PAUD - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/paud Mon, 01 Feb 2021 04:08:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico PAUD - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/paud 32 32 Perbedaan PAUD dan TK Beserta Penjelasannya https://haloedukasi.com/perbedaan-paud-dan-tk Sun, 24 Jan 2021 18:07:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=19997 Sebagai upaya untuk mencapai salah satu tujuan nasional, yakni mencerdasakan kehidupan bangsa, pemerintah menjamin hak penduduknya untuk mengenyam pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar tersebut adalah setingkat SD, SMP, dan SMA. Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, ada jenjang pendidikan yang biasa ditempuh anak sebagai persiapan memasuki pendidikan dasar, yaitu jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebagian […]

The post Perbedaan PAUD dan TK Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebagai upaya untuk mencapai salah satu tujuan nasional, yakni mencerdasakan kehidupan bangsa, pemerintah menjamin hak penduduknya untuk mengenyam pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar tersebut adalah setingkat SD, SMP, dan SMA.

Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, ada jenjang pendidikan yang biasa ditempuh anak sebagai persiapan memasuki pendidikan dasar, yaitu jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Sebagian orang mungkin salah kaprah mengenai PAUD ini dengan mengira PAUD adalah sebuah lembaga pendidikan yang diadakah untuk anak usia pra TK, padahal sejatinya tidaklah demikian.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tepatnya pada Bab 1 Pasal 1 Butir 14, disebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sementara itu, dalam butir-butir pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini,dinyatakan bahwa:

  1. Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar
  2. Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal
  3.  Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat
  4. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat
  5. Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan
  6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dari butir-butir pasal dalam Undang-Undang tersebut diatas, jelaslah bahwa perbedaan antara PAUD dan TK adalah sebagai berikut:

  1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebuah jenjang pendidikan yang ditempuh anak sebelum memasuki usia pendidikan dasar. Sedangkan TK adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak di usia dini. Lebih ringkasnya bisa dikatakan bahwa TK adalah bagian dari PAUD itu sendiri.
  2. Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal. Adapun TK merupakan jalur pendidikan formal untuk anak usia dini.
  3. TK pada umumnya diselenggarakan bagi anak usia 5-6 tahun, sementara Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD adalah jenjang pendidikan sejak anak lahir hingga mencapai usia 6 atau 7 tahun.

The post Perbedaan PAUD dan TK Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu diketahui https://haloedukasi.com/manfaat-pendidikan-anak-usia-dini Sun, 24 Jan 2021 07:45:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=19969 Menurut seorang ahli perkembangan kemampuan anak, Glen Dolman, masa paling pesat dari pertumbuhan otak manusia adalah pada usia 0-7 tahun. Pada masa itu, seorang anak memerlukan rangsangan yang tepat terhadap semua unsur-unsur perkembangannya, seperti kemempuan intelektual, kemampuan komunikasi, perkembangan motorik, dan juga kemampuan sosial emosionalnya. Untuk mendukung semua itu, maka diperlukan adanya alat bantu atau […]

The post 7 Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Menurut seorang ahli perkembangan kemampuan anak, Glen Dolman, masa paling pesat dari pertumbuhan otak manusia adalah pada usia 0-7 tahun. Pada masa itu, seorang anak memerlukan rangsangan yang tepat terhadap semua unsur-unsur perkembangannya, seperti kemempuan intelektual, kemampuan komunikasi, perkembangan motorik, dan juga kemampuan sosial emosionalnya.

Untuk mendukung semua itu, maka diperlukan adanya alat bantu atau fasilitas dan juga kemampuan pendidik yang memadai. Hal inilah yang ditawarkan oleh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yakni untuk membantu orang tua dalam mengoptimalkan masa-masa emas tumbuh kembang anak.

Menurut Suryadi, pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini dengan menitikberatkan pada peletakan dasar baik ke arah pertumbuhan maupun perkembangan fisik, sosio emosional, kecerdasan, komunikasi, dan bahasa yang sesuai keunikan  serta tahap-tahap perkembangan yang akan dilalui oleh anak usia dini.

Beberapa manfaat dari pendidikan anak usia dini antara lain:

1. Membantu Memaksimalkan Kemampuan Motorik dan Sensorik Anak

Dalam PAUD, anak-anak akan dibantu untuk meningkatkan kemampuan motorik dan sensoriknya melalui berbagai aktivitas pembelajaran terpadu.

Seperti permainan yang melibatkan gerak fisik akan membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motoriknya, ataupun aktivitas menggunting, meronce,menempel, dan mewarnai yang sangat baik bagi kemampuan motorik halus anak.

2. Melatih Kecakapan Sosial dan Emosional Anak

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan lepas dari berbagai bentuk sosialisasi dengan manusia lain. Oleh karenanya, kemampuan dalam bersosialisasi sangat penting untuk dilatih sejak dini.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu sarana yang baik untuk melatih dan meningkatkan kemampuan sosialisasi anak. Dengan mengikuti PAUD anak akan terlatih untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain sejak dini.

Selain itu, berinteraksi dengan orang lain juga akan membantu anak untuk terlibat secara emosional sehingga secara langsung hal itu berguna juga untuk melatih kemampuan emosionalnya.

3. Melatih Kecakapan Berbicara dan Berbahasa

Melalui kegiatan pembelajaran di PAUD, anak akan belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif, baik dengan sesama temannya maupun dengan guru pembimbingnya. Anak akan dibimbing mengenai cara berbicara dan berbahasa secara baik. Pembelajaran di PAUD juga akan membantu anak meningkatkan kosakata yang dimilikinya.

4. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak

Selain kemampuan motorik dan sensorik anak, pendidikan usia dini juga membantu anak dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang merangsang daya pikir dan analisa anak.

5. Mengembangkan Kreativitas Anak

Banyak kegiatan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini yang sangat bermanfaat dalam pengembangan kreativitas anak, seperti permainan menyusun puzzle, membuat keterampilan sederhana, dan sebagainya.

6. Mempersiapkan Anak Sebelum Memasuki Pendidikan Formal

Sebelum memasuki pendidikan formal, anak-anak perlu dibantu untuk mempersiapkan diri agar lebih mudah untuk beradaptasi nantinya. Pendidikan anak usia dini membantu anak untuk membangun mental dan kesiapannya sebelum memasuki sistem pendidikan yang lebih tinggi.

7. Membantu Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri sangat penting artinya bagi seseorang dalam menjalankan perannya di kehidupan sosial, termasuk saat memasuki pendidikan sekolah nantinya.

Pendidikan anak usia dini bisa membantu anak menumbuhkan rasa percaya diri melalui kegiatan bernyanyi, menari, bermain bersama teman, dan sebagainya.

The post 7 Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini https://haloedukasi.com/tokoh-pendidikan-anak-usia-dini Sat, 31 Oct 2020 03:52:36 +0000 https://haloedukasi.com/?p=13158 Pada pembahasan berikut, akan dipaparkan beberapa tokoh/pakar beserta teori yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak usia dini. 1. Johann Heinrich Pestalozzi J. H. Pestalozzi adalah seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan (pedagogi) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern. Teori Audio Visual Memori (AVM) olehnya dianggap dapat membantu mengembangkan potensi […]

The post 5 Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada pembahasan berikut, akan dipaparkan beberapa tokoh/pakar beserta teori yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak usia dini.

1. Johann Heinrich Pestalozzi

J. H. Pestalozzi adalah seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan (pedagogi) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern.

Teori Audio Visual Memori (AVM) olehnya dianggap dapat membantu mengembangkan potensi lain dari anak. Seperti daya imajinasi, kreativitas, bakat minat dari seorang anak,

Konsep dalam Mengasuh, Membimbing dan Mendidik

Menurut Pestalozzi, pendidikan anak perlu memperhatikan lima (5) konsep dalam mengasuh, membimbing dan mendidik, yang dikenal dengan 5H, yaitu:

  • Heart : pendidik anak usia dini harus membelajarkan dengan ikhlas dari lubuk hati bukan berdasarkan paksaan.
  • Hand : pendidik harus mempunyai keterampilan untuk berkreativitas sehingga stimulasi yang di berikan pada anak sesuai, tepat dan menarik.
  • Health : pendidik harus sehat secara fisik dan rohani.
  • Head : pendidik harus mempunyai wawasan berpikir yang luas sehingga diharapkan wawasan anak yang dididiknya akan semakin bertambah.
  • Harmonis : pendidik harus dapat membuat anak merasa nyaman, aman, dan menyenangkan selama mengikuti kegiatan belajar.

Implementasi Pembelajaran

Berikut ini dipaparkan contoh implementasi teori AVM dalam pembelajaran anak usia dini pada berbagai lembaga pendidikan:

  • Play Group (2-3 tahun)
  • Auditori : Berikan alat permainan yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian; seperti kotak musik atau alat musik untuk anak usia dini.
  • Visual : Berikan warna-warna primer terhadap lingkungan anak seperti di kamar tidur, meja belajar, maupun ruang tamu.
  • Memori : Memberi stimulus/konsep bercerita sederhana, singkat, aktual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak.
  • Taman Kanak-Kanak (3-6 tahun)
  • Auditori : Melakukan kegiatan dengan menciptakan musik dari benda maupun anggota tubuh seperti tepuk tangan.
  • Visual : Melakukan kegiatan dengan indera penglihat seperti mengidentifikasikan teman.
  • Memori : Menggunakan memori anak melalui kegiatan mengingat kata atau bentuk.

2. Jan Lighthart

Jan Lighthart adalah seorang kepala sekolah menengah di Deen Haag, Belanda. Lighthart menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia yang bukan hanya cerdas dan terdidik, tetapi juga cerdas dalam berperilaku yang baik.

Lighthart menanamkan budi pekerti pada anak melalui metode buah limau, yaitu konsep dengan mengalahkan tingkah laku anak yang buruk dengan perbuatan baik.

Selanjutnya, Lighthart mengelompokkan tiga kategori pembelajaran melalui lingkungan, yaitu:

  • Lingkungan alam
  • Lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin
  • Lingkungan masyarakat

Implementasi Pembelajaran

  • Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak yang ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri, kemudian berangsur-angsur ke lingkungan yang terjauh.
  • Melakukan perjalanan sekolah (wisata) dan anak diajak melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya di tempat tersebut.
  • Membahas hasil pengamatan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak.
  • Pengajar menceritakan kembali lingkungan yang telah diamati serta menghubungkannya dengan peristiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap anak terhadap lingkungan tersebut.
  • Kegiatan ekspresi dalam bentuk pameran hasil karya anak seperti mewarnai, menggambar dan lain-lain.

3. William H. Kilpatrick

Kilpatrick dikenal sebagai seorang ahli pendidikan dan juga ahli filsafat pendidikan berkebangsaan Amerika Serikat.

Menurutnya, ‘pembelajaran proyek’ merupakan salah satu model pembelajaran yang dinamis serta bersifat fleksibel yang sangat membantu anak memahami berbagai pengetahuan secara logis, konkret, dan aktif.

Pembelajaran proyek dilakukan dengan cara guru menyajikan suatu bahan pembelajaran yang memungkinkan anak mengolah sendiri untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut. Pembelajaran ini terdiri atas 3 bagian, yaitu :

  • Pembelajaran Proyek Total: Untuk mengintegrasikan aspek pengembangan, baik kognitif, keterampilan, jasmani, motorik kasar dan motorik halus.
  • Pembelajaran Proyek Parsial/Bagian: Menggabungkan antara bidang studi/pengembangan yang berdiri sendiri dengan bidang studi yang saling berhubungan.
  • Pembelajaran Proyek Okasional: Ditentukan berdasarkan minat si anak.

Implementasi Pembelajaran

  • Langkah Persiapan

Guru mempersiapkan tema dan pokok masalah serta mengidentifikasi dan merelevansikan isi setiap bidang yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.

  • Kegiatan Pembelajaran: Pendahuluan

Guru memulai percakapan bersama anak-anak secara klasikal tentang tema atau pokok masalah serta bidang studi yang berkaitan.

  • Perjalanan Studi Wisata atau Survei

Perlu untuk mengajak beberapa anggota keluarga dan lokasi studi wisata tidak jauh dari daerah sekitar sekolah.

  • Kegiatan Pembelajaran: Pengolahan Masalah

Dilakukan oleh anak, baik secara individu maupun kelompok, misalnya membuat data silsilah keluarga masing-masing, membuat data jumlah keluarga, membuat data kesehatan keluarga, dan sebagainya.

  • Penyelenggaraan Kegiatan Pameran

Dilaksanakan dari dan oleh anak itu sendiri dimana anak ikut terlibat dalam menyusun dan mengisi acara, baik sebagai pemain ataupun panitia.

4. Maria Montessori

Maria Montessori sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang.

Dalam menangani anak-anak penyandang cacat mental, Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan anak normal, khususnya anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.

Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapat dicermati dari beberapa falsafah berikut ini:

  • Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, pertumbuhan mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
  • Anak usia dini ‘selalu ingin tahu dan mencoba’. Tugas orang dewasa adalah mendorong, memberi kesempatan belajar, dan membiarkan anak belajar sendiri.
  • Pikiran anak yang masih kecil (0-6 tahun) mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai pengalaman termasuk yang dipelajari dari lingkungan.
  • Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan sehingga membutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereksplorasi, dan belajar melalui alat inderanya.
  • Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar
  • Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.
  • Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan serta disiplin diri maksudnya anak harus bebas bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya disertai disiplin diri.
  • Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, namun tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
  • Anak harus belajar sesuai dengan tarif kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak lain.
  • Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil  melaksanakan tugas-tugas sederhana.
  • Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap ‘matang’ untuk belajar, dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri,serta memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak.

Implementasi Pembelajaran

Salah satu contoh cara kegiatan belajar membaca adalah dengan menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya di bawah jendela digantungkan kertas bertuliskan jendela. Anak dilatih membaca tulisan pada pias kertas itu.

Jika eksplosif membaca sudah muncul, maka anak akan dapat melihat hubungan antara benda dengan kata tersebut. Anak terus dilatih dengan berbagai permainan, umpamanya dengan kertas gulungan berisi nama barang yang terdiri dari dua kata.

Tahap selanjutnya, anak diberi sejumlah gulungan kertas yang berisi satu perbuatan atau tugas yang harus dikerjakan anak, misalnya membersihkan lantai. Setelah anak semakin mampu membaca kalimat sederhana, maka pendidik dapat memperpanjang struktur kalimat yang diberikan pada anak.

5. Fredrich Wilhelm Froebel

Froebel dianggap sebagai ‘the founding father’ dari pendidikan anak usia dini. Sumbangan pemikiran Froebel terhadap anak usia dini adalah menghasilkan suatu sistem ‘garden of children’ atau ‘kindergarten’ yang di Indonesia biasa disebut dengan Taman Kanak-kanak.

Froebel juga merupakan orang pertama yang memiliki ide untuk membelajarkan anak di luar rumah. Menurutnya proses belajar anak akan lebih efektif melalui bermain dan lebih dititikberatkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar dan halus.

Terdapat 3 prinsip ilmu mendidik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu :

  • Otoaktivitas : kegiatan yang dilakukan anak sendiri / bersifat individualisasi
  • Kebebasan : tidak dibatasi dinding masif, perlu lingkungan terbuka
  • Pengamatan : memanfaatkan alam sekitar melalui eksplorasi dan keingintahuan.

Implementasi Pembelajaran

Menurut Froebel, pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dianggap baik apabila :

  • Pelaksanaan belajar dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan lingkungan melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan.
  • Orangtua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam hal mendukung anak memperoleh pengalaman.
  • Anak diberi kesempatan untuk mendapat berbagai pengetahuan dan kegiatan yang lebih kompleks.
  •  Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya sendiri melalui aktivitas bercerita.
  • Anak harus belajar bahwa jawaban atas suatu persoalan tidak hanya satu jawaban yang benar.
  •  Kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang bervariasi.
  • Tahapan perkembangan membaca dan menulis harus diberikan melalui pengalaman nyata melalui suatu peristiwa kinestetik.

The post 5 Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bermain Pada Anak Usia Dini: Definisi, Jenis dan Manfaatnya https://haloedukasi.com/bermain-pada-anak-usia-dini Fri, 30 Oct 2020 09:23:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=13077 Para pakar mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Selama masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya dengan bermain. Oleh sebab itu, bermain menjadi aspek yang krusial dalam membangun pengetahuan anak melalui aktivitas sehari-hari. Definisi Bermain Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas langsung seorang anak dalam berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya, […]

The post Bermain Pada Anak Usia Dini: Definisi, Jenis dan Manfaatnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Para pakar mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Selama masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya dengan bermain.

Oleh sebab itu, bermain menjadi aspek yang krusial dalam membangun pengetahuan anak melalui aktivitas sehari-hari.

Definisi Bermain

Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas langsung seorang anak dalam berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif sendiri, menggunakan imajinasi, menggunakan panca indera, dan seluruh anggota tubuhnya.

Menurut Brooks, J.B. dan D.M. Elliot, bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Menurut Piaget, bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan memberi efek kesenangan bagi individu. Menurutnya kegiatan bermain sangat membantu anak mengenali dirinya, lingkungannya, dan bagaimana cara bersosialisasi dengan lingkungannya.

Teori Bermain

Ada beberapa teori bermain yang membahas tentang mengapa manusia bermain. Teori bermain modern yang muncul setelah Perang Dunia I yang memberikan tekanan pada konsekuensi bermain bagi anak. Ada tiga teori yang masuk kategori ini, yaitu :

  • Teori Psikoanalisis

Teori ini dikembangkan Sigmund Freud dan Erik Erikson. Bermain sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya untuk mengembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda, serta sejumlah keterampilan sosial.

  • Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini dikembangkan Jean Piaget untuk menguji kegiatan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual. Piaget juga membagi empat jenis proses tumbuh kembang kognitif, yaitu asimilasi, akomodasi, konservasi, dan reversibility.

  • Teori Vygotsky

Teori ini dikembangkan Vygotsky yang menekankan pada pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting dalam memengaruhi perkembangan kognitif.

Jenis Bermain Anak Usia Dini

Bermain Sensorimotor (Fungsional)

Bertujuan untuk melibatkan fungsi panca indera dan hubungan fisik dengan lingkungan.

Terdapat 4 tahap Perkembangan Bermain Sensorimotor :

  • Tahap 1: Mengulang gerakan berulang untuk melanjutkan respon pancaindera; hanya melibatkan anggota badannya. Contohnya memercikkan air dengan tangan, melambaikan tangan, menepuk bedak yang tumpah.
  • Tahap 2: Mengulang-ulang gerakan dengan benda. Contohnya memukul-mukul sekop pada pasir, memukul-mukul sendok ke lantai.
  • Tahap 3: Mengulang urutan sebab akibat sederhana, berusaha untuk mencapai, merobohkan, menyembunyikan. Contohnya mengisi wadah dengan air kemudian menuangkannya ke wadah lain, menyembunyikan & menemukan benda di bawah selimut, menyusun balok ke atas dan merubuhkannya kembali.
  • Tahap 4. Anak melakukan hal dan berusaha untuk mengerti. Contohnya mengosongkan air dari wadah dengan berbagai macam cara dan mengamati air yang mengalir, memutar-mutar keran air dan mengamati air mengalir.

Bermain Peran

Fungsi dari pengalaman bermain peran tergantung pada beberapa hal berikut ini:

  • Memiliki latar belakang pengalaman yang sama.
  • Waktu yang cukup untuk bermain.
  • Tempat dan alat yang tepat.
  • Keterlibatan orang dewasa sesuai dengan kebutuhan dalam memberikan pijakan pengalaman bermain.

Ada banyak kemampuan yang dibangun melalui bermain peran di antaranya adalah memperbanyak kosakata, menurunkan agresi, melatih kerja sama, dan dapat lebih berinovasi.

Perkembangan awal bermain peran terdiri dari 9 tahap berikut:

  1. Awal pura-pura : anak terlibat dalam tindakan pura-pura tetapi belum ada bukti bahwa ia bermain pura-pura.
  2. Pura-pura dengan dirinya : anak terlibat perilaku pura-pura, diarahkan pada dirinya sendiri, dimana pura-pura terlihat jelas.
  3. Pura-pura dengan yang lain : anak terlibat dengan perilaku pura-pura, diarahkan ke orang lain, berpura-pura berperilaku tentang orang lain.
  4. Pengganti : anak menggunakan objek seadanya secara kreatif atau sesuai khayalan.
  5. Pura-pura dengan objek atau benda : anak pura-pura bahwa objek, bahan, orang, atau binatang yang tidak ada menjadi ada.
  6. Agen aktif : anak menghidupkan mainan yang mewakili mainan menjadi agen aktif dalam kegiatan pura-pura.
  7. Urutan yang belum berbentuk cerita : anak mengulang-ulang satu adegan ke beberapa orang.
  8. Urutan cerita : anak menggunakan lebih dari satu adegan dalam bermain peran.
  9. Perencanaan : anak terlibat dalam bermain peran dengan bukti ada perencanaan lebih dahulu.

Bermain Bangunan

Bermain bangunan ialah jenis bermain yang mempresentasikan ide anak melalui media. Ada dua jenis media, yakni media yang bersifat cair dan media yang terstruktur.

Media yang bersifat cair adalah media yang penggunaannya dan bentuknya ditentukan oleh anak, seperti;cat, krayon, spidol, play dough, pasir, air.

Media terstruktur mempunyai bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya. Contohnya: balok unit, lego, balok berongga, bristle block.

Untuk bermain bangunan yang bermutu tinggi diperlukan :

  • Tempat luas untuk membangun dan bergerak.
  • Paling sedikit 60 menit untuk anak bermain.
  • Paling sedikit 100 balok (200 balok lebih baik) untuk setiap anak.

Bermain balok memberikan kesempatan untuk anak mengembangkan:

  • Keterampilan hubungan dengan teman sebaya.
  • Kemampuan berkomunikasi.
  • Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar.
  • Konsep matematika dan geometri.Pemikiran simbolik.
  • Pengetahuan pemetaan.
  • Keterampilan membedakan penglihatan.

Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

  • Aspek Fisik

Anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat. Hal ini akan merangsang kecerdasan body kinestic-nya baik dalam bentuk motorik halus maupun kasar.

  • Aspek Sosial Emosional

Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Di sini akan terbangun kecerdasan interpersonal dan intrapersonal pada anak.

  • Aspek Kognitif (Berhubungan dengan Berpikir/Kecerdasan)

Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai objek-objek tertentu seperti benda dengan permukaan kasar halus, rasa aman, manis, dan asin. Anak belajar bahasa dan berkomunikasi timbal balik.

Ia pun memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian, sesering mungkin memperhatikan buku-buku bergambar. Di sini akan terbangun kecerdasan linguistik, spasial visual, dan logic mathematic.

  • Aspek Seni

Kemampuan dan kepekaan anak untuk mengikuti irama, nada berbagi bunyi, gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif. Disini akan terbangun kecerdasan musikal, linguistik, dan body kinestic.

  • Mengasah Ketajaman Pengindraan

Pengindraan anak perlu diasah agar anak menjadi lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungannya. Di sini akan terbangun kecerdasan spatial visual dan interpersonal, sehingga anak menjadi lebih aktif, kritis, dan kreatif.

  • Media Terapi

Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain perilaku anak lebih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh ahlinya dan tidak dilakukan sembarangan.

The post Bermain Pada Anak Usia Dini: Definisi, Jenis dan Manfaatnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>