Sejarah Kebudayaan Islam - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sejarah-kebudayaan-islam Mon, 19 Feb 2024 08:08:48 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Sejarah Kebudayaan Islam - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sejarah-kebudayaan-islam 32 32 10 Panglima Perang dalam Sejarah Islam https://haloedukasi.com/panglima-perang-dalam-sejarah-islam Tue, 21 Jun 2022 02:36:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35869 Islam adalah salah satu agama terbesar di dunia dan termasuk dari pada tiga agama samawi yakni kepercayaan yang turun langsung dari langit atau Tuhan. Agama ini menjadi agama yang mengizinkan umatnya untuk berperang bahkan diatur dalam kitab suci Al Qur’an. Perang-perang yang dilakukan oleh Islam tidak lain adalah untuk membela agamanya dan memerangi kesesatan.  Orang-orang […]

The post 10 Panglima Perang dalam Sejarah Islam appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Islam adalah salah satu agama terbesar di dunia dan termasuk dari pada tiga agama samawi yakni kepercayaan yang turun langsung dari langit atau Tuhan.

Agama ini menjadi agama yang mengizinkan umatnya untuk berperang bahkan diatur dalam kitab suci Al Qur’an. Perang-perang yang dilakukan oleh Islam tidak lain adalah untuk membela agamanya dan memerangi kesesatan. 

Orang-orang yang turun dalam peperangan pun tentunya bukan orang sembarangan dan akan dipimpin oleh panglima perang terpilih. Berikut ini adalah panglima perang terbaik dalam sejarah Islam. 

1. Khalid bin Walid 

Khalid bin Walid bin Al-Walid merupakan sosok sahabat nabi Muhammad ﷺ dari suku Quraisy, beliau sangat lihai dan jeli dalam mensiasati taktik militer hingga mendapat julukan Sayf Allāh al-Maslūl yang artinya Pedang Allah yang Terhunus.

Nama aslinya adalah Abu Sulaiman Khalid, lahir pada 585 M di Jazirah Arab dan meninggal pada 642 M. Khalid bin Walid turut serta dalam peperangan sejak masa nabi Muhammad sampai dengan era kepemimpinan Umar bin Khattab. 

Sejarah Islam mencatat sebanyak 100 peperangan dengan Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Persia belum ada satu pertempuran yang menjatuhkan Khalid bin Walid. Peperangan pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid adalah Perang Uhud yang meletus pada  22 Maret 625 M.

2. Salahuddin Ayyubi 

Sultan Salahuddin Ayyubi adalah pendiri dari Dinasti Ayyubiah yang menguasai Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Makkah-Madinah Hejaz dan Palestina. Beliau juga dikenal sebagai sosok jendral yang tak terkalahkan serta adil dan bijaksana. Ia lahir di Tikrit, Mesopotamia Hulu pada tahun 1138 dan meninggal di Damaskus, 4 Maret 1193. 

Sultan yang dikenal sebagai Saladin di dunia Barat ini sudah menunjukkan kemampuan militernya sejak kecil. Hingga akhirnya ketika dewasa ia dapat membuktikannya dalam memimpin perang terpenting dalam sejarah yakni Perang Salib.

Salahuddin dan pasukannya meraih kemenangan besar dalam Pertempuran Haitin yang berlangsung pada 1187. Berkat kemenangan ini lah Islam dapat kembali masuk kota suci Yerusalem dan lainnya. 

3. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah adalah salah satu sahabat nabi yang juga pandai dalam militer. Ia juga merupakan salah satu kaum Muhajirin yang pindah ke kota Habasyah atau saat ini Ethiopia. Beliau lahir di Mekkah, Arab Saudi pada tahun 583 M dan meninggal pada 639 M di Yordania karena sebuah penyakit. 

Abu Ubaidah pertama kali bertempur membela Islam di Perang Badar tahun 624 di mana ia harus melawan ayahnya sendiri. Selain Perang Badar, Abu Ubaidah juga berpartisipasi dalam langsung dalam Perang Parit, Perang Uhud serta dipercaya dalam misi penaklukan Mekkah dan melakukan ekspedisi yang disebeut sebagai ekspedisi Abu Ubayda ibn al-Jarrah.

4. Muhammad Al Fatih 

Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II di belahan bumi barat adalah sosok yang dikenal setelah menaklukan Konstantinopel. Saat menjatuhkan kota paling berjaya pada masanya tersebut, Al Fatih masih berusia 21 tahun dan sudah memimpin Utsmaniyah sejak usianya 12 tahun. Di bawah kepemimpinan, ia dan 200 ribu pasukannya berhasil mengepung ibukota Romawi Timur yang sudah berdiri selama ribuan tahun. 

Konstantinopel bukan hanya satu-satunya tujuan dari Muhammad Al Fatih melainkan juga negeri Serbia, Morea, Laut Hitam, Gazaria, Wallachia, Bosnia dan Moldova. Al Fatih secara langsung membuktikan kebenaran ucapan Rasulullah bahwa suatu saat Romawi Timur akan jatuh ke tangan kaum muslimin. 

5. Sa’ad Bin Waqash 

Sa’ad bin Abi Waqash lahir di Mekkah pada tahun 595 M dan wafat 674 di Madinah. Ketika Islam datang, Sa’ad yang masih berkerabat dengan nabi Muhammad ini masih berusia 17 dan menjadi orang ke 7 yang memeluk Islam. Dalam bidang kemiliteran dirinya dikenal sebagai sosok panglima sekaligus pemanah yang ulung. 

Peperangan paling terkenal dari Sa’ad bin Waqash adalah Perang Qadisiyah tahun 637 M di mana 3000 pasukan muslimin harus berhadapan dengan pasukan Persia yang berjumlah 100 ribu orang. Meski demikian kaum muslimin berhasil memperoleh kemenangan besar seluruh Persia menyatakan keislamannya setelah perang ini. Karena kemahirannya, Sa’ad bin Waqash dipercaya oleh Khalifah Umar Bin Khattab untuk menjadi panglima perangnya dan menyebarkan Islam di Tiongkok. 

6. Thariq bin Ziyad

Naa Thariq bin Ziyad begitu tersohor khususnya dalam sejarah Spanyol yakni dikenal sebagai Taric el Tuerto. Ia lah panglima perang dari Dinasti Umayyah yang berhasil membunuh Raja Roderick yakni penguasa kerajaan Visigoth di Gibraltar, Andalusia.

Karena kemenangannya inilah wilayah Semenanjung Iberia jatuh ke tangan Umayyah pada tahun 711 Masehi. Namanya pun disematkan sebagai nama salah satu selat di Gibraltar. 

Penaklukannya tidak berhenti sampai di Andalusia saja tetapi di wilayah-wilayah lainnya. Bahkan 2 tahun setelah penaklukan Andalusia, Thariq berhasil menancapkan kekuasaan Umayyah di seluruh kawasan Spanyol. Ia pun diberikan kewenangan untuk menjadi gubernur Andalusia. 

7. Syurahbil bin Hasanah

Syurahbil bin Hasanah adalah sahabat nabi Muhammad sekaligus panglima perang yang lahir pada tahun 539 M dan wafat 639 M di Suriah. Salah satu komandan Khulafaur Rasyidin paling berjaya ini berasal dari bani Ghauts bin Murra dan sudah memeluk Islam sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul.

Beliau dipercaya oleh Khalid Bin Walid untuk menjadi wakil panglimanya dalam Perang Yamamah yang berlangsung di Najid 

Setelah Rasulullah wafat tepatnya pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, Syurahbil bin Hasanah dipercaya oleh Abu Ubaidah untuk membantu Amr bin Ash dalam penaklukan Yordania. Karena kepiawaiannya dalam peperangan ini beliau pun kembali diberi kepercayaan untuk ikut berperang ke Syam. 

8. Abdullah bin Aamir

Abdullah bin Aamir adalah gubernur Basra yang memimpin pada periode 647 M sampai 656 M yakni sejak era Kekhalifahan Utsman bin Affan hingga dilengserkan oleh Muawiyah.

Selama ia menjadi jendral banyak daerah-daerah yang ditaklukan dan juga yang kembali dikuasai seperti wilayah Sasaniah yang saat ini ialah Afganistan dan Iran.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab daerah yang berhasil ditaklukan oleh Abdullah bin Aamir antara lain Sakastan, Khorosan, dan Estakhr dan Fars. Sementara itu pada masa Khalifah Utsman bin Affan beliau berhasil merebut Kerman. Selain pandai dalam bidang militer, Abdullah pun cakap dalam ilmu administrasi. 

9. Amr bin Ash

Nama lengkap dari Amr bin Ash adalah Amr bin al-Ash bin Wail bin Hasyim bin Su’aid bin Sahm. Ia merupakan sahabat nabi yang lahir 577 Masehi di Mekkah dan wafat pada 6 Januari 664 M di Mesir. Amru bin Ash pada awalnya merupakan seseorang yang menolak bahkan memusuhi ajaran Islam.

Namun keadaan justru berbalik dan ia pun menjadi seorang panglima tangguh pembela Islam yang mendapat julukan “Pembebas Mesir”. 

Julukan itu diberikan setelah Mesir berhasil lepas dari penjajahan Romawi dengan hanya berbekal 4000 pasukan. Setelah memukul mundur Romawi dari Negeri Piramida, rakyat justu menyambut Islam dengan baik bahkan mengangkat Amru bin Ash sebagai gubernur mereka.

Sebelumnya yakni pada masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Amru bin Ash tutur berperang ke Syam. Selain seorang panglima hebat, beliau juga merupakan seorang diplomat yang kecerdasannya dikagumi oleh Umar bin khattab. 

10. Ali Bin Abi Thalib 

Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah ke 4 setelah wafatnya Rasulullah dan merupakan menantu nabi. Ali bin Abi Thalib ini merupakan keponakan yang sudah diasuh sejak kecil oleh nabi Muhammad. Ia pun menjadi orang pertama kali masuk Islam dari golongan anak-anak. 

Beliau dikenal sebagai sosok yang cerdas dan juga pandai dalam bidang militer. Banyak pertempuran-pertempuran yang beliau lalui baik bersama Rasul maupun setelah Rasul wafat.  

11. Nader Shah

Nama lengkap dari Nadir Shah adalah Nāder Shāh Afshār merupakan seseorang yang pernah memimpin Iran pada periode 1736 sampai 1747. Beliau dikenal sebagai sosok pemimpin yang tangguh hingga mendapat julukan Napileon Persia. Sebelum naik tahta, Nader Shah adalah sosok yang menyediakan pasukan militer ke Dinasti Safawi. 

Hanya dalam waktu yang singkat setelah berkuasa ia berhasil menguasai banyak wilayah Iran, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kaukasus Utara, Irak, Turki, Turkmenistan, Afghanistan, Uzbekistan, Bahrain, Pakistan, Oman dan Teluk Persia. Meskipun dikenal sebagai sosok yang tangguh namun ia justru berakhir di tangan anak buahnya sendiri.

The post 10 Panglima Perang dalam Sejarah Islam appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Andalusia: Awal Mula – Perkembangan Hingga Dampaknya https://haloedukasi.com/sejarah-andalusia Thu, 12 Nov 2020 06:33:44 +0000 https://haloedukasi.com/?p=14469 Masuknya agama Islam di Spanyol membuat negara tersebut semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman. Di antaranya hasil peninggalan tersebut yang masih ditemui seperti masjid Cordova, Kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah, tembok Taledo dan tempat lainnya. Awal Mula Islam Masuk Eropa Awal singkat masuknya Islam di Spanyol terjadi pada masa […]

The post Sejarah Andalusia: Awal Mula – Perkembangan Hingga Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Masuknya agama Islam di Spanyol membuat negara tersebut semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman.

Di antaranya hasil peninggalan tersebut yang masih ditemui seperti masjid Cordova, Kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah, tembok Taledo dan tempat lainnya.

Awal Mula Islam Masuk Eropa

Awal singkat masuknya Islam di Spanyol terjadi pada masa Khalifah Al-Walid dari Daulah Umayyah (705-715) yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Daulah Umayyah.

Penguasa sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705).

Khalifah Abd Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa berikutnya, gubernur kemudian dijabat oleh Musa ibn Nushair.

Pada masa Khalifah Al-Walid kemudian, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.

Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan Bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti pernah mereka lakukan sebelumnya.

Dalam proses penaklukan Spanyol, setidaknya tiga tentara Islam yang paling berjasa dalam memimpin pasukan kaum Muslim adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.

Hal ini bermuka ketika Tharif ditugaskan untuk menyelidiki dan ia menyeberangi selat di antara Maroko dengan Benua Eropa. Pasukan ini membawa setidaknya 500 orang.

Dalam penyerbuan tersebut, Tharif beserta pasukannya tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.

Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengutus Thariq ibn Ziyad dan mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 pasukan.

Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.

Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Taledo. Sebelum Thariq menaklukkan Toledo ibukota Kerajaan Goth, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara.

Musa mengirimkan 5000 pasukan sehingga jumlah pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan kerajaan Goth yang berjumlah 100.000 orang.

Terdapat cerita menarik dikutip dari buku Sejarah Peradan Islam karya Amin (2014) bahwa Thariq telah membakar seluruh alat penyeberangan mereka.

Ia berpidato di hadapan pasukannya bahwa “Al-Aduwwu amamakum wa bahru waraa’akum faktar ayyumasi’tum” (Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).

Hingga penaklukan tersebut berhasil, Musa telah menguasai daerah Sidonia, Karmona, Seville dan Merida. Kemudian keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari Saragossa sama Navarre.

Perkembangan dan Kemajuan Peradaban Islam di Andalus (Spanyol)

Sejak mencatat sejak berkembangnya Islam di Spanyol setidaknya telah berkuasa selama kurun waktu tujuh Abad.  Terbagi dalam enam periode perkembangan Islam di Spanyol yang diawali dengan periode pertama (711-755) yang mana Spanyol berada di bawah pemerintahan Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus.

Periode kedua (755-912), Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Gubernur pertama ialah Abdurahman I yang bergelar Al-Dahlil (yang masuk ke Spanyol).

Perlu diketahui bahwa Abd Al-Rahman Al-Dahlil merupakan keturunan Daulah Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Daulah Abbasiyah ketika Daulah Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.

Pada periode ini pula, Abd Al-Rahman Al-Dahli membuat kemajuan pesat pada bidang politik ataupun peradaban salah satunya mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah besar di Spanyol.

Periode keempat hingga periode kelim silih berganti kekuasaan pemerintah mulai dari Abd Al-Rahman III yang bergelar An-Nasir. Selanjutnya dipimpin oleh pemerintah yang dikenal Al-Mulukut Tawaif yang berpusat di Sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.

Setelah terpecah belah berikutnya dipimpin oleh kekuasaan Murabitun (1086-1143) dan Dinasti Muwahiddun (1146-1235 M).

Setelah pemerintah Islam terpecah di Spanyol dan menyisakan wilayah Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492). Peradaban pada periode ini juga mengalami kemajuan dalam peradaban namun dalam hal politik hanya berkuasa di wilayah yang kecil.

Dampak Peradaban Pada Kemajuan Eropa Seluruhnya

Kemajuan Islam di Spanyol juga menyebabkan kebangkitan Eropa hingga saat ini. Puncak kemajuan peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa meliputi bidang kebudayaan maupun bidang-bidang lainnya.

Perkembangan Ekonomi

Perkembangan baru di wilayah Spanyol yakni kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjualbelikan seperti buah ceri, apel, delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera.

Bahkan kota seperti Seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.

Kemajuan Intelektual

Dalam bidang intelektual seperti filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan sejak Spanyol diperintah oleh Bani Umayyah. Kemudian dilanjutkan oleh penguasa berikutnya yakni Al-Hakam (961-976 M).

Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu antara lain Abu Bakar Muhammad ibn As-Sayiq, Abu Bakar Ibn Tufail, Hay Ibn Yaqzan, Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya dan Ibn Rusyd.

Kemudian dalam bidang sejarah, peradaban ini melahirkan penulis terkenal seperti Zubair dan Valancia yang menulis tentang negeri-negeri Muslim di Meditirenia serta Sisilia.

Tokoh berikutnya ada Ibn Khatib yang menulis sejarah tentang Granada serta Ibn Khaldun yang merupakan perumus filsafat sejarah.

Dalam bidang sains juga berkembang di Spanyol. Di antaranya ilmu kedokteran, farmasi, kimia, fisika, pertanian dan lain-lain.  Dalam bidang ilmu kimia dan astronomi ada tokoh Abbas ibn Farnas.

Ia dikenal sebagai orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dan batu.

Dalam bidang farmasi ada tokoh bernama Abdullah ibn Muhammad Al-Baytar, salah satu karyanya adalah Al-Mughni fi Al-Adwiyah al-Mufradah membahas tentang pengobatan

Sedangkan dalam bidang spiritual dan fikih yang mayoritas penganut mazhab Maliki juga dikenal mazhab lainnya seperti Ziyad ibn Abd Al-Rahman.

Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Hakim pada masa Hisham ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya seperti Abu Bakar Ibn Al-Qurtiyah, Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn Hazm.

Bidang Arsitektur dan Bangunan

Kemegahan banguna fisik Islam di Spanyol sangat maju dan mendapat perhatian umat serta penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi.

Jalan-jalan alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pola, irigasi, jembatan-jembatan, saluran air dan lainnya.

Pembangunan fisik yang menonjol lainnya adalah pembangunan gedung-gedung seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman. Di antaranya seperti masjid Cordova, Kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah, tembok Taledo dan tempat lainnya.

The post Sejarah Andalusia: Awal Mula – Perkembangan Hingga Dampaknya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Berdirinya Daulah Dinasti Abbasiyah dan Sistem Pemerintahannya https://haloedukasi.com/sejarah-berdirinya-daulah-dinasti-abbasiyah Fri, 23 Oct 2020 16:43:21 +0000 https://haloedukasi.com/?p=12500 Sejarah Dinasti Abbasiyah Kekhalifahan Bani Abbasiyah ialah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (saat ini ibukota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat sehingga menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Awal kekhalifahan ini berkuasa yaitu setelah merebut kekuasaan dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayah kekuasaannya kecuali Andalusia. Nama […]

The post Sejarah Berdirinya Daulah Dinasti Abbasiyah dan Sistem Pemerintahannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Dinasti Abbasiyah

Kekhalifahan Bani Abbasiyah ialah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (saat ini ibukota Irak).

Kekhalifahan ini berkembang pesat sehingga menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia.

Awal kekhalifahan ini berkuasa yaitu setelah merebut kekuasaan dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayah kekuasaannya kecuali Andalusia.

Nama Daullah Abbasiyah sendiri berasal dari pendiri dan penguasa dinasti ini yakni keturunan Abbas yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 Hijriah, serta dilantik menjadi khalifah pada tanggal 3 Rabiul Awwal tahun 132 Hijriah.

Awal kekuasaan Dinasti Abbasiyah, disebabkan pemberontakan yang terjadi di seluruh negeri.

Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari pemberontakan yaitu perang antara pasukan Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad dari Dinasti Umayyah, yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbas.

Jatuhnya Negeri Syria menandakan berakhirnya  riwayat Dinasti Bani Ummayah, sehingga bangkitlah kekuasaan dari Dinasti Abbasiyah.

Dalam buku Sejarah Peradaban Islam dijelaskan hal lain yang mempengaruhi berdirinya Dinasti Abbasiyah ialah adanya beberapa kelompok umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium Dinasti Umayyah yang notabene korupsi, sekuler, dan memihak sebagian kelompok diantaranya kelompok syiah dan khawarij (Badri Yatim, 2008 : 49-50) serta kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk Islam mayoritas dari Persia).

Mereka merasa diperlakukan tidak adil dengan kelompok Arab dalam hal pembebanan pajak yang terlalu tinggi, kelompok inilah yang mendukung gerakan revolusi Abbasiyah.

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam dijelaskan gerakan Bani Abbasiyah yang dikendalikan oleh pimpinan yang bernama Muhammad bin Ali al-Abbasy dilakukan dalam dua fase yaitu:

  • Fase sangat rahasia
  • Fase terang-terangan dan pertempuran

Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapatkan pengikut yang banyak, terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani Umayyah.

Setelah Muhammad bin Ali al-Abbasy meninggal, digantikan oleh anaknya yakni Ibrahim. Maka seorang pemuda dari Persia yang berani, gagah, dan cerdas bernama Abu Muslim al-Khusarany bergabung dalam gerakan rahasia ini.

Semenjak itu dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan dan kemudian diakhiri dengan pertempuran. Hingga akhirnya bulan Zulhijjah tahun 132 Hijriah, Khalifah terakhir Bani Umayyah yang bernama Marwan terbunuh di Fusthath, Mesir. Kemudian Daulah Bani Abbasiyah resmi berdiri

Sistem Pemerintahan, Politik dan Bentuk Negara

Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.

Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain:

  1. Para khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para Menteri, panglima, Gubernur, dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan bangsa Persia dan Mawali.
  2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
  3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia.
  4. Kebebasan berfikir sebagai Hak Asasi Manusia diakui sepenuhnya.
  5. Para Menteri turunan bangsa Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintahan (Hasjmy,1973).

Selanjutnya periode II, III, IV, kekuasaan politik Abbasiyah mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral.

Hal ini disebabkan negara-negara bagian kerajaan-kerajaan kecil sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja. Panglima di daerah tersebut sudah berkuasa dan mendirikan kerajaan kecil sebagai contoh Daulah Fatimiyah.

Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah terdapat dua tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya pemberontakan yaitu pertama tindakan keras terhadap Bani Ummayah dan kedua mengutamakan orang-orang keturunan Bangsa Persia.

Pada masa kepemimpinannya khalifah Daulah Abbasiyah dibantu oleh seorang  Perdana Menteri (Wazir) atau yang menjabat disebut Wizaraat.

Wizaraat sendiri dibagi menjadi dua yakni:

  • Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidensial), yaitu wazir hanya sebagai pembantu khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
  • Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabinet), yaitu wazir berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan, sedangkan Khalifah hanya sebagai lambang saja. Pada kasus lainnya fungsi khalifah sebagai pengukuh dinasti-dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah.

Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara).

Pun demikian dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen).

Tata usaha negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy. Selain itu, dalam zaman Daulah Abbasiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara, Baitul maal, organisasi kehakiman.

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik; sosial; ekonomi dan budaya.

Periode Pemerintahan Daulah Abbasiyah

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, ahli sejarah membagi masa pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi lima periode:

  1. Periode pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan Daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (Salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung)
  5. Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad diakhiri oleh invasi dari Bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus, namun di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.

Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. selanjutnya digantikan oleh Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij dan juga Syiah.

Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingannya disingkirkan satu persatu. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya.

Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya yaitu Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir (perdana menteri) sebagai koordinator dari kementerian yang ada.

Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata.

Dia menunjuk Muhammad bin Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas.

Jika dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menakhlukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut banteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756 – 758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus.

Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Byzantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oxus dan India.

Untuk dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu:

  • Al-Mahdi (775-785 M)
  • Al-Hadi (775-786 M)
  • Harun ar-Rasyid (786-809 M)
  • Al-Ma’mun (813-833 M)
  • Al-Mu’tashim (833-842 M)
  • Al-Watsiq (842-847 M)
  • Al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi.

Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Basrah menjadi pelabuhan yang penting.

Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pedidikan dokter dan farmasi.

Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (saat ini ibukota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat sehingga menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia.

Awal kekhalifahan ini berkuasa yaitu setelah merebut kekuasaan dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayah kekuasaannya kecuali Andalusia.

The post Sejarah Berdirinya Daulah Dinasti Abbasiyah dan Sistem Pemerintahannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>