pembelajaran - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/pembelajaran Wed, 06 Mar 2024 00:59:46 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico pembelajaran - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/pembelajaran 32 32 18 Aplikasi Edukasi Terbaik https://haloedukasi.com/aplikasi-edukasi Wed, 06 Mar 2024 00:59:08 +0000 https://haloedukasi.com/?p=48399 Dalam era di mana teknologi semakin merajalela, aplikasi edukasi telah menjadi salah satu alat yang sangat berharga dalam memperluas akses dan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dari sekolah hingga lingkungan informal, aplikasi edukasi telah membuka pintu bagi pembelajaran yang lebih interaktif, menyenangkan, dan terjangkau bagi semua kalangan. Dengan berbagai fitur yang inovatif, seperti video pembelajaran, kuis interaktif, […]

The post 18 Aplikasi Edukasi Terbaik appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam era di mana teknologi semakin merajalela, aplikasi edukasi telah menjadi salah satu alat yang sangat berharga dalam memperluas akses dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dari sekolah hingga lingkungan informal, aplikasi edukasi telah membuka pintu bagi pembelajaran yang lebih interaktif, menyenangkan, dan terjangkau bagi semua kalangan.

Dengan berbagai fitur yang inovatif, seperti video pembelajaran, kuis interaktif, dan simulasi, aplikasi edukasi tidak hanya membantu siswa memahami materi secara lebih mendalam, tetapi juga memberikan kesempatan bagi guru untuk mempersonalisasi pengalaman belajar.

Artikel ini akan menjelajahi berbagai aspek aplikasi edukasi, mulai dari manfaatnya dalam meningkatkan motivasi belajar hingga tantangan dalam penerapannya di berbagai lingkungan pendidikan.

1. Duolingo

Duolingo bukan hanya sekadar aplikasi belajar bahasa; ia telah menjadi salah satu alat pembelajaran bahasa yang paling populer di dunia.

Metodenya yang berbasis permainan membuat proses pembelajaran terasa menyenangkan dan menarik, memotivasi pengguna untuk terus belajar.

Dengan kombinasi latihan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, Duolingo memungkinkan pengguna untuk memperoleh keterampilan bahasa yang solid dengan cara yang interaktif dan berbasis pengalaman.

2. Khan Academy

Khan Academy adalah sumber daya pembelajaran daring yang luas dan terpercaya, yang menyediakan ribuan video pembelajaran tentang berbagai topik akademis.

Dari matematika hingga ilmu pengetahuan, pengguna dapat menemukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pengetahuannya.

Selain itu, Khan Academy juga menawarkan latihan-latihan interaktif, ujian praktik, dan pelacakan kemajuan yang membantu siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang materi yang dipelajari.

Dengan menggabungkan pendekatan yang fleksibel dan materi yang berkualitas, Khan Academy telah menjadi alat yang sangat berharga dalam mendukung pembelajaran di kelas maupun mandiri.

3. Quizlet

Quizlet adalah platform yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi sumber daya pembelajaran seperti kartu flash, kuis, dan permainan belajar.

Keunggulan utamanya terletak pada kemampuannya untuk memfasilitasi pembelajaran berbasis repetisi dan pemahaman yang mendalam.

Dengan menggunakan berbagai fitur seperti mode flashcard, scatter, dan gravity, pengguna dapat menyesuaikan gaya pembelajaran mereka sendiri.

Selain itu, dengan fitur-fitur seperti mode kolaboratif dan fitur suara, Quizlet mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa, memungkinkan mereka untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.

4. Google Classroom

Google Classroom telah menjadi pilar dalam pendidikan jarak jauh dan pembelajaran berbasis teknologi.

Dengan antarmuka yang intuitif dan integrasi yang mulus dengan berbagai aplikasi Google lainnya, Google Classroom memudahkan guru untuk mengelola kelas dan berbagi materi pembelajaran secara online.

Selain itu, fitur-fitur seperti penjadwalan tugas, pengiriman umpan balik langsung, dan diskusi kelas online memungkinkan guru untuk memperkuat koneksi dengan siswa di luar ruang kelas fisik.

Dengan demikian, Google Classroom tidak hanya memfasilitasi pembelajaran berbasis teknologi, tetapi juga memperluas ruang belajar ke dunia digital dengan cara yang mudah diakses dan dielola.

5. Edmodo

Edmodo adalah platform pembelajaran yang memungkinkan guru untuk membuat kelas virtual, memberikan tugas, dan berinteraksi dengan siswa dan orang tua.

Salah satu keunggulan utama Edmodo adalah kemampuannya untuk menyediakan ruang kolaborasi yang aman dan terkelola dengan baik.

Guru dapat dengan mudah berbagi materi pembelajaran, mulai dari dokumen hingga video, dan memfasilitasi diskusi dan kolaborasi antara siswa.

Selain itu, Edmodo juga menyediakan fitur-fitur seperti penilaian daring dan pelacakan kemajuan siswa, memungkinkan guru untuk memantau dan mendukung perkembangan belajar siswa secara lebih efektif.

6. TED-Ed

TED-Ed menyediakan video pembelajaran animasi yang menarik untuk membahas berbagai topik, dari sains hingga sastra.

Setiap video TED-Ed disertai dengan pertanyaan refleksi, bahan bacaan tambahan, dan diskusi yang dapat diakses oleh guru untuk mengembangkan pembelajaran lebih lanjut.

Dengan pendekatan yang kreatif dan konten yang mendalam, TED-Ed tidak hanya menginspirasi siswa untuk belajar, tetapi juga membantu mereka memahami konsep-konsep yang kompleks dengan cara yang lebih mudah dicerna.

Sebagai sumber daya pembelajaran yang sangat berharga, TED-Ed telah menjadi alat yang banyak digunakan oleh guru dan siswa di seluruh dunia.

7. Memrise

Memrise adalah aplikasi belajar bahasa yang mengadopsi pendekatan yang unik dan interaktif untuk membantu pengguna memperluas kosakata dan kemampuan berbahasa mereka.

Salah satu fitur yang membedakan Memrise adalah penggunaan teknik pembelajaran berulang dan gamifikasi, di mana pengguna diajak untuk terlibat dalam latihan-latihan yang dirancang untuk memperkuat ingatan mereka.

Dengan memanfaatkan teknologi dan desain yang ramah pengguna, Memrise membuat proses pembelajaran bahasa menjadi menyenangkan dan mudah diakses bagi siapa saja, dari pemula hingga tingkat lanjutan.

8. Photomath

Photomath adalah aplikasi yang menawarkan solusi langkah demi langkah untuk soal-soal matematika hanya dengan memindai gambar soal menggunakan kamera ponsel.

Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan penjelasan terperinci tentang setiap langkah penyelesaian, membantu pengguna memahami konsep matematika yang mendasarinya.

Dengan kombinasi kemudahan penggunaan dan kualitas konten pembelajaran yang tinggi, Photomath menjadi alat yang sangat berguna bagi siswa untuk mengatasi tantangan dalam pembelajaran matematika.

9. Coursera

Coursera adalah platform pembelajaran daring yang menawarkan akses ke ribuan kursus dari universitas dan lembaga terkemuka di seluruh dunia.

Dari ilmu komputer hingga bisnis, Coursera menyediakan beragam materi pembelajaran yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Salah satu keunggulan utama Coursera adalah fleksibilitasnya, yang memungkinkan pengguna untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan jadwal mereka sendiri.

Dengan kombinasi video pembelajaran, tugas interaktif, dan forum diskusi, Coursera membantu pembelajar untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan cepat dan efisien.

10. Codecademy

Codecademy adalah platform pembelajaran pemrograman yang interaktif dan ramah pengguna, yang dirancang untuk memperkenalkan pemrograman kepada pemula dan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemrograman.

Dengan kurikulum yang terstruktur dan latihan-latihan praktis, Codecademy memungkinkan pengguna untuk belajar bahasa pemrograman populer seperti Python, JavaScript, HTML, dan CSS dengan mudah.

Selain itu, Codecademy juga menyediakan proyek-proyek praktis dan tantangan pemrograman yang memungkinkan pengguna untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam situasi nyata.

Dengan pendekatan yang interaktif dan fokus pada praktik, Codecademy menjadi pilihan yang populer bagi mereka yang ingin memulai atau meningkatkan keterampilan pemrograman mereka.

11. Scratch

Scratch adalah platform pemrograman visual yang dirancang khusus untuk anak-anak dan remaja. Dengan menggunakan blok-blok pemrograman yang dapat disusun secara visual, pengguna dapat membuat proyek-proyek kreatif seperti permainan, animasi, dan cerita interaktif tanpa perlu menulis kode secara tradisional.

Scratch memungkinkan pengguna untuk belajar konsep dasar pemrograman seperti pengulangan, kondisi, dan pengaturan algoritma dengan cara yang intuitif dan menyenangkan.

Selain itu, Scratch juga menyediakan komunitas online yang aktif di mana pengguna dapat berbagi proyek, belajar dari orang lain, dan mendapatkan inspirasi untuk kreativitas mereka.

12. Elevate

Elevate adalah aplikasi pelatihan otak yang dirancang untuk membantu pengguna meningkatkan keterampilan kognitif mereka, seperti pemrosesan informasi, keterampilan matematika, dan kemampuan berbicara.

Melalui serangkaian latihan-latihan yang dirancang secara ilmiah, Elevate membantu pengguna untuk meningkatkan keterampilan kognitif mereka secara bertahap.

Aplikasi ini juga menyediakan pelacakan kemajuan dan statistik yang memungkinkan pengguna untuk melihat perkembangan mereka dari waktu ke waktu.

Dengan fokus pada pelatihan otak yang terukur dan efektif, Elevate menjadi pilihan yang populer bagi mereka yang ingin meningkatkan kinerja kognitif mereka dalam berbagai aspek.

13. Prodigy

Prodigy adalah permainan matematika daring yang dirancang khusus untuk siswa sekolah dasar. Dengan menggabungkan elemen permainan video yang menarik dengan kurikulum matematika yang disesuaikan dengan standar akademik.

Prodigy membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak-anak. Setiap tantangan matematika dalam permainan diadaptasi secara dinamis sesuai dengan tingkat kemampuan setiap siswa.

Memastikan bahwa mereka terus dihadapkan pada tantangan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran mereka. Melalui pencapaian dan penghargaan dalam permainan, Prodigy juga membantu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika secara aktif.

14. Seesaw

Seesaw adalah platform portofolio digital yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan dan merefleksikan pembelajaran mereka melalui berbagai jenis media, seperti foto, video, dan catatan suara.

Guru dapat memberikan tugas, memberikan umpan balik, dan berkolaborasi dengan siswa secara langsung melalui platform ini.

Sebagai alat untuk menggantikan portofolio tradisional, Seesaw memungkinkan siswa untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran mereka.

Sementara juga memberikan kesempatan bagi guru dan orang tua untuk melihat dan memahami perkembangan siswa secara lebih holistik.

Dengan memfasilitasi dokumentasi dan refleksi pembelajaran secara kontinyu, Seesaw membantu memperkuat koneksi antara pembelajaran di kelas dan pengalaman pembelajaran di luar kelas.

15. Book Creator

Book Creator adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk membuat buku digital interaktif sendiri. Dengan berbagai fitur seperti kemampuan menambahkan teks, gambar, audio, dan video ke halaman buku.

Book Creator memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan ide-ide mereka dengan cara yang kreatif dan menarik.

Aplikasi ini sangat cocok untuk pengajaran dan pembelajaran di kelas, di mana guru dan siswa dapat bekerja sama untuk membuat buku tentang topik-topik yang sedang dipelajari.

Selain itu, Book Creator juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis, desain grafis, dan pemikiran visual, sambil juga meningkatkan motivasi mereka untuk berbagi karya mereka dengan orang lain.

16. Mathway

Mathway adalah aplikasi yang menyediakan solusi langkah demi langkah untuk berbagai jenis soal matematika, mulai dari aljabar hingga kalkulus.

Dengan menggunakan teknologi pengenalan tulisan tangan dan pemecahan masalah matematika yang canggih, Mathway membantu pengguna memecahkan soal-soal matematika yang kompleks dengan cepat dan mudah.

Aplikasi ini tidak hanya memberikan jawaban yang tepat, tetapi juga menunjukkan langkah-langkah pemecahan masalah yang terperinci, memungkinkan pengguna untuk memahami konsep-konsep matematika yang mendasarinya.

Dengan kemampuannya yang kuat dalam memberikan bantuan langsung dalam memecahkan soal-soal matematika, Mathway menjadi alat yang sangat berharga bagi siswa, mahasiswa, dan bahkan profesional dalam berbagai bidang.

17. Nearpod

Nearpod adalah platform pembelajaran yang memungkinkan guru untuk membuat presentasi interaktif dan mengevaluasi pemahaman siswa secara waktu nyata.

Dengan menggunakan Nearpod, guru dapat menyisipkan berbagai jenis konten multimedia ke dalam presentasi, termasuk gambar, video, kuis, dan pertanyaan refleksi.

Selain itu, fitur-fitur seperti “live session” memungkinkan guru untuk mengontrol aliran presentasi dan menjaga siswa tetap terlibat selama pembelajaran berlangsung.

Di sisi lain, fitur evaluasi Nearpod memungkinkan guru untuk melacak kemajuan dan pemahaman siswa secara langsung, memberikan umpan balik, dan menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu.

Dengan kombinasi fitur interaktif dan alat evaluasi yang kuat, Nearpod menjadi alat yang sangat berguna dalam meningkatkan interaksi dan efektivitas pembelajaran di kelas.

18. Remind

Remind adalah aplikasi pesan instan yang dirancang khusus untuk komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua. Dengan Remind, guru dapat mengirimkan pesan teks, pengingat, dan pengumuman kepada seluruh kelas atau kepada individu secara langsung.

Aplikasi ini juga menyediakan fitur untuk membuat jadwal tugas dan pengiriman pesan otomatis, memudahkan guru untuk berkomunikasi dengan siswa dan orang tua tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan usaha.

Selain itu, Remind juga memberikan keamanan dan privasi yang tinggi, dengan melindungi nomor telepon dan informasi kontak pribadi pengguna.

Dengan memfasilitasi komunikasi yang efisien dan aman antara guru, siswa, dan orang tua, Remind membantu memperkuat kolaborasi dan dukungan dalam proses pembelajaran.

Dengan beragam aplikasi edukasi yang tersedia, pembelajaran tidak pernah lagi terbatas pada batas-batas kelas tradisional.

Dari platform pembelajaran daring hingga permainan belajar interaktif, setiap aplikasi menawarkan peluang unik untuk meningkatkan pengalaman belajar.

Dengan terus berkembangnya teknologi, kita dapat berharap bahwa aplikasi edukasi akan terus menjadi alat yang semakin penting dalam mendukung dan memperluas akses terhadap pendidikan di seluruh dunia.

The post 18 Aplikasi Edukasi Terbaik appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli https://haloedukasi.com/teori-media-pembelajaran Thu, 24 Feb 2022 02:49:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31565 Banyak hal yang penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bisa dikatakan berbanding lurus dengan metode pembelajaran. Penyampaian metode pembelajaran dalam sebuah kegiatan belajar mengajar mungkin akan terkendala tanpa adanya media pembelajaran. Media pembelajaran dapat lebih memudahkan seseorang atau pelajar dalam memahami suatu hal yang sedang dipelajari. Apabila yang digunakan […]

The post 8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Banyak hal yang penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bisa dikatakan berbanding lurus dengan metode pembelajaran. Penyampaian metode pembelajaran dalam sebuah kegiatan belajar mengajar mungkin akan terkendala tanpa adanya media pembelajaran. Media pembelajaran dapat lebih memudahkan seseorang atau pelajar dalam memahami suatu hal yang sedang dipelajari.

Apabila yang digunakan media pembelajaran dengan karakteristik yang baik, maka akan dapat memotivasi para pelajarnya, serta juga menghindarkan dari kejenuhan saat mempelajari sesuatu. Proses belajar mengajar pun akan lebih sistematis. Karakteristik media pembelajaran yang baik akan memberikan pengaruh atau dampak baik pula pada proses belajar mengajar yang dilakukan.

Pengaruh dari media pembelajaran telah dikaji oleh para ahli sejak awal abad 20. Hal yang menandakannya adalah adanya usulan penggunaan gambar sebagai alat peraga atau alat instruksi. Usulan ini diberikan oleh Edward L. Thorndike yang merupakan penggagas dari teori connectionism. Hasil dari kajian-kajian terhadap media pembelajaran tersebut kemudian dituangkan ke dalam teori media pembelajaran. 

Teori media pembelajaran terbagi menjadi beberapa teori. Berikut adalah 8 teori media pembelajaran menurut para ahli beserta penjelasannya:

1. Teori Symbol Systems

G. Salomon pada tahun 1977 pertama kali memperkenalkan sebuah gagasan yang disebut teori sistem simbol. Teori ini merupakan sebuah teori yang difungsikan untuk mengetahui pengaruh dari media pembelajaran yang digunakan terhadap proses pembelajaran. 

Menurut Salomon setiap media mampu menyampaikan isi melalui sistem simbol tertentu. Salomon juga menyatakan bahwa efektivitas sebuah media ini berdasarkan pada kesesuaian peserta didik atau pelajar, isi pembelajaran, serta tugas-tugasnya.

2. Teori Cognitive Flexibility

Teori fleksibilitas kognitif dikembangkan oleh R. Spiro, P. Feltovitch, dan R. Coulson pada tahun 1990. Teori ini menitikberatkan pada sifat pembelajaran dalam lingkup yang luas atau kompleks, serta tidak terstruktur.

Penegasan dari teori ini menyatakan bahwa sebuah pembelajaran yang efektif bergantung pada konteks, serta menekankan bahwa pengetahuan yang dibangun itu sangat penting. Oleh karenanya peserta didik perlu mengembangkan representasi informasi mereka sendiri agar dapat belajar dengan baik.

Teori ini berkaitan dengan teori sistem simbol dalam hal media serta interaksi pembelajaran. Juga berakar pada teori konstruktivisme.

3. Teori Conditions of Learning

R. Gagne adalah yang mengemukakan teori kondisi pembelajaran. Ia berpendapat bahwa terdapat berbagai jenis atau tingkatan yang berbeda pada pembelajaran. Dimana setiap tingkatan pembelajaran membutuhkan instruksi yang berbeda dari tingkatan lainnya.

Terdapat 5 jenis tingkatan pembelajaran yang diidentifikasikan oleh R. Gagne, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Perbedaan dari kondisi eksternal dengan internal merupakan hal yang terpenting untuk setiap jenis pembelajaran. 

Penerapan dari teori kondisi pembelajaran ini telah diterapkan dalam pelatihan militer. Teori ini juga ditujukan sebagai penggambaran peran teknologi instruksional dalam pembelajaran.

4. Teori E-Learning

Teori E-Learning memberikan penggambaran bahwa prinsip-prinsip ilmu kognitif pembelajaran multimedia yang efektif menggunakan teknologi pendidikan elektronik. Dari hasil penelitian serta teori kognitif telah menunjukkan bahwa pemilihan modalitas multimedia yang sesuai dengan cara bersamaan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Teori ini sebenarnya merupakan sebuah teori pengembangan dari teori cognitive load yang telah dikembangkan oleh J. Sweller. 

5. Teori Cognitive Load

J. Sweller dengan teori Cognitive Load atau teori beban kognitif mengemukakan bahwa, pembelajaran yang paling baik akan terjadi saat kondisi selaras dengan arsitektur kognitif manusia yang dapat diketahui melalui hasil penelitian eksperimental.

Teori ini menekankan terhadap penggunaan teknik-teknik pembelajaran untuk mengurangi beban kerja memori yang berperan untuk memberikan fasilitas perubahan di dalam memori untuk jangka waktu yang panjang, dimana berkaitan dengan akuisisi skema.

6. Teori Cognitive Dissonance

Terdapatnya kecenderungan individu guna mencari konsistensi di antara kognisi mereka adalah pernyataan dari teori disonansi kognitif, yang merupakan salah satu dari teori efek media massa.

Apabila terdapat inkonsistensi antara sifat atau perilaku maka harus ada sesuatu yang diubah demi mengurangi disonansi. Jika terjadi kasus dimana ada kesenjangan antara sikap dan perilaku, maka individu akan lebih cenderung merubah sikap demi mengakomodasi perilaku.

7. Teori Situated Learning

Teori situated learning dikemukakan oleh J. Lave yang berpendapat bahwa pembelajaran yang terjadi merupakan fungsi dari bermacam kegiatan, konteks, serta budaya di mana pembelajaran tersebut terjadi.

Interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam pembelajaran bersituasi yang mana peserta didik atau pelajar ikut andil dalam komunitas praktek yang merupakan sebuah perwujudan dari keyakinan tertentu serta perilaku tertentu yang akan diakuisisi. Hal ini tentu tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.

Penerapan teori ini dalam konteks kegiatan pembelajaran yang berbasis teknologi di sekolah yang menekankan pada keterampilan untuk memecahkan masalah. Hal ini sangat positif bagi kegiatan belajar mengajar. Sebab, peserta didik atau pelajar dapat dilatih berpikir kritis serta dituntut untuk cepat dalam mengambil keputusan yang tepat.

8. Teori Information Pick Up

J. Gibson merupakan penggagas dari teori information pick up. Ia berpendapat bahwa persepsi sepenuhnya bergantung dari informasi yang berada dalam sebuah rangkaian stimulus, bukan berada pada pengaruh sensasi dari kognisi.

Gibson menyatakan bahwa persepsi adalah sebuah konsekuensi langsung dari sifat lingkungan dan tidak terlibat sebagai bentuk pemrosesan sensoris. Sebagian besar teori ini dikembangkan untuk sistem visual. Selanjutnya Gibson mengemukakan bahasan tentang implikasi teori guna meneliti gambar bergerak serta gambar tidak bergerak.

The post 8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pembelajaran Konvensional: Karakteristik, Contoh dan Langkah-Langkah https://haloedukasi.com/pembelajaran-konvensional Tue, 04 Jan 2022 06:09:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30119 Model pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Model pembelajaran ini sudah ada sejak lama sehingga lebih akrab dibandingkan model pembelajaran lain. Model pembelajaran konvensional terkesan mudah digunakan dan tidak ribet sehingga banyak guru yang menggunakannya. Meskipun, mereka tau model ini memiliki banyak kekurangan dan dianggap tidak lagi relevan. Lalu, […]

The post Pembelajaran Konvensional: Karakteristik, Contoh dan Langkah-Langkah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Model pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Model pembelajaran ini sudah ada sejak lama sehingga lebih akrab dibandingkan model pembelajaran lain.

Model pembelajaran konvensional terkesan mudah digunakan dan tidak ribet sehingga banyak guru yang menggunakannya. Meskipun, mereka tau model ini memiliki banyak kekurangan dan dianggap tidak lagi relevan.

Lalu, sebenarnya apa itu model pembelajaran konvensional dan bagaimana pengaruhnya bagi pembelajaran? Selengkapnya, mari kita ulas di bawah ini.

Pengertian Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional atau disebut juga dengan pendekatan pembelajaran klasik adalah pola pembelajaran yang menekankan pada kekuasaan pendidik dalam pembelajaran. Pola pembelajaran klasik ini banyak mendapatkan kritik dari kebanyakan orang. Meskipun begitu, pola pembelajaran masih banyak digunakan oleh para guru.

Menurut Djamarah, metode pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional karena metode pembelajaran ini dari dulu digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara itu, menurut Paulo Freire, pola pembelajaran konvensional mengarah pada jenis pendidikan yang kerap disebut dengan bank, di mana peserta diberikan banyak materi pelajaran. Peserta didik hanya bisa menerima apa yang disampaikan dan diajarkan oleh guru.

Model pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk menghafal banyak materi yang telah diberikan oleh guru. Model yang sering digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode expository seperti ceramah. Guru menyampaikan bahan ajar dan siswa menyimaknya.

Menurut Raka Rasana (dalam Suantini, 2013) berpendapat bahwa “pembelajaran konvensional (tradisional) dapat disebut sebagai model pembelajaran karena terdapat sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem dukungan”.

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umum dilakukan dalam proses pembelajaran, yakni dilakukan dengan cara pendidik menjelaskan dan murid mendengarkan. Model pembelajaran ini banyak dilakukan di negara negara yang belum maju atau belum memiliki sarana prasarana yang lengkap, namun tentu saja terdapat kelebihan dan kelemahannya.

Burrowes (2003) menyampaikan bahwa model pembelajaran konvensional menekankan pada penjelasan materi, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada peserta didik untuk secara dua arah memahami materi materi yang diberikan oleh pengajar atau pendidik, dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau menerapkan kepada situasi kehidupan nyata.

Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan model pembelajaran konvensional ini lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan dan penggambaran secara umum, sehingga proses belajar dilihat sebagai proses menghafal, meniru, dan mengulang kembali sesuai apa yang disampaikan pengajar atau pendidik dan peserta didik dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes biasa.

Karakteristik Pembelajaran Konvensional

Menurut Santyasa, model pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Peserta didik merupakan penerima informasi secara pasif. Artinya, peserta didik hanya menerima pengetahuan dari guru.
  2. Perilaku dibangun berdasarkan pada kebiasaan.
  3. Kebenaran memiliki sifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
  4. Guru menjadi penentu keberlangsungan proses pembelajaran.
  5. Interaksi yang terjadi pada peserta didik.

Sementara itu, menurut Wortham (dikutip Wardarita, 2010) berpendapat bahwa model pembelajaran konvensional memiliki ciri tertentu, yaitu tidak kontekstual, tidak menantang, cenderung pasif dan bahan pembelajarannya atau materi tidak didiskusikan dengan peserta didik.

Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional


Langkah-langkah menerapkan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.

  • Pembukaan

Seperti biasa guru menyiapkan kelas dengan mengabsen, memberikan apersepsi dan motivasi. Pada kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pembelajaran. Bisa dengan mengajak siswa untuk mengeluarkan buku paket atau buku bacaan lain yang dapat mendukung jalannya pembelajaran.

  • Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan pembelajaran. Pembelajaran dijelaskan atau dibawakan guru dengan verbal. Sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

Jika nantinya ada yang tidak paham maka siswa dapat menanyakan hal tersebut pada guru. Selain itu, pada kegiatan inti juga terdapat kegiatan pemberian tugas. Pemberian dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa akan materi.

  • Kegiatan Penutup

Pada kegiatan ini, guru memberikan evaluasi pada proses pembelajaran. Guru dapat menanyakan ulang apa yang telah dijelaskannya pada siswa. Kemudian, guru juga membuat ringkasan materi yang dibawakan pada hari ini.

Contoh Pembelajaran Konvensional

Di dalam model pembelajaran konvensional memiliki ragam jenis metode pembelajaran. Adapun jenis-jenis metode tersebut adalah sebagai berikut.

  • Metode Ceramah

Menurut Sinarno Surakhmad dalam Suryobroto (2009), yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya.

Selama ceramah berlangsung, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar agar uraiannya menjadi lebih jelas. Metode utama yang digunakan dalam hubungan antara guru dengan peserta didik adalah berbicara.

Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan seperti guru dapat dengan mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas, pembelajaran ini dapat diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar, mudah mempersiapkan dan melaksanakan dan guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Namun, metode ceramah memiliki beberapa kekurangan seperti mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), membosankan, sering terjadi mis komunikasi dan menyebabkan peserta didik pasif.

  • Metode Tanya Jawab

Menurut Djamarah dan Zain (2006), metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dengan mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.

Metode ini memiliki kelebihan seperti dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, dapat merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan dan mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

Sementara itu, kekurangan metode tanya jawab adalah kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, menyebabkan peserta didik menjadi takut bertanya, tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami peserta didik dan waktu banyak terbuang.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional

Menurut Subaryana (2005) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan. Pembelajaran konvensional memiliki kelebihan seperti efisien, tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit bahan ajar dan mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik.

Sementara itu, kelemahan pada pembelajaran ini adalah kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik, bersifat pengajar centris dan sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen.

Adapun secara umum, pembelajaran konvensional memiliki kelebihan berikut ini.

  1. Dalam pembelajaran konvensional, informasi mudah ditemukan. Artinya, tidak semua informasi bisa didapatkan dalam metode pembelajaran.
  2. Menyampaikan informasi dengan cepat. Dengan menggunakan pembelajaran konvensional penyampaian informasi lebih cepat karena pembelajaran hanya dilaksanakan searah.
  3. Dapat membangkitkan minat akan informasi. Dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dapat membangkitkan minat siswa untuk menggali informasi. Sehingga, informasi yang didapatkan akan lebih banyak.
  4. Mudah digunakan dalam proses pembelajaran.

Sementara itu, menurut Suyitno, pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelemahan yakni sebagai berikut.

  1. Kegiatan pembelajaran hanya sebatas memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa
  2. Tugas guru hanya memberi sementara tugas peserta didik hanya menerima
  3. Kegiatan pembelajadan seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan
  4. Peserta didik hanya bisa menerima pengetahuan yang pasif.
  5. Pembelajaran ini cenderung mengkotak-kotakkan siswa
  6. Kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada hasil bukan pada proses pembelajaran. Sebab, proses pembelajaran sepenuhnya ada di tangan guru.
  7. Kegiatan pembelajaran dianggap tidak lagi relevan karena dewasa ini siswa dituntut lebih aktif.
  8. Pembelajaran konvensional menekankan pada teacher oriented.

Itulah informasi mengenai pembelajaran konvensional. Pembelajaran tipe ini merupakan pembelajaran yang sering digunakan karena pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang lebih dulu digunakan.

The post Pembelajaran Konvensional: Karakteristik, Contoh dan Langkah-Langkah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Penilaian Sikap: Fungsi, Contoh dan Langkah-Langkahnya https://haloedukasi.com/penilaian-sikap Tue, 04 Jan 2022 05:18:50 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30117 Selama ini penilaian kerap diidentikkan dengan pengetahuan saja. Namun, penilaian dalam proses pembelajaran lebih luas cakupannya. Salah satu aspek yang menjadi penilaian dalam proses pembelajaran adalah aspek sikap. Sikap merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Sebuah institusi pendidikan yang baik adalah yang mampu melahirkan lulusan yang memiliki pengetahuan yang luas serta sikap yang baik. […]

The post Penilaian Sikap: Fungsi, Contoh dan Langkah-Langkahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Selama ini penilaian kerap diidentikkan dengan pengetahuan saja. Namun, penilaian dalam proses pembelajaran lebih luas cakupannya. Salah satu aspek yang menjadi penilaian dalam proses pembelajaran adalah aspek sikap. Sikap merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.

Sebuah institusi pendidikan yang baik adalah yang mampu melahirkan lulusan yang memiliki pengetahuan yang luas serta sikap yang baik. Maka dari itu, sekolah seharusnya menjadi wadah bagi membentuk sikap atau karakter siswa menjadi manusia yang baik.

Untuk melahirkan siswa yang memiliki sikap yang baik, perlu dilakukan adanya penilaian. Apakah siswa ini sudah tergolong menjadi siswa yang berperilaku baik atau tidak.

Dengan penilaian, sekolah dapat mengukur sudah sejauh mana pengembangan ranah atau sikap ini diperhatikan. Sehingga nantinya, sekolah dapat berbenah diri untuk terus memperbaiki kualitas dan mutu lulusan.

Lalu, apa itu penilaian sikap dan bagaimana praktiknya di lapangan? Selengkapnya akan dibahas di bawah ini.

Pengertian Penilaian Sikap

Sikap merupakan hasil dari perasaan seseorang untuk merespon atau memberikan timbal balik pada suatu objek atau lainnya. Sikap ini dapat dikatakan pula sebagai bentuk ekspresi yang dimiliki setiap orang.

Sikap biasanya terbentuk karena perilaku yang sedang terjadi relevan dengan tindakan yang diinginkannya. Sehingga dalam hal ini tidak ada manusia yang dari lahir memiliki sikap yang baik. Sebab, sikap itu terbentuk dari pengetahuan serta kebiasaan sehari-hari.

Penilaian sikap adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakter siswa baik di kelas maupun di luar kelas secara sosial dan spiritualnya. Penilaian sikap ini menjadi salah satu upaya sekolah untuk mengontrol dan membimbing perkembangan sikap siswanya selama belajar di sekolah.

Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan rangkaian dari kegiatan atau usaha untuk mengukur sikap siswa selama dirinya berada di kelas sebagai bentuk dari hasil program pembelajaran.

Penilaian sikap memiliki peranan penting di sekolah, sama halnya seperti penilaian pada asoke pengetahuan siswa. Penilaian ini menjadi salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran. Jika secara akademik atau pengetahuan siswa memiliki nilainya yang memuaskan, namun jika penilaian sikapnya buruk maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran belum tercapai.

Tujuan Penilaian Sikap

Penilaian sikap memiliki tujuan utama adalah untuk mendapatkan umpan balik atau feedback dari pembelajaran. Umpan balik ini memiliki kegunaan untuk perbaikan pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sehingga guru dapat melakukan program perbaikan pada proses pembelajaran.

Namun, di samping itu, penilaian sikap juga memiliki tujuan untuk melihat tingkah laku yang ada di dalam diri siswa. Penilaian pada sikap ini juga bertujuan untuk menentukan penempatan pada peserta didik sehingga mereka dapat belajar dengan kondisi yang tepat. Hasilnya, diharapkan terjadinya peningkatan dalam proses pembelajaran.

Fungsi Penilaian Sikap

  1. Sebagai Bahan Evaluasi

Setiap pembelajaran yang dilakukan tentunya memiliki tujuan akhir yang akan dicapai yakni tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sejumlah usaha yang harus dilakukan oleh guru.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan. Dengan melakukan pengamatan atau observasi, dapat menjadi bahan rujukan untuk dilakukannya penilaian.

Penilaian inilah yang nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi guru maupun sekolah untuk terus meningkatkan mutu kehidupan.

  1. Untuk Meningkatkan Motivasi serta Minat Belajar

Setiap siswa tentunya memiliki minat dan motivasi belajar yang berbeda. Perbedaan inilah yang kemudian menyebabkan keragaman di dalam kelas. Bahkan perbedaan minat belajar ini yang akan memengaruhi hasil belajar siswa.

Jika siswanya memiliki minat belajar yang tinggi, maka hasil yang di dapatkan juga akan tinggi. Dengan diadakannya penilaian pada sikap, siswa akan menjadi terpacu untuk lebih baik lagi ke depannya. Sehingga mereka akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan proses pembelajaran.

  1. Membentuk Integritas Siswa

Dengan adanya penilaian pada sikap, maka akan membangun atau membentuk integritas pada diri setiap siswa. Integritas sendiri adalah sikap atau perilaku yang dapat dipercaya dalam tindakan, perkataan serta perbuatan.

Di dalam dunia pendidikan, siswa dituntut untuk memiliki nilai integritas yang tinggi. Nilai integritas ini tercermin dalam berbagai sikap siswa sehari-hari. Dengan melakukan penilaian, maka siswa akan terbiasa untuk menjaga integritasnya.

Contoh Penilaian Sikap

Contoh penilaian sikap yang dilakukan oleh seorang guru adalah saat adanya mata pelajaran bimbingan konseling atau BK. Secara tidak langsung, guru sedang menilai bagaimana perilaku atau sikap siswa tersebut. Penilaian sikap ini bukan hanya dilakukan oleh seorang guru saja melainkan juga oleh wali kelas.

Wali kelas kerap mengunjungi anak didiknya untuk sekadar menyapa atau mengetahui perkembangan mereka. Biasanya wali kelas saat mengadakan kunjungan sembari melakukan penilaian sikap siswa.

Ia mencatat bagaimana perilaku siswa baik itu yang baik atau tidak dalam jurnal. Aspek yang biasanya dinilai adalah sikap sosial dan spiritualitas. Hasil dari penilaian ini akan menjadi bahan evaluasi untuk diadakannya bimbingan.

Langkah-langkah Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik seperti teknik observasi, penilaian diri serta penilaian antar teman. Saat melakukan penilaian pada salah satu teknik ini, guru akan mencatat hal apa saja yang ditemukannya saat mengamati sikap siswa.

Secara lebih rinci terkait langkah menerapkan penilaian sikap ini dapat kita dari jenis teknik apa yang digunakannya. Untuk itu, simak penjelasan berikut ini.

  1. Teknik Observasi

Teknik penilaian menggunakan observasi merupakan teknik yang memakai instrumen berupa lembar observasi atau yang kerap dinamakan dengan buku jurnal. Lembar observasi adalah instrumen yang dapat dipakai agar memudahkan guru dalam menyusun laporan perilaku siswa.

Sikap yang biasanya diamati adalah sikap yang ada dalam pencapaian kompetensi pada KD. Lembar observasi yang digunakan bisa berupa lembar observasi tertutup maupun terbuka.

  1. Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian terhadap diri sendiri dengan menganalisis atau identifikasi kelebihan serta kekurangan sikap pada dirinya. Hasil dari penilaian ini dapat dipakai sebagai data pada perkembangan sikap peserta didik.

Penilaian diri ini dapat menumbuhkan sikap jujur pada diri siswa. Instrumen pada penilaian diri adalah berupa lembar penilaian diri yang berisi sikap positif yang diajukan dengan pilihan jawaban ya atau tidak.

  1. Penilaian Antar Teman

Penilaian antar teman adalah teknik penilaian yang dilakukan antar peserta didik untuk menilai perilaku temannya. Dengan melakukan penilaian ini, siswa diajarkan untuk menilai perilaku teman sebayanya.

Itulah informasi seputar penilaian sikap yang dilakukan guru pada siswa. Penilaian sikap dilakukan agar dapat melahirkan lulusan yang tidak hanya memiliki kecerdasan pengetahuan melainkan juga berbudi pekerti yang tinggi.

The post Penilaian Sikap: Fungsi, Contoh dan Langkah-Langkahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Tes Formatif: Fungsi, Kelebihan dan Kekurangan https://haloedukasi.com/tes-formatif Tue, 04 Jan 2022 05:03:25 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30115 Tes merupakan instrumen yang kerap digunakan dalam penilaian. Tes memiliki ragam jenisnya. Salah satunya yakni tes formatif. Lalu, apa itu tes formatif dan apakah tes tersebut sama dengan tes sumatif? Selengkapnya akan dibahas di bawah ini. Pengertian Tes Formatif Secara bahasa, kata tes merupakan berasal dari bahasa Perancis yang berarti testum. Sementara itu, dalam bahasa […]

The post Tes Formatif: Fungsi, Kelebihan dan Kekurangan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Tes merupakan instrumen yang kerap digunakan dalam penilaian. Tes memiliki ragam jenisnya. Salah satunya yakni tes formatif. Lalu, apa itu tes formatif dan apakah tes tersebut sama dengan tes sumatif? Selengkapnya akan dibahas di bawah ini.

Pengertian Tes Formatif

Secara bahasa, kata tes merupakan berasal dari bahasa Perancis yang berarti testum. Sementara itu, dalam bahasa Inggris tes ditulis dengan test dan diartikan sebagai tes, ujian atau percobaan.

Tes merupakan alat untuk mendapatkan data mengenai perilaku individu. Maka dari itu, di dalam tes terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan agar mendapatkan informasi berkenaan dengan aspek psikologis tertentu.

Tes memiliki ragam jenisnya, namun salah satu jenis dari tes tersebut adalah tes formatif. Tes formatif adalah tes yang diberikan untuk mengamati kemajuan siswa dalam belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit pembelajaran.

Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran, dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, dan Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

Ciri-Ciri Tes Formatif

  1. Tes merupakan alat untuk mengukur sampel pengetahuan maupun keterampilan yang dipunya seseorang.
  2. Tes dilakukan secara terbatas dari segi waktu pelaksanaan.
  3. Tes merupakan penafsiran angka yang didapatkan untuk menentukan baik tidaknya seseorang dalam mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Evaluasi dapat dilakukan dan diselesaikan pada setiap kali sub pokok bahasan

Fungsi dan Tujuan Tes Formatif

Tes formatif memiliki tujuan untuk memantau kegiatan atau hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya itu, tes formatif juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan serta potensi yang ada dalam diri siswa. Sehingga, guru dapat mengatasi dan mencari solusi akan hal tersebut.

Tes formatif memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Selain itu, tes formatif berfungsi sebagai respon balik agar pembelajaran dapat lebih baik lagi di kemudian hari. Menurut Nasrun Harahap dkk, terdapat beberapa fungsi penilaian dalam pembelajaran yakni sebagai berikut.

  1. Untuk memberikan umpan balik

Dengan mengadakan tes formatif, maka dapat memberikan umpan balik atau respons kepada guru. Dengan begitu guru dapat membenahi pembelajaran yang dirasa masih kurang dan belum memuaskan.

  1. Untuk memberikan angka yang tepat dalam menilai siswa

Tes formatif memiliki fungsi untuk memberikan nilai yang pantas terhadap capaian atau prestasi siswa. Dengan memberikan nilai yang pantas, maka guru telah memberikan apresiasi kepada siswanya.

  1. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat

Dengan melakukan tes formatif, maka guru dapat memberikan kenyamanan siswa dalam belajar. Caranya yaitu dengan memberikan situasi yang paling nyaman bagi siswa saat pembelajaran.

  1. Untuk mengenal latar belakang siswa

Dengan melakukan tes formatif guru dapat mengetahui latar belakang siswa seoerti kesulitan belajar siswa atau hambatan serta kelemahan lainnya. Dengan begitu, guru dapat memberikan bantuan atau solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Di samping itu, fungsi test formatif menurut Dr. Suharsimi Arikunto merumuskan bahwa evaluasi formatif mempunyai beberapa fungsi berikut ini:

  • Fungsi tes formatif bagi guru

Tes formatif memiliki fungsi jika dilihat sebagai guru adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman materi yang telah disampaikan, mengetahui bagian-bagian mana saja yang belum dapat dipahami siswa dan dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

  • Fungsi tes formatif bagi siswa

Selain berfungsi bagi guru, tes ini juga memiliki fungsi jika dilihat dari siswa yakni dapat digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh. Tes formatif merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa serta sebagai usaha perbaikan dan diagnosa.

  • Fungsi tes formatif bagi program

Setelah diadakan test formatif maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan bahwa apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dan sesuai dengan kecakapan anak, apakah memerlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai serta apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

Contoh Tes Formatif

Contoh tes formatif adalah penilaian atau tes yang biasa dilaksanakan pada akhir KD (Kompetensi Dasar) atau pembahasan tiap bab. Kita sering melihat bahkan merasakan jika setiap satu bab selesai dipelajari, maka guru akan memberikan sebuah tes.

Nah, tes tersebut lah yang dinamakan dengan tes formatif. Tes ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berkesan bagi siswa. Dengan begitu, guru-guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kemudian hari atau di bab selanjutnya menjadi lebih baik.

Kelebihan dan Kekurangan Tes Formatif

Setiap penilaian yang dilakukan tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi asas manfaat yang ada dalam dirinya. Begitupun dengan tes formatif. Tes formatif memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.

  1. Mudah Dilakukan

Tes formatif ini mudah dilakukan oleh guru sebab tes ini tidak ribet saat menggunakannya. Guru hanya tinggal membuat soal sesuai dengan materi atau bab yang telah disampaikan sebelumnya. Sementara siswa tinggal menjawab pertanyaan yang telah guru susun.

  1. Bersifat Objektif

Tes atau penilaian formatif memiliki sifat objektif karena dari tes tersebut guru dapat mengetahui apa yang selama ini kurang dalam kegiatan pembelajaran. Siswa mengerjakan tes tersebut sesuai dengan apa yang selama ini dipelajarinya sehingga kemungkinan besar hasilnya bersifat objek.

Meskipun begitu, tak menutup kemungkinan untuk siswa bertindak tidak jujur saat mengisi tes formatif. Sering sekali siswa melakukan kerja sama saat sedang mengerjakan soal. Maka dari itu, sangat penting untuk dilakukan.

  1. Terjangkau

Saat pembuatan atau penyusunan tes formatif hanya memerlukan biaya yang relatif sedikit. Makanya, tes ini dapat dikatakan terjangkau sebab tidak memerlukan instrumen atau alat lain yang mesti dibeli oleh guru. Sehingga, semua guru dapat menggunakan tes formatif untuk mengetahui perkembangan siswa.

Selain memiliki kelebihan, tes ini juga memiliki beberapa kekurangan yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama
  • Sulit menemukan pengacau.
  • Kurang efektif mengukur beberapa aspek pembelajaran

Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif

Penilaian formatif memiliki perbedaan mendasar dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada saat proses pembelajaran, sementara itu penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir pembelajaran satu atau beberapa kompetensi dasar.

Selain itu, hasil penilaian formatif untuk mengetahui perkembangan penguasaan kompetensi yang sedang dipelajari peserta didik. Hasil penilaian formatif tidak digunakan untuk menentukan nilai rapor.

Sedangkan hasil penilaian sumatif digunakan untuk membuat keputusan apakah seorang peserta didik dapat melanjutkan atau tidak dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya, naik kelas atau tidak, dan lulus atau tidak lulus.

Hasil penilaian sumatif diperhitungkan dalam pengolahan nilai pada buku rapor. Selain itu, hasil penilaian sumatif juga dapat dipakai untuk memutuskan tujuan dan kegiatan pembelajaran berikutnya sebagaimana diilustrasikan pada bagan berikut.

Itulah informasi mengenai tes formatif. Jangan sampai salah lagi membedakan antara tes formatif dan tes sumatif karena keduanya jelas berbeda. Meskipun begitu, keduanya merupakan alat atau instrumen untuk menilai siswa dalam proses pembelajaran.

The post Tes Formatif: Fungsi, Kelebihan dan Kekurangan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Penilaian Portofolio: Pengertian, Prinsip dan Ciri-Ciri https://haloedukasi.com/penilaian-portofolio Thu, 30 Dec 2021 07:43:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30111 Pernah mendengar penilaian portofolio? Tentunya, kata portofolio sudah tak asing lagi di telinga. Portofolio kerap diartikan sebagai kumpulan karya seseorang. Lalu, apa jadinya jika portofolio menjadi bahan penilaian bagi peserta didik? Selengkapnya akan diulas berikut ini Pengertian Penilaian Portofolio Pengertian Portofolio secara etimologi terdiri dari dua kata yakni port dan folio. Port memiliki arti laporan […]

The post Penilaian Portofolio: Pengertian, Prinsip dan Ciri-Ciri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pernah mendengar penilaian portofolio? Tentunya, kata portofolio sudah tak asing lagi di telinga. Portofolio kerap diartikan sebagai kumpulan karya seseorang. Lalu, apa jadinya jika portofolio menjadi bahan penilaian bagi peserta didik? Selengkapnya akan diulas berikut ini

Pengertian Penilaian Portofolio

Pengertian Portofolio secara etimologi terdiri dari dua kata yakni port dan folio. Port memiliki arti laporan sedangkan folio memiliki arti lengkap atau penuh. Maka, portofolio dapat diartikan sebagai laporan lengkap dari seluruh kegiatan seseorang.

Sementara itu, jika dikaitkan dengan penilaian hasil belajar, penilaian portofolio dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang menggunakan bukti hasil belajar siswa sesuai dengan kompetensi yang dikuasai.

Portofolio dalam penilaian dapat diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan informasi secara berkala, berkesinambungan menyeluruh mengenai proses, hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap serta keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman pribadi.

Ciri-ciri Penilaian Portofolio

Berikut ini adalah ciri khas dari penilaian portofolio:

  1. Menggunakan amplop, tas atau folder sebagai tempat menyimpan dokumen penting sesorang yang ingin dinilai.
  2. Dokumen penting yang dimaksud misalnya surat keputusan, jurnal atau publikasi ilmiah, surat keterangan atau sertifikat bahwa yang bersangkutan telah mengerjakan sesuatu selama waktu yang telah ditentukan.
  3. Menerapkan penilaian persepsi diri sendiri, yaitu yang bersangkutan menilai atau melaporkan diri sendiri tentang tindakan, prestasi atau tindak produktif penting yang didukung dengan bukti fisik yang relevan.
  4. Memakai penilaian bertingkat untuk menempatkan bobot penilaian yang lebih objektif terhadap siswa, guru atau dosen pengusul.
  5. Menggunakan penilaian bertingkat misalnya pada penilaian dosen, penilaian di tingkat universitas untuk dosen universitas negeri.
  6. Dapat beradaptasi dengan media teknologi informasi, misalnya internet.

Fungsi Penilaian Portofolio

Portofolio tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan hasil pekerjaan peserta didik melainkan juga menjadi sumber informasi bagi guru dan siswa. Portofolio memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kompetensi pada diri siswa. Portofolio menjadi bahan lanjutan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa sehingga guru dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

Portofolio kerja memiliki fungsi sebagai formatif dan diagnostik. Untuk peserta didik, portofolio kerja digunakan sebagai refleksi. Sementara itu, untuk guru, portofolio memiliki fungsi sebagai masukan guru dalam membantu untuk mengidentifikasi kelemahan, kelebihan, dan merancang strategi untuk mencapai kompetensi peserta didik.

Tujuan Penilaian Portofolio

Penilaian Portofolio memiliki beberapa tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut berdasarkan atas apa yang dikerjakan dan siapa yang menggunakannya. Adapun tujuan penilaian portofolio digunakan untuk mencapai beberapa tujuan berikut.

  1. Untuk mengetahui perkembangan yang dialami peserta didik.
  2. Untuk mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
  3. Memberikan perhatian pada prestasi kerja peserta didik.
  4. Merefleksikan kesanggupan untuk mengambil risiko dan melakukan eksperimen.
  5. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.
  6. Dapat bertukar informasi dengan orang tua/ wali murid dengan guru lain.
  7. Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik.
  8. Dapat meningkatkan kemampuan refleksi diri.
  9. Dapat membantu peserta didik dalan merumuskan tujuan.

Prinsip-Prinsip Penilaian Portofolio

  1. Antara guru dan peserta didik saling percaya (mutual trust).

Didalam proses penilaian portofolio, guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling memercayai. Mereka harus merasa berpihak sebagai pihak yang saling membutuhkan dan memiliki semangat untuk saling membantu

2. Adanya kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik

Kerahasiaan hasil pengumpulkan bahan dan hasil penilaiannya perlu dijaga dengan baik, tidak disampaikan kepada pihak-pihak lain yang tidak memiliki kepentingan.

  1. Milik bersama antara peserta didik dan guru

Guru dan siswa perlu memiliki bersama dokumen portofolio. Oleh karena itu, guru serta siswa perlu menyepakati bersama dimana hasil karya akan disimpan dan bagian baru yang akan dimasukkan.

  1. Kepuasan

Hasil kerja portofolio seharusnya berisi keterangan serta bukti yang dapat memuaskan bagi guru serta peserta didik. Portofolio seharusnya merupakan bukti prestasi peserta didik dan keberhasilan pembinaan guru.

  1. Kesesuaian

Hasil kerja yang dikumpulan merupakan hasil kerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum.

  1. Penilaian proses dan hasil

Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses serta hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian siswa mengenai sikap belajar, tingkat antusias siswa dalam pembelajaran.

Jenis Penilaian Portofolio

  1. Hasil proyek
  2. Laporan hasil pengamatan peserta didik
  3. Analisis situasi yang sesuai dengan mata pelajaran
  4. Deskripsi pemecahan suatu masalah
  5. Laporan hasil penyelidikan
  6. Penyelesaian soal terbuka
  7. Hasil pekerjaan rumah
  8. Laporan hasil kerja kelompok
  9. Hasil rekaman belajar dapat berupa video, audio, dan komputer
  10. Fotokopi piagam peserta didik
  11. Hasil karya dari mata pelajaran yang bersangkutan
  12. Cerita terhadap mata pelajaran
  13. Cerita tentang usaha siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan

Langkah-Langkah Penilaian Portofolio

  1. Menjelaskan kepada siswa tentang maksud dan tujuan pembelajaran
  2. Menjelaskan sampel portofolio yang dipakai
  3. Peserta didik diwajibkan untuk mengumpulkan dan mengarsipkan portofolio
  4. Peserta didik diharuskan mencantumkan tanggal pembuatan
  5. Penentuan kriteria penilaian sampel
  6. Revisi terhadap portofolio yang tidak sesuai kriteria

Contoh Penerapan Penilaian Portofolio

Contoh portofolio siswa untuk penilaian atau assessment bisa berbentuk produksi siswa yang berisi karya, hasil proyek, penyelidikan ataupun praktik yang dilakukan siswa disajikan secara tertulis, gambar atau laporan pengamatan, analisis situasi, laporan kerja kelompok, hasil kerja menggunakan alat rekam video, dan lainnya sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan.

Portofolio kerja terdiri dari pengantar, daftar isi, hasil penilaian diri atau refleksi, dan jurnal atau catatan harian siswa tentang topik.

Cara Melakukan Penilaian Portofolio

Sesudah peserta didik mengumpulkan portofolio maka tugas guru selanjutnya adalah menyimpan berkas tersebut. Namun, sebelum itu terdapat dua tahapan yang dapat dilakukan dalam pembuatan portofolio yakni sebagai berikut.

  1. Tahap I

Pada tahap 1 ini adalah tahap mengembangkan portofolio proses, di mana guru mengamati perkembangan hasil belajar siswa selama beberapa periode tertentu.

  1. Tahap II

Pada tahapan ini, kegiatan pengembangan portofolio prodik atau terbaik. Portofolio atau hasil terbaik akan menunjukkan perubahan hasil belajarnya.

Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio

Kelebihan

  1. Dapat melihat perkembanhan serta pertumbuhan kemampian siswa dari waktu ke waktu
  2. Dapat membantu guru melakukan kegiatan penilaian adil, objek, dan dapat dipertanggungjawabkan
  3. Mengajak peserta didik belajar bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan
  4. Terjadinya peningkatan peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
  5. Memberikan kesempayan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
  6. Dapat digunakan untuk menilai kelas yang siswanya heterogen

Kekurangan

  1. Membutuhkan waktu serta kerja yang ekstra
  2. Penilaian ini dianggap kurang reliable dibandingkan dengan penilaian lain
  3. Terdapat kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir saja.
  4. Tidak adanya kriteria penilaian yang jelas
  5. Guru dan siswa belum terlalu memahami penilaian ini karena penilaian portofolio ini dianggap masih baru
  6. Penilaian ini sulit dilakukan
  7. Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail.

Kesimpulan Pembahasan

Portofolio secara etimologi terdiri dari dua kata yakni port dan folio. Port memiliki arti laporan sedangkan folio memiliki arti lengkap atau penuh. Maka, portofolio dapat diartikan sebagai laporan lengkap dari seluruh kegiatan seseorang.

Portofolio memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kompetensi pada diri siswa. Portofolio menjadi bahan lanjutan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa sehingga guru dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

Dengan penilaian portofolio dapat melihat perkembangan serta pertumbuhan kemampuan siswa dari waktu ke waktu. Selain itu, dapat membantu guru melakukan kegiatan penilaian adil, objek, dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun, disamping itu, penilaian ini memerlukan waktu yang ekstra sehingga dinilai tidak efektif

The post Penilaian Portofolio: Pengertian, Prinsip dan Ciri-Ciri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Penilaian Autentik: Pengertian, Ciri-Ciri dan Jenis https://haloedukasi.com/penilaian-autentik Thu, 30 Dec 2021 07:30:57 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30110 Penilaian merupakan salah satu hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian ini memiliki beragam jenisnya. Salah satu jenis dari penilaian adalah penilaian autentik. Lalu, apa itu penilaian autentik dan bagaimana cara menerapkannya dalam pembelajaran? Selengkapnya akan kita ulas berikut ini. Pengertian Penilaian Autentik Menurut Newton Public School mendefinisikan penilaian autentik adalah pengukuran hasil dari […]

The post Penilaian Autentik: Pengertian, Ciri-Ciri dan Jenis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Penilaian merupakan salah satu hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian ini memiliki beragam jenisnya. Salah satu jenis dari penilaian adalah penilaian autentik.

Lalu, apa itu penilaian autentik dan bagaimana cara menerapkannya dalam pembelajaran? Selengkapnya akan kita ulas berikut ini.

Pengertian Penilaian Autentik

Menurut Newton Public School mendefinisikan penilaian autentik adalah pengukuran hasil dari kapasitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari siswa.

Sementara itu, Wiginis, mendefinisikan penilaian autentik adalah usaha memberikan tugas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran kepada peserta didik yang meliputi menyimak, meneliti, analisis, merevisi, menulis dan menjelaskan setiap permasalahan secara lisan.

Dengan penilaian autentik guru dapat menguraikan hasil belajar siswa dalam mengembangkan potensi mereka dalam menalar, meningkatkan koneksi serta investigasi. Dengan penilaian autentik ini juga guru dapat mengetahui kelemahan, kekuatan serta potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga bakat dan minat siswa dapat tersalurkan dengan baik.

Ciri-Ciri Penilaian Autentik

Penilaian autentik memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini.

  1. Belajar tuntas

Penilaian ini berkonsep pada belajar tuntas yang artinya kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara tuntas.

  1. Autentik

Penilaian yang dilakukan harus autentik. Tidak boleh ada unsur manipulatif dan terpengaruh karena hal-hal lain. Guru harus memberikan penilaian yang seadil-adilnya.

  1. Terus menerus atau berkesinambungan

Penilaian autentik dilakukan secara berkesinambungan yang artinya tidak hanya satu kali tuntas. Penilaian ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan.

  1. Berdasarkan parameter tertentu.

Penilaian autentik dilakukan berdasarkan atas paramater tertentu. Artinya, penilaian ini tidak dilakukan sembarangan.

  1. Menggunakan beragam cara dan alat penilaian

Penilaian autentik dilakukan dengan menggunakan beragam cara serta alat penilaian.

Tujuan Penilaian Autentik

Kegiatan penilaian dalam dunia pendidikan dan kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Kegiatan penilaian dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Guru bisa mengukur sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Namun selain itu, penilaian autentik ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan, kelebihan serta bakat dan minat yang ada dalam diri siswa.

Selain hasil, minat dan bakat adalah hal yang harus diperhatikan oleh guru agar potensi yang ada dalam diri siswa dapat dikembangkan.

Jenis-Jenis Penilaian Autentik

  1. Penilaian Proyek

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian proyek adalah penyelesaian tugas dengan sistem deadline. Inti dari penilaian ini adalah pelaksanaan serta hasil dari proyek. Hasil proyek memiliki penilaian yang spesifik. Penilaian ini terdiri dari penilaian kinerja sisa dalam memproduksi hasil proyek.

  1. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian dari seluruh kumpulan karya yang telah dihasilkan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Contoh dari penilaian ini adalah karya seni, lukisan, web desain dan lain sebagainya.

  1. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis dilakukan secara tertulis yakni dengan menentukan jawaban dari pilihan ganda, sebab akibat, ya atau tidak, benar dan salah.

Penilaian tertulis ini biasanya merupakan gabungan dari pilihan ganda serta esai yang biasanya disisipkan dengan soal tipe HOTS (high order thinking skill). Hal ini bertujuan agar dapat menerjemahkan ilmu afektif, kognitif serta psikomotorik siswa.

  1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan penilaian pada seluruh kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan kinerja seseorang. Adapun langkah yang dapat dilaksanakan pada penilaian ini adalah daftar cek, catatan narasi, skala penilaian serta pendekatan hafalan. Daftar cek biasanya dipakai untuk mengetahui adanya faktor tertentu dari parameter yang ada dalam sebuah fenomena.

Sementara itu, catatan narasi dan anekdot digunakan untuk menjelaskan laporan narasi dari apa yang telah dilaksanakan siswa. Skala penilaian merupakan skala yang dijadikan sebagai rujukan dalam menilai. Biasanya diberikan penomoran dengan ditambah penjelasan. Terakhir, pendekatan hafalan, digunakan dengan cara memperhatikan siswa saat sedang melaksanakan tugas.

Langkah-langkah Penilaian Autentik

Saat menentukan penilaian autentik haruslah berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Menentukan Standar

Terlebih dahulu, guru harus menentukan standar kompetensi yang akan dinilai. Baik itu dari sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penentuan standar inilah yang akan dijadikan patokan saat dilakukannya penilaian.

  1. Menentukan Tugas Autentik

Setelah menentukan standar apa saja yang akan dinilai, maka selanjutnya adalah pemberian tugas. Guru memberikan tugas pada siswa. Pemberian tugas ini menjadi salah satu media dalam penilaian auntentik. Misalnya, guru memberikan tugas berupa presentasi atau melakukan eksperimen. Tugas eksperimen inilah yang akan menjadi bahan penilaian guru kepada siswa.

  1. Membuat Kriteria

Selanjutnya adalah guru menentukan kriteria atau aturan main yang akan dinilai. Kriteria ini adalah hal apa saja yang akan guru nilai dalam diri siswa. Misalnya guru memberikan penugasan berupa presentasi. Maka dari tugas itu, guru ingin menilai apa.

Apakah kepercayaan diri siswa, pemahaman siswa, atau cara menjelaskan siswa. Hal inilah yang dinamakan dengan kriteria penilaian. Kriteria penilaian berkaitan erat dengan tujuan dilakukannya penilaian.

  1. Membuat Rubrik

Rubrik merupakan panduan dari kriteria yang telah ditentukan. Setelah kriteria dibuat, maka guru harus membuat panduan yang menjelaskan kriteria penilaian tersebut.

Contohnya, guru ingin menilai penampilan presentasi siswa. Maka guru dapat menjelaskan hal-hal kecil dari penjelasan. Entah itu, intonasi suara, artikulasi, penyampaian atau bahasa tubuh siswa.

Kemudian setelah itu, guru membuat papan skor kriteria. Papan skor ini berupa angka yang dapat menunjukkan kemampuan siswa daru angka 1 sampai 10 poin atau dari 10 sampai 100 poin.

Contoh Penilaian Autentik

Berikut ini beberapa contoh penilaian autentik dalam pembelajaran.

  1. Dalam mata pelajaran ekonomi, guru dapat melakukan penilaian kepada siswa dalam hal mengembangkan rencana bisnis atau target penjualan dan pemasaran.
  2. Mata pelajaran TIK, guru dapat memberikan tugas berupa permasalahan yang kerap terjadi pada web. Kemudian tugas tersebut diberikan kepada siswa untuk dipecahkan.
  3. Dalam mata pelajaran sejarah, guru dapat memerintahkan siswa untuk menjelaskan rentetan peristiwa sejarah penjajahan di Indonesia yang dilakukan oleh Belanda.

Dengan memberikan tugas seperti itu, guru dapat mengetahui beberapa aspek atau kriteria yang akan dinilai. Pemberian tugas sejatinya harus relevan dengan aspek yang ingin dinilai.

Misal jika ingin menilai keterampilan sebaiknya guru memberikan tugas berupa praktik. Berbeda halnya jika ingin mengetahui pengetahuan siswa. Maka guru dapat memberikan tugas berupa tes atau presentasi.

Kelebihan Penilaian Autentik

  1. Berfokus pada keterampilan, menganalisis serta mengintegrasi pengetahuan.
  2. Dapat meningkatkan kreativitas.
  3. Merefleksikan keterampilan dalam dunia nyata dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.
  4. Dapat memotivasi siswa untuk melakukan kerja sama secara kolaboratif.
  5. Dapat meningkatkan keterampilan presentasi lisan maupun tulisan.
  6. Penilaian ini dapat dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Kekurangan Penilaian Autentik

  1. Mengalami kesulitan jika dikaitkan dengan standar baku yang telah ada.
  2. Dapat terjadi bias saat memberikan nilai yang subjektif seperti gambar dan seni
  3. Kemungkinan kurang praktis jika diterapkan dalam kelas yang besar.

Kesimpulan Pembahasan

Penilaian autentik adalah usaha memberikan tugas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran kepada peserta didik.

Dengan penilaian autentik guru dapat menguraikan hasil belajar siswa dalam mengembangkan potensi mereka dalam menalar, meningkatkan koneksi serta investigasi. Dengan penilaian autentik ini juga guru dapat mengetahui kelemahan, kekuatan serta potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga bakat dan minat siswa dapat tersalurkan dengan baik.

Kegiatan penilaian dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Guru bisa mengukur sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Namun selain itu, penilaian autentik ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan, kelebihan serta bakat dan minat yang ada dalam diri siswa.

Penilaian autentik memiliki beragam jenis seperti penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian kinerja dan tulis. Semua penilaian itu memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Itulah informasi mengenai penilaian autentik. Semoga dapat membantu para guru untuk menambah pengetahuan mengenai penilaian tersebut

The post Penilaian Autentik: Pengertian, Ciri-Ciri dan Jenis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pembelajaran Bermakna: Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan https://haloedukasi.com/pembelajaran-bermakna Thu, 30 Dec 2021 07:16:58 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30109 Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Hasil dari belajar adalah meningkatnya pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam diri seorang siswa. Sayangnya, hal tersebut kerap kali tidak sesuai dengan kenyataan. Belajar sering dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak menghasilkan apa-apa. Hal ini dikarenakan proses belajar tidak memiliki kesan yang baik dalam diri siswa. Sehingga pengetahuan atau informasi […]

The post Pembelajaran Bermakna: Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Hasil dari belajar adalah meningkatnya pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam diri seorang siswa. Sayangnya, hal tersebut kerap kali tidak sesuai dengan kenyataan. Belajar sering dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak menghasilkan apa-apa. Hal ini dikarenakan proses belajar tidak memiliki kesan yang baik dalam diri siswa. Sehingga pengetahuan atau informasi yang seharusnya tersimpan justru dilupakan.

Salah satu cara agar belajar menjadi kegiatan yang berkesan adalah dengan menerapkan konsep pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna dapat memberikan kesan belajar menarik bagi diri seorang siswa. Lalu, apa itu pembelajaran bermakna? Selengkapnya di bawah ini.

Pengertian Pembelajaran Bermakna

Pembelajaran bermakna mengacu pada sebuah konsep yang di mana seorang individu atau siswa seutuhnya mengetahui dan memahami pengetahuan serta hal-hal yang berkaitan dengan fakta yang sebelumnya sudah diketahuinya. Menurut Suparno, pembelajaran bermakna adalah proses pembelajaran yang di mana informasi baru akan dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang dalam proses pembelajaran.

Teori belajar bermakna ini adalah teori yang menghubungkan informasi baru dengan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah ada sebelumnya dalam diri seseorang. Teori ini dikemukakan oleh David Paus Ausabel yang merupakan seorang psikolog asal Amerika Serikat. Menurutnya, faktor utama yang dapat memengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang telah ada, kejelasan serta stabilitas pengetahuan dalam suatu bidang dan waktu tertentu.

Hakikatnya pembelajaran bermakna ini merupakan proses interaksi dari anak serta lingkungan baik antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar maupun dengan pendidik. Kegiatan inilah yang nantinya akan menjadi bermakna pada diri seorang anak. Pembelajaran bermakna ini sejatinya merupakan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menginput seluruh informasi secara utuh sehingga akan terlihat peningkatan kemampuan pada diri siswa.

Ciri keberlangsungan pembelajaran bermakna ditandai dengan adanya hubungan antara aspek, konsep serta informasi dengan komponen yang sesuai dengan struktur kognitif siswa. Proses belajar bermakna ini bukan hanya sekadar menghafal konsep atau fakta melainkan menghubungkan atau mengintegrasikan konsep agar mendapatkan pemahaman yang utuh.

Karakteristik Pembelajaran Bermakna

  1. Pembelajaran bermakna dapat menjelaskan hubungan antara bahan baru dengan bahan lama. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk menghubungkan pengetahuan yang baru dimiliki dengan fakta yang sebelumnya telah diketahui.
  2. Pembelajaran bermakna berusaha untuk menunjukkan persamaan serta perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
  3. Pembelajaran bermakna berusaha untuk menguasai ide yang sudah ada sebelumnya sebelum memahami ide yang baru.
  4. Siswa harus memiki keinginan untuk menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan struktur kognitif secara substansial dan beraturan.

Cara Menerapkan Pembelajaran Bermakna

Menurut Ausabel, setidaknya ada 6 cara yang dapat dilakukan saat menerapkan pembelajaran bermakna. Keenam cara tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Menentukan Tujuan Pembelajaran

Seperti yang sudah diketahui, bahwasanya sebelum memulai pembelajaran guru harus menentukan tujuan pembelajaran. Hal ini berguna agar pembelajaran yang dilakukan tidak keluar konteks atau jalur.

  1. Mengidentifikasi Karakteristik

Langkah selanjutnya adalah guru melakukan identifikasi pada karakteristik peserta didik seperti kemampuan awal, motivasi belajar serta gaya belajarnya. Dengan melakukan identifikasi guru daoat memilih materi pelajaran yang sesuai.

  1. Memilih Materi Pelajaran

Guru memilih materi pelajaran berdasarkan karakteristik pada peserta didik yang sebelumnya sudah dilakukan identifikasi. Materi ini nantinya akan dituangkan dalam konsep atau inti materi yang akan dipelajari siswa.

  1. Menentukan Topik

Setelah memilih materi pelajaran, guru dapat menentukan topik yang relevan dengan materi pelajaran. Topik ini nantinya akan disusun secara lebih lanjut agar mudah dipelajari oleh siswa saat pembelajaran berlangsung.

  1. Mempelajari Konsep

Setelah mendapatkan topik, maka siswa akan mempelajari topik tersebut. Kemudian, siswa akan berusaha untuk menerapkan konsep tersebut ke dalam bentuk nyata atau konkret.

  1. Penilaian

Tahapan terakhir adalah tahap penilaian yang dilakukan oleh guru. Pada tahapan ini guru menilai hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa.

Contoh Pembelajaran Bermakna

Peserta didik akan mempelakari konsep kebijakan pemerintahan era kolonial di Indonesia. Maka, peserta didik diminta untuk membaca uraian mengenai konsep tadi. Kemudian, setelah itu guru akan menjelaskan terkait contoh kebijakan di era kolonial. Baru setelah itu, siswa diminta untuk menyebutkan contoh dampak dari kebijakan kolonial apa saja yang masih dirasakan hingga sekarang ini.

Pembelajaran ini berusaha untuk mengajak siswa menggabungkan dua pemahaman yang telah mereka dapatkan. Pengetahuan dari buku, kemudian dari guru dan terakhir dari hasil pengamatannya. Dengan begitu, pembelajaran ini telah melibatkan dan mengaktifkan banyak indera pada siswa. Sehingga, pembelajaran lebih bermakna.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Bermakna

Seperti konsep pembelajaran lainnya, pembelajaran bermakna memiliki kelebihan. Setidaknya ada 3 kelebihan jika guru menerapkan pembelajaran ini yakni sebagai berikut.

  1. Informasi yang dipelajari akan lebih lama diingat oleh siswa. Tentunya, ini adalah hal yang baik, sebab tidak semua pengetahuan mudah diterima oleh siswa. Dengan menerapkan konsep pembelajaran bermakna siswa akan mudah mengingat dan ingatan tersebut akan bertahan lama sebab dia sendiri yang menemukan konsep pengetahuannya.
  2. Dapat meningkatkan penguasaan konsep. Informasi atau pengetahuan yang baru didapatkan siswa, akan dikaitkan dengan konsep lama yang relevan. Sehingga antara pengetahuan baru dan konsep yang sebelumnya dikuasai siswa mampu berintegrasi. Konsep lama tidak dilupakan dan konsep baru tetap diingat.
  3. Informasi yang sebelumnya dilupakan masih berbekas. Informasi lama yang diterima terkadang mudah dilupakan oleh siswa. Namun, tidak dengan konsep pembelajaran ini. Informasi yang lama masih tetap meninggalkan bekas sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran.

Disamping kelebihan-kelebihan di atas, pembelajaran bermakna sejatinya memiliki beberapa kekurangan seperti tidak semua siswa memiliki daya ingat yang sama. Hal ini akan berpengaruh pada jalannya proses pembelajaran. Jika siswa kurang dalam daya ingatnya, maka pembelajaran akan tersendat. Sebab, kunci dari pembelajaran ini adalah integrasi antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang dimiliki siswa.

Kesimpulan Pembahasan

Pembelajaran bermakna merupakan pembelajaran yang dimana menghubungkan antara informasi baru dengan konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seorang siswa. Struktur kognitif tersebut adalah berupa fakta, konsep, generalisasi yang sebelumnya telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Teori belajar bermakna merupakan cetusan dari seorang Psikolog dari Amerika Serikat bernama David Ausabel. Menurutnya, proses belajar sejatinya tidak hanya tentang menghafal konsep melainkan lebih luas dari hal tersebut.

Konsep belajar bermakna adalah konsep belajar yang menghubungkan kegiatan dengan konsep yang sebelumnya telah ada sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman yang utuh. Pembelajaran bermakna memiliki hubungan yang erat dengan teori yang dikemukakan oleh Vygosky yakni teori konstruktivisme. Teori ini menyatakan bahwa siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuan mereka sebagai hasil dari pemikiran dan interaksi dalam suatu konteks sosial. Teori inilah yang kemudian dikenal dengan teori penciptaan makna. Kemudian, teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Piaget.

Pembelajaran bermakna merupakan konsep belajar yang baik sebab siswa dapat meraih informasi secara utuh. Selain itu, konsep ini membuat siswa paham akan apa yang mereka pelajari. Sebab, selama ini beberapa siswa cenderung tidak paham dengan apa yang dia pelajari. Namun, pembelajaran bermakna ini mengharuskan guru untuk melakukan persiapan yang matang. Sehingga, masih banyak guru yang tak menggunakan konsep belajar ini sekalipun konsep ini baik jika diterapkan.

The post Pembelajaran Bermakna: Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Video Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Langkah-langkah https://haloedukasi.com/video-based-learning Thu, 30 Dec 2021 07:00:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30107 Video merupakan salah satu media yang sering digunakan. Terlebih lagi dimasa seperti ini yang dimana perkembangan teknologi semakin berkembang. Teknologi semakin dibutuhkan disetiap lini kehidupan termasuk pendidikan. Keberadaan video dapat digunakan sebagai media atau penunjang pembelajaran agar semakin menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Penerapan video dalam pembelajaran sejatinya telah ada dengan konsep […]

The post Video Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Langkah-langkah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Video merupakan salah satu media yang sering digunakan. Terlebih lagi dimasa seperti ini yang dimana perkembangan teknologi semakin berkembang. Teknologi semakin dibutuhkan disetiap lini kehidupan termasuk pendidikan.

Keberadaan video dapat digunakan sebagai media atau penunjang pembelajaran agar semakin menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Penerapan video dalam pembelajaran sejatinya telah ada dengan konsep video based learning. Lalu, apa itu video based learning? Selengkapnya akan kita ulas berikut ini.

Pengertian Video Based Learning

Istilah video berasal dari bahasa latin yakni video-vidi-visum yang memiliki arti mempunyai daya penglihatan, dapat melihat. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video diartikan sebagai bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi atau rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.

Dapat disimpulkan bahwa video adalah sesuatu yang dapat dilihat berupa gambar bergerak yang di mana proses rekaman serta penayangannya menggunakan teknologi. Selain itu, video dapat diartikan sebagai media komunikasi yang dapat ditangkap informasinya oleh manusia.

Jika dikaitkan dengan pembelajaran, pembelajaran berbasis video atau video based learning adalah salah satu pilihan metode yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran online. Pembelajaran berbasis video ini merupakan pembelajaran yang memanfaatkan video sebagai bahan atau media pembelajaran.

Selama pandemi, pembelajaran berbasis video merupakan metode pembelajaran yang sering digunakan oleh para guru. Dengan menggunakan video, dapat memudahkan penyampaian materi pelajaran.

Proses pembelajaran memang sangat kompleks karena ada beberapa faktor yang berpengaruh di dalamnya. Dalam hal ini, salah satunya adalah proses transfer ilmu kepada peserta didik yang menjadi bahan pembaharuan secara kontinu. Suatu materi tidak dapat diserap secara sempurna oleh peserta didik apabila pesan yang disampaikan tidak dapat disajikan secara baik. Penggunaan video sebagai bahan bantu mengajar memberikan satu pengalaman baru kepada sebilangan pelajar.

Media video dan televisi dapat membawa pelajar ke mana-mana saja, terutama sekali jika tempat atau peristiwa yang ditayangkan itu terlalu jauh untuk dilewati, atau berbahaya. Dengan penayangan video, pelajar dapat merasa seolah-olah mereka berada atau turut serta dalam suasana yang digambarkan.

Sebagai contoh, proses penjalanan elektrik dapat ditunjukkan kepada pelajar melalui video. Kiranya dapat membantu pelajar membayangkan cara kerja stesen janakuasa elektrik disamping memberi pengalaman kepada para pelajar secara visual.

Penyampaian materi melalui media video dalam pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum. Melainkan ada hal lain yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar.

Hal tersebut berupa pengalaman atau situasi lingkungan sekitar, kemudian dibawakan ke dalam materi pelajaran yang disampaikan melalui video. Selain itu juga dalam pelajaran peraktek peserta didik akan lebih mudah melakukan apa yang dilihatnya dalam video daripada materi yang disampaikan melalui buku atau gambar. Kegiatan seperti ini akan memudahkan peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar.

Karakteristik Video Based Learning

  1. Kejelasan Pesan

Dengan menerapkan konsep pembelajaran berbasis video, siswa dapat lebih mudah memahani pesan yang ingin disampaikan pada pembelajaran. Dengan begitu, siswa dapat menyerap informasi secara utuh dan tersimpan dalam memorinya.

  1. Berdiri Sendiri

Pembelajaran berbasis video memiliki sifat berdiri sendiri. Artinya, pembelajaran ini tidak bergantung pada bahan ajar lainnya dan tidak harus digunakan secara bersamaan.

  1. Lebih Akrab Digunakan

Video merupakan media yang menggunakan bahasa sederhana, mudah dimengerti dan juga menggunakan bahasa yang umum. Terdapat pula petunjuk teknis terkait penggunaan sehingga memudahkan siswa dalam menggunakannya.

  1. Representasi Inti

Materi yang akan menggunakan media video ini harus benar-benar dapat mewakilkan atau mempresentasikan inti dari materi.

  1. Visualisasi Materi

Materi yang dibawakan dikemaskan dengan konsep multimedia yang dimana terdapat teks, animasi serta suara. Sehingga materi lebih menarik untuk didengarkan dan disimak buat siswa.

  1. Dapat digunakan oleh Individu

Media pembelajaran dengan menggunakan video, dapat memungkinkan adanya penggunaan secara individu. Artinya, siswa tidak hanya bergantung pada guru dan sekolah saja. Siswa dapat menonton dan menyimak ulang materi pembelajaran sendiri.

Tujuan Video Based Learning

Video based learning atau pembelajaran berbasis video bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran agar lebih menarik dan diterima serta dipahami oleh siswa. Dengan menggunakan video, guru dapat menyajikan pembelajaran yang berbeda.

Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar secara konkret dan abstrak. Sehingga, pengetahuan mereka menjadi lebih luas. Selain itu, pembelajaran berbasis video juga bertujuan untuk mengenalkan teknologi pada siswa.

Langkah-Langkah Video Based Learning

  1. Mengenali Karakteristik Siswa

Langkah pertama dalam penerapan berbasis video adalah menganalisis atau mengidentifikasi karakter siswa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembuatan konsep pada video sehingga hasilnya akan sesuai dengan tujuan yang dicapai.

  1. Mempersiapkan Naskah Video

Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan naskah yang akan dimasukkan ke dalam video. Naskah yang dimasukkan adalah berupa materi yang ingin disampaikan. Persiapan naskah ini perlu dilakukan secara matang agar video pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

  1. Menentukan Jenis Video

Ada banyak jenis video yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Namun, penggunaan jenis tersebut perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu juga, penggunaan video perlu memerhatikan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Apakah sesuai dengan karakteristik siswanya atau tidak?

  1. Menentukan Audio

Dalam pembuatan video audio merupakan salah satu hal yang terpenting. Audio menjadi salah satu penunjang keberhasilan video. Maka dari itu, guru perlu memilih audio yang sesuai dengan kebutuhan.

  1. Proses Pembuatan

Setelah memastikan semua bahan yang akan dipakai dalam pembuatan video, maka langkah selanjutnya adalah tahap pembuatan video. Pada tahap ini guru dapat menambahkan beberapa hal yang dapat membuat video lebih interaktif. Sehingga dapat menarik perhatian siswa.

Contoh Video Based Learning

Contoh pembelajaran berbasis video adalah pembelajaran biologi di masa pandemi ini. Guru dapat membuat video pembelajaran terkait materi kemudian menampilkannya di hadapan siswa. Atau dapat juga dengan menunjukkan salah satu video yang ada di youtube.

Kelebihan dan Kekurangan Video Based Learning

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya menurut Nugent (dalam Smaldino, 2008 ) video merupakan media yang cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun.

Hal ini, tidak terlepas dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Maka dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.

Sementara itu, kelemahan video based learning persiapan pembuatan video yang relatif kompleks. Sehingga membuat guru-guru merasa malas untuk mengerjakannya. Padahal, pembelajaran jenis ini sangat menarik dan memberi banyak manfaat jika diterapkan.

Kesimpulan Pembahasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video diartikan sebagai bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi atau rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. pembelajaran berbasis video atau video based learning adalah salah satu pilihan metode yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran online.

Dengan menayangkan video, siswa dapat merasa seolah-olah mereka berada atau turut serta dalam suasana yang digambarkan. Sehingga, siswa mendapatkan dua jenis pengetahuan sekaligus yakni pengetahuan konkret dan abstrak.

Contohnya, proses penjalanan elektrik dapat ditunjukkan kepada pelajar melalui video. Kiranya dapat membantu pelajar membayangkan cara kerja stesen janakuasa elektrik disamping memberi pengalaman kepada para pelajar secara visual.

Penyampaian materi melalui media video dalam pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum. Melainkan ada hal lain yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar. Dengan menggunakan video, dapat menggali minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

The post Video Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Langkah-langkah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Games Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Contoh https://haloedukasi.com/games-based-learning Thu, 30 Dec 2021 06:45:40 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30105 Selama ini, game sering kali dianggap menjadi pemicu malasnya anak-anak belajar. Anak-anak lebih menyukai game dari pada belajar. Namun, tahukah kamu, jika game bisa menjadi alternatif pembelajaran? Game merupakan sesuatu yang menyenangkan. Maka dari itu, game dapat menjadi salah satu hal menarik yang membuat anak belajar. Dengan memasukkan game ke dalam pembelajaran, anak-anak cenderung lebih […]

The post Games Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Selama ini, game sering kali dianggap menjadi pemicu malasnya anak-anak belajar. Anak-anak lebih menyukai game dari pada belajar. Namun, tahukah kamu, jika game bisa menjadi alternatif pembelajaran?

Game merupakan sesuatu yang menyenangkan. Maka dari itu, game dapat menjadi salah satu hal menarik yang membuat anak belajar. Dengan memasukkan game ke dalam pembelajaran, anak-anak cenderung lebih antusias mengikuti pembelajaran. Selengkapnya mengenai pembelajaran berbasis game atau games based learning.

Pengertian Games Based Learning

Games based learning merupakan salah satu metode pembelajadan yang di mana menggunakan sebuah aplikasi permainan untuk membantu proses berlangsungnya pembelajaran. Games based learning dianggap menjadi salah satu metode yang cocok di era digitilasasi seperti ini.

Siswa tidak merasa seperti sedang belajar sehingga mereka lebih menikmati pembelajaran. Penggunaan games based learning dalam pembelajadan dapat memmberikan stimulus pada beberapa bagian penting yang ada dalam pembelajaran seperti emosional, intelektual, serta psikomotorik. Ketiga hal ini dapat timbul dari adanya sebuah permainan dalam pembelajaran.

Games based learning memiliki tujuan agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan mengasikkan. Siswa dapat lebih mengekspresikan dirinya. Sehingga pembelajaran lebih bisa diterima dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.

Karakteristik Games Based Learning

Games based learning memiliki beberapa karakteristik dalam pembelajaran. Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Terdapat Tantangan dan Penyesuaian

Dalam sebuah permainan, biasanya terdapat beberapa level yang menunjukkan tingkat kesulitan. Semakin tinggi level maka akan semakin tinggi tingkat kesulitannya. Maka dari itu, siswa secara tidak langsung seperti mendapatkan tantangan untuk menyelesaikan permainan tersebut. Siswa perlu menyesuaikan diri dengan jenis permainan yang sedang dinikmati agar dapat menjalankan permainan dengan baik.

  1. Menarik dan Mengasikkan

Games mampu membuat siswa nyaman dalam sebuah kegiatan pembelajaran karena games dinilai mengasikkan dan dapat menarik perhatian para peserta didik. Namun, keberadaan games tersebut, tidak menghilangkan tujuan pembelajaran itu sendiri.

  1. Terkesan Tidak Menggurui

Guru tidak perlu repot mengajarkan siswa mengenai mekanisme permainan. Biasanya siswa akan lebih senang mencoba sendiri permainan tersebut. Meskipun, awal-awal mereka akan sering gagal, namun hal tersebut tidak membuat mereka putus asa. Mereka akan terus mencoba dan mencoba sampai mahir bermain game tersebut.

  1. Interaktif

Keberadaan game dalam pembelajaran dapat membuat sebuah pembelajaran menjadi menarik. Anak-anak akan terlibat sebuah hubungan timbal balik yang mengasikkan.

  1. Kerja Sama

Dalam menerapkan pembelajaran berbasis permainan, siswa akan dituntut untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Mereka harus bekerja sama untuk memenangkan permainan. Secara tidak langsung, tahapan ini telah mengembangkan keterampilan sikap yang ada dalam diri siswa.

Langkah-langkah Games Based Learning

Menurut Eko, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan agar pembelajaran berbasis permainan lebih optimal. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Persiapan Sesi

Pada tahapan ini, sama saja seperti mempersiapkan pembelajaran pada umumnya. Guru mempersiapkan materi, alat, media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Hanya saja yang membedakan adalah keberadaan games sebagai hal utama dalam pembelajaran. Guru perlu mempersiapkan game yang akan dimainkan terrlebih dahulu agar nantinya tinggal memulai permainan.

  1. Mengawali dengan Narasi yang Menarik

Pada tahap ini, guru dapat menceritakan gambaran materi dengan dikemas narasi yang menarik. Sehingga akan membuat siswa lebih tertarik dengan pembelajaran. Selain itu, dapat pula dengan menjelaskan aturan main dalam permainan nantinya.

  1. Sesi Bermain

Tahapan selanjutnya merupakan tahapan inti. Pada tahapan ini, siswa akan memainkan permainan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Saat siswa sedang memainkan permainan, guru tidak hanya duduk dan diam saja. Guru dapat melakukan tiga hal seperti observasi, intervensi serta jaga sesi. Pada kegiatan observasi, guru dapat mengamati siswa mana sekiranya masih bingung dengan cara main dan aturan permainan. Sedangkan intervensi, guru dapat turun tangan langsung untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dan kebingungan. Terakhir, jaga sesi, guru memastikan siswa bermain dengan baik dan tenang.

  1. Diskusi Penutup

Setelah permainan berakhir, maka guru dapat melakukan diskusi dengan siswa. Guru dapat menanyakan apakah ada kendala, bagaimana permainan tadi, apakah kalian menang ataupun pertanyaan lainnya. Hal ini berfungsi agar siswa tidak hanya menikmati permainan saja melainkan juga dapat mengambil sisi positif dari kegiatan tersebut.

  1. Kegiatan Evaluasi

Pada tahapan terakhir, guru melakukan evaluasi. Mana saja yang kurang, kendala ataupun hal lain yang menghambat jalannya permainan. Guru dapat mencatat hak tersebut agar tidak terjadi di kemudian hari.

Contoh Games Based Learning

Terdapat beberapa rekomendasi atau contoh permainan yang dapat menjadi media dalam pembelajaran berbasis permainan.

  1. Educandy

Educandy adalah permainan edukasi berbasis web edukasi yang biasa digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Di dalam educandy terdapat banyak permainan edukatif yang tinggal diganti pertanyaan atau kosa katanya saja. Contohnya ada permainan memory yang di mana berfungsi untuk menguji ingatan siswa akan kosa kata.

  1. Quiziz

Quiziz merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan beberapa pertanyaan berupa kuis. Guru dapat mengganti pertanyaan tersebut dengan materi yang relevan. Di dalam quiziz ini terdapat musik serta gambar-gambar menarik sehingga anak tidak mudah bosan.

  1. Marbel Budaya Nusantara

Game yang ketiga ini merupakan produk lokal atau hasil karya anak bangsa. Game ini bertujuan untuk mengenalkan budaya yang ada di Nusantara seperti musik, tarian dan lainnya. Game ini lebih menekankan pada kegiatan simulasi. Contohnya saat siswa mempelajari budaya Jawa, mereka akan bermain memainkan kebudayaan khas Jawa salah satunya karawitan.

Kelebihan Games Based Learning

  1. Pembelajaran berbasis permainan dapat membuat siswa lebih aktif dan juga kritis.
  2. Terdapat interaksi serta peran langsung dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Guru dapat langsung mengevaluasi permianan.
  4. Pemahaman akan materi lebih lama karena terkesan menarik.
  5. Dapat menumbuhkan rasa nyaman dan senang selama pembelajaran.

Kekurangan Games Based Learning

  1. Pembelajaran ini membutuhkan media tambahan.
  2. Suasana kelas sering kali tidak kondusif karena siswa terlalu menikmati permainan dan guru tidak dapat menghandle.
  3. Membutuhkan alokasi waktu yang lama.
  4. Persiapan pembelajaran memerlukan waktu yang lama agar persiapan matang dan tidak terjadi miss komunikasi nantinya.

Kesimpulan Pembahasan

Games based learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dimana menggunakan sebuah aplikasi permainan untuk membantu proses berlangsungnya pembelajaran. Games based learning memiliki tujuan agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan mengasikkan.

Dalam menerapkan pembelajaran berbasis permainan, siswa akan dituntut untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Dalam pembelajaran ini, siswa secara tidak langsung seperti mendapatkan tantangan untuk menyelesaikan permainan tersebut. Siswa perlu menyesuaikan diri dengan jenis permainan yang sedang dinikmati agar dapat menjalankan permainan dengan baik.

Terdapat beberapa contoh permainan yang dapat diterapkan seperti quiziz, educandy dan marbel budaya nusantara. Educandy adalah permainan edukasi berbasis web edukasi yang biasa digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Sedangkan quiziz merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan beberapa pertanyaan berupa kuis.

Guru dapat mengganti pertanyaan tersebut dengan materi yang relevan. Terakhir, marbel budaya nusantara merupakan game yang bertujuan untuk mengenalkan budaya yang ada di Nusantara seperti musik, tarian dan lainnya.

The post Games Based Learning: Karakteristik, Tujuan dan Contoh appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>