seniman - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/seniman Mon, 20 Jun 2022 02:20:43 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico seniman - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/seniman 32 32 11 Lukisan Karya Pablo Picasso dan Penjelasannya https://haloedukasi.com/lukisan-karya-pablo-picasso Mon, 20 Jun 2022 02:20:40 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35832 Pablo Picasso menjadi salah salah satu seniman paling tersohor pada masanya. Ia merupakan seorang seniman yang lahir di Málaga, Spanyol pada tanggal 25 Oktober 1881 silam. Nama lengkapnya adalah Pablo Ruiz Picasso yang mulai melukis ketika usianya masih 13 tahun. Aliran lukisan yang ia gunakan merupakan aliran kubisme yakni aliran yang memuat lebih dari satu […]

The post 11 Lukisan Karya Pablo Picasso dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pablo Picasso menjadi salah salah satu seniman paling tersohor pada masanya. Ia merupakan seorang seniman yang lahir di Málaga, Spanyol pada tanggal 25 Oktober 1881 silam. Nama lengkapnya adalah Pablo Ruiz Picasso yang mulai melukis ketika usianya masih 13 tahun.

Aliran lukisan yang ia gunakan merupakan aliran kubisme yakni aliran yang memuat lebih dari satu sudut pandang dalam satu karya lukisan sehingga akan memberikan kesan objek yang terpisah-pisah. 

Kemampuan yang dimiliki Pablo Picasso ternyata diluar dugaan sang ayah yang sekaligus menjadi gurunya. Ia bahkan menjadi sosok yang dipandang jenius dan dianggap sebagai pelukis revolusioner abad ke 20. Meski dikenal melalui aliran kubismenya namun fakta sebenarnya Picasso sering berganti-ganti aliran. 

Sepanjang hidupnya Pablo Picasso telah menciptakan hasil karya sebanyak 20 ribu lukisan. Lalu apa saja hasil karya dari Pablo Picasso? Berikut ini daftar dan penjelasannya. 

1. Le Picador

Lukisan Karya Pablo Picasso

Le Petit Picador Jaune atau dikenal sebagai Le Picador merupakan lukisan dari seorang Pablo Picasso muda. Ia berhasil merampungkan lukisan ini ketika usianya masih 9 tahun. Judul dalam bahasa Inggrisnya yakni “The little yellow bullfighter” menggambarkan seorang laki-laki berpakaian kuning sedang menunggangi seekor banteng. 

Picasso melukis “Le picador” setelah menyaksikan pertandingan adu banteng di La Malagueta Malaga pada tahun 1889. Komposisi yang dihadirkan dalam lukisan berukuran 24 cm x 19 cm ini masih dimunculkan kembali dalam karya-karya selanjutnya. Pada tahun 2017, lukisan ini dipamerkan dalam Pameran Picasso: Minotaurs and Matadors at the Gagosian Gallery di London.

2. Child With Dove

Lukisan Karya Pablo Picasso

Pada tahun 1901, Pablo Picasso menggambar seorang gadis dengan seekor burung merpati yang ia peluk dalam genggamannya. Lukisan tersebut kemudian diberi judul “Child With Dove”.  Diperkirakan, Picasso melukis karya ini ketika ia berusia 21 tahun atau lebih muda saat ia berada di Perancis untuk mempelajari lukisan kontemporer di Paris. 

Pada lukisan yang dalam bahasa Perancis disebut sebagai  “L’enfant au pigeon” ini sudah mulai terlihat arah aliran yang ia kerjakan. Menurut pandangan dari beberapa ahli menyimpulkan bahwa lukisan ini ingin menghadirkan makna kepolosan yang dimiliki oleh anak-anak.

Sementara itu elemen warna yang digunakan cenderung melanggar konvensi yang kemungkinan merupakan bentuk keinginan Picasso dalam menghadirkan gaya baru yang bertentangan dengan seniman seniornya. Saat ini lukisan yang masuk ke dalam seri Blue period Picasso ini tergantung di National Gallery di London. 

3. The Old Guitarist 

Lukisan Karya Pablo Picasso

The Old Guitarist” merupakan karya seni lain Pablo Picasso yang berasal dari masa Blue Period-nya. Lukisan yang dibuat pada tahun 1904 mengambarkan sosok pria tua yang sedang memainkan gitarnya. Makna dari lukisan ini ditafsirkan para seniman lainnya sebagai metafora dari kehidupan seorang seniman yang kerap mengisolasi dirinya. 

Gitar dalam lukisan ini digambarkan sedang memainkan nada melankolis yang sekaligus mengisyaratkan bentuk kesedihan. Sementara itu posisi pria tua yang menunduk diisyaratkan sebagai bentuk kesulitan yang sedang dirasakan Picasso. Lukisan yang dibuat di Barcelona ini sekarang berada di Institut Seni Chicago.

4. La Vie 

Lukisan Karya Pablo Picasso

Lukisan La Vie atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan judul Life ini merupakan karya dari Picasso yang dibuat sekitar tahun 1903 pada masa Blue Period. Objek dari lukisan ini yakni sepasang laki-laki dan perempuan yang tidak mengenakan pakaian dan sepasang ibu dan anak yang sedang digendong. Pasangan tersebut berada di depan sang ibu dan anak serta dengan latar belakang mereka terdapat lukisan pasangan tanpa busana juga yang sedang meringkuk. 

Berdasarkan studi para ahli sosok laki-laki tersebut adalah teman dari Picasso bernama Carlos Casagemas yang juga sama-sama seorang seniman. Sementara itu sosok perempuan adalah kekasihnya yang bernama Germaine. 

Dari warna yang dihadirkan dalam karya seni ini mengisyaratkan kesedihan dan kesengsaraan yang menggambarkan kondisi finansial Picasso yang kala itu sedang terpuruk. Sejak tahun 1945 lukisan ini berada di Cleveland Museum of Art, Ohio. 

5. Guernica

Lukisan Karya Pablo Picasso

Guernica menjadi salah satu mahakarya dari Pablo Picasso yang dibuatnya pada tahun 1937 pada kanvas berukuran 3,49 m x 7,76 m. Lukisan ini hadir dalam balutan warna hitam, abu-abu dan putih dengan objek kuda, banteng, api, wanita yang sedang berteriak, mayat bayi dan tubuh tentara yang terpotong-potong.

Pablo Picasso membuat lukisan ini ketika dirinya berada di Paris sebagai bentuk protes atas kejadian pengeboman di Guernica oleh Nazi Jerman pada 26 April 1937. 

Masterpiece ini diciptakan atas dasar perintah dari pemerintah Spanyol untuk Paviliun Spanyol di Pameran Dunia di Paris. Lukisannya pun kemudian digunakan sebagai simbol dari genosida selama masa perang berlangsung. Untuk melihat lukisan asli ini kita bisa mengunjungi Museo Reina Sofía di Madrid, Spanyol. 

6. Les Demoiselles d’Avignon 

Lukisan Karya Pablo Picasso

Lukisan ini memiliki judul dalam bahasa Inggris yakni The Young Ladies of Avignon sementara itu judul aslinya adalah “The Brothel of Avignon”. Pablo Picasso membuat lukisan ini pada tahun 1907 di atas kanvas ukuran 243.9 cm × 233.7 cm dan memakan waktu 9 bulan pengerjaan.

Figur dalam lukisan ini adalah 5 orang perempuan tanpa busana dengan komposisi bidang datar dan terlihat pecah-pecah. Wanita-wanita yang digambarkan dalam lukisan ini merupakan para pekerja seks yang ada di rumah bordil di Carrer d’Avinyó, Barcelona, Spanyol.

Pada bagian wajah wanita-wanita tersebut terinspirasi dari patung Iberia yakni seni patung kuno yang ada di Spanyol. Lukisan ini kemudian menjadi karya yang kontroversi karena menghadirkan elemen-elemen yang dianggap merupakan tindakan revolusioner melawan tirani seni Renaisans. Saat ini lukisan Les Demoiselles d’Avignon menjadi koleksi permanen di Museum of Modern Art (MoMA), New York. 

7. Don Quixote 

Lukisan Karya Pablo Picasso

Pablo Picasso membuat lukisan ini pada tahun 1955 setelah mendapat inspirasi dari Sancho Panza yakni seorang sahabatnya yang sekaligus merupakan pahlawan Spanyol dan Don Quixote dengan kuda Rocinante. Kedua sosok ini digambarkan memiliki gerakkan penuh makna dan simbol. 

Gambar yang tampak hanya coretan ini kaya dengan berbagai simbol yakni elemen gelap yang mewakili pemikiran Don Quixote yang menganggap bahwa ia dan kudanya merupakan seorang ksatria.

Sementara itu gambar kincir adalah simbol dari sesosok raksasa sedangkan tanah adalah dunia imajinasinya. Lukisan asli dari Don Quixote ini dipamerkan pada ulang ke 350 dari jurnal mingguan Les Lettres Françaises dan disimpan di basement Gereja Denis Perancis. 

8. Girl Before a Mirror

Lukisan Karya Pablo Picasso

Lukisan Pablo Picasso dengan judul “Girl Before a Mirror” ini merupakan hasil karyanya yang ia ciptakan pada bulan Maret 1932. Objek yang dilukis pada gambar ini adalah sosok perempuan yang sedang berdiri di depan cermin.

Diketahui perempuan tersebut adalah seorang model sekaligus kekasih dari Picasso yakni bernama Marie-Thérèse Walter. 

Ini merupakan hasil karya Picasso yang beraliran kubisme penuh dengan makna dan simbol. Contohnya terdapat pada bagian wajah yang nampak pada salah satu sisi menunjukkan rupa yang penuh riasan yang menyimbolkan wanita saat siang hari.

Sementara itu pada sisi lainnya nampak wajah tanpa riasan seperti saat malam hari. Simbol lainnya adalah cara memandang wanita muda ini ke arah bayangan dalam cermin nya yang terlihat tua dan masih banyak simbol-simbol lainnya. Lukisan ini sekarang menjadi koleksi permanen di Museum of Modern Art di New York. 

9. Le Rêve

Lukisan Karya Pablo Picasso

Lukisan karya Pablo Picasso yang berjudul “Le Rêve” dalam bahasa Inggris lebih dikenal sebagai “The Dream”. Karya ini dilukis ketika umurnya 50 tahun atau pada tahun 1932 dengan objeknya yaitu Marie-Thérèse Walter yang kala itu masih berusia 22–24 tahun. Interpretasi lainnya dalam lukisan erotis ini adalah Picasso menggambarkan dirinya yang sedang ereksi namun dengan potret wajah yang terbalik. 

Lukisan ini memiliki komposisi warna-warna pastel yang menakjubkan dengan garis-garis halus yang menonjolkan sisi kontemporer. Saat ini lukisan dengan objek sedang tertidur ini menjadi milik pribadi dari pengoleksi Wynn. 

10. Deux Enfants Lisant

Lukisan Karya Pablo Picasso

Judul dari lukisan ini dalam bahasa Inggris adalah “Two Girls Reading” yakni mahakarya Picasso yang rampung pada 28 Maret 1934. Dalam lukisan ini Picasso menggambarkan dua sosok perempuan yang sedang membaca. Sosok yang berada di sebelah kiri sudah dipastikan adalah kekasih Picasso yakni  Marie-Thérèse Walter. 

Namun identitas sosok perempuan lainnya masih menjadi pertanyaan. Beberapa pakar menilai itu adalah saudara perempuan dari Walter. Pendapat lainnya menduga wanita tersebut adalah Olga Khokhlova yang merupakan istri pertama dari Pablo Picasso. Karya legendaris ini kini tergantung di Museum Seni Universitas Michigan. 

11. La Femme qui pleure

Lukisan Karya Pablo Picasso

La Femme qui pleure” atau dalam bahasa Inggris ditulis sebagai “The Weeping Woman” merupakan judul yang diberikan Picasso untuk lukisannya yang selesai pada akhir tahun 1937.

Figur yang ada dalam lukisan tersebut adalah Dora Maar yang juga merupakan muse Picasso. Lukisan ini menggambarkan seorang wanita yang sedang menangis. 

Hasil karya ini melukiskan kesedihan dan kesakitan yang terpendam atas peristiwa pemboman Guernica dalam Perang Saudara Spanyol. Lukisan ini juga menggambarkan hubungan asmara keduanya yang akhirnya kandas karena dipenuhi masalah. 

The post 11 Lukisan Karya Pablo Picasso dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Paul Cezanne, Sang Pelukis Besar Post-Impressionist Prancis https://haloedukasi.com/biografi-paul-cezanne Thu, 17 Mar 2022 07:30:23 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27586 Paul Cezanne, salah satu pelukis terkenal asal Prancis yang punya nama besar sebagai pelukis era Post-Impressionist. Sebagian besar karyanya berbentuk pemberontakan terhadap era impresionis yang menjadi inspirasi Pablo Picasso pelukis asal Spanyol dalam mengembangkan aliran kubisme. Paul Cezanne sangat ahli dalam desain, permainan warna dan komposisi yang tampak dalam goresannya yang repetitif dan memiliki karakter […]

The post Biografi Paul Cezanne, Sang Pelukis Besar Post-Impressionist Prancis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Paul Cezanne

Paul Cezanne, salah satu pelukis terkenal asal Prancis yang punya nama besar sebagai pelukis era Post-Impressionist. Sebagian besar karyanya berbentuk pemberontakan terhadap era impresionis yang menjadi inspirasi Pablo Picasso pelukis asal Spanyol dalam mengembangkan aliran kubisme.

Paul Cezanne sangat ahli dalam desain, permainan warna dan komposisi yang tampak dalam goresannya yang repetitif dan memiliki karakter yang kuat. Berikut kita akan membahas tentang Paul Cezanne mulai dari kelahirannya hingga akhir hayatnya termasuk beberapa karyanya yang terkenal.

Kelahiran dan Masa Kecil Paul Cezanne

Paul Cezanne lahir di Aix-en-Provence Prancis pada tanggal 19 Januari 1839. ia merupakan anak dari pasangan Louis Auguste Cezanne dan Anne Elisabeth Honorine Aubert. Ayahnya berprofesi sebagai banker. Karena latar belakang inilah, sang ayah juga menginginkan Paul Cezanne mengikuti jejak sang ayah untuk berkecimpung di dunia perbankan saat dewasa nanti. Namun keinginan sang ayah ditolak oleh Paul Cezanne yang nantinya sering memicu terjadinya konflik antara dirinya dengan sang ayah

Masa Remaja dan Dewasa Paul Cezanne

Sejak tahun 1859 sampai 1851, Cezanne bersekolah di Aix dengan jurusan ilmu hukum. Disini ia juga mulai belajar dan mengembangkan bakat seninya melalui pelajaran kesenian. Pada masa ini ia bertemu dengan Emile Zola, seorang penulis yang nantinya menjadi sahabat dekat Paul Cezanne. Ia merasa seni adalah dirinya.

Hal ini lah yang menyebabkan ia keluar dari sekolah dan menentang keinginan ayahnya. Pada tahun 1861, ia bersama Zola keluar dari Aix dan pindah ke Paris. Tapi pada akhirnya sang ayah menghormati keputusan Paul Cezanne dan memberikan dukungan penuh kepadanya sehingga ia dapat berkarir dan mempelajari seni dengan nyaman.

Di Paris, Cezanne berkenalan dengan beberapa seniman hebat seperti Camille Pissarro, Auguste Renoir dan Claude Monet yang nantiya menjadi tokoh pentig perkembangan impresionisme. Pissarro memberikan pengaruh terhadap gaya lukis Cezanne dan tak jarang mereka akan melukis bersama saling bertukar ide dan memberi saran.

Karya Cezanne pertama kali ikut dalam pameran seni pada tahun 1863 di Salon des Refuses. Tahun 1870, karya-karya Cezanne mengalami perubahan yang sangat besar. Karya Cezanne umumnya akan menampilkan sapuan kuas yang lebih ringan dengan memberi sentuhan warna-warna yang cerah dari pemandangan yang disinari matahari. Gayanya ini sangat berkaitan dengan impresionis. Mulai dari sini jugalah, Cezanne memahami bahwa ia harus melukis langsung dari apa yang dilihatnya di alam.

Pada pameran impresionis yang pertama dan ketiga tahun 1870-an, Paul Cezanne ikut memamerkan karyanya. Namun saat itu ia mendapat kritik dari beberpa pengulas yang membuat dirinya menjauh dari dunia seni Paris selama bertahun-tahun karena ia merasa komentar-komentar itu sangat mengganggunya. Pada tahun 1886, Paul Cezanne menikahi kekasihnya, Hortense Fiquet. Saat itu, karya Cezanne juga mengalami perubahan dengan meninggalkan melukis momen-momen sekilas yang memfokuskan pada perubahan cahaya. Ia memiliki ketertarikan yang lebih pada momen permanen dari lanskap yang ia lihat kemudian memberi warna dan membentuk elemen-elemen dominan pada karyanya.

Cezanne banyak melukis view favoritnya di Prancis yaitu pemandangan Teluk Marseilles di desa L’Estaque. Ia memberikan sentuhan warna yang cerah dan bangunan-bangunan dipecah menjadi bentuk yang memiliki arsitektur kaku. Karena ia meninggalkan impresionis, banyak kritikus seni yang menganggap Paul Cezanne adalah pelukis post-impressionist yang paling terkenal dan berpengaruh.

Pada tahun 1890, Cezanne membuat lukisan dengan judul Pemain Kartu yang ia percayai bahwa laki-laki yang bermain kartu memiliki elemen yang abadi. Mereka akan kembali bermain kartu terus menerus tak peduli kejadian yang sedang terjadi di sekeliling mereka. Tahun 1890 juga lah Paul Cezanne divonis menderita diabetes yang nantinya juga mempengaruhi hidup dan karya lukisnya.

Tahun 1895, Cezanne berkunjung ke dekat Mont Sainte-Victoire tepatnya ke Bibemus Quarries. Disini ia melukis penampakan gunung dengan tambang yang nantinya menjadi insipirasi dalam aliran kubisme. Memasuki tahun-tahun terakhir hidupnya, pertengkaran sering mewarnai hubungannya dengan sang istri. Ditambah lagi kematian sang ibu, Anne pada tahun 1895 membuat kondisi rumah tangga mereka semakin kacau. Puncaknya, ia mencabut segala bentuk warisan untuk istri dan memberikan seluruhnya kepada Paul, putra mereka. Ia sering menghabiskan hari-harinya sendirian tanpa ditemani siapapun.

Pada tahun 1895, ia juga mengadakan pameran tunggal. Namun sayang, pameran ini tidak terlalu menarik antusiasme masyarakat.

Karya-karya Paul Cezanne

  • Mont Saninte-Victoire seen from Bellevue.

Lukisan ini berukuran 73 cm x 92 cm dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan yang dibuat pada tahun 1886 ini mengambil Montagne Sainte-Victoire yang terletak di Prancis bagian selatan tepatnya kota Provence sebagai subjeknya. Pada lukisan ini Cezanne memberikan kesan yang tidak terdapat pada alam, namun juga terdapat bagian yang alami jika kita lihat dari pencahayaan dn pemilihan warnanya.

  • Rideau, Cruchon et Compotier.

Lukisan ini berukuran 60 cm x 73 cm dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini rampung pada tahun 1894 yang sudah mulai dikerjakan Cezanne setahun sebelumnya. Lukisan ini juga menjadi cikal bakal terciptanya aliran kubisme dalam dunia lukis. Tercatat ada beberapa orang yang pernah menjadi pemilik lukisan ini seperti Ambroise Vollard, seorang dealer asal Paris, Paul Rosenberg, dan juga Carroll Carstairs Gallery. Lukisan ini laku pada tanggal 10 Mei 1999 di Sotheby’s Kota New York.

  • The Card Players.

Lukisan ini berukuran 47.5 cm x 57 cm dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini rampung pada tahun 1895 yang sudah mulai dikerjakan Cezanne sejak tahun 1894. Lukisan ini menjadikan beberapa pria yang sedang main kartu sebagai subjeknya. Nampak pada lukisan, para pria ini dengan mata tertekan ke arah bawah seolah menggambarkan para pejudi yang sedang mabuk dan bermain kartu bersama-sama. Lukisan The Player Card ini memiliki lima versi. Setiap versi memiliki ukuran, jumlah pemain, dan latar yang berbeda-beda.

  • Pyramid of Skulls

Lukisan ini berukuran 37 cm x 45.5 cm dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan yang dibuat pada tahun 1901 ini menggambarkan empat tengkorak manusia yang tertumpuk dalam sebuah konfigurasu piramida. Lukisan ini mempunyai latar gelap dengan pencahayaan yang pucat. Cezanne melukis karyanya ini di sebuah studio bernama Cezanne di Aix yang menjadi lokasi ia bekerja sebelum pindah pada tahun 1902 ke studio Les Lauves.

  • The Bathers.

Lukisan ini berukuran 210.5 cm x 250.8 cm dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini baru rampung pada tahun 1905 yang pengerjaannya telah dimulai sejak tahun1898. Lukisan ini bahkan belum selesai pada saat kematiannya pada tahun 1906. Lukisan ini merupakan salah satu masterpiece dari seorang Paul Cezanne dan juga salah satu karya seni modern terbaik.

Lukisan ini merupakan karya serentak dari seri Bather. ia menggambarkan mavam-macam pemandian di setiap serinya. Contohnyam pada lukisan Large Bather, ia menggambarkan seorang wanita tanpa busana yang membuat lukisan ini memiliki kerapatan yang bagus tapi juga menghadirkan ketegangan.

Akhir Hayat Paul Cezanne

Paul Cezanne menghembuskan napas terakhirnya pada 22 Oktober 1906 di Aix-en-Provence, Paris pada usia 67 tahun. Seminggu sebelumnya, ia mengalami pingsan saat sedang membuat sebuah lukisan yang ia kerjakan di luar ruangan. Pada saat itu sedang terjadi badai besar. Paul Cezanne meninggal akibat pneumonia.

The post Biografi Paul Cezanne, Sang Pelukis Besar Post-Impressionist Prancis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Claude Monet, Sang Pelukis Terkenal https://haloedukasi.com/biografi-claude-monet Thu, 17 Mar 2022 07:17:56 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27636 Claude Monet, pelukis abad ke 19 yang sangat lekat dengan aliran impresionis asal Prancis. Istilah impresionis sendiri berasal dari salah satu lukisan Monet yang berjudul Impression, Sunrise. Berikut akan dibahas biografi sang maestro mulai dari kelahiran, karya hingga akhir hayatnya. Kelahiran dan Masa Kecil Claude Monet Claude Monet, seorang pelukis aliran impresionis berkebangsaan Prancis yang […]

The post Biografi Claude Monet, Sang Pelukis Terkenal appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Claude Monet, pelukis abad ke 19 yang sangat lekat dengan aliran impresionis asal Prancis. Istilah impresionis sendiri berasal dari salah satu lukisan Monet yang berjudul Impression, Sunrise. Berikut akan dibahas biografi sang maestro mulai dari kelahiran, karya hingga akhir hayatnya.

Kelahiran dan Masa Kecil Claude Monet

Claude Monet, seorang pelukis aliran impresionis berkebangsaan Prancis yang lahir pada tanggal 14 November 1840 di 45 Rue Laffitte ini juga dikenal dengan nama Claude Oscar Monet atau Oscar Claude Monet. Ayahnya bernama Claude Adolphe Monet dan Ibunya Louise Justine Aubree Monet. Pada saat usianya 5 tahun, mereka pindah ke kota Le Havre.

Pada bulan April 1851, Monet mulai sekolah di Le Havre. Disana ia sering menggambar karikatur-karikatur yang menarik teman-temannya, ada yang dijadikan pajangan di sekolah dan ada juga yang dijual dengan harga 10 sampai 12 francs.

Monet pertama kali mendapatkan ilmu tentang menggambar dari seniman Jean-Francois Ochard. Sedangkan untuk teknik melukis luar ruangan, banyak dipelajari Monet dari Eugene Boudin yang ia temui di pantai Normandia. Ibu Monet, Louise Justine Aubree Monet meninggal pada 28 Januari 1857 dan selanjutnya ia dirawat oleh Marie-Jeanne, bibinya.

Masa Remaja dan Dewasa Claude Monet

Juni 1861, Monet menjadi salah satu anggota pasukan Resimen I Kavaleri Ringan Afrika di Aljazair untuk dua tahun. Namun karena penyakit tipus yang dideritanya selama pelatihan, ia diminta oleh Madam Lecadre, bibinya untuk keluar dari pelatihan militer dan menyelesaikan pendidikan seni rupanya di universitas. Saat melanjutkan pendidikannya, ia merasa pelajaran klasik yang diajarkan disana bertentangan dengan dirinya dan memutuskan untuk bergabung di studio Charles Gleyre di kota Paris.

Di studio Charles Gleyre ini Monet bertemu dengan Frederic Bazille, Alfred Sisley dan Pierre-Auguste Renoir yang nantinya bersama-sama dalam mengembangkan teknik baru seni lukis dengan menggunakan efek-efek cahaya yang merupakan cikal bakal aliran impressionisme.

Monet mulai mendapatkan pamor di dunia seni lukis pada tahun 1868 berkat karyanya yang berjudul Camille atau La Femme a la Robe Verte. Lukisan ini adalah satu dari sekian karyanya yang menjadikan Camille Doncieux sebagai objeknya, yang tak lain adalah calon istrinya saat itu.

Monet dan Doncieux menikah pada tahun 1870. Pada tahun 1870, Monet pindah ke Inggris untuk menghindari Perang Prancis dan Prusia. Disana ia bertemu dan belajar kepada John Constable dan J.M.W Turner yang dari merekalah Monet banyak belajar tentang pewarnaan.

Pada tahun 1872, Monet kembali ke Paris. Dalam rentang waktu 1872 hingga 1873, beberapa karya yang dihasilkan Monet adalah Impression, Sunrise yang menggambarkan pemandangan di Le Havre. Karyanya ini ditampilkan di pameran impresionis pertama pada tahun 1874 dan hingga saat ini masih menjadi koleksi Musee Marmottan, Paris.

Selanjutnya, pada kurun waktu tahun 1871 sampai 1878, Monet tinggal di sebuah desa di Seine tepanya di Argenteuil Paris. Disinilah banyak mahakarya dari seorang Claude Monet banyak dilahirkan. Pada tahun 1879, Doncieux meninggal dunia karena penyakit tubercolosis. Selanjutnya, anak-anaknya dirawat oleh Alice Hoschede. Pada April 1883, mereka semua pindah dari Poissy ke Haute-Normandie, Giverny Eure. Monet dan Hoschede pun menikah pada tahun 1892.

Pada rentang waktu dari tahun 1880-an hingga 1890-an, Monet banyak menghasilkan lukisan dengan berbagai jenis sudut pandang dan cahaya. Katedral Rouen merupakan seri pertamanya yang melukiskan berbagai sudut pandang sepanjang hari dengan waktu yang berbeda-beda. Total dua puluh sudut pandang ini dipamerkan pada tahun 1895 di Durand-Ruel.

Pada tahun 1883 sampai 1908, Monet pergi ke Mediterania dan disana ia banyak melukis pemandangan baik darat atau laut, ia juga melukis bangunan-bangunan penting disana. Hingga akhirnya pada tahun 1911 istrinya Hoschede meninggal dunia disusul dengan anaknya, Jean pada tahun 1914.

Pada tahun 1923, Claude Monet harus dioperasi sebanyak dua kali karena penyakit katarak yang dideritanya. Efek pasca operasi memberikan warna berbeda pada gaya lukisannya. Karyanya berubah menjadi tonality merah, sebuah reaksi yang sangat wajar bagi penderita katarak. Selain tonality merah, Monet terkadang juga bisa mendeteksi pantulan sinar ultaviolet. Pasca operasi, Monet lebih sering melukis ulang karya-karyanya terdahulu.

Karya-karya Claude Monet

Selama 86 tahun hidupnya, Claude Monet telah banyak menghasilkan berbagai karya lukis. Berikut beberapa karya terkenal Monet:

  • Regatta di Sainte-Adresse

Lukisan yang dibuat Monet pada tahun 1867 ini menggambarkan dua sisi kehidupan yaitu para orang kaya yang hadir dan ikut serta dalam lomba berlayar, disisi lain ada nelayan kelas bawah yang sedang menarik perahu mereka ke bibir pantai.

  • The Magpie

Lukisan berukuran 31 cm x 51 cm ini dibuat dalam rentang waktu 1868-1869 dengan medium oil on canvas. Karya Monet terbesar dari seluruh lanskap bersalju 140 ini sekarang dikoleksi di Musee d’Orsay Paris. Bagian yang paling penting dan menarik dalam lukisan The Magpie ini adalah bayangan berwarna biru yang terbentang mulai dari pagar. Murai hitam yang bertengger di gerbang menjadi titik fokus dalam lukisan ini. Dalam lukisan itu hanya burung yang ada dan tidak terdapat objek manusia.

  • Berperahu di Sungai Epte

Karya ini adalah snapshot Monet di atas cat minyak. Subjek dari lukisan ini adalah manusia yang terdapat di sudut kanan atas potongan, dan air yang dilukis benar-benar menjadi fokus utama. Di lukisan itu terdapat dua gadis yang tak lain adalah anak tirinya.

  • San Giorgio Maggiore saat senja

Saat Monet pergi ke Venesia pada tahun 1908, saat melihat matahari tenggelam, dia merasa itu adalah pemandangan paling indah yang pernah ia lihat dan mengatakan bahwa pemandangan itu terlalu indah untuk dilukiskan. Ia pun melukis pemandangan yang ia lihat dari penginapannya di kota San Giorgio. San Giorgio saat senja memiliki warna yang seolah meledak dan memantulkan diri di dalam air.

  • Bunga Teratai

Lukisan ini ia buat pada tahun 1906 merupakan salah satu karyanya dalam 30 tahun terakhir dari seri bunga lili di kolamnya saat tinggal di Giverny. Bunga teratai ini ia lukis dalam cahaya dan cuaca yang berbeda dari seri lainnya.

  • Lady in Garden

Lukisan berukuran 32 cm x 39 cm ini dibuat Monet pada tahun 1867 dengan medium oil on canvas. Lukisan ini ia buat di taman milik bibinya saat ia tinggal disana karena sang ibu meninggal dunia. Menyadari bakat besar Monet, sang bibi pun menyarankannya agar mendalami dunia lukis.

  • Impression : Sunrise

Lukisan berukuran 20 inch x 25 inch ini dibuat pada tahun 1872 dan sekarang terletak di Musee Marmottan kota Paris. Lukisan ini dipamerkan pada tahun 1874 dan mendapat kritikan dari seorang kritikus dengan mengatakan bahwa judul yang dipilih terlalu tergesa-gesa hingga Monet pun dijuluki “Impresionis’. Namun siapa sangka berkat lukisan ini lah aliran impresionis lahir dan berkembang dalam dunia lukis.

Akhir Hayat Claude Monet

Monet menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 5 Desember 1926 yang disebabkan oleh kanker paru-paru. Ia meninggal dalam usia 86 tahun dan dikebumikan di gereja Giverny. Sebelum meninggal, Monet telah meninggalkan wasiat agar nanti pemakamannya tidak dipenuhi banyak orang dan tetap dalam suasana sederhana. Pada hari pemakamannya hanya sekitar 50 orang yang hadir dan merupakan keluarga, kerabata dan teman dekat Claude Monet.

The post Biografi Claude Monet, Sang Pelukis Terkenal appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Raden Saleh, Sang Pionir Seni Lukis Modern Indonesia https://haloedukasi.com/biografi-raden-saleh Thu, 17 Mar 2022 07:11:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27632 Kelahiran dan Masa Kecil Raden Saleh Raden Saleh bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman. Ia lahir di kota Semarang, Hindia Belanda pada tahun 1807 dan berasal dari keluarga ningrat yang tak lain adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman. Ayahnya merupakan penduduk keturunan Arab bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja dan Ibunya warga […]

The post Biografi Raden Saleh, Sang Pionir Seni Lukis Modern Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
raden saleh

Kelahiran dan Masa Kecil Raden Saleh

Raden Saleh bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman. Ia lahir di kota Semarang, Hindia Belanda pada tahun 1807 dan berasal dari keluarga ningrat yang tak lain adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman. Ayahnya merupakan penduduk keturunan Arab bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja dan Ibunya warga asli Semarang bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen.

Saat menginjak usia sepuluh tahun, Raden Saleh diserahkan oleh pamannya yang saat itu menjabat sebagai Bupati Semarang kepada atasannya yang merupakan warga Belanda di daerah Batavia (sekarang Jakarta). Bakat dan minat Raden Salah pada dunai seni rupa telah tampak saat ia bersekolah di Volks-School (Sekolah Rakyat).

Masa Remaja dan Dewasa Raden Saleh

Raden Saleh memiliki kepribadian yang ramah dan mudah bergaul yang membuatnya mudah dekat dengan orang-orang dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda saat itu. Prof. Caspar Reinwardt yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor dan juga Direktur Pertanian untuk Pulau Jawa dan sekitarnya pun tertarik pada Raden Saleh dan memberikan kesempatan kepadanya dengan memberikan ikatan dinas di departemennya.

Saat Ia dinas disana, ia bertemu dengan A.A.J Payen yang merupakan pelukis keturunan Belgia yang sengaja didatangkan untuk membuat lukisan pemandangan disana. Payen pun tertarik dengan bakat dan kemampuan Raden Saleh dalam seni rupa dan tak segan memberikan bimbingan padanya.

Raden Saleh banyak belajar tentang seni lukis Barat termasuk teknik pembuatannya. Payen dan Raden Saleh juga pernah melakukan perjalalan dinas bersama di Pulau Jawa dan mencari objek-objek yang menarik untuk dilukis. Hingga pada suatu hari Payen mengusulkan kepada atasannya agar Raden Saleh bisa menuntut ilmu ke Belanda.

Pada tahun 1829, Raden Saleh muda berangkat ke Belanda dibiayai oleh G.A.G. Ph. Van der Capellen yang saat itu menjadabt sebagai Gubernur. Ia tak hanya memperdalam seni lukis ke Belanda, tapi juga mendapat perintah yang tertulis di dalam surat yang ditujukan untuk Departemen van Kolonieen untuk mengajarkan adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa dan juga Bahasa Melayu kepada Inspektur Keuangan Belanda de Linge.

Kemampuan Raden Saleh berkembang pesat selama belajar di Belanda hingga para pelukis muda Belanda lainnya menganggap bahwa Raden Saleh adalah saingan berat. Saat masih tahun-tahun awal di Belanda, Raden Saleh mempelajari Bahasa Belanda dan juga teknik mencetak dengan menggunakan batu. Lima tahun pertama, Raden Saleh belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout.

Cornelis Krusseman merupakan pelukis istana yang sering menerima pesanan dari keluarga kerajaan dan juga pemerintah Belanda. Perlahan Raden Saleh mulai dikenal publik. Ia pernah berkesempatan mengikuti pameran di kota Den Haag dan berhasil membuat masyarakat setempat berdecak kagum akan keahlian dan karya yang dihasilkan oleh pemuda asal Hindia Belanda ini.

Setelah masa belajar ilmu seninya berakhir, Raden Saleh meminta perpanjangan izin tinggal karena ia ingin mempelajari ilmu pasti, ukur tanah dan pesawat terbang. Setelah pemerintah Hindia Belanda dan Raja Wilem I yang merupakan Menteri jajahan yang menjabat saat itu melakukan perundingan, mereka setuju untuk memperpanjang izin tinggal Raden Saleh di Belanda tapi tidak dengan beasiswanya.

Raden Saleh selanjutnya mendapat kesempatan pergi ke Dresden Jernan untuk menambah ilmu, yang diberikan oleh Raja Wilem II. Ia tinggal selama lima tahun disana dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman. Pada tahun 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda dan menjadi pelukis di Kerajaan Belanda.

Ferdinand Victor Eugene Delacroix, pelukis legendaris asal Prancis adalah tokoh idolanya, yang nantinya banyak memberikan pengaruh dan menambah wawasan Raden Saleh dalam dunia seni. Selanjutnya, ia tertarik untuk melukis hewan yang dipertemukan dengan sikap agresif manusia. Sejak inilah Raden Saleh mulai menjelajahi banyak tempat untuk mengamati hal-hal yang ingin dia ketahui.

Pada tahun 1846, ia bersama Horace Vernet yang merupakan penulis terkenal Prancis pergi dan menetap di Aljazair selama beberapa bulan. Dari negara inilah, muncul inspirasi Raden Saleh untu menggambar kehidupan di padang pasir. Pada tahun 1848, Raden Saleh berada di Prancisyang membuat dirinya menjadi saksi mata peristiwa besar yaitu Revolusi Prancis.

Tahun 1851, Raden Saleh bersama istrinya yang merupakan wanita Belanda pulang ke Hindia Belanda. Setelah kepulangannya, tercatat beberapa posisi pernah ia tangani seperti menjadi konservator di Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-Benda Seni. Ia juga melukis beberapa potret keluarga keraton. Raden Saleh pun bercerai dengan wanita Belanda dan kembali menikah dengan gadis keturunan Keraton Solo dan tinggal di Batavia.

Tahun 1875, Raden Saleh dengan istrinya kembali ke Eropa dan kembali ke tanah Jawa pada tahun 1878. Mulai tahun ini hingga akhir hayatnya ia dan sang istri menetap di kota Bpgor.

Karya-karya Raden Saleh

Berikut akan dibahas beberapa karya terkenal Raden Saleh:

  • Penangkapan Pangeran Diponegoro
    Lukisan yang selesai dibuat pada tahun 1857 ini merupakan bentuk kritik kepada pemerintah Hindia Belanda dengan politik represif mereka ini serupa dengan karya Nicolass Pieneman. Namun, Raden Saleh memberikan interpretasi yang berbeda. Jika pada versi Pieneman, Pangeran Diponegoro digambarkan dengan posisi berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang dengan hamparan senjata yang mengisyaratkan telah kalah dalam peperangan, pada versi Raden Saleh digambarkan Pangeran Diponegoro tetap berdiri, siaga dan tegang yang seolah ingin mengisyaratkan bahwa ia sedang menahan amarah. Pangrean Diponegoro saat itu tanpa keris di pinggang yang sejatinya adalah ciri khas serta pengikutnya tak membawa senjata apapun.
  • Berburu (Hunt)
    Lukisan dengan medium lukisan cat minyak diatas kanvas ini menjadi salah satu koleksi di Museum Mesdag, Belanda. Dalam lukisan ini tampak suasana perburuan harimau Jawa yang terjadi pada abad ke-19.
  • Badai (The Storm)
    Lukisan yang dibuat pada tahun 1851 ini berukuran 97 cm x 74 cm, dengan medium cat minyak di atas kanvas. Lukisan beraliran romantis ini seolah ingin mengungkapkan gejolak pada jiwanya yang harus memilih antara menikmati dunia imajinasi atau dunia nyata yang rumit.
  • Singa Terluka
    Lukisan yang kini menjadi koleksi Galeri Nasional Singapura ini dibuat pada tahun 1838. ia tercatat telah melukis beberapa karya yang berhubungan denga singa seperti Head of Lion yang sekarang menjadi koleksi Museum Lippo Indonesia. Lukisan-lukisan singa yang ia ciptakan ini menjadi cikal bakal karya orientalis Raden Saleh selanjutnya.

Akhir Hayat Raden Saleh

Raden Saleh wafat di kediamannya pada tanggal 23 April 1880 di kota Bogor. Penyebab kematiannya pada awalnya diduga karena diracuni oleh pembantu mereka yang dituduh mencuri salah satu lukisan Raden Saleh. Namun berdasarkan diagnosa dokter, Raden Saleh meninggal karena pembekuan darah atau trombosis.

Raden Saleh dimakamkan di daerah Bondongan kota Bogor. Pada nisannya tertulis “Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda” yang hingga saat ini kalimat tersebut masih memancing perdebatan perihal visi kebangsaan dari seorang pelukis keturunan ningrat ini.

The post Biografi Raden Saleh, Sang Pionir Seni Lukis Modern Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Eugene Delacroix, Pelukis Aliran Romantisme Prancis https://haloedukasi.com/biografi-eugene-delacroix Thu, 17 Mar 2022 06:55:38 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27697 Eugene Delacroix adalah seorang pelukis ternama berkebangsaan Prancis yang dikenal dengan aliran romantisisme pada hampir setiap karyanya. Selain bergenre romantis, Delacroix juga pernah membuat beberapa karya bertema sejarah dan penderitaan dan kesedihan. Ciri khas dalam lukisan karya Delacroix adalah penggunaan caman sikat dan permainan optis pada warna dan pencahayaannya. Liberty Guiding the People (Kemerdekaan Memimpin […]

The post Biografi Eugene Delacroix, Pelukis Aliran Romantisme Prancis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Eugene Delacroix

Eugene Delacroix adalah seorang pelukis ternama berkebangsaan Prancis yang dikenal dengan aliran romantisisme pada hampir setiap karyanya. Selain bergenre romantis, Delacroix juga pernah membuat beberapa karya bertema sejarah dan penderitaan dan kesedihan. Ciri khas dalam lukisan karya Delacroix adalah penggunaan caman sikat dan permainan optis pada warna dan pencahayaannya.

Liberty Guiding the People (Kemerdekaan Memimpin Rakyat) adalah karya karya Delacroix yang paling terkenal, dibuat pada tahun 1830. Karya ini terinspirasi dari peristiwa pemberontakan Prancis pada tahun 1830. Berikut akan dibahas tentang Eugene Delacroix semasa hidupnya termasuk karya-karya terkenalnya.

Kelahiran dan Masa Kecil Eugene Delacroix

Ferdinand Victor Eugene Delacroix atau yang lebih dikenal dengan Eugene Delacroix lahir di Prancis tepatnya di Kota Saint-Maurice pada tanggal 16 April 1798. Ia merupakan anak dari pasangan Charles Francois Delacroix dan Victoire Oiben. Ayahnya merupakan seorang pejabat di kotanya. Eugene Delacroix mempunyai tiga saudara kandung yaitu Henriette de Verninac, Henri Delacroix dan Charles Henri Delacroix.

Delacroix ditinggal mati oleh ayahnya pada saat usianya masih 7 tujuh tahun yaitu pada tahun 1805. berselang sembilan tahun kemudian, pada tahun 1814 ibunya, Victoria juga meninggal. Ia dan saudara-saudaranya ditinggal oleh kedua orang tya mereka dalam usia yang relatif masih muda.

Masa Remaja dan Dewasa Eugene Delacroix

Setelah ibunya meninggal, Delacroix pun tinggal bersama salah satu saudara perempuannya. Namun malang, beberapa waktu kemudian, tahun 1815 ia ditinggalkan sendirian oleh saudaranya dan harus mulai berpikir bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Delacroix pun memutuskan untuk masuk ke studio musik milik Narsis Guerin yang bernama Pierre.

Kemudian pada tahun 1816, Delacroix pun masuk ke sekolah seni rupa dimana Guerin mengajar. Disini ia dengan tekun mempelajari cara melukis gips menggunakan model telanjang. Ilmu ini memberikan dampak untuk Delacroix dalam menguasai teknik menggambar.

Pada tahun 1822, Delacroix melahirkan lukisan pertamanya yang ia beri judul Dante’s Rook, yang kemudian dipamerkan di Salon. Namun lukisan ini tidak terlalu menarik perhatian publik. Pada tahun 1826, karya Delacroix yang berjudul Yunani di Ruins of Missolonghi berhasil mendapatkan atensi luar biasa dari penikmat seni khususnya. Sejak itulah, Delacroix mulai dikenal secara luas sebagai salah satu seniman berbakat.

Pada tahun 1827, ia mendapatkan kecaman dari banyak pihak atas lukisannya yang berjudul Death of Sardanapalus (Kematian Sardanapalus). Karyanya ini dinilai terlalu banyak memuat unsur ketelanjangan dan kekejaman. Namun, Delacroix adalah pelukis yang tidak peduli terhadap komentar buruk dan tetap melanjutkan apa yang ia anggap benar.

Selanjutnya pada tahun 1831, lukisan terbaiknya yang berjudul Liberty of Guiding People ditamplikan dalam pameran di Salon Paris. Pengunjung hanya berdecak kagum atas hasil karyanya ini. Saat itu lukisan tersebut kemudian dilarang untuk ditampilkan secara luas dan disimpan hingga tahun 1848 baru mendapat izin untuk kembali dipamerkan.

Tahun 1832, Delacroix pun melakukan perjalanan ke Maroko dengan membawa misi diplomatik. Perjalanannya ini pun mengubah persepsinya terhadap tanah Afrika Arab. Awalnya ia beranggapan negeri tersebut sangat cerah, dam penuh warna. Tapi ternyata ia menemukan bahwa negeri tersebut kental dengan budaya patriarki Timur yang sangat keras.

Ketika kembali ke Prancis, Delacroix semakin disegani. Tercatat mulai tahun 1833 sampai 1847, Delacroix terlibat dalam pembuatan lukisan di Istana Bourbon. Selain itu ia juga bertugas di Istana Luxemburg dan Museum Louvre. Ia juga pernah bekerja sebagai pembuat lukisan dinding di Gereja Saint-Sulpin selama dua belas tahun. Sampai pada tahun-tahun akhir hidupnya, Delacroix sudah diakui sebagai pelukis dan seniman yang karya-karyanya sudah tidak perlu dragukan lagi.

Karya-karya Eugene Delacroix

Berikut adalah beberapa karya terkenal Delacroix:

  • Yunani di Ruins of Missolonghi

Lukisan ini dibuat oleh Delacroix pada tahun 1826 dan sekarang menjadi koleksi di Musee des Beaux-Arts de Bordeaux. Lukisan ini adalah bentuk dukungan Delacroix pada perang kemerdekaan Yunani dari Kaisar Ottoman. Karya ini melukiskan sebuah kejadian tragis yang terjadi pada tahun 1825 dimana rakyat Yunani lebih memilih untuk menghancurkan kota mereka sendiri bahkan bunuh diri daripada harus menyerah pada Kekaisaran Ottoman. Yunani disimbolkan dengan sosok seorang wanita yang mengingatkan Perawan Maria saat berdiri di atas tubuh Yesus dengan memakai kostum tradisional.

  • The Death of Sardanapalus (Kematian Sardanapalus)

Lukisan ini dibuat oleh Delacroix pada tahun 1844 dan sekarang terletak di Museum of Art, Philadelphia. Sebuah karya yang terinspirasi dari puisi Byron ini dianggap sebagai salah satu karya romantis Delacroix. Lukisan ini menggambarkan saat raja Sardanapalus mengeluarkan perintah untuk membunuh semua orang-orang yang ia kasihi lalu membunuh dirinya sendiri. Hal yang menonjol dalam lukisan ini adalah warna dramatis, ukurang yang sangat besar, permainan cahaya yang epic yang langsung menarik perhatian penikmat seni lukis.

  • Masuknya Tentara Salib ke Kota Konstantinopel

Lukisan ini dibuat oleh Delacroix pada tahun 1840 dan sekarang menjadi koleksi Museum Lovre. Lukisan ini menggambarkan tentang sejarah besar pada abad ke 19 yaitu saat tentara salib meninggalkan tujuan mereka yaitu untuk merebut kota Yerussalem dan malah memecat Christian Constantinople yang dikenal dengan Perang Salib Keempat. Digambarkan para pemenang masuk kota dan penduduk setempat memohon belas kasihan antara kehancuran dan kematian.

  • The Prisoner of Chillon

Lukisan ini dibuat oleh Delacroix pada tahun 1834 dan sekarang terletak di Museum Louvre. Lukisan ini juga satu dari sekian karya Delacroix yang mengacu pada puisi Byron. Suasana gelap dan suram mendominasi lukisan untuk memperkuat latar sel penjara dimana seorang politisi Geneva dipenjarakan tepatnya di Castle of Chillon.

  • Liberty Guiding the People

Ini merupakan lukisan karya Delacroix yang paling terkenal yang menggambarkan Liberty, digambarkan sebagai seorang wanita yang memimpin pemberontakan Paris pada tahun 1830. Lukisan ini baru dipamerkan 16 tahun setelahnya setelah diberi izin oleh Raja Napoleon III. Delacroix pun menggambarkan dirinya dalam lukisan tersebut sebagai pria disebelah kiri memakai topi sebagai anggota Garda Nasional. Lukisan ini berukuran 2.6 m x 3.25 m dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dan sekarang terletak di Louvre Museum.

  • Orphan Girl at Cemetery

Pada lukisan ini digambarkan seorang gadis yang dari raut wajahnya sangat ketakutan dan dirundung kesedihan. Penggunaan warna yang dingin menambah kesan duka pada lukisan yang berlatar belakang kuburan dan langit kabur ini. Lukisan ini dibuat Delacroix dalam rentang waktu tahun 1823 hingga 1834 dengan media cat minyak di atas kanvas dan sekarang menjadi salah satu koleksi di Museum Louvre.

Akhir Hayat Eugene Delacroix

Pada tahun 1835, Delacroix divonis menderita penyakit tenggorokan yang cukup serius. Penyakit inilah yang juga menjadi penyebab kematian sang maestro beraliran romantis ini. Eugene Delacroix meninggal di Paris, Prancis pada tanggal 13 Agustus 1863 dalam usia 65 tahun.

The post Biografi Eugene Delacroix, Pelukis Aliran Romantisme Prancis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Dullah, Pelukis Realis Asal Solo https://haloedukasi.com/biografi-dullah Thu, 17 Mar 2022 06:51:56 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27857 Dullah, mungkin namanya tak seterkenal Affandi ataupun Basuki Abdullah. Namun tak dapat dipungkiri bahwa karya-karyanya telah memperkaya koleksi seni lukis Indonesia. Dullah seolah terpinggirkan dari dunia seni lukis Indonesia sejak masa orde lama dan dikarenakan kecenderungannya sebagai pelukis revolusioner. Dullah tak hanya mengedepankan keindahan alam ataupun objek, tapi ia juga akan melukis sisi-sisi gelap yang […]

The post Biografi Dullah, Pelukis Realis Asal Solo appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
dullah

Dullah, mungkin namanya tak seterkenal Affandi ataupun Basuki Abdullah. Namun tak dapat dipungkiri bahwa karya-karyanya telah memperkaya koleksi seni lukis Indonesia. Dullah seolah terpinggirkan dari dunia seni lukis Indonesia sejak masa orde lama dan dikarenakan kecenderungannya sebagai pelukis revolusioner. Dullah tak hanya mengedepankan keindahan alam ataupun objek, tapi ia juga akan melukis sisi-sisi gelap yang terpinggirkan dari pandangan orang banyak seperti melukis daerah kumuh.

Dullah lahir di Kota Surakarta pada tanggal 17 September 1919. Ia berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai pembatik. Ciri khas dari lukisan Dullah adalah realistik dan gemar menggambar wajah (portrait) dengan menampilkan lebih dari satu orang.

Dullah memperoleh ilmu tentang seni dengan belajar kepada pelukis ternama sekelas Affandi dan Sudjojono. Ia belajar pada mereka saat tergabung dalam organisasi SIM (Seniman Indonesia Moeda). Namun, gaya lukisan Dullah pun sedikitpun tidak meniru gaya para pelukis kebangggan Indonesia tersebut.

Selain dikenal sebagai pelukis realis, Dullah juga seorang pelukis revolusi. Ia seringkali melukis tema-tema perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah dan merebut kemerdekaan. Setelah terjadi Agresi Militer Belanda II pada tahun 1949, ia bersama anak-anak didiknya pun melukis langsung peristiwa mencekam yang terjadi di Yogyakarta tersebut. Karyanya saat itu pun menarik perhatian masyarakat luas hingga diulas di berbagai media. Bahkan Affandi tak ragu mengatakan bahwa lukisan dokumentasi itu sebagai karya tunggal di dunia.

Pada masa mudanya, Dullah pernah tergabung sebagai anggota Poetra (Poesat Tenaga Rakyat), pada masa penjajahan Jepang. Setelah kemerdekaan, Dullah mendirikan HBS (Himpunan Budaya Surakarta). Selanjutnya, Dullah merupakan seorang pelukis istana selama sepuluh tahun sejak tahun 1950-an. Dullah juga dikenal memiliki hubungan dekat dan baik dengan Presiden masa Orde Lama, Soekarno.

Tugas Dullah saat menjadi pelukis istana adalah memperbaiki lukisan-lukisan yang sudah tak layak dipajang dan ikut serta dalam penyusunan buku koleksi lukisan Presiden Soekarno. Tak hanya sebagai pelukis istana, Dullah juga berkontribusi untuk rancangan Garuda Pancasila karya Sultan Hamid II dibawah arahan langsung dari Presiden Soekarno.

Dullah adalah seorang seniman tapi jarang melakukan pameran. Tapi sekali menggelar pameran, atensi masyarakat pun tak terbendung yang bisa dilihat pada tahun 1978. Saat itu di Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogyakarta), Dullah bersama anak-anaknya mengadakan pameran dengan jumlah pengunjung puluhan ribu orang.

Karena banyaknya pengunjung, pintu utara pun sempat jebol oleh ribuan pengunjung yang ingin masuk dan menyaksikan langsung karya sang maestro. Pameran pun berlanjut pada tanggal 20 Desember 1979 dan terakhir pada 2 Januari 1980. Saat pameran, banyak pengunjung yang ingin membeli lukisan karya Dullah, namun sayang Dullah tidak menjual lukisan-lukisannya tersebut.

Selain melukis, Dullah juga berkarir sebagai penulis sajak. Beberapa karya sajak Dullah pernah dimuat dalam bunga rampai sastra Indonesia yang dihimpun oleh penulis H.B Jassin. Bahkan karyanya pernah diterjemahkan dan kemudian terbit di Pakistan.

Pada tahun 1970-an, Dullah mendirikan museum pribadi di Kota Solo dan sekarang dikelola oleh pemerintah Kota Surakarta yang bertujuan untuk melestarikan warisan sejarah khususnya sejarah seni. Lukisan-lukisan Dullah banyak diminati dan menjadi koleksi pribadi tokoh-tokoh penting seperti Presiden Soekarno, Rudolf Menzies yang merupakan mantan Perdana Menteri Australia dan juga dikoleksi museum di luar negeri yaitu Museum seni lukis Ceko.

Karya-karya Dullah

Berikut adalah karya-karya terkenal Dullah:

  • Praktik Pendudukan Tentara Asing

Lukisan berukuran 199 cm x 137 cm ini dibuat pada tahun 1949 dengan media cat minyak di atas kanvas. Pada lukisan itu tampak empat orang mengenakan pakaian warna hijau dengan sepatu boots warna hitam, topi pet di atas kepala mereka dan bergaya seperti tentara dengan senjata laras panjang di tangan. Tampak juga sesosok perempuan berpakaian kebaya putih dipadukan dengan kain jarik motif batik dengan warna coklat. Selain itu juga ada anak laki-laki dan seorang pria dewasa yang keduanya memakai baju warna putih.

Suasana mencekam jelas tampak dalam lukisan itu. Seorang wanita sedang jatuh tertunduk, rambutnya dijambak oleh tentara yang dari wajahnya tampak sedang marah. Sang perempuan dengan wajah ketakutan dengan dada yang setengah terbuka, tangan kirinya berusaha meraih kebaya untuk menutupi dada dan tangan kanan di rambutnya untuk menahan jambakan sang tentara. Dari depan seorang tentara pun mengarahkan senjata laras panjangnya ke dada perempuan tersebut. Lainnya, seorang pria yang memakai baju putih terjungkl dari kursi dan tentara lainnya memegang kepala anak kecil.

  • Persiapan Gerilya

Lukisan yang dibuat pada tahun 1947 ini merupakan salah satu mahakarya dari Dullah. Tema yang diangkat pada lukisan ini memiliki sedikit kemiripan dengan lukisan Praktik Pendudukan Tentara Asing. Lukisan ini bertema kekejaman para tentara asing dan semangat untuk melawan penjajah. Dari lukisan ini terlihat kepiawaian Dullah dalam penguasaan teknik realistik yang sangat tinggi.

  • Istriku

Lukisan berukuran 102 cm x 83 cm ini dibuat pada tahun 1953 dengan media cat minyak diatas kanvas. Lukisan ini menjadikan keindahan sosok wanita sebagai tema. Melalui lukisan istriku ini, ia seolah ingin menampilkan sisi romantis dalam karyanya, tak hanya tentang kemanusiaan, nilai-nilai lokal maupun tema kerakyatan. Pada lukisan ini tampak seorang wanita yang sedang duduk di kursi. Ia mengenakan kebaya dengan kipas di tangan kanannya. Sang wanita pun tersenyum dengan tipis dengan wajah ayu dan anggun dengan sanggul di kepalanya.

  • Gunung Lawu- Jawa Tengah

Lukisan berukuran 130 cm x 180 cm ini dibuat pada tahun 1953. Pada lukisan dengan media cat minyak di atas kanvas ini digambarkan pemandangan Gunung Lawu yang diberi sentuhan warna biru dan tampak langit cerah dengan awan yang bersih putih. Tampak juga jalan menuju gunung yang bersih berwarna kecoklatan dengan tambahan sungai-sungai kecil yang mengalir.

  • Di Depan Pura

Lukisan berukuran 68 cm x 54 cm ini dibuat dengan medium cat minyak diatas kanvas. Pada lukisan bertahun 1969 ini tampak sebuah pura yang disampingnya ada pohon-pohon besar dan tinggi. Didepan pura ada dua orang wanita terpisah. Wanita pertama tepat berada di depan pintu mausk pura dengan tangan kirinya memegang semacam bakul di kepalanya. Wanita kedua berkostum hitam tampak sedang berjalan melewati depan pura tersebut.

Akhir Hayat Dullah

Dullah menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 1 Januari 1996 di Rumah Sakit Panti Rapih Kota Yogyakarta dalam usia 77 tahun. Dullah dimakamkan di Kota Surakarta tepatnya di Pemakaman Umum Purwoloyo. Ia dimakamkan tepat disebelah makam sang istri, Jan Jaerabby Fatima.

Kita dapat menyaksikan keindahan lukisan-lukisan karya Dullah di Museum Dullah yang terletak di kota Surakarta yang resmi dibuka untuk umum pada tahun 2016. Disana terpajang seluruh karya dullah sejak tahun 1939 hingga tahun 1993.

The post Biografi Dullah, Pelukis Realis Asal Solo appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Barli Sasmitawinata, Pelukis Aliran Realisme Indonesia https://haloedukasi.com/biografi-barli-sasmitawinata Thu, 17 Mar 2022 06:47:24 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27889 Barli Sasmitawinata adalah salah satu pelukis kenamaan Indonesia yang lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Kota Bandung. Barli memulai karir di bidang seni dengan menjadi ilustrator di Balai Pustaka pada tahun 1930-an. Saat ia mendapat kesempatan belajar hingga ke luar negri, ia pun tetap berkarir di majalah De Moderne Boekhandel Belanda dan juga majalah […]

The post Biografi Barli Sasmitawinata, Pelukis Aliran Realisme Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
barli

Barli Sasmitawinata adalah salah satu pelukis kenamaan Indonesia yang lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Kota Bandung. Barli memulai karir di bidang seni dengan menjadi ilustrator di Balai Pustaka pada tahun 1930-an. Saat ia mendapat kesempatan belajar hingga ke luar negri, ia pun tetap berkarir di majalah De Moderne Boekhandel Belanda dan juga majalah Der Lichtenbogen Jerman sebagai ilustrator. Barli adalah satu dari sedikit seniman yang mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi hingga ke Belanda dan Prancis.

Saat muda, Barli pernah belajar pada pelukis asal Belgia, Jos Pluimentz yang saat itu tinggal di Bandung. Ia belajar di studio milik si pelukis yang awalnya dikenalkan oleh kakak iparnya dan menjadi satu-satunya pribumi disana. Dibawah bimbingan Pluimentz, Barli belajar tentang teknik gambar objektif yang mempelajari bagaimana cara seniman melihat berbagai subjek dan juga objek yang mereka lukis, yang kemudian dipindahkan kedalam bentuk lukisan.

Di studio ini, Barli pun bertemu dengan Affandi yang saat itu sedang menjadi model lukis Luigi Nobili yang merupakan pelukis berkebangsaan Italia. Selanjutnya Barli dan Affandi pun membentuk Kelompok Lima Bandung bersama Soedarso, Wahdi Sumanta dan Hendra Gunawan. Di masa depan, kelompok ini merupakan salah satu kelompok seni yang memberikan pengaruh untuk pertumbuhan seni rupa Indonesia. Pada tahun 1948, Barli Sasmitawinata bersama Karnedi dan Sartono mendirikan studio Jiwa Mukti.

Pada tahun 1950, Barli pun terbang ke Prancis untuk belajar di Academie Grande de la Chaumiere dengan biaya penuh dari pemerintah Belanda. Ia pun juga belajar di Belanda hingga akhir tahun 1956 di Rijksacademie voor Beeldende Kunsten. Pengalaman Barli menuntut ilmu di berbagai negara Eropa ini memberikan pengaruh besar kepada gaya lukisnya yang cenderung mengarah pada seni lukis kolonial.

Pada tahun 1958 setelah kembali ke Indonesia, Barli mendirikan studio Rangga Gempol dan sekarang telah berganti nama menjadi Bale Seni Barli yang terletak di Padalarang. Barli tak hanya seniman melainkan juga pendidik. Tercatat Bali pernah mengajar di ITB Fakultas Seni Rupa dan Desain. Barli juga salah satu pencetus terbentuknya program studi seni rupa di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. AD Pirous, Chusin dan Huang Fong adalah beberapa murid dari Barli Sasmitawinata.

Barli tak hanya menguasai seni realis, tapi juga paham dengan karya abstrak, karena menurutnya seni adalah hal abstrak. Seni tak hanya sekedar wujud fisik tapi juga merupakan sebuah nilai. Saat melihat karya realistik, yang lebih menarik perhatian Barli adalah segi keabstrakannya. Menurut Barli, pelukis yang menggambarkan realistik, berarti ia sedang menggambarkan sebuah meaning.

Pada tanggal 18 Maret 2004, diadakan pameran yang bertempat di Galeri Nasional dan menampilkan beberapa karya Barli Sasmitawinata. Pameran yang dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu dikhususkan untuk penghargaan kepada Barli atas kontribusinya dalam dunia seni rupa, dan berlangsung hingga tanggal 31 Maret 2004. Saat bersamaan, juga dilakukan penerbitan buku oleh Nakisbandiah yang tak lain adalah istri kedua Barli yang berjudul Kehidupanku Bersama Barli. Barli menikah dengan Nakisbandiah setelah ia ditinggal mati oleh istri pertamanya pada tanggal 11 Juli 1991.

Barli pernah mengatakan bahwa lulusan akademik sudah sepatutnya bisa menggambar manusia. Sebab penguasaan teknik akan merangsang inspirasi. Ia pun mengambil seorang yang belajar sepeda sebagai contohnya. Saat baru belajar, pasti kita akan sangat berhati-hati, memfokuskan pikiran agar tidak jatuh. Namun saat kita sudah menguasai teknik dalam bersepeda, kita bisa bersepeda sambil memikirkan hal lainnya. Melukis pun demikian, jika sudah menguasai tekniknya, maka hal lainnya dapat disalurkan dan diekspresikan dalam berkesenian.

Dalam berkarya, kebanyakan Barli menggunakan teknik realistik meskipun ada beberapa yang menggunakan teknik penyederhanaan objek. Menurutnya, penyampaian secara realistik akan lebih tersampaikan daripada abstrak meskipu ia juga menguasai dan tertarik pada teknik abstrak. Barli Sasmitawinata dapat disebut sebagai pelukis aliran Realisme atau Naturalisme Indonesia.

Karya-karya Barli Sasmitawinata

Berikut adalah beberapa karya terkenal Barli Sasmitawinata:

  • Gadis Bali
    Lukisan berukuran 50 cm x 60 cm ini dibuat pada tahun 1990 dengan media pastel di atas kanvas. Dalam lukisan itu, ada seorang gadis dengan wajah anggun nan indah,  dengan bunga berwarna pink besar di kepalanya. Ekspresi wajah gadis tersebut terlihat sedikit murung. Lukisan Gadis Bali ini bergaya abstrak, ekspresionisme dan juga realisme.
  • Pejuang Napitupulu
    Lukisan ini dibuat pada tahun 1946 saat usia Barli Sasmitawinata masih relatif muda. Pada lukisan berukuran 100 cm x 70 cm ini, digambarkan seorang pria dengan kumis klimisnya mengenakan berseragam militer era kolonial, di badannya terdapat sabuk untuk mengikat granat genggam dan senjata. Napitupulu sendiri adalah nama marga suku Batak. Pada lukisan ini tampak lelaki tersebut dengan tangan di pinggang, mata yang sangar seolah menggambarkan kedominanan lelaki jika dibandingkan dengan perempuan pada zaman itu. Lukisan dibangun dengan pencahayaan yang dramatis sehingga membangun suasana tegas pada lukisan tersebut ditambah dengan garis tegas yang digunakan pada beberapa bagian tepi objek lukisannya dengan tidak menghilangkan sisi realistik gambar tersebut.  
  • Di Pasar
    Lukisan ini dibuat oleh Barli pada tahun 2004, tiga tahun sebelum tutup usia. Lukisan ini jika diamati sekilas, tak lebih dari goresan kasar kuas dan cenderung berantakan. Namun disinilah nilai lebihnya, goresan kasar nan berantakan ini benar-benar menggambarkan kondisi pasar. Tampak suasana yang hiruk pikuk, ada pedagang dan juga pembeli. Ada yang sibuk memilih dan menawar barang, di sisi lain ada yang membawa bakul jualannya. Warna coklat dan putih mendominasi lukisan ini.

Akhir Hayat Barli Sasmitawinata

Barli Sasmitawinata menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Advent kota Bandung pada tanggal 8 Februari 2007 pukul 16.25 WIB dalam usia 86 tahun. Sebelumnya, Barli sempat mendapat perawatan selama satu bulan di rumah sakit yang disebabkan oleh komplikasi penyakit dan berbagai keluhan kesehatan usia lanjut. Sebulan kemudian, Barli pun diperbolehkan pulang ke rumah pada hari Minggu tanggal 4 Februari 2007.

Selama di rumah, Barli masih sempat melukis meskipun keadaannya tak begitu baik bahkan hingga sehari sebelum ia meninggal dunia. Lukisan itupun tak kunjung selesai sampai ia meninggal dunia keesokan harinya dan juga belum sempat diberi judul oleh Barli. Barli sempat berpesan kepada keluarganya agar terus memelihara, menghidupkan dan melestarikan seni di Bale Seni Barli.

Barli dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra pada tanggal 9 Februari 2007 setelah sebelumnya sempat disemayamkan di Museum Barli Kota Bandung sehari sebelumnya. Menurut keterangan, pada hari kematiannya, Barli dilarikan ke rumah sakit pada pukul sembilan pagi karena mengalami muntah terus menerus. Sore harinya pukul lima, jenazah pun dibawa ke rumah duka.

The post Biografi Barli Sasmitawinata, Pelukis Aliran Realisme Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing https://haloedukasi.com/biografi-popo-iskandar Thu, 17 Mar 2022 06:38:03 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27462 Popo Iskandar adalah salah satu pelukis Indonesia seangkatan Affandi, Basuki Abdullah, S. Sudjojono, dll. Ia tak hanya mahir di bidang lukis, beberapa lainnya seperti arsitektur, esai, kritikus sastra Sunda juga merupakan keahliannya. Ia juga seorang tenaga pendidik yang pernah tercatat sebagai dosen mata kuliah seni rupa di IKIP (sekarang UPI) Bandung, Jawa Barat. Berikut kita […]

The post Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing

Popo Iskandar adalah salah satu pelukis Indonesia seangkatan Affandi, Basuki Abdullah, S. Sudjojono, dll. Ia tak hanya mahir di bidang lukis, beberapa lainnya seperti arsitektur, esai, kritikus sastra Sunda juga merupakan keahliannya. Ia juga seorang tenaga pendidik yang pernah tercatat sebagai dosen mata kuliah seni rupa di IKIP (sekarang UPI) Bandung, Jawa Barat.

Berikut kita akan membahas dan mengenal lebih dekat sosok Popo Iskandar mulai dari kelahiran hingga akhir hayatnya serta karya-karya yang pernah ia ciptakan.

Popo Iskandar lahir pada tanggal 18 Desember 1926 di kota Garut, Jawa Barat. Ia adalah anak dari R.H Natamihardja, yang merupakan seorang pensiunan mantri bank. Kala itu, sang ayah menginginkan Popo dewasa berprofesi sebagai seorang arsitek. Popo Iskandar memang gagal menjadi arsitek tapi ia merupakan seorang sarjana matematika. Di masa selanjutnya ia juga seorang master dalam bidang seni lukis. Pada masa revolusi, Popo bergabung dengan organisasi TRIP. Ia menamatkan pendidikan SMP nya di pengungsian.

Ketertarikan Popo pada dunia lukis sudah ada sejak dia masih kecil. Minat ini semakin menjadi karena pengrauh Angkama, kakaknya yang berprofesi sebagai guru gambar di HIS. Sang kakak lah yang awalnya membimbing dan mengarahkan Popo dalam dunia gambar dan lukis. Popo mulai mendalami seni lukis saat Indonesia masih dibawah jajahan Jepang. Hingga akhirnya pada saat beranjak dewasa, ia banyak mendapat bimbingan dari pelukis terkenal Indonesia saat itu, Barli Samitawinata dan Hendra Gunawan.

Dari warna dan gaya lukisan Popo, Hendra Gunawan memberikan pengaruh yang lebih besar. Itu dikarenakan ia memang lebih dekat secara emosional dengan Hendra karena merasa Hendra lebih pandai bergaul, terbuka dan memiliki selera humor yang menyenangkan. Bersama kedua guru pembimbingnya ini, Popo sering keluar masuk perkampungan di Bandung untuk mencari inspirasi dalam melukis. Hingga akhirnya Popo pun mengalami perkembangan dalam karya lukis nya dan menemukan gaya lukisannya sendiri.

Popo pernah mendalami pendidikan formal seni lukis dan tamat pada tahun 1958 dari jurusan seni rupa. Skripsi yang awalnya hanya sebagai syarat kelulusan yang dibuat oleh Popo, akhirnya ia juga membuat esai dan kritik dan dimuat di majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya (Yogyakarta). Dalam perkembangannya, Ries Mulder juga pernah memberikan pengaruh kepada gaya lukis Popo. Ries Mulder adalah seorang dosen berkebangsaan Belanda yang saat itu mengajar di jurusan Seni Rupa, dimana gaya lukisnya berkiblat pada mahzab kubisme dan abstrak. Tapi sesungguhnya pengaruh Hendra Gunawan dengan gaya realisme nya masih sangat kuat pada gaya lukisan Popo.

Popo adalah pelukis yang dikenal sebagai ‘pelukis kucing’, dikarenakan ia suka menjadikan kucing sebagai objek lukisannya. Kucing yang ia lukis bergaya ekspresionis dan minimalis, dengan sentuhan cat yang tebal dan memiliki tekstur. Alasan mengapa ia suka melukis kucing pernah ia utarakan semasa masih hidup “Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi ia penurut. Karena sifat itulah saya menyukai kucing.”

Tak hanya kucing yang sering ia jadikan sebagai objek. Binatang lain dengan beragam motif juga sering ia lukis seperti bebatuan, lautan, perkebunan, ayam, anjing, dll. Saat ia melukis kucing, ia cenderung melukiskan kegarangan, kelucuan, dan daya magis yang dilihat dari kucing. Saat melukis lautan, ia menggambarkan dengan suasana yang tenang, menyejukkan mata, jauh dan juga ganas. Untuk pengelompokkan karya lukisnya, sama dengan pelukis lainnya, karya Popo juga bisa dibagi ke dalam beberapa periode, seperti periode jambangan bunga, periode perkebunan bambu, periode lautan, dll.

Popo Iskandar sering menggelar pameran lukisan baik tunggal maupun bersama-sama kawan seprofesinya. Ia tak hanya mengadakan pameran di dalam negri saja, ia juga pernah mengadakan pameran di luar negri. Contohnya pada tahun 1976, Popo mengadakan pameran tunggal di Den Haag Belanda. Tahun 1960, Popo dipercaya untuk menjadi ketua BPB Kiwari Bandung yang saat itu aktif mengadakan diskusi dan menggelar pertunjukan seni tradisional. Selanjutnya pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi anggota Akademi Jakarta, yang memiliki tugas untuk menyusun calon anggota Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam bidang kebudayaan kepada Gubernur Jakarta. Pada tahun 1980, Popo Iskandar memdapatkan penghargaan Anugerah Seni.

Pada saat peringatan 70 tahun umur maestro lukis Indonesia, Affandi, Popo ditugaskan untuk menulis sebuah buku tentang Affandi yang berisi kehidupan dan karya-karya Affandi. Buku ini selesai pada tahun 1977 dengan judul, Affandi: Suatu Jalan Baru dalam Realisme, yang diterbitkan di Jakarta. Popo juga menjadi salah satu anggota tim untuk menyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia pada tahun 1982 dan diterbitkan oleh Direktorat Kebudayaan Depdikbud. Seni Lukis Indonesia pra-persegi juga merupakan salah satu karyanya yang lain.

Lukisan-lukisan karya Popo Iskandar banyak dikoleksi dan dijadikan sebagai hiasan untuk rumah-rumah modern dengan gaya minimalis. Karya-karya nya juga sering mendapatkan apresiasi baik dari pengamat dalam maupun luar negri.

Karya-karya Popo Iskandar

Selama hidup dan berkarya, Popo Iskandar telah menghasilkan banyak lukisan. Berikut beberapa lukisan kaya Popo Iskandar:

  • Ayam. Lukisan ini berukuran 48 cm x 61 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1995 dan merupakan salah satu masterpiece dari seorang Popo Iskandar.
  • Bulan diatas Bukit. Lukisan ini berukuran 95 cm x 80 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1996 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Kucing. Lukisan ini berukuran 113 cm x 82 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1989 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Two panthers and red sunset. Lukisan ini berukuran 100 cm x 145 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1996 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Bunga. Lukisan ini berukuran 70 cm x 65 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini tergolong karya masterpiece.
  • Cat. Lukisan ini berukuran 75 cm x 95 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1994yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Mother and Child. Lukisan ini berukuran 100 cm x 80 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1975 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Young leopard. Lukisan ini berukuran 70 cm x 75 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1998 yang juga tergolong karya masterpiece.

Wafatnya Popo Iskandar

Pada tanggal 29 Januari 2000, Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya dalam dunia lukis. Popo Iskandar yang wafat di Rumah Sakit St. Boromeus menjadikan suasana UPI Bandung menjadi hening dan berduka karena telah kehilangan salah satu pengajar terbaiknya.

Berita kematian pelukis sekaligus pendidik ini dimuat di Surat Kabar Pikiran Rakyat dalam bentuk salam terakhir dan juga menceritakan sedikit tentang kisah hidup Popo Iskandar sebagai penutup. Sang pencinta kucing kini telah tiada, tapi kucing-kucing dua dimensinya akan tetap ada.

The post Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Basuki Abdullah, Pelukis Realis dan Naturalis https://haloedukasi.com/biografi-basuki-abdullah Thu, 17 Mar 2022 06:33:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27394 Jika Italia punya Leonardo Da Vinci, Indonesia juga punya legenda seni lukis. Salah satunya adalah Basuki Abdullah. Meski karyanya tak seagung Mona Lisa dan The Last Super yang terkenal ke seluruh penjuru dunia, tapi lukisan-lukisan nya telah menghiasi Istana Negara. Maestro lukis Indonesia ini telah berkali-kali memenangkan kontes lukis baik dalam maupun luar negri. Berikut kita akan membahas sosok Basuki Abdullah […]

The post Biografi Basuki Abdullah, Pelukis Realis dan Naturalis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Basuki Abdullah

Jika Italia punya Leonardo Da Vinci, Indonesia juga punya legenda seni lukis. Salah satunya adalah Basuki Abdullah. Meski karyanya tak seagung Mona Lisa dan The Last Super yang terkenal ke seluruh penjuru dunia, tapi lukisan-lukisan nya telah menghiasi Istana Negara. Maestro lukis Indonesia ini telah berkali-kali memenangkan kontes lukis baik dalam maupun luar negri. Berikut kita akan membahas sosok Basuki Abdullah mulai dari kelahiran, karya-karyanya hingga wafat.

Kelahiran Basuki Abdullah

Basuki Abdullah yang terlahir dengan nama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah, lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Kota Surakarta Jawa Tengah. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini sangat cocok untuk mendeskripsikan darah seni yang didapat oleh Basuki Abdullah.

Abdullah Suryosubro, seorang pelukis dan penari adalah ayah dari Basuki Abdullah sedangkan kakeknya adalah Doktor Wahidin Sudirohusodo yang tak lain adalah salah satu tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia era 1900-an.

Bakat melukis Basuki sudah tampak sejak ia berumur empat tahun. Pada saat itu Basuki sudah melukis beberapa tokoh ternama dunia seperti Mahatma Gandhi, Krishnamurti dan Yesus Kristus.

Masa Remaja dan Masa Dewasa Basuki Abdullah

Basuki Abdullah menempuh pendidikan di HIS (Hollands Inlandsche School) Katolik dan MULO (Meer Ultgebried Lager Onderwijs) Katolik kota Solo. Selanjutnya pada tahun 1933, Basuki mendapatkan beasiswa ke kota Den Haag Belanda untuk mempelajari bidang seni di Akademik Seni Rupa (Accademie Voor Beeldende Kunsten).

Ia berhasil menyelesaikan study nya di kampus tersebut dalam waktu tiga tahun dan memperoleh penghargaan Royal International of Art. Setelah itu Basuki pernah beberapa kali ikut serta dalam program studi banding bidang seni ke sekolah-sekolah di Prancis dan Italia.

Pelukis beraliran realisme dan naturalisme ini pernah tergabung dalam Gerakan Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang tanggal 19 Maret 1943. tak jauh dari keahliannya, di organisasi ini Basuki diamanahkan untuk mengajar seni lukis. Kusnadi, seorang pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia dan Zaini, seorang pelukis impresionisme adalah dua orang yang pernah menjadi murid Basuki Abdullah.

Selain Gerakan Pusat Tenaga Rakyat, Basuki juga tergabung dan berperan aktif di Pusat Kebudayaan milik Pemerintah Jepang yang bernama Keimin Bunka Sidhosjo. Di dalamnya juga tergabung tokoh-tokoh besar bidang seni Indonesia lainnya seperti Affandi , S. Sudjojono, Otto Jaya dan Basuki Resobawo yang juga merupakan para maestro seni lukis Indonesia.

Salah satu prestasi Basuki Abdullah adalah ia memenangkan sayembara melukis yang digelar di Amsterdam Belanda dalam rangka penobatan Ratu Yuliana. Dalam sayembara tersebut, sekitar 87 pelukis handal Eropa juga ikut berpartisipasi, tapi pada akhirnya Basuki lah yang memenangkannya.

Sejak kemenangan Basuki di sayembara tersebut, perlahan ia mulai dikenal dunia sebagai pelukis handal dari Indonesia. Tak jarang ia mendapatkan kesempatan untuk mengelilingi Eropa untuk memperdalam seni lukis dengan berkunjung ke Italia dan Prancis yang merupakan permukiman para pelukis kelas dunia.

Selera lukisan Basuki cenderung berdasarkan hasil potret realita dengan menambahkan efek-efek supaya terlihat lebih menarik. Melukis para tokoh dunia juga salah satu keahliannya, dimana hasilnya memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan aslinya.

Imajinasi lukis Basuki Abdullah sangat baik dalam menggambar wanita-wanita cantik yang tak jarang dilukis dengan menonjolkan keindahan tubuh mereka. Basuki memiliki teknik realis yang sangat kuat. Kemampuannya dalam melukis alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan suasana bertema perjuangan juga tidak usah diragukan lagi. Oleh karena itulah ia dijuluki pelukis dengan aliran realis dan naturalis.

Semasa hidupnya, Basuki Abdullah berkali-kali mengadakan pameran lukisan tunggal, baik di Indonesia maupun luar negri. Basuki pernah mengadakan pameran di Bangkok, Belanda, Jepang, Malaysia dan banyak negara lainnya. Tak kurang 22 negara di dunia yang mengoleksi lukisan karya Basuki Abdullah. Ia banyak menghabiskan hidupnya dengan tinggal dan menetap di luar negri sepeti di Thailand selama beberapa tahun. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Indonesia karena dipanggil oleh Istana, ditawarkan untuk menjadi pelukis di Istana Merdeka. Lukisannya bahkan menghiasi dinding Istana Negara.

Karya-karya Basuki Abdullah

Berikut adalah beberapa karya lukis dari Basuki Abdullah, yaitu:

  • Dalam Sinar Bulan. Lukisan ini berukuran 80 cm x 120 cm dengan medium oil on canvas.
  • DR. Ir. Soekarno Presiden RI. Lukisan ini berukuran 149 cm x 94 cm dengan medium oil on canvas.
  • Gatut Kaca dengan Anak-Anak Arjuna. Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on canvas.
  • Jaka Tarub. Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on canvas.
  • Pantai Flores. Lukisan ini berukuran 117 cm x 180cm dengan medium oil on canvas.
  • Pemandangan. Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on canvas.
  • Peperangan antara Gatutkaca dan Antasena. Lukisan ini berukuran 200 cm x 300 cm dengan medium oil on canvas.
  • Nyai Loro Kidul. Lukisan ini berukuran 159 cm x 120 cm dengan medium oil on canvas.
  • Lady with Kebaya. Lukisan ini berukuran 113 cm x 76 cm dengan medium oil on canvas.

Lukisan karya Basuki Abdullah pada tahun 1971 juga menjadi salah satu lukisan yang paling terkenal dengan judul “Kakak dan Adik”. Lukisan ini berukuran 65 cmx 79 cm dengan media cat minyak pada kanvas (oil on canvas). Pada lukisan ini, terlihat jelas penguasaan teknik realis yang dimiliki Basuki. Gambar kakak yang sedang menggendong adiknya ini serasa mengandung drama kehidupan ditambah dengan pencahayaan dari samping.

Basuki menggambarkan figur kakak beradik ini seolah dalam perjalanan yang sunyi.  Mereka memiliki ekspresi wajah yang jernih tapi dengan tatapan mata yang kosong. Hal yang ingin disampaikan Basuki dalam lukisan ini adalah rasa empati, kasih sayang dan kemanusiaan.

Wafatnya Basuki Abdullah

Tak hanya karya-karya lukis dari Basuki Abdullah yang menarik perhatian banyak orang. Kisah kematiannya pun tak kalah mengejutkan publik. Basuki meninggal karena dibunuh pada penghujung tahun 1993 tepatnya pada tanggal 5 November 1993. Basuki ditemukan tak bernyawa di kediamannya di daerah Pondok Labu Kota Jakarta Selatan.

Motif pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pria berumur 23 tahun berinisial AMD ini adalah perampokan. Orang dalam yaitu tukang kebun Basuki Abdullah bekerja sama dengan AMD untuk melakukan perampokan di kediaman sang maestro lukis itu. Tak disangka, saat melancarkan aksinya dua pelaku tersebut dipergoki oleh Basuki.

Tanpa pikir panjang, mereka langsung memukul kepalanya berkali-kali hingga akhirnya meninggal. Setelah itu pelaku tetap melanjutkan aksi mereka dengan mengambil beberapa barang seperti jam tangan, kamera dan uang asing.

Hanya butuh empat hari bagi kepolisian untuk menangkap dan memproses para perampok tersebut hingga masing-masing mendapatkan hukuman yang berat karena telah membuat Indonesia kehilangan salah satu putra terbaik dengan cara yang tragis. Sungguh akhir yangmenyedihkan bagi orang yang telah mengharumkan nama Indonesia bahkan ke kancah Internasional.

The post Biografi Basuki Abdullah, Pelukis Realis dan Naturalis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Frida Kahlo, Sang Pelukis Meksiko yang Mendunia https://haloedukasi.com/biografi-frida-kahlo Thu, 17 Mar 2022 06:15:26 +0000 https://haloedukasi.com/?p=27729 Kelahiran dan Masa Kecil Frida Kahlo Frida Kahlo de Rivera yang memiliki nama lengkap Magdalena Carmen Frieda Kahlo y Calderon adalah seorang pelukis berkebangsaan Meksiko yang lahir pada tanggal 6 Juli 1907 di Coyoacan, Meksiko. Ia merupakan blasteran Jerman dan Spanyol. Ayahnya bernama Guillermo Kahlo dan Ibunya Matilde Calderin y Gonzales. Frida adalah anak ketiga […]

The post Biografi Frida Kahlo, Sang Pelukis Meksiko yang Mendunia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Biografi Frida Kahlo, Sang Pelukis Meksiko yang Mendunia

Kelahiran dan Masa Kecil Frida Kahlo

Frida Kahlo de Rivera yang memiliki nama lengkap Magdalena Carmen Frieda Kahlo y Calderon adalah seorang pelukis berkebangsaan Meksiko yang lahir pada tanggal 6 Juli 1907 di Coyoacan, Meksiko. Ia merupakan blasteran Jerman dan Spanyol. Ayahnya bernama Guillermo Kahlo dan Ibunya Matilde Calderin y Gonzales.

Frida adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pada saat usia Frida tiga tahun, terjadi peristiwa penting di Meksiko yaitu Revolusi Meksiko tahun 1910. Saat Frida menginjak usia enam tahun, ia divonis menderita penyakit folio yang menyebabkan kaki kanannya menjadi lebih kecil daripada kaki sebelah kiri. Supaya tidak jelas terlihat oleh orang lain, Frida sering menggunakan rok panjang.

Masa Remaja dan Dewasa Frida Kahlo

Saat Frida berusia 15 tahun ia menempuh pendidikan di salah satu sekolah utama di Meksiko bernama Preparatoria. Disinilah Frida kembali menyaksikan perjuangan bersenjata, kekerasan dan pertumpahan darah akibat dari Revolusi Meksiko yang berkelanjutan setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1910. Pada tahun 1925 saat Frida berusia 18 tahun, ia harus menjadi korban kecelakaan bus yang mengakibatkan dirinya harus menjalani serangkaian operasi medis hingga 30 kali selama ia hidup.

Untuk mengisi waktu dalam masa pemulihan dirinya, Frida pun mempelajari hal-hal tentang seni, membaca dan melukis secara otodidak. Lukisan pertamanya pada tahun 1926 menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek.

Ia melukis dirinya yang mengenakan gaun beludru, gambar nya cukup abstrak namun dapat dilihat lukisan ini memiliki aliran realisme. Alasan Frida menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek lukisannya karena dia merupakan subjek yang paling dia kenal.

Sang ayah pun sangat mendukung minat Frida terhadap dunia lukis. Ia meminjamkan beberapa kuas dan cat minyak serta membuatkan alat bantu khusus agar Frida tetap bisa melukis karyanya meski kesulitan untuk duduk. Ia seringkali melukis dan mempelajari seni dengan posisi terbaring. Setelah Frida kembali sehat, ia pun bergabung dengan PMC (Partai Komunis Meksiko) yang mempertemukannya dengan Diego Rivera, seorang muralis.

Pada tahun 1929, Frida menikah dengan Rivera yang juga membuat perubahan dalam gaya lukisnya. Ciri khas lukisannya menggunakan hiasan bunga di kepala, memakai gaus Tehuana tradisional, perhiasan emas dan paduan blus longgar dengan bawahan rok panjang.

Pada tahun 1931, lukisannya berjudul Frieda and Diego Rivera yang ia buat saat perjalanan ke Amerika Serikat pun rampung. Pada tahun 1932, saat sedang di rumah sakit akibat mengalami pendarahan pasca keguguran, Frida melukis karya berjudul My Birth yang menggambarkan wanita yang sedang dalam posisi melahirkan yang sata itu masih tabu untuk disaksikan.

Pada tahun 1938, Frida bertemu dengan seniman bernama Andre Breton. Pertemuannya dengan Breton memberikan dampak sangat besar pada perkembangan karir melukis Frida. Di tahun ini juga Frida berpartisipasi dalam sebuah pameran besar yang diadakan di Kota New York, Amerika Serikat. Dalam pameran ini, lebih dari sepuluh dari total dua puluh lima lukisannya berhasil terjual. Pada pameran ini Frida bertemu dengan seorang editor majalah terkenal Clare Boothe Luce dan akhirnya mereka mengadakan kerja sama.

Frida dan Rivera memutuskan bercerai pada tahun 1939 akibat kedua belah pihak sama-sama melakukan perselingkuhan. Frida berselingkuh dengan dua pria sekaligus dan juga seorang wanita. Sedangkan Rivera berselingkuh dengan adik perempuan Frida yang bernama Cristina.

Pada tahun perceraiannya ini Frida menghasilkan beberapa lukisan termasuk lukisan terkenal berjudul The Two Fridas. Pada lukisan tersebut ia menggambarkan dirinya dalam sosok anak kembar sedang bergandengan tangan dengan masing-masing sosok mewakili sisi yang berlawanan dari seorang Frida Kahlo.

Pada tahun 1940, ia dan mantan suaminya, Rivera memutuskan untuk menikah kembali. Tapi meski sudah yang kedua kali, kondisi rumah tangga mereka masih dipenuhi gejolak-gejolak seperti yang terdahulu. Pada tahun ini juga Frida ikut ambil bagian dalam “Pameran Internasional Surealis” yang digelar di Galeria de Arte. Pada pameran ini ia membawa dua karyanya yaitu The Wounded Table dan The Two Fridas.

Pada tahun 1943, Frida diangkat menjadi Profesor lukisan di Sekolah Seni Rupa, La Esmeralda. Pada tahun 1940-an ini, kesehatan Frida mulai memburuk, namun ia tetap melukis berbagai potret dari dirinya yang selalu ia gambarkan sebagai sosok dengan tatapan teguh dan tabah. Penggambaran yang konsisten seperti inilah yang membuat Frida semakin dikenal.

Dalam kurun waktu 1940 hingga 1950-an, Frida seringkali harus keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan. Frida menggelar pameran tunggal pertamanya pada tahun 1953 yang juga sekaligus menjadi pameran tunggal terakhirnya. Ia hanya sekali menggelar pameran tunggal selama hidup.

Karya-karya Frida Kahlo

Berikut adalah beberapa lukisan terkenal Frida Kahlo:

  • The Two Fridas ( Dua Frida)
    Lukisan ini dibuat pada tahun 1939 dengan media cat minyak di atas kanvas. Subjek dari lukisan berukuran 174 cm x 173 cm ini adalah dirinya sendiri dan dinaggap sebagai karya terbaiknya. Dalam lukisan ini ia menggambarkan dua Frida dengan sisi yang berbeda dengan membandingkan dirinya saat sebelum dan sesudah bercerai dengan suaminya, Rivera. Sebelah kanan adalah Frida Meksiko dengan memakai pakaian Tehuana. Sebelah kiri adalah Frida Eropa yang memakai gaun pegantin Victoria yang memiliki renda.
  • Frieda and Diego Rivera
    Lukisan ini dibuat oleh Frida pada tahun 1931 selang dua tahun setelah ia menikah dengan suaminya, Diego Rivera. Subjek lukisan itu tak lain adalah Frida dan Rivera. Lukisan ini dibuat dengan cat minyak di atas kanvas.
  • Self Portrait as a Tehuana
    Lukisan berukuran 61 cm x 76 cm dilukis dengan media cat minyak di atas kanvas. Self Portrait as Tehuana ini mulai dilukis oleh Firda pada bulan Agustus tahun 1940 saat ia bercerai dengan Rivera. Lukisan ini berhasil dirampungkan pada tahun 1943. Lukisan yang mengekspresikan bagaimana ia mencintai dan tidak bisa melupakan Rivera meski telah berselingkuh dengan wanita lain inijuga dikenal dengan nama Diego in My Thoughts dan Thinking of Diego.
  • The Wounded Deer
    Lukisan Frida Kahlo yang satu ini dibuat pada tahun 1946 dengan media cat minyak di atas kanvas. Lukisan berukuran 30 cm x 22 cm ini juga dikenal dengan nama Little Deer. Frida memberikan lukisan ini kepada teman dekatnya Linda sebagai hadiah pernikahannya dengan Arcady Boitler. Karya ini dibuat oleh Frida setelah menjalani operasi tulang belakang di Amerika Serikat .

Akhir Hayat Frida Kahlo

Pada pameran tunggal pertamanya, kondisi kesehatan Frida makin menurun hingga ia pun hanya bisa terbaring di atas tempat tidur dan datang ke pamerannya menggunakan ambulan. Hingga akhirnya Frida Kahlo meninggal dunia pada tanggal 13 Juli1954 di La Casa Azul, Meksiko dalam usia 47 tahun.

Adapun penyebab kematian Frida adalah emboli paru. Sekarang, lokasi itu dijadikan Museum yang memamerkan seluruh barang-barang pribadi Frida, yaitu Museum Frida Kahlo yang berlokasi di kota Meksiko.

Pada tahun 2002, Julie Taymor menyutradarai sebuah film yang diangkat dari kisah Frida dengan judul yang sama dengan namanya dan film ini menjadi satu dari enak nominasi dalam ajang Academy Awards. Pada tahun 1983, sebuah buku berjudul Frida: A Biography of Frida Kahlo karangan Hayden Herrera pun diterbitkan. Buku ini berisikan masa kecil, karir, kecelakaan, percintaan dan akhir hayat sang seniman potret diri.

The post Biografi Frida Kahlo, Sang Pelukis Meksiko yang Mendunia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>