prasasti - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/prasasti Fri, 05 May 2023 00:59:56 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico prasasti - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/prasasti 32 32 Prasasti Canggal: Pengertian, Isi, Alih Kasara dan Bahasa https://haloedukasi.com/prasasti-canggal Thu, 04 May 2023 10:39:25 +0000 https://haloedukasi.com/?p=42929 Apa itu Prasasti Canggal Prasasti Canggal merupakan benda bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang didapati di Gunung Wukir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Peninggalan tersebut oleh masyarakat sekitar dinamai dengan sebutan Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya. Kondisi awal prasasti Canggal telah terbelah menjadi dua bagian dan saat ini telah direstorasi. Prasasti […]

The post Prasasti Canggal: Pengertian, Isi, Alih Kasara dan Bahasa appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa itu Prasasti Canggal
prasasti canggal

Prasasti Canggal merupakan benda bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang didapati di Gunung Wukir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Peninggalan tersebut oleh masyarakat sekitar dinamai dengan sebutan Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya.

Kondisi awal prasasti Canggal telah terbelah menjadi dua bagian dan saat ini telah direstorasi. Prasasti ini terbagi dalam dua pecahan yakni pecahan kecil dan pecahan besar. Pecahan kecil prasasti Canggal ditemukan di halaman candi Gunung Wukir.

Sedangkan pecahan besar prasasti Canggal disimpan di dalam Museum Nasional, Jakarta dengan nomor inventaris D.4. Fakta unik dari prasasti Canggal adalah menjadi prasasti nomor dua paling tua di pulau Jawa setelah prasasti Tuk Mas.

Prasasti ini dibuat pada saat masa Kerajaan Mataram Kuno dibawah pemerintahan Raja Sanjaya dan berangka tahun 732 Masehi atau 654 Saka. Prasasti Canggal ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta.

Prasasti Canggal menjadi prasasti pertama yang dibuat pada masa kekuasaan Raja Sanjaya yang pada saat itu dibuat dalam rangka untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga. 

Secara wujud, prasasti Canggal berbentuk persegi empat pipih dan bagian tepiannya telah diratakan. Pada permukaan bidang yang ditulisi telah diratakan dan pada bagian puncak berbentuk lengkungan kurawal.

Letak Prasasti Canggal

Candi Canggal atau dapat disebut juga candi Gunung Wukir merupakan candi Hindu yang terletak di dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1879 dalam candi tertua tersebut ditemukan prasasti Canggal yang saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat.

Lebih spesifik, candi Canggal terletak di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi yang berada di perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain prasasti Canggal, dalam candi Canggal juga ditemukan altar Yoni, patung lingga dewa Siwa, dan arca lembu betina atau Andini.

Alih Aksara Prasasti Canggal

Di bawah ini isi dari prasasti canggal dalam bentuk aksara.

Klausa 1

Cakendre’tigete crutindriya-rasair ankikrte vatsare. varendau dhavala-trayodaci-tithau bhadrottare kartike. lagne kumbhamaye sthiranga-vidite prastisthipat parvate lingan laksana-laksitam narapatic cri sanjayac cantaye.

Klausa 2

Gangottunga-taranga-ranjita-jata-maulindu-cudamanih. bhasvat-pankti-vibhuti-deha-vikasan nagendra-hara-dyutih. crimat-svanjali-koca-komala-karair dewais tu ya (s) stuyate. sa creyo bhavatam bhavo bhava-tamas suryo dadatv adbhutam.

Klausa 3

bhakthi-prahvair munindrair abhinutan asakrt svarga-nirvana-hetoh. devair lekharsabhadyair avanata-makutaic cumvitam sat-padabhaih. angulya-tamra-pattram makha-kirana-lasat-kecararanjitantam.deyat cam cacvatam vas Trinayana-carananinditambhoja-yugma.

Klausa 4

aicvaryaticayodbhavat sumahatam apy aqdbhutanam nidhih. tyagaikanta-ratas tanoti satatam yo vismayam yoginam. yo’stabhis tanubhir jagat-karunaya pusnati na svarthatah. bhutecac caci-khanda-bhusita-jatassa tryam vakah patu vah.

Klausa 5

Vibhrad-dhema-vapus-svadeha-dahana-jvala evodyaj-jatah. 1) veda-stambha-suvaddha-loka-samayo dharmartha-kamodbhavah. devair vandita-pada-panjaka-yugo yogicvaro yoginam. manyo loka-gurur dadatu bhavatam siddhim svayambhur vibhuh.

Klausa 6

Nagendrotphana-ratna-bhitti-patitam drstvatma-vimva-criyam. subhnubhanga-kataksaya kupitaya Nunam crya viksitah. 2) yo yogaruna-locanotpala-dalac cete’mwu-cayya-tale. tranartham’tridacais stutas sa bhavatamdeyat criyam cripatih.

Klausa 7

asid dvipavaram yavakhyam atulam chanyadi-vijadhikam. sampannam kanakakarais tad-amarai (s saksa)d ivoparjitam. 1) crimat-kunjara-kunja-deca-nihi (tam lin) gadi-tirthavrtam. 2) stanam divyatamam civaya jagatac cambhos tu yatradbhutam.

Klausa 8

tasmin dvipe Yavakhye purusa-pada-mahalaksma-bhute pracaste. rajogrod-agra-janma prathita-prthu-yaca sama-danena samyak. casta sarva-prajanam janaka iva cicor janmato vatsalatvat. sannakhyas samnatarir manur iva su-ciram pati dharmena prthvim.

Klausa 9

evam gate samanucasati rajya-laksmim sannahvaye’nvayavidhau samatita-kale. svarge sukham phala-kulopacitan prayate. bhinnam jagad bhramati coka-vacad anatham.

Klausa 10

jvalaj-jvalana-vidravat-kanaka-gaura-varnah. mahad-bhuja-nitamva-tungatama-murddha-crngonnatah. bhuvi sthita-kulacala-ksiti-dharocca-padocchrayah. prabhuta-guna-sampadodbhavati yas Tato meruwat.

Klausa 11

criman yo mananiyo wudha-jana-nikaraic castra-suksmarthavedi. raja cauryadi-gunyo raghur iva vijitaneka-samanta-cakrah. raja cri sanjayakhyo ravir iva yacasadig-vidik-khyatalaksmih. sunus sannaha-namnas svasur a(vanipater) nyayatac casti rajyam.

Klausa 12

yasmin chasati sagarormi-racanam caila-stanim medinim. cete raja-pathe jano na cakitac corairna canyair bhayaih. kirtyadyair alam-arjitac ca satatamdharmartha-kama naraih. nunam roditi rodititisa kalir anca-ceso yatah.

Alih Bahasa Prasasti Canggal

Di bawah ini isi dari prasasti canggal dalam bentuk bahasa.

Klausa 1

(Ketika tahun ditandai dengan rasas, organ dan Veda (651 Saka) tahun saka telah berlalu, pada bulan Kartika Senin, hari ke tiga belas, ditengah hari yang cerah, di Bhadra yang dikenal sebagai Sthirangga, Raja Sanjaya yang termasyhur, demi menciptakan ketenangan bagi rakyatnya didirikanlah Lingga pada sebuah bukit dengan berbagai tanda keberuntungan).

Klausa 2

(Semoga Siva matahari bagi dunia yang kelam memiliki perhiasan berbentuk bulan sabit berwarna menyerupai gelombang tinggi Gangga, memiliki kilau kalung berbentuk penguasa ular, memiliki dalam dirinya kemegahan sang pencerah (matahari) yang dipuji oleh para Deva dengan kelembutan telapak tangan mereka yang dilipat membentuk bejana, memberkatimu secara sempurna).

Klausa 3

(Semoga dua teratai tak berdosa yang berada di kaki “Dia yang bermata tiga” (Siva) yang berulangkali diagungkan oleh para penguasa yang bijak, menunduk memberikan penghormatan demi keselamatan mereka di Surga yang diberikan kecupan oleh Para Deva seperti Deva Indra dan lainnya, dengan mahkota berlekuk mereka yang menyerupai lebah, dengan segera berganti warna karena cahaya yang berasal dari kuku-kuku yang berkilau menyerupai bunga teratai dan daun berwarna tembaga, memberkatimu selama-lamanya).

Klausa 4

(Semoga “Dia yang bermata tiga”, penguasa para mahluk yang rambutnya berhiaskan bulan sabit, sumber segala keluhuran dan keindahan, berkenan memberikan kebesarannya terhadap pengunduran diri mereka, yang senantiasa menciptakan keajaiban, para yogi, yang memelihara dunia melalui delapan lekuk tubuhnya, karena belas kasihan dan atas dasar kepedulian, melindungi kita).

Klausa 5

(Semoga Siva, Deva yang tak diputerakan dan guru keduniawian, yang memiliki tubuh berwarna keemasan dan ikatan rambut, yang menyerupai api yang membakar dirinya sendiri hingga cacat, yang telah menciptakan dan menyatukan hukum keduniawian dalam Pustaka Veda, yang merupakan sumber agama, kemakmuran duniawi dan permohonan, yang memiliki kaki serupa teratai, yang selalu dipuja oleh Para Deva, yang merupakan penguasa para Yogi dan yang dihormati oleh orang-orang bijak, memberikan dirimu kemuliaan).

Klausa 6

(Semoga Deva Sri (Vishnu) yang dari kejauhan tampak seperti Dewi Kekayaan dengan tatapan kemarahan dan kerutan kening, yang terbaring di tempat tidur berair dengan mata menyerupai kelopak teratai merah yang sedang bermeditasi, dan yang selalu dipuja oleh Para Deva demi melindungi mereka, memberikanmu kemakmuran).

Klausa 7

(Tersebutlah sebuah pulau yang indah bernama Yava (Java) yang tertandingi oleh yang lain, yang memiliki biji-bijian berlimpah seperti padi dan lainnya, yang terdapat tambang emas yang dimiliki oleh Para Deva, adalah merupakan tempat yang paling indah dan menawan, Kuil Siva yang mensejahterakan dunia, yang didirikan oleh sebuah keluarga, yang berasal dari tanah termashur Kunjarakunja).

Klausa 8

(Di Pulau termashur bernama Yava tersebut, yang kemudian menjadi rumah bagi seorang lelaki dengan karakter kuat, Yang Utama dari seorang raja, dilahirkan dengan nama Sanna, sosok yang sangat tenar, yang diluar keterikatan terhadap rakyatnya, memerintah dengan cara yang tepat, melalui jalan damai, konsiliasi dan pemberian hadiah, seperti seorang ayah membesarkan anaknya, sosok yang musuh-musuh tunduk padanya, melindungi Bumi sepanjang waktu dengan keadilan seperti Manu).

Klausa 9

(Dalam keadaan ini, sementara Raja Sanna memerintah sebagai Dewi yang berkedudukan, dalam perjalanannya, dan dalam rangka menunaikan tugasnya, pergi menikmati kebahagiaan yang telah dikumpulkan oleh keluarganya, kemudian dunia dipisahkan dari dirinya, tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan seorang pemimpin).

Klausa 10

(Dia, yang naik tahta setelahnya, memiliki penguasaan dan kebaikan yang tiada tara, dan serupa dengan Gunung Meru. Dia berparas cerah seperti emas atau api yang menyala (seperti juga Gunung Meru yang berwarna putih), Ia memiliki lengan panjang, kaki yang besar dan kepala yang terangkat tinggi (seperti Gunung Meru dengan dasar yang besar dan puncak yang tinggi) yang di Bumi ini tiada penguasa lain yang menandingi keutamaan posisi dan keangkuhannya, yang hanya menyerupai gunung utama (Kulacala)).

Klausa 11

(Pengganti Raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh Raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)).

Klausa 12

(Kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang).

Isi Prasasti Canggal

Prasasti Canggal meninggalkan keterangan yang sangat berharga bagi penulisan sejarah kuno Indonesia, terutama di masa kerajaan Mataram Kuno pada saat dibawah pemerintahan Raja Sanjaya.

Prasasti Canggal menjadi prasasti pertama yang dirilis oleh Raja Sanjaya dalam rangka memperingati pendirian lingga di atas bukit Sthirangga. Pendirian lingga tersebut disimbolisasikan sebagai wujud rasa syukur bahwa sang raja telah dapat membangkitkan kembali kerajaan dan bertahta kembali.

Selain itu, pendirian lingga tersebut juga dimaknai sebagai kejayaan pemerintah yang pada saat itu telah berhasil mengalahkan musuh-musuh. Mengingat prasasti Canggal berasal dari halaman Gunung Wukir, yang berarti bangunan lingga merupakan reruntuhan dari candi yang berlokasi sama dengan daerah tersebut.

Pada bait awal dalam prasasti Canggal berisikan puji-pujian kepada Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu. Pujian kepada Dewa Wisnu terdiri dari tiga bait. Hal ini menerangkan bahwa agama yang dipeluk oleh Raja Sanjaya dan rakyatnya pada saat itu adalah Hindu Syiwa.

Dalam prasasti Canggal juga menyebutkan bahwa pendahulu Raja Sanjaya merupakan seorang raja yang bernama Sanna di pulau Jawa, yang memerintah dengan lemah lembut bagaikan seorang ayah yang mengasuh anak-anaknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang.

Selain itu disebutkan bahwa Raja Sanna merupakan raja yang termasyhur di berbagai penjuru dunia karena pernah menaklukan musuh-musuhnya. Raja Sanna juga memerintah dalam waktu yang lama dengan menjunjung tinggi keadilan. 

Pada saat Raja Sanna wafat banyak rakyat dan negerinya menjadi berduka, sedih, dan kebingungan karena kehilangan pelindung. Selanjutnya, raja pun berganti, yang menjadi pengganti Raja Sanna merupakan Raja Sanjaya, anak Sannaha atau saudara perempuan Raja Sanna.

Telah disebutkan dalam prasasti bahwa Raja Sanjaya merupakan raja yang gagah berani dan berhasil menaklukkan raja-raja sekelilingnya. Dari pencapaian tersebut Raja Sanjaya dihormati oleh banyak pujangga karena raja paham meletakkan kakinya jauh di atas kepala raja-raja yang lain.

Untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung dalam prasasti Canggal, berikut terjemahan bebas isi dari setiap bait prasasti tersebut.

  • Bait 1 berisikan mengenai Raja Sanjaya yang melakukan pembangunan lingga di atas bukit.
  • Bait 2 hingga 6 berisikan pemujaan terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu.
  • Bait 7 menggambarkan kekayaan alam dan kemakmuran di wilayah Jawa, serta menerangkan bahwa pulau ini didirikan candi Siwa untuk kebahagiaan penduduk atas bantuan dari penduduk kunjarakunjadesa.
  • Bait 8 hingga 9 mengisahkan Raja Sanna sebagai pemimpin yang bijaksana dan dermawan kepada rakyatnya di Pulau Jawa. Setelah raja wafat maka dunia dalam keadaan berkabung karena kehilangan.
  • Bait 10 hingga 11 menerangkan mengenai pengganti Raja Sanna yaitu Raja Sanjaya yang diibaratkan sebagai matahari. Pergantian kekuasaan tersebut tidak langsung diberikan kepada raja baru melainkan melalui saudara perempuan Raja Sanna yaitu Sannaha.
  • Bait 12 menceritakan mengenai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

The post Prasasti Canggal: Pengertian, Isi, Alih Kasara dan Bahasa appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-sriwijaya Thu, 16 Jun 2022 00:17:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35613 Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak buddha yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim karena kerajaan ini dapat menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara yaitu Selat Sunda dan Selat Malaka. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya : 1. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti kedukan bukit adalah prasasti yang ditemukan di […]

The post 12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak buddha yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim karena kerajaan ini dapat menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara yaitu Selat Sunda dan Selat Malaka. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya :

1. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti kedukan bukit - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti kedukan bukit adalah prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kemenangan sriwijaya dan Daputang Hyang yang melakukan perjalanan suci (Sidhayarta) dengan menggunakan perahu.

Pada prasasti kedukan bukit terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 604 Saka atau 682 Masehi. Ukuran Prasasti kedukan bukit ialah 45 cm x 80 cm.

2. Prasasti Talang Tuwo

Prasasti talang tuwo - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti talang tuwo adalah prasasti yang ditemukan di kaki Bukit Siguntang. Prasasti ini berisikan tentang pembangunan taman yang disebut Srisetra. Srisetra ini merupakan taman dengan berbagai macam tanaman yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di Kerajaan Sriwijaya sehingga masyarakat dapat hidup sejahtera dan tentram.

Pada prasasti talang tuwo terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa, bahasa melayu kuno dan terdiri dari 14 baris. Prasasti ini berangka tahun 606 saka atau 684 Masehi. Ukuran prasasti talang tuwo ialah 50 cm x 80 cm.

3. Prasasti Kota Kapur

Prasasti kota kapur - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti kota kapur adalah prasasti yang ditemukan di Kota Kapur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prasasti berisikan tentang kutukan untuk orang yang berbuat jahat dan melanggar perintah raja akan celaka.

Pada prasasti kota kapur terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini berangka tahun 608 saka ayau 686 Masehi. Ukuran prasasti kota kapur ialah tinggi 177 cm, lebar 32 cm dan 19 cm pada bagian puncak prasasti.

4. Prasasti Telaga Batu

Prasasti telaga batu - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti telaga batu adalah prasasti yang ditemukan di kolam Telaga Biru Kota Palembang. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang yang melakukan kejahatan, melanggar perintah raja dan pujian untuk orang yang melakukan perbuatan baik kepada Kerajaan Sriwijaya. Pada prasasti telaga batu terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno.

Prasasti telaga batu memiliki hiasan berupa 7 buah kepala ular kobra yang terletak di bagian atas prasasti dan ada pancuran tempat mengalirnya air pembasuh yang terletak di bagian tengah prasasti. Ukuran prasasti telaga batu ialah tinggi 118 cm dan lebar 149 cm.

5. Prasasti Karang Berahi

Prasasti karang berahi - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti karang berahi adalah prasasti yang ditemukan di tepian Batang Merangin Provinsi Jambi. Prasasti ini berisikan tentang kutukan bagi orang yang berbuat jahat dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.

Terdapat tulisan pada prasasti karang berahi yang ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti ini memiliki bentuk seperti separuh telur pada bagian bawah prasasti. Ukuran prasasti karang berahi ialah 90 cm x 90 cm x 10 cm.

6. Prasasti Ligor

Prasasti ligor - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti ligor adalah prasasti yang ditemukan di Ligor, Thailand. Prasasti ini berisikan tentang raja sriwijaya disebut sebagai raja dari segala raja di dunia mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara dan berita mengenai Visnu yang memiliki gelar Sri Maharaja.

Prasasti ini memiliki dua sisi yang disebut sisi A dan sisi B sehingga dikenal juga sebagai prasasti Ligor A dan prasasti Ligor B. Terdapat tulisan pada kedua sisi prasasti ligor yang ditulis dengan aksara Kawi.

7. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti palas pasemah - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti palas pasemah adalah prasasti yang ditemukan di Palas Pasemah Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia dan tidak patuh kepada raja Kerajaan Sriwijaya.

Pada prasasti palas pasemah terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa, bahasa melayu kuno, dan terdiri dari 13 baris. Berdasarkan pada tulisan di prasasti palas pasemah dapat diperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi.

8. Prasasti Hujung Langit

Prasasti hujung langit - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti hujung langit adalah prasasti yang ditemukan di Desa Haur Kuning Provinsi Lampung. Prasasti ini berisikan tentang pemberian tanah Sima.

Pada prasasti ini terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Diperkirakan bahwa prasasti hujung langit berasal dari tahun 997 Masehi.  

9. Prasasti Leiden

Prasasti leiden - peninggalan kerajaan sriwijaya

Prasasti leiden adalah prasasti yang disimpan di museum Volkenkunde Leiden Belanda. Prasasti ini berisikan tentang hubungan baik antara Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra. Pada prasasti leiden terdapat tulisan yang ditulis dengan menggunakan bahasa sanskerta dan bahasa tamil.

Selain itu, prasasti leiden ini memiliki tulisan yang tidak ditulis di atas batu melainkan ditulis pada bagian permukaan lempengan tembaga.

10. Candi Muaro Jambi

Candi muaro jambi - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi muaro jambi adalah candi yang terletak di Kabupaten Muaro jambi. Candi ini dibangun pada abad ke 9 sampai abad ke 12 Masehi. Candi ini memiliki luas kawasan sebesar 3.981 hektar sehingga candi muaro jambi termasuk candi yang paling luas di Asia Tenggara.

Candi muaro jambi juga sebagai bukti adanya masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Di dalam area candi muaro jambi terdapat 9 candi yakni Candi Gedong Satu, Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Astano, Candi Gumpung, Candi Kembang Batu, dan Candi Telago Rajo .

11. Candi Muara Takus

Candi muara takus - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi muara takus adalah candi yang terletak di desa Muara Takus Provinsi Riau. Candi ini bercorak buddha karena berdasarkan pada bentuk stupa terlihat berisi mantra agama buddha. Candi muara takus juga disebut sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.

Selain itu, Di dalam candi muara takus terdapat empat bangunan yang berukuran besar yakni Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, Dan Palangka. Candi ini juga dikelilingi oleh tembok sepanjang 74 x74 meter yang terbuat dari batu putih.

12. Candi Bahal

Candi bahal - peninggalan kerajaan sriwijaya

Candi bahal adalah candi yang terletak di desa Bahal Provinsi Sumatra Utara. Candi Bahal juga dikenal sebagai Candi Biaro Bahal atau Candi Portibi. Candi ini terbuat dari bata merah dan diperkirakan berasal dari abad ke 11.

Candi bahal merupakan candi terluas di Sumatera Utara yang memiliki tiga bangunan kuno candi yakni candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III. Selain itu, ketiga candi tersebut dikelilingi oleh para tinggi dan tebalnya sekitar 1 meter yang dibuat dari susunan batu merah.

Pada candi bahal I, candi bahal II, dan candi bahal III terdapat bangunan utama yang berada di tengah halaman dengan pintu masuk tepat mengarah ke gerbang. Ketiga candi ini dipisahkan dengan jarak sekitar 500 meter dan seluruh bangunan yang terletak di area tersebut terbuat dari susunan bata merah kecuali arca-arca yang terbuat dari batu keras.

The post 12 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri https://haloedukasi.com/bukti-keberadaan-kerajaan-sriwijaya Sat, 22 Jan 2022 13:52:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30801 Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka dan berdaulat pada masa lampau terdiri dari beberapa kerajaan. Kerajaan di Indonesia sangat beragam mulai dari yang bercorak Hindu-Budha hingga Islam.  Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang bercorak Budha. Kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke 7 sampai 15 masehi. Sriwijaya adalah menguasai kawasan […]

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka dan berdaulat pada masa lampau terdiri dari beberapa kerajaan. Kerajaan di Indonesia sangat beragam mulai dari yang bercorak Hindu-Budha hingga Islam. 

Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang bercorak Budha. Kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke 7 sampai 15 masehi. Sriwijaya adalah menguasai kawasan Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah dengan pusatnya yaitu di Palembang. 

Bagaimana kerajaan ini diketahui keberadaannya meskipun berasal dari ratusan tahun lalu? Tentu hal tersebut dikarenakan ada bukti-bukti sebagai sumber sejarah keberadaan kerajaan ini. Adapun bukti keberadaan Sriwijaya berasal dari dalam dan luar negeri seperti berikut ini. 

Bukti dari Dalam Negeri

Jejak peninggalan-peninggalan manusia, kelompok, bangsa ataupun kerajaan paling mudah dijumpai di lingkungan itu sendiri atau berasal dari dalam negeri. Berikut ini adalah bukti yang menyatakan keberadaan kerajaan Sriwijaya dari dalam negeri.

Prasasti Peninggalan

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang umum digunakan oleh suatu kelompok atau suku bangsa untuk menulis dan mencatat suatu kejadian. Dari prasasti ini dapat diketahui bagaimana dan dimana kelompok tersebut ada. Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan berbagai prasasti seperti berikut ini. 

  • Prasasti Kota Kapur

Prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan Sriwijaya adalah prasasti Kota Kapur yang ditemukan pada tahun 1892. Penemuan bukti pertama mengenai kerajaan Sriwijaya ini terjadi di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung oleh JK Meulen. 

Jejak peninggalan ini ditemukan dalam bentuk tugu batu setinggi 1,5 meter dan tertanggal 686 Masehi. Tulisan dalam prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan Melayu Kuno yang kemudian ditafsirkan oleh J. H. C. Kern. 

Isi dari prasasti ini adalah ancaman dan sumpah kutukan untuk pihak-pihak yang tidak patuh kepada kerajaan sedangkan yang patuh akan mendapat kesejahteraan. Prasasti ini sekarang berada di Museum Nasional Jakarta setelah sebelumnya disimpan di Museum Kerajaan Negeri Belanda.   

  • Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan. Lokasi persis penemuan ini adalah di di tepi Sungai Tatang, anak Sungai Musi oleh seseorang berkebangsaan Belanda bernama C. J. Batenburg. 

Prasasti ini terbuat dari batu dengan ukuran 45 × 80 cm dan berisikan tulisan yang menggunakan huruf Pallawa dan Melayu Kuno. Berdasarkan hasil penelitian, piagam ini tertanggal 682 M. Prasasti ini pun berhasil diterjemahkan 4 tahun kemudian oleh ahli bahasa Melayu yaitu Philippus Samuel van Ronkel. 

Isi dari prasasti ini adalah menggambarkan betapa majunya kerajaan Sriwijaya terutama pada bidang pelayaran. Berdasarkan prasasti ini perjalanan laut tersebut dilakukan oleh Deputi Hyang yang merupakan seorang utusan dari pihak kerajaan. 

  • Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo adalah bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada pada 17 November 1920. Prasasti ini ditemukan oleh Louis Constant Westenenk di kaki Bukit Siguntang, desa Talang Tuo, Palembang. 

Bentuk dari dokumen bersejarah ini berupa bidang datar dengan ukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti bertarikh 684 Masehi ini memberikan informasi tentang taman yang dibangun oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa yakni pendiri kerajaan Sriwijaya. 

Berdasarkan tafsiran dari van Ronkel dan Bosch taman tersebut dibangun untuk kesejahteraan semua makhluk. Prasasti ini dapat kita lihat di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Karang Berahi

Prasasti ini adalah bukti sejarah salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Sriwijaya yang ditemukan oleh L. Berkhout seorang ahli kontrolir dari Belanda. Piagam ini ditemukannya pada tahun 1904 di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, kabupaten Merangin, Prov. Jambi. 

Prasasti ini berukuran 90 x 90 x 10 cm dan terbuat dari batu andesit. Tidak ada tulisan jelas mengenai tahun pembuatan prasasti ini.

Namun jika dilihat dari isinya yang mirip dengan prasasti kapur maka prasasti ini dibuat pada tahun 686 Masehi. Isi dari kedua prasasti ini pun tidak jauh berbeda dan memiliki inti pesan yang sama. 

  • Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah adalah prasasti batu yang ditemukan di Lampung tepatnya di Palas Pasemah, tepi Sungai Pisang. Prasasti terbuat dari batu ini bertuliskan menggunakan bahasa Melayu Kuno sebanyak 13 baris. 

Sayangnya pada prasasti berbentuk setengah bulat dan oval ini tidak ada informasi mengenai tahun prasasti ini. Namun berdasarkan penelitian prasasti berisi ancam bagi yang tidak patuh ini datang dari abad ke 7. 

  • Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu yakni bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan oleh Batenburg pada 29 November 1920 di Telaga Batu, Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Ukuran dari prasasti ini yaitu 118 cm x 148 cm serta terbuat dari batu andesit.

Prasasti dengan tulisan sebanyak 28 baris ini tidak memuat tanggal pembuatannya. Namun diperkirakan datang dari abad ke 7. 

Candi Peninggalan 

Serupa dengan kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya, kerajaan Sriwijaya juga memberikan jejak peninggalan berupa candi seperti berikut ini. 

  • Candi Muara Takus

Candi Muara Takus berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh Cornet D. Groot seorang arkeolog pada tahun 1860.

Di dalam kompleks candi yang diperkirakan berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-11 ini ada Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.

  • Candi Muaro Jambi

Orang yang berjasa atas penemuan candi Muaro Jambi adalah  S.C. Crooke yang merupakan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Ia menemukan candi ini pada tahun 1920 di pedalaman Sumatera.

Kompleks candi ini berdiri di atas tanah seluas 3981 hektar dan menjadikannya sebagai Kompleks candi Hindu-Budha paling luas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. 

Di dalam kompleks candi yang sudah ada sejak abad ke 7 ini terdapat 9 bangunan candi lainnya. Bangunan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung Tinggi, Telugu Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

  • Candi Biaro Bahal

Candi Biaro Bahal berlokasi Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.

Candi yang dikenal juga sebagai  Biaro Bahal, atau Candi Portibi ini dibangun pada abad ke 11 dengan tiga bangunan utama yaitu Biaro Bahal I, II dan III. 

  • Situs Rimba Candi

Situs ini disebut juga dengan nama Gapura Sriwijaya karena memiliki bentuk berupa Gapura. Situs ini masih dalam penelitian lebih lanjut dan baru ditemukan 7 buah dari total 9 gapura. Lokasi ini berada di Sumatera Selatan dengan kondisi roboh karena faktor bencana alam. 

Sumber dari Luar Negeri

Jejak satu bangsa atau kerajaan bisa didapatkan dari luar negeri atau dari luar batas wilayah kekuasaannya. Sumber sejarah bukti adanya kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut. 

Prasasti dari Luar Negeri

Kekuasaan kerajaan Sriwijaya dapat dibuktikan melalui penemuan-penemuan prasasti di luar wilayah Nusantara seperti berikut ini. 

  • Prasasti Ligor

Prasasti ini adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Ligor, atau sekarang dikenal sebagai Nakhon Si Thammarat Thailand Selatan. Prasasti yang dalam bahasa Thailand disebut Vat Semammuang ini berkerangka tahun 775 M.

Prasasti ini terdiri dari dua bagian yang kemudian disebut sebagai Ligor A yang berisi tentang raja Sriwijaya dan diantaranya adalah Sriwijayendraraja, Sriwijayeswarabhupati, dan Sriwijayanrpati. Bagian kedua diberi nama Ligor B yang mengisahkan Sri Maharaja yang berasal dari  Dinasti Syailendra. 

  • Prasasti Leiden

Prasasti Leiden adalah sebuah prasasti yang ditemukan di daratan India. Prasasti ini datang dari tahun 1006 M dengan bentuk berupa lempengan tembaga yang bertuliskan menggunakan bahasa Tamil dan Sansekerta. 

Isi dari prasasti ini adalah informasi mengenai hubungan diplomatik kerajaan Sriwijaya pada masa Dinasti Syailendra dengan Dinasti Chola dari Tamil, India bagian Selatan. Namun prasasti ini tidak disimpan di Indonesia melainkan di KITLV Leiden, Belanda. 

  • Prasasti Kanton

Sesuai dengan namanya, Prasasti Kanton adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kota Kanton atau Guangzhou, China Selatan.

Prasasti yang bertuliskan tahun 1079 Masehi ini memberikan informasi bahwa kerajaan Sriwijaya memberikan bantuan kepada Dinasti China yang berkuasa pada saat itu dalam memperbaiki kuil di Kanton. 

  • Prasasti Nalanda

Satu lagi bukti kekuasaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di India tepatnya di di Bihar, Nalanda pada tahun 1912. Pada prasasti yang ditemukan oleh Hirananda Shastr ini tertulis tahun 860 M. 

Informasi yang didapat dari prasasti ini adalah penghargaan dari Raja Dewa Paladewa dari India untuk Raja Balaputradewa yakni raja termasyur pada masa dinasti Syailendra. 

Berita dari Luar Negeri

Selain mendapatkan bukti dari prasasti, jejak kerajaan Sriwijaya juga berasal dari berita-berita luar negeri seperti di bawah ini:

  • Berita dari China

Kekuasaan Sriwijaya disaksikan secara langsung oleh seorang biksu dari China yang bernama Yi Jing atau I Ching atau I Tsing. Biksu tersohor ini datang dari dinasti Tang yang berdiri tahun 635 hingga 713 Masehi di Tiongkok.

Ia menggambarkan kerajaan Sriwijaya dalam catatan sejarah yang berjudul “Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan” atau diterjemahkan menjadi “Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Laut Selatan”

Dalam catatannya biksu Yi Jing menyebut Sriwijaya sebagai “Shili Foshi” dan Jambi (Melayu) sebagai “Moluoyou”. Berdasarkan buku ini Sriwijaya disebut sebagai pusat kegiatan agama Budha di Asia Tenggara dan unggul dalam bidang militer dan pelayarannya.

  • Berita dari Arab

Sebuah catatan kuno dari Arab yang ditulis oleh tokoh bernama Al Biruni dan Hordadheh mengabarkan adanya kerajaan Zabag yakni sebutan kerajaan Arab untuk Sriwijaya. Kerajaan Arab menggambarkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang kaya akan hasil emasnya yang berasal dari tanahnya. 

Berdasarkan berita ini Zabag berada lebih dekat dengan China dibandingkan dengan India. Pada masa kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya memang memiliki hubungan dagang yang baik dengan negara lain seperti Arab, Persia, India, dan Cina

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit https://haloedukasi.com/prasasti-peninggalan-kerajaan-majapahit Tue, 11 Jan 2022 08:52:29 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30247 Siapa yang tidak kenal dengan Kerajaan Majapahit ? Pada masanya, kerajaan ini dipercaya merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan yang menyatukan Indonesia. Sudah pasti banyak peninggalan dari kerajaan ini. Mari simak prasasti apa saja yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit. Prasasti adalah benda bersejarah yang dibuat sebagai piagam atau dokumen yang ditulis pada suatu bahan yang tahan […]

The post 17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Siapa yang tidak kenal dengan Kerajaan Majapahit ? Pada masanya, kerajaan ini dipercaya merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan yang menyatukan Indonesia. Sudah pasti banyak peninggalan dari kerajaan ini. Mari simak prasasti apa saja yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit.

Prasasti adalah benda bersejarah yang dibuat sebagai piagam atau dokumen yang ditulis pada suatu bahan yang tahan lama. Secara modern prasasti lebih dikenal dengan tulisan bersejarah yang ditulis diatas batu atau sebuah bangunan.

Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia pada masa 1293 Masehi hingga 1527 Masehi yang berpusat di Jawa Timur. Masa kejayaan kerajaan ini ialah pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dimana Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang cukup luas di Nusantara.

Berikut adalah berbagai prasasti yang ditinggalkan oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti keberadaannya yang masih dapat dipelajari oleh generasi sekarang.

1. Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu

Prasasti Kudadu adalah prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit dengan tahun yang tertulis yaitu 1216 Saka atau 1294 Masehi. Prasasti ini mengisahkan mengenai penetapan yang dilakukan pada Desa Kudadu untuk menjadi sebuah sima.

Sima pada masa itu dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang dapat menjalankan dan membuat suatu sistem pemerintahan yang dijalankan dan disepakati oleh masyarakatnya.

Penetapan ini diberikan oleh raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat yang mewakili Desa Kudadu. Pemberian anugrah penetapan ini dikarena para pejabat Desa Kudadu telah membantu Raden Wijaya ketika melakukan pelarian dari pengejaran yang dilakukan oleh Jayakatwang.

Peristiwa ini terjadi ketika masa pemberontakan Jayakatwang kepada Singasari. Disebutkan bahwa Jayakatwang telah membunuh raja dari Kerajaan Singasari yaitu Raja Kertanegara. Prasasti Kudadu ini sendiri ditemukan pertama kali di lereng Gunung Butak yang terletak di Kabupaten Malang dan berdekatan dengan Gunung Kawi.

2. Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta juga kerap kali disebut dengan nama prasasti Raden Wijaya. Hal ini dikarenakan prasasti ini mengisahkan kisah hidup dari seorang Raden Wijaya. Prasasti ini berangka tahun 1208 Saka atau 1296 Masehi.

Dalam prasasti ini dikisahkan mengenai pemberian anugrah tertinggi yang diberikan kepada pejabat tinggi Desa Sukamerta yang telah berjasa membantu pelarian Raden Wijaya hingga tiba di Sumenep dan dapat bertemu dengan Aria Wiraraja.

Dimana Aria Wirajaya ini merupakan penasihat Kerajaan Singasari. Selain itu, prasasti ini juga menyebutkan kisah Raden Wijaya yang menjadikan keempat putri dari Kertanegara sebagai istrinya secara sekaligus. Kertanegara adalah raja terakhir yang memimpin Kerajaan Singasari, dimana dibawah kepemimpinannya dikatakan bahwa Singasari mencapai masa kejayaan.

Kemudian terdapat juga kisah mengenai penobatan Jayanegara (putra Raden Wijaya) sebagai raja muda di Daha atau Kediri pada tahun 1295 Masehi. Jayanegara sendiri dikatakan merupakan raja kedua yang memimpin Majapahit.

Prasasti ini ditemukan di sebuah gunung yang dikenal sebagai gunung keramat dan suci bahkan hingga kini. Gunung tersebut ialah Gunung Penanggungan yang terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan.

3. Prasasti Prapancasapura

Prasasti Prapancasapura

Prasasti Prapancasapura berangka tahun 1320 Masehi. Prasasti ini dibangun oleh Tribuwanatunggadewi yang mengisahkan mengenai nama yang diberikan kepada Hayam Wuruk sebelum nama Hayam Wuruk.

4. Prasasti Waringin Pitu

Prasasti Waringin Pitu

Prasasti Waringin Pitu adalah prasasti berangka tahun 1447 Masehi yang mengisahkan mengenai sistem pemerintahan dan birokrasi yang dijalankan oleh Kerajaan Majapahit pada masa itu.

Diceritakan dalam prasasti bahwa Kerajaan Majapahit memiliki 14 kerajaan bawahan, dimana masing-masing kerajaan bawahan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki gelar Bhre.

Raja dari kerajaan bawahan itu diantaranya ialah Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Daha, Bhre Keling, Bhre Wirabumi, Bhre Tanjung Pura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Tumapel, Bhre Wengker, Bhre Kabalan, Bhre Matahun, Bhre Singapura, Bhre Jagaraga dan Bhre Kelapapel-Singapura.

5. Prasasti Wurare

Prasasti Wurare

Prasasti ini berisi kisah Aryya Bharad yaitu seorang brahmana yang membagi tanah Jawa menjadi dua bagian. Hal ini dilakukan oleh sang brahmana karena adanya dua raja yang nyaris berperang hebat.

Kedua kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Janggala. Prasasti Wurare ini tertulis tahun 1289 Masehi atau tahun 1211 Saka.

6. Prasasti Balawi

Prasasti Balawi

Prasasti ini bertuliskan tahun 1305 Masehi, dimana prasasti ini ditemukan di Desa Balawi, Kabupaten Lamogan, Jawa Timur. Prasasti ini dikatakan menceritakan kisah yang serupa dengan prasasti Sukamerta. Prasasti ini berkisah mengenai Raden Wijaya yang menikah dengan empat orang putri dari Kertanegara.

Putri-putri Kertanegara itu bernama Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Rajapadni Dyah Dewi Gayatri, Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari dan Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita.

7. Prasasti Parung

Prasasti Parung

Prasasti Parung berangka tahun 1350 Masehi dan ditemukan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini berisikan petuah yang ditujukan kepada para pemegang kekuasaan para pemegang pemerintahan dan pejabat agar dapat bijak dan mempertimbangkan segala hal sebelum mengambil suatu keputusan.

Petuah yang tertuang dalam prasasti ini bahkan lebih dikhususkan untuk pejabat pengadilan. Pejabat pengadilan diharapkan untuk mencontoh para pendahulunya dengan membaca buku peraturan, hukum adat, buku sastra dari India serta pendapat tetua sebelum mengambil keputusan pada sebuah kasus.

8. Prasasti Biluluk I hingga IV

Prasasti Biluluk

Prasasti Biluluk adalah prasasti yang ditemukan di Lamogan dengan angka tahun yang tertulis ialah 1366 Masehi hingga 1397 Masehi. Prasasti ini terbuat dari lempengan tembaga dengan terbagi menjadi empat buah sehingga sering kali disebut dengan Prasasti Biluluk I, II hingga IV.

Prasasti Biluluk ini mengisahkan mengenai penganugerahan yang diberikan kepada Desa Biluluk untuk menjadi sebuah sima. Desa Biluluk memiliki sumber air asin sehingga menjadi pusat pertanian garam. Dalam prasasti juga diatur mengenai hukum untuk sumber air tersebut bahkan peraturan pajak.

9. Prasasti Karang Bogem

Prasasti Karang Bogem

Prasasti Karang Bogem bertuliskan tahun 1387 Masehi dan ditemukan di wilayah Karang Bogem yang kini menjadi wilayah dari Kabupaten Bungah.

Prasasti ini berbentuk sebuah logam satu keeping yang dipercaya ditulis oleh Batara Parameswara Pamotan Wijayarajasa Dyah Kudamerta seorang raja dari Kedaton Wetan.

Prasasti ini dibuat dua tahun sebelum wafatnya Hayam Wuruk. Prasasti ini berisikan peresmian Desa Karang Bogem sebagai wilayah perikanan.

10. Prasasti Katiden

Prasasti Katiden

Prasasti Katiden bertuliskan tahun 1317 Saka atau 1395 Masehi. Prasasti ini mengisahkan pengumuman yang diturunkan oleh Raja Wikramawardhana yang tidak lain adalah menantu Hayam Wuruk, yang ditujukan kepada Pacatanda yang berkuasa di Turen dan para same Katiden.

Same Katiden adalah masyarakat yang mendiami wilayah timur Gunung Kawi, baik di barat atau timur sungai. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa titah yang diberikan raja adalah agar masyarakat menjaga dan melestarikan hutan di lereng Gunung Lejar. Selain itu, masyarakat juga dibebaskan dari pembayaran pajak dan diperbolehkan menggunakan hasil hutan.

11. Prasasti Canggu

Prasasti Canggu

Prasasti Canggu memiliki nama lain yaitu Prasasti Trowulan I, yang dikeluarkan pada masa kepemimpinan raja Hayam Wuruk sekitar tahun 1358 Masehi. Prasasti ini berisikan mengenai peraturan yang berlaku untuk aktifitas penyeberangan yang dilakukan di sekitar Sungai Berantas dan Sungai Bengawan Solo.

12. Prasasti Jiwu

Prasasti Jiwu

Prasasti Jiwu atau Prasasti Jiyu merupakan prasasti berangka tahun 1416 Saka atau 1486 Masehi. Prasasti ini mengisahkan mengenai penghargaan yang diberikan kepada Sri Paduka Brahmaraja Ganggadara oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Anugrah ini berupa pemberian tanah di Talasan, Pung dan Batu untuk dibangun dan dijadikan asrama Trailokyapuri.

13. Prasasti Marahi Manuk

Prasasti Marahi Manuk

Prasasti Marahi Manuk adalah prasasti yang ditemukan di daerah Mojokerto. Prasasti ini berisikan kisah sengketa tanah yang kemudian diselesaikan dengan pemberian keputusan yang dilakukan oleh pejabat yang memahami hukum dari adat setempat.

14. Prasasti Alasantan

Prasasti Alasantan

Prasasti Alasantan dipercaya merupakan prasasti tertua dengan angka tahun 939 Masehi. Prasasti ini ditemukan Kabupaten Mojokerto tepatnya di Desa Bejijong, Trowulan.

Prasasti ini berisi perintah untuk menjadikan tanah di kawasan Alasantan untuk dijadikan tanah sima dengan kepemilikan kepada Rakaryan Kabayan. Titah ini diberikan oleh Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama.

15. Prasasti Maribong

Prasasti Maribong

Prasasti ini bertuliskan tahun 1264 Masehi. Cerita yang dikisahkan dalam prasasti ini mengenai pemberian hak. Hak yang diberikan ialah hak untuk mendirikan sebuah desa yang dinamakan Desa Maribong. Pemberian hak ini diberikan oleh Raja Wisnuwardhana.

16. Prasasti Hara-Hara

Prasasti Hara-hara

Prasasti Hara-hara memiliki nama lain yaitu prasasti trowulan VI yang berangka tahun 966 Masehi. Prasasti ini berisi penjelasan mengenai Mpu Mano yang memberikan tanah yang ia miliki kepada Mpungku Nairanjana dan Mpungku Susuk Pager agar tanah tersebut dipakai untuk membiayai rumah doa.

17. Prasasti Kamban

Prasasti Kamban

Prasasti ini mengisahkan mengenai Desa Kamban yang diberikan anugrah menjadi sima atau daerah perdikan. Penganugrahan ini diberikan oleh Rake Hino Sri Maharaja Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa. Prasasti ini tergolong cukup tua karena angka tahun yang tertulis adalah tahun 941 Masehi.

The post 17 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara https://haloedukasi.com/prasasti-peninggalan-kerajaan-tarumanegara Tue, 11 Jan 2022 08:24:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30255 Prasasti adalah salah satu kekayaan sejarah yang dimiliki Indonesia yang membuktikan sejarah panjang Indonesia jauh sebelum masa kemerdekaan dan penjajahan. Prasasti juga menjadi saksi perkembangan dan penyebaran agama di Indonesia pada masa kerajaan. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai di Kalimantan. Sebagai suatu kerajaan pada masa lampau, Kerajaan Tarumanegara juga […]

The post 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Prasasti adalah salah satu kekayaan sejarah yang dimiliki Indonesia yang membuktikan sejarah panjang Indonesia jauh sebelum masa kemerdekaan dan penjajahan. Prasasti juga menjadi saksi perkembangan dan penyebaran agama di Indonesia pada masa kerajaan.

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai di Kalimantan. Sebagai suatu kerajaan pada masa lampau, Kerajaan Tarumanegara juga sama dengan kerajaan yang lainnya dalam hal meninggalkan bukti sejarah dimana salah satunya berupa prasasti. Kerajaan ini dahulu terletak di tepi Sungai Citarum, kawasan Bogor, Jawa Barat.

Masa kejayaan kerajaan ini terjadi ketika masa kepemimpinan Raja Purnawarman dimana Kerjaan Tarumanegara berhasil menguasai kurang lebih 48 kerajaan lainnya. Sebagai salah satu kerajaan besar, tentu terdapat berbagai bukti sejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan tersebut. Berikut beberapa prasasti peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara.

1. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun memiliki nama lain yaitu Prasasti Ciampea. Prasasti ini ditemukan di desa dengan nama yang sama yaitu Desa Ciaruteun, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ditemukan di bukit yang diapit oleh tiga buah sunyai yaitu Sungai Ci Anten, Sungai Ci Sadane dan Sungai Ci Aruteun. Prasasti ini terbuat dari batu kali atau batu sungai yang sangat besar dengan bobot mencapai 8 ton.

Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Pada bagian atas prasasti terdapat ukiran sepasang kaki yang dipercaya merupakan kaki Raja Purnawarman yang diibaratkan sebagai Dewa Wisnu. Prasasti ini menegaskan mengenai sepasang kaki Raja Purnawarman yang gagah berani serta tangguh. Hingga membuatnya disamakan dengan Dewa Wisnu.

Sang raja diibaratkan sebagai Dewa Wisnu yang berkuasa namun tetap memberi perlindungan pada rakyatnya. Prasasti Ciaruteun pertama kali ditemukan pada tahun 1863 di aliran Sungai Ci Aruteun yang merupakan salah satu anak sungai dari Sungai Ci Sadane. Ketika banjir besar melanda pada tahun 1893, prasasti terseret banjir hingga berpindah beberapa meter ke hilir dan membuat tulisan prasasti terbalik menjadi menghadap tanah.

Pada tahun 1891, pemerintah kemudian memindahkan prasasti dan membuatkan perlindungan berupa bangunan pendopo agar kejadian prasasti terseret banjir tidak terulang kembali. Kini replika dari cetakan pada prasasti telah dibuat dan disimpan di dua museum di Jakarta dan satu museum di Bandung. Museum-museum itu ialah Museum Nasional Indonesia dan Museum Sejarah Jakarta serta museum di Bandung yaitu Museum Sri Baduga.

2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu juga dikenal dengan nama Prasasti Pasir Kolengkak yang ditemukan di kampung Pasir Gintung, Desa Parakanmucang, wilayah Kecamatan Nanggung yang berada di Kabupaten Bogor. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1854 namun mulai diteliti pada tahun 1954. Prasasti ini diukir pada batu alami dengan ukuran kurang lebih 2 hingga 3 meter.

Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dalam dua baris. Serupa dengan Prasasti Ciaruteun, Prasasti Jambu juga memiliki pahatan sepasang telapak kaki pada bagian atasnya. Para peneliti mengatakan adanya goresan telapak kaki sama seperti penggunaan cap atau tanda tangan pada masa sekarang.

Prasasti ini juga menyebutkan mengenai kegagahan dari sang Raja Purnawarman. Dalam prasasti dituangkan kekaguman pada raja yang jujur dan baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. Beliau dikatakan raja pemimpin Tarumanegara yang dihormati dan senantiasa gagah berani dalam penyerangan pada para musuhnya. Melalui aksara dan pahatannya, diperkirakan bahwa prasasti berasal dari pertengahan abad ke 5 Masehi.

3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi atau yang juga dikenal dengan Prasasti Tapak Gajah adalah prasasti yang ditemukan ketika melakukan pembukaan lahan kopi di kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Bogor.  Prasasti ini dipahat diatas batu andesit pipih dengan ukuran kurang lebih 1 meter.

Pada prasasti ini terdapat ukiran sepasang telapak kaki gajah dan ditengahnya terdapat ukiran tulisan dari huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.

Sepasang kaki gajah ini dikatakan merupakan gajah yang menjadi kendaraan sang Raja Purnawarman. Kaki gajah ini juga diibaratkan sama dengan kaki gajah Airawata yang menjadi wahana dari Dewa Indra.

4. Prasasti Tugu

Prasasti Tugu

Prasasti Tugu terpahat di atas batu berbentuk bulat telur dengan ukuran kurang lebih 1 meter dan pertama kali ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu.

Tidak berbeda dengan prasasti Kerajaan Tarumanegara lainnya, prasasti ini juga tidak memberikan keterangan tanggal pembuatannya. Prasasti Tugu memiliki kemiripan pahatan aksara dengan Prasasti Cidanghiyang, sehingga para peneliti berkesimpulan bahwa pemahat prasasti ini adalah orang yang sama.

Prasasti Tugu merupakan prasasti denga nisi terpanjang yang ditemukan pada masa Raja Purnawarman. Terdiri dari lima barisan melingkar yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini mengisahkan mengenai peresmian penggalian Sungai Candrabaga dan Sungai Gomati.

Penggalian ini dilakukan pada tahun ke-22 pemerintahan Raja Purnawarman, dan digalinya sungai ini dikarenakan sering terjadi bencana banjir ketika musim hujan dan terjadinya kekeringan di musim kemarau. Kini, Prasasti Tugu tersimpan apik di Museum Nasional Indonesia yang terletak di Jakarta.

5. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten atau yang awalnya dikenal dengan Prasasti Pasir Muara pertama kali ditemukan di tepi Sungai Cisadane, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbuang, Bogor. Prasasti ini diukir diatas sebuah batu andesit dengan ukuran yang cukup besar kurang lebih 2,5 meter x 1,5 meter.

Namun hal yang disayangkan adalah hingga kini para peneliti sejarah belum dapat membaca dengan pasti arti atau makna yang tertuang dalam prasasti tersebut. Hal ini dikarenakan ukiran yang tertulis diatas batu berupa pahatan sulur-sulur berbentuk ikal dan diprediksi merupakan huruf sangkha.

6. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi

Prasasri Pasir Awi atau dikenal juga dengan nama Prasasti Cemperai ditemukan di kawasan perbukitan Cipamingkis, Desa Sukamakmur, Bogor. Prasasti ini dipahat diatas batuan alam yang berada di puncak ketinggian bukit. Pada prasasti ini terdapat pahatan telapak kaki yang menghadap ke arah utara-timur.

Selain pahatan kaki, pada prasasti ini juga terdapat tulisan yang menggunakan huruf ikal sehingga para ahli masih kesulitan untuk membacanya. Pertama kali ditemukan prasasti ini ialah pada tahun 1867.

7. Prasasti Cidanghiang

Prasasti Cidanghiang

Sesuai dengan namanya, Prasasti Cidanghiang merupakan prasasti yang ditemukan di tepi aliran Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Pandeglang, Banten. Pertama kali ditemukan sekitar tahun 1947 namun mulai diteliti pada tahun 1954.

Prasasti ini terpahat diatas batu andesit dengan ukuran kurang lebih 2×3 meter. Huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta digunakan dalam pahatan prasasti ini, dimana aksaranya dikatakan memiliki kemiripan dengan Prasasti Tugu.

Dalam prasasti ini juga berisikan mengenai keagungan Raja Purnawarman. Serta menjelaskan cakupan wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.

Kini prasasti ini dirawat dan diletakkan di tempat ditemukannya dan dilindungi oleh bangunan cungkup tanpa dinding. Sehingga ketika hujan deras dan debit air sungai tinggi, dikhawatirkan prasasti akan terendam.

The post 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno https://haloedukasi.com/prasasti-peninggalan-kerajaan-mataram-kuno Wed, 05 Jan 2022 09:11:57 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30272 Sebelum masa penjajahan, Indonesia mengalami masa kerajaan yang tersebar hampir di seluruh negeri. Salah satu yang terkenal adalah kerajaan Hindu-Budha, Kerajaan Mataram. Sudah pasti kerajaan ini memiliki bukti peninggalan dimana salah satunya adalah prasasti. Untuk mengetahui lebih lanjut, bisa simak pada artikel ini. Kerajaan Mataram Kuno atau yang dikenal juga dengan nama Kerajaan Medang, merupakan […]

The post 11 Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebelum masa penjajahan, Indonesia mengalami masa kerajaan yang tersebar hampir di seluruh negeri. Salah satu yang terkenal adalah kerajaan Hindu-Budha, Kerajaan Mataram. Sudah pasti kerajaan ini memiliki bukti peninggalan dimana salah satunya adalah prasasti. Untuk mengetahui lebih lanjut, bisa simak pada artikel ini.

Kerajaan Mataram Kuno atau yang dikenal juga dengan nama Kerajaan Medang, merupakan kerajaan Hindu-Budha yang berdiri pada abad ke-8 dan berpusat Jawa Tengah dan kemudian mengalami perpindahan ketika abad ke-10.

Keturunan yang menguasai kerajaan ini terkenal dengan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. Banyak bukti peninggalan sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan ini pada masa itu. Berikut adalah bukti sejarah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berupa prasasti.

1. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal adalah sebuah prasasti berbentuk candra sengkala atau prasasti yang ditulis dengan menggunakan sandi dimana setiap kata atau bendanya melambangkan suatu angka.

Nama lain prasasti ini ialah Prasasti Gunung Wukir dan Prasasti Sanjaya. Berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi prasasti ini ditemukan di Candi Gunung Wukir yang terletak di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang, Jawa Tengah.

Prasasti ini ditulis diatas sebongkah batu menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dimana prasasti ini digunakan sebagai pernyataan diri oleh Raja Sanjaya bahwa dirinya adalah penguasa Kerajaan Mataram Kuno.

Prasasti ini menceritakan mengenai pembuatan lingga yang menjadi perlambangan Dewa Siwa oleh Sanjaya di Desa Kunjarakunja. Desa ini dipercaya sebagai tempat pertapaan seorang Rsi yang berasal dari India bernama Rsi Agastya.

Disebutkan pula bahwa raja awalnya ialah Sanna dimana tahta Sanna kemudian digantikan oleh Sanjaya yang merupakan anak dari Sannaha (saudara perempuan Sanna).

2. Prasasti Balitung

prasasti balitung

Tembaga Kedu, Mantyasih adalah nama lain dari Prasasti Balitung yang pertama kali ditemukan di Kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah. Prasasti ini bertuliskan angka 828 Saka atau 907 Masehi dan merupakan prasasti yang berasal dari Wangsa Sanjaya.

Prasasti ini dibuat bertujuan sebagai peresmian Balitung sebagai seorang pewaris tahta yang sah sehingga dalam prasasti ini disebutkan nama-nama raja yang memerintah sebelum Balitung.

Dalam prasasti ini juga menjelaskan bahwa Desa Mantyasih ditetapkan sebagai desa perdikan oleh Raja Balitung. Desa perdikan ialah wilayah desa yang memiliki hak bebas dari pajak.

3. Prasasti Kalasan

Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta merupakan lokasi penemuan pertama dari Prasasti Kalasan yang berasal dari Wangsa Sanjaya. Prasasti ini ditulis dengan huruf yang berasal dari India Utara bernama huruf Pranagari dan berbahasa Sanskerta dengan angka tahun 700 Saka atau 778 Masehi.

Prasasti ini mengisahkan mengenai guru dari raja Wangsa Syailendra memperoleh persetujuan untuk pembangunan bangunan suci Dewi Tara dan biara bagi para pendeta serta menjadikan desa Kalasan sebagai hadiah untuk para komunitas kebiarawan Agama Budha yang disebut sangha.

Prasasti Kalasan kini disimpan dengan baik di Museum Nasional yang terletak di Jakarta.

4. Prasasti Kelurak

prasasti kalasan

Kompleks Candi Prambanan bagian utara tepatnya dekat Candi Lumbung, Jawa Tengah adalah tempat ditemukannya Prasasti Kelurak yang di dalamnya tertulis angka 782 Masehi. Prasasti ini ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta dan kini prasasti batu ini tersimpan apik di Museum Nasional, Jakarta.

Keadaan tulisan pada batu Prasasti Kelurak ini sudah cukup tipis sehingga para peneliti mengalami kesulitan dalam membaca keseluruhan isinya. Namun secara umum, prasasti ini menjelaskan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk arca Manjusri yang tidak lain merupakan Candi Sewu. Candi ini dibangun atas perintah Raja Indra.

5. Prasasti Shankara

Prasasti Shankara

Prasasti Shankara ditafsir berasal dari abad ke-8 dan ditemukan di Sragen, Jawa Tengah. Namun sangat disayangkan keberadaan prasasti ini kini tidak diketahui.

Hal ini dikarenakan prasasti awalnya disimpan di museum pribadi bernama Museum Adam Malik dan kemudian museum mengalami kebangkrutan pada tahun 2005 atau 2006 dan prasasti ini dijual begitu saja.

Prasasti Shankara menceritakan mengenai Raja Shankara yang menjalani pergantian agama dari agama Siwa dan beralih ke agama Budha Mahayana.

Disebutkan juga ayah dari Raja Shankara yang meninggal karena sakit selama 8 hari namun tidak disebutkan mengenai nama ayah Raja Shankara.

6. Prasasti Gondosuli

Prasasti Gondosuli

Prasasti ini berangka tahun 832 Masehi diatas batu besar berukuran panjang 290 cm, lebar 110 cm dan tinggi mencapai 1 meter dan ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini ditemukan di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu.

Prasasti ini memberikan kesaksian bisu mengenai kejayaan dari Wangsa Sanjaya khususnya ketika masa pemerintahan Rakai Patahan. Pahatan aksara pada prasasti ini tertulis dalam 11 baris tulisan.

Kelestarian prasasti ini kini dijaga dengan baik  sehingga dibangun sebuah pagar yang mengelilingi dan menjaga prasasti tersebut. Keberadaan prasasti kini juga dijadikan sebagai objek wisata dengan penjagaan yang baik.

7. Prasasti Ngadoman

Ngadoman

Prasasti ini dianggap menjadi salah satu prasasti yang penting karena merupakan prasasti yang menjadi perantara aksara Kawi dan aksara Buda. Prasasti ini pertama kali ditemukan di kampung Ngaduman, Desa Tajuk, Getasan, Semarang, Jawa Tengah dekat dengan kota Salatiga.

8. Prasasti Siwagrha

prasasti siwagrha

Prasasti ini berangka tahun 778 Saka atau 856 Masehi dengan nama lain Prasasti Wantil dan pertama ditemukan di Jawa Tengah. Dan kini prasasti tersimpan dengan baik di Museum Nasional, Jakarta.

Prasasti ini dituliskan pada zaman Sri Maharaja Rake Kayuwangi setelah berakhirnya masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Pikatan.

Prasasti ini mengisahkan mengenai ciri-ciri kelompok candi agung yang diperuntukan kepada dewa Shiwa. Kelompok candi ini disebut dengan Shivagrha dalam bahasa Sanskerta yang berarti rumah Siwa dimana ciri-cirinya sangat mirip dengan Candi Prambanan.

9. Prasasti Sojomerto

Prasasti Sojomerto adalah prasasti yang diukir diatas batu andesit dengan ketebalan batu mencapai 30 cm dengan panjang 43 cm dan tinggi mencapai 78 cm. Prasasti ini ditemukan di Desa Sojomerto, Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Kawi dan berbahasa Melayu kuno dengan jumlah baris tulisan mencapai 11 baris. Mengisahkan mengenai seorang tokoh yang dipercaya menjadi awal mula lahirnya raja-raja dari keturunan Wangsa Syailendra.

Tokoh yang diceritakan dalam prasasti ini adalah Dapunta Selendra. Putra dari Santanu dan Bhadrawati, disebutkan pula bahwa Dapunta memiliki seorang istri bernama Sampula.

Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun secara pasti, namun para peneliti memprediksi prasasti ini berasal dari awal abad ke-8 Masehi.

10. Prasasti Plumpungan

Prasasti Plumpungan adalah prasasti yang ditulis diatas batu andesit dengan ukuran 170 cm x 190 cm dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini ditemukan di Desa Kauman Kidul, Sidorejo dan dipercaya merupakan prasasti yang menjadi asal usul Salatiga.

Prasasti ini memiliki nama lain Prasasti Hamparan yang mengisahkan mengenai Raja Bhanu yang merupakan raja bijaksana yang sangat memedulikan kesejahteraan rakyat. Dalam prasasti ini juga menjelaskan mengenai ketetapan hukum tanah perdikan bagi sebuah desa bernama Desa Hampra.

11. Prasasti Kayumwungan

Prasasti Kayumwungan tergolong prasasti dengan isi yang panjang dan terbagi dalam lima buah batu. Prasasti ini ditemukan di Desa Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah.

Prasasti ini bertuliskan tahun 746 Saka atau 824 Masehi dengan menggunakan aksara Jawa Kuno berbahasa Sanskerta pada 24 baris pertama, kemudian baris berikutnya hingga akhir menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Prasasti ini mengisahkan mengenai Raja Samaratungga dan anaknya Pramodawardhani yang membangun bangunan suci bernama Jinalaya dan Wenuwana. Bangunan suci ini ditujukan untuk tempat meletakkan abu dari jenazah Raja Indra yang berasal dari Wangsa Syailendra.

The post 11 Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Prasasti Yupa: Pengertian – Sejarah dan Contohnya https://haloedukasi.com/prasasti-yupa Wed, 24 Mar 2021 00:51:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23109 Kerajaan Kutai, merupakan kerajaan Hindu tertua yang ditemukan oleh para ahli sejarah. Kerajaan tertua tersebut di ketemukan telah meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah. Sala satunya adalah Prasasti Yupa. Pengertian Prasasti Yupa Prasasti Yupa merupakan prasasti peninggalan Kutai. Yupa berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada […]

The post Prasasti Yupa: Pengertian – Sejarah dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Kutai, merupakan kerajaan Hindu tertua yang ditemukan oleh para ahli sejarah. Kerajaan tertua tersebut di ketemukan telah meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah. Sala satunya adalah Prasasti Yupa.

Pengertian Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan prasasti peninggalan Kutai. Yupa berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada Yupa dapat diketahui masuknya pengaruh agama Hindu di Nusantara. Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya Kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai di Kalimantan.

Sejarah Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan prasasti dengan tujuh tugu tertulis yang di dalamnya ada salah satu informasi mengenai sebuah peringatan pada upacara dan persembahan derma sebanyak 20 ribu sapi kepada pada para Brahmana.

Sebenarnya, upacara persembahan tersebut diadakan ketika Mulawarman, Raja yang memerintah saat itu memeluk Hindu untuk pertama kalinya. Mulawarman adalah putra Aswawarman atau cucu Kudungga. Ia memerintah pada abad kelima.

Kerajaan yang Mulawarman pimpin diperkirakan berlokasi di sekitar Muara Kaman, 100 kilometer dari Samarinda, kini sebuah kecamatan di Kutai Kartanegara. Beberapa pihak menamakan kerajaan tersebut Kutai. Penamaan tersebut menyeruak karena prasasti yupa yang ditemukan pada abad ke-19 berlokasi di wilayah Kesultanan Kutai Kertanegara.

Menurut analisis ahli epigrafi seperti Prof Johan Hendrik Caspar Kern dan Louis Charles Damais, Mulawarman mempersembahkan sapi-sapi tersebut pada permulaan abad kelima Masehi.

Kemampuan kerajaan menyediakan persembahan 20 ribu ekor sapi adalah petunjuk majunya perekonomian. Jika sapi-sapi didatangkan melalui impor, kerajaan berarti mempunyai sumber daya ekonomi atau alat tukar emas yang cukup. Sementara bila sapi adalah produksi mandiri, Muara Kaman berarti memiliki keberhasilan di sektor peternakan.

Fungsi Prasasti Yupa

Fungsi dari Prasasti Yupa, selain diketahui mencantumkan catatan salah satu bentuk peringatan persembahan Raja Mulawarman. Juga mencantumkan tulisan sebagai berikut :

  • Raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Kudungga.
  • Putra Kudungga adalah Asmawarman.
  • Asmawarman sebagai pembentuk keluarga atau Wamsakarta.
  • Asmawarman mempunyai tiga putra di antaranya adalah Mulawarman.

Contoh Prasasti Yupa

Contoh Prasasti Yupa

The post Prasasti Yupa: Pengertian – Sejarah dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Prasasti: Pengertian – Sejarah dan Contohnya https://haloedukasi.com/prasasti Tue, 23 Mar 2021 23:54:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23108 Dalam pelajaran sejarah atau saat mengunjungi museum kita pasti pernah melihat sebuah prasasti batu. Pada jaman dahulu, prasasti sudah menjadi sebuah hal yang umum. Lalu, apakah arti dari Prasasti itu sendiri? Berikut ini kami akan jelaskan. Pengertian Prasasti Pengertian Secara Umum Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap […]

The post Prasasti: Pengertian – Sejarah dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam pelajaran sejarah atau saat mengunjungi museum kita pasti pernah melihat sebuah prasasti batu. Pada jaman dahulu, prasasti sudah menjadi sebuah hal yang umum. Lalu, apakah arti dari Prasasti itu sendiri? Berikut ini kami akan jelaskan.

Pengertian Prasasti

Pengertian Secara Umum

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan”.

Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat.

Meskipun berarti “pujian”, tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan.

Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berjasa. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Dari yang diketemukan di beberapa tempat di Indonesia, Prasasti yang terlihat menunjukkan hubungan antara Indonesia dengan India antara lain Prasasti Mulawarman di Kalimantan yang berbentuk Yupa, Prasasti Purnawarman di Jawa Barat. Prasasti ditulis dalam bentuk syair menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta.

Pengertian Menurut KBBI

Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian dari prasasti adalah sebuah piagam yang ditulis di batu, tembaga dan sebagainya.

Sejarah Prasasti

Sampai saat ini prasasti di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, dari kerajaan Kutai yaitu Yupa, Kalimantan Timur. Prasasti itu berisi tentang hubungan geneologi di masa pemerintahan raja Mulawarman.

Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang tertulis dengan huruf Pallawa serta bahasa Sansekerta. Periode terbanyak keluarnya prasasti pada Abad ke-8 sampai abad ke-14.

Pada saat itu aksara banyak dipakai ialah Pallawa, Sanskerta, Prenagari, Jawa Kuno, Sunda Kuno, Melayu Kuno, dan Bali Kuno. Bahasa yang dipakai juga beranekaragam dan biasanya ialah bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Bali Kuno, dan Sunda Kuno.

Fungsi Prasasti

Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau.

Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan. Prasasti merupakan bukti autentik tentang kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat pada masa lampau, yang tidak lepas dari kehidupan serta kekuasaan raja beserta pejabat-pejabat kerajaan.

Ada prasasti yang berisi penentuan batas sima/perdikan, hukum, pajak, kemenangan raja, pendirian bangunan suci, dan bahkan silsilah.

Tujuan Prasasti

Pada masa Kerajaan Mataram Hindu pada abad ke-7, raja-raja yang memerintah membangun suatu sistem penyampaian perintah yang cepat dan tertera hitam di atas putih. Karena pada masa tersebut belum ditemukan kertas dan tinta.

Media yang digunakan adalah prasasti yang dibuat dari batu atau logam. Kemudian di atas bahan-bahan tersebut ditatah serta digoreskan aksara demi aksara.

Pada masa itu, orang telah mengenal aksara Jawa Kuna, serta aksara Dewanagari. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuna, bahasa Sanskerta, dan Melayu Kuna, sebagaimana terbukti dari prasasti emas yang ditemukan di daerah Ratu Boko.

Pada prasasti tersebut digunakan bahasa Jawa Kuna (bahasa ibu), bahasa Sanskerta (untuk kepentingan keagamaan), dan bahasa Melayu Kuna (untuk perdagangan).

Bahan Pembuat Prasasti

Pahatan aksara di atas prasasti merupakan hasil karya para penulis prasasti yang biasa disebut dengan citralekha. Dalam memahat prasasti seorang citralekha menggoreskan aksara sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, dalam arti tidak ada bentuk yang baku.

Para citralekha cukup mudah mendapatkan bahan prasasti, karena logam pada masa Jawa Kuna merupakan komoditi yang diperjualbelikan dengan leluasa. Supaya siap digunakan sebagai “kertas tulis” logam harus disiapkan sampai berbentuk lempengan yang akan digores dengan aksara.

Pada prasasti berbahan batu, pengerjaannya juga melalui tahapan pemilihan bahan, menjadikan bongkahan batu ke dalam bentuk yang diinginkan, serta menyiapkan permukaannya sebagai bidang yang siap untuk dipahat membentuk aksara.

Pada saat mengguratkan tulisan pada logam atau batu, citralekha menggunakan alat semacam tatah. Namun, sebelumnya isi prasasti telah ditulis terlebih dahulu dengan menggunakan arang, kapur, atau ujung daun buah kosamra.

Dalam naskah-naskah kuno dijumpai gambaran tentang cara kerja para citralekha yang menggunakan pisau tulis untuk menggores atau menggurat aksara. Disebutkan bahwa ada dua orang yang berperan dalam penulisan prasasti.

Mereka terdiri atas seorang juru tulis kerajaan yakni citralekha yang menulis perintah raja, dan seorang penatah prasasti yakni anatah prasasti/likhitapatra yang menatahkan kalimat-kalimat pada batu atau lempengan logam.

Contoh Prasasti di Indonesia

  • Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara, Ciampea, Bogor, 536
  • Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor, abad ke-5
  • Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea, Citeureup, Bogor
  • Prasasti Tukmas, Dakawu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, ~ 500
  • Prasasti Canggal, Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang, Jawa Tengah, 732.

The post Prasasti: Pengertian – Sejarah dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>