengan serebrosida dalam hal komposisi kimia. Namun, gangliosida memiliki konstituen tambahan: satu atau lebih residu asam sialat, yaitu N-acetylneuraminic atau N-glycolylneuraminic.

Hidrolisis gangliosida dengan demikian akan menghasilkan sphingosine, asam lemak, karbohidrat, dan asam neuraminic. Gangliosida ditemukan terutama di membran sel jaringan saraf. Mereka pun dapat ditemukan juga di sel limpa dan timus.

Kelompok Lain

Kelompok lain dari sphingolipids adalah mereka dengan ceramides (basa sphingoid N-terasilasi). Ceramides terjadi di membran sel eukariota. 

Mereka juga merupakan komponen lipid dari sphingomyelins. Jenis sphingolipid lainnya adalah yang dibentuk dengan penambahan gugus kepala, misalnya fosfokolin atau fosfoetanolamina ke gugus 1-hidrogksi seramida pada sfingomielin.

Fakta Sphingoplipid

Kesalahan bawaan, Patobiologi, Genetika

Penyakit lisosom karena metabolisme sphingolipid abnormal disebut sebagai sphingolipidosis. Contoh sphingolipidosis adalah penyakit Niemann-Pick.

Hal ini ditandai dengan akumulasi sphingomyelin di otak dan eritrosit karena kekurangan sphingomyelinase. Kondisi ini merupakan sifat resesif autosomal. 

Penyakit Fabry adalah contoh lain dari sphingolipidosis. Ini adalah kondisi terkait-X yang ditandai dengan penumpukan glikolipid (yaitu ceramide trihexoside) di otak, jantung, dan ginjal.

Hal ini disebabkan oleh defisiensi – galaktosidase A. Penyakit Krabbe juga merupakan sphingolipidosis yang resesif autosomal. 

Hal ini disebabkan oleh defisiensi galaktoserebrosidase. Hal ini ditandai dengan akumulasi glikolipid, terutama galaktoserebrosida, dalam oligodendrosit. 

Kelainan lain adalah penyakit Gaucher, yang merupakan penyakit resesif autosomal. Dalam kondisi ini, glukoserebrosida menumpuk di eritrosit, hati dan limpa karena kekurangan glukoserebrosidase. 

Penyakit Tay-Sachs adalah jenis sphingolipidosis autosomal resesif lainnya di mana kadar heksosaminidase A rendah. Ini menghasilkan penumpukan gangliosida GM2 di neuron.

Kesimpulan

Sphingolipids penuh teka-teki dan memainkan peran penting dalam tubuh. Bagaimana jika terjadi gangguan dalam metabolisme Sphingolipid dapat menyebabkan penyakit adalah subjek penelitian yang sedang berlangsung

Hal tersebut dibantu oleh perkembangan terbaru dari terapi gen yang membantu untuk mengekspresikan kekurangan enzim. Penelitian dan terobosan ilmiah terus dilakukan guna menanggulangi resiko yang terjadi apabila ada kesalahan bawaan, atau Genetika.

Jadi, Sphingolipids adalah sebuah molekul biologis yang mempunyai peranan penting, kelas lipid yang memiliki tulang punggung basa sphingoid termasuk sphingosine (alifatik amino alkohol) atau senyawa struktural serupa lainnya.

The post Sphingolipid : Pengertian-Fungsi dan Komposisi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peran Organisme Tanah dalam Kehidupan https://haloedukasi.com/peran-organisme-tanah Mon, 22 Nov 2021 06:06:45 +0000 https://haloedukasi.com/?p=28853 Di dalam tanah terdapat banyak organisme yang hidup biasanya disebut juga sebagai biota tanah. Biota tanah ini dapat berupa tumbuhan dan hewan yang seluruh atau sebagian hidupnya berada di dalam tanah. Organisme tanah pada umumnya hidup di lapisan tanah paling atas. Maka akan dijelaskan mengenai peranan tanah dan juga organisme. Peran Tanah : 1. Media […]

The post Peran Organisme Tanah dalam Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Di dalam tanah terdapat banyak organisme yang hidup biasanya disebut juga sebagai biota tanah. Biota tanah ini dapat berupa tumbuhan dan hewan yang seluruh atau sebagian hidupnya berada di dalam tanah. Organisme tanah pada umumnya hidup di lapisan tanah paling atas. Maka akan dijelaskan mengenai peranan tanah dan juga organisme.

Peran Tanah :

1. Media Pertumbuhan Tanaman

Tanah merupakan suatu alat pertumbuhan tanaman yang mana dapat menjaga tanaman pada masa pertumbuhan. Tanaman yang ditanam di tanam akan terjaga kandungan airnya karena tanah memiliki peran besar dalam menampung air dan mempertahankan jumlah oksigen yang berada di dalam air. Peranan yang sangat penting ini mampu memberikan mineral dan nutrisi yang baik bagi tanaman. 

Selain itu, tanah juga mampu melindungi akar dan tanaman yang mana tanah mampu menjaga akar agar tetap tegak saat pertumbuhan tanaman sedang berlangsung. Tanah juga melindungi tanaman dari adanya erosi.

2. Sistem Penyaringan Air

Tanah berperan sebagai tempat penyaringan air. Air yang masuk ke dalam tanah akan melewati lapisan lapisan tanah yang mana kandungan kotor seperti debu, bahan kimia, serta kotoran lainnya akan tertinggal dan tersaring oleh banyaknya lapisan yang dimiliki tanah. 

Air yang awalnya datang dari hujan yang kotor akan jernih dan bersih ketika telah melewati berbagai lapisan tanah. Sehingga, air yang bersih akan dihasilkan oleh tanah pada lapisan bawah yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti menyiram tanaman.

3. Tempat Penyimpanan Gas Karbon dan Gas Atmosfer

Tanah memiliki peran dalam mengurangi gas gas yang berasal dari efek rumah kaca yang mana banyak mengandung Nitrogen, Fosfor, dan juga CO2.

Tidak hanya menyerap gas gas tersebut, tanah juga mendaur ulang nutrisi dan gas gas tersebut agar menjadi sarana yang baik untuk tumbuhan yang berada di atasnya. Jika tanah berperan sempurna dalam mendaur ulang gas dan nutrisi, maka tanaman seperti rumput yang tumbuh di atasnya akan berkualitas dan menjadi sumber pangan yang baik bagi ternak.

4. Sebagai Tempat Tinggal Serangga dan Organisme

Tanah tidak hanya digunakan sebagai tempat bertumbuh bagi tanaman saja. Banyak serangga yang juga memiliki habitat di dalam tanah, seperti contoh cacing, semut, dan lainnya.

Banyak hewan yang berkembang biak di dalam tanah. Mereka menjadikan tanah sebagai tempat berlindung dan sumber makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.

Peran Organisme

Selain peranan tanah, akan dibahas juga mengenai peranan organisme tanah. Dengan menjaga tanah agar tetap sehat dan tidak tercemar, maka organisme di dalam tanah juga akan terbantu dengan tanah yang memiliki kondisi baik.

Organisme tanah hidup 10 cm dari permukaan tanah yang mana organisme ini mempengaruhi kesuburan, tekstur, dan kegemburan tanah. Berikut beberapa peranan organisme :

1. Dekomposer 

Peran organisme dekomposer ini berguna dalam menguraikan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang berakhir di tanah. Ketika sudah mati dan jatuh di tanah maka akan diuraikan menjadi materi organik yang lebih sederhana dibanding sebelumnya.

Peran sebagai dekomposer dilakukan oleh cacing, bakteri dan fungi. Dekomposer ini sangat penting karena unsur yang dihasilkan diperlukan oleh tumbuhan. Unsur yang dihasilkan seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium.

Organisme tanah yang memiliki peran sebagai dekomposer ini dapat digunakan dalam menghasilkan pupuk kompos. Penguraian pupuk organik dari sisa tumbuhan dan hewan yang dibantu oleh mikroorganisme dan atau makroorganisme

2. Sebagai Pengurai Polutan

Bakteri yang berada di dalam tanah akan menjadi filter dan pengurai yang menguraikan zat kimia di dalam tanah karena pupuk anorganik yang disemprotkan ke tanah secara berlebihan. Semakin banyak organisme yang berada di dalam tanah maka akan semakin mempercepat proses penguraian zat kimia yang membahayakan kesuburan tanah.

Peran penting lainnya adalah untuk membersihkan polutan dengan menjadikannya bahan tidak berbahaya. Dengan menguraikan polutan tersebut akan mengunci unsur racun dan polutan yang terdapat di dalam tanah, sehingga tumbuhan dan tanah terlindungi dari pencemaran

3. Sebagai Pereaksi Kimia

Bakteri yang terkandung di dalam tanah mampu menguraikan material organik dari sisa makhluk hidup yang mati dan diuraikan menjadi zat nitrat. Zat nitrat atau bisa juga disebut nitrogen sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Selain organisme yang mampu menguraikan zat nitrat ini ada pula jamur yang juga mampu membantu tanaman dalam meningkatkan pertumbuhan, ketahanan dari penyakit, penyerapan zat hara,dan meningkatkan aerasi tanah

4. Pencegahan Penyakit dalam Tanah

Tanah dikatakan baik ketika memiliki senyawa organik yang cukup dan aktivitas organisme yang tinggi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa organisme tanah berperan aktif dalam menjaga kesehatan dan kesuburan tanah

Pada saat tertentu organisme yang berada dalam tanah mampu melawan organisme penyakit yang datang dan masuk ke tanah. Organisme tanah memiliki pengendalian biologis yang akan mengendalikan organisme yang mengganggu kesehatan tanah

5. Memberikan Tekstur Tanah

Tanah memiliki tekstur yang berbeda-beda yang mana tekstur inilah yang membuat banyak pengelompokan terhadap tanah. Tanah memiliki berbagai jenis berdasarkan teksturnya, seperti contoh keadaan tingkat kehalusan yang terdapat perbedaan komposisi kandungan pasir, debu, dan liat yang berada di dalam tanah

Berbagai macam tekstur tanah yaitu tanah dengan tekstur halus atau tanah liat, tanah dengan tekstur sedang atau tanah lempung, dan tanah dengan tekstur kasar atau tanah pasir.

6. Pengatur Struktur dan Kegemburan Tanah

Organisme yang terdapat di dalam tanah sangat mempengaruhi kegemburan tanah. Organisme mampu membuat pori-pori di dalam tanah yang akan menggemburkan serta menyuburkan tanah. 

proses sirkulasi yang terjadi di dalam tanah akan berlangsung dengan baik karena bantuan dari pori-pori yang dibuat oleh organisme tanah

Lalu struktur tanah yang terbentuk atas susunan partikel tanah yang terikat satu sama lain dan membentuk gumpalan. Pengikat dari susunan tersebut adalah perekat yang berupa bahan organik yang dihasilkan oleh organisme tanah. Lalu perekat itu akan bercampur dengan tanah dan membentuk gumpalan-gumpalan pada tanah

The post Peran Organisme Tanah dalam Kehidupan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>