Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/proklamasi-kemerdekaan-indonesia Mon, 07 Nov 2022 04:34:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/proklamasi-kemerdekaan-indonesia 32 32 Peran Sutan Syahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan https://haloedukasi.com/peran-sutan-syahrir-dalam-proklamasi Mon, 07 Nov 2022 04:34:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39533 Sutan Syahrir merupakan salah satu tokoh sejarah yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Hindia Belanda. Berikut ini peran Sutan Sjahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu: Orang Pertama yang Mengetahui Kabar Kekalahan Jepang Sutan Syahrir menjadi orang pertama yang mengetahui kabar kekalahan Jepang dalam Perang Dunia […]

The post Peran Sutan Syahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sutan Syahrir merupakan salah satu tokoh sejarah yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Hindia Belanda. Berikut ini peran Sutan Sjahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu:

Orang Pertama yang Mengetahui Kabar Kekalahan Jepang

Sutan Syahrir menjadi orang pertama yang mengetahui kabar kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tanggal 15 Agustus 1945. Awalnya berita kekalahan jepang ini berusaha ditutupi, namun berhasil terdengar oleh Sutan Sjahrir melalui siaran radio yang pada saat itu dilarang.

Hal tersebut dapat diketahui Sutan Syahrir karena selama Perang Dunia II, beliau terus mengikuti perkembangan perang tersebut secara sembunyi-bunyi melalui berita dari stasiun radio luar negeri. Setelah mengetahui berita kekalahan Jepang, Sutan Sjahrir segera menghubungi Chairil Anwar dan menyebarluaskan berita tersebut kepada para pemuda pro-kemerdekaan.

Tidak hanya itu, Sutan Sjahrir juga menginfokan kabar tersebut kepada Moh. Hatta. Sayangnya, reaksi yang didapatkannya tidak seperti yang diharapkan. Karena Moh. Hatta memilih untuk menunggu kepastian bahwa Jepang memang benar-benar kalah.

Sutan Sjahrir yang kecewa akhirnya memilih pola pergerakan yang non kooperatif yaitu dengan menggunakan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.

Mendesak Soekarno dan Hatta

Sutan Sjahrir melakukan kegiatan penculikan bersama dengan para golongan muda untuk mendesak Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, Soekarno dan Hatta menolak permintaan tersebut, karena mereka ingin proklamasi dilaksanakan melalui PPKI, organisasi kemerdekaan yang dibentuk oleh Jepang.

Akhirnya Sutan Sjahrir bersama dengan rekan-rekannya membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar terjauhkan dari pengaruh Jepang. Selama disana, Soekarno dan Hatta terus dibujuk supaya segera melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945.

Akhirnya setelah didesak terus menerus, Soekarno dan Hatta menyetujuinya dan mereka segera dibawa kembali ke Jakarta untuk melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. 

Itulah dua peran Sutan Sjahrir dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, beliau menjadi seorang politikus dan juga perdana menteri pertama Indonesia. Sutan Sjahrir menjabat sebagai perdana menteri Indonesia mulai dari 14 November 1945 sampai 20 Juni 1947.

Pada tahun 1948, beliau mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948. Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres No. 76 Tahun 1966.

The post Peran Sutan Syahrir dalam Proklamasi Kemerdekaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada https://haloedukasi.com/alasan-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-tidak-jadi-dilaksanakan-di-lapangan-ikada Mon, 24 Oct 2022 02:42:18 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39267 Setelah peristiwa Rengasdengklok, kemudian Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan para tokoh lainnya, mereka merumuskan jalannya proklamasi esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, sebelum membahas mengenai proklamasi, mereka mendatangi rumah Laksamana Maeda yang berada di Meiji Dori. Kedatangan mereka tak lain dan tak bukan untuk memastikan status Indonesia setelah mendengar kabar […]

The post 3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setelah peristiwa Rengasdengklok, kemudian Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan para tokoh lainnya, mereka merumuskan jalannya proklamasi esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, sebelum membahas mengenai proklamasi, mereka mendatangi rumah Laksamana Maeda yang berada di Meiji Dori.

Kedatangan mereka tak lain dan tak bukan untuk memastikan status Indonesia setelah mendengar kabar Jepang telah menyerah pada sekutu. Mereka tak ingin gegabah sehingga akan terjadi pertumpahan darah. Mereka pun tiba di rumah Laksamana Maeda dan bertemu dan sang pemilik rumah.

Laksamana Maeda menjelaskan mengenai status kekuasaan Jepang dan kebenaran mengenai kekalahan Jepang atas sekutu. Setelah menjelaskan status tersebut, Laksamana Maeda memerintahkan mereka untuk mendatangi kepala pemerintahan Militer Jepang, Jenderal Moichiro Yamamato.

Setelah mendapatkan mandat dari Laksamana Maeda mereka segera berangkat menuju rumah Kepala Pemerintahan Militer Jepang. Namun, sesampainya di sana, mereka kembali menelan kekecewaan. Jenderal Nishimura selaku sosok yang menemui mereka melarang mereka untuk melakukan perubahan situasi dalam bentuk apapun.

Perubahan situasi ini tidak boleh dilakukan sampai sekutu datang ke Indonesia. Namun, mereka tak mengindahkan larangan tersebut. Mereka tetap melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi digelar di halaman rumah Soekarno yakni di jalan Pegangsaan timur no 56.

Semula, proklamasi akan dilaksanakan di lapangan ikada. Namun, karena beberapa alasan, akhirnya proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Soekarno. Lalu, mengapa proklamasi tak jadi dilaksanakan di lapangan ikada? Selengkapnya di bawah ini.

1. Menghindari Bentrokan dengan Militer Jepang

Setelah dari kediaman Petinggi Militer Jepang, mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda pukul tiga dini hari. Di tempat Laksamana Maeda inilah mereka merumuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Saat terjadinya peristiwa Rengasdengklok, Laksamana Maeda pernah berjanji akan menjadikan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah.

Setelah pembebasan Soekarno Hatta, Laksamana Maeda menepati janjinya. Setibanya di Rumah Laksamana Maeda, Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo, Sukarni dan Sayuti Melik pindah ke ruang tamu milik Laksamana Maeda.

Sementara itu, para tokoh lainnya menunggu. Soekarno, Hatta serta Achmad Soebardjo berdiskusi terkait perumusan naskah proklamasi. Hingga akhirnya rumusan naskah proklamasi berhasil disusun. Kemudian, setelah naskah itu disusun, mereka kembali ke depan untuk membacakan naskah proklamasi di hadapan para tokoh lainnya.

Sempat terjadi beberapa silang pendapat. Namun, hal tersebut dapat terselesaikan. Naskah proklamasi yang telah selesai kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Setelah merumuskan naskah proklamasi, para tokoh yang hadir pun memutuskan tempat untuk dilakukannya proklamasi kemerdekaan.

Pada rapat saat itu diputuskan bahwa upacara kemerdekaan akan dilaksanakan di Lapangan Ikada pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 11.00 WIB. Informasi ini kemudian disebarkan ke berbagai para tokoh pergerakan dan barisan pelopor.

Penyampaian informasi tidak hanya disampaikan secara langsung melainkan juga melalui telepon dan surat yang dibawakan oleh kurir. Sayangnya, informasi mengenai proklamasi kemerdekaan terendus oleh Jepang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, pasukan Jepang yang mengetahui rencana adanya upacara kemerdekaan memenuhi lapangan Ikada. Mereka bersiap menggagalkan rencana upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itulah, terjadinya perubahan tempat proklamasi.

Semula akan diadakan di lapangan Ikada berubah di kediaman Soekarno yakni Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta Pusat. Usulan pemindahan tempat diajukan oleh Laksamana Maeda. Ia khawatir akan terjadi bentrokan.

Terlebih lagi, meskipun Jepang telah menyerah pada sekutu, namun kekuatan militer Jepang masih banyak di Indonesia. Sehingga, peluang terjadinya bentrokan sangat tinggi. Maka dari itu, Soekarno dan Hatta menyetujui usulan tersebut karena tidak ingin adanya pertumpahan darah.

2. Halaman Rumah Soekarno Cocok Dijadikan Tempat Proklamasi

Halaman rumah Soekarno menjadi tempat yang cocok untuk pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tempat ini dinilai aman sehingga kecil kemungkinan terjadinya bentrokan dengan tentara Jepang.

Setelah adanya perubahan tempat, para pejuang langsung bergerak untuk menyebarkan informasi mengenai pemindahan tempat. Mereka menyebarkan informasi pemindahan tempat tanpa memberitahu alasan pemindahan tempat. Sehingga beberapa orang merasakan kebingungan dan bertanya-tanya mengenai pemindahan tempat proklamasi.

Berkat penyebaran informasi tersebut, banyak orang yang datang ke kediaman Soekarno untuk menyaksikan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Bahkan sejak pagi, rumah Soekarno telah dipenuhi oleh orang-orang.

Mereka datang dengan membawa bendera merah putih di tangannya dan membawa perkakas seadanya. Adapun perkakas yang dibawa seperti bambu runcing, cangkul, arit, golok dan benda tajam lainnya.

Senjata ini dibawa oleh mereka untuk melindungi Soekarno dan Hatta saat membacakan teks proklamasi. Mereka berjaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi bentrokan dengan tentara Jepang. Begitu antusiasnya semangat para rakyat menyaksikan upacara proklamasi, membuat Soekarno dan Hatta ikut semangat membacakan teks proklamasi.

Pada saat pembacaan teks proklamasi, tidak hanya rakyat dan para tokoh pejuang saja yang hadir melainkan juga anggota pers. Anggota pers turut hadir dalam peristiwa bersejarah tersebut. Mereka hadir sejak pagi buta untuk mengabadikan momen bersejarah.

Di antara anggota pers yang hadir adalah sosok fotografer dari kantor berita domei yakni Alex Mandoer. Tidak hanya sendirian, ia juga datang bersama adiknya yakni Frans Mandoer. Keduanya diutus untuk memotret momen bersejarah. Banyak foto yang diabadikan dalam peristiwa tersebut.

Sayangnya, foto hasil jepretan Alex berhasil dihanguskan oleh tentara Jepang saat bertandang ke kantor berita Domei. Namun, foto hasil Frans berhasil diselamatkan. Begitu tiba di rumah, Frans segera mengamankan foto tersebut dengan menguburnya di halaman rumah. Foto-foto hasil Frans lah yang saat ini kita lihat bertebaran di media.

3. Tempat Bukanlah Hal Penting Untuk Diperdebatkan

Pergantian tempat pelaksanaan proklamasi bukanlah sesuatu hal yang harus diperdebatkan. Sekalipun mengalami perubahan, namun pelaksanaan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pelaksanaan upacara tersebut meskipun berlangsung secara sederhana namun dapat berjalan dengan khidmat dan lancar tanpa gangguan. Tempat bukanlah sesuatu hal yang penting namun keselamatan segenap bangsa yang lebih utama.

Alasan inilah yang dipegang teguh oleh Soekarno dan Hatta. Mereka mempertimbangkan keamanan dan keselamatan orang-orang yang hadir menyaksikan upacara proklamasi. Sedari awal, mereka tidak mau pelaksanaan proklamasi harus diwarnai dengan pertumpahan darah. Maka dari itu, mereka memilih mengganti tempat yang lebih aman yakni di kediaman Soekarno.

Setelah pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, Bung Hatta memeritahkan beberapa orang untuk menyebarkan berita kemerdekaan. Salah satunya adalah sosok BM Diah yang merupakan seorang Jurnalis.

Setelah mendapatkan mandat, BM Diah pun menyebarkan berita kemerdekaan ke pelosok daerah. Penyebaran informasi mengenai kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui berbagai media seperti koran, radio serta coretan apda gerbang kereta.

Tujuan penyebaran informasi ini adalah agar semua rakyat Indonesian mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Sehingga nantinya, jika ada penjajah kembali datang, mereka dapat menolaknya secara tegas.

Pelaksanaan upacara proklamasi kemerdekaan dapat berjalan dengan lancar karena bantuan dari segala pihak. Salah satunya yakni peran isteri Soekarno, Ibu Fatmawati. Ibu Fatmawati merupakan sosok yang berada di balik gagahnya bendera merah putih berkibar.

Saat mendengar rencana pelaksanaan proklamasi, ia segera menjahit sang saka bendera merah putih untuk nantinya dikibarkan. Dengan bahan seadanya, ia berhasil menjahit bendera kebanggaan Indonesia.

Saat itu, ia mengalami kendala kekurangan bahan, namun hal ini segera teratasi karena ia mendapatkan bantuan dari salah seorang pejuang. Pejuang tersebut rela mencarikan bahan malam-malam dan memberikannya kepada Fatmawati untuk kemudian dijahit.

Selain itu, Fatmawati juga memberikan sarapan kepada para tamu yang hadir. Mereka datang sangat pagi sekali dan dengan inisiatifnya Fatmawati memberikan sarapan karena ia tau mereka belum sempat sarapan.

The post 3 Alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Jadi Dilaksanakan di Lapangan Ikada appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia https://haloedukasi.com/tokoh-perempuan-dalam-proklamasi Sat, 15 Oct 2022 04:35:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39146 Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah momentum bersejarah bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka telah lelah merasakan penderitaaan penjajahan kolonialisme. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari kerjasama rakyat Indonesia. Baik dari para golongan tua dan golongan muda sebagai para pencetus proklamasi kemerdekaan. Berkat peristiwa Rengasdengklok, membuka jalan terselenggaranya proklamasi […]

The post 7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah momentum bersejarah bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka telah lelah merasakan penderitaaan penjajahan kolonialisme.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari kerjasama rakyat Indonesia. Baik dari para golongan tua dan golongan muda sebagai para pencetus proklamasi kemerdekaan. Berkat peristiwa Rengasdengklok, membuka jalan terselenggaranya proklamasi kemerdekaan. Namun, selain peran dari kedua golongan itu, ternyata peran perempuan juga terlihat dalam peristiwa bersejarah ini.

Tidak hanya sekarang, para perempuan tampil di panggung publik. Namun, sejak dulu sudah banyak perempuan yang ikut berkontribusi dalam momen bersejarah. Jika selama ini, di beberapa sumber sejarah hanya mengangkat tokoh laki-laki dalam peristiwa sejarah namun kenyataannya di balik semua itu terdapat para perempuan hebat.

Mereka tak kalah hebat memberikan sumbangsihnya bagi Indonesia. Contohnya saja pada saat perang kemerdekaan banyak perempuan yang berperan sebagai relawan yang mengobati para korban perang kemerdekaan. Mereka aktif menjadi anggota palang merah Indonesia dan membantu urusan medis saat kemerdekaan.

Tidak hanya itu, mereka juga memasok obat-obatan sebagai persediaan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Lalu, siapa saja para tokoh perempuan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dan bagaimana peranan mereka? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

1. Fatmawati

Fatmawati, Tokoh Perempuan yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Siapa yang tak kenal dengan sosok Fatmawati. Fatmawati merupakan istri dari Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ia lahir di Bengkulu pada tanggal 5 februari 1923. Selain sebagai Ibu Negara, Fatmawati turut memberikan andil pada pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sosok perempuan hebat ini merupakan tokoh yang menjahit di balik berkibarnya sang saka merah putih. Saat mendengar persiapan kemerdekaan, Fatmawati segera mencari bahan untuk menjahit bendera merah putih.

Namun, saat itu, ia kekurangan bahan dan salah satu pemuda membantu mencarikan bahan untuk pembuatan bendera merah putih. Hingga akhirnya, bendera merah putih dapat berkibar dengan gagahny pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya itu, saat acara proklamasi, ia yang memberikan makan pagi bagi rakyat yang hadir. Sebagai seorang tuan rumah, Fatmawati tentu tidak enak hati jika tidak memberikan jamuan terbaik bagi tamunya. Terlebih dalam peristiwa penting seperti proklamasi.

Saat itu, orang-orang begitu antusias untuk dapat menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia sehingga beberapa dari mereka datang begitu pagi. Bisa saja di antara mereka ada yang tidak sempat sarapan.

Maka dari itu, Fatmawati berinisiatif memberikan makanan bagi para tamu yang hadir. Saat peristiwa Rengasdengklok, di mana presiden Soekarno diasingkan, Fatmawati turut serta diculik bersama anaknya.

2. S.K Trimurti

Sk Triimurti, Tokoh Perempuan yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Surastri Karma Trimurti merupakan seorang perempuan kelahiran Boyolali. Ia adalah seorang wartawan yang anti terhadap penjajahan Belanda. Ia begitu aktif melawan kolonialisme. Pada tahun 1930, sebelum menjadi seorang wartawan, ia pernah mengajar di sekolah dasar di beberapa daerah seperti Bandung, Banyumas dan juga Solo.

Kemudian tiga tahun berikutnya, ia bergabung dalam sebuah partai yang bernama Partindo dan aktif melakukan kegiatan politik. Jika selama ini yang kita kenal sebagai pejuang perempuan hanya Kartini, hal ini tentulah salah. Banyak para pejuang yang menyuarakan permasalahan perempuan salah satunya SK Trimurti.

Sk Trimurti kerap menyuarakan permasalahan mengenai perempuan dan revolusi kemerdekaan. Ia juga turut menggaungkan bahwa seorang perempuan dapat mencapai kebebasan sebagai seorang warga negara.

Baginya, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lain. SK Trimurti tampil sebagai sosok perempuan yang beraniĀ  dan menjadi contoh bagi perempuan lainnya pada masa itu. SK Trimurti pernah ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia ditangkap karena menyebarkan pamflet anti kolonialisme.

Setelah lepas dari penjara, SK Trimurti tidak gentar untuk terus menyuarakan keberaniannya melawan kolonialisme. Ia masih aktif menulis dan gencar melakukan propaganda anti kolonialisme. Hanya saja saat itu, ia menulis dengan menggunakan nama samaran agar langkahnya tidak dicekal oleh Belanda.

Sebagai seorang wartawan, SK Trimurti pernah bekerja di beberapa koran seperti Pikiran Rakyat. Saat itu ia bekerja beserta suaminya. Mereka menerbitkan koran pesat yang kemudian dilarang oleh pemerintahan Jepang.

Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti sempat diberikan kepercayaan untuk mengibarkan sang saka merah putih. Namun, ia menolak hal tersebut dan mengajukan salah seorang anggota Pembela Tanah Air atau Peta yakni Latief Hendraningrat.

Kemudian, Latief lah yang bertugas menggantikan SK Trimurti. Setelah kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti mendapatkan kepercayaan sebagai menteri perburuhan yang pertama.

3. Oetari Soetari

Oetari Soetari merupakan seorang mahasiswi Ika Daigaku atau sekolah kedokteran pada saat pemerintahan Jepang. Saat peristiwa proklamasi ia turut hadir untuk menyaksikan peristiwa bersejarah bagi Indonesia yakni Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta.

Saat itu, Oetari Soetarti berperan sebagai salah satu anggota dari Pos Palang Merah Indonesia di Bidara China. Kehadiran PMI di setiap acara untuk mengobati para prajurit atau para penjaga jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

Oetari Soetari menikah dengan Cr. Suwardjono Surjaningrat yang tak lain adalah teman sekampusnya dan kemudian menjabat sebagai seorang menteri kesehatan pada masa presiden Soeharto tahun 1978-1988

4. Retnosedjati

Sama halnya dengan Oetari Soetarti, Rernosedjati juga ikut hadir dalam pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Ia turut menyaksikan peristiwa penting bagi sejarah Indonesia. Retnosedjati merupakan seorang mahasiswi kedokteran Ika Daigaku. Wanita kelahiran Den Haag Belanda ini lahir pada tanggal 29 Maret 1924.

Ia merupakan anggota dari palang merah Indonesia yang berada di bawah Prof Soetojo setelah Indonesia merdeka. Sebelum Indonesia merdeka, pada masa perang melawan penjajah, sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia bertugas untuk mengurus obat-obatan yang akan diberikan kepada para prajurit yang ada di daerah Solo, Yogyakarta dan Klaten.

5. Yuliarti Markoem

Yuliarti Markoem merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari Ika Daigaku. Saat proklamasi kemerdekaan ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bersejarah. Ia bahkan bertugas dalam penaikan sang saka bendera merah putih. Saat perang kemerdekaan ia juga turut memberikan kontribusinya dengan menjadi penghubung dalam hal pengiriman kebutuhan medis bagi daerah-daerah gerilya.

6. Gonowati Djaka Sutadiwiria

Gonowati Djaka Sutadiwiria merupakan mahasiswi sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku. Perempuan kelahiran Semarang ini turut hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia juga ikut membantu mengamankan jalannya acara.

Saat upacara proklamasi, tidak hanya kaum laki-laki saja yang bertugas menjaga melainkan ada juga kaum perempuannya. Salah satunya yakni Gonowati Djaka Sutadiwiria. Kontribusi Gonowati tidak hanya terlihat pada saat proklamasi saja melainkan saat perang kemerdekaan juga.

Sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia berperan untuk membantu mengumpulkan obat-obatan. Perang kemerdekaan tidak hanya mengorbankan materi saja melainkan Jiwa. Banyak korban yang berjatuhan dalam perang itu. Maka dari itu, sebagai persiapan, palang merah Indonesia menyetok obat-obatan yang akan diperlukan nantinya.

7. Zuleika Rachman Masjhur Jasin

Sama seperti para tokoh perempuan lainnya, Zuleika juga merupakan mahasiswa Ika Daigaku. Ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bagi kemerdekaan Indonesia yakni proklamasi. Proklamasi yang diadakan di jalan Pegangsaan timur no 56 menjadi awal bagi kebangkitan Indonesia dari belenggu penjajahan. Zuleika juga merupakan anggota Palang Merah Indonesia mobile colonne.

The post 7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Peran Golongan Tua dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia https://haloedukasi.com/peran-golongan-tua-dalam-proklamasi Fri, 07 Oct 2022 09:43:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39013 Kemerdekaan bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan. Setelah melewati beragam siksaan dan kepedihan penjajahan, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya dan lepas dari belenggu penjajahan. Namun, di balik semua itu terdapat peristiwa yang membuat ketegangan antar dua golongan yakni golongan tua dan golongan muda. Di samping ketegangan itu, sejatinya kehadiran golongan muda tidak […]

The post 4 Peran Golongan Tua dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kemerdekaan bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan. Setelah melewati beragam siksaan dan kepedihan penjajahan, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya dan lepas dari belenggu penjajahan.

Namun, di balik semua itu terdapat peristiwa yang membuat ketegangan antar dua golongan yakni golongan tua dan golongan muda. Di samping ketegangan itu, sejatinya kehadiran golongan muda tidak lepas dari bantuan golongan tua.

Mereka menggembleng para golongan muda di asrama menteng no 31. Merekalah yang mempersiapkan para pemuda yang berani berjuang dan mempunyai pikiran kritis. Oleh karena itu, keberadaan golongan tua bukan hanya sebagai pelengkap saja melainkan memiliki peranan penting bagi kemerdekaan Indonesia.

Lalu, apa peran golongan tua dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?

1. Mengakhiri Peristiwa Rengasdengklok

Berita kekalahan Jepang terhadap sekutu sudah terdengar di telinga para pemuda. Semua bermula dari peristiwa penjatuhan bom pada kedua kota yang ada di Jepang yakni Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 Agustus 1945.

Penjatuhan bom tersebut dilakukan selama rentang waktu 3 hari. Akibat dari peristiwa itu banyak korban dan kedua kota di Jepang tersebut luluh lantah. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu.

Kabar ini tersiar di beberapa media tsrmasuk radio BBC milik Inggris. Mendengar kabar kekalahan Jepang membuat para pemuda berfikir akan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya hal inilah ada peluang untuk Indonesia bisa lepas dari cengkraman penjajah selama masa vacum of power.

Melihat peluang tersebut mereka mendesak kedua tokoh penting bangsa yakni Soekarno dan Hatta untuk segera mengadakan proklamasi. Sayangnya, usulan ini tidak disambut baik dan mendapatkan penolakan.

Soekarno teguh dengan pendiriannya yakni menunggu sampai tanggal 24 Agustus sebagaimana tanggal yang telah ditetapkan oleh Marsekal Terauchi saat kunjungan keduanya di Dalat. Berita mengenai kekalahan Jepang menurut Soekarno belum pasti.

Jika Indonesia memaksakan kehendak untuk melakukan proklamasi kemerdekaan dikhawatirkan akan terjadi pertumpahan darah. Soekarno tetap akan membicarakan mengenai kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI. Namun, hal tersebut tidak disetujui oleh para pemuda.

Mereka menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang dan tidak boleh disertakan dalam perumusan kemerdekaan. Sebab, kemerdekaan bangsa bukanlah hadiah dari Jepang melainkan hasil dari perjuangan.

Pada tanggal 15 Agustus para pemuda mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi yang ada di Pegangsaan Timur. Mereka sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia harus bebas dari bayang-bayang Jepang termasuk PPKI.

Mereka juga tidak percaya akan janji kemerdekaan yang dijanjikan Jepang sebagaimana ucapan Soekarno. Bagi mereka, merdeka atau mati. Hasil dari rapat tersebut disampaikan kepada Soekarno oleh Wikana dan Darwis.

Mereka juga mengancam jika tudak diselenggarakan esok hari maka akan terjadi pertumpahan darah. Tentunya Soekarno marah saat mendengar ancaman tersebut. Sebab, tak kunjung mendapatkan hasil, para pemuda kembali mengadakan rapat di Asrama Cikini. Hasilnya mereka sepakat mengasingkan Soekarno dan Hatta agar terhindar dari pengaruh Jepang.

Kemudian terjadilah peristiwa Rengasdengklok dengan menculik Soekarno dan Hatta ke kantor Peta. Di sana, golongan muda dengan diwakili Sukarni terus mendesak Soekarno agar segera mengadakan proklamasi.

Namun, satu hari sudah Soekarno dan Hatta di sana, tak kunjung mendapatkan hasil yang golongan muda mau. Alhasil, Sukarni melaporkan hal itu melalui utusan yakni Jusuf Kunto kepada golongan muda yang ada di Jakarta.

Di Jakarta mereka mengadakan rapat mengenai bagaimana waktu proklamasi kemerdekaan. Turut hadir Achmad Soebarjo selaku golongan tua dalam perundingan tersebut. Ia kasihan dengan Soekarno dan Hatta karena sudah seharian berada di Rengasdengklok.

Terlebih saat itu, anak Soekarno yang masih bayi turut dibawa. Acmad Soebarjo berjanji akan menyelanggarakan proklamasi paling lambat pukul 12.00 tanggal 17 Agustus 1945. Ia rela menjadi jaminan jika kemerdekaan tak diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus.

Acmad Soebardjo juga mengatakan bahwa untuk apa para pemimpin berada di sana, padahal bantak hal yang harus di bereskan di Jakarta. Mendengar hal itu, kemudian Achmad Soebarjo dan para golongan muda pergi ke Rengasdengklok untuk membebaskan Soekarno. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Soekarno pada singgih.

Soekarno berjanji akan mengadakan proklamasi begitu sampai di Jakarta. Laksamana Maeda juga mengatakan bahwa ia akan mengizinkan tempatnya untuk membuat naskah proklamasi jika Soekarno dan Hatta dibebaskan. Alhasil, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta dan peristiwa Rengasdengklok berakhir.

2. Melakukan Negoisasi dengan Petinggi Militer Jepang

Setelah semua sepakat mengenai waktu proklamasi, malam itu juga mereka berangkat ke Jakarta. Di jakarta mereka langsung ke rumah Laksamana Maeda yang ada di Meiji Dori. Namun, setibanya di kediaman Laksamana Maeda, sang pemilik rumah menjelaskan masalah status Jepang dan kebenaran informasi terkait kekalahan Jepang.

Kemudian Laksamana Maeda meminta mereka untuk menemui Kepala Pemerintahan Militer Jepang yakni Jenderal Moichiro Yamamato. Mereka segera berangkat ke sana dan setibanya di sana mereka tak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Jenderal Nishimura selaku perwakilan militer Jepang melarang segala bentuk perubahan situasi. Mereka harus menunggu kedatangan sekutu terlebih dahulu. Namun, mereka tak mendengarkan saran dari petinggi militer Jepang.

Mereka bersepakat bahwa Jepang tidak menepati janjinya mengenai hadiah kemerdekaan dan kemerdekaan harus tetap dilaksanakan dengan waktu yang secepatnya

3. Menyusun dan Menandatangani Naskah Proklamasi

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul tiga dini hari, mereka baik golongan tua maupun muda datang ke rumah Laksamana Maeda. Sebagaimana janjinya jika Soekarno Hatta dibebaskan maka rumahnya akan dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi.

Rumah tersebut dinilai aman karena jabatan Laksamana Maeda sebagai penghubung angkatan darat dan angkatan laut. Setelah tiba di rumah Laksamana Maeda, Soekarno, Hatta, beserta Achmad Soebardjo, Sukarni dan Sayuti Melik pindah ke ruang tamu kecil. Sementara Laksamana Maeda pamit ke lantai dua rumahnya karena tidak ingin mengganggu.

Kemudian, Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo berembuk terkait naskah proklamasi. Achmad Soebardjo menyampaikan gagasannya yang intinya untuk membuat naskah penting tidak perlu berkaca pada negara lain.

Sebab, apa yang baik untuk negara lain belum tentu baik juga bagi Indonesia. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan saat pembuatan naskah. Selama dua jam merumuskan hasilnya didapatkan sebuah naskah proklamasi yang ditulis langsung oleh Soekarno.

Kemudian mereka menemui para pemuda untuk membacakan naskah yang telah rampung. Terdapat beberapa revisi pada teks tersebut. Seperti penandatanganan naskah yang semula akan ditandatangan oleh semua yang hadir menjadi hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.

Nama keduanya menjadi perwakilan bangsa Indonesia pada naskah proklamasi. Setelah disepakati maka naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.

4. Membacakan Teks Proklamasi

Setelah teks proklamasi disepakati maka diputuskan bahwa esok hari akan dilaksanakan upacara kemerdekaan sekaligus pembacaan proklamasi di rumah Soekarno yakni di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Saat ini rumah tersebut menjadi Gedung Perintis Kemerdekaan Jalan Proklamasi Nomor 1.

Sebelum pulang, Hatta menyampaikan pesan kepada BM Diah untuk menyebarluaskan teks proklamasi. Esok harinya dilakukan persiapan menjelang kemerdekaan. Soekarno dan Hatta didaulat untuk membacakan teks proklamasi.

Selain itu, Soekarno juga menyampaikan pidato kemerdekaan yang menyerukan untuk terus berjuang dari belenggu penjajahan. Hari itu, kemerdekaan disambut dengan penuh suka cita. Untuk mengabadikan peristiwa penting, ada perwakilan dari kantor berita Domei yang sudah menunggu sejak pagi.

Kantor berita Domei mengirimkan utusannya langsung bahkan tak tanggung-tanggung mereka menurunkan kepala fotografi yakni Alex Mandoer. Tak sendirian, Alex mengajak serta adiknya yakni Frans. Sayangnya, foto yang telah didapatkan susah payah, dirampas oleh Jepang. Untung saja, foto di kamera milik frans masih bisa diselamatkan dan menjadi arsip nasional.

The post 4 Peran Golongan Tua dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Peran Jurnalis dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia https://haloedukasi.com/peran-jurnalis-dalam-proklamasi Fri, 07 Oct 2022 09:37:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39015 Kita dapat mengetahui sejarah selain dari bukunya tentunya dari gambar sejarah. Namun, pernah berpikir, siapa yang mengabadikan momen pada saat itu? Mereka adalah para jurnalis yang bekerja di kantor berita Domei. Mereka yang membantu menyebarluaskan informasi mengenai kemerdekaan sehingga rakyat Indonesia mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Mereka pula yang memotret peristiwa penting bagi perjalanan sejarah […]

The post 3 Peran Jurnalis dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kita dapat mengetahui sejarah selain dari bukunya tentunya dari gambar sejarah. Namun, pernah berpikir, siapa yang mengabadikan momen pada saat itu? Mereka adalah para jurnalis yang bekerja di kantor berita Domei.

Mereka yang membantu menyebarluaskan informasi mengenai kemerdekaan sehingga rakyat Indonesia mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Mereka pula yang memotret peristiwa penting bagi perjalanan sejarah Indonesia.

Lalu, bagaimana peran jurnalis dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia? Selengkapnya di bawah ini.

1. Menyiarkan Berita Kemerdekaan

Proses menyebarluaskan berita proklamasi dilakukan melalui pembacaan berita di radio, media cetak hingga menyebarkan utusan ke daerah. Dalam hal menyebarluaskan di radio terdapat peran Joesoef Ronodipoero.

Joesoef Ronodipoero merupakan seorang penyiar serta jurnalis di radio Hoso Kyoku sebuah radio milik Jepang yang ada di Jakarta. Saat itu, ia belum mendapatkan kabar mengenai kemerdekaan. Sebab, mulai dari tanggal 15 Agustus 1945, sebuah pegawai radio Hoso Kyoku tidak diizinkan untuk keluar masuk.

Radio dijaga ketat oleh polisi militer Jepang yang bernama Kempetai. Namun, berkat Syahrudin yang berhasil masuk ke radio, ia mengabarkan mengenai proklamasi kemerdekaan dengan memberikan selembar kertas yang diketik oleh Adam Malik berupa teks proklamasi.

Setelah mengetahui kabar tersebut Joesoef berniat untuk menyiarkan kabar ke seluruh dunia. Sayangnya, saat akan menyiarkan kabar bahagia ini terdapat kendala karena radio yang dijaga ketat oleh Kempetai. Hingga akhirnya Josoef ingat ada sebuah studio siaran mancanegara yang tidak digunakan.

Kondisi studio itu tidak terhubung dengan pemancar kemudian ia meminta bantuan pada teknisi untuk menghubungkannya dengan pemancar. Pada pukul 19.00 setelah semuanya siap, ia menyebarkan kabar mengenai kemerdekaan Indonesia dengan membacakan teks proklamasi kemerdekaan.

Kabar ini disebarkan ke seluruh mancanegara dengan bahasa Inggris selama dua puluh menit. Hal ini dilakukan agar radio mancanegara seperti BBC, radio Amerika, Singapura serta lainnya dan dapat diteruskan ke seluruh dunia. Mengetahui upaya penyebarluasan proklamasi membuat Jepang geram.

Semua orang yang terlibat dalam menyebarluaskan proklamasi termasuk Joesoef mendapatkan hukuman fisik. Namun, siksaan yang didapatkan Joesoef jauh lebih berat bahkan ia akan dipenggal kepalanya. Beruntungnya, ia dapat selamat berkat letkol Tomo Bachi yang ketika itu menjadi pemimpin Hako Kyoku.

Ia memerintahkan untuk membebaskan Joesoef. Saat itu, kondisi Joesoef sudah cukup parah dengan terdapat gigi yang lepas, pincang dan baju robek. Perjuangan yang dilakukan Joesoef serta kawan-kawan jurnalis lainnya tidak sia-sia.

per satu negara lain memberikan pengakuan kedaulatan Indonesia. Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia yakni Mesir pada tahun 1946. Kemudian, dilanjut dengan pengakuan negara timur tengah lainnya seperti Palestina dan India.

2. Memotret Momen Bersejarah

Peristiwa bersejarah sangat sayang jika tidak diabadikan. Oleh sebab itu di sinilah peran para jurnalis saat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Seperti yang dikatakan Sudiri dalam bukunya bahwa menjelang proklamasi, ia melihat seseorang yang duduk di depan rumah bung Karno.

Namun, sosok itu tak dikenalinya. Awalnya, mereka mengira sosok tersebut adalah mata-mata yang dikirimkan militer Jepang. Namun ternyata ia adalah Suroto sosok wartawan Domei. Kemungkinan Suroto inilah yang menjadi perantara pembuatan berita mengenai proklamasi yang dilanjutkan ke redaksi Domei.

Menurut Sidik kertapati, ketika mendapatkan berita proklamasi, ia langsung menyuruh dua orang pegawai domei untuk membuat siaran. Oleh karena itulah, militer Jepang marah atas pemberitaan tersebut. Ia memerintahkan para pegawai domei untuk membuat berita yang membantah adanya proklamasi.

Namun, karena sebagian besar para pegawai setuju dengan kemerdekaan bangsa, alhasil berita tersebut tidak disiarkan. Selain melaporkan berita, Domei pun mengirimkan fotografer untuk mengabadikan momen proklamasi.

Bahkan mereka mengutus langsung kepala bagian fotonya yakni Alex Mendoer. Tidak hanya berangkat seorang diri, Alex mengajak adiknya yang merupakan fotografer harian Asia Raya. Berdasarkan buku Alexius Impurung Mendur karya Wiwi Kuswiah mengatakan bahwa Alex pertama kali mendapatkan berita proklamasi dari Zahrudi rekannya di Domei.

Ia mengetahui betul betapa pentingnya peristiwa tersebut bagi sejarah Indonesia. Maka dari itu, ia berangkat pagi buta bersama Frans dengan cara mengendap-endap agar tidak ditangkap militer Jepang. Sesampainya di rumah Soekarno, kondisi susah sangat ramai dengan para pemuda dan pemudi yang sudah tidak sabar menyaksikan proklamasi.

Sembari menunggu persiapan proklamasi dibacakan, Alex beserta adiknya menyiapkan kamera untuk memotret momen bersejarah. Ia juga memilih angle yang pas untuk mengambil gambar. Ketika upacara pembacaan proklamasi dimulai, kedua orang tersebut segera memotretnya. Sampai penghujung acara, Alex dan Frans terus mengabadikan momen.

Setelah acara selesai mereka berpisah. Alex kembali ke kantornya sedangkan adiknya pulang ke rumah. Begitu sampai di kantor Domei, Alex segera mencetak foto yang ada di kameranya. Sayangnya, saat foto tersebut sedangkan dikeringkan, datanglah para militer Jepang dan Alex tidak ada di tempat.

Mereka lalu mengambil foto hasil jepretan Alex. Padahal banyak foto yang telah dipotret Alex dibandingkan Frans namun harus musnah karena dirampas Jepang. Untungnya, ketika sampai di rumah, Frans segera menyembunyikan kameranya.

Ia mengubur kamera tersebut di halaman depan rumahnya. Berkat penyelamatan ini, kita dapat menikmati foto-foto sejarah yang kini beredar. Sebenarnya banyak sekali lembar negatif film yang Frans sembunyikan. Sayangnya, hanya sedikit foto yang dapat diamankan oleh tim Arsip Departemen Penerangan dan Arsip Nasional Republik Indonesia.

Sisanya foto-foto tersebut entah hilang kemana. Menurut seorang sejarawan yang bernama Rushdy Hoesein, foto-foto yang beredar saat proklamasi itu memiliki dua kemungkinan. Pertama, foto tersebut berasal dari negatif film punya Frans yang hilang atau justru berasal dari negatif film milik Alex yang diambil oleh militer Jepang.

3. Mengobarkan Semangat Berjuang

Salah satu tujuan adanya jurnalis pada saat kemerdekaan adalah ikut dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan dan para pengkhianat bangsa. Setelah Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan dengan berbagai saluran media seperti Radio Hoso Kanri Kyoku, perjuangan Indonesia tidak berhenti begitu saja.

Satu bulan setelah publikasi kabar tersebut pada tanggal 17 September, Kolonial Belanda kembali datang ke tanah air. Mereka tak terima atas pernyataan proklamasi yang dilakukan dan berniat merebut kembali wilayah Indonesia.

Melihat hal itu tentu saja bangsa Indonesia tidak tinggal diam. Dalam hal ini, para jurnalis turut serta mempertahankan kemerdekaan yang telah didapatkan. Mereka menggaungkan semangat perjuangan melalui publikasinya. Seperti surat kabar Fadjar Asia, Koran Soeara Asia, Harian Sedio Tomo, Majalah Daulat Rakyat dan lainnya.

Tidak hanya serangan dari Belanda, muncul pula para pengkhianat bangsa karena kecewa dengan isi perjanjian Linggarjati. Di mana isi perjanjian tersebut membuat wilayah kekuasaan Indonesia semakin sedikit. Melihat hal itu, para jurnalis terus menggelorakan semangat perjuangan untuk terus mempertahankan kemerdekaan Air.

Seperti yang dilakukan oleh Surat Kabar Fadjar Asia. Pada tanggal 24 Mei 1930, surat kabar pendirian Cokroaminoto ini menerbitkan konsep hijrah sang pemilik dengan tujuan sebagai strategi perjuangan yang di dalamnya terdapat 4 pasal, 12 ayat, 3 bagian dan 1 keterangan dengan ditambah 7 anak poin.

Catatan tersebut menjadi pembakar semangat untuk terus berjuang setelah kemerdekaan dan kedatangan kembali Belanda. Arus informasi yang begitu cepat merupakan buah dari peran para jurnalis. Berkat hal itu, membuka jalan bagi bangsa ini untuk terus berjuang.

Pada saat itu, meskipun sebagian besar rakyat pindah ke Yogyakarta namun sebagian besar lainnya tetap mempertahankan tanah yang dipijaknya. Seperti yang dilakukan oleh Laskar Islam. Melihat hal itu, Jendral Sudirman yang semula hendak pindah, kemudian mengurungkan niatnya.

Ia melihat bagaimana para laskar-laskar Islam khususnya yang da di Jawa bagian barat masih terus melakukan gencatan senjata kepada Belanda. Oleh karena itu, Jendral Sudirman terus memberikan pasokan senjata untuk mereka. Hingga akhirnya ia ikut melakukan gerilya sampai ke hutan belantara.

The post 3 Peran Jurnalis dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Peran BM Diah dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia https://haloedukasi.com/peran-bm-diah-dalam-proklamasi Wed, 05 Oct 2022 04:48:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38977 Burhanuddin Mohammad Diah atau BM Diah merupakan sosok pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada tanggal 7 April 1917 di Banda Aceh. Ia lahir dari pasangan Mohammad Diah dan Siti Saidah. Ayahnya merupakan seorang pegawai pabean di Aceh Barat. Oleh sebab itu, ia termasuk keluarga yang terpandang. Sayangnya, satu minggu setelah ia lahir, ayahnya meninggal dunia. […]

The post 3 Peran BM Diah dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peran BM Diah dalam Proklamasi

Burhanuddin Mohammad Diah atau BM Diah merupakan sosok pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada tanggal 7 April 1917 di Banda Aceh. Ia lahir dari pasangan Mohammad Diah dan Siti Saidah. Ayahnya merupakan seorang pegawai pabean di Aceh Barat.

Oleh sebab itu, ia termasuk keluarga yang terpandang. Sayangnya, satu minggu setelah ia lahir, ayahnya meninggal dunia. Untuk membantu perekonomian, ia membantu ibunya berjualan. Delapan tahun berlalu, ibunya menyusul ayahnya.

BM Diah kemudian diasuh oleh Siti Hafsyah yang merupakan kakak perempuannya. BM Diah pernah bersekolah di HIS dan Taman Siswa yang ada di Medan. Ketika usianya menginjak 17 tahun, ia pergi ke Jawa dan belajar di Ksatria Institut di Bandung.

Meskipun ia tidak memiliki dana yang cukup, namun karena kebulatan tekadnya ia diperbolehkan untuk melanjutkan sekolah di sana. Bahkan ia diberikan kesempatan menjadi sekretaris agar dapat membiayai sekolahnya.

Saat bersekolah di Ksatria Institut ia belajar ilmu jurnalistik sehingga setelah lulus ia menjadi seorang redaktur harian Sinar Deli. Satu setengah tahun berlalu, BM Diah kembali ke Jakarta dan bekerja di Harian Sin Po sebagai seorang pegawai honorer.

Tak berlangsung lama, ia memutuskan untuk pindah ke Warta Harian. Di warta Harian pun ia hanya bertahan tujuh bulan karena koran tersebut dibubarkan. Setelah melalui proses panjang, alhasil BM Diah mendirikan perusahaan sendiri. Ia membuka perusahaan yang bernama Bulanan Pertjatoeran Doenia.

BM Diah merupakan sosok pejuang yang turut andil dalam peristiwa proklamasi. Sebagai seorang jurnalis, tentu saja keberadaannya sangat dibutuhkan. Berikut ini peran BM Diah dalam proklamasi.

1. Mendorong para pemusa keluar dari penjajahan

Saat Jepang masuk Indonesia, BM Diah bekerja sebagai seorang penyiar bahasa Inggris di Radio Hosokyoku. Selain itu, ia juga bekerja sebagai asisten editor di perusahaan Asia Raya. Selain menjalani pekerjaannya sebagai seorang jurnalis, BM Diah juga kerap melakukan diskusi dengan para tokoh golongan muda seperti Sukarni dan Chaerul Saleh mengenai gagasan kemerdekaan.

Pada bulan Mei dan Juni 1945, ia pernah mengadakan pertemuan bersama para kaum muda untuk menentukan sikap dan berusaha keluar dari belenggu penjajahan. Oleh sebab inilah, pada tanggal 7 Agustus, ia kemudian ditangkap oleh Jepang karena dinilai membahayakan.

Pada tanggal 15 Agustus ia baru dibebaskan karena jaminan oleh keluarga istrinya. Pernah dipenjarakan tak membuat seorang BM Diah gentar. Setelah keluar penjara ia segera menemui Sukarni dan Chairul Saleh di rumah Achmad Soebardjo.

Saat itu, ia mendesak agar Soekarno dan Hatta segera melakukan revolusi. Ia menuntut kedua tokoh penting itu untuk mengadakan perlawanan atas kependudukan Jepang. Sudah cukup selama ini Indonesia dijajah oleh para bangsa lain. Inilah saatnya melepaskan belenggu penjajahan.

2. Penyelamat Naskah Proklamasi

Setelah adanya peristiwa Rengasdengklok, kemudian para golongan tua dan golongan muda mengadakan pertemuan di rumah Laksamana Maeda. Pertemuan tersebut untuk menyusun naskah teks proklamasi.

BM Diah turut serta hadir dalam rapat tersebut. Pada hari itu, Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo menyusun naskah proklamasi. Sementara para aktivis dan pemuda lainnya termasuk BM Diah menunggu di ruang tengah rumah milik Laksamana Maeda.

Setelah naskah dirumuskan, Soekarno membacakan susunan naskah tersebut. Sempat beberapa kali terjadi perubahan. Seperti, semula yang hadir di rapat ingin menandatangani naskah penting itu namun menjadi perwakilan saja yakni Soekarno Hatta dengan tulisan atas nama bangsa Indonesia.

Hal ini mendapatkan penolakan karena yang hadir di rapat tidak hanya rakyat Indonesia saja melainkan juga ada para pegawai Jepang. Mereka tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi kemerdekaan Indonesia sehingga tidak berhak menandatangani berkas penting tersebut.

Setelah rancangan naskah proklamasi disusun dan diperbaiki, kemudian naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Setelah naskah proklamasi diketik dan disalin oleh Sayuti Melik, kemudian naskah asli dibuang ke tempat sampah.

Naskah asli sendiri adalah naskah yang ditulis langsung oleh presiden Soekarno. Melihat hal itu, tentu saja BM Diah segera mengambilnya. Menurutnya, naskah tersebut merupakan naskah penting sekalipun masih banyak revisi.

Setelah rapat untuk merumuskan naskah proklamasi selesai, BM Diah menyimpan baik-baik naskah asli proklamasi sebagai dokumen pribadi. Begitu pentingnya naskah ini, pada era Soeharto nantinya, naskah ini diserahkan kepada presiden kedua Indonesia itu. Naskah tersebut menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa.

Tindakan yang dilakukan BM Diah sangat penting bagi pelengkap arsip nasional mengenai proklamasi kemerdekaan Indonesia sehingga kita mengenal naskah tersebut hingga saat ini. Andai saja, naskah asli dibuang begitu saja dan tidak ada yang memungutnya, bisa saja kita tidak akan tau bunyi teks proklamasi.

3. Menyebarkan Berita Proklamasi

Besoknya setelah perumusan naskah proklamasi, dikumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di kediaman Soekarno. Baik dari golongan tua maupun muda saling bahu membahu mempersiapkan acara ini dengan baik.

Momentum ini merupakan sebuah penting dalam sejarah Indonesia dan menjadi titik awal bangsa Indonesia memulai perjalanan sebagai negara merdeka. Pada hari itu, naskah proklamasi dibacakan di depan khalayak oleh Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta.

Kemudian 17 Agustus 1945 kita kenal sebagai hari kemerdekaan karena pada hari itulah Indonesia secara tegas melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan bukan berarti selesai begitu saja.

Ada sebuah misi di mana berita mengenai kemerdekaan harus diketahui oleh rakyat Indonesia di seluruh penjuru. Sebab, tidak semua daerah tau bahwa Indonesia telah merdeka. Maka dari itulah, BM Diah selaku jurnalis bertugas untuk menyebarkan kemerdekaan Indonesia hingga ke pelosok Indonesia.

Berbagai upaya dilakukan untuk menyebarkan berita. Mulai dari pemancar radio, surat kabar, gerbong kereta, mobil hingga utusan ke berbagai daerah. Itu semua dilakukan agar kemerdekaan Indonesia diketahui oleh banyak orang.

Saat kemerdekaan percetakan Asia Raya ditutup karena kekalahan Jepang dari Sekutu. Maka dari itu, BM Diah berusaha untuk merebut percetakan miliki Jepang yakni Djawa Shimbun. Perebutan percetakan ini tidak lain dan tidak bukan untuk turut menyebarkan berita nasional mengenai kemerdekaan.

Jangan sampai rakyat di daerah karena tidak tau Indonesia telah merdeka mereka masih ada dalam belenggu penjajahan. Hal inilah yang kemudian tidak diinginkan oleh para tokoh dan pejuang bangsa termasuk BM Diah.

Pada tanggal 1 Oktober 1945, BM Diah berhasil membuat koran Indonesia dengan nama Harian Merdeka. Ia menjadi pemimpin redaksi surat kabar tersebut. Pada tahun 1959, BM Diah diberikan kepercayaan menjadi duta besar Indonesia untuk Cekoslovakia dan Hongaria.

Tidak hanya itu, pada era Soeharto, ia pernah menjadi menteri penerangan. BM Diah kemudian meninggal dunia pada tahun 1966. Atas segala pengorbanannya bagi bangsa Indonesia ia mendapatkan banyak penghargaan yakni Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto dan Medali Perjuangan Angkatan 45 dari Dewan Harian.

The post 3 Peran BM Diah dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>