prasejarah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/prasejarah Mon, 12 Sep 2022 06:52:41 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico prasejarah - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/prasejarah 32 32 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi https://haloedukasi.com/pembagian-zaman-prasejarah-berdasarkan-geologi Mon, 12 Sep 2022 06:50:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38508 Anda hidup di dunia saat ini, masih sebentar bukan? Mengingat bahwasannya bumi sudah ada miliaran tahun lamanya. Sebelum hadir manusia modern, masih ada manusia lainnya. Manusia yang mana hidup diperbedaan zaman, kentara. Dengan kondisi bumi yang masih saja penuh gejolak, zaman itu disebut dengan zaman prasejarah. Zaman ini berbeda jauh dengan zaman yang serba IT […]

The post 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Anda hidup di dunia saat ini, masih sebentar bukan? Mengingat bahwasannya bumi sudah ada miliaran tahun lamanya. Sebelum hadir manusia modern, masih ada manusia lainnya. Manusia yang mana hidup diperbedaan zaman, kentara.

Dengan kondisi bumi yang masih saja penuh gejolak, zaman itu disebut dengan zaman prasejarah. Zaman ini berbeda jauh dengan zaman yang serba IT dan modern, namun dalam geologi termasuk ke dalam zaman perubahan.

Apakah sudah tahu dengan kondisi zaman prasejarah? Mari membahas lebih lanjut mengenai zaman prasejarah menurut geologi.

Pengertian Zaman Prasejarah

Sudah tahu belum dengan pengertian zaman prasejarah? Prasejarah adalah zaman yang mana belum adanya tulisan dan manusia belum terkenal sama sekali kehidupannya.

Pada zaman yang satu ini tidak ada yang namanya para ahli dan tidak ada tulisan yang memberikan suatu petunjuk.

Pembagian Zaman Prasejarah

Sebenarnya, dalam posisi pembagian zaman-zaman prasejarah ini bisa dibagi berdasarkan dua hal yaitu geologi dan arkeolog. Namun pada artikel kali ini akan mengulik mengenai pembagian zaman prasejarah berdasarkan geologi.

Geologi adalah hal yang mempelajari perihal bumi, struktur dan fisik. Maka dari itulah, berikut ini penjelasan mengenai pembagian zaman berdasarkan sisi geologi, terbagi menjadi 4 bagian, diantaranya sebagai berikut:

Zaman Tertua (Arkaekum)

Zaman yang paling tua adalah zaman arkaekum. Zaman yang satu ini telah berlangsung dalam kurun waktu 2,5 milliar tahun.

Kondisi bumi masih mempunyai kulit panas, sehingga tidak ada sedikitpun kehidupan yang tumbuh dan berkembang. Bahkan udara juga dalam bentuk panas.

Zaman Hidup Tua (Paleozoikum)

Zaman yang satu ini berbeda dengan arkaekum. Suhu yang ada di bumi mulai menurun, tidak sepanas di zaman arkaekum. Di bumi sudah ada yang namanya oksigen. Kehidupan mulai ada di zaman hidup tua. Ada berbagai macam flora dan fauna.

Asal muasal zaman hidup tua ini berada di perairan. Kelahiran prokaroit mulai ada di bumi. Kehidupan yang mana ada kehidupan tanpa tulang. Namun sudah mulai berevolusi menjadi ikan bertulang. Keberlangsungan zaman hidup tua ini sekitar 542 juta tahun.

Inilah periode yang ada di zaman hidup tua, diantaranya sebagai berikut:

  • Kambrium – Nama periode yang klasik, wilayah asal batuan.
  • Ordovisum – Nama diambil dari salah satu suku Wales, wilayah dengan lapisan batuan kedua dan fosil-fosil fauna telah ditemukan tentunya berbeda satu sama lain.
  • Silur – Awal mula periode peristiwa besar terjadi.
  • Devon – Masa kejayaan karena adanya ikan tidak berahang, pipih dan bulat.
  • Karbon – Nama periode ini diambil dari lapisan tebal kapur, bisa disebut dengan mississippian dan subperiode. Berakhirnya periode ini ditandai dengan zaman es.
  • Perm – Periode paling terakhir yang ada di zaman paleozikum. Tiga periode yang terbagi di antaranya yaitu Lopongian, Guadalupian, dan Cisuarian.

Zaman Hidup Pertengahan (Mesozoikum)

Periode ini berlangsung pada 250 – 66 juta tahun yang lampau. Pada periode ini banyak sekali reptil-reptil berukuran besar. Pada periode atau zaman yang satu ini terbagi menjadi tiga waktu, di antaranya sebagai berikut:

  • Triasic – Berlalu dengan rentan waktu 250-200 juta lamanya. Pada periode ini menunjukkan pemulihan atas suatu kehancuran. Bahkan, semakin terlihat besarnya pertumbuhan dan perkembangan reptil yang besar. Namun pada periode yang akan berakhir ini ditandai dengan evolusi reptil darat, dinosaurus.
  • Jurrasic – Pada periode ini kondisi jauh lebih baik, terutama pada iklim. Iklim jauh lebih lembab dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Lalu, pada periode ini terdapat perkembangan diplodocus serta brachiosaurus. Hutan yang ada di periode jurrasic adalah hutan konifer. Lalu, pada periode ini ada momen kepunahan besar. Namun, ada mamalia yang berkembang lebih baik dan ukurannya sangatlah kecil.
  • Cretacous – Periode yang satu ini disebut dengan kapur.

Zaman Hidup Baru (Neozoikum)

Zaman yang satu ini disebut dengan zaman kehidupan baru. Zaman yang satu ini sudah berlangsung dalam kurun waktu 60 juta tahun bahkan masih bertahan hingga sekarang. Kondisi di zaman yang satu ini lebih baik dibandingkan sebelumnya dan berlangsung stabil.

Sudah tahu zaman-zaman yang ada di neozoikum? Inilah penjelasan lebih lanjut mengenai zaman hidup baru, diantaranya sebagai berikut:

  • Tertier – Binatang-binatang berukuran besar seperti zaman dahulu berkurang kuantitasnya. Bahkan, pada kondisi ini banyak sekali bermunculan binatang menyusui (Mamalia) dan jenis-jenis kera.
  • Kuartier – Pada periode ini sudah terlihat kehidupan manusia. Bahkan sudah berlangsung pada kurun waktu 2 juta tahun yang lampau. Periode ini terbagi pada dua zaman yaitu diluvium atau pleitosen. Tidak sampai disitu saja, ada pembagian lainnya. Pembagian tersebut adalah zaman alluvium atau banjir.

Sudah tahu dengan pembagian zaman-zaman prasejarah bukan? Ada 4 zaman yang dilalui, diantaranya yaitu zaman tertua, zaman hidup tua, zaman hidup pertengahan, dan zaman hidup baru.

Setiap zaman memiliki pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing tidak bisa disamaratakan. Maka dari itu, Anda harus memahaminya lebih lanjut. Tidak sampai disitu saja, masing-masing zaman prasejarah mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Itulah pembahasan mengenai zaman-zaman prasejarah berdasarkan sisi geologi. Anda dapat memahaminya sekarang mengenai periode zaman satu dengan periode lainnya.

The post 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pangea: Pengertian – Proses Pembentukan dan Sejarahnya https://haloedukasi.com/pangea Tue, 01 Mar 2022 02:28:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31753 Pada saat awal pembentukan hingga saat ini, Bumi selama 2,5 milyar tahun telah melalui berbagai periode dan juga fase. Sebelum adanya benua-benua seperti hari ini, bumi pada jutaan hingga milyaran tahun lalu berupa daratan yang sangat luas.  Daratan luas yang disebut sebagai superbenua ini memiliki siklus sendiri sehingga akan terbentuk dan terpisah pada periode tertentu. […]

The post Pangea: Pengertian – Proses Pembentukan dan Sejarahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Pada saat awal pembentukan hingga saat ini, Bumi selama 2,5 milyar tahun telah melalui berbagai periode dan juga fase. Sebelum adanya benua-benua seperti hari ini, bumi pada jutaan hingga milyaran tahun lalu berupa daratan yang sangat luas. 

Daratan luas yang disebut sebagai superbenua ini memiliki siklus sendiri sehingga akan terbentuk dan terpisah pada periode tertentu. Salah satu superbenua yang pernah ada di muka Bumi adalah superbenua Pangea yang akan di bahas lebih lanjut dalam ulasan berikut ini. 

Apa itu Pangea?

Pangea adalah salah satu superbenua yang pernah ada di Bumi tepatnya pada 300 juta tahun yang lalu atau tepatnya pada masa akhir zaman Paleozoikum dan awal Mesozoikum. Lokasi Pangea diketahui berpusat di khatulistiwa dan dikelilingi oleh supersamudera  Panthalassa  serta Paleo-Tethys dan Samudra Tethys yang muncul pada periode berikutnya. 

Dibandingkan superbenua lainnya, Pangea adalah yang paling muda dan menjadi yang pertama kali direkonstruksi oleh para ahli geologi. 

Istilah Pangea pertama kali digunakan pada awal abad ke-20 oleh Alfred Wegener yang merupakan ahli meteorologi dan geofisika dari Jerman. Penamaan Pangea diambil dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Pan (πᾶν) yang bermakna “seluruh” dan Gaia (Γαῖα)  yang artinya Bumi. 

Sejarah Pangea 

Alfred Wegener bukan hanya pencetus nama dari Pangea saja melainkan orang yang mengenalkan teori superbenua. Kala itu, pemilik nama lengkap ini Alfred Lothar Wegener menyadari bentuk-bentuk benua yang ada saat ini mirip seperti sebuah satu kesatuan atau gambar yang terpisah-pisah. 

Wegener kemudian mengembangkan teori pergeseran benua untuk menjelaskan bentuk dan posisi benua. Teori tentang keberadaan Pangea ini dicetuskan pertama kali pada tahun 1912 dan kemudian ditulis dalam bukunya yang berjudul The Origins of Continents and Oceans pada tahun 1915. 

Faktor lain yang semakin meyakinkan Wegener bahwa Bumi berasal dari satu kesatuan adalah fakta bahwa terdapat kemiripan antara garis pantai Amerika Selatan bagian timur dan Afrika. Teori tersebut telah lebih dulu dicetuskan oleh Alexander von Humboldt pada tahun 1910. Sehingga Wegener mengebangkan teori tersebut untuk mengetahui kebenaranny. Wegener kemudian menjelaskan teorinya tersebut pada simposium pada tahun 1927. 

Teori Wegener didukung dengan penemuan fosil binatang yang mirip di Amerika dan Afrika. Menurutnya, kemungkinan bintang tersebut melintasi benua dengan jarak yang begitu jauh sangatlah kecil bahkan mustahil. 

Nanum teori Wegener tidak diterima begitu saja bahkan ditentang oleh banyak komunitas ilmiah. Teori pergeseran benua ini kemudian dikembangkan oleh Alexander Du Toit setelah Wegener wafat pada tahun 1930. 

Sedikit berbeda dengan Wegener,  Alexander Du Toit mengusulkan teori superbenua lainnya yang lebih tua dari Pangea yakni Laurasia. Superbenua Laurasia adalah gabungan daratan Amerika Utara, Eropa dan Asia. Teori yang tercantum dalam buku Our Wandering Continents (1937) tersebut memuat Pengembangan dalam penanggalan batuan dan mineral, sonar, dan geofisika. 

Berdasarkan teori Laurasia, Amerika Utara bagian timur, Eropa Barat, dan Afrika barat laut terbukti bahwa mereka memiliki formasi batuan yang sama serta berasal dari periode yang tumpang tindih. Teori ini berkembang dari waktu ke waktu menjadi studi modern tentang lempeng tektonik. Hingga akhirnya pada akhir abad ke 20 Pangea dinyatakan benar-benar ada. 

Proses Terbentuknya Pangea

Superbenua Pangea terbentuk dari pecahan-pecahan superbenua yang ada sebelumnya. Pangea sendiri mulai terbentuk pada awal periode kambrium yakni dimulai ketika Mikro-benua Avalonia yang memisahkan diri dari Gondwanaland. Mikro-benua Avalonia bergerak mendekati daratan lainnya yang berada di garis khatulistiwa yaitu Laurentia. Benua-benua yang ada pada 480 juta tahun ini 

Valonia, Laurentia dan juga satu daratan lagi yaitu Baltica bergabung menjadi satu menjadi Laurasia.  Pada akhir periode Silurian, super benua Gondwana kembali terpisah yaki menjadi  China Utara dan China Selatan. Daratan ini kemudian bergerak menuju Laurasia melalui  Samudra Proto-Tethys. 

Sekitar 300 juta tahun yang lalu, bagian barat laut dari benua kuno Gondwana yakni yang berada dekat dengan Kutub Selatan bertabrakan dengan bagian selatan benua Laurasia atau disebut juga dengan Euramerica untuk membentuk satu benua besar.

Setelah beberapa saat, benua Angaran yang berada dekat Kutub Utara) mulai bergerak mendekat ke selatan dan bergabung dengan bagian utara benua Laurasia yang sedang dalam proses pembentukan. Gabungan daratan-daratan ini memakan waktu 270 juta tahun sampai akhirnya terbentuk daratan luas Pangea. 

Bukti Keberadaan Pangea 

Pangea adalah satu-satunya superbenua yang sudah dipastikan keberadaannya. Para ahli menggunakan beberapa bukti seperti adanya kesesuaian antara garis pantai Amerika Utara dan Selatan dengan Eropa dan Afrika yang terlihat sangat dekat setelah pantai-pantai ini dipetakan. 

Bukti lainnya adalah kecocokan geologi yang dimiliki oleh benua-benua yang berdekatan contohnya pada pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika. Selain itu sebuah endapan glasial dengan struktur dan usia yang sama ditemukan di benua-benua lainnya yang seharusnya menyatu di benua Pangaea. Endapan glasial tersebut berasal dari lapisan es kutub dari Zaman Karbon menutupi ujung selatan Pangea.

Ditemukannya formasi batuan dengan asal yang sama di Amerika Utara bagian timur, Eropa Barat, dan Afrika barat laut juga menjadi penguat bukti keberadaan Pangea di masa lalu. Bukti lainnya bisa terlihat dari penemuan fosil Lystrosaurus therapsid di Afrika Selatan, India dan Antartika, bersama anggota flora Glossopteris. Wilayah ini sangat jauh sehingga bagaimana bisa sebuah tumbuhan bergerak. Sehingga penjelasan yang paling masuk akal adalah mereka berasal dari satu daratan yang sama. 

Selain fosil binatang dan tumbuhan , deretan pegunungan juga mengindikasikan bahwa mereka terbentuk dari wilayah yang sama. Seperti kontinuitas rantai Pegunungan Appalachian, yang membentang dari Amerika Serikat bagian tenggara hingga Caledonides di Irlandia, Inggris, Greenland, dan Skandinavia.

Dari sekian bukti yang sudah disebutkan bukti yang dianggap paling kuat adalah paleomagnetisme yaitu ilmu tentang rekaman arah dan intensitas medan magnet yang disimpan oleh mineral tertentu. 

Rekaman arah tersebut terekam selama proses pembentukan bumi. Daratan-daratan yang ada sekarang ini saling berjauhan, tetapi ketika masih berupa Pangea, daerah glasial terhubung dan terletak di dekat Kutub Selatan. 

Bukti keberadaan Pangea juga dapat dilihat dari distribusi batu bara dunia. Batu bara umumnya terbentuk di wilayah dengan hangat dan basah namun para ahli menemukan adanya mineral ini di dalam lapisan es kering Antartika yang dingin. Penjelasan yang diterima adalah lapisan es tersebut dahulu berada di tempat lain yang mempunyai iklim yang berbeda dan cocok untuk pembentukan batu bara. 

Kehidupan Pangea

Pangea mengisi bumi selama kurang lebih 160 juta tahun yang lalu. Selama interval ini, terjadi perkembangan penting dalam evolusi kehidupan. Kehidupan lautan pada masa ini adalah Awal didominasi oleh karang rugose, brachiopoda, bryozoa, hiu, dan ikan bertulang pertama. 

Sementara itu kehidupan di daratan mulai didominasi oleh serangga dan arthropoda lainnya serta tetrapoda pertama dan mulai terbentuk hutan lycopsida. Pada periode waktu 100 juta tahun Pangea muncul Traversodontidae, mamalia pemakan tumbuhan dan nenek moyang lainnya.  

Sedangkan serangga, kumbang dan capung hadir pada masa periode Permian yakni akhir dari zaman Paleozoikum. Keberadaan Pangea tumpang tindih dengan zaman Great Dying atau sekarat hebat yakni masa kepunahan massal pada 252 juta tahun silam. Periode trias awal ini muncul berbagai makhluk reptil purba yang dikenal sebagai archosaurs yakni sebangsa buaya, burung dan reptil besar lainnya. Sementara itu dinosaurus muncul sekitar 230 juta tahun yang lalu. 

Ketika Pangea mulai terpecah yakni masa Jurassic Tengah Masih muncul spesies baru yaitu moluska yang mendominasi lautan. Selain moluska binatang laut lainnya adalah ichthyosaurus, hiu dan pari, dan ikan-ikan lainnya. Sementara itu yang memenuhi daratan pada masa ini adalah hutan sikas. dan tumbuhan runjung. Pada masa tersebut juga telah terbentuk mamalia sejati pertama di muka bumi. 

Iklim Pangea

Pangea adalah sebuah daratan yang sangat luas sehingga iklim yang dimiliki akan sangat berbeda. Bagian dalam benua memiliki kondisi yang benar-benar kering akibat terhalangnya curah hujan oleh rantai pegunungan. Namun bagian superbenua Pangea yang ada di dekat garis khatulistiwa cukup lembab dan cenderung tropis. 

Sebagian para ahli memprediksi telah terjadi mega muson di Pangea yakni puncaknya terjadi di Trias. Berdasarkan penelitian yang berdasarkan pada data biologis dan fisik dari Formasi Moradi membandingkan iklim Pangea serupa dengan Gurun Namibia Afrika modern dan Danau Eyre Basin di Australia. Dengan begitu dapat disimpulkan Pangea memiliki iklim kering dan basah meski pada periode yang singkat namun kadang terjadi banjir besar. 

Banjir terjadi karena adanya peningkatan erosi dari kerak benua yang terangkat. Sementara itu Pangea di bagian barat mengalami kekeringan yang cukup parah namun disini menjadi menjadi pusat evolusi dan penyebaran geografis amniota yakni tanaman berbiji yang tubuh subur di wilayah kering. 

Selama Permian, pengendapan batubara sebagian besar terbatas pada mikrokontinen Cina Utara dan Selatan, yang merupakan salah satu dari sedikit area kerak benua yang belum bergabung dengan Pangaea. 

Terpecahnya Pangea 

Siklus dari superbenua yaitu akan terpecah kembali setelah beberapa waktu tertentu. Pangea mulai terpecah pada 200 juta tahun yang lalu. Terpecahnya Pangea terbagi menjadi tiga fase yaitu fase Pembukaan Atlantik, Perpecahan Gondwana, serta Pembukaan Laut Norwegia dan pecahnya Australia dan Antartika. Lebih jelasnya lagi simak pembahasan berikut ini. 

Pembukaan Atlantik

Fase pertama dari perpecahan Pangea adalah mulai terbukanya Samudera Atlantik secara rifting yang diawali dari bagian utara–tengah Atlantik. Perpecahan pertama ini terjadi sekitar 320 juta tahun lalu. 

Rifting kemudian dilanjut pada bagian sepanjang margin timur Amerika Utara, margin barat laut Afrika dan Atlas Tinggi, Sahara, dan Tunisia. Perpecahan masih berlanjut pada masa Jurasic Tengah yakni sekitar 175 juta yang lalu. Pada periode ini Pangea mulai retak dari Samudra Tethys di timur ke Samudra Pasifik di barat. 

Tidak semua retakan dari Pangea berhasil melainkan ada yang gagal. Contoh yang berhasil yakni Samudra Atlantik Utara. 

Perpecahan Gondwana

Fase ke dua disebut sebagai perpecahan Gondwana yakni terjadi sekitar 150 sampai 140 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal. Pada masa ini superbenua Gondwana terpecah menjadi Afrika, Amerika Selatan, India, Antartika, dan Australia. Sementara itu memasuki periode Kapur Tengah, Gondwana terfragmentasi untuk membuka Samudra Atlantik Selatan saat Amerika Selatan mulai bergerak ke barat menjauhi Afrika. 

Di waktu yang bersamaan Madagaskar dan India mulai terpisah dari Antartika dan bergerak ke utara dan mulai membuka Samudra Hindia. Perpecahan ini berlangsung pada kurun waktu 100 juta tahun yang lalu. Sementara itu Bagian India terus bergerak mendekati Eurasia di utara dan menutup Samudra Tethys bagian timur. Sementara itu bagian Madagaskar sudah berhenti bergerak dan terkunci Lempeng Afrika. 

Bagian-bagian lainnya yaitu Selandia Baru, Kaledonia Baru, dan seluruh Zealandia (Benua ke 8 yang tenggelam) mulai terpisah dari Australia, bergerak ke timur menuju Pasifik dan membuka Laut Koral dan Laut Tasman. 

Pembukaan Laut Norwegia, pecahnya Australia dan Antartika

Fase besar ketiga dari proses perpecahan Pangea adalah pembukaan Laut Norwegia, pecahnya Australia dan Antartika yang berlangsung pada zaman Kenozoikum yaitu periode Paleosen hingga Oligosen.

Pada yang terjadi sekitar 65–60 juta tahun yang lalu ini Laurasia terpecah ketika Amerika Utara atau Greenland memisahkan diri dari Eurasia kemudian membuka Laut Norwegia. Di saat ini juga mulai terjadi penutupan di Samudra Tethys dan membentuk Samudera baru yaitu Samudra Hindia. 

Sementara itu bagian Australia bergerak menjauh dari Antartika dan bergerak dengan cepat menuju ke utara. Pada 35 juta tahun silam India mulai bertabrakan dengan Asia dan menutup Samudra Tethys. Pergerakan ini masih terus terjadi hingga hari ini. 

Perpecahan lainnya yang terjadi pada masa Kenozoikum adalah terbukanya teluk California pengangkatan Pegunungan Alpen, dan pembukaan Laut Jepang. Perpecahan Pangea masih terus berlanjut hingga hari ini yaitu di retakan laut Merah dan retakan Afrika Timur. 

Dampak Perpecahan Pangea

Setelah peristiwa Perpecahan Pangea terjadi , iklim di bumi pun turut berubah. Perpecahan Pangea mengeluarkan gas karbondioksida sehingga iklim pada awal masa Kapur menjadi hangat. Suhu Bumi juga meningkat ketika Samudra Tethys mulai menutup. 

Sementara itu aktifnya pengunang tengah laut menyebabkan kenaikan pada permukaan laut ke level tertinggi dalam catatan geologis sehingga menyebabkan banjir di seluruh benua. Selama masa perpecahan Pangea telah berkontribusi pada diversifikasi angiospermae.

The post Pangea: Pengertian – Proses Pembentukan dan Sejarahnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya https://haloedukasi.com/australopithecus-africanus Mon, 21 Feb 2022 05:12:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31498 Manusia Purba atau kerabat dekat dari manusia yang hidup pada ratusan ribu bahkan jutaan tahun lalu dibagi ke dalam beberapa genus. Salah satunya adalah Australopithecus yang umum ditemukan di benua Afrika. Manusia yang dianggap sebagai nenek moyang dari genus homo ini terdiri dari berbagai macam spesies seperti A. afarensis, A. africanus A. anamensis, A. bahrelghazali […]

The post Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Manusia Purba atau kerabat dekat dari manusia yang hidup pada ratusan ribu bahkan jutaan tahun lalu dibagi ke dalam beberapa genus. Salah satunya adalah Australopithecus yang umum ditemukan di benua Afrika. Manusia yang dianggap sebagai nenek moyang dari genus homo ini terdiri dari berbagai macam spesies seperti A. afarensis, A. africanus A. anamensis, A. bahrelghazali dan A. garhi. 

Pembahasan kali ini akan berfokus pada Australopithecus africanus mulai dari deskripsi, sejarahnya dan seperti bentuk kebudayaan mereka. 

Apa itu Australopithecus africanus?

Australopithecus africanus adalah manusia purba yang hidup pada Pliosen yakni 2-3 juta tahun yang lalu. Jika dibandingkan dengan spesies Australopithecus afarensis, Australopithecus africanus memiliki ciri-ciri yang lebih dekat dengan manusia modern atau homo sapiens. 

Spesies ini adalah spesies kerabat dekat manusia yang pertama kali ditemukan meskipun pada awalnya tidak dianggap sebagai nenek moyang dan tidak dimasukkan ke dalam silsilah keluarga manusia. Alasannya adalah karena ukuran otak mereka sangat kecil. Namun setelah ditemukan spesimen yang lebih dan hasil identifikasi menunjukkan mereka memiliki ciri-ciri antara kera dan manusia.

Sejarah Penemuan Australopithecus africanus

Fosil dari A. africanus ditemukan pertama kali pada tahun 1924 yaitu di ambang batu kapur di Taung di Afrika Selatan. Orang yang berjasa dalam penemuan spesimen ini adalah seorang Profesor Anatomi  yang bernama Raymond Dart. Ia menemukan seorang tengkorak milik anak kecil sehingga dijuluki sebagai “The Taung Child”. 

Meski nama dan klasifikasi sudah diberikan pada tahun berikutnya, namun sebagian para ahli belum menerima A. africanus sebagai nenek moyang manusia. Pada tahun 1940 an, Robert Broom dan John Robinson menemukan sejumlah fosil lainnya di di Sterkfontein, Afrika Selatan. Sebelum menemukannya , Broom telah mempelajari fosil yang sudah lebih dulu ditemukan. Spesimen tersebut ia dapatkan dari  G.W. Barlow pada 9 Agustus 1936. 

Pada tahun 1938. Broom mengklasifikasi nya sebagai bagian dari genus Plesianthropus transvaalensis. Namun berkat penemuannya yang lebih lengkap pada tahun 1946, fosil ini dipindahkan ke dalam klasifikasi Australopithecus africanus. Pemindahan klasifikasi tersebut dilakukan berdasarkan hasil penelitian dari paleoantropolog Gerrit Willem Hendrik Schepers. 

Pada tahun-tahun berikutnya ditemukan lebih spesimen-spesimen fosil manusia purba ini. Pada kurun waktu antara 1947 hingga 1962 telah ditemukan 40 spesimen yang semuanya menunjukkan ciri-ciri dari A. Africanus. 

Penemuan terbaru dari fosil ini terjadi pada tahun 2010 pada saat proses penggalian berlangsung. Fosil-fosil tersebut pada awalnya dianggap sebagai A. Sediba namun baru-baru ini dinyatakan sebagai. A. africanus. 

Nama Australopithecus africanus sendiri memiliki arti “southern ape of Africa” atau  “kera selatan Afrika.” 

Ciri Australopithecus africanus

Berdasarkan pengamatan para ahli mendeskripsikan Australopithecus africanus dengan ciri-ciri sebagai berikut ini. 

  • Ukuran dan Bentuk Tubuh

Ukuran A. africanus perempuan dan laki-laki memiliki sedikit perbedaan dimana perempuan memiliki tinggi 110 cm sedangkan laki-laki 135 cm. Sementara itu untuk kisaran berat dari manusia ini menemui sedikit perbedaan pendapat dari para ahli. antropolog Amerika Henry McHenry memperkirakan berat rata-rata A. africanus adalah 52,8 kg untuk laki-laki dan 36,8 kg bagi perempuan. 

Sedangkan menurut antropolog Amerika William L. Jungers mengatakan berat badan rata-rata 30,7 kg baik laki-laki maupun perempuan. 

  • Otak

Volume otak A. africanus tergolong kecil yakni hanya berkisar antara 424 cc–508 cc. A. africanus memiliki korteks serebral yang membesar di daerah frontal dan parietal. celah di kedua sisi lobus oksipital lebih mirip kera atau manusia daripada spesies makhluk lainnya. 

  • Tengkorak

Berdasarkan pada spesimen yang telah ditemukan, manusia A. africanus memiliki rahang prognati atau menjorok keluar, wajah agak cekung, pipi mengembang, alis yang menonjol dengan jelas, rongga mata melebar, punggung alis yang lebih kecil dan area dahi yang sedikit melengkung. Sementara itu sumsum tulang belakang muncul dari bagian tengah pangkal tengkorak bukan dari belakang. 

  • Rahang dan Gigi 

Bentuk rahang dan gigi dari A. africanus mirip dengan A. afarensis yakni gigi taring dan gigi seri berukuran kecil dan pendek. Ukuran gigi molarnya cukup besar sedangkan gigi premolarnya yag berdekatan dengan gigi taring tergolong jarang. 

  • Anggota Badan

Tulang tangan A. africanus di deskripsikan memiliki jari-jari yang melengkung baik jari kaki maupun jari tangan. Sementara itu bagian lengan relatif panjang dan bahu dalam posisi mengangkat bahu. Ukurannya relatif panjang namun tidak lebih panjang dari kaki. Panjang lengannya yakni 53,4 cm sementara itu panjang kakinya 61,5 cm

Jari jempol dan pergelangan tangan menunjukkan fungsi yang mirip seperti manusia dengan pegangan yang presisi dan kuat. Otot pada tulang kaki menunjukkan mereka dapat berjalan layaknya manusia namun beberapa aspek tibia lebih mirip kera. Bagian lainnya yang mirip dengan milik manusia adalah tulang trabekular pada sendi panggul. 

Kehidupan Australopithecus africanus

Seperti pada jenis manusia lainnya Australopithecus africanus juga memiliki bentuk kehidupan dan kebudayaannya sendiri. Berikut ini adalah kehidupan yang dimiliki oleh A. africanus. 

  • Kebudayaan 

Australopithecus africanus adalah spesies dari genus kerabat dekat manusia yang paling degan kehidupan yang belum begitu kompleks termasuk pada bidang kebudayaannya. Alat dan perkakas yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mengenal bagaimana cara memodifikasi batu-batuan untuk memudahkan aktivitas mereka. 

Alat yang digunakan pun adalah tongkat kayu dan batu yang masih utuh. Namun sang penemu yakni Raymond Dart berpendapat bahwa mereka adalah seorang pemburu. Hal ini berdasarkan pada spesimen tulang binatang yang patah. Kemungkinan, tulang tersebut dijadikan sebagai alat atau senjata dalam berburu. Senjata lainnya selain tulang adalah gigi dan tandung. 

  • Tempat Tinggal

Para ahli menyimpulkan A. africanus hidup di daratan Afrika Selatan dengan berbagai macam habitat. Mereka tersebar di wilayah hutan hujan,  padang rumput sabana, semak, hutan terbuka, dan beberapa di garis pantai Afrika Selatan. 

Pada umumnya spesies dari genus Australopithecus lebih menyukai tempat yang dingin dibandingkan manusia dari genus homo. Hal itu berdasarkan pada penemuan fosil ini semanya ditemukan pada ketinggian tidak kurang dari 1.000 m diatas permukaan laut. Menurut hipotesis dari Charles Kimberlin Brain yang dikemukakan pada tahun 1983, manusia A. africanus pada umumnya tinggal di gua. 

  • Pola Makan 

Berdasarkan pada Robinson tahun 1954 A. africanus adalah omnivora generalis. Makanan utama mereka adalah buah-buahan, dedaunan, rumput, biji, rimpang namun terkadang diselingi dengan daging dagingan.  

Pendapat Raymond Dart tentang A. africanus berburu sendiri masih diperdebatkan pasalnya beberapa ahli mengatakan daging tersebut bisa saja didapatkan dari sisa-sisa buruang binatang buas lainnya. Mereka juga memakan invertebrata kecil seperti belalang dan rayap.  

  • Perilaku 

Dari tulang kaki menunjukkan bahwa mereka adalah makhluk yang terbiasa bergerak dengan menggunakan kedua kaki mereka atau disebut dengan makhluk bipedal. Tidak seperti spesies Australopithecus lainnya yang pandai memanjat pohon, pergelangan kaki A. africanus tidak mahir memanjat. 

Cara berjalan mereka dideskripsikan bukan dengan cara mendorong jempol kaki melainkan menggunakan sisi kaki.  

Hubungan Australopithecus africanus dengan Spesies Lain 

Australopithecus africanus pernah dianggap sebagai nenek moyang langsung dari manusia modern atau homo sapiens. Namun setelah melakukan berbagai penelitian pernyataan ini ternyata salah. Para ahli mengklasifikasikannya ke dalam cabang pohon pohon keluarga evolusioner manusia. 

Fosil yang ditemukan di Malapa, Afrika Selatan, pada tahun 2008 diumumkan sebagai spesies baru Australopithecus sediba pada tahun 2010. Akan tetapi sebagian besar ahli paleontologi mengklasifikasikan fosil tersebut sebagai kronospesies atau spesies yang berubah secara fisik dari A. africanus Perubahan fisik tersebut diprediksi terjadi dalam kurun waktu 500 ribu tahun 

The post Australopithecus africanus: Sejarah Penemuan – Ciri dan Kehidupannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
15 Spesies Manusia Purba dari Genus Homo https://haloedukasi.com/spesies-manusia-purba-dari-genus-homo Mon, 21 Feb 2022 05:03:51 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31481 Manusia purba dikelompokkan menjadi beberapa genus salah satu nya adalah genus Homo. Nama “Homo” sendiri diambil dari bahasa latin yang artinya “manusia”. Genus ini digunakan untuk merujuk kepada genus dari kera besar yang anggotanya adalah manusia modern dan kerabat dekatnya.  Manusia homo juga ditemukan di Indonesia diantaranya adalah Homo Wajakensis, Homo Floresiensis, Homo Soloensis, dan […]

The post 15 Spesies Manusia Purba dari Genus Homo appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Manusia purba dikelompokkan menjadi beberapa genus salah satu nya adalah genus Homo. Nama “Homo” sendiri diambil dari bahasa latin yang artinya “manusia”. Genus ini digunakan untuk merujuk kepada genus dari kera besar yang anggotanya adalah manusia modern dan kerabat dekatnya. 

Manusia homo juga ditemukan di Indonesia diantaranya adalah Homo Wajakensis, Homo Floresiensis, Homo Soloensis, dan Homo Sapiens. Namun manusia homo ini sebenarnya terdiri dari beragam spesies yang tersebar di segala penjuru Bumi. Berikut ini adalah manusia purba yang merupakan anggota dari genus Homo yang pernah mengisi bumi dari masa ke masa. 

1. Denisova hominin

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Denisova hominin disebut juga sebagai Manusia Denisova merupakan manusia purba kala yang diperkirakan hidup pada era  Paleolitik atau sekitar 600 ribu tahun yang lalu. Fosil pertama yakni berupa tulang jari ditemukan pada tahun 2010 di  Gua Denisova di Pegunungan Altai, Siberia. 

Gua tersebut adalah tempat tinggal bagi manusia purba yang sudah lebih dahulu ditemukan yaitu Neanderthal. Namun setelah dilakukan penilaian dan tes DNA menunjukkan bahwa keduanya berasal dari kelompok yang berbeda. Manusia purba ini kemudian diklasifikasikan ke dalam subspesies Homo sapiens. 

Meski berbeda namun para ahli sepakat bahwa Neanderthal adalah nenek moyang dari Denisova hominin. Persebaran mereka mencakup wilayah dari Siberia sampai Asia Tenggara. Sebuah teori mengatakan bahwa telah terjadi perkawinan silang antara manusia Denisova dengan manusia Homo sapiens yang kemudian menghasilkan keturunan yakni manusia modern. 

2. Homo antecessor

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

H. antecessor merupakan anggota dari spesies hominid yang hidup di Spanyol pada 1.2 juta hingga 800.000 tahun yang lalu. Manusia purba yang telah punah ini hidup tersebar di Eropa Barat dan Tengah.. Fosil mereka pertama kali ditemukan pada tahun 1994–1996 di situs Gran Dolina di Atapuerca, Spanyol oleh Eudald Carbonell, J. L. Arsuaga dan J. M. Bermúdez de Castro. Tim arkeolog ini menemukan 80 sisa fosil milik 6 individu berbeda. 

Manusia purba ini kemudian diberi nama Homo antecessor yang artinya “manusia penjelajah”, “pelopor” atau “pemukim awal”. Nama ini disematkan karena h. antecessor dianggap sebagai manusia pertama yang ada di benua Eropa. 

Karakteristik fisik manusia h. antecessor sangat mirip dengan manusia modern yakni dengan volume otak sekitar 1000 cc yang artinya hanya selisih 350 cc dari manusia modern serta tingginya antara 1,6 meter sampai 1,8 meter. 

3. Homo cepranensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

H. cepanensis adalah manusia purba dari genus Homo yang hidup di Italia pada 0,5 – 0,35 juta tahun yang lalu atau pada masa Pleistosen Tengah. Fosil dari manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh arkeolog Italo Biddittu di dekat Ceprano di provinsi Frosinone, Italia. Penemuannya dilakukan secara tidak sengaja yakni dalam proyek konstruksi jalan raya pada tahun 1994 bahkan fosilnya sedikit rusak akibat terkena alat berat buldoser. 

Fosil yang kemudian dijuluki sebagai “Manusia Ceprano” atau “Ceprano Man” ini diperkirakan berusia antara 690.000 hingga 900.000 tahun. Fitur tulang tengkorak menjinakkan penengah antara  Homo Erectus dan spesies selanjutnya yaitu Homo Heidelbergensis.

Meski sudah diklasifikasikan ke dalam spesies yang baru yakni H. cepranensis namun sebagian dari para ahli lebih setuju jika manusia ini masuk ke dalam klasifikasi Homo heidelbergensis. Studi terbaru yakni yang dikemukakan pada tahun 2011 mengatakan bahwa Ceprano Man adalah nenek moyang dari Homo neanderthalensis.

4. Homo erectus

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Sebagian dari kalian mungkin sudah tidak asing lagi mendengar nama manusia purba ini. Sebab Homo erectus ditemukan juga di Indonesia tepatnya di  Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Selain di Jawa, Indonesia manusia ini juga ditemukan di wilayah China, India bahkan di Kaukasus. 

Manusia yang dijuluki sebagai “The Upright Man” atau “Manusia Tegak” ini diperkirakan muncul pertama kali pada  2 juta tahun yang lalu dan punah pada zaman Pleistosen. Manusia purba ini diperkirakan datang dari Afrika yang bermigrasi dan berevolusi di Asia. Homo erectus juga dianggap sebagai nenek moyang manusia pertama yang menyebar ke seluruh Eurasia, dengan rentang benua terbentang dari Semenanjung Iberia hingga Jawa.

Tak hanya itu, Homo erectus menjadi anggota dari genus homo yang pertama kali dikenali. Ciri fisik dari h. erectus yakni memiliki tinggi sekitar 1,4 m – 1,8 m dengan berat sekitar 60 kg. 

5. Homo ergaster

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo ergaster juga dianggap sebagai spesies Homo yang paling awal dan masing satu keturunan dengan manusia homo erectus. Para ahli menyimpulkan mereka spesies hominid yang hidup sekitar 1,9 juta hingga 1.4 juta tahun yang lalu yakni pada era Pleistosen. Persebaran mereka diketahui meliputi Afrika Timur, Afrika Selatan dan Eurasia. 

Fosil pertama merek ditemukan pada tahun 1975 di Danau Turkana Timur situs Koobi Fora di Kenya yakni berupa fosil rahang. Pada awalnya , para ahli menggap fosil ini masuk sebagai homo habilis. Namun setelah diteliti lebih lanjut oleh  Colin Groves dan Vratislav Mazák menyadari bahwa beberapa fitur mereka berbeda sehingga diklasifikasikan ke dalam spesies yang berbeda. 

Penamaannya sendiri diambil dari bahasa Yunani yang berarti “bekerja”. Nama ini diberikan karena ditemukan beberapa alat besar ditemukan di dekat beberapa fosilnya. Ukuran mereka cukup tinggi yakni mencapai 1,9 meter. 

6. Homo floresiensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo floresiensis adalah manusia dari genus homo yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2003–2004 dengan 7 kerangka individu . Mereka adalah penghuni dari pulau Flores tepatnya di Liang Bua. Oleh sebab itu manusia ini disebut sebagai floresiensis.

Manusia yang diperkirakan hidup sekitar 0,10 juta–0,012 juta tahun silam ini dijuluki sebagai “Flores Man” dan juga “Hobbit”. Julukan hobbit disematkan karena ukuran tubuh manusia ini memang relatif kerdil yakni hanya 100 cm dengan berat tubuh 25 kg serta volume otak hanya 350 cc.

Tanda-tanda kehidupan purbakala di Liang Bua sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1898 dengan adanya penemuan kerangka gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar dan juga  pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar. Pencarian baru dikembangkan pada tahun 2001 dengan bantuan tim arkeolog dari Australia. 

7. Homo gautengensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo gautengensis adalah manusia hominid yang diperkenalkan pada tahun 2010 oleh Darren Curnoe. Fosil manusia ini ditemukan pada tahun 2000 di Gua Sterkfontein di Gauteng dekat Johannesburg, Afrika Selatan. Homo  gautengensis diperkirakan hidup sekitar ,4 dan 2,1 juta tahun silam. 

Klasifikasi homo gautengensis menuai berbagai kontroversi dimana sebagian dari para ahli menganggapnya identik dengan “A. Africanus”. Namun lebih banyak yang setuju untuk mengklasifikasi nya sebagai anggota dari genus homo. Karakteristik fisiknya yakni memiliki volume otak yang kecil dan memiliki gigi yang besar serta tingginya berkisar 1 meter.

8. Homo habilis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo habilis adalah bagian dari genus homo yang hidup sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu yakni pada masa awal Pleistocene. Fosil pertamanya ditemukan pertama kali pada tahun 1960 dan berhasil diperkenalkan pada tahun 1964 oleh  Jonassen Leakey sekaligus orang yang menemukannya. 

Jonassen Leakey menemukan fosil h. habilis  Tanzania, Afrika Timur. Berdasarkan penelitian para ahli menyimpulkan  h. habilis adalah keturunan dari australopithecine. Dalam bahasa Latin Homo habilis artinya “manusia yang pandai menggunakan tangannya”. Nama ini dianggap cocok karena manusia yang hidup di sub Sahara Afrika ini  adalah spesies pertama yang membuat perkakas dari batu. 

9. Homo heidelbergensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

H. heidelbergensis adalah spesies dari genus homo lainnya yang diperkirakan nenek moyang langsung dari Homo Neanderthalensis di Eropa serta Homo sapiens. Fosil ini ditemukan di di Mauer, dekat Heidelberg Jerman pada tahun 1907 dan juga di Kabwe, Zambia. Berdasarkan hal ini persebaran Homo heidelbergensis diperkirakan mencakup kawasan Afrika dan Eropa pada tahun 600 ribu hingga 300 ribu tahun silam. 

Fosil paling baiknya menunjukkan bahwa ia berasal dari 600.000 dan 400.000 tahun lalu. Manusia yang memiliki alat-alat serupa dengan milik h.erectus ini merupakan manusia pertama yang tinggal di wilayah dengan suhu rendah atau dingin. 

Volume otak manusia Homo heidelbergensis bahkan lebih besar dari manusia modern yakni berkisar antara 1.100 – 1.400 dengan tinggi tubuh 1,8 m dan berat 90 kg. 

10. Homo neanderthalensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo neanderthalensis adalah anggota dari genus homo yang spesimennya ditemukan di dari Eropa Barat dan  Asia Tengah hingga Utara. Fosilnya yang pertama kali ditemukan di Jerman, Neanderthal atau Lembah Neander ini diperkirakan hidup pada masa Pleistosen tepatnya 0,35 juta sampai sampai dengan 0,03 juta tahun lalu. Penemunya adalah seorang naturalis Belanda yakni Philippe-Charles pada tahun 1829.

Manusia purba ini berbeda dengan Homo sapiens neanderthalensis melainkan sub-spesiesnya. Para ahli mempunyai beberapa teori yang mungkin menjadi alasan kepunahan mereka diantaranya adalah ukuran populasi kecil, perkawinan sedarah, fluktuasi acak, perubahan iklim yang hebat hingga penyakit. 

Ciri fisik yang dimiliki manusia ini adalah memiliki volume otak yang lebih besar dari manusia modern yaitu sekitar 1.200 – 1.900 dengan tinggi tubuh 1,6 m dan berat 70 kg. 

11. Homo rhodesiensis

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo rhodesiensis adalah manusia dari genus homo yang hidup 300.000 hingga 125.000 tahun. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Arthur Smith Woodward pada tahun 1921. Tahun ini juga menjadi tahun ditemukannya fosil pertama h. rhodesiensis berkat seorang penambang bernama Tom Zwiglaar dari Swis. Zwiglaar menemukannya di gua Broken Hill, Rhodesia, Zimbabwe. 

Para ahli menyimpulkan spesies ini tersebar di seluruh Afrika dan Eurasia dengan kisaran yang mencakup Pleistosen Tengah. Sayang spesimen yang ditemukan masih sedikit sehingga belum bisa diidentifikasi lebih lanjut. Namun demikian, manusia ini memiliki ukuran volume otak cukup besar yaitu 1.300. 

12. Homo rudolfensis 

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo rudolfensis adalah bagian dari genus homo yang hidup pada masa awal Pleistosen yang fosilnya ditemukan oleh ditemukan oleh Bernard Ngeneo berupa dua buah tulang tengkorak. Anggota dari tim antropolog Richard Leakey dan zoology Meave Leakey ini menemukannya pada tahun 1972 di Danau Rudolf tau saat ini dikenal sebagai danau Turkana yang ada di Kenya. 

Namun karena manusia ini hidup berdampingan dengan manusia purba lainnya sehingga klasifikasi h. rudolfensis masih menjadi kontroversi dimana sebagian dari para ahli menganggapnya sebagai A. rudolfensis atau Kenyanthropus sebagai K. rudolfensis, atau identik dengan H. .habilis. Namun anggapan terkuatnya masih berada di genus homo. 

Karakteristik fisik yang dimiliki manusia purba yang tersebar di Kenya utara, Tanzania utara dan Malawi ini adalah wajah yang  panjang, dan gigi geraham serta premolar yang lebih besar dengan volume otak berkisar 700 cc. 

13. Red Deer Cave People

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Red Deer Cave People atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Orang Gua Red Deer adalah spesies manusia purba yang ditemukan di MaluDong atau Gua Rusa Merah yang berada di kawasan Yunnan dan juga di Gua Longlin China. Fosil penghuni menunjukkan usia mereka berusia 14.500 dan 11.500 tahun. 

Fosil mereka adalah penemuan yang paling baru yakni baru dipublikasikan pada tahun 2012. Meski tergolong penemuan baru, ciri fisik mereka berbeda jauh dengan manusia modern. Mereka memiliki wajah yang datar, rahang yang besar dan tidak memiliki dagu, alis menonjol, serta hidung yang lebar. 

14. Homo sapiens idaltu

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo sapiens idaltu merupakan subspesies dari manusia homo sapiens yang ditemukan di Segitiga Afar, Ethiopia. Manusia purba yang diperkirakan memiliki usia sekitar berusia 160.000 hingga 154.000 tahun ini ditemukan pada tahun 1997 berupa spesimen yang berasal dari 12 individu yang berbeda. 

Manusia ini diperkirakan memiliki kemampuan untuk membuat alat-alat atau perkakas dari batuan. Bahkan mereka telah melakukan praktek penyembelihan binatang seperti sapi. Volume otak mereka bahkan lebih besar dari rata-rata manusia modern saat ini yakni 1.450. 

Persebaran manusia ini masih perlu diteliti lebih lanjut namun studi terbaru mengatakan mereka hidup di seluruh Afrika Timur. 

15. Homo Sapiens

Spesies Manusia Purba dari Genus Homo

Homo Sapiens adalah sebutan untuk manusia modern yang masih ada dan dapat ditemukan saat ini yakni manusia modern. Kata H. Sapiens berasal dari bahasa Latin yang artinya “Manusia yang Tahu” atau “Orang Bijak”. Sebutan ini merujuk kepada manusia yang berjalan tegak dengan menggunakan dua kaki dan mampu berkomunikasi dengan bahasa yang kompleks. Istilah ini dicetuskan oleh Carl Linnaeus pada abad ke-18. 

Manusia yang memiliki rata-rata volume otak 1.350 cc ini tersebar di seluruh penjuru bumi.  Ukuran tubuh hoo sapiens berkisar antara 1,4m–1,9 m dengan berat rata-rata 50 kg –100 kg

The post 15 Spesies Manusia Purba dari Genus Homo appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Homo Habilis: Sejarah – Ciri Fisik dan Kehidupan  https://haloedukasi.com/homo-habilis Thu, 17 Feb 2022 02:16:28 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31373 Awal kehidupan manusia memang masih menjadi misteri yang belum dipecahkan hingga saat ini. Perihal siapa manusia yang pertama kali ada di Bumi bahkan selalu menemui perbedaan pendapat terutama dari segi ilmu sains dan ilmu agama.  Beberapa agama abrahamik meyakini manusia pertama adalah Adam dan Hawa. Namun dari segi sains nenek moyang manusia adalah manusia prasejarah […]

The post Homo Habilis: Sejarah – Ciri Fisik dan Kehidupan  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
homo habilis

Awal kehidupan manusia memang masih menjadi misteri yang belum dipecahkan hingga saat ini. Perihal siapa manusia yang pertama kali ada di Bumi bahkan selalu menemui perbedaan pendapat terutama dari segi ilmu sains dan ilmu agama. 

Beberapa agama abrahamik meyakini manusia pertama adalah Adam dan Hawa. Namun dari segi sains nenek moyang manusia adalah manusia prasejarah yang kemudian berevolusi menjadi seperti saat ini. Berdasarkan sains nenek moyang atau kerabat dekat manusia dibagi menjadi beberapa jenis dan salah satunya adalah Homo Habilis yang akan menjadi topik dalam pembahasan berikut ini. 

Apa itu Homo Habilis?

Homo Habili adalah salah satu manusia purba yang ditemukan di sub-Sahara, Afrika. Manusia purba ini diperkirakan hidup pada masa awal Pleistocene yakni sekitar  2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu. Spesies ini dianggap sebagai nenek moyang manusia Homo lainnya di dunia. 

Nama genusnya yakni “Homo” merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “manusia”. Begitu juga dengan nama spesiesnya yaitu “Habilis” yang artinya “berguna” atau “terampil”. Nama ini dirasa cocok untuk disematkan karena spesies ini merupakan manusia yang pertama kali membuat peralatan dari batu untuk membantu memudahkan kehidupan mereka. 

Karena itu lah manusia purba ini juga dijuluki sebagai “manusia terampil” atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai “handy man” atau “able man” yang artinya “manusia yang cakap”.

Sejarah Homo Habilis

Fosil dari Homo Habilis pertama kali ditemukan di Ngarai Olduvai di Tanzania sekitar tahun 1960-1963. Penemunya adalah tim yang dipimpin oleh  Louis dan Mary Leakey yang merupakan seorang Paleoanthropologist. Mereka menemukan fosil berupa gigi, rahang bawah, fragmen tengkorak dan beberapa tulang tangan ketika sedang melakukan penggalian. 

Pada tahun berikutnya sebuah fosil kerangka yang diduga milik anak laki-laki ditemukan oleh Jonathan Leakey ditempat yang sama. Penemuan kerangka yang kemudian diberi nama “Johnny’s child” atau “anak Johnny” ini memberikan titik terang pasalnya para ahli masih belum menentukan apakah kerangka tersebut merupakan anggota Australopithecus atau spesies baru. 

Dengan penemuan Jonathan Leakey tersebut akhirnya menjelaskan bahwa fosil tersebut berbeda dengan fosil sebelumnya yang kemudian masuk dalam genus Homo. Manusia Homo ini bahkan dikatakan lebih tua dari spesies Homo erectus yang ada di Asia.  

Fosil-fosilnya menunjukkan struktur fisiknya lebih modern dari manusia purba lainnya. Tulang tangannya menunjukkan mereka adalah adalah makhluk yang terampil sehingga dapat disimpulkan bahwa Homo habilis adalah peralihan dari zaman primitif menuju ke zaman yang sedikit lebih maju. Hipotesis ini didukung dengan penemuan fosil yang terbuat dari bebatuan yang telah dimodifikasi sepanjang penggalian spesies ini. 

Meski peneliti sudah berhasil mengidentifikasi spesies ini namun pencarian tidak berhenti hingga didapatkan 302 fragmen fosil gigi dan tulang di di Olduvai Gorge, Tanzania. Temuan tersebut didapatkan oleh Tim White pada tahun 1986 yang menunjukkan kerangka tersebut milik seorang wanita. Penemuan ini semakin memudahkan para untuk proporsi lengan, kaki, dan tubuh spesies ini.  Sebelumnya yaitu pada tahun 1973 Kamoya Kimeu berhasil menemukan fosil tengkorak di di Koobi Fora, Turkana Timur, Kenya sehingga dapat diketahui volume otak dari H. Habilis. 

Penemuan terbaru dari spesies ini terjadi pada tahun 1994 di Hadar, Ethiopia dan tahun 2000 di Ileret Kenya. Fosil tersebut berupa rahang bawah  dan tulang rahang kanan yang masing-masing berusia 2,3 juta tahun dan 1,5 juta tahun. 

Berbagai fosil yang ditemukan memiliki beberapa perbedaan karakteristik terutama pada temuan terbarunya. Sehingga menimbulkan perbedaan pendapat mengenai penamaan atau penggolongan mereka. Selain dari mengklasifikasi nya sebagai spesies Hom Habilis, ilmuwan lain menyarakan agar spesies ini masuk sebagai Australopithecus africanus atau Homo rudolfensis. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai genus yang berbeda yakni Kenyanthropus. 

Kehidupan Homo Habilis 

Berdasarkan identifikasi para ahli, manusia Homo Habilis memiliki kehidupan seperti berikut ini. 

  • Kebudayaan 

Berbeda dengan genus manusia purba lainnya yakni Australopithecus yang masih sangat sederhana dan hanya menggunakan kayu, Homo habilis sudah mampu menciptakan perkakas dari batu.  Perkakas tersebut terdiri dari alat perajang, pengikis, serta perkakas lainnya yang diberi nama Oldowan sesuai dengan lokasi penemuannya. Artefak perkakas Homo habilis tertua dibuat sekitar 2,2 juta tahun yang lalu. 

Kemungkinan membuat perkakas batu dengan cara menumbuk batu satu dengan lainnya sehingga menghasilkan pecahan yang lebih tajam. Adanya alat-alat ini menunjukkan sebuah kemajuan atau perkembangan mental manusia primitif terutama dalam hal bertahan hidup. 

  • Tempat Tinggal 

Homo Habilis diketahui tersebar di wilayah Afrika Timur dan Selatan terutama di daerah padang rumput. Homo habilis lebih memilih padang rumput sebagai rumah mereka karena tempatnya yang lebih sejuk dan lebih kering serta lebih mudah untuk membuat peralatan mereka.

  • Pola Makanan 

Meski secara kebudayaan lebih maju dari Australopithecus, namun pola makan mereka cenderung sama yakni pemakan tumbuh-tumbuhan. Dari struktur gigi dari enamel mereka menunjukkan mereka juga mengkonsumsi makanan keras seperti dedaunan dan tumbuhan berkayu. Pernyataan ini mendukung hipotesis bahwa Homo habilis hidup di padang rumput sehingga lebih mudah untuk menemukan makanan mereka.  

Peneliti juga memperkirakan H. habilis mengkonsumsi daging namun hanya sesekali dan bukan makanan utama mereka.  

  • Perilaku 

Homo habilis diketahui merupakan individu yang berjalan dengan menggunakan kedua kakinya. Adanya indikasi mereka mengkonsumsi daging memungkinkan H. habilis melakukan perburuan. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa spesies ini memburu binatang yang besar . Sehingga disimpulkan Homo habilis memakan daging sisa dari binatang predator lainnya dan hanya berburu binatang yang kecil seperti antelop. 

Ciri Fisik Homo Habilis 

Manusia purba Homo Habilis mempunyai karakteristik fisik seperti berikut. 

  • Tinggi tubuh sekitar 110 sentimeter untuk perempuan dan sekitar 130 sentimeter untuk laki-laki. 
  • Ukuran volume otak Homo habilis masih belum dipastikan. Volume paling kecil yang pernah ditemukan yaitu 450 cc dan yang paling besar mencapai 800 cc. Selain itu bentuk otak lebih bulat. 
  • Struktur dahi sedikit sedikit menonjol begitu juga dengan alisnya yang lebih melengkung dan lebih pendek serta wajah yang lebih kecil dari spesies sebelumnya. 
  • Tulang sumsum berada di dasar tengah tengkorak yang mendedikasikan mereka berjalan dengan menggunakan dua kaki. 
  • Bagian mata dan hidung cenderung lebih rata dari pada bagian pipi.  
  • Struktur gigi H. habilis hampir mirip dengan Australopithecus hanya saja premolar dan molar pada spesies ini lebih sempit begitu juga dengan ukuran rahangya yang lebih sempit. Susunan gigi lebih membulat dan kecil hampir sama dengan manusia modern. Meski begitu gigi seri mereka cenderung lebih besar. 
  • Kaki lebih pendek dari pada tangan atau dapat dikatakan mirip seperti kera. 
  • Tulang-tulang jari kaki menunjukkan mereka mampu membuat perkakas. 

Hubungan Homo Habilis dengan Spesies Lain

Pada awal penemuannya, para ahli mengira bahwa Homo habilis merupakan spesies yang sama dengan Australopithecus. Namun volume otak menunjukkan mereka berasal dari spesies yang berbeda. Beberapa ahli sempat menganggap Homo habilis adalah nenek moyang langsung dari manusia. 

Pendapat tersebut hanya berlaku sampai dengan tahun 1980 dan kemudian dipatahkan oleh penemuan fosil baru. Dari penemuan tersebut mengindikasikan proporsi tubuh H. habilis lebih mirip dengan kera dari pada manusia. Sejak saat itu H habilis tidak dianggap sebagai nenek moyang manusia melainkan masuk ke cabang dekat kerabat manusia. 

Perdebatan hubungan Homo habilis tidak sampai disitu saja melainkan ada prediksi lainnya. Dugaan lainnya adalah spesies ini memiliki kaitan dengan Homo ergaster yang ada di Afrika Timur. Namun teori ini juga masih membutuhkan pengamatan lebih lanjut dan memerlukan lebih banyak fosil. 

The post Homo Habilis: Sejarah – Ciri Fisik dan Kehidupan  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Australopithecus Anamensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan  https://haloedukasi.com/australopithecus-anamensis Sat, 12 Feb 2022 02:35:32 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31229 Mengacu pada ilmu sains, maka manusia modern saat ini merupakan hasil dari evolusi manusia-manusia pada masa purba kala. Berdasarkan data ada berbagai macam spesies manusia purba yang ditemukan di berbagai belahan Bumi.  Salah satu jenis manusia purba ditemukan di Afrika yang dikenal sebagai Australopithecus. Australopithecus anamensis memiliki spesies yang beragam salah satunya adalah Australopithecus anamensis […]

The post Australopithecus Anamensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Mengacu pada ilmu sains, maka manusia modern saat ini merupakan hasil dari evolusi manusia-manusia pada masa purba kala. Berdasarkan data ada berbagai macam spesies manusia purba yang ditemukan di berbagai belahan Bumi. 

Salah satu jenis manusia purba ditemukan di Afrika yang dikenal sebagai Australopithecus. Australopithecus anamensis memiliki spesies yang beragam salah satunya adalah Australopithecus anamensis yang akan diulas dalam pembahasan sebagai berikut.

Apa itu Australopithecus Anamensis

Australopithecus anamensis adalah jenis manusia purba yang ditemukan di daratan Afrika. Australopithecus anamensis masih merupakan bagian dari Australopithecus yang diperkirakan hidup sekitar 3 juta tahun yang lalu. Spesies ini adalah spesies paling pertama yang berhasil ditemukan dari kelompok manusia purba Australopithecus. 

Berdasarkan fosil yang ditemukan Au. anamensis tersebar di tiga tempat yaitu Teluk Allia, Kanapoi dan Sibolot. Diperkirakan manusia purba ini hidup pada 4 juta–3,8 juta tahun yang lalu.

Sejarah Penemuan Australopithecus Anamensis

Manusia purba Australopithecus Anamensis pertama kali dideskripsikan pada tahun 1995 setelah dilakukan penelitian terhadap fosil-fosilnya yang ditemukan pertama kali pada tahun 1965. Orang yang menemukan fosil pertama dari manusia purba ini adalah Bryan Patterson dari Universitas Harvard bersama dengan timnya. 

Pada saat itu tim ini menemukan sebuah tulang lengan di Kanapoi, Kenya Utara dalam keadaan terkubur oleh abu vulkanik. Namun karena fosil yang ditemukan masih sedikit sehingga tidak cukup untuk mengidentifikasi. Penemuan kembali terjadi pada tahun 1994 yakni oleh Meave Leakey. Ahli paleoantropologi Inggris ini menemukan fosil gigi, rahang atas dan bawah, fragmen tengkorak, dan tibia di lokasi yang sama dengan penemuan pertama. 

Setelah cukup lengkap fosil ini kemudian diidentifikasi oleh tim yang dipimpin Yohannes Haile-Selassie. Manusia purba ini kemudian diberi nama “Australopithecus anamensis” yang diambil dari bahasa Turkana yakni kata “anam” yang artinya “danau” sesuai dengan lokasi penemuannya. Pasangan nama genus “Australopithecus” diambil dari bahasa Latin yaitu “australo” yang artinya selatan dan kata “pithecus” dari bahasa Yunani yang artinya “kera”. Sehingga dapat diartikan sebagai manusia kera yang hidup di danau selatan. 

Penemuan fosil-fosil manusia purba jenis ini kembali terjadi pada tahun 2006. Bahkan tahun 2016 seorang penggembala bernama Ali Bereino menemukan fosil tengkorak yang cukup utuh sehingga dapat diidentifikasi wajahnya. 

Kehidupan Australopithecus anamensis

Manusia purbakala umumnya hidup secara berkelompok lalu membentuk suatu gaya kehidupan sendiri. Berikut ini adalah bentuk-bentuk kehidupan “Australopithecus anamensis”. 

Kebudayaan

Hingga saat ini para ahli belum dapat memastikan alat-alat yang digunakan oleh Australopithecus anamensis. Hipotesis yang saat ini diyakini para ahli adalah manusia purba ini masih menggunakan alat-alat yang sederhana seperti ranting dan kayu pohon yang dibentuk terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengolah makanan mereka. 

Tempat Tinggal dan Makanan 

Berdasarkan dari fosil tumbuhan dan hewan yang ditemukan di tempat yang sama dengan Australopithecus anamensis, diperkirakan mereka tinggal di sekitaran danau Turkana dan hutan di dekatnya. Sedangkan untuk makanan yang dikonsumsi mereka umumnya berupa tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, buah, serta kacang-kacangan. 

Perilaku

Kerangka fosil Australopithecus anamensis menunjukkan bahwa mereka adalah spesies yang berjalan dengan menggunakan dua kaki atau bipedal. Para ahli juga mengatakan bahwa mereka menghabiskan cukup banyak waktu di pohon yang artinya manusia purba ini pandai memanjat. 

Ada dua kemungkinan Australopithecus anamensis memanjat pohon yakni untuk mencari makanan atau untuk menghindari diri dari binatang buas.

Ciri Fisik Australopithecus Anamensis

Australopithecus Anamensis memiliki ciri fisik seperti di bawah ini.  

  • Australopithecus anamensis, jika melihat pada kehidupan modern maka ukuran tubuhnya sama dengan simpanse untuk yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan yang laki-laki ukurannya setara dengan gorila modern. 
  • Ukuran otak Australopithecus anamensis cenderung lebih kecil dibandingkan dengan jenis Australopithecus lainnya. Otak manusia puran Au. anamensis hanya memiliki volume sekitar 370 cc. 
  • Tengkorak Au. anamnesis memiliki lubang telinga berbentuk oval, dahi miring ke depan, wajah tengah berukuran lebih besar dari bagian lainnya, tulang pipi menonjol, serta tulang tengkorak di belakang mata menyempit.
  • Bentuk rahang bawah cenderung miring ke belakang. 
  • Gigi manusia Au. Anamnesis memiliki email yang cukup tebal dan gigi taring relatif lebih pendek namun lebih besar dan tajam daripada genus yang ditemukan sebelumnya.
  • Pergelangan tangan menunjukkan Au. anamensis memiliki tendon yang kuat  dan panjang sehingga dapat digunakan untuk memanjat pohon. 
  • Persendian mereka cukup fleksibel dan cukup mirip dengan manusia saat ini. 
  • Tulang kering melebar dan pergelangan sendirinya mengidentifikasi manusia purba ini bipedal.  

Hubungan Australopithecus Anamensis dengan Spesies Lain

Hubungan yang dimiliki oleh Australopithecus Anamensis dengan manusia purba lainnya masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Au anamensis ini merupakan nenek moyang dari Australopithecus afarensis. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Au. anamensis justru bagian dari Australopithecus afarensis.

Pendapat lain mengatakan bahwa keduanya tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Teori lain berpendapat bahwa Australopithecus anamensis dan Australopithecus afarensis hidup di waktu yang tumpang tindih atau hampir bersamaan. 

The post Australopithecus Anamensis: Sejarah Penemuan – Ciri Fisik dan Kehidupan  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Perbedaan Zaman Prasejarah dan Praaksara https://haloedukasi.com/perbedaan-zaman-prasejarah-dan-praaksara Fri, 11 Feb 2022 02:43:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31212 Kehidupan di Bumi selalu berubah dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal-hal yang kita lihat dan alami di masa sekarang tidaklah sama dengan kehidupan di masa lalu. Para ilmuwan membagi perkembangan kehidupan manusia menjadi beberapa periode atau zaman. Diantaranya adalah zaman prasejarah dan praaksara yang kerap dianggap sama. Padahal keduanya merupakan fase yang berbeda. Perbedaan […]

The post 4 Perbedaan Zaman Prasejarah dan Praaksara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kehidupan di Bumi selalu berubah dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal-hal yang kita lihat dan alami di masa sekarang tidaklah sama dengan kehidupan di masa lalu.

Para ilmuwan membagi perkembangan kehidupan manusia menjadi beberapa periode atau zaman. Diantaranya adalah zaman prasejarah dan praaksara yang kerap dianggap sama.

Padahal keduanya merupakan fase yang berbeda. Perbedaan antara zaman prasejarah dan praaksara akan diulas dalam pembahasan berikut ini. 

1. Perbedaan Secara Konsep

Perlu dipahami bahwa antara zaman prasejarah dan praaksara memiliki konsep yang berbeda. Zaman praaksara adalah periode dimana belum ada makhluk hidup baik dari tumbuhan, binatang maupun manusia.

Zaman prasejarah berakhir setelah adanya makhluk hidup tersebut dan manusia mulai berhenti berevolusi baik secara fisik maupun secara mental. 

Lebih mudahnya zaman praaksara merupakan zaman dimana bumi masih dalam tahap awal pembentukan.

Sedangkan prasejarah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut periode kehidupan awal  manusia. Pada periode ini manusia belum mengenal tulisan sehingga tidak ada bukti-bukti tulisan pada artefak-artefak mereka. 

2. Perbedaan Secara Pengertian

Jika dilihat dari segi pengertian keduanya pun memiliki pengertian yang berbeda. Prasejarah adalah kurun waktu manusia homonimi mulai menggunakan alat perkakas batu sekitar 3,3 juta tahun yang lalu.

Istilah “prasejarah” pertama kali digunakan pada tahun 1830 oleh Paul Tournal yaitu  “pré-historique”. Kata tersebut digunakan untuk menyebut temuan artefak purba di gua yang ada di Prancis Selatan. 

Sementara itu zaman praaksara adalah zaman dimana manusia sudah ada di bumi namun belum mengenal tulisan. 

3. Perbedaan Pembagian Zaman

Baik zaman prasejarah maupun zaman praaksara memiliki pembagian zaman atau periode yang berbeda pula. 

Zaman Prasejarah 

Zaman prasejarah dibagi menjadi beberapa periode diantaranya adalah berikut ini.  

  • Zaman Batu 

Zaman batu dimulai ketika manusia mulai menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu dalam menjalankan aktivitas kehidupan mereka. Periode ini terjadi sekitar 3,3 juta tahun yang lalu.

Zaman batu diklasifikasikan lagi ke dalam 4 fase yaitu zaman batu tua (Paleolitikum), zaman batu tengah (Mesolithikum), zaman batu muda (Neolithikum) dan zaman batu besar (Megalithikum). 

  • Zaman Perunggu

Zaman perunggu terjadi pada 3000 hingga 1.300 tahun sebelum Masehi. Diperkirakan bangsa yang pertama kali memasuki periode zaman ini adalah peradaban di Lembah Sungai Indus.

Pada zaman ini peralatan yang dahulu terbuat dari batu mulai diganti dengan menggunakan bahan yang lebih keras seperti perunggu, timah dan tembaga. 

  • Zaman Besi 

Zaman besi terjadi sekitar 1.200 hingga 900 tahun sebelum Masehi. Pada masa ini manusia mulai membuat peralatan dari  besi karena lebih mudah dibentuk. Pada periode ini juga manusia mulai mengenal pembagian sistem kerja dan hidup menetap. 

Zaman Praaksara

Zaman praaksara juga dibagi menjadi beberapa fase yakni sebagai berikut. 

  • Zaman Arkeozoikum

Zaman Arkeozoikum disebut juga dengan zaman Arkean yaitu fase paling awal dari bumi yang artinya periode paling tua.  Zaman ini terjadi pada 2,5 Miliar tahun yang lalu saat bumi belum stabil dan belum ada makhluk hidup yang kompleks seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.  

  • Zaman Paleozoikum

Zaman Paleozoikum adalah zaman yang terjadi sekitar 245-545 juta tahun lalu dan dikenal juga sebagai zaman primer. Pada masa ini bumi mulai mengalami perubahan secara geologi dan iklim secara signifikan.

Pada zaman ini diklasifikasikan menjadi 6 fase yaitu Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Karbon. 

  • Zaman Mesozoikum

Zaman ini terjadi sekitar 248 juta – 65 juta tahun yang lalu dimana bumi dihuni oleh tumbuhan, ikan, amfibi, dan reptil, dan dinosaurus. Benua dan daratan lainnya mulai terpisah pada zaman ini.

Zaman yang disebut juga sebagai zaman kehidupan tengah ini diklasifikasikan menjadi beberapa periode seperti zaman Trias, Zaman Jura dan zaman Kapur. 

  • Zaman Neozoikum

Zaman Neozoikum adalah periode yang terjadi pada 65 juta tahun silam. Pada fase zaman ini reptil-reptil besar mulai punah. Zaman ini dibagi menjadi dua fase yakni zaman tersier dan zaman kuarter. 

4. Perbedaan Secara Sistem Kepercayaan 

Manusia pada masa praaksara masih memiliki kepercayaan dengan sistem yang sangat sederhana. Pada zaman ini manusia menyembah arwah nenek moyang atau manusia lain yang sudah meninggal dan dianggap kuat semasa hidupnya.

Sementara itu pada masa prasejarah sistem kepercayaan manusia sudah lebih kompleks dan mengenal adanya ritual. Sistem kepercayaan yang dianut pada zaman ini adalah animisme dan dinamisme. Manusia tidak hanya menyembah roh leluhur tetapi juga menganggap benda-benda di alam semesta ini memiliki kekuatan gaib. 

The post 4 Perbedaan Zaman Prasejarah dan Praaksara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika https://haloedukasi.com/spesies-australopithecus Tue, 08 Feb 2022 02:25:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31133 Jika dilihat secara Sains maka manusia melakukan evolusi yang dimulai sejak zaman purbakala. Berbagai fosil manusia purba pun telah banyak ditemukan di berbagai penjuru bumi. Fosil tersebut kemudian  dan teliti untuk diketahui kehidupan, kebudayaan serta agar dapat diklasifikasikan.  Salah satu klasifikasi manusia purba yang ada di dunia adalah Australopithecus yang ditemukan hidup di Benua Afrika […]

The post 8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jika dilihat secara Sains maka manusia melakukan evolusi yang dimulai sejak zaman purbakala. Berbagai fosil manusia purba pun telah banyak ditemukan di berbagai penjuru bumi. Fosil tersebut kemudian  dan teliti untuk diketahui kehidupan, kebudayaan serta agar dapat diklasifikasikan. 

Salah satu klasifikasi manusia purba yang ada di dunia adalah Australopithecus yang ditemukan hidup di Benua Afrika sekitar 3 juta tahun yang lalu. Manusia purba ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa jenis atau spesies seperti yang akan diulas dalam pembahasan berikut ini. 

1. Australopithecus Anamensis

spesies Australopithecus

Australopithecus Anamensis adalah jenis manusia purba Australopithecus yang ditemukan oleh Bryan Patterson yakni seorang paleontolog keturunan Amerika Serikat. Beliau menemukan fosil manusia purba ini di Kanapoi, lebih tepatnya di Danau Turkana, Kenya pada tahun 1965. Bersama dengan timnya yang berasal dari penelitian Universitas Harvard, Patterson menemukan fosil berupa satu lega tangan.

Setelah digali lebih lanjut oleh ahli paleoantropologi Meave Leakey ternyata mereka menemukan lebih banyak fosil yakni berupa gigi dan pecahan tulang lainnya. 

Fosil tersebut kemudian disimpulkan berasal dari manusia purba yang hidup sekitar 4,2 sampai 3,8 juta tahun yang lalu. Kesimpulan lainnya adalah manusia ini sudah tidak lagi menggunakan tangan untuk berjalan namun menggunakan kedua kakinya meskipun belum mampu tegak. Meski tidak tegak namun Australopithecus berjalan dengan teratur. 

Jenis manusia ini sudah mengandalkan tumbuhan, kacang-kacangan dan buah-buahan untuk bertahan hidup. Ciri-ciri lainnya dari manusia purba ini adalah dapat memanjat, memiliki struktur wajah menonjol dan mempunyai lengan yang panjang. 

2. Australopithecus Afarensis

spesies Australopithecus

Australopithecus Afarensis adalah jenis Australopithecus yang paling populer bahkan disebut sebagai ibu dari Afrika. Spesies ini ditemukan pada tahun 1974 oleh seorang ahli paleoantropologi Amerika yang bernama Donald Carl Johanson. Fosil pertamanya ditemukan di Hadar, Ethiopia. Sedangkan penemuan berikutnya terjadi 4 tahun kemudian yakni di Hadar, Ethiopia, dan Laetoli, Tanzania. 

Fosil-fosil yang ditemukan cukup lengkap sehingga dapat disatukan dan kemudian terkenal dengan nama Lucy. Nama tersebut diberikan karena fosil kerangka menunjukan seorang perempuan. 

Diperkirakan Australopithecus Afarensis hidup 2,9 juta–3,8 juta tahun silam di wilayah Ethiopia, Kenya, Tanzania. Ciri-ciri yang dimiliki adalah tinggi maksimal 151 cm, berat sekitar 30 kg–42 kg, volume otak antara 300 sampai 550 cc dan mengandalkan buah-buahan serta tanaman untuk dikonsumsi.  

3. Australopithecus Africanus

spesies Australopithecus

Australopithecus Africanus adalah spesies dari Australopithecus yang ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924. Dart menemukan fosil manusia purba ini di lokasi penambangan yakni Tambang Taung. Para ahli  telah mengumpulkan fosil selama 80 tahun dan berhasil mengoleksi 200 individu. Fosil pertama yang ditemukan adalah berupa tengkorak dari seorang anak-anak.

setelah dilakukan penelitian di Australia para ahli menyimpulkan manusia purba ini tinggal di Afrika Selatan pada 2,5 juta tahun yang lalu. Karakteristik yang dimiliki oleh Australopithecus Africanus antara lain ukuran volume otak sekitar 424-508 cc, bagian korteks serebral membesar di daerah frontal dan parietal, tinggi kisaran antara 115-138 cm dan berjalan dengan menggunakan kedua kakinya. 

Sedangkan ciri yang menonjol dari manusia purba jenis ini adalah adanya perluasan  gigi pipi dan peningkatan ukuran rahang. 

4. Australopithecus Sediba

spesies Australopithecus

Spesies manusia purba di Afrika selanjutnya adalah Australopithecus sediba yang fosilnya ditemukan pertama kali pada 2008 oleh Matthew Berger pada saat usianya masih 9 tahun. Ia menemukan sebuah fosil yakni berupa klavikula kanan di  Gua Malapa, Cradle of Humankind, Afrika Selatan bersama dengan ayahnya yaitu Lee Berger yang merupakan seorang paleoantropolog. 

Selain Klavikula kanan, fosil lainnya juga ditemukan di luar gua yakni fosil tulang rahang dan tulang selangka. Setelah dilakukan penelitian terungkap bahwa fosil ini berasal dari 2 juta tahun lalu yang hidup di Afrika Selatan. 

Karakteristik fisik dari Australopithecus sediba adalah tinggi sekitar 130 cm serta memiliki struktur wajah dan gigi yang hampir sama dengan manusia modern. Jari-jari tangannya lebih pendek dari ibu jari yang menandakan bahwa spesies mereka sudah mengenal peralatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

5. Australopithecus Bahrelghazali

spesies Australopithecus

Australopithecus Bahrelghazali adalah spesies manusia purba yang kerangkanya berhasil ditemukan pada tahun 1995 oleh tim Franco-Chad yang dipimpin oleh ahli paleontologi Michel Brunet. Mereka menemukan fosil ini di lembah Bahr el Ghazal dekat Koro Toro, Chad. Fosil yang pertama kali ditemukan pada saat itu berupa sisa rahang dan gigi sera merupakan penemuan satu-satunya dari Afrika Tengah. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia ini hidup 3.6 juta tahun yang lalu dan diperkirakan hidup menyebar di seluruh wilayah Afrika.  Manusia yang diperkirakan berkerabat dekat dengan Australopithecus Afarensis ini memiliki ciri-ciri volume otak sekitar 400-550 cc, bentuk dagu dagu cenderung vertikal. Untuk ukuran tinggi belum dapat dipastikan dan namun kemungkinan sama besarnya dengan simpanse. 

6. Australopithecus Boisei 

spesies Australopithecus

Australopithecus boisei adalah jenis manusia purba Australopithecus yang ditemukan di Peninj, Tanzania yakni di sebelah barat Danau Natron yakni 80 km dari Ngarai Olduvai. Kerangka manusia Australopithecus Boisei  ini ditemukan pada tahun 1959 oleh seorang arkeolog Inggris bernama Mary Douglas Leakey. 

Leakey. pada saat itu menemukan sebuah tengkorak yang kemudian diberi nama the “Nutcracker Man” atau “Manusia Nutcracker”. Diduga manusia purba ini hidup pada zaman Pleistosen atau sekitar 2,3–1,7 juta tahun lalu Mereka hidup di Afrika Timur yakni Ethiopia, Kenya, Tanzania, Malawi. 

Ciri dari Australopithecus Boisei ini adalah struktur gigi yang bisa digunakan untuk mengunyah bahan-bahan keras, bentuk pipi yang besar volume otak yang kecil yakni hanya 100 cc, tinggi sekitar 137 cm dengan berat hampir 50 kg. 

7. Australopithecus Garhi 

spesies Australopithecus

Australopithecus Garhi adalah manusia purba yang kerangkanya ditemukan di Afrika tepatnya di Middle Wash, Bouri, Ethiopia. Penemuan ini terjadi pertama kali pada tahun 1990 oleh tim ahli paleoantropologi Ethiopia yang dipimpin oleh Berhane Asfaw dan Tim White. Fosil pertama yang ditemukan adalah sebuah kerangka ulna. Penemuan kemudian kembali terjadi pada tahun 1996 dan juga 1998 dengan fosil yang lebih lengkap. 

Kesimpulan dari para ilmuwan adalah Australopithecus Garhi  telah hidup pada 2,5 juta tahun yang lalu di Afrika Timur. Ciri fisik yang dimiliki manusia purba jenis ini adalah tulang paha dan lengan yang panjang serta kuat, dan  bipedal atau berjalan dengan kaki. 

Diperkirakan mereka adalah bangsa yang mengawali transisi ke penggunaan alat-alat perkakas yang digunakan untuk memotong daging. 

8. Australopithecus Robustus 

spesies Australopithecus

Australopithecus Robustus  adalah manusia purba yang ditemukan pada tahun 1938 di Afrika Selatan tepatnya di situs gua Kromdraai. Penemunya adalah seorang ilmuwan paleontologi keturunan Inggris-Afrika yang bernama Robert Broom. Manusia ini diperkirakan hidup di wilayah Afrika Selatan pada 2,5 juta– 1, 4 juta tahun lalu.  

Berdasarkan kerangka yang ditemukan mereka adalah jenis manusia purba yang bisa mengunyah dengan kuat. Hal tersebut dapat diketahui melalui bentuk gigi prageraham dan geraham. Ciri fisik lainnya adalah memiliki volume otak sekitar 400 cc–530 cc dan rahang yang kuat. 

The post 8 Spesies Australopithecus, Manusia Purba di Afrika appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Zaman Perunggu: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan https://haloedukasi.com/zaman-perunggu Tue, 14 Dec 2021 09:36:07 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29308 Sebagaimana kita ketahui bahwa zaman logam terbagi menjadi tiga zaman, salah satunya adalah zaman perunggu. Jika diurutkan, zaman ini terletak di antara zaman tembaga dan zaman besi. Pengertian Zaman Perunggu Zaman perunggu adalah masa di mana manusia telah mengenal teknik untuk mengolah bijih perunggu dengan cara dilebur dan dicetak sehingga dapat diubah menjadi alat-alat perkakas. […]

The post Zaman Perunggu: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebagaimana kita ketahui bahwa zaman logam terbagi menjadi tiga zaman, salah satunya adalah zaman perunggu. Jika diurutkan, zaman ini terletak di antara zaman tembaga dan zaman besi.

Pengertian Zaman Perunggu

Zaman perunggu adalah masa di mana manusia telah mengenal teknik untuk mengolah bijih perunggu dengan cara dilebur dan dicetak sehingga dapat diubah menjadi alat-alat perkakas. Dengan kata lain, zaman perunggu merupakan bagian dari sistem tiga zaman bagi masyarakat pra aksara.

Zaman ini terjadi setelah adanya zaman neolitikum yang dialami oleh beberapa wilayah di dunia. Namun di sebagian besar wilayah Afrika subsahara, zaman neolitikum tersebut langsung diikuti oleh zaman besi. Zaman perunggu diperkirakan telah terjadi sekitar 2.800 tahun sebelum masehi.

Hal itu dimulai dengan adanya percampuran antara bahan tembaga dengan timah yang dibuat menjadi bahan perunggu. Dari sinilah peradaban manusia mulai muncul bersamaan dengan kemunculan divisi sosial dalam lingkungan masyarakat.

Mulai dari kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan khusus serta berfokus terhadap pengolahan bahan logam. Kelompok tersebut yang nantinya akan menjadi cikal bakal pengrajin logam. Selain itu, keberadaan kelompok ini adalah hasil dari kehidupan yang telah berubah menjadi sender menetap.

Ciri-Ciri Zaman Perunggu

Sama seperti halnya zaman besi, zaman perunggu juga memiliki ciri-ciri atau karekteristik khas yang menjadi pembeda dengan zaman lainnya. Adapun ciri-ciri yang ada di dalam zaman perunggu sebagai berikut:

  • Terjadi setelah zaman neolitikum

Zaman neolitikum itu sendiri adalah zaman batu muda yang seluruhnya ditanamkan oleh unsur kebudayaan yang baik dan juga telah memiliki beberapa ciri yang melekat, salah satunya adalah alat-alat yang terbuat dari batu. Oleh karena itu, zaman perunggu sangat erat kaitannya dengan zaman neolitikum.

  • Kemampuan manusia dalam mengolah perunggu

Pada zaman ini, manusia telah melakukan berbagai teknik dalam proses pembuatan alat-alat perkakas dari bahan perunggu.

Teknik pengolahan tersebut berasal dari manusia deutro melayu yang datang dari wilayah Song Hong, Vietnam. Sehingga menjadikan mereka mengenal teknik peleburan maupun penempaan.

Hal itu tentunya akan membuat manusia lebih memahami suatu hal yang baru serta meningkatnya kemampuan mereka yang jauh lebih tinggi lagi dibandingkan sebelumnya.

  • Tinggal menetap

Manusia pada saat sebelum zaman perunggu, mereka hidup selalu berpindah-pindah tempat. Jika bahan kebutuhan di tempat mereka singgah tersebut telah habis, mereka akan berpindah tempat yang disebut dengan nomaden.

Di zaman ini, manusia sudah dapat tinggal secara menetap di satu tempat. Hal tersebut tentunya telah menggambarkan rasa nyaman dan rasa aman bagi manusia di mana sedikit demi sedikit mulai terbentuk.

  • Peradaban Sumeria, Mesopotamia

Zaman perunggu ini dimulai karena manusia sudah banyak menggunakan perunggu. Salah satu daerah yang pertama kali membuat perunggu yaitu Sumeria di Mesopotamia. Mesopotamia ini juga merupakan tempat kota yang pertama kali dibangun untuk tempat tinggal mereka.

Di sinilah peradaban zaman perunggu dimulai. Adapun daerah di Mesopotamia yang mengalami zaman perunggu yaitu dataran subur di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat yang merupakan lahan pertanian bangsa Sumer.

Kemudian pada 2.500 sebelum masehi, penggunaan perunggu ini mulai menyebar ke wilayah Eropa. Selain itu, zaman perunggu ini juga dialami oleh Cina sekitar tahun 1.600 sebelum masehi.

Kehidupan pada Zaman Perunggu

Adapun kehidupan manusia yang terjadi di zaman perunggu dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Kepercayaan yang dianut oleh manusia pada zaman prasejarah khususnya zaman perunggu ini hampir sama dengan zaman besi yakni menganut animisme dan dinamisme. Animisme adalah sistem kepercayaan yang meyakini roh-roh halus. Sementara dinamisme adalah sistem kepercayaan yang meyakini benda-benda memiliki kekuatan gaib.
  • Manusia sudah mengenal adanya sistem pembagian kerja. Dengan kata lain, mereka di zaman ini dapat bekerja untuk menghasilkan uang. Bahkan lebih dari itu, mereka telah mengenal adanya sistem pembagian kerja yang baik seperti apa. Hal ini tentunya akan mengantarkan kehidupan manusia dengan mempunyai peradaban yang semakin baik.
  • Dengan adanya sistem kekayaan, tentunya sudah membuat manusia di zaman perunggu dapat melakukan pekerjaan (sistem pembagian kerja). Hal itu dikarenakan mereka menganggap bahwa dengan bekerja, mereka bisa mendapatkan penghasilan dan membuatnya menjadi kaya.
  • Manusia memiliki kehidupan ekonomi yang semakin modern. Di zaman ini, manusia sudah mulai menggunakan tenaga hewan seperti kerbau atau kuda untuk dijadikan sebagai alat transportasinya di mana dapat memudahkan dalam melakukan perdagangan. Bahkan telah muncul beragam jenis perdagangan seperti garam, dan gelas serta kerajinan perunggu yang cukup beragam.
  • Sudah mulai muncul status sosial dalam lingkungan masyarakat. Misal, bagi seseorang yang dapat menghasilkan kerajinan dari bahan perunggu dengan jumlah yang lebih banyak dari pada lainnya, maka dia akan mempunyai derajat yang tinggi di lingkungan masyarakat.
  • Kehidupan di zaman perunggu juga muncul adanya tradisi atau ritual pemakaman yang terbagi menjadi tiga fase yakni fase perunggu antik, fase perunggu sedang dan fase perunggu akhir.

Peninggalan Zaman Perunggu

Adapun peninggalan-peninggalan yang ada di dalam zaman perunggu sebagai berikut:

  • Kapak Corong

Disebut dengan kapak corong karena bentuknya yang mirip dengan corong. Bahkan kapak ini sering disebut dengan kapak sepatu. Kegunaannya adalah alat upacara kepercayaan seperti pemujaan dan sebagainya. kapak ini dapat kita temukan di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Papua dan Sulawesi Tengah.

  • Nekara

Nekara merupakan alat perunggu yang digunakan untuk memohon penurunan hujan dan juga pengobar semangat ketika ingin melakukan peperangan dengan musuh, serta upacara lainnya. Bentuknya mirip dengan gendering yang dapat kita temukan di daerah Pulau Bali.

  • Bejana Perunggu

Bejana perunggu memiliki bentuk menyerupai gitar spanyol. Sekilas, mirip juga dengan periuk, namun bejana ini bentuknya lebih pipih dan langsing.

Bahkan desain yang digunakan oleh hampir seluruh bejana masih relatif sama. Bejana perunggu dapat kita temukan di daerah Madiun dan Sumatera.

  • Moko

Moko memiliki bentuk hampir sama dengan nekara, namun lebih kecil. Moko sering digunakan sebagai benda pusaka yang dimiliki oleh kepala suku. Bahkan moko juga sering dimanfaatkan sebagai mas kawin untuk menikah. Moko ini dapat kita temukan di Pulau Alor, Pulau Flores tepatnya berada di Manggarai.

  • Arca Perunggu

Arca perunggu ini memiliki dua bentuk yaitu hewan dan manusia. Ukurannya juga beragam ada yang besar layaknya manusia dan ada juga yang kecil dengan cincin di atas arcanya. Peninggalan yang satu ini dapat ditemukan di wilayah Palembang, Limbangan dan Bangkinang.

  • Candrasa

Candrasa adalah peninggalan sejenis kepak yang mempunyai bentuk mirip seperti senjata. Akan tetapi benda ini tidak digunakan sebagai alat pertanian atau alat peperangan karena tidak cukup kuat dan kokoh. Candrasa ini bisa dapat kita temukan di daerah Bandung.

The post Zaman Perunggu: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Zaman Tembaga: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan https://haloedukasi.com/zaman-tembaga Tue, 14 Dec 2021 09:26:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=29309 Zaman prasejarah atau praaksara merupakan perode di mana manusia masih belum mengenal adanya tulisan sebagai bahasa komunikasi manusia. Zaman prasejarah ini terdiri dari zaman batu dan zaman logam. Terdapat tiga zaman yang mengisi zaman logam yakni zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi. Nah, pada kali ini kita akan membahas mengenai zaman tembaga. Pengertian Zaman […]

The post Zaman Tembaga: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Zaman prasejarah atau praaksara merupakan perode di mana manusia masih belum mengenal adanya tulisan sebagai bahasa komunikasi manusia. Zaman prasejarah ini terdiri dari zaman batu dan zaman logam.

Terdapat tiga zaman yang mengisi zaman logam yakni zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi. Nah, pada kali ini kita akan membahas mengenai zaman tembaga.

Pengertian Zaman Tembaga

Zaman tembaga adalah zaman di mana permulaan manusia mengenal logam. Dengan kata lain, manusia di zaman ini menggunakan tembaga sebagai bahan dasar untuk membuat segala peralatan. Sehingga tembaga merupakan logam pertama yang ditemukan serta diolah oleh manusia.

Sejatinya, zaman tembaga sudah dimulai sejak tahun 3500-2300 sebelum masehi. Mereka menggunakan tembaga tersebut sebagai alat pertanian, konstruksi hingga pendukung kegiatan sehari-harinya. Meskipun demikian, mereka juga masih menggunakan batu walaupun logam tembaga lebih menarik.

Zaman tembaga yang panjangnya hingga 1000 tahun disebut dengan periode Kholotik di mana berlangsung mulai 4500 SM hingga 3500 SM yakni tumpeng tindih dengan zaman perunggu awal. Kata Khalkolithik itu sendiri diambil dari dua kata Yunani yakni chalco berarti tembaga dan lithos berarti batu.

Selain itu, zaman tembaga juga disebut dengan Eneolitik atau Aeneolitik yang merupakan periode arkeologis yang biasanya para peneliti menganggap sebagai bagian dari neolitik yang jangkauannya lebih luas.

Jika berbicara tembaga, memiliki nama kimia Cuprum (Cu) yakni logam pertama yang dikerjakan oleh manusia terbilang di dalam skala yang relatif besar sebagian. Hal itu dikarenakan telah ditemukan dalam beberapa batang logam murni berukuran besar dan dalam kondisi masih alami di banyak lokasi yang berbeda di seluruh dunia.

Namun zaman tembaga ini tidak menjelajah ke Indonesia, sehingga Indonesia hanya dapat mengalami zaman perunggu dan zaman besi saja.

Ciri-Ciri Zaman Tembaga

Adapun ciri-ciri khas dari zaman tembaga sebagai berikut:

  • Ditemukannya tembikar yang dicat dengan polikrom

Adapun bentuk keramik yang ditemukan pada zaman tembaga atau khalkolithik yaitu tembikar fenestrasi yang merupakan pot dengan bukaan memotong dinding. Tembikar ini sudah digunakan untuk membakar dupa. Selain tembikar, terdapat pula guci penyimpanan besar dan guci penyajian dengan cerat.

  • Bermata pencaharian sebagai peternak dan petani

Pada zaman tembaga ini, manusia telah mendapatkan makanannya sendiri dengan memelihara hewan domestik seperti sapi, kambing, domba dan babi.

Hal itu didapatkan dengan cara berburu dan memancing. Selain itu, mereka juga menanam tanaman berupa jelai, gandum serta kacang-kacangan.

  • Gaya tempat tinggal

Tempat tinggal atau rumah yang dibangun ketika itu terbuat dari batu atau bata lumpur. Salah satu pola rumahnya yaitu bangunan berantai serta deretan rumah yang berbentuk persegi panjang saling terhubung antara satu dan lainnya dengan dinding penyokong yang berukuran pendek di bagian ujungnya.

  • Gaya pemakaman

Gaya pemakaman di zaman ini dapat dikatakan sangat beragam dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Mulai dari penguburan tunggal sampai penguburan dengan bentuk guci dan osarium di atas tanah yang berbentuk kotak atau makam batu.

Kehidupan pada Zaman Tembaga

Kehidupan manusia pada zaman tembaga ini bervariasi. Zaman ini sangat fenomenal di sekitar Mediterania Timur. Akan tetapi di Indonesia masih belum ada pengaruh. Zaman tembaga ini telah dimulai oleh beberapa benua.

Di Eropa, telah ditemukan situs arkeologi tembaga di Serbia. Situs ini mempunyai bukti sebagai tempat pembuatan alat tembaga yang tertua sejak 7000 tahun yang lalu. Adapun salah satu contoh alat tembaga yang ditemukan di Kota Prokuplje berupa kapak tembaga.

Dari beberapa penemuan bukti tersebut kemudian tersebar di Eropa hingga ke Asia. Kapak tempurnya memang berbahan dasar dari tembaga, namun memiliki model yang masih tetap seperti kapak di zaman batu.

Di Asia juga sudah ditemukan beberapa bukti penggunaan tembaga. Di Bhiranna tepatnya wilayah Indus sebagai peradaban awal tembaga dengan ditemukannya gelang dan mata panah. Selain itu, penduduk di Pakistan juga telah menggunakan tembaga sekitar tahun 7000-3300 SM.

Salah satu contohnya yakni tembikar dan alat pengiris yang ada di provinsi Balochistan. Sementara di Asia Timur, telah ditemukan bukti sejarah yang terbuat dari tembaga di sekitar wilayah Jiangzhai dan Hongshan. 

Dan di wilayah Timur Tengah juga ditemukan adanya pertambangan tembaga yang aktif sekitar tahun 7000 – 5000 SM tepatnya berada di Lembah Valley.

Di Amerika, seribu tahun sebelum kedatangan oleh bangsa Eropa, penduduk asli telah menggunakan beberapa alat dari perpaduan tembaga. Misalnya di wilayah Michigan dan Wisconin ditemukan beberapa alat, senjata dan ornamen yang terbuat dari tembaga. Sejarah zaman tembaga di benua Amerika ini tidak seramai seperti sejarahnya di Asia.

Peninggalan Zaman Tembaga

Adapun beberapa peninggalan yang telah ditemukan di zaman tembaga sebagai berikut:

  • Kapak Tembaga

Salah satu contoh peninggalan yang ditemukan adalah kapak tembaga atau dikenal dengan Copper Axes. Kapak tembaga Italia yang berusia 5300 sudah dilengkapi dengan bilah yang dibawa oleh pemburu Neolitik Manusia Es Otzi atau dikenal Otzi the Iceman yang ditemukan di Swiss.

Sementara kepala kapak tembaga kuno yang ditemukan di Swiss itu menerangkan bagaimana zaman tembaga di seluruh Eropa.

  • Pisau Kapak

Kini, banyak para ilmuan sudah menemukan pisau kapak tembaga yang memiliki usia 5300 tahun di mana dibuat di wilayah yang sama serta ditemukan di daerah kaki utara Pegunungan Alpen.

Untuk di Indonesia itu sendiri, alat peninggalan-peninggalan dari zaman tembaga akan sulit bahkan tidak terdapat pada museum sejarah.

Mungkin ada beberapa diantaranya yang menunjukkan tentang bukti kehidupan di zaman tembaga, namun bukan wujud barangnya melainkan hanya tampilan dokumentasi atau berupa hasil rekaman yang telah didapatkan sebelumnya. Mulai dari dokumentasi proses penggalian tembaga, sejarah singkat tentang penemuannya, sampai foto-foto dari peninggalan tembaga tersebut.

The post Zaman Tembaga: Pengertian, Ciri-Ciri dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>