PKI - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/pki Mon, 09 Jan 2023 02:41:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico PKI - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/pki 32 32 10 Tokoh yang Menjadi Korban G30S PKI https://haloedukasi.com/tokoh-yang-menjadi-korban-g30s-pki Mon, 09 Jan 2023 02:41:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40666 Dalam peristiwanya G30S PKI sejumlah jenderal menjadi korban kejinya peristiwa tersebut. Para jenderal yang meninggal ini kemudian diberikan penghargaan sebagai pahlawan revolusi. Gelar pahlawan Revolusi diakui sebagai pahlawan nasional semenjak Undang-undang nomor 20 tahun 2009 ditetapkan. Terdapat 10 orang perwira militer yang menjadi korban. Di mana delapan di antaranya meninggal dunia di Jakarta sedangkan dua […]

The post 10 Tokoh yang Menjadi Korban G30S PKI appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam peristiwanya G30S PKI sejumlah jenderal menjadi korban kejinya peristiwa tersebut. Para jenderal yang meninggal ini kemudian diberikan penghargaan sebagai pahlawan revolusi. Gelar pahlawan Revolusi diakui sebagai pahlawan nasional semenjak Undang-undang nomor 20 tahun 2009 ditetapkan.

Terdapat 10 orang perwira militer yang menjadi korban. Di mana delapan di antaranya meninggal dunia di Jakarta sedangkan dua perwira lainnya meninggal di Yogyakarta. Berikut ini sejumlah tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

1. Mayjen TNI (Anumerta) Soetojo Siswomihardjo

Soetojo Siswomiharjo salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Soetojo Siswomihardjo merupakan seorang perwira TNI angkatan darat yang gugur pada peristiwa G30S. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus 1922 di Kebumen. Karirnya di bidang militer dimulai saat menjabat sebagai polisi tentara perjuangan kemerdekaan 1945. Setelah jabatan itu, karirnya mulai merangkak naik hingga pada tahun 1961, ia diangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD.

Tak hanya berhenti sampai di situ, ia juga naik pangkat menjadi brigen pada tahun 1964. Mayjen Sutoyo menjadi salah satu korban G30S PKI. Menjelang peristiwa G30S PKI ia mempunyai firasat yang tidak enak. Rupanya firasatnya terbukti. Pada tanggal 1 Oktober pukul 04.00, Brigjen Sutoyo diculik oleh pasukan Cakrabirawa.

Pasukan cakrabirawa mengatakan bahwa Brigjen Sutoyo dipanggil oleh presiden. Namun, begitu ia keluar dari pekarangan rumahnya, ia dibawa ke lubang buaya. Di tempat itulah ia dianaya. Kemudian ia dibunuh oleh PKI karena disebut menentang pembentukan Angkatan Kelima PKI.

Ia ditemukan meninggal dunia di lubang buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Ketika meninggal, Brigjen Sutoyo berusia 43 tahun. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

2. Mayjen TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan

D.I Pandjaitan salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Donald Ignatius Panjaitan adalah salah satu korban dari peristiwa G30S PKI dan meninggal pada tanggal 1 Oktober 1965. Ia lahir pada tanggal 19 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Selama masih di Indonesia, ia sempat menjadi anggota Gyugun di Pekan Baru, Ria dan membentuk Tentara Keamanan Rakyat yang menjadi cikal bakal TNI.

Kemudian ia menduduki kursi jabatan sebagai komandan Batalyon di TKR. Ia juga menjadi komandan pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukit Tinggi pada tahun 1948. Setelah itu, ia menjadi kepala staf umum IV (Supply) Komandemen Tentara Sumatera.

D. I Pandjaitan terlibat dalam aksi pembongkaran rahasia PKI. Hal inilah yang kemudian menyulut emosi pihak PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September datang ke kediaman Pandjaitan. Saat Pandjaitan berusaha melarikan diri, ia ditembak oleh anggota PKI.

Akibat penembakan itu, ia meninggal dunia. Kemudian jasadnya dibawa dan dibuang ke lubang buaya. Saat meninggal, ia berusia 40 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

3. Letjen TNI (Anumerta) R Soeprapto

Soeprapto salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

R Soeprapto lahir pada tanggal 20 Juni 1920 di Purwokerto. Ia menjadi salah satu korban PKI dalam peristiwa G30S. Letjen Suprapto memulai karir militernya saat terlibat dalam perebutan senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian ia bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto. Selama bergabung bersama TKR, Letjen Suprapto terlibat dalam pertempuran Ambara yang melawan pasukan Inggris.

Pada bulan September 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staff Tentara dan Teritorial IV/Diponegoro di Semarang. Kemudian pada tahun 1951, ia pindah ke markas besar TNI yang ada di Jakarta sebagai staf angkatan darat.

Pada saat tanggal 1 Oktober dini hari, Suprapto tidak bisa tidur karena sedang sakit gigi. Ia kemudian didatangi oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai pengawal kepresidenan (Cakrabirawa). Mereka mengatakan bahwa Suprapto dipanggil oleh presiden untuk segera menghadap.

Suprapto kemudian dibawa ke luar dan dimasukkan ke dalam truk. Ia dibawa ke lubang buaya sebuah daerah pinggiran kota Jakarta. Tidak hanya seorang diri, ia bersama dengan 6 orang jenderal lainnya dibawa ke lubang buaya.

Di sana ia dihabisi hingga merenggut nyawa. Ia dibunuh karena menolak rencana PKI untuk mendirikan Angkatan Kelima. Saat meninggal, ia berusia 45 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1965.

4. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Ahmad Yani salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Purworejo. Ia memulai karir di duni militernya saat menjalani wajib militer di tentara Hindia Belanda di bawah pemerintahan kolonial. Pada tahun 1943, ia bergabung menjadi tentara PETA dan menjalani pelatihan lebih lanjut di Magelang.

Setelah menyelesaikan latihan, ia meminta untuk dilatih sebagai Komandan Peleton Peta. Permintaannya pun dikabulkan, ia kemudian dipindahkan ke Bogor untuk menerima pelatihan. Setelah selesai pelatihan, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur.

Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Yani bergabung ke dalam Tentara Republik. Ia terlibat aktif dalam memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, ia pindah ke Tegal. Pada tahun 1952, ia dipanggil untuk menjalankan misi melawan Darul Islam.

Pada tahun 1956, ia dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta am menjadi anggota staf umum untuk Abdul Haris Nasution. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari gerakan 30 September berusaha untuk menculik tujuh anggota staf angkatan darat. Sekitar 200 orang mengepung rumah Ahmad Yani yang ada di jalan Latuharhary No 6 di pinggiran Jakarta yakni Menteng, Jakarta Pusat.

Saat penculik datang ke rumahnya, mereka menjalankan siasat yang sama seperti yang diterapkan pada jenderal-jenderal sebelumnya. Ahmad Yani kemudian meminta untuk mandi dan berganti baju terlebih dulu sebelum menghadap presiden. Sayangnya, para penculik itu tak terima dan melakukan kekerasan kepada Ahmad Yani. Mereka kemudian menembak Ahmad Yani. Tubuhnya kemudian di bawa ke lubang buaya.

Ia ditemukan meninggal di lubang buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Semasa hidupnya, Ahmad Yani pernah turut serta dalam pemberantasan PKI Madiun pada tahun 1948, agresi militer Belanda II dan penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Saat meninggal ia berusia 43 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

5. Jenderal TNI (Anumerta) M. T Haryono

MT Haryono salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Laki-laki yang memiliki nama lengkap Mas Tirtodarmo ini lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di Surabaya. Ia juga menjadi korban yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Ia pernah mengenyam pendidikan di ELS dan HBS. Sebelum masuk ke dunia militer, ia lebih dulu masuk ke perguruan tinggi kedokteran guna melanjutkan pendidikannya. Ia bersekolah di kedokteran bentukan Jepang hanya saja tidak sampai selesai.

Setelah Indonesia merdeka, MT Haryono bergabung bersama pemuda lain untuk mempertahankan Indonesia. Kemudian ia bergabung dengan TKR. Saat awal pengangkatannya, MT Haryono mendapatkan jabatan sebagai Mayor. Namun, karena prestasinya, ia berkali-kali naik jabatan hingga mencapai Letnan Jenderal. Selain itu, Letjen Haryono terkenal dengan kepandaiannya menguasai bahasa internasional. Ia menguasai tiga bahasa internasional yakni Belanda, Jerman dan Inggris.

Di akhir hidupnya pada tanggal 1 Oktober dini hsri rumahnya didatangi oleh pasukan Cakrabirawa. Dengan alasan yang sama, mereka membawa MT Haryono dengan dalih untuk menghadap presiden. Ia kemudian dibawa ke lubang buaya dan menjadi salah satu korban dari kejadian naas tersebut. Saat itu, ia masih berusia 41 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama para pahlawan lain.

6. Jenderal TNI (Anumerta) S Parman Siswondo

S Parman salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Letjen Siswondo Parman merupakan petinggi TNI angkatan darat pada masa orde lama yang mengurusi bidang intelijen. Ia lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo. Karir militernya dimulai saat ia bergabung bersama TKR setelah Indonesia merdeka.

Kemudian pada tahun 1945, ia diangkat menjadi kepala staf polisi militer di Yogyakarta. Pada tahun 1951, ia dikirim ke sekolah polisi militer di Amerika untuk mendapatkan pelatihan secara khusus.

Setelah pelatihan itu, kemudian ia diangkat menjadi komandan Polisi Militer Jakarta. Selanjutnya ia berhasil menduduki sejumlah posisi di Polisi Militer Nasional. Sebelum hari kematiannya, ia mendapatkan peringatan. Berbeda dari yang lainnya, pada malam 30 Oktober sampai 1 Oktober rumahnya tidak diawasi seperti para jenderal lainnya.

Para pasukan cakrabirawa menjemput secara paksa dengan mengatakan bahwa diperintahkan untuk menghadap presiden. Ia kemudian dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke lubang buaya. Letjen Parman gugur pada peristiwa G30S PKI.

Ia kemudian dibunuh dengan cara ditembak mati dan dimasukkan ke dalam sumur tua. Ia dibunuh karena telah mengetahui rencana PKI yang berencana membentuk Angkatan Kelima. Saat meninggal ia berusia 47 tahun.

7. Kapten Czi (Anumerta) P. A Tendean

Piere Andreas Tendean salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Pierre Andries Tendean adalah ajudan dari Jenderal A.H Nasution pada tahun 1965. Ia lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Saat itu, ia ditangkap karena diduga oleh Pasukan G30S PKI sebagai Jenderal A. H Nasution. Saat ditangkap ia tidak melakukan pemberontakan. Hingga akhirnya ia dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur tua yang ada di lubang buaya.

8. Brigjen (Anumerta) Katamso

Katamso salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Brigjen (Anumerta) Katamso lahir pada tanggal 5 Februari 1923 di Sragen. Ia merupakan seorang TKR yang kemudian bergabung menjadi TNI setelah proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1958, ia pernah dikirim ke Sumatera Barat sebagai Komandan Batalyon A Komando Operasi 17 Agustus.

Beliau bertugas untuk melakukan penumpasan terhadap para pemberontakan PRRI. Katamso menjadi salah satu korban G30S PKI yang ditemukan meninggal pada tanggal 22 Oktober 1965.

9. A.I.P II (Anumerta) K. S Tubun

KS Tubun salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Ajun inspektur Polisi Karel Satsuit Tubun lahir pada tanggal 14 Oktober 1928 di Tual, Maluku. Setelah selesai mengenyam pendidikan dasar, ia bergabung dengan kepolisian Ambon. Kemudian setelah pendidikannya selesai, ia diangkat menjadi polisi dengan pangkat AIP (Agen Polisi Tingkat) II.

Ia ditempatkan di Kesatuan Brigade Mobil di Ambon. Selanjutnya ia dipindahkan ke Jakarta. Setelah bertugas di Jakarta ia ikut terlibat dalam operasi militer pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Misi itupun berhasil dituntaskan, ia kemudian diberi tugas untuk mengawal kediaman wakil perdana menteri Dr. Leimena dan ia pun naik pangkat menjadi Brigadir Polisi. Saat tragedi G30S PKI, KS Tubun sedang menjaga rumah Dr. Leimena yang kebetulan bertetangga dengan rumah Jenderal A. H Nasution. Sebelum menangkap A. H Nasution, sekolompok orang itu menyekap para pengawal rumah Dr. Leimena.

Saat itu, KS Tubun tengah tertidur, ia terbangun karena mendengar suara gaduh. Ia kemudian membawa senjata untuk mencoba menembak para gerombolan penculik. Namun, karena jumlahnya yang banyak, sekelompok penculik itu berhasil menembak KS Tubun. Ia pun meninggal di tempat karena tembakan tersebut. Saat meninggal ia berusia 36 tahun dan jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

10. Kolonel (Anumerta) R Sugiyono Mangunwiyoto

Sugiyono Mangunwiyoto salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Kolonel (Anumerta) R Sugiyono Mangunwiyoto lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di Gunung Kidul, Yogyakarta. Karir militernya dimulai saat bergabung dengan Peta. Sugiyono kemudian diangkat menjadi Komandan Peleton di Wonosari. Ia juga bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat.

Sugiyono menjadi salah satu korban G30S PKI. Ia meninggal karena dipukuli. Jasadnya kemudian dimasukkan ke dalam lubang buaya. Di mana lokasi lubang ini baru ditemukan oleh pemerintah pada tanggal 21 Oktober 1965. Setelah ditemukan, jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

The post 10 Tokoh yang Menjadi Korban G30S PKI appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Tokoh G30S PKI https://haloedukasi.com/tokoh-g30s-pki Fri, 06 Jan 2023 02:01:58 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40561 Gerakan 30 September atau G30S merupakan peristiwa dengan latar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam yakni pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober. Peristiwa ini mengakibatkan gugurnya enam orang jenderal dan satu orang perwira pertama militer Indonesia. Kemudian jenazahnya di masukkan ke dalam suatu lubang sumur yang ada di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. […]

The post 5 Tokoh G30S PKI appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Gerakan 30 September atau G30S merupakan peristiwa dengan latar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam yakni pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober. Peristiwa ini mengakibatkan gugurnya enam orang jenderal dan satu orang perwira pertama militer Indonesia.

Kemudian jenazahnya di masukkan ke dalam suatu lubang sumur yang ada di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Terdapat banyak jenis penyebutan terhadap peristiwa satu malam ini. Presiden Soekarno menyebutnya dengan istilah GESTOK atau Gerakan Satu Oktober. Sementara itu, Presiden Soeharto menyebutnya dengan GESTAPU atau Gerakan September Tiga Puluh.

Namun, terlepas dari banyaknya penyebutan, pada masa orde baru, presiden Soeharto mengubah sebutan peristiwa itu dengan nama G30S/PKI atau gerakan 30 September PKI. Sehingga, kita kenal dengan istilah ini.

Terlepas dari banyaknya perdebatan mengenai kejadian ini, terdapat lima pelaku utama yang sudah disepakati sebagai tokoh utama G30S.

Berikut ini tokoh-tokoh yang disebut sebagai pelaku utama G30S PKI.

1. Dipa Nusantara (DN) Aidit

DN Aidit, Salah Satu Tokoh G30S PKI

DN Aidit diduga menjadi sosok yang berada di balik peristiwanya G30S PKI. DN Aidit lahir pada tanggal 30 Juli 1923 di Belitung. Ia lahir dengan nama Achmad Aidit dan kerap disapa dengan nama Amat oleh orang-orang terdekatnya.

Pada saat kecil, ia pernah mendapatkan pendidikan Belanda. Ayahnya merupakan seseorang yang ikut memimpin gerakan pemuda di Belitung untuk melawan kolonial Belanda dan pernah menjabat sebagai anggota DPRS mewakili rakyat Belitung.

Menjelang dewasa, Achmad Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Ia memberitahukan hal ini kepada ayahnya dan ayahnya menyetujuinya. Pada tahun 1940, Aidit mendirikan perpustakaan Antara di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.

Lalu ia masuk ke sekolah dagang (Handelsschool). Ia juga belajar mengenai teori poliitk marxis melalui perhimpunan demoraktik sosial Hindia Belanda atau yang belakang dikenal dengan nama Partai Komunis Indonesia.

Dalam aktivitas politiknya ia berkenalan dengan orang-orang yang kelak mempunyai kedudukan penting seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta. Dari sinilah ia mulai mendapatkan banyak kepercayaan dan menjadi anak didik kesayangan Hatta. Sayangnya, belakangan keduanya memiliki ideologi politik yang berbeda.

Meskipun Aidit seorang marxis dan anggota PKI namun ia menunjukkan dukungan terhadap marhaenisme Soekarno dan membiarkan partainya berkembang tanpa adanya keinginan untuk merebut kekuasaan.

Sebagai balasan atas dukungannya, DN Aidit berhasil menjadi ketua umum comite central Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai seorang ketua Comite Central PKI Aidit dianggap sebagai orang nomor satu dan memiliki kuasa. Aidit memiliki jasa besar bagi perkembangan PKI.

Di bawah roda kepemimpinannya, ia mampu membawa PKI menjadi partai ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok. Selain itu, Aidit sukses membawa PKI menempati urutan keempat saat pemilu yang dilakukan pada tahun 1955. Bahkan menjelang tahun 1965, kader serta simpatisan PKI mencapai tiga juta orang.

Pada saat masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan bahwa PKI merupakan pelaku pemberontakan peristiwa G30S. Kemudian, Aidit diduga menjadi dalang peristiwa keji itu karena saat itu ia tengah menjabat sebagai ketua PKI.

Pada tanggal 1 Oktober dini hari, keenam jenderal senior serta beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta. Kudeta yang saat itu disalahkan kepada para pengawal istana karena dianggap loyal kepada PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung.

Kemudian, panglima komando strategi angkatan darat yakni Mayjen Soeharto mengadakan sebuah gerakan penumpasan terhadap PKI. Hingga saat ini, gerakan 30 September Pki masih menyimpan banyak teka-teki.

Terlebih siapa yang menjadi dalang di balik tewasnya enam jenderal dan satu perwira pertama dalam TNI Angkatan Darat. Menurut versi orde baru, Pelaku satu-satunya dalam sebuah kudeta yang terjadi pada tanggal 30 September hingga satu Oktober itu adalah PKI. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa G30S merupakan sebuah rekayasa CIA.

Sementara itu, banyak pihak berpendapat bahwa Soekarno sengaja melakukan peristiwa ini. Di samping itu berkembang asumsi bahwa Soeharto yang menjadi dalang sesungguhnya dalam G30S PKI. Mengetahui bahwa dirinya sedang dicari, Aidit kemudian melarikan diri. Namun, ia berhasil ditangkap di tempat persembunyiannya yakni di rumah Kasih atau Harjomartono yang ada di Solo.

Setelah penangkapan itu, ia dieksekusi oleh beberapa orang militer di sumur tua yang ada di belakang markas TNI Boyolali. Aksi Aidit ini telah menyeret PKI pada lubang kehancuran dan penderitaan. Diduga sekitar satu juta kader serta anggota PKI dihabisi karena dianggap terlibat dalam peristiwa G30S PKI.

2. Sjam Kamaruzzaman

Ajak Kamaruzzaman, Salah satu tokoh G30S PKI

Sjam Kamaruzzaman lahir pada tanggal 30 April 1924. Sjam Kamaruzzaman adalah ketua biro khusus PKI. Ia juga diduga terlibat dalam aksi kudeta dan pembubuhan yang terjadi pada saat peristiwa G30S PKI. Biro khusus yang dipimpinnya merupakan sebuah organisasi rahasia PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan kudeta. Salah satu strategi yang dilakukan dengan cara menyusup dan mempengaruhi kelompok tentara berhaluan kiri.

Sjam diduga membantu para pemimpin PKI yakni D.N Aidit dan M.H Lukman muncul kembali di pelabuhan Tanjung Priok setelah mereka pura-pura pergi ke pengasingan. Keduanya melakukan rencana tersebut setelah peristiwa Madiun pada tahun 1948 saat ada kudeta dari sayap kiri yang gagal. Sjam membantu keduanya melewati imigrasi.

Aidit banyak melakukan koordinasi dengan Sjam saat mempersiapkan G30S. Sjam juga yang memanas-manasi Aidit untuk cepat bergerak. Ia menjamin seluruh pasukan siap mendukung rencana Aidit. Sjam bertindak seolah memimpin gerakan ini. Para perwira militer seperti Letkol Untung, Brigjen Soepardjo dan Kol Latief berada di bawah komandonya.

Menurut kesaksian Sjam, pada pertengahan tahun 1965, Biro Khusus Pakai di bawah Sjam telah cukup sukses menyusup ke dalam militer dan kontak yang teratur dengan ratusan petugas. Saat itu, situasi di Indonesia sangat tegang dengan inflasi yang merajalela dan rumor daftar kematian yang telah disusun oleh komunis dan non komunis. Akhirnya sejumlah besar pasukan menuju ibu kota mengharapkan kudeta.

Pada malam tanggal 30 September 1965, kelompok yang dinamakan Gerakan 30 September menculik dan membunuh enam jenderal Angkatan Darat Indonesia. Keesokan paginya, anggota kelompok bersenjata mengambil alih alun-alun di pusat Jakarta dan mengumumkan di radio nasional Indonesia bahwa mereka telah menggagalkan kudeta yang direncanakan jenderal angkatan darat.

Setelah adanya peristiwa G30S PKI, Sjam Kamaruzzaman ditangkap di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 9 Maret 1967. Di meja pengadilan ia mengaku bahwa bergerak atas perintah DN Aidit. Atas pengakuan tersebut, Sjam Kamaruzzaman dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada tahun 1986.

3. Letkol Untung Syamsuri

Letkol Untung, Salah satu tokoh G30S PKI

Letnan Kolonel Untung Syamsuri merupakan kunci di balik gerakan G30S. Ia adalah seorang komandan batalyon KK I Cakrabirawa, Pengawal Presiden Soekarno.

Pada saat G30S, Letkol Untung diduga sebagai penggerak pasukan Cakrabirawa yang melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jenderal militer. Rencana yang telah disusunnya berantakan saat para jenderal sudah ada yang ditembak di rumahnya. Beberapa yang masih hidup kemudian dieksekusi di lubang buaya.

Setelah kejadian itu, Letkol Untung melarikan diri dan menghilang. Ia melarikan diri ke daerah Jawa Tengah. Namun, ia berhasil ditangkap saat berada di Bus di Brebes, Jawa Tengah. Sama seperti pelaku G30S lainnya, ia dieksekusi mati pada bulan Maret tahun 1966, satu tahun setelah kejadian G30S.

4. Brigjen Soepardjo

Brigjen Soepardjo, salah satu tokoh G30S PKI

Brigjen Soepardjo merupakan Komandan Komando Tempur di Kalimantan. Ia membawahi ribuan prajurit dalam rangka persiapan perang melawan Malaysia. Tetapi ketika menjelang peristiwa G30S, ia pulang ke Jakarta. Ia diduga dibina oleh Sjam Kamaruzzaman yang berasal dari biro khusus PKI.

Di dalam G30S, Soepardjo yang memiliki jabatan tinggi justru berada di bawah Letkol Untung sebagai wakil komandan. Meskipun menerima jabatan tersebut, ia kerap mempertanyakan keputusan tersebut kepada Letkol Untung.

Soepardjo memiliki peranan penting yakni sebagai juru bicara G30S yang menemui Soekarno dan menjelaskan peristiwa tersebut. Namun, ternyata Soekarno tidak mendukung adanya aksi G30S, tetapi juga tidak mengutuknya.

Soekarno hanya meminta Soepardjo beserta kawan-kawan untuk berhenti bergerak. Soepardjo kemudian ditangkap oleh Satgas Kalong pada tanggal 12 Januari 1967. Pada bulan Maret, Soepardjo diseret ke mahmilub dan dijatuhi eksekusi mati dengan cara ditembak.

5. Kolonel Abdul Latief

Kolonel Abdul Latief, salah satu tokoh G30S PKI

Kolonel Abdul Latief merupakan komandan brigade infanteri I/Djaja Sakti. Ia memiliki jabatannya yang strategi dan membawahi pasukan pengaman ibu kota. Bersama dengan Letkol Untung dan Brigjen Soepardjo, Kolonel Abdul Latief menjadi salah satu perwira yang menjadi pelaku utama G30S.

Setelah G30S gagal, ia ditangkap oleh Tentara Siliwangi di sebuah rumah yang berada di Benhil, Jakarta. Kakinya ditembak ditusuk bayonet. Selama puluhan tahun ia berada di ruang isolasi dan mendapatkan penyiksaan. Kakinya yang mengalami luka tak pernah diobati dengan serius sehingga menyebabkan banyaknya belatung.

Latief diperlakukan demikian karena ia memegang rahasia Soeharto. Sebelum G30S, ia telah memberi tahu Soeharto mengenai rencana penculikan para dewan jenderal. Ia memang terkenal dekat dengan Soeharto. Meskipun tak dieksekusi mati, Latief mendapatkan siksaan selama puluhan tahun. Setelah reformasi ia baru dibebaskan dan meninggal dunia pada tahun 2005.

The post 5 Tokoh G30S PKI appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peristiwa G30S/PKI : Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar Belakang https://haloedukasi.com/peristiwa-g30s-pki Tue, 06 Sep 2022 02:58:38 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38437 Peristiwa Gerakan 30 September atau yang dikenal sebagai G30S/PKI merupakan salah satu peristiwa sejarah pahit bagi Indonesia pada tahun 1965. PKI adalah salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia, dimana partai ini mengakomodir dari kalangan intelektual, buruh, sampai para petani. Sejarah G30S PKI Sejarah awal mula terjadinya peristiwa G30S/PKI ini dipimpin langsung oleh D.N […]

The post Peristiwa G30S/PKI : Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar Belakang appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Peristiwa Gerakan 30 September atau yang dikenal sebagai G30S/PKI merupakan salah satu peristiwa sejarah pahit bagi Indonesia pada tahun 1965. PKI adalah salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia, dimana partai ini mengakomodir dari kalangan intelektual, buruh, sampai para petani.

Sejarah G30S PKI

Sejarah awal mula terjadinya peristiwa G30S/PKI ini dipimpin langsung oleh D.N Aidit, yang pada saat itu merupakan ketua dari PKI. Tepatnya pada tanggal 1 Oktober tahun 1965 dini hari, Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang merupakan seorang anggota dari Cakrabirawa atau Pasukan Pengawal Istana, menjadi pemimpin pasukan yang dianggap setia kepada PKI.

Gerakan G30S/PKI ini dimulai dari kota Jakarta dan Yogyakarta yang mengincar para Perwira Tinggi AD Indonesia dan membawa mereka secara paksa menuju Lubang Buaya. Awalnya Gerakan ini bertujuan untuk menculik dan membawa paksa para Jenderal dan juga Perwira TNI AD ke lubang buaya saja.

Namun, beberapa prajurit dari Cakrabirawa memutuskan untuk membunuh Jenderal dan para Perwira tinggi yang mereka bawa ke Lubang Buaya. Lalu Jenazah para jenderal dan perwira TNI AD tersebut dibuang ke Lubang Buaya dan baru ditemukan selang beberapa hari setelah peristiwa tersebut terjadi.

Tujuan G30S/PKI

Tujuan dari G30S/PKI yang paling utama yaitu menggulingkan pemerintahan presiden Soekarno dan juga mengganti ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila menjadi Komunis. Apalagi pada saat itu, PKI yang dipimpin oleh D.N Aidit sangat gencar memberikan hasutan kepada warga Indonesia supaya mendukung PKI agar Indonesia menjadi lebih maju dan Sentosa apabila dibawah kekuasaan PKI.

Tidak hanya itu saja, gerakan ini juga mempunyai tujuan lain, diantaranya yaitu:

  • Menyingkirkan para TNI Angkatan Darat sehingga mereka akan dengan mudah merebut kekuasaan pemerintahan Indonesia
  • Mewujudkan cita-cita dari PKI, yaitu menjadikan ideologi Indonesia menjadi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang akan digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
  • Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai negara Komunis.

Kronologi G30S/PKI

Kronologi dari G30S/PKI yaitu bermula ketika tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI menumbuhkan kecurigaan dari parak kelompok anti-komunis dan juga tindakan yang dilakukan oleh PKI juga mempertinggi persaingan antara elit politik nasional.

Di tengah kecurigaan yang makin tinggi karena kabar presiden Soekarno sakit, Letkol Untung yang merupakan Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa (Pasukan Khusus Pengawal Presiden, memimpin kelompok yang akan melakukan aksi bersenjata di Jakarta.

Mereka melakukan aksi tersebut pada tengah malam yaitu pergantian tanggal 30 September menuju tanggal 1 Oktober tahun 1965. Hal tersebut juga yang menjadikan Gerakan ini dinamai sebagai Gerakan 30 September, karena sebelumnya dinamakan sebagai Operasi Takari.

Lalu mereka mulai melakukan aksi dengan menculik dan membunuh para Jenderal dan Perwira tinggi Angkatan Darat yang akan mereka bawa ke Lubang Buaya. Ada enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI ini, yaitu

  • Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
  • Mayor Jendral Raden Soeprapto
  • Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Harjono
  • Mayor Jenderal Siswondo Parman
  • Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
  • Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, serta ajudan Menhankam Jenderal Nasution yaitu Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan Brigadir Polisi Satsuit Tubun yang merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena.

Gerakan 30 September yang dilakukan juga di Yogyakarta, dipimpin oleh Mayor Mulyono juga menyebabkan beberapa TNI Angkatan Darat gugur, yaitu Kolonel Katamso yang merupakan seorang Komandan Korem 072/Yogyakarta, dan juga Letnan Kolonel Sugiyono yang merupakan seorang Kepala Staf Korem.

Sedangkan salah satu jenderal dari G30S/PKI di Jakarta yang berhasil selamat dari aksi serangan ini yaitu A.H Nasution, namun anaknya yang bernama Ade Irma Suryani tidak dapat diselamatkan dan menjadi korban G30S/PKI.

Latar Belakang G30S/PKI

Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI awal mulanya dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme atau NASAKOM yang telah berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Hal tersebut telah menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam tatanan politik Indonesia. Sehingga hal tersebut akan menjadi pembuka jalan bagi PKI untuk mewujudkan cita-citanya.

Salah satunya yaitu Peristiwa G30S/PKI ini yang dipimpin langsung oleh D.N Aidit yang bertujuan untuk menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan juga merebut kekuasaan pemerintahan. Tidak hanya itu, ada juga tiga faktor yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa G30S/PKI ini, yaitu :

  • Faktor pertama yaitu karena Angkatan Darat menolak Nasakomisasi yang dianggap sebagai ajaran yang hanya menguntungkan kedudukan PKI saja.
  • Faktor kedua yaitu Angkatan Darat juga menolak adanya pembembentukan Angkatan kelima.
  • Faktor Ketiga yang juga menjadi latar belakang terjadi peristiwa G30S/PKI ini yaitu Angkatan Darat yang menolak Poros Jakarta-Peking dan Konfrontasi dengan Malaysia, karena hal tersebut hanya akan membantu China dalam meluaskan semangat revolusi komunis di Asia Tenggara, sehingga dapat menyebabkan rusaknya hubungan baik dengan negara-negara tetangga.

The post Peristiwa G30S/PKI : Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar Belakang appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>