Peristiwa Rengasdengklok - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/peristiwa-rengasdengklok Mon, 24 Oct 2022 02:52:08 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Peristiwa Rengasdengklok - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/peristiwa-rengasdengklok 32 32 Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok https://haloedukasi.com/latar-belakang-terjadinya-peristiwa-rengasdengklok Mon, 24 Oct 2022 02:50:48 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39266 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta terjadi begitu saja. Untuk melaksanakan peristiwa bersejarah bagi Indonesia ini memerlukan waktu yang cukup lama. Setelah dijajah oleh beberapa bangsa Eropa, akhirnya Indonesia dapat menghirup udara kemerdekaan meskipun tak sepenuhnya bebas dari belenggu penjajahan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tak lepas dari adanya peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa remgasdengklok turut mendorong terjadinya proklamasi […]

The post Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta terjadi begitu saja. Untuk melaksanakan peristiwa bersejarah bagi Indonesia ini memerlukan waktu yang cukup lama. Setelah dijajah oleh beberapa bangsa Eropa, akhirnya Indonesia dapat menghirup udara kemerdekaan meskipun tak sepenuhnya bebas dari belenggu penjajahan.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tak lepas dari adanya peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa remgasdengklok turut mendorong terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam peristiwa ini terjadinya penculikan dua tokoh penting yakni Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka diasingkan ke sebuah desa yang berada di Karawang Jawa Barat.

Pengasingan ini dilakukan untuk menghindari pengaruh Jepang. Lalu bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok ?

Berita Jepang Menyerah pada Sekutu

Jepang dan Sekutu terlibat dalam sebuah perang besar yang kemudian dikenal perang Asia Pasifik Raya. Perang inilah yang kemudian mengantarkan terjadinya kasus pemboman pada dua kota yang ada di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki.

Pemboman tersebut dilakukan pada hari yang berbeda yakni pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945. Adanya peristiwa pemboman tersebut membuat Jepang dilanda banyak kerugian baik dari segi materi maupun hilangnya banyak nyawa.

Peristiwa dibomnya dua kota yang ada di Jepang membuat Jepang mengalah pada sekutu. Berita kekalahan Jepang pada Sekutu kemudian terdengar oleh orang-orang Indonesia terkhusus para golongan muda.

Mereka mendengar kabar kekalahan tersebut lewat radio. Dengan kekalahan Jepang pada sekutu, di mana jepang yang saat itu menjajah Indonesia, membuat keadaan Indonesia menjadi vacum of power. Sebab, mereka menilai dengan adanya vacum of power inilah menjadi kesempatan untuk Indonesia merdeka.

Selama ini, merdeka adalah hal yang dinanti-nantikan oleh golongan muda. Begitu melihat ada kesempatan dengan kalahnya Jepang pada sekutu mereka segera bergerak untuk merancang kemerdekaan.

Pendapat mengenai rencana kemerdekaan Indonesia kemudian disampaikan kepada Soekarno dan Haffa begitu dia tiba di Kemayoran golongan muda yang terdiri dari Asmara Hasi, Sayuti Melik dan Chaerul aaleh kemudian memberitahukan hal tersebut.

Sayangnya, usulan tersebut ditolak oleh Soekarno. Ia bersikukuh pada apa yang dikatakan oleh Marsekal Terauchi saat mereka tiba di Dalat. Marsekal Terauchi mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pasa tanggal 24 Agustus 1945. Namun, hal ini bertentangan dengan prinsip golongan tua.

Mereka menginginkan kemerdekaan dilaksanakan secepatnya dan tanpa adanya campur tangan Jepang. Hal inilah yang lantas membuat hubungan kedua golongan menegang. Perbedaan pendapat antara keduanya menjadi cikal bakal adanya peristiwa Rengasdengklok.

Perbedaan Pendapat Mengenai Waktu Proklamasi

Pertemuan di lapangan terbang Kemayoran, menjadi awal mula benih silang pendapat antara golongan tua dan golongan muda. Golongan muda terus mendesak memproklamasikan kemerdekaan secepatnya dan tanpa bantuan dari Jepang.

Sementara itu, golongan tua, masih berpegang teguh terhadap apa yang dikatakan oleh Jendral Terauchi. Mereka akan menunggu kemerdekaan sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Jepang. Namun, bagi para pemuda, kemerdekaan bukanlah hadiah dari tangan penjajah.

Kita tidak perlu menunggu restu dari Jepang untuk segera memproklamasikan diri sebagai negara merdeka. Sebab, kemerdekaan adalah hasil perjuangan rakyat Indonesia selama ini. Pendapat yang disampaikan oleh Soekarno tentu bukan sebagai bentuk tunduk pada penjajahan Jepang.

Soekarno menghawatirkan kondisi Indonesia jika tetap memaksakan kehendak untuk melaksanakan kemerdekaan. Sebab, memproklamasikan kemerdekaan dalam keadaan status quo adalah sebuah pelanggaran. Soekarno-Hatta tidak mau ada pertumpahan darah nantinya. Sekalipun Jepang sudah menyerah pada sekutu, namun antek-antek Jepang masih ada di Indonesia.

Berbeda halnya dengan para golongan muda, mereka berpendapat bahwa terjadinya pertumpahan darah merupakan sebuah risiko yang harus ditanggung. Kita tidak perlu takut kehilangan nyawa demi kemerdekaan yang sudah lama diimpikan.

Mereka siap mengorbankan jiwa demi kemerdekaan. Kemudian, di sisi lain, pada tanggal 15 Agustus 1945, kelompok Menteng 31 mengadakan rapat di lembaga bakteriologi yang ada di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.

Selain para anggota kelompok Menteng 31, hadir pula Djohan Nur, Kusnandar, Wikana, Margono, Subiantoro, Armansyah, dan Subadio. Dalam pertemuan tersebut para tokoh yang hadir menghendaki adanya proklamasi untuk segera dilakukan serta harus terlepas dari bayang-bayang Jepang.

Menurut mereka dengan melibatkan PPKI, itu berarti proklamasi masih berada di bawah pengaruh Jepang. Sebab, PPKI merupakan organisasi bentukan Jepang. Mereka juga tidak percaya akan janji kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang.

Janji tersebut hanyalah sebuah muslihat agar rakyat mau membantu Jepang dalam perang melawan sekutu. Hasil rapat tersebut kemudian dibawa oleh Wikana dan Darwis untuk disampaikan kepada Bung Karno di kediamannya yakni di jalan Pegangsaan Timur no 56.

Selain membawa hasil rapat, Wikana dan Darwis juga mengancam Soekarno jika proklamasi tidak disampaikan pada tanggal 16 Agustus atau esok hari, maka akan terjadi pertumpahan darah. Mendengar hal ini Soekarno tentu saja marah.

Ia mengatakan bahwa “ini adalah leher saya, seret saya ke pojok dan habisi saja sekarang. Tidak perlu menunggu waktu besok untuk menghabisinya. Saya masih mempunyai tanggungjawab sebagai ketua PPKI. Nanti akan saya bicarakan dengan wakil-wakil PPKI.”

Hasil dari Pertemuan di Asrama Cikini

Setelah memberikan hasil rapat kepada Soekarno dan terjadi ketegangan, pada malam itu juga, Wikana dan Darwis kembali ke asrama Cikini 71. Mereka menyampaikan hasil pertemuan dengan Soekarno, yang masih sama dan tidak membuahkan hasil.

Kemudian, diadakannya rapat untuk menindaklanjuti hasil pertemuan dengan Soekarno. Rapat ini dipimpin oleh Chaerul Saleh. Pada saat rapat Djohan Nur mengajukan usulan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta.

Setelah mendapatkan kesepakatan maka rapat memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta agar tak terpengaruh oleh perintah Jepang. Selain itu, mereka juga sepakat agar proklamasi dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945. Hasil rapat inilah yang menjadi awal adanya peristiwa Rengasdengklok.

Rencana pengasingan Soekarno dan Hatta diserahkan kepada Shudanco Singgih dengan dibantu pasukan tentara dari Shudanco Latief Hendradiningrat yang ketika itu menggantikan Daidancho Kasman Singodimedjo.

Setelah semua siap, rencana pengasingan Soekarno dan Hatta dilaksanakan. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebuah desa yang ada di Karawang Jawa Barat. Pemilihan tempat pengasingan di Rengasdengklok karena daerah ini jauh dari jangkauan Jepang sehingga kecil kemungkinan untuk keberadaannya terendus tentara Jepang. Selain itu, di wilayah ini terdapat kantor PETA yang akan membantu mengamankan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

Soekarno dan Hatta dibawa ke kantor PETA untuk kemudian mengajak keduanya diskusi terkait waktu proklamasi. Sukarni sebagai sosok yang menanyakan dan mendesak Soekarno dan Hatta untuk melaksanakan kemerdekaan.

Ia menjelaskan keuntungan adanya kekalahan Jepang pada sekutu. Menurutnya, kekosongan kekuasaan harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Sebab, kesempatan ini tidak akan datang dua kali.

Sayangnya, Soekarno dan Hatta masih ragu, apakah Jepang sudah benar-benar kalah atau tidak. Sukarni kembali meyakinkan keduanya bahwa PETA siap menjadi pelindung bagi rakyat jika terjadi pertempuran darah nantinya. Upaya pembujukan yang dilakukan oleh Sukarni tidak membuahkan hasil.

Sudah satu hari penuh Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok, namun keduanya tetap tidak mau dengan usulan yang diajukan golongan muda. Setelah melakukan beberapa kali pendesakan, Sukarni pun merasa segan untuk kembali mendesak keduanya. Mengingat kedudukan keduanya. Akhirnya, ia hanya menunggu kabar dari Jakarta untuk proses selanjutnya.

4. Gelora Semangat Golongan Muda

Pemuda adalah sosok yang terkenal dengan semangat yang membara. Hal ini pun yang terlihat pada tokoh golongan muda saat itu. Saat mendengar berita kekalahan Jepang pada sekutu, mereka langsung berfikir cepat untuk mengadakan proklamasi.

Tanpa berpikir panjang, mereka siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi sekalipun mengorbankan nyawa. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

Jika semangat para pemuda saat itu tidak begitu membara, tentunya proklamasi kemerdekaan tidak akan segera dilaksanakan. Mereka akan manut dengan apa yang diucapkan oleh golongan tua selaku sosok yang dituakan. Namun, hal ini berbeda dengan yang terjadi pada golongan muda. Mereka tak segan untuk mengajukan pandangan sekalipun itu bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh golongan tua.

Sikap yang ditunjukkan oleh golongan muda ini tentunya adalah buah dari apa yang selama ini diajarkan saat di asrama Menteng no 31. Saat itu, mereka digembleng dengan latihan fisik dan pendidikan langsung dari para tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, Achmad Subardjo, Mr Subardjo, Dr Muwardi dan para tokoh lainnya.

Dari penggemblengan inilah yang kemudian melahirkan para tokoh yang turut andil dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan.

The post Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Pahlawan Nasional dari Golongan Muda dalam Peristiwa Rengasdengklok https://haloedukasi.com/pahlawan-nasional-dari-golongan-muda-dalam-peristiwa-rengasdengklok Tue, 12 Jul 2022 08:13:42 +0000 https://haloedukasi.com/?p=36264 Perjuangan dalam melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh golongan tua saja. Kita pasti pernah mendengar peristiwa Rengasdengklok. Di mana pada peristiwa tersebut terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua serta golongan muda. Hal inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa bangsa ini tidak hanya diperjuangkan oleh para orang tua melainkan juga oleh generasi muda. Dengan semangat membaranya […]

The post 5 Pahlawan Nasional dari Golongan Muda dalam Peristiwa Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perjuangan dalam melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh golongan tua saja. Kita pasti pernah mendengar peristiwa Rengasdengklok. Di mana pada peristiwa tersebut terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua serta golongan muda.

Hal inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa bangsa ini tidak hanya diperjuangkan oleh para orang tua melainkan juga oleh generasi muda. Dengan semangat membaranya mereka hadir untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Mereka mampu berkolaborasi dengan golongan tua guna merumuskan ide-ide kemerdekaan. Meskipun usianya tergolong muda, namun keberaniannya tak dapat dipatahkan. Mereka rela mengorbankan masa mudanya demi kemerdekaan. Tak sedikit dari tokoh tersebut harus gugur di Medan perang.

Meskipun, kisah hidup mereka singkat. Namun, sejarah hidup mereka begitulah menarik untuk dibahas. Di dalamnya ada perjuangan melawan penjajah. Lalu, siapa saja tokoh pahlawan dari golongan muda? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

1. Chaerul Saleh

Chaerul Saleh, Pahlawan nasional dari golongan muda dalam peristiwa rengasdengklok

Siapa yang tak kenal dengan pejuang yang satu ini. Ia adalah Chaerul Saleh, laki-laki kelahiran Sawahlunto, Sumbar pada tanggal 13 September 1916. Ia merupakan anak dari pasangan Achmad saleh dan Zubaidah. Ayahnya merupakan seorang dokter.

Chaerul Saleh pernah mengenyam pendidikan di ELS atau Europeesche Lagere School yang ada di Bukittinggi. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan ke HBS yang ada di Medan. Setelah menikah dengan Yohana dan tinggal di Batavia, Chaerul Saleh kembali melanjutkan pendidikannya. Ia bersekolah di Koning Willemdrie dan Recht School.

Saat menempuh pendidikan terakhirnya,  ia kemudian terlibat dalam pergerakan nasional. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia. Tidak hanya itu, ia juga pernah menjadi anggota panitia seinendan dan anggota muda indonesia serta anggota putera. Keanggotaan tersebut dilakukan saat kependudukan Jepang.

Namun, karena melihat bagaimana Jepang memperlakukan rakyat Indonesia, Chaerul Saleh kemudian membenci Jepang. Ia ikut terlibat dalam pembentukan Barisan Benteng. Di saat para golongan tua masih menaruh harapan pada Jepang, namun tidak dengan Chaerul Saleh.

Meskipun, Jepang telah berjanji akan memberikan kemerdekaan pada Negara Indonesia dengan membentuk beberapa badan seperti BPUPKI. Namun, hal tersebut tak membuat Chaerul lantas mendukungnya. Ia justru menolak ikut masuk kedalam BPUPKI.

Ia beserta kawan-kawannya yakni golongan muda melakukan penculikan pada Bung Karno dan Bung Hatta yang kemudian dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Tidak hanya terlibat pada peristiwa rengasdengklok yang kemudian menjadi momentum untuk melakukan proklamasi.

Namun, Chaerul Saleh juga terlibat dalam perumusan Naskah Proklamasi. Saat itu, ia menentang usulan Bung Karno yang di mana meminta seluruh peserta yang hadir untuk menandatangani naskah proklamasi.

Di mana saat perumusan tersebut tidak hanya ada bangsa Indonesia melainkan juga ada para pegawai Jepang. Hal inilah yang ditentang oleh Chaerul Saleh. Menurutnya, para pegawai Jepang tidak berhak menandatanganai naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia sebab mereka tidak memiliki kontribusi apa-apa.

Maka dari itulah, akhirnya Soekarno mengurungkan niatnya tadi. Naskah proklamasi kemudian hanya ditulis atas nama Bangsa Indonesia dengan Soekarno dan Hatta yang menandatangani naskah tersebut.

2. Wikana

Wikana, Pahlawan nasional dari golongan muda dalam peristiwa rengasdengklok

Wikana merupakan salah satu tokoh yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok. Ia lahir pada tanggal 18 Oktober 1914 di Sumedang. Bersama dengan Chaerul Saleh, Sukarni serta pemuda lainnya, mereka kemudian menculik Soekarno-Hatta.

Penculikan tersebut kemudian dengan peristiwa rengasdengklok. Adapun tujuan penculikan tersebut adalah untuk mendesak golongan tua yang dalam hal ini diwakili oleh Soekarno dan Hatta agar segera membacakan proklamasi kemerdekaan.

Menurutnya, kemerdekaan Indonesia tidak perlu menunggu bantuan dari Jepang. Sebab, kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan rakyat Indonesia bukan hadiah Jepang. Maka dari itu, saat Jepang menyerah pada sekutu, golongan muda termasuk wikana mendesak untuk segera diadakan proklamasi kemerdekaan.

Tidak hanya terlibat dalam peristiwa rengadengklok, namun Wikana berjasa dalam pembacaan proklamasi. Berkat relasinya dengan salah Angkatan Laut Jepang, Proklamasi dapat dirumuskan di rumas dinas seorang Laksamana Maeda.

Saat itu, hanya rumah Laksamana Maeda yang dianggap aman untuk merumuskan naskah proklamasi. Bahkan Wikana juga mengatur berbagai keperluan untuk pembacaan proklamasi. Proklamasi dapat dibacakan di rumah Bung Karno yang beralamat di Pegangsaan No 56. Saat menjelang pembacaan proklamasi, Wikana penuh dengan rasa cemas.

Sebab, Bung Karno yang dalam hal ini akan membacakan proklamasi mensadak sakit malaria. Namun, akhirnya pembacaan proklamasi dapat berjalan lancar. Bahkan tidak ada militer Jepang yang menggangu jalannya acara. Hal ini dikarenakan hasil negosiasi Wikana dengan kalangan militer Jepang.

3. Sayuti Melik

Sayuti Melik, Pahlawan nasional dari golongan muda dalam peristiwa rengasdengklok

Sama seperti Chaerul Saleh dan Wikana, Sayuti Melik juga termasuk ke dalam kelompok Menteng 31. Kelompok Menteng 31 merupakan kelompok yang terlibat dalam aksi penculikan Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945.

Bersama dengan para tokoh golongan muda lainnya, Sayuti Melik membawa Soekarno beserta Ibu Fatmawati dan anaknya yang masih kecil yakni Guntur ke Rengasdengklok. Tentunya tujuan penculikan tersebut bukanlah untuk melukai orang nomor satu di Indonesia tersebut melainkan untuk menjauhkan para tokoh penting dari pengaruh Jepang.

Selain itu, dengan adanya peristiwa Rengasdengklok mereka berusaha untuk meyakinkan bahwa Jepang telah menyerah dan tidak akan berkuasa lagi di Indonesia. Mereka juga siap untuk melawan siapapu yang menghadang kemerdekaan Indonesia.

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Sayuti Melik juga terlibat dalam penyusunan naskah teks proklamasi. Ia turut menyaksikan bagaimana Bung Karno, Bung Hatta dan Acmad Soebarjo merumuskan naskah proklamasi. Ia bahkan yang mengetik naskah proklamasi tersebut.

Namun, saat naskah tersebut selesai, naskah tersebut ditolak dan ditentang oleh para golongan muda. Mereka menganggap bahwa naskah tersebut masih mendapatkan pengaruh dari Jepang. Situasi yang tegang pun terjadi karena persoalan keterlibatan Jepang dalam penandatanganan naskah proklamasi.

Sayuti Melik kemudian memberikan saran agar naskah tersebut hanya ditandatangani oleh perwakilan saja yakni Soekarno dan Hatta dengan menggunakan kalimat atas nama bangsa Indonesia. Kemudian usulan tersebut disepakati.

Atas perubahan tersebut, Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya. Ia juga mengubah kalimat yang semula wakil-wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsa Indonesia.

4. Sukarni

Sukarni, Pahlawan nasional dari golongan muda dalam peristiwa rengasdengklok

Sukarni merupakan sosok yang memiliki pengaruh dalam peristiwa proklamasi. Ia merupakan soosk yang memimpin Asrama Pemuda di Jalan Menteng No 31. Ia mempimpin asrama tersebut bersama dengan Chaerul Saleh.

Asrama tersebut bukan sembarang asrama melainkan juga untuk melatih para pemuda agar mau berjuang demi kemerdekaan. Tempat tersebut yang melahirkan para pejuang muda yang hebat dan tak pernah takut akan penjajahan seperti wikana, darwis, sayuti melik dan lainnya.

Sama seperti yang lainnya ia juga terlibat dalam peristiwa penculikan Soekarno Hatta. Ia turut mendesak kedua tokoh penting itu untuk segera melakukan kemerdekaan. Setelah peristiwa rengasdengklok, di saat yang lain terlibat dalam perumusan naskah, ia justru mengemban amanah yang berat.

Ia beserta para pemuda lainnya memiliki tanggung jawab untuk menyiarkan berita mengenai kemerdekaan Indonesia. Untuk melakukan tugasnya, ia kemudian membentuk Comite Van Aksi yang didirikan pada tangal 18 Agustus 1945. Comite Van Aksi memiliki tugas untuk menyebarkan berita kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Sehingga seluruh rakyat Indonesia bisa mengetahui kabar gembira tersebut.

5. Darwis

Darwis merupakan sosok yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok. Sosok ini kerap disandingkan dengan Wikana, pemuda asal Sumedang. Bersama denga para pemuda lainnya, ia terlibat dalam aksi penculikan Soekarno dan Hatta. Sebab, ia termasuk ke dalam barisan pemuda jalan menteng 31. Barisan pemuda pimpinan Chaerul Saleh dan Sukarni.

Ia juga turut hadir dalam perumusan naskah proklamasi. Naskah yang kemudian dibacakan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Sayangnya, tak banyak sumber yang menjelaskan akan sosok yang luar biasa ini.

Itulah sejumlah tokoh golongan muda yang terlibat dalam peristiwa penting menjelang detik-detik kemerdekaan. Peristiwa itu menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok karena terjadi di sebuah daerah yang ada di Karawang yang bernama Rengasdengklok. Peristiwa rengasdengklok menjadi bukti bahwa kemerdekaan tidak hanya diperjuangkan oleh para golongan tua saja melainkan juga golongan muda ikut terlibat. Keduanya bersinergi demi mencapai kemerdekaan Republik Indonesia yang selama ini dinanti-nanti.

The post 5 Pahlawan Nasional dari Golongan Muda dalam Peristiwa Rengasdengklok appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>