resesi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/resesi Sat, 17 Jun 2023 02:39:38 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico resesi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/resesi 32 32 7 Peran Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Resesi https://haloedukasi.com/peran-ekonomi-syariah-dalam-menghadapi-resesi Sat, 17 Jun 2023 02:39:34 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43780 Resesi merupakan suatu peristiwa dalam kegiatan ekonomi yang mengalami sebuah penurunan secara terus menerus dalam waktu yang stagnan dan juga cenderung lama. Resesi ini dapat terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan dapat terjadi selama bertahun-tahun. Terjadinya resesi dapat berakibat pada kegiatan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah. Resesi tersebut dapat menurunkan keuntungan pada Perusahaan. Keuntungan pada […]

The post 7 Peran Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Resesi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Resesi merupakan suatu peristiwa dalam kegiatan ekonomi yang mengalami sebuah penurunan secara terus menerus dalam waktu yang stagnan dan juga cenderung lama. Resesi ini dapat terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan dapat terjadi selama bertahun-tahun.

Terjadinya resesi dapat berakibat pada kegiatan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah. Resesi tersebut dapat menurunkan keuntungan pada Perusahaan. Keuntungan pada Perusahaan yang menurun dapat menyebabkan angka pengangguran meningkatkan yang disebabkan oleh pemecatan besar-besaran oleh Perusahaan.

Berikut peranan ekonomi syariah dalam mengatasi kasus resesi ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Peningkatan ZISWAF

Peningkatan Ziswaf yaitu berupa peningkatan Zakat, Infaq, Sedekah, dan juga Wakaf ini memiliki sebuah peran untuk melakukan sebuah penggalangan dana yang akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Penyaluran dana ini dapat dilakukan dengan sebenar-benarnya agar sesuai dengan target yang diberi yaitu orang yang membutuhkan.

ZISWAF memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan ataupun mengatasi terjadinya Resesi, karena dengan ZISWAF mampu mendorong pembangunan sosial dan juga ekonomi. Adanya ZISWAF yang dapat tersalurkan dengan baik mampu mengatasi masalah yang terjadi seperti halnya kemiskinan dan juga krisis yang sedang terjadi.

2. Penguatan Industri Halal

Penguatan Industri halal merupakan suatu hal yang tepat untuk mengatasi resesi yang terjadi. Karena dengan menguatkan industri halal seperti halnya makanan halal, busana muslim, dan juga pertanian terpadu. Mampu membuat dorongan bagi aktivitas ekonomi dengan menggunakan rantai nilai halal.

3. Mencanangkan gerakan literasi

Literasi merupakan salah satu upaya dalam peranan ekonomi syariah untuk menghadapi resesi yang terjadi. Literasi ekonomi syariah dapat mempengaruhi atau menjadi sebuah indikator dari literasi masyarakat.

Indikator literasi ekonomi syariah ini dapat meningkatkan inklusi terhadap layanan keuangan syariah seperti halnya ZISWAF yang menjadi potensi ekonomi islam di masa sekarang. Dengan mengetahui literasi masyarakat dengan aspek didalamnya seperti halnya aspek pengetahuan prinsip dasar ekonomi syariah, keuangan sosial syariah, dan juga produk ataupun jasa halal.

Hal ini, dapat mengatasi problematika yang terjadi, seperti halnya membantu pemerintah dalam mengatasi problem ekonomi yang terjadi pada masa pandemi Covid-19.

4. Mempercepat sebuah kajian

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk muslim terbesar ini sudah seharusnya mengganti sistem ekonominya menuju ke sistem ekonomi syariah yang sebelumnya sistem ekonomi yang digunakan di Indonesia ialah sistem ekonomi konvensional.

Selain sistem ekonomi terdapat juga perbankan yang harus ikuta diganti kedalam perbankan syariah guna untuk mendongkrak kesadaran masyarakat agar menuju ke sistem dan juga perbankan syariah. Bidang keuangan dan juga ekonomi syariah memiliki andil yang kuat dalam meningkatkan.

Dan juga, mengkontribusi dalam menyempurnakan berbagai kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah. Adanya industri keuangan dan ekonomi syariah diharapkan mampu untuk melakukan sebuah ekspansi sampai dengan ke tingkat global dengan menggunakan produk halal yang memiliki potensi cukup besar.

Pemerintah juga memiliki sebuah peran dalam membangun ekonomi syariah dengan kebijakan yang dimiliki, instrumen, langkah-langkah juga regulasi yang diharapkan mampu menjawab inklusif masyarakat.

5. Memulai berinvestasi dan juga menabung

Investasi dan juga menabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi resesi yang akan terjadi. Karena dengan berinvestasi dan juga menabung merupakan suatu cara untuk memperkuat fondasi keuangan yang dimiliki. Menabung dapat dilakukan lebih ekstra dan menyiapkan dana darurat juga merupakan sesuatu yang efektif.

6. Tidak boros dan mulai berhemat

Tidak boros dan mulai berhemat merupakan cara untuk menghadapai resesi yang akan terjadi. Dapat memanagement uang yang dimiliki dan menggunakan dengan sebaik mungkin ialah salah satu hal yang harua diterapkan oleh masyarakat untuk mengatasi resesi dengan tidak boros dan mulai berhemat.

7. Mulai mencari dana tambahan

Mencari dana tambahan dalam hal ini dapat dengan cara bekerja sampingan lagi meskipun sudah memiliki pekerjaan tetap. Karena dengan mencari dana atau pendapatan tambahan dapat menambah dana yang dimiliki dan bisa ditabung lebih banyak lagi. Sehingga, mampu untuk mengatasi resesi yang terjadi.

Terjadinya resesi dapat juga ditandai oleh memburuknya perekonomian negara yang dapat dilihat dari Penurunan Produk Domestik Bruto yang terjadi selama dua kuartal secara terus menerus. Sebagian besar masyarakat yang ada di Indonesia bahkan di bumi menganut agama Islam.

Adanya Ekonomi Syariah memiliki peranan yang sangat mendukung akibat adanya suatu Resesi yang terjadi. Terlebih setelah terjadinya kasus Pandemi Covid -19 yang berlangsung kurang lebihnya dua tahun. Kasus pandemi ini memiliki dampak yang luar biasa terhadap aktivitas ekonomi yang terjadi baik di Indonesia ataupun di dunia.

The post 7 Peran Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Resesi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Perbedaan Resesi dan Deflasi yang Perlu dipahami https://haloedukasi.com/perbedaan-resesi-dan-deflasi Mon, 25 Apr 2022 03:16:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34114 Perekonomian menjadi sebuah hal yang sensitive kaitannya apabila dilihat dari segi dampaknya yang langsung berpengaruh terhadap hampir semua segi kehidupan. Saat kondisi perekonomian sedang berada dalam kondisi yang tidak stabil atau bisa dibilang tidak konstan, bisa memicu terjadinya beberapa permasalahan lainnya seperti adanya perubahan harga yang mungkin terjadi secara tiba tiba, adanya perubahan terkait kebijakan […]

The post 3 Perbedaan Resesi dan Deflasi yang Perlu dipahami appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perekonomian menjadi sebuah hal yang sensitive kaitannya apabila dilihat dari segi dampaknya yang langsung berpengaruh terhadap hampir semua segi kehidupan. Saat kondisi perekonomian sedang berada dalam kondisi yang tidak stabil atau bisa dibilang tidak konstan, bisa memicu terjadinya beberapa permasalahan lainnya seperti adanya perubahan harga yang mungkin terjadi secara tiba tiba, adanya perubahan terkait kebijakan dari pemerintah, perubahan preferensi dari konsumen dan dampak dampak lainnya.

Tentunya hal tersebut pun akan berdampak pada permasalahan sosial lainnya, terlebih seperti semakin meningkatnya angka pengangguran. Bahkan yang terburuknya bisa berpengaruh terhadap terjadinya resesi dan deflasi. Lalu apa sih sebenarnya resesi dan deflasi itu? Secara garis besar, resesi merupakan kondisi yang mana perekonomian yang ada dalam suatu negara mengalami penurunan dalam dual kuartal berturut turut.

Tentunya penurunan yang terjadi pun sama antara perekonomian di produksi industri, pendapatan riil, penjualan produk baik eceran ataupun grosir dan lain sebagainya. Sedangkan untuk deflasi sendiri merupakan suatu kondisi dimana harga konsumen dari suatu produk mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Tentunya kondisi yang satu ini yang memicu terjadinya angka penuruan produk yang berdampak pada keterlambatan proses pertumbuhan bisnis. Lalu, apa saja sih perbedaan kondisi resesi dan deflasi ini? Berikut merupakan pemaparan mengenai perbedaan kondisi resesi dan deflasi yang perlu diketahui.

No.ResesiDeflasi
1.Resesi lebih mengacu pada sebuah kondisi dimana perekonomian yang ada di suatu negara sedang mengalami penurunan yang tajam dalam jangka waktu dua kuartal berturut turut. Yang mana penuruan tersebut terjadi pada hampir semua elemen dari perekonomian negara, baik yang berkaitan dengan perekonomian produksi industri, pendapatan riil, kegiatan penjualan. Baik penjualan yang berada dalam ranah produk ecer ataupun produk grosir.Berbeda dengan resesi, deflasi merupakan kejadian ekonomi yang terjadi ketika harga konsumen mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Bahkan untuk harga asetnya pun bisa dibilang jatuh menurun.
2.Terjadinya resesi sebagai salah satu bentuk penurunan perekonomian ini bisa diukur dengan menggunakan dasar produk domestic bruto yang digunakan dalam sebuah negara. Tentunya hal ini karena kaitannya dengan penurunan yang terjadi hampir disemua elemen perekonomian negara.Sedangkan untuk kondisi deflasi sendiri, bisa diukur adanya dengan menggunakan patokan penurunan indeks harga konsumen. Tentunya hal ini sangat relevan dengan kondisi penurunan perekonomian yang terjadi pada sector harga konsumen dan juga asset yang ada.
3.Terjadinya kondisi penurunan perekonomian yang satu ini bisa dibilang terjadi pasca puncak dari segala aktivitas ekonomi yang sudah terjadi dan berakhir pada proses bagian palungnya.Kondisi deflasi atau sebuah penurunan yang terjadi pada harga konsumen ini, seringkali terjadi bersamaan dengan jatuhnya tingkat barang dan jasa yang ditawarkan di pasaran. Sehingga bisa dibilang sangat berkaitan dengan harga konsumen.

The post 3 Perbedaan Resesi dan Deflasi yang Perlu dipahami appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen dan Contohnya https://haloedukasi.com/kebijakan-fiskal Tue, 19 Apr 2022 03:31:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33680 Pengertian Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga pertumbuhan ekonomi dalam kondisi baik. Kebijakan fiskal ini pertama kali diperkenalkan oleh Maynard Keynes. Istilah ini umum digunakan sejak Depresiasi Besar terjadi pasca Perang Dunia I, tahun 1929. Kebijakan fiskal dibuat oleh pemerintah dan Dewan […]

The post Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga pertumbuhan ekonomi dalam kondisi baik. Kebijakan fiskal ini pertama kali diperkenalkan oleh Maynard Keynes. Istilah ini umum digunakan sejak Depresiasi Besar terjadi pasca Perang Dunia I, tahun 1929.

Kebijakan fiskal dibuat oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPR). Kebijakan ini ditempuh dengan menetapkan perubahan besaran pajak yang wajib ditaati oleh para wajib pajak. Kebijakan fiskal tiap tahunnya dapat berubah. Hal ini didasarkan pada keadaan ekonomi dan rencana pembangunan yang tengah dilakukan pemerintaah saat itu.

Kebijakan fiskal mengatur pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah. Pemasukan ini bersumber dari pajak. Sedangkan pengeluaran ini termasuk perbaikan infrastruktur, kualitas pendidikan, pembiayaan operasional, dan lainnya. Semua pengeluaran ini disusun dalam APBN.

Jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal mempunyai beberapa jenis bergantung pada segi teoritis, segi penerapan, dan segi neraca pembayaran. Kebijakan fiskal ini dapat berlainan antar negara. Berikut ini kebijakan fiskal yang ada di Indonesia:

Kebijakan Fiskal Dari Segi Teoritis

Kebijakan fiskal berdasarkan kategori teoritis terbagi 3 yakni kebijakan fiskal fungsional, kebijakan fiskal terencana, dan kebijakan fiskal insidental.

  • Kebijakan Fiskal Fungsional

Kebijakan fiskal fungsional merupakan kebijakan fiskal yang dampaknya baru terlihat pada masa mendatang. Kebijakan fiskal jenis ini adalah kebijakan jangka panjang.

Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan keadaan ekonomi secara makro. Adapun beberapa contoh dari kebijakan fiskal fungsional adalah pemberian beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.

  • Kebijakan Fiskal Terencana

Kebijakan fiskal terencana memiliki istilah yaitu kebijakan fiskal disengaja. Kebijakan ini ditempuh dengan memanipulasi anggaran negara. Fungsi dari kebijakan fiskal ini adalah untuk menghadapi masalah tertentu misalnya menghadapi pandemi atau krisis ekonomi.

Contoh kebijakan fiskal terencana ini dapat kita lihat pada kasus pandemi. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengalokasikan APBN bagi sektor kesehatan selama pandemi. Selain itu, pemerintah juga melakukan relaksasi pada pajak usaha.

  • Kebijakan Fiskal Insidental

Kebijakan fiskal insidental merupakan kebijakan fiskal tidak disengaja. Kebijakan ini muncul untuk melindungi stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah. Contohnya adalah penetapan harga eceran tertinggi.

Kebijakan Fiskal Dari Segi Penerapan

Berdasarkan penerapannya, kebijakan fiskal terbagi 2 yakni kebijakan fiskal ekpansif dan kebijakan fiskal kontraktif.

  • Kebijakan Fiskal Ekspansif

Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan fiskal yang dilakukan saat terjadi kondisi ekonomi yang mengalami penurunan daya beli. Selain itu, jumlah pengangguran juga tinggi. Kebijakan ini ditempuh dengan cara meningkatkan belanja negara dan menurunkan tingkat pajak.

  • Kebijakan Fiskal Kontraktif

Seperti namanya, kebijakan fiskal kontraktif dilakukan dengan mengendalikan jumlah pemasukan. Jumlah pemasukan dibuat lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan fiskal yang berkebalikan dengan kebijakan fiskal ekspansif.

Kebijakan ini dengan cara menurunkan tingkat belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Hal ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat sekaligus mengatasi inflasi. Kebijakan ini termasuk kebijakan yang jarang dilakukan.

Kebijakan Fiskal Dari Segi Neraca Pembayaran

Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca pembayaran terbagi menjadi 4 yaitu kebijakan fiskal seimbang, kebijakan fiskal surplus, kebijakan fiskal defisit, dan kebijakan fiskal dinamis.

  • Kebijakan Fiskal Seimbang

Kebijakan fiskal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan pemasukan dan pengeluaran negara. Fungsi dari kebijakan fiskal ini agar negara tidak mempunyai terlalu banyak hutang. Kebijakan fiskal seimbang terdengar positif.

Meskipun begitu, kebijakan ini mempunyai resiko yang besar. Hal ini disebabkan karena tidak semua negara memiliki kemampuan memenuhi seluruh kebutuhan negaranya.

  • Kebijakan Fiskal Surplus

Kebijakan ini dilakukan ketika pemasukan lebih banyak dibandingkan dengan pengeluaran. Fungsi dari dikeluarkannya kebijakan fiskal surplus ini adalah demi mencegah terjadinya inflasi.

  • Kebijakan Fiskal Defisit

Kebijakan fiskal defisit merupakan kebalikan dari kebijakan fiskal surplus. Kebijakan ini diambil agar mengatasi kekurangan pemasukan. Kebijakan fiskal defisit ditempuh dengan salah satu cara yaitu mengambil utang luar negeri.

  • Kebijakan Fiskal Dinamis

Kebijakan fiskal dinamis adalah kebijakan fiskal yang diambil sewaktu-waktu. Kebijakan ini merupakan kebijakan ekonomi yang diambil saat negara membutuhkan.

Tujuan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal mempunyai tujuan utama yakni menetukan arah, sasaran, tujuan, prioritas dari pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan ini dapat tercapai bila kebijakan fiskal dilakukan dengan benar dan tepat sasaran. Kebijakan fiskal bertujuan:

  • Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara

Kebijakan fiskal dilaksanakan demi menjaga kestabilan sekaligus mengembangkan ekonomi negara. Dengan kebijakan ini diharapkan sektor ekonomi lain juga ikut terpengaruh.

  • Meningkatkan Kualitas SDM

Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan kualitas SDM masyarakat terutama di bidang ekonomi dan teknologi. Peningkatan SDM diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bersaing dalam dunia kerja dan perbaikan terhadap kualitas hidup.

  • Menjaga Stabilitas Harga Barang

Tujuan lain dari kebijakan fiskal adalah menjaga kestabilan harga barang. Hal ini dilakukan agar barang tetap terjangkau oleh masyarakat dan menghindarkannya dari fluktuasi dari pihak yang tak bertanggung jawab.

Berikut ini adalah tujuan lain dari adanya kebijakan fiskal yaitu:

  • Meningkatkan produk domestik bruto (PDB) negara dan PDB per kapita
  • Meningkatkan serapan tenaga kerja
  • Menjaga stabilitas harga
  • Mencapai kestabilan ekonomi secara nasional
  • Memacu pertumbuhan ekonomi negara
  • Membantu mendorong laju investasi
  • Membuka kesempatan kerja yang luas
  • Mewujudkan keadilan sosial
  • Membentuk pemerataan dalam pendistribusian pendapatan
  • Mengurangi pengangguran
  • Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar mencegah terjadinya inflasi

Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Keduanya berkaitan erat dengan pajak. Perubahan pada tarif pajak akan sangat berpengaruh dalam keadaan ekonomi suatu negara.

Intrumen kebijakan fiskal terbagi atas anggaran defisit, anggaran surplus, dan anggaran berimbang. Instrumen-instrumen ini membantu pemerintah dalam mengendalikan kondisi ekonomi suatu negara.

Anggaran Defisit

Anggaran defisit merupakan instrumen kebijakan fiskal yang dilakukan dengan membuat pengeluaran negara lebih besar dibandingkan pemasukan. Hal ini bertujuan untuk memberi rangsangan pada kondisi perekonomian. Kebijakan ini pada umumnya diterapkan saat kondisi ekonomi mengalami resesi.

Anggaran defisit dibagi menjadi beberapa bagian yaki:

  • Anggaran Defisit Konvensional

Defisit konvensional memiliki artian bahwa defsit yang terjadi merupakan selisih dari realisasi total pembelajaan dengan realisasi total pemasukan, termasuk dana hibah.

  • Anggaran Defisit Moneter

Anggaran defisit moneter merupakan anggaran yang diperoleh dari selisih antara realisasi toal pembelajaan (tidak termasuk pembayaran pokok dan hutang) dengan realisasi total penerimaan (tidak termasuk di dalamnya penerimaan dari hutang).

  • Anggaran Defisit Operasional

Anggaran defisit opersional merupakan anggaran yang diperoleh dari selisih total nilai riil pembelajaan dengan total nilai riil pemasukan.

  • Anggaran Defisit Primer

Anggaran defisit primer merupakan defisit yang jumlahnya dihitung dari selisih antara realisasi dari belanja total (belum termasuk pembayaran pokok dan hutang) dengan total penerimaan.

Anngaran Surplus

Anggaran surplus merupakan instrumen kebijakan fiskal pemerintah yang membuat penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran negara. Kebijakan ini dilakukan untuk menurunkan tekanan permintaan.

Anggaran Berimbang

Anggaran berimbang adalah instrumen kebijakan fiskal pemerintah untuk menentukan pengeluaran negara dan pemasukan negara sama besar. Tujuan dari kebijakan ini adalah terjadinya anggaran pasti dan meningkatkan disiplin.

Kelebihan dan Kekurangan Kebijakan Fiskal

Berikut ini adalah kelebihan dari kebijakan fiskal:

  • Dibandingkan kebijakan moneter, kebijakan fiskal lebih mudah dalam mengatur dan mengendalikan pemasukan dan pengeluaran negara
  • Kebijakan fiskal saling melengkapi dengan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal mampu menutupi kekurangan kebijakan moneter. Keduanya berperan penting dalam mengatasi masalah inflasi – deflasi
  • Kebijakan fiskal lebih efektif dalam mengatasi masalah perekonomian negara dibandingkan kebijkan negara

Berikut ini adalah kekurangan dari kebijakan fiskal:

  • Kebijakan fiskal dinilai kurang fleksibel atau kaku karena kebijakan ini ditempuh melalui birokrasi rumit yaitu anggaran belanja (APBN)
  • Salah satu contoh kebijakan fiskal adalah meningkatkan pajak. Kebijakan ini dapat menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat sebab pemerintah memungut pajak yang lebih tinggi

Contoh Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang berlaku di Indonesia termasuk:

  • Tax Amnesty

Tax amnesty merupakan salah satu contoh kebijakan fiskal yang ada di Indonesia. Tax amnesty merupakan bentuk pengampunan pajak. Maksudnya, pemerintah akan memberikan keringanan dalam membayar pajak dengan cara mengurangi atau meniadakan pajak pada jangka waktu tertentu bagi rakyat yang mau melaporkan jumlah kekayaannya.

  • Subsidi BBM dan Gas

Subsidi BBM dan gas adalah contoh lain dari kebijakan fiskal. Pemberian subsidi di bidang energi bahan bakar ini dimaksudkan agar mobilitas dan transaksi ekonomi masyarakat berjalan dengan lancar.

  • Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)

Penetapan harga eceran tertinggi (HET) merupakan salah satu contoh kebijakan fiskal. HET adalah harga jual maksimum untuk barang tertentu. Pemberlakuan HET ini dilakukan pada barang seperti sembako dan obat-obatan.

  • Pengelolaan Anggaran

Pada saat perekonomian nasional mengalami inflasi, maka pemerintah akan mengeluarkan kebijakan fiskal yakni mengurangi kelebihan permintaan masyarakat. Hal ini ditempuh dengan cara memperkecil pembelanjaan atau menaikkan pajak. Hal ini dilakukan agar tercipta kembali kestabilan. Cara ini disebut sebagai pengelolaan anggaran.

  • Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
  • Melakukan peningkatan pinjaman negara misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah
  • Melakukan penghematan pengeluaran negara
  • Mewajibkan kepemilikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) untuk meningkatkan wajib pajak

Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur keadaan perekonomian negara. Meskipun begitu, kedua kebijakan ini mempunyai perbedaan baik dari segi instrumen maupun definisi.

  • Dari Segi Definisi

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian secara makro khususnya sektor riil. Pengaruh ini diberikan melalui kebijakan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara.

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar di pasar. Tujuannya adalah menjaga kestabilan harga dan nilai rupiah.

  • Dari Segi Instrumen

Kebijakan fiskal dilakukan dengan menggunakan APBN sebagai instrumen. Kebijakan ini ditempuh dengan cara menetapkan besaran belanja pemerintah dan besaran penerimaan pajak.

Sedangkan kebijakan moneter dilakukan dengan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini ditempuh dengan 4 cara yaitu melakukan operasi pasar terbuka, menetapkan tarif suku bunga, menetapkan giro wajib minimun, dan melakukan himbauan moral.

  • Dari Segi Instansi yang Berwenang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sama-sama dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi, instansi yang berwenang menerapkan kedua kebijakan ini berbeda.

Kebijakan fiskal dibuat pemerintah melalui presiden dan kabinet serta dengan bantuan lembaga legislatif seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sedangkan kebijakan moneter dibuat oleh bank sentral yakni Bank Indonesia.

  • Dari Segi Dampak terhadap Perekonomian

Pada umumnya, kebijakan moneter lebih efektif dalam menghadapi inflasi. Sedangkan kebijakan fiskal lebih efektif dalam menghadapi resesi. Selain itu, kebijakan moneter berdampak lebih cepat dibandingkan kebijakan fiskal.

The post Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Resesi Ekonomi: Pengertian, Penyebab dan Dampak https://haloedukasi.com/resesi-ekonomi Sat, 12 Mar 2022 09:00:39 +0000 https://haloedukasi.com/?p=32284 Dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara, tentu yang menjadi acuan atau indikator utama adalah seberapa besar pertumbuhan ekonominya. Sementara itu, tinggi-rendahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari seberapa besar nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang ada di negara tersebut. Jika PDB-nya rendah dan terus mengalami penurunan selama berbulan-bulan, maka hal tersebut dapat memicu terjadinya resesi […]

The post Resesi Ekonomi: Pengertian, Penyebab dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara, tentu yang menjadi acuan atau indikator utama adalah seberapa besar pertumbuhan ekonominya.

Sementara itu, tinggi-rendahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari seberapa besar nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang ada di negara tersebut.

Jika PDB-nya rendah dan terus mengalami penurunan selama berbulan-bulan, maka hal tersebut dapat memicu terjadinya resesi ekonomi. Apa itu resesi ekonomi?

Pengertian Resesi Ekonomi

Resesi atau kemerosotan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan roda perekonomian karena melemahnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB) selama enam bulan berturut-turut di 1 tahun yang sama.

Resesi ditandai dengan adanya penurunan kegiatan ekonomi secara signifikan yang berlangsung dalam beberapa bulan. Resesi ekonomi juga dapat diartikan sebagai perlambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi.

Resesi ditandai dengan nilai pertumbuhan ekonomi yang mencapai 0% bahkan bisa mencapai minus dalam kondisi terburuknya. Kondisi ini tentu dapat membuat sistem ekonomi terganggu dan kelangsungan hidup masyarakat terancam.

Resesi dapat ditandai dengan tingginya angka pengangguran, penuruan penjualan ritel, dan adanya kontraksi di pendapatan manufaktur dalam waktu yang lama.

Ciri-Ciri Resesi Ekonomi

Musibah ekonomi ini tentu memiliki karakteristik tertentu, berikut ciri-cirinya:

  1. Produk Domestik Bruto (PDB) terus mengalami penurunan.
  2. Pendapatan riil masyarakat semakin berkurang.
  3. Penurunan penjualan dan produksi manufaktur, barang-barang banyak yang tidak laku terjual dan menumpuk di pabrik.
  4. Tingkat pengangguran semakin tinggi, sementara lapangan kerja semakin sedikit.
  5. Daya beli atau konsumsi masyarakat rendah.
  6. Pertumbuhan ekonomi kian merosot selama dua kuartal berturut-turut.

Penyebab Resesi Ekonomi

Penurunan kondisi ekonomi dan PDB ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:

1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi dim mana harga barang mengalami kenaikan secara terus menerus. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang buruk, namun jika kenaikan harga ini terjadi secara berlebihan atau signifikan, maka tentunya akan berdampak bagi masyarakat dan menimbulkan resesi.

Jika harga barang kebutuhan masyarakat terus melambung tinggi hingga tahap masyarakat tidak mampu melakukan kegiatan konsumsi dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka hal ini dapat menjadi bencana bagi negara.

2. Deflasi

Keterbalikan dari inflasi, deflasi adalah kondisi di mana harga barang terus mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini akan menimbulkan dampak yang serupa, karena jika harga produksi turun, maka upah juga ikut turun dan menekan kestabilan harga pasar.

Deflasi lebih berdampak pada pemilik usaha. Jika kondisi ini terus terjadi, maka tentu akan banyak perusahaan yang tak sanggup melanjutkan bisnisnya dan berujung pada kebangkrutan. Hal ini terntu akan berdampak pada rusaknya sistem ekonomi.

3. Gelembung Aset

Gelembung aset adalah situasi yang dampaknya bisa besar sekali. Kondisi ini terjadi karena ada banyak investor yang berlomba-lomba membeli saham ketika nilainya sedang tinggi, dan berlomba menjualnya ketika ekonomi sedang berantakan.

Sebutan lain dari situasi ini adalah kegembiraan irasional. Rasa senang ini didapat ketika para investor membuat keputusan untuk membeli saham dan real estate ketika ekonomi sedang baik. Kesenangan itu yang menggembungkan pasar saham dan aset hunian.

Hingga pada akhirnya gelembung itu pecah karena ekonomi sedang berada di bawah, maka mereka akan menghancurkan pasar dengan menjual semua aset yang dipunya. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya resesi.

4. Guncangan Ekonomi

Kondisi ini bisa berupa banyak hal. Mulai dari tumpukan hutang individu, hingga perusahaan. Semakin banyak hutang yang dimiliki, maka biaya pelunasannya juga akan semakin tinggi. Bahkan, hal ini bisa sampai ke keadaan di mana si pemilik hutang tidak dapat melunasi hutangnya.

Guncangan ekonomi juga dapat terjadi karena bencana alam, ketidakstabilan politik dan sosial, terorisme, perang, atau di masa pandemi seperti yang terjadi sejak 2020 hingga saat ini.

5. Suku Bunga yang Tinggi

Suku bunga yang tinggi juga dapat menyebabkan masalah ekonomi yang berkepanjangan. Nominal yang tinggi memang dapat melindungi nilai mata uang, namun hal ini juga bisa membebani debitur dan menyebabkan kredit tersendat. Jika masalah ini terjadi terus menerus, tak heran jika banyak perbankan tutup dan kolaps.

6. Kehilangan Kepercayaan Investor

Dalam perkembangan ekonomi, investasi merupakan kunci utamanya. Maka dari itu, perlu adanya iklim yang kondusif dan aman agar investor tertarik dan percaya untuk menggelontorkan uangnya.

Jika banyak investor kehilangan kepercayaan dan menarik investasinya, maka ekonomi akan lemah, produksi menurun, pengangguran meningkat dan pastinya negara akan mengalami resesi ekonomi.

7. Lebih Besar Impor daripada Ekspor

Ketika negara lebih banyak mendatangkan kebutuhan pokoknya dari luar negeri dan tidak diimbangi dengan penjualan produk dalam negeri ke luar, maka hal ini akan memicu terjadinya resesi.

Sudah jelas, pengeluaran untuk mendapatkan barang impor lebih besar daripada pendapatan dari penjualan produk lokal ke luar. Hal ini tentu akan menyebabkan defisitnya anggaran negara.

Dampak Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi tentu akan memberi dampak yang besar bagi semuanya. Setidaknya dampak ini akan dikelompokkan menjadi 3 kalangan, yaitu:

1. Pemerintah

Resesi ekonomi dapat menyebabkan berkurangnya anggaran negara yang berasal dari pajak dan non pajak. Hal tersebut dikarenakan penghasilan masyarakat dan harga properti mengalami penurunan.

Tak hanya itu, resesi juga menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi. Pemerintah tentu harus mencari cara agar dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi yang membutuhkan.

Tak heran, kondisi ini dapat membuat negara mengajukan pinjaman ke bank luar negeri dan membuat jumlah hutang negara menjadi bertambah.

2. Perusahaan

Resesi merupakan salah satu aspek yang dapat menyebabkan kebangkrutan bisnis. Ketika perusahaan tidak kuat menghadapi kerugian dan masalah-masalah ekonomi yang melanda pasar, maka jalan keluarnya ialah gulung tikar.

Tentu, itu bukan jalan keluar yang bagus. Karena hal ini menyebabkan terjadinya PHK besar-besaran yang berujung pada rendahnya aktivitas ekonomi di masyarakat karena kemiskinan.

3. Pekerja

Kalangan ini terkena dampak paling buruk jika terjadi resesi. Pekerja akan terancam kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika pendapatan mereka nihil karena PHK, maka dampaknya tak lagi hanya pada ekonomi, tetapi juga merembet ke masalah sosial dan sebagainya.

Contoh Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi pernah terjadi di Indonesia pada baru-baru ini. Hal tersebut terjadi karena pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan negara-negara dunia pada awal 2020 lalu.

Virus corona yang masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, menyebabkan pemerintah harus membuat kebijakan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), untuk mengurangi mobilitas warga dan meminimalisir tingginya angka terinfeksi covid di Indonesia.

Resesi ini ditandai dengan jumlah pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada kuartal I dan kuartal II di tahun 2020 mencapai minus 3,1%.

Pemberlakuan kebijakan ini juga menyebabkan banyak perusahaan mengalami kerugian dan gulung tikar, melemahnya aktivitas ekonomi di masyarakat dan banyaknya pekerja yang dirumahkan atau mengalami pengangguran.

Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi

Selain resesi ekonomi yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, ada pula istilah depresi ekonomi. Berikut perbedaannya:

  • Skala. Terjadinya resesi biasanya terbatas pada 1 negara, sementara depresi ekonomi dampaknya hingga ekonomi global. Depresi ekonomi adalah kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dan dampaknya lebih buruk dari resesi.
  • Level PDB. Level yang menandai terjadinya resesi adalah PDB-nya turun di kisaran minus 0,3-5,1%. Sementara depresi, PDB-nya berada di minus 14,7%-38,1%.

Jangka Waktu. Suatu negara dianggap mengalami resesi ketika ekonominya memburuk selama 6 bulan hingga 18 bulan berturut-turut. Pada depresi, efeknya jauh lebih parah dan lama. Anjloknya kondisi ekonomi pada depresi ekonomi dapat berlangsung hingga lebih dari 18 bulan lamanya.

The post Resesi Ekonomi: Pengertian, Penyebab dan Dampak appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Resesi: Pengertian – Dampak dan Cara Mengatasinya https://haloedukasi.com/resesi Thu, 22 Oct 2020 02:58:15 +0000 https://haloedukasi.com/?p=12142 Kali ini kita akan membahas mengenai resesi, berikut pembahasannya. Pengertian Resesi Pengertian Resesi Secara Umum Resesi diartikan sebagai periode penurunan aktivitas ekonomi selama dua kurtal berturut turut (enam bulan berturut-turut). Pengertian Resesi Menurut Para Ahli Kamus LexioPeriode penurunan aktivitas ekonomi yang ditandai dengan berkurangnya aktivitas perdagangan dan industri. Resesi umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik […]

The post Resesi: Pengertian – Dampak dan Cara Mengatasinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kali ini kita akan membahas mengenai resesi, berikut pembahasannya.

Pengertian Resesi

Pengertian Resesi Secara Umum

Resesi diartikan sebagai periode penurunan aktivitas ekonomi selama dua kurtal berturut turut (enam bulan berturut-turut).

Pengertian Resesi Menurut Para Ahli

  • Kamus Lexio
    Periode penurunan aktivitas ekonomi yang ditandai dengan berkurangnya aktivitas perdagangan dan industri. Resesi umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dalam enam bulan berturut – turut  (dua kuartal berturut-turut).
  • Kamus Cambridge
    Masa dimana perekonomian suatu negara tidak berjalan dengan baik yang ditandai dengan produksi industri yang berkurang serta banyaknya fenomena pengangguran.
  • Dana Moneter Internasional (IMF)
    Penurunan hasil Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut -turut (enam bulan berturut – turut) dalam suatu negara disertai dengan angka inflasi yang menurun atau meningkat secara tajam.
  • Kose and Terrones (2015)
    Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang disertai dengan penurunan aktivitas ekonomi lainnya secara luas.
  • Abberger dan Wolfgang Nierhaus (2008)
    Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal (enam bulan) berturut turut.

Penyebab Terjadinya Resesi

Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resesi:

  • Negara mengalami krisis keuangan yang hebat.
  • Pergerseran sistem politik dan peperangan dalam atau antara negara.
  • Kondisi sosial ekonomi, seperti wabah penyakit yang menghantam suatu negara hingga mengakibatkan lemahnya peredaran uang di masyarakat.
  • Menetapkan kebijakan moneter atau fiskal yang sangat kotraktif.
  • Beban hutang yang wajib dibayarkan oleh industri atau rumah tangga sehingga mengakibatkan turunnya investasi dan konsumsi.
  • Penurunan permintaan barang dari luar negeri, terutama di negara-negara dengan sektor ekspor yang kuat.
  • Turunnya produksi barang dari sebagian besar pabrik yang sangat drastis karena rendahnya permintaan barang dari masyarakat.

Dampak Resesi

  • Pendapatan negara (khusunya pajak) akan berkurang dari rasio 1 hingga 15 persen dari target APBN (kondisi resesi sedang)
  • Pertumbuhan ekonomi melambat bahkan sampai di zona minus.
  • Daya beli masyarakat turun.
  • Harga barang turun atau naik secara tajam.
  • Penutupan perusahaan atau lapangan pekerjaan akibat dari ketidakmampuan memproduksi barang.
  • Defisit APBN akan semakin luas dari prediksi sebelumnya.

Kondisi Negara Saat Sedang Resesi

  • Pengangguran yang terus meningkat.
  • Investasi dan harga properti  serta ekuitas yang turun hingga 55 persen.
  • Inflasi menukik tajam.
  • Aktivitas ekspor – impor melambat.
  • Ekspor cenderung turun lebih banyak dalam kondisi resesi parah.
  • Konsumsi masyarakat turun hingga 1 persen dalam kondisi resesi parah.

Cara Mengatasi Resesi

  • Pemerintah Pusat dan Daerah wajib mengeluarkan insentif dan relaksasi untuk sektor usaha yang rentan.
  • Jenis relaksasi yang diberikan dapat berupa stimulus fiskal (contoh: relaksasi pajak) dan non fiskal (contoh: penyederhanaan larangan bagi industri ekspor-impor).
  • Pemerintah menerbitkan ketentuan tentang disinsentif bagi Penanaman Modal Asing (PMA) yang melakukan capital outflow dan insentif bagi (PMA) yang melakukan capital inflow.
  • Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pro-aktif dalam mengatasi naik turunnya kondisi ekonomi selama resesi terjadi.
  • Mengeluarkan kebijakan moneter lanjutan (menurunkan suku bunga, menjual surat utang).
  • Pemerintah wajib mempercepat bantuan tersebut sebelum dunia usaha mati.
  • Masyarakat dapat memprioritaskan penggunaan produk lokal dan mengurangi pemakaian produk impor.

The post Resesi: Pengertian – Dampak dan Cara Mengatasinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>