perilaku menyimpang - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/perilaku-menyimpang Tue, 07 Feb 2023 02:03:41 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico perilaku menyimpang - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/perilaku-menyimpang 32 32 5 Faktor Pendorong Kenakan pada Anak https://haloedukasi.com/faktor-pendorong-kenakan-pada-anak Tue, 07 Feb 2023 02:03:37 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41209 Juvenile delinkuensi dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Perilaku menyimpang ini dilakukan oleh individu atau kelompok yang berusia anak hingga remaja. Beberapa contoh kenakalan (perilaku menyimpang) yang sering dilakukan oleh anak, yaitu sebagai berikut. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya delinkuensi anak dan remaja […]

The post 5 Faktor Pendorong Kenakan pada Anak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Juvenile delinkuensi dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Perilaku menyimpang ini dilakukan oleh individu atau kelompok yang berusia anak hingga remaja.

Beberapa contoh kenakalan (perilaku menyimpang) yang sering dilakukan oleh anak, yaitu sebagai berikut.

  • Pencurian
  • Pencopetan
  • Penganiayaan
  • Perkelahian
  • Bullying atau perundungan
  • Tawuran antarpelajar
  • Pemalakan atau meminta secara paksa
  • Bolos sekolah
  • Melanggar tata tertib sekolah
  • Kabur dari rumah
  • Merokok
  • Berkendara tanpa helm dan SIM
  • Melanggar tata tertib lalu lintas
  • Balapan liar
  • Melihat gambar atau video yang berbau pornografi
  • Minum minuman beralkohol
  • Penyalahgunaan narkoba
  • Berjudi
  • Sabung ayam.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya delinkuensi anak dan remaja di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Hubungan Keluarga

Kondisi dalam rumah tangga yang tidak harmonis atau bahagia dapat menjadi salah satu pemicu anak memiliki perilaku menyimpang.

Ketidakharmonisan dalam sebuah keluarga dapat terlihat hal-hal berikut.

  • Anggota keluarga yang senang beragumen hingga melakukan kekerasan.
  • Orang tua memiliki kesibukan di luar sehingga kurang memperhatikan perkembangan anak.
  • Situasi perekonomian keluarga yang tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
  • Orang tua yang memperlakukan anak-anaknya secara tidak adil (pilih kasih).
  • keluarga tidak menjalankan fungsi afeksi dan kontrol sosial dengan baik karena kesibukan bekerja.
  • Orang tua kurang memberikan pendidikan mengenai nilai-nilai keagamaan.

Kurangnya peran orang tua dalam memberikan atensi dan edukasi kepada anak dapat menyebabkan anak tidak dapat membedakan perilaku/tindakan yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Selain itu, hal ini juga menjadi aspek pendorong bagi anak untuk mendapatkan perhatian di luar lingkungan keluarga sehingga mencari kelompok yang mau menerimanya.

Ketika anak sudah masuk dan bergabung dengan kelompok yang memiliki perilaku menyimpang, maka lambat laun anak tersebut juga akan ikut terpengaruh dan terseret ke dalam hal-hal negatif.

2. Krisis Identitas

Ketika anak memasuki usia remaja, maka ia akan senang mencoba berbagai hal baru, seperti olahraga, fotografi, dan hobi-hobi bermanfaat lainnya. Remaja merupakan usia transisi individu dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, anak rentan mengalami krisis identitas dalam proses pencarian jati diri.

Jati diri merupakan sifat, watak, dan karakter yang sebenarnya telah ada dalam diri setiap individu. Butuh waktu yang tidak sebentar bagi individu dalam menjalani proses pencarian jati diri. Setiap anak memiliki proses, waktu, dan ketertarikan yang berbeda.

Namun, realitas dalam masyarakat menunjukkan bahwa banyak anak yang tidak berhasil menemukan jati dirinya sehingga mengalami krisis identitas.

Salah satu faktor pendorong anak merasakan krisis identitas yaitu ketika anak masuk ke dalam pergaulan yang buruk sehingga terpengaruh melakukan berbagai tindakan yang melanggar nilai, norma, dan aturan yang ada di masyarakat.

3. Proses Sosialisasi Tidak Sempurna

Sosialisasi diartikan sebagai proses belajar dan pengenalan segala bentuk nilai, norma, kebiasaan, aturan, peran, dan harapan yang ada di masyarakat. Proses ini berlangsung secara intensif sejak individu dilahirkan hingga akhir hanyatnya.

Sosialisasi memiliki peran guna membentuk kepribadian individu agar sesuai nilai, norma, dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sosialisasi dapat dilaksanakan melalui beberapa agen atau media, seperti keluarga, sekolah, media massa, kelompok bermain, dan lingkungan kerja.

Salah satu faktor pendorong kenakalan pada anak yaitu karena adanya proses sosialisasi yang tidak sempurna. Hal ini dapat terjadi karena agen sosialisasi tidak menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, sehingga timbul penafsiran yang keliru terhadap pesan yang disampaikan.

Secara sederhana, proses sosialisasi tidak sempurna merupakan proses pembelajaran nilai dan norma sosial yang dilaksanakan oleh agen sosialisasi bersifat tidak utuh atau menyeluruh.

Misalnya, ketika di sekolah Sonny memperoleh pelajaran tentang perilaku disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan rajin. Namun, saat berada di rumah Sonny tidak menerapkan perilaku-perilaku tersebut. Hal ini karena orang tua Sonny terlalu memanjakannya sehingga ia lebih suka berleha-leha dan bergantung kepada orang lain.

4. Proses Belajar Menyimpang

Proses belajar nilai, norma, dan kebiasaan bisa dilakukan di mana saja, dengan siapa saja, dan lewat media apapun. Dalam masyarakat, terdapat anak yang bisa menyaring nilai-nilai yang tidak sesuai dengan dirinya sehingga menolak melakukan tindakan. Sementara itu, ada anak yang mudah terpengaruh hal-hal negatif dan melakukannya.

Salah satu faktor pendorong kenakaln pada anak yaitu karena anak sering melihat dan mengamati individu atau kelompok yang ada di sekitarnya melakukan perilaku yang melanggar nilai dan norma sosial.

Adanya hubungan sosial dengan individu atau kelompok yang memiliki perilaku menyimpang juga mendorong individu lain untuk mengimitasi perbuatan tersebut.

Selain itu, di era digital seperti sekarang individu yang berusia anak hingga remaja dapat dengan mudah menonton tayangan yang berbau kekerasan, pornografi, dan perilaku menyimpang lainnya. Dampak dari hal tersebut adalah anak dengan mudah meniru tindakan tercela tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sosialisasi Nilai-nilai Sub-Kebudayaan Menyimpang

Tidak dapat dipungkiri bahwa di sekitar lingkungan tempat tinggal terdapat kebudayaan yang berlawanan dengan kebudayaan umum/dominan yang telah disepakati bersama. Kebudayaan yang berlawanan tersebut dikenal dengan istilah sub-kebudayaan menyimpang (kebudayaan khusus).

Individu yang memilih mempelajari kebudayaan khusus tersebut akan mencontoh setiap perilaku dan tindakan menyimpang yang nilai dan normanya bertentangan dengan norma yang berlaku.

Sebagai contoh, di sekolah ada peraturan tidak boleh berkelahi atau tawuran. Namun, Verry sering bergaul dengan para siswa yang suka tawuran dengan kelompok dari sekolah lain.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa ia berhubungan dan berinteraksi dengan kelompok yang berperilaku menyimpang. Seiring dengan berjalannya waktu Verry juga terpengaruh untuk melanggar peraturan sekolah.

The post 5 Faktor Pendorong Kenakan pada Anak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Stigma: Pengertian – Jenis dan Dampak https://haloedukasi.com/stigma Wed, 25 Jan 2023 03:06:53 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41078 Dalam kehidupan masyarakat saat ini, setiap orang pastinya memiliki pemikiran yang berbeda-beda antarsesama. Ada orang yang mempunyai pemikiran positif dan ada pula orang yang mempunyai pemikiran yang negatif. Dengan memiliki pemikiran, cara pandang, hingga kepercayaan negatif tersebut, maka itu lebih banyak disebut sebagai stigma. Hadirnya stigma merupakan sebuah hal yang diciptakan oleh masyarakat tentang sesuatu […]

The post Stigma: Pengertian – Jenis dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, setiap orang pastinya memiliki pemikiran yang berbeda-beda antarsesama. Ada orang yang mempunyai pemikiran positif dan ada pula orang yang mempunyai pemikiran yang negatif.

Dengan memiliki pemikiran, cara pandang, hingga kepercayaan negatif tersebut, maka itu lebih banyak disebut sebagai stigma. Hadirnya stigma merupakan sebuah hal yang diciptakan oleh masyarakat tentang sesuatu yang terlihat menyimpang ataupun terdapat sebuah hal aneh yang tak sewajarnya dalam kehidupan ini.

Masih banyak hal-hal menarik yang bisa dibahas mengenai stigma itu sendiri karena akan berkaitan dengan tingkah langku kehidupan bermasyarakat. 

Pengertian

Stigma berasal dari kata bahasa Inggris yang memiliki arti sebuah noda atau cacat. Apabila diartikan lagi lebih lanjut, maka stigma merupakan sebuah ketidak setujuan masyarakat terhadap sesuatu yang contohnya adalah suatu tindakan atau suatu kondisi yang salah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stigma memiliki arti sebagai suatu ciri negatif yang ada dalam diri seseorang karena faktor pengaruh lingkungan sekitarnya. Sedangkan, menurut Kementerian Kesehatan, stigma merupakan sebuah tindakan pemberian label sosial dengan tujuan untuk mencemari individu ataupun suatu kelompok orang dengan cara pandang yang salah.

Stigma juga bisa diartikan sebagai sebuah proses devaluasi dimensi yang terasa begitu signifikan untuk mendeskripsikan sikap seseorang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika, stigma bisa terlihat ketika masyarakat melihat hal-hal yang menyimpang atau aneh karena hal tersebut tidak seperti sewajarnya.

Adanya stigma terkadang juga dapat memunculkan rasa penurunan kepercayaan diri, motivasi, penutupan diri dari lingkungan sosialnya, dan menghindari pekerjaan hingga kehilangan masa depan.

Jenis Stigma

  • Labeling

Labeling merupakan sebuah pembedaan yang jelas dan juga pemberian suatu label maupun penamaan yang didasarkan karena adanya perbedaan yang ada dalam diri orang lain.

Mereka yang diberi label tersebut sudah dianggap jika ia tidak sama secara sosial dan ketidaksamaan tersebut dirasa terlalu menonjol jika dilihat.

  • Stereotip

Stereotip bisa diartikan sebagai adanya suatu kerangka berpikir maupun aspek kognitif yang terdiri dari pengetahuan serta keyakinan akan kelompok sosial dan traits tertentu.

Stereotip juga menjadi sebuah keyakinan mengenai karakteristik yang berhubungan dengan suatu atribut personal yang dimiliki orang-orang dalam sebuah kelompok sosial maupun kategori sosial tertentu.

  • Separation

Jenis separator yang bisa dijadikan sebagai pemisah antara kita yang mempunyai kedudukan antara pihak yang tidak memiliki stigma atau pemberi stigma dengan mereka yang nantinya akan diberikan suatu stigma tersebut.

Hubungan dengan atribut negatif tersebut akan menyebabkan sebuah pembenaran bagi individu yang memiliki label tersebut percaya jika dirinya memang seseorang yang berbeda. Ketika hal itu sudah terjadi, maka bisa dikatakan jika pemberian stereotip telah berhasil diberikan kepadanya.

  • Diskriminasi

Diskriminasi bisa diartikan sebagai sebuah perilaku yang digunakan untuk merendahkan orang lain dan disebabkan karena keanggotaannya di dalam suatu kelompok.

Diskriminasi menjadi suatu komponen behavioral mengenai perilaku negatif terhadap suatu individu yang disebabkan karena adanya individu tersebut menjadi suatu anggota dari kelompok tertentu.

  • Pengucilan

Pengucilan bisa menyebabkan seseorang akan merasakan terasingkan dan dapat membuatnya ditolak hingga dijauhi dari pergaulan masyarakat. Pengecualian ini juga bisa menyebabkan mereka yang memiliki stigma tersebut merasakan bahwa ia  tidak diterima dalam suatu kelompok maupun orang-orang di sekitarnya.

Faktor Terbentuknya Stigma

  • Pengetahuan

Adanya sebuah stigma tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dalam diri seseorang yang terkait dengan suatu hal. Bisa dibilang apabila pengetahuannya tersebut bisa dipengaruhi karena adanya beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan serta sosial budayanya.

  • Persepsi

Persepsi antar kehidupan masyarakat terhadap seseorang yang berbeda dari orang lain bisa menimbulkan beberapa perilaku maupun sikap terhadap orang tersebut. Persepsi antar masyarakat selalu berbeda setiap orangnya, sehingga bisa mempengaruhi terbentuknya stigma.

  • Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat juga bisa memicu timbulnya sebuah stigma dalam diri seseorang terhadap orang lain. Mereka yang mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentunya akan mendapatkan tingkat pengetahuan yang lebih luas pada suatu hal.

  • Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dari stigma seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin bisa berubah sikap dan perilaku dalam dirinya. Oleh karena itu, biasanya pemikiran dari mereka juga akan ikut bisa berubah.

Dampak Stigma

  • Stigma Dapat Berakibat Menghancurkan 

Konsekuensi yang ditimbulkan oleh stigma bisa dibilang sangat serius dan mungkin akan berakibat menghancurkan sesuatu. Stigma dapat menyebabkan suatu kondisi kurangnya pemahaman dari orang lain di lingkungannya. Selain itu, stigma juga dapat membawa suatu dampak yang berkonsekuensi serius seperti memicu ketakutan, kemarahan, serta timbulnya intoleransi yang ditujukan untuk orang lain. 

  • Keengganan untuk Mencari Pengobatan

Pengobatan yang tertunda bisa saja mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas serta penolakan sosial dan penghindaran serta isolasi.

  • Kesejahteraan Psikologi yang Lebih Buruk

Seseorang yang memberikan suatu label terhadap perbedaan dalam diri orang lain akan menimbulkan munculnya kesejahteraan psikologi yang buruk dimiliki oleh seseorang terhadap karakteristik orang lain maupun kelompok lain yang bisa menimbulkan suatu stereotip.

  • Pemahaman yang Lebih Buruk di antara Teman Maupun Keluarga

Adanya stigma yang melalui beberapa proses bisa membentuk satu stigma pada seseorang. Stigma menimbulkan sebuah kesan yang buruk dalam menjalankan hubungan dalam pertemanan maupun keluarga. Pelecehan, penindasan, dan kekerasan yang berujung pada peningkatan rasa malu dan keraguan diri. 

  • Kualitas Hidup yang Buruk 

Stigma menempatkan individu maupun kelompok yang diberikan label yang berbeda sehingga menimbulkan suatu separation. Nantinya mereka akan merasakan suatu diskriminasi dengan kualitas hidup yang buruk yang akhirnya menjadi kecacatan serta adanya peningkatan beban sosial ekonomi.

The post Stigma: Pengertian – Jenis dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Contoh Penyimpangan Sosial Positif https://haloedukasi.com/contoh-penyimpangan-sosial-positif Thu, 01 Dec 2022 02:49:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39842 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyimpangan sosial dapat diartikan sebagai perbuatan, tingkah laku atau pun tanggapan individu kepada suatu kelompok atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma hukum yang berlaku di lingkungan tersebut. Walaupun kata penyimpangan sendiri berbau negatif, dan banyak pula penyimpangan sosial yang memberi dampak negatif terhadap lingkungan masyarakat. Namun penyimpangan sosial […]

The post 7 Contoh Penyimpangan Sosial Positif appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyimpangan sosial dapat diartikan sebagai perbuatan, tingkah laku atau pun tanggapan individu kepada suatu kelompok atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma hukum yang berlaku di lingkungan tersebut.

Walaupun kata penyimpangan sendiri berbau negatif, dan banyak pula penyimpangan sosial yang memberi dampak negatif terhadap lingkungan masyarakat. Namun penyimpangan sosial sendiri sebenarnya juga ada yang bisa memberi dampak positif. Atau yang disebut juga dengan penyimpangan sosial positif.

Seperti yang disebutkan di atas, penyimpangan sosial positif ini merupakan penyimpangan yang akan berdampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat. Hal ini karena penyimpangan sosial positif memiliki unsur-unsur yang akan memperkaya wawasan masyarakat. Sehingga dinilai sebagai penyimpangan yang berdampak positif.

Penyimpangan sosial positif ini pun banyak yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa contoh penyimpangan sosial positif tersebut:

  • Pekerja Wanita

Kebanyakan orang beranggapan wanita hanya bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Bila seorang wanita bekerja layaknya laki-laki maka itu dianggap penyimpangan dan dinilai sebagai hal yang negatif di mata banyak orang.

Namun jika dilihat dari sisi lain, para pekerja wanita seperti wanita karir di perkantoran adalah suatu hal yang luar biasa bagi wanita. Karena hal ini sama saja membuktikan bahwa wanita juga memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki.

Inilah kenapa kemudian pekerja wanita juga merupakan penyimpangan sosial yang positif. Karena ini menjadikan wanita dianggap sebagai manusia yang juga memiliki kemampuan dan kesempatan kerja yang sama seperti laki-laki.

  • Unjuk Rasa Damai

Memberikan kritikan kepada pemerintah atau yang biasa disebut dengan aksi unjuk rasa ini juga tak selalu berbau negatif seperti demo anarkis atau unjuk rasa yang rusuh. Bisa juga dilakukan dengan damai yaitu dengan unjuk rasa damai.

Hal ini pun dinilai sebagai penyimpangan sosial yang positif karena tidak menimbulkan kerusuhan dan kerusakan. Unjuk rasa damai akan berjalan dengan tertib dan tidak menimbulkan kerusakan.

  • Ayah Rumah Tangga

Figur ayah dalam keluarga tidak selalu harus menjadi pencari nafkah. Tapi juga bisa menjadi ayah rumah tangga yang mengurus keperluan rumah tangga dan menjaga anak di rumah.

Hal ini pun merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial yang positif. Karena walaupun ayah hanya bisa mengurus rumah tangga dan menjaga anak ini juga merupakan salah satu bentuk kasih sayang ayah kepada keluarganya.

  • Pekerja di Bawah Umur

Pekerja di bawah umur sering kita jumpai seperti menjadi pramusaji di rumah makan atau tukang parkir. Hal ini merupakan penyimpangan karena anak-anak yang bekerja ini tidak seharusnya bekerja di usia yang seharusnya masih untuk belajar, bukan bekerja.

Namun hal ini bisa saja menjadi hal yang positif karena sang anak yang bekerja membutuhkan uang untuk biaya pendidikannya di sekolah. Sehingga ia bekerja untuk membiayai pendidikannya agar tidak mengalami kemunduran dalam pendidikan.

  • Pengobatan Spiritual

Pengobatan yang menggunakan bantuan cara atau makhluk spiritual dianggap tidak rasional oleh sebagian masyarakat. Namun, hal ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang positif.

Hal ini karena walaupun pengobatan spiritual tidak bisa dibuktikan secara medis, namun pengobatan ini juga bisa saja menyembuhkan dan meningkatkan kehidupan pasien yang diobati.

  • Memforsir Kerja Orang Lain

Orang-orang yang gila kerja biasanya akan memforsir diri sendiri atau orang lain untuk bekerja di luar batas kemampuannya. Hal ini pun dinilai berlebihan dan tidak baik bagi pekerja.

Namun di lain sisi, hal ini merupakan penyimpangan yang positif. Karena kinerja pekerja akan banyak dan tingkat produktivitas meningkat. Sehingga hasil pekerjaannya pun akan meningkat.

  • Guru Memukul Siswa

Bagi seorang siswa jika guru mereka memukulnya atau siswa lain, hal ini merupakan bentuk kekerasan dan merupakan penyimpangan yang negatif. Bahkan banyak kasus guru zaman sekarang dilaporkan pollisi karena memukul anak didiknya.

Namun di sisi lain hal ini sebenarnya adalah penyimpangan sosial yang positif. Karena sejatinya guru memukul siswanya adalah untuk memberi pelajaran agar tidak berbuat menyimpang di sekolah. Sehingga siswa akan memiliki perilaku yang baik lewat pelajaran yang diberikan guru ketika ia memukul siswanya tersebut.

  • Rela Membahayakan Diri Sendiri Bagi Keselamatan Orang Lain

Orang yang rela membahayakan diri sendiri menyelamatkan orang merupakan bentuk penyimpangan sosial yang positif. Misalnya saja seseorang yang rela mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan orang lain yang terbawa arus ombak di pantai.

Hal ini karena walaupun diri sendiri bisa saja terluka atau bahkan meninggal, namun tindakan menyelamatkan orang lain tetaplah hal yang sangat terpuji dan positif. Jadi tindakan ini merupakan penyimpangan yang positif.

  • Mengejek Orang Lain Agar Mereka Sadar

Tindakan mengejek atau mengolok-olok orang lain adalah perbuatan yang tidak terpuji dan dianggap menyimpang. Namun hal ini bisa menjadi hal yang positif jika ditujukan untuk menyadarkan orang lain dari perbuatan tidak baik yang dilakukannya.

Maka dari itu tindakan mengejek orang lain ini bisa dianggap sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial yang positif karena dengan mengejek atau mengolok-olok orang lain juga akan menyadarkan orang yang diejek bila melakukan penyimpangan.

The post 7 Contoh Penyimpangan Sosial Positif appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Bentuk Perilaku Menyimpang yang Penting untuk Dipelajari https://haloedukasi.com/bentuk-perilaku-menyimpang Mon, 12 Sep 2022 04:31:31 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38582 Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa aturan maupun norma dalam masyarakat yang berlaku dan harus dipatuhi untuk menjaga ketentraman serta kedamaian bersama. Namun, tidak selamanya norma dan aturan itu akan ditaati seringkali bahwa banyak orang yang bertindak diluar norma yang menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain dan bisa ditemukan di semua tempat yang disebut juga […]

The post 8 Bentuk Perilaku Menyimpang yang Penting untuk Dipelajari appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa aturan maupun norma dalam masyarakat yang berlaku dan harus dipatuhi untuk menjaga ketentraman serta kedamaian bersama. Namun, tidak selamanya norma dan aturan itu akan ditaati seringkali bahwa banyak orang yang bertindak diluar norma yang menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain dan bisa ditemukan di semua tempat yang disebut juga sebagai perilaku menyimpang.

Perilaku menyimpang banyak dihubungkan dengan tindakan, perbuatan, maupun pola perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan di masyarakat. Fenomena perilaku menyimpang merupakan sebuah perilaku menyimpang yang dikenal dengan penyimpangan sosial dimana orang yang melanggar norma seringkali sadar akan perbuatannya namun tetap melakukannya karena suatu dorongan. 

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia penyimpangan sosial adalah suatu tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan individu kepada kelompok maupun lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma dan hukum yang berlaku. Bentuk perilaku menyimpang mempunyai bentuk yang beragam yang dapat dibedakan menurut sifatnya, jumlah pelakunya, dan lain sebagainya. 

Bentuk Perilaku Menyimpang

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Secara Individual

Perilaku menyimpang ini dilakukan secara individual oleh orang yang acuh tak acuh, menyepelekan, mengabaikan, dan menolak norma yang berlaku di masyarakat yang dianggap memiliki kelainan mental yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Contoh bentuk perilaku menyimpang ini, yaitu anak durhaka kepada orang tuanya, orang yang bertindak asusila, pejabat/pegawai yang melakukan kejahatan korupsi, mengkonsumsi obat terlarang, mabuk-mabukan, menipu, dan sebagainya.

Berdasarkan kadar besar kecilnya penyimpangan, jenis perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi, pembandel, pembangkang, pelanggar, penjahat, dan orang munafik.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Secara Kelompok

Bentuk penyimpangan ini dilaksanakan oleh sekelompok orang yang keras kepala tak mau tunduk pada norma yang berlaku di masyarakat dimana kelompok ini  mempunyai norma aturan sendiri yang bertentangan dengan norma masyarakat lebih luas.

Contoh penyimpangan perilaku ini, yaitu kelompok preman, kelompok begal, gerakan separatis, perkelahian antargeng siswa, perampokan, pemberontakan sekelompok rakyat, aktivitas perdagangan obat-obat terlarang, prostitusi, dan sebagainya.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Campuran

Jenis perilaku menyimpang ini adalah campuran dari perilaku penyimpangan individu dan perilaku penyimpangan kelompok yang awalnya dilakukan oleh sebagian remaja dengan kemampuan ekonomi yang kurang atau mempunyai masalah dalam rumah tangganya namun mereka ingin bergaya hidup seperti remaja pada umumnya.

Masyarakat dengan golongan ekonomi rendah tidak akan mampu untuk bergaya hidup seperti golongan kelas atas karena untuk mencukupi kebutuhan primer saja mereka harus bersusah payah.

Karena harapannya terhadap gaya hidup lebih besar daripada kemampuannya, maka pada akhirnya para remaja akan bertemu dan membuat kelompok atau geng anak nakal yang merasa senasib yang apabila dibiarkan tumbuh secara liar, maka bisa menjadi kelompok kriminal.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Primer

Penyimpangan primer merupakan sebuah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang hanya sekali dan tidak dilakukan secara terus menerus yang masih bisa ditolerir dan diterima oleh masyarakat karena tindakan menyimpangnya biasanya tidak berat.

Bentuk penyimpangan sosial ini hanya berupa penyimpangan yang sifatnya sementara, cenderung tidak terulang lagi, dan tak sepenuhnya mengendalikan kehidupan individu.

Contohnya seorang siswa yang terlambat ke sekolah karena ketinggalan bus, pedagang yang tidak bisa membayar pajak daerah karena dagangannya sepi, dan karyawan yang tak masuk kerja karena sakit.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Sekunder

Penyimpangan sekunder merupakan suatu perilaku penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus dan sering kali akan merugikan orang lain sehingga menyebabkan masyarakat umum paham dan hafal terhadap perilaku seseorang yang melakukannya.

Pelaku akan dikucilkan atau dibuang dari kehidupan masyarakat karena masyarakat merasa sangat terganggu dengan adanya orang seperti ini di lingkungannya.

Contoh perilaku penyimpangan sekunder ini, yaitu suka berkelahi, mencuri, suka bolos ke sekolah/kerja, tukang mengadu domba, mabuk-mabukan dan mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, suka bermain judi, dan lain sebagainya.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Secara Situasional 

Penyimpangan situasional merupakan suatu bentuk penyimpangan yang disebabkan adanya pengaruh sosial di luar individu dan adanya paksaan dari pengaruh sosialnya yang mendorongnya melakukan penyimpangan sosial. Contoh bentuk perilaku menyimpang ini, yaitu tindakan pencurian akibat kondisi ekonomi yang mendesak.

Keadaan dengan kondisi ekonomi yang sedang memburuk padahal dia sangat membutuhkan banyak biaya untuk mencukupi kebutuhannya sehingga mendesak seseorang untuk melakukan tindakan mencuri.

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Sistemik 

Penyimpangan sistemik merupakan bentuk penyimpangan yang dilakukan secara terorganisir dan melibatkan organisasi sosial tertentu dalam situasi status sosial, peranan, nilai, norma serta moral tertentu yang berbeda dari situasi pada umumnya. Contohnya, yaitu sindikat perdagangan obat terlarang secara internasional oleh sindikat kelas kakap. 

  • Bentuk Perilaku Menyimpang Seksualitas

Bentuk perilaku ini dimanfaatkan untuk mendapat kepuasan melalui penyimpangan seksual dimana dalam pemenuhan kebutuhan seksualnya dilakukan dengan cara yang tidak wajar.

Perilaku tersebut disebut juga dengan parafilia yang bisa disebabkan oleh gangguan psikologis, pengalaman sewaktu kecil, pergaulan, faktor genetik, dan penyalahgunaan obat dan alkohol.

Contoh bentuk perilaku menyimpang jenis ini adalah homoseksual yang ditandai dengan menyukai sesama jenis dimana hal itu tidak sangat lumrah terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menyalahi fitrah manusia yang berpasangan laki-laki dan perempuan. 

The post 8 Bentuk Perilaku Menyimpang yang Penting untuk Dipelajari appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Teori Penyimpangan Sosial Menurut para Ahli https://haloedukasi.com/teori-penyimpangan-sosial-menurut-para-ahli Sat, 03 Sep 2022 02:06:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38387 Terdapat aturan atau norma yang harus kita patuhi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga ketentraman bersama, namun terdapat orang-orang yang bertindak diluar aturan sehingga menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain. Fenomena atau gejala sosial yang terjadi ini dapat dianggap sebagai suatu perilaku yang menyimpang atau yang kita kenal dengan penyimpangan sosial. Perilaku orang yang melanggar […]

The post 7 Teori Penyimpangan Sosial Menurut para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Terdapat aturan atau norma yang harus kita patuhi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga ketentraman bersama, namun terdapat orang-orang yang bertindak diluar aturan sehingga menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain.

Fenomena atau gejala sosial yang terjadi ini dapat dianggap sebagai suatu perilaku yang menyimpang atau yang kita kenal dengan penyimpangan sosial. Perilaku orang yang melanggar norma tersebut dapat menjadi bumerang bagi keberlangsungan masyarakat di lingkungannya.

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia menerjemahkan arti penyimpangan sosial sebagai suatu tingkah laku, perbuatan, maupun tanggapan individu kepada kelompok atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan segala norma dan hukum yang berlaku di lingkungan masyarakat tersebut.

Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial menjadi sebuah tindakan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. 

Perilaku penyimpangan sosial menyebabkan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang maupun suatu kelompok yang berperilaku tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di suatu lingkungan masyarakat maupun kelompok yang telah menyepakati aturan atau norma sosial tersebut.

Perilaku ini tidak sesuai dengan kehendak suatu masyarakat pada umumnya. Penyimpangan sosial ini dapat dikaji dan ditelaah baik secara sosiologi maupun secara antropologi.

Teori Mengenai Penyimpangan Sosial dari Para Ahli

1. Teori Differential Association oleh Edwin H. Sutherland

Teori ini telah diungkapkan oleh Edwin H. Sutherland yang menjelaskan bahwa terjadinya penyimpangan sosial terjadi karena adanya pergaulan yang berbeda. Maka dari itu, perilaku menyimpang dapat dipahami dengan adanya proses alih budaya dimana seseorang dapat memahami suatu sub kebudayaan menyimpang. 

Penyimpangan tersebut bersumber pada pergaulan yang berbeda, sebab seseorang berperilaku untuk menyimpang dari norma masyarakat bisa melalui kelompok-kelompok yang berbeda di tempat dimana dia bergaul. Sumber penyimpangan sosial menurut teori dari Sutherland yaitu sanak keluarga, teman sebaya, lingkungan tempat tinggalnya, subkultur, bahkan penjara. 

Contoh dari perilaku ini menurut Sutherland misalnya ketika seorang mahasiswa Indonesia mempunyai teman baru dari luar negeri, lama kelamaan ia akan mulai meniru budaya kebarat-baratan karena sering diajak dan mengikuti temannya tadi. Sehingga, akan terjadi penyimpangan yang bersumber pada pergaulan yang berbeda yang dipelajari melalui proses alih budaya.

2. Teori Labeling oleh Edwin M. Lemert

Edwin M. Lemert menyatakan teori jika penyimpangan yang terjadi karena masyarakat sekitarnya memberikan cap/label negatif kepada seseorang yang pernah melakukan penyimpangan. Seseorang yang dulunya pernah mencuri, menipu, mendusta, merampok, dan lain sebagainya akan dianggap masyarakat  jika mereka akan mengulangi lagi perbuatannya.

Lemert memperkenalkan konsep penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder melewati teori ini. Penyimpangan primer adalah sebuah pengalaman yang terhubung dengan perilaku yang terbuka. Sedangkan, penyimpangan sekunder merupakan sebuah peran yang diciptakan untuk menangani kecaman dari masyarakat terhadap perilaku seseorang.

3. Teori Anomie oleh Robert K. Merton

Teori Anomie atau yang biasa disebut dengan teori struktur sosial diungkapkan oleh Robert K. Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan pencerminan dari tidak adanya kaitan antara aspirasi yang ditetapkan oleh  kebudayaan dan cara yang dibenarkan dalam struktur sosial untuk mencapai tujuan. 

Perilaku menyimpang disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Teori ini juga menganggap bahwa struktur sosial dapat menghasilkan tekanan yang kuat sehingga mendorong seseorang untuk melakukan perilaku yang menyimpang. 

4. Teori Fungsi oleh Emile Durkheim

Teori Fungsi diterangkan oleh Emile Durkheim yang menjelaskan bahwa kesadaran moral setiap individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini diakibatkan karena adanya pengaruh dari  berbagai faktor seperti keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. 

Dalam pandangan Durkheim perilaku penyimpangan sosial itu diperlukan agar moralitas, hukum, beserta lembaga penegaknya dapat berkembang secara normal.

Selain itu juga mempunyai fungsi untuk lebih memperkokoh nilai dan norma sosial, memperjelas batas-batas moral yang ada di masyarakat, mendorong terjadinya perubahan sosial, serta melahirkan solidaritas antar masyarakat untuk menghadapi berbagai masalah penyimpangan sosial.

5. Teori Konflik oleh Karl Marx

Menurut penjelasan dari Karl Marx kejahatan sangat erat hubungannya dengan perkembangan kapitalisme. Ia menyebut jika teori ini merupakan sebuah upaya untuk memahami perilaku menyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa hanya untuk melindungi kepentingan kekuasaan mereka saja. 

Teori Marx ini melihat masyarakat sebagai sebuah arena ketimpangan (inequality) yang dapat menimbulkan konflik dan perubahan sosial apapun. Marx menilai konflik di masyarakat berhubungan dengan adanya kelompok yang berkuasa dan yang dikuasai.

Pendekatan teori konflik ini terhadap bentuk perilaku penyimpangan yang paling banyak terjadi dipicu oleh pertentangan kepentingan ekonomi dan diaplikasikan kepada ranah kejahatan. 

6. Teori Kenakalan Remaja oleh Albert K. Cohen

Fokus perhatian teori ini tertuju pada suatu pemahaman jika perilaku menyimpang banyak terjadi di kalangan laki-laki kelas bawah yang merupakan cermin dari sebuah rasa ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah keatas  yang cenderung mendominasi. Menurut Cohen para remaja umumnya mencari status serta jati dirinya. 

Tetapi tidak semua remaja di usianya dapat merasakan dan melakukan hal yang sama karena adanya perbedaan kelas dalam struktur sosial. Remaja dari kelas bawah cenderung tidak mempunyai materi, selama mereka berlomba mencari status jati dirinya dengan remaja kelas menengah keatas ia kemudian banyak mengalami kekecewaan. Akibat dari situasi ini anak-anak tersebut banyak yang membentuk ‘gang’ dan melakukan perilaku menyimpang sebagai bentuk dari kekesalan dan kekecewaannya.

7. Teori Differential Opportunity oleh Cloward dan Ohlin

Menurut Cloward dan Ohlin terdapat lebih dari satu cara bagi para remaja untuk mencapai aspirasinya untuk suatu hal yang ingin mereka capai. Kedudukannya dalam masyarakat menentukan kemampuannya untuk berpartisipasi dalam mencapai sukses baik melalui kesempatan secara konvensional maupun secara kriminal.

Pada dasarnya, teori Differential Opportunity berorientasi dan membahas mengenai penyimpangan yang terjadi di wilayah perkotaan. Penyimpangan tersebut merupakan bentuk dari fungsi perbedaan kesempatan yang dimiliki anak-anak remaja yang mempunyai perbedaan kelas sosial untuk mencapai tujuan legal maupun illegal.

Untuk itu, Cloward dan Ohlin mengemukakan 3 (tiga) tipe gang kenakalan Sub-culture, yaitu Criminal Sub-culture, Retreatist Sub-culture, dan Conflict Sub-culture.

The post 7 Teori Penyimpangan Sosial Menurut para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Contoh Perilaku Menyimpang di Masyarakat https://haloedukasi.com/contoh-perilaku-menyimpang-di-masyarakat Mon, 20 Jun 2022 02:29:56 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35726 Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat, kita belajar bersosialisasi pertama kali di lingkaran kecil, yaitu keluarga. Di dalam keluarga tentu ada norma-norma yang diajarkan dan diterapkan oleh seluruh anggota keluarga. Sama halnya dengan keluarga, di lingkaran yang lebih luas, yaitu masyarakat, terdapat juga norma-norma yang berlaku. Norma dipatuhi dan diterapkan dengan tujuan […]

The post 8 Contoh Perilaku Menyimpang di Masyarakat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat, kita belajar bersosialisasi pertama kali di lingkaran kecil, yaitu keluarga. Di dalam keluarga tentu ada norma-norma yang diajarkan dan diterapkan oleh seluruh anggota keluarga.

Sama halnya dengan keluarga, di lingkaran yang lebih luas, yaitu masyarakat, terdapat juga norma-norma yang berlaku. Norma dipatuhi dan diterapkan dengan tujuan untuk menjaga ketentraman bersama dan mewujudkan nilai sosial yang ideal di masyarakat.

Norma, atau bisa juga kita sebut nilai di masyarakat adalah aturan-aturan yang membatasi dan mengikat setiap individu di sebuah masyarakat. Jenis norma ada yang mengikat sangat kuat dan ada juga yang fleksibel atau lemah.

Beberapa jenis norma yang dikenal di masyarakat ada 4 jenis, yaitu norma kebiasaan, norma tata kelakuan, norma cara. Meskipun ke empatnya berbeda, namun semuanya memiliki dasar yang sama yaitu mengatur perilaku individu di dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang di masyarakat seringkali dikaitkan dengan pelanggaran norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun kita lebih sering berasumsi perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat adalah hal yang negatif, perilaku menyimpang di masyarakat ini juga bisa positif, meskipun tidak sesuai norma, misalnya saja tidak sesuai norma kebiasaan.

Berikut kita akan membahas tentang perilaku menyimpang di masyarakat beserta contoh-contohnya.

Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di dalam sebuah masayarakat atau lingkungan sosial.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyimpangan sosial diartikan sebuah tingkah lakum perbuatan dan tanggapan individu terhadap kelompok atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma dan hukum yang berlaku.

Sedangkan James W Vander Zanden mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap tercela oleh sebagian besar orang dan juga diluar batas toleransi. Ahli sosial lain, yaitu Suardi, Dwi J. Narwoko menuliskan di bukunya bahwa perilaku menyimpang didefinisikan sebagai perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai kebiasaan, tata aturan dan nora sosial yang berlaku.

Sddangkan Bruce J. Cohen berpendapat bahwa penyimpangan sosial adalah setiap perilaku individu sebagai bentuk ketidak berhasilannya untuk menyesuaikan diri terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat atau kelompok di lingkungan tersebut.

Jenis-jenis Perilaku Menyimpang

Ada 2 jenis penyimpangan sosial berdasarkan sifatnya, yaitu penyimpangan positif dan penyumpangan negatif.

  • Penyimpangan Positif

Adalah perilaku menyimpang yang memberikan dampak positif pada kehidupan sosial. Biasanya berupa ide-ide baru, inovasi dan kreatifitas, yang dapat memperkaya ilmu dan wawasan masyarakat.

  • Penyimpangan Negatif

Adalah perilaku menyimpang yang berdampak negatif terhadap masyarakat maupun sistem sosial. Unsur-unsur pada perilaku ini selalu buruk, menyebabkan kerugian bagi orang lain maupun masyarakat. Bisanya berkaitan dengan tindakan kejahatan.

Berdasarkan pelakunya, ada 3 macam penyimpangan sosial, antara lain penyimpangan individu, penyimpangan kelompok dan penyimpangan campuran. Sedangkan bentuk perilaku menyimpang
ada beberapa, antara lain:

  • Penyimpangan primer, penyimpangan yang sifatnya sementara, dan tidak berpengaruh besar pada kehidupan seseorang.
  • Penyimpangan sekunder, yaitu perilaku yang khas dan spesifik dengan menunjukkan perilaku menyimpang.
  • Penyimpangan Individu, yaitu perilaku di luar norma yang berlaku dan dilakukan oleh seseorang atau individu.
  • Penyimpangan kelompok, adalah penyimpangan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (berkelompok), melakukan tindakan menyimpang dari norma yang berlaku.
  • Penyimpangan situasional, merupakan penyimpangan yang dilakukan individu namun disebabkan sebuah kondisi sosial ekonomi sehingga individu terpaksa melakukan penyimpangan sosial.
  • Penyimpangan sistemik, adalah penyimpangan yang sudah memiliki sistem perilaku secara khusus, terorganisir dan bertentangan dengan norma serta moral.
  • Penyimpangan seksual, merupakan perilaku seseorang atau kelompok untuk mendapat kepuasan melalui penyimpangan seksual.

Contoh Perilaku Menyimpang di Masyarakat

Banyak sekali contoh perilaku menyimpang di masyarakat, jangan dahulu membayangkan perilaku menyimpang yang tergolong berat dan selalu menjadi berita di banyak media masa, karena ada banyak perilaku menyimpang di masyarakat, bahkan mungkit kita termasuk pelakunya.

Berikut adalah beberapa contoh perilaku menyimpang di masyarakat, mulai dari penyimpangan individu maupun kelompok, penyimpangan sekunder maupun primer dan sebagainya.

  • Membuang Sampah Sembarangan

Membuang sampah tidak pada tempatnya dan mengotori tempat publik adalah perilaku menyimpang yang umum terjadi bahkan dilakukan oleh kebanyakan orang.

  • Mengedarkan dan Mengkonsumsi Narkoba

Penggunaan narkoba sudah sangat jelas merupakan contoh perilaku menyimpang yang dilakukan oleh individu. Dampak buruk yang diakibatkan perilaku ini dapat merusak kehidupan individu maupun orang-orang terdekatnya.

Sedangkan mengedarkan dan menjual narkoba bisa dikategorikan sebagai penyimpangan perilaku yang sistemik, terorganisir dalam sebuah sistem yang bertentangan dengan norma sosial maupun norma hukum.

  • Mencuri

Perilaku mengambil milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya tergolong perilaku menyimpang di masyarakat. Sesorang yang melakukan pencurian bisa juga dikategorikan penyimpangan situasional, jika pelaku berada di sebuah tekanan situasi sosial seperti kemiskinan.

Pencurian juga bisa menjadi sebuah kegiatan penyimpangan yang sistemik dan terorganisir ketika dilakukan berkelompok. Namun segala bentuk pencurian termasuk perilaku pidana yang melanggar hukum.

  • Melanggar Rambu Lalu Lintas

Perilaku penyimpangan di masyarakat yang sangat mudah ditoleransi selain membuang sampah sembarangan adalah melanggar lalu lintas. Meskipun sudah ada aturan dan sangsi yang jelas, serta memiliki dampak negatif, misalnya kecelakaan, namun perilaku ini menjadi salah satu perilaku yang sulit dihindarkan oleh masyarakat Indonesia.

  • Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual di masyarakat bisa diartikan secara luas, namun yang jelas perilaku menyimpang ini merupakan perilaku yang memberi dampak buruk bagi korban.

Bentuk kekerasan seksual bermacam-macam, tak hanya perkosaan, menyentuh atau meraba tubuh orang lain, melecehkan dengan kata yang tidak sopan atau merendahkan tubuh orang lain, baik secara langsung maupun di media sosial dan perlu diingat korban tidak selalu perempuan.

  • Tawuran

Tawuran identik dengan pelajar, namun perilaku menyimpang ini bisa saja dilakukan oleh kelompok manapun. Misalnya saja tawuran antar suporter sepakbola, tawuran yang dilakukan oleh oknum-oknum sebuah kelompok organisasi dan sebagainya.

  • Pembunuhan

Perilaku menyimpang di masyarakat yang termasuk tingkat kejahatan pidana tertinggi di mata hukum, dan juga menyimpang dari ajaran nilai agama dan norma kemanusiaan. Bisa dilakukan oleh individu, namun tak menutup kemungkinan menjadi sebuah perilaku sistemik yang dilakukan secara berkelompok.

  • Korupsi

Korupsi menjadi perilaku menyimpang yang saat ini menjadi musuh utama negara kita. Perbuatan ini bisa dikatakan sebagai level tertinggi dari mencuri milik orang lain. Tak mudah memberantas korupsi yang terjadi, terutama di dalam lembaga pemerintahan, ironis karena adanya faktor kebiasaan yang akhirnya membentuk sebuah norma tersendiri di lingkungan lembaga pemerintahan.

Saat ini kita sedang berproses untuk menjadikan korupsi sebagai perilaku menyimpang yang harus dijauhi, di mulai dari hal kecil yang dapat dilakukan oleh masing-masing individu di masyarakat.

The post 8 Contoh Perilaku Menyimpang di Masyarakat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja yang Perlu Diketahui https://haloedukasi.com/penyebab-kenakalan-remaja Thu, 06 Jan 2022 02:55:48 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30450 Masyarakat tidak pernah mengharapkan adanya permasalahan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya permasalahan sosial selalu muncul dan tidak dapat dihindari oleh seluruh anggota masyarakat. Dampaknya, kehidupan masyarakat menjadi terganggu dan tidak tenteram. Contoh masalah sosial yang hingga saat ini belum terselesaikan secara tuntas adalah kemiskinan. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya kemiskinan pada masyarakat, misalnya […]

The post 4 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja yang Perlu Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Masyarakat tidak pernah mengharapkan adanya permasalahan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya permasalahan sosial selalu muncul dan tidak dapat dihindari oleh seluruh anggota masyarakat. Dampaknya, kehidupan masyarakat menjadi terganggu dan tidak tenteram.

Contoh masalah sosial yang hingga saat ini belum terselesaikan secara tuntas adalah kemiskinan. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya kemiskinan pada masyarakat, misalnya karena tidak mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak, malas tidak mau berjuang mengubah nasib, hingga faktor struktural yakni sistem pemerintah yang kurang memerhatikan kesejahteraan rakyat kecil.

Contoh lainnya yang juga masih terjadi dan selalu ada dalam kehidupan sosial yakni kenakalan remaja. Banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang indah dan penuh suka cita.

Terlepas dari itu, dalam diri remaja terdapat banyak karakter dan sifat yang ingin dikembangkan. Tidak jarang perilaku dan tindakan yang dilakukan menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku.

Kenakalan remaja dapat diartikan sebagai kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang mengabaikan melanggar aturan yang berlaku dalam masyarakat. Secara umum, terdapat empat faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dalam masyarakat. Mari simak penjelasannya berikut ini.

Secara umum, terdapat empat faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dalam masyarakat. Mari simak penjelasannya berikut ini.

1. Krisis Identitas

Dalam kehidupannya, remaja mengalami berbagai perubahan pada berbagai aspek, seperti biologis, psikologis, dan sosiologis. Perubahan-perubahan tersebut mendorong terjadinya dua bentuk integrasi, yaitu terbentuknya konsistensi dan tercapainya identitas peran.

Konsistensi dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak berubah-ubah, taat, dan selalu patuh terhadap nilai serta norma yang berlaku. Remaja yang memiliki sikap positif ini dapat dikategorikan sebagai remaja yang kompeten, tidak mudah terpengaruh, dan disiplin dalam menjalankan setiap kegiatannya. Sebaliknya, remaja yang tidak konsisten akan mudah terpengaruh oleh orang lain sehingga tidak jarang melakukan tindakan yang melanggar nilai dan norma sosial.

Masa remaja juga dikenal dengan masa pencarian jati diri (identitas). Mereka selalu ingin mencoba dan melakukan kegiatan baru, seperti hobi, seni, olahraga dan sebagainya. Mereka juga mulai menemukan lingkungan yang sesuai dengan keinginan dan tujuan hidup. Bagi remaja yang merasa sudah menemukan jati diri, tidak akan mengalami krisis identitas dan selalu berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Namun sebaliknya, remaja yang mengalami krisis identitas sering kali berperilaku dan bertindak melawan aturan yang ada. Ada beberapa penyebab remaja mengalami krisis identitas, seperti masalah akademik, tekanan dari orang tua, dan bergaul dengan orang yang salah.

2. Kontrol Diri yang Lemah

Kontrol diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sikap dan perilaku agar sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Remaja yang memiliki pengendalian diri yang kuat akan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, mudah bergaul, dan dapat mengendalikan emosi dengan baik.

Sementara itu, remaja yang memiliki kontrol diri yang lemah tidak akan dapat beraktivitas dengan baik, tidak konsisten dalam mencapai suatu tujuan, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan kurang bisa mengendalikan emosi.

3. Kondisi Keluarga

Setiap keluarga memiliki keadaan dan situasi yang berbeda-beda. Ada anak yang hidup dalam keluarga harmonis penuh kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua. Ada juga sebaliknya, anak yang hidup dalam keluarga yang tidak tenteram dan orang tua yang selalu bertengkar.

Terdapat beberapa faktor kondisi keluarga yang menjadi mendorong anak yang berusia remaja melakukan penyimpangan, antara lain karena:

  • Perceraian orang tua.
  • Kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak.
  • Perselisihan di antara anggota keluarga.
  • Orang tua terlalu memanjakan anak.
  • Tidak memberikan anak pendidikan agama.
  • Kondisi perekonomian keluarga yang tidak mapan.

Contoh kenakalan remaja yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor di atas adalah pencurian, penyalahgunaan narkoba, minum minuman beralkohol, dan bergabung dalam geng motor anarkis.

4. Pengaruh Teman Sebaya

Pembentukan sikap, perilaku, tindakan, dan karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta teman sebaya. Selain sibuk beraktivitas dalam rangka pencarian jati diri, seseorang yang sedang memasuki masa remaja juga mulai berinteraksi dan bergaul dengan orang lain yang dianggap memiliki kecocokan minat dan hobi. Ikatan yang terjalin di dalam pertemanan tersebut sangat kuat dan erat, sehingga dapat memengaruhi satu sama lain.

Kenakalan remaja juga dapat terjadi karena adanya interaksi sosial dengan teman sebaya. Proses interaksi tersebut dapat berupa simpati, empati, imitasi, identifikasi, sugesti, dan motivasi.

Proses meniru (imitasi) yang dilakukan remaja di ruang lingkup pergaulannya dapat menjerumuskannya ke dalam berbagai perilaku negatif. Contohnya, geng motor, perkelahian, merokok, membolos sekolah, dan perusakan.

The post 4 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja yang Perlu Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
6 Ciri Perilaku Menyimpang Menurut Paul B. Horton yang Perlu Diketahui https://haloedukasi.com/ciri-perilaku-menyimpang-menurut-paul-b-horton Thu, 06 Jan 2022 02:42:50 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29312 Tawuran, bolos sekolah, terlambat masuk kerja, mencuri, membunuh, menyontek, menganiaya, berjudi, dan korupsi merupakan beberapa contoh perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat. Hampir setiap hari terjadi peristiwa serupa di berbagai daerah dan negara. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat belum mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Menurut James W. Van der […]

The post 6 Ciri Perilaku Menyimpang Menurut Paul B. Horton yang Perlu Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Tawuran, bolos sekolah, terlambat masuk kerja, mencuri, membunuh, menyontek, menganiaya, berjudi, dan korupsi merupakan beberapa contoh perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat. Hampir setiap hari terjadi peristiwa serupa di berbagai daerah dan negara. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat belum mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Menurut James W. Van der Zanden, perilaku menyimpang merupakan tindakan yang dianggap tercela dan tidak dapat ditoleransi masyarakat. Ukuran suatu perilaku dianggap menyimpang didasarkan pada nilai, norma, dan budaya yang berlaku di suatu masyarakat, bukan berdasarkan baik buruk atau benar salah suatu perilaku menurut pandangan umum. Anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang akan memperoleh sanksi, seperti hukuman penjara, denda, cemoohan, dan ejekan.

Sementara itu, Paul B. Horton memiliki pendapat bahwa perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Horton juga mengemukakan enam ciri perilaku menyimpang yang perlu diketahui, berikut adalah penjelasannya.

1. Perilaku Menyimpang Dapat Didefinisikan

Suatu perilaku dikatakan menyimpang atau tidak, harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Suatu perilaku dianggap menyimpang karena membawa kerugian dan keresahan dalam masyarakat.

Misalnya, Andi ditilang polisi karena tidak menyalakan lampu utama sepeda motor pada siang hari. Hal tersebut berarti bahwa sudah ada Undang-undang yang mewajibkan pengendara sepeda motor untuk menyalakan lampu utama motor pada siang hari. Apabila belum ada peraturan tersebut, maka Andi tidak dinyatakan berperilaku menyimpang.

2. Penyimpangan Bisa Diterima atau Ditolak

Berdasarkan sifatnya, perilaku menyimpang dibagi menjadi dua, yaitu penyimpangan positif dan negatif. Penyimpangan positif merupakan perilaku menyimpang yang diterima atau masih bisa ditoleransi oleh masyarakat. Contohnya, perempuan yang bekerja sebagai operator SPBU dan siswa menggunakan internet saat pelajaran untuk mencari tambahan materi.

Sementara itu, penyimpangan negatif merupakan perilaku menyimpang yang ditolak dan tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat. Contohnya, kekerasan seksual, pembuhunan, pencurian, dan tawuran antarpelajar.

3. Penyimpangan Relatif dan Mutlak

Ciri perilaku menyimpang yang ketiga ini berkaitan dengan frekuensi atau sering tidaknya anggota masyarakat melakukan penyimpangan. Penyimpangan relatif merupakan perilaku menyimpang yang jarang dilakukan oleh individu atau kelompok. Misalnya, Pak Anton terlambat ke kantor karena ban sepeda motornya bocor.

Sementara itu, penyimpangan mutlak adalah perilaku menyimpang yang secara terus menerus dilakukan oleh individu atau kelompok. Perilaku tersebut telah melanggar norma-norma dalam masyarakat, khususnya norma hukum. Sebagai contoh, pemakai sekaligus pengedar narkoba.

4. Penyimpangan Terhadap Budaya Nyata dan Ideal

Budaya ideal merupakan sekumpulan peraturan hukum yang berlaku di suatu masyarakat, seperti peraturan di lingkungan sekolah dan peraturan lalu lintas. Sementara itu, budaya nyata adalah pelaksanaan budaya ideal yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Namun, pada realitanya tidak semua anggota masyarakat patuh dan taat terhadap peraturan yang telah disepakati.

Hal tersebut menandakan adanya ketimpangan antara budaya nyata dengan budaya ideal dalam masyarakat. Contohnya, adanya peraturan siswa dilarang menyontek ketika ujian, tetapi pada prakteknya masih banyak siswa yang menyontek.

5. Terdapat Norma-norma Penghindaran dalam Penyimpangan

Di dalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma yang sifatnya tidak memperbolehkan suatu tindakan yang sangat ingin dilakukan oleh banyak orang. Oleh karena itu, muncul norma penghindaran yakni pola perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, tetapi masyarakat membantah apabila dianggap menyimpang.

Contohnya, terdapat peraturan yang melarang masyarakat untuk berjudi, tetapi masih ada sekelompok orang yang secara terselubung melakukan praktik judi.

6. Penyimpangan Bersifat Adaptif

Setiap individu dalam masyarakat mengalami perubahan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupannya. Dimulai dari perubahan fisik, sifat, mata pencaharian, status sosial, teknologi, hingga gaya hidup.

Begitu pula dengan suatu perilaku, ada beberapa perilaku yang dulunya dilarang dilakukan atau dianggap menyimpang, tetapi sekarang diperbolehkan. Dari kondisi tersebut, terlihat bahwa perilaku menyimpang dapat disesuaikan dengan situasi sosial yang tengan terjadi di masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya perubahan yang terjadi begitu cepat, sehingga mendorong masyarakat untuk selalu berkembang mengikuti zaman agar dapat bertahan hidup.

Contohnya, di negara Arab Saudi selama berpuluh-puluh tahun melarang perempuan untuk mengendarai mobil. Namun, pada tahun 2018 Kerajaan Arab Saudi memperbolehkan perempuan untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM).

The post 6 Ciri Perilaku Menyimpang Menurut Paul B. Horton yang Perlu Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli https://haloedukasi.com/pengertian-perilaku-menyimpang-menurut-para-ahli Fri, 26 Mar 2021 06:22:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23186 Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya, mengambil uang kas kelas, bolos sekolah, menyontek ketika ujian, dan tidak mematuhi rambu lalu lintas. Agar lebih memahami konsep perilaku menyimpang, berikut adalah tujuh pengertian perilaku menyimpang yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: Edwin H. SutherlandPerilaku menyimpang bersumber pada […]

The post 7 Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya, mengambil uang kas kelas, bolos sekolah, menyontek ketika ujian, dan tidak mematuhi rambu lalu lintas.

Agar lebih memahami konsep perilaku menyimpang, berikut adalah tujuh pengertian perilaku menyimpang yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

  1. Edwin H. Sutherland
    Perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan dengan orang yang berperilaku menyimpang. Seseorang mempelajari suatu budaya menyimpang melalui proses alih budaya.
  2. Robert M. Z. Lawang
    Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial. Perilaku tersebut menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaikinya.
  3. Willian Kornblum
    Perilaku menyimpang tidak hanya diatributkan pada individu atau masyarakat dengan kategori penyimpangan (devience) dan penyimpang (deviant). Namun, dapat dijumpai pula dengan apa yang disebut dengan institusi menyimpang atau deviant institution.
  4. Howard Saul Becker
    Penyimpangan bukanlah kualitas dari suatu tindakan yang dilakukan individu, melaikan konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut.
  5. Edwin M. Lemert
    Seseorang menjadi penyimpang (deviant) karena proses labelisasi (pemberian julukan) oleh masyarakat terhadap orang tersebut. Proses ini dapat menyebabkan seseorang yang awalnya tidak memiliki kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa.
  6. Robert K. Merton
    Merton melihat perilaku menyimpang dari sudut pandang yang lebih luas (makro), yaitu struktur sosial. Struktur sosial tidak hanya menghasilkan konformitas (perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma masyarakat), tapi juga perilaku menyimpang. Struktur sosial menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang tertentu ke arah perilaku nonkonformitas.
  7. James W. Van der Zanden
    Perilaku menyimpang merupakan tindakan yang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi sebagian besar masyarakat. Ukuran perilaku menyimpang bukan terletak pada baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran nilai dan norma serta budaya suatu masyarakat.

The post 7 Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perilaku Menyimpang: Pengertian – Bentuk dan Contohnya https://haloedukasi.com/perilaku-menyimpang https://haloedukasi.com/perilaku-menyimpang#respond Sun, 03 Jan 2021 16:00:57 +0000 https://haloedukasi.com/?p=18521 Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya tidak terlepas dari norma serta nilai-nilai yang harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Berbagai peraturan dibuat sedemikian rupa dengan tujuan agar terciptanya ketertiban dan kedamaian. Akan tetapi ada kalanya sebagian dari masyarakat tersebut merasa mendapatkan tekanan dari aturan yang ada sehingga memilih untuk tidak menaatinya. Hal inilah yang disebut dengan perilaku […]

The post Perilaku Menyimpang: Pengertian – Bentuk dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya tidak terlepas dari norma serta nilai-nilai yang harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Berbagai peraturan dibuat sedemikian rupa dengan tujuan agar terciptanya ketertiban dan kedamaian.

Akan tetapi ada kalanya sebagian dari masyarakat tersebut merasa mendapatkan tekanan dari aturan yang ada sehingga memilih untuk tidak menaatinya. Hal inilah yang disebut dengan perilaku menyimpang. Berikut penjelasan selengkapnya.

Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan diterima oleh masyarakat.

Berikut ini merupakan pendapat dari beberapa tokoh yang mendefinisikan tentang perilaku menyimpang.

  • Robert M.Z. Lawang
    Penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abnormal tersebut.
  • James Vander Zanden
    Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
  • Kartini Kartono
    Penyimpangan merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan.

Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Adapun faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang antara lain :

  • Dorongan kebutuhan ekonomi yang mendesak
  • Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan media massa
  • Ketidakharmonisan dalam keluarga (broken home)
  • Mental yang tidak sehat
  • kegagalan dalam proses sosialisasi
  • Proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
  • Adanya ikatan sosial yang berlainan
  • ketidaksanggupan menyerap norma
  • Keinginan untuk mendapat pujian
  • Pelampiasan rasa kekecewaan
  • Proses belajar yang menyimpang

Teori Perilaku Menyimpang

Berikut ini beberapa tentang teori-teori penyimpangan sosial;

  • Teori Labelling
    Teori ini dipelopori oleh Edwin M. Lemerd yang mengatakan bahwa seseorang yang telah melakukan penyimpangan pada tahap primer lalu oleh masyarakat sudah diberikan cap sebagai penyimpang, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder dengan alasan “kepalang tanggung.”
  • Teori Differential Association
    Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland yang mengatakan bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya.
  • Teori Merton
    Teori ini diciptakan oleh Robert K. Merton yang mengemukakan bahwa perilaku menyimpang bentuk dari adaptasi terhadap situasi tertentu. Ada 5 cara adaptasi, yaitu;
    • Konfromitas; perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga.
    • Inovasi; perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang diarang oleh masyarakat.
    • Ritualialisme; perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat.
    • Rebellion; penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru.
    • Retretism; perilaku yang meninggalkan baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya. Contoh; pemabuk, gelandangan.
  • Teori Fungsi
    Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim bahwa kesadaran moral dari semua masyarakat adalah karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan dan lingkungan sosial. Jadi, kejahatan akan selalu ada karena orang selalu ada yang berwatak jahat. Bahkan, ia berpendapat bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang dengan normal.

Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

Penyimpangan Primer

Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang bersifat sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.

Ciri-cirinya :

  • Bersifat sementara
  • Masyarakat masih bisa menerima
  • Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang

Contoh :

  • Menyontek saat ujian
  • Membolos pada saat mata pelajaran berlangsung
  • Ngebut di jalan
  • Pegawai yang bolos kerja
  • Minum alkohol

Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan sekunder adalah suatu perilaku menyimpang yang telah mengarah kepada tindakan kriminal dan sangat merugikan orang lain.

Ciri-cirinya :

  • Masyarakat tidak dapat mentolerir perilaku tersebut
  • Merugikan masyarakat
  • Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang

Contohnya :

  • Pembunuhan
  • Perjudian
  • Perampokan
  • Pemerkosaan

Penyimpangan Individu

Penyimpangan individu adalah tindakan yang dilakukan secara personal atau individual dengan melakukan tindakan menyimpang dari norma yang berlaku.

Penyimpangan Kelompok

Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan menyimpang dari norma yang ada.

Penyimpangan Sistematik

Penyimpangan sistematik adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum.

Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota kelompok masyarakat.

Penyimpangan Situasional

Penyimpangan ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan sosial di luar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.

Contoh Perilaku Menyimpang

Berikut contoh-contoh dari perilaku menyimpang dalam masyarakat ;

  • Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)
    Kenakalan remaja/anak adalah perbuatan melanggar norma sosial, hukum serta ketentraman masyarakat yang dilakukan oleh anak/remaja sehingga pihak berwajib diharuskan mengambil tindakan pengamanan. Secara umum, kenakalan remaja ini terjadi pada masa pubertas. Pada masa ini, remaja akan dihadapkan oleh keadaan yang labil sehingga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.
  • Tindakan Kriminal
    Tindakan kriminal adalah suatu bentuk penyimpangan terhadap nilai, norma atau peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh adanya ambisi untuk memperoleh sesuatu tanpa memperhitungkan antara keinginan diri dan kemampuan yang dimiliki. Contoh dari tindakan kriminal ini adalah perampokan, pembunuhan, pencurian, mengedarkan narkoba dan lain sebagainya.
  • Penyimpangan Seksual
    Penyimpangan seksual merupakan suatu penyimpangan yang melanggar norma untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang tidak sewajarnya.
  • Hubungan Seksual Pranikah
    Hubungan seksual pranikah merupakan suatu perilaku yang tidak dapat dibenarkan dalam masyarakat. Hubungan seksual dianggap sah apabila pasangan tersebut sudah resmi menikah. Contoh hubungan seksual pranikah, yakni; pemerkosaan, kumpul kebo dan pelacuran.
  • Kekerasan terhadap Anak
    Kekerasan terhadap anak merupakan bentuk penyimpangan yang belakangan ini marak terjadi. Banyak faktor penyebab mengapa hal ini banyak terjadi, diantaranya adalah faktor ekonomi dan pelampiasan rasa kecewa. Kekerasan terhadap anak tentunya bisa mengakibatkan gangguan fisik hingga gangguan psikis yang berkepanjangan. Sejatinya, keluarga merupakan tempat berlindung dan mencari kasih sayang bagi anak bukan malah menjadi neraka yang menakutkan.

Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang

Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang, diantaranya;

  • Menciptakan keluarga yang harmonis (perbanyak waktu untuk memberi perhatian pada anak)
  • Mengembangkan kegiatan-kegiatan positif
  • Menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik pada anak
  • Menciptakan pergaulan yang sehat dengan teman sebaya
  • Membatasi penggunaan media sosial pada anak
  • Memberlakukan peraturan yang tegas apabila terjadi perbuatan yang menyimpang.

The post Perilaku Menyimpang: Pengertian – Bentuk dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
https://haloedukasi.com/perilaku-menyimpang/feed 0