Silvikultur - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/silvikultur Thu, 22 Jun 2023 03:02:37 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Silvikultur - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/silvikultur 32 32 Hubungan Silvika dan Silvikultur https://haloedukasi.com/hubungan-silvika-dan-silvikultur Thu, 22 Jun 2023 03:02:34 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43850 Silvika dan silvikultur adalah dua konsep yang saling terkait dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Silvika adalah ilmu yang mempelajari karakteristik dan sifat-sifat pohon, sedangkan silvikultur adalah praktik pengelolaan hutan yang mencakup pemilihan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan pohon. Tujuan keduanya memperoleh hasil hutan yang berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai hubungan antara silvika dan silvikultur. […]

The post Hubungan Silvika dan Silvikultur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Silvika dan silvikultur adalah dua konsep yang saling terkait dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Silvika adalah ilmu yang mempelajari karakteristik dan sifat-sifat pohon, sedangkan silvikultur adalah praktik pengelolaan hutan yang mencakup pemilihan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan pohon. Tujuan keduanya memperoleh hasil hutan yang berkelanjutan.

Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai hubungan antara silvika dan silvikultur.

1. Pengetahuan Silvika sebagai Dasar Silvikultur

Silvika memberikan dasar pengetahuan tentang karakteristik pohon, seperti kebutuhan lingkungan, kecepatan pertumbuhan, siklus hidup, dan kualitas kayu yang dihasilkan.

Informasi ini digunakan dalam praktik silvikultur untuk memilih spesies pohon yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan tujuan pengelolaan hutan.

Pengetahuan silvika juga membantu dalam merencanakan strategi pemeliharaan, pemangkasan, dan perlindungan terhadap hama dan penyakit.

2. Implementasi Praktik Silvikultur Berdasarkan Pengetahuan Silvika

Pengetahuan silvika digunakan dalam merancang dan melaksanakan praktik silvikultur yang tepat. Informasi tentang siklus hidup dan pertumbuhan pohon membantu dalam menentukan waktu yang tepat untuk penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

Selain itu, pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi pohon membantu dalam pemupukan yang tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan pohon.

3. Pemantauan dan Evaluasi Hasil Silvikultur dengan Pengetahuan Silvika

Selama pelaksanaan silvikultur, pengetahuan silvika digunakan untuk memantau dan mengevaluasi hasil yang dicapai. Informasi tersebut meliputi

  • Pertumbuhan
  • Kualitas kayu, dan
  • Respons terhadap tindakan silvikultur digunakan untuk mengukur keberhasilan praktik pengelolaan hutan.

Jika diperlukan, penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pengetahuan silvika untuk meningkatkan hasil dan efisiensi silvikultur.

4. Penelitian Silvika untuk Pengembangan Praktik Silvikultur

Penelitian dalam bidang silvika berkontribusi pada pengembangan praktik silvikultur yang lebih baik. Studi yang dilkaukan adalah :

  • Respons pohon terhadap perubahan iklim
  • Adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, dan
  • Penyebaran benih dapat memberikan pemahaman yang lebih baik untuk meningkatkan praktik pengelolaan hutan.

Pengetahuan silvika yang diperoleh dari penelitian juga digunakan dalam pengembangan model dan simulasi untuk merencanakan praktik silvikultur yang lebih efektif.

5. Pemulihan dan Rehabilitasi Ekosistem dengan Silvika dan Silvikultur

Ketika ekosistem hutan mengalami kerusakan atau degradasi, pengetahuan silvika dan silvikultur berperan penting dalam pemulihan dan rehabilitasi. Pengetahuan silvika digunakan untuk memilih spesies pohon yang cocok untuk memulihkan ekosistem yang rusak.

Sedangkan praktik silvikultur yang tepat diterapkan untuk memastikan regenerasi yang sukses. Pengetahuan tentang respons pohon terhadap faktor lingkungan membantu dalam merancang strategi pemulihan yang efektif.

Dalam rangka mencapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan, silvika dan silvikultur saling melengkapi. Pengetahuan silvika menjadi dasar untuk merencanakan praktik silvikultur yang tepat, sementara implementasi silvikultur memberikan umpan balik dan informasi yang digunakan untuk pengembangan pengetahuan silvika.

Kolaborasi antara silvika dan silvikultur memungkinkan pengelola hutan untuk memanfaatkan sumber daya hutan secara efisien, menjaga keanekaragaman hayati, dan mempromosikan regenerasi dan pemulihan ekosistem yang sehat.

Dengan kata lain, silvika dan silvikultur saling melengkapi dalam upaya untuk mengelola hutan secara berkelanjutan. Silvika menyediakan dasar pengetahuan tentang tanaman dan lingkungan, sedangkan silvikultur menerapkan pengetahuan tersebut untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan secara efektif dan berkelanjutan.

The post Hubungan Silvika dan Silvikultur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Silvika dan Silvikultur : Pengertian, Tujuan, Aspek, Perbedaan, dan Contohnya https://haloedukasi.com/silvika-dan-silvikultur Fri, 16 Jun 2023 09:16:09 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43849 Note : Dalam praktek sehari-hari, penggunaan istilah silvika lebih umum di beberapa negara, seperti Prancis dan Jerman, sedangkan silvikultur lebih sering digunakan di negara-negara berbahasa Inggris. Namun, pada dasarnya keduanya merujuk pada konsep yang sama dalam pengelolaan hutan. Silvika Silvika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin silvus yang berarti hutan atau hutan belantara. Secara […]

The post Silvika dan Silvikultur : Pengertian, Tujuan, Aspek, Perbedaan, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Note :

Dalam praktek sehari-hari, penggunaan istilah silvika lebih umum di beberapa negara, seperti Prancis dan Jerman, sedangkan silvikultur lebih sering digunakan di negara-negara berbahasa Inggris. Namun, pada dasarnya keduanya merujuk pada konsep yang sama dalam pengelolaan hutan.

Silvika

Silvika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin silvus yang berarti hutan atau hutan belantara. Secara umum, silvika mengacu pada ilmu dan praktik pengelolaan hutan. Dalam konteks ini, silvika mencakup berbagai aspek, mulai dari pemeliharaan dan pelestarian hutan hingga pemanenan dan pemanfaatan sumber daya hutan.

Tujuan dan aspek silvika

Pengelolaan hutan dalam bidang silvika melibatkan penelitian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pengelolaan hutan.

Tujuan silvika

Tujuan-tujuan tersebut dapat beragam, seperti :

  • Meningkatkan produksi kayu
  • Melindungi keanekaragaman hayati
  • Mempertahankan fungsi hidrologi
  • Meningkatkan kualitas lingkungan, dan
  • Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat.

Aspek silvika

Dalam praktek silvika, berbagai aspek yang penting termasuk :

  • Inventarisasi hutan
  • Penilaian kondisi hutan
  • Pemilihan jenis pohon yang tepat untuk penanaman
  • Penanaman dan perawatan pohon
  • Pengendalian hama dan penyakit
  • Pemilihan metode pemanenan yang tepat
  • Pengelolaan lahan setelah pemanenan, dan
  • Evaluasi keberhasilan dari tindakan-tindakan pengelolaan hutan.

Silvika juga melibatkan pemahaman tentang siklus hidup pohon, interaksi antara pohon dengan lingkungan sekitarnya, dan prinsip-prinsip ekologi yang terkait dengan keberlanjutan pengelolaan hutan. Selain itu, silvika juga berhubungan dengan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan pengelolaan hutan, seperti hak-hak masyarakat adat, kepentingan industri kayu, dan penilaian dampak lingkungan.

Penerapan prinsip-prinsip silvika yang baik dan berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya hutan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam banyak negara, praktik silvika didasarkan pada peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk memastikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Dengan demikian, silvika adalah ilmu dan praktik yang berfokus pada pengelolaan hutan dengan tujuan untuk mempertahankan, memperbaiki, dan memanfaatkan sumber daya hutan secara berkelanjutan, melindungi keanekaragaman hayati, serta memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi manusia.

Contoh Silvika

Berikut adalah beberapa contoh praktik dalam bidang silvika.

1. Inventarisasi Hutan

Melakukan survei dan pencatatan data tentang jenis pohon, usia, diameter batang, kualitas kayu, serta informasi lainnya tentang komposisi dan kondisi hutan. Inventarisasi hutan penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang sumber daya hutan dan perencanaan pengelolaan yang efektif.

2. Pemilihan Spesies Pohon

Memilih jenis pohon yang tepat untuk ditanam berdasarkan kondisi tanah, iklim, tujuan pengelolaan, dan kebutuhan lokal. Pemilihan yang tepat akan meningkatkan kemungkinan kesuksesan pertumbuhan dan produktivitas pohon.

3. Penanaman dan Perawatan Pohon

Kegiatan penanaman bibit pohon di hutan dan perawatan yang diperlukan seperti penyiraman, pemangkasan, dan pemupukan untuk memastikan pertumbuhan yang baik dan kesehatan pohon.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit yang dapat merusak pohon. Hal tersebut mencakup pengamatan, pemantauan, penggunaan agen pengendali hayati, dan penggunaan pestisida jika diperlukan.

5. Penjarangan

Menghilangkan beberapa pohon yang tidak diinginkan atau tidak produktif dari suatu hutan untuk memberikan ruang dan sumber daya yang cukup bagi pohon yang lebih bernilai ekonomi atau ekologis untuk tumbuh dengan lebih baik.

6. Memanen Kayu

Melakukan pemanenan pohon secara selektif atau berkelanjutan dengan memperhatikan ukuran, kualitas, dan kebutuhan pasar kayu. Pemanenan yang tepat dapat memastikan keberlanjutan produksi kayu dan kesehatan hutan.

7. Peremajaan Hutan

Memulihkan dan memperbaharui hutan setelah pemanenan dengan menanam kembali bibit pohon baru atau membiarkan regenerasi alami terjadi. Peremajaan hutan penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya hutan dan memulihkan fungsi ekologi hutan.

8. Evaluasi Dampak Lingkungan

Mengevaluasi dampak kegiatan silvika terhadap lingkungan, seperti perubahan habitat, kualitas air, dan keanekaragaman hayati. Evaluasi tersebut membantu dalam mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif dan mempromosikan keberlanjutan lingkungan.

Contoh-contoh tersebut hanya beberapa dari banyak praktek yang dilakukan dalam silvika. Praktek silvika yang tepat harus mempertimbangkan keunikan setiap hutan, tujuan pengelolaan, dan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Silvikultur

Silvikultur merupakan cabang ilmu kehutanan yang berfokus pada pengelolaan dan pemeliharaan hutan dengan tujuan mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas pohon serta memaksimalkan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial dari sumber daya hutan.

Istilah silvikultur berasal dari bahasa Latin, yaitu silva yang berarti hutan, dan cultura yang berarti budidaya atau pengelolaan. Silvikultur melibatkan serangkaian prinsip dan praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Tujuan aspek silvikultur

Tujuan utama dari silvikultur adalah :

  • Mencapai kelestarian hutan dan menjaga fungsi-fungsi ekosistem
  • Memenuhi kebutuhan manusia seperti produksi kayu, perlindungan lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, pelestarian air, dan nilai sosial masyarakat.

Aspek silvikultur

Beberapa aspek penting dalam silvikultur meliputi.

  • Penanaman dan peremajaan.

Kegiatan pemilihan spesies pohon yang tepat untuk kondisi dan tujuan tertentu, metode penanaman yang efektif, serta peremajaan hutan melalui tindakan seperti penjarangan dan pembersihan hutan.

  • Pemeliharaan dan perawatan.

Terdiri dari pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta tindakan perawatan lainnya untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan pohon yang optimal.

  • Pemanenan dan riset.

Melibatkan penentuan waktu dan metode pemanenan yang tepat, penilaian potensi produksi kayu, serta penelitian dan pemantauan untuk terus meningkatkan pemahaman dan praktik silvikultur.

  • Regenerasi hutan.

Mencakup pemulihan dan peremajaan hutan setelah pemanenan melalui berbagai metode seperti penanaman kembali, penyiapan lahan, regenerasi alami, atau kombinasi dari beberapa pendekatan tersebut.

  • Pemilihan genetik.

Memilih bibit atau benih dengan karakteristik genetik yang diinginkan untuk meningkatkan pertumbuhan, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan tertentu.

  • Pengelolaan lingkungan.

Memperhatikan dampak kegiatan silvikultur terhadap lingkungan, termasuk pemeliharaan kualitas tanah, perlindungan sumber air, konservasi keanekaragaman hayati, dan mitigasi perubahan iklim.

Silvikultur merupakan pendekatan ilmiah dalam pengelolaan hutan yang memadukan pengetahuan tentang ekologi pohon, interaksi antara pohon dengan lingkungannya, serta prinsip-prinsip keberlanjutan.

Dengan menerapkan silvikultur yang baik, diharapkan hutan dapat dikelola secara berkelanjutan untuk jangka panjang, sehingga memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Contoh Silvikultur

Berikut merupakan beberapa contoh praktik silvikultur yang umum dilakukan dalam pengelolaan hutan.

1. Penjarangan Selektif

Penjarangan selektif dilakukan dengan menghilangkan beberapa pohon yang tidak diinginkan atau tidak produktif dari suatu hutan. Tujuannya adalah memberikan ruang dan sumber daya yang cukup bagi pohon yang lebih bernilai ekonomi atau ekologis untuk tumbuh dengan lebih baik.

2. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan dengan menghapus bagian pohon seperti cabang atau ranting yang tidak diinginkan. Ini membantu mempromosikan pertumbuhan dan pembentukan kayu yang lebih baik pada pohon yang tetap berdiri.

3. Penanaman Kembali

Penanaman kembali adalah tindakan untuk menggantikan pohon yang ditebang dengan menanam bibit baru. Metode tersebut memastikan regenerasi dan peremajaan hutan secara berkelanjutan.

4. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma melibatkan penghapusan atau pengendalian tumbuhan liar yang dapat bersaing dengan pohon yang ingin ditanam atau dipelihara. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pohon kesempatan yang lebih baik untuk tumbuh dengan meminimalkan persaingan sumber daya seperti air, nutrisi, dan cahaya matahari.

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberikan nutrisi tambahan kepada pohon melalui aplikasi pupuk ke tanah atau pohon secara langsung. Hal itu membantu meningkatkan pertumbuhan, produktivitas, dan kesehatan pohon.

6. Perlindungan Hama dan Penyakit

Perlindungan hama dan penyakit melibatkan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit yang dapat merusak atau mengancam kesehatan pohon. Praktek tersebut bisa melibatkan penggunaan pestisida, pengaturan lingkungan yang lebih baik, atau pemilihan spesies pohon yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

7. Pengaturan Siklus Pemanenan

Pengaturan siklus pemanenan dilakukan dengan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan dalam hutan. Hal itu dapat melibatkan rotasi pemanenan yang ditentukan berdasarkan siklus pertumbuhan pohon, usia pohon, atau ukuran pohon yang diinginkan.

Praktek silvikultur yang tepat akan sangat tergantung pada kondisi lokal, tujuan pengelolaan hutan, dan jenis hutan yang dikelola. Selain itu perlu memperhatikan keberlanjutan ekonomi, ekologi, dan sosial serta mengikuti prinsip-prinsip kelestarian sumber daya hutan.

Perbedaan Silvika dan Silvikultur

Silvika dan silvikultur merujuk pada konsep dan praktek yang sama dalam pengelolaan hutan. Istilah silvika dan silvikultur seringkali digunakan secara bergantian dan serupa dalam konteks pengelolaan hutan.

Perbedaan antara silvika dan silvikultur sebenarnya tidak signifikan atau substansial. Keduanya merujuk pada disiplin ilmu dan praktik pengelolaan hutan yang berfokus pada pertumbuhan, pemeliharaan, dan pemanenan pohon untuk mencapai tujuan ekonomi, ekologi, dan sosial yang berkelanjutan.

Berikut perbedaan antara silvika dan silvikultur adalah sebagai berikut.

1. Definisi

Silvika secara umum mengacu pada ilmu dan praktik pengelolaan hutan secara luas, termasuk aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Silvika mencakup pemahaman tentang hutan secara menyeluruh, sementara silvikultur lebih berfokus pada praktik pengelolaan dan pemeliharaan hutan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Ruang Lingkup

Silvika merupakan bidang yang lebih luas, mencakup berbagai aspek pengelolaan hutan seperti konservasi, penelitian, perencanaan, dan pemanfaatan sumber daya hutan. Selain itu silvikultur merupakan cabang khusus dalam silvika yang terkait langsung dengan praktik pengelolaan pohon dan hutan.

3. Tujuan

Silvika menekankan pada tujuan-tujuan umum pengelolaan hutan yang meliputi aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Tujuan-tujuan tersebut dapat bervariasi, seperti :

  • Produksi kayu yang berkelanjutan
  • Pelestarian keanekaragaman hayati
  • Perlindungan ekosistem, atau pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat.

Silvikultur lebih berfokus pada mencapai pertumbuhan dan produktivitas pohon yang optimal serta memaksimalkan manfaat ekonomi dari hutan.

4. Praktek dan Metode

Silvika melibatkan pemahaman konseptual dan pengetahuan tentang ekologi hutan, sementara silvikultur lebih berfokus pada penerapan praktek-praktek konkrit dalam pengelolaan hutan. Silvikultur melibatkan praktik seperti penanaman pohon, pemeliharaan, pemangkasan, perlindungan hama dan penyakit, pemanenan, dan regenerasi hutan.

5. Pendekatan

Silvika seringkali bersifat lebih analitis dan konseptual, melibatkan studi ilmiah, penelitian, dan perencanaan kebijakan pengelolaan hutan. Silvikultur melakukan pendekatan yang lebih praktis dan terapan, dengan fokus pada implementasi dan pengelolaan langsung dari pohon dan hutan.

Meskipun terdapat perbedaan antara silvika dan silvikultur, keduanya saling terkait dan saling melengkapi dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Silvikultur merupakan salah satu aspek yang penting dalam praktek silvika yang lebih luas.

The post Silvika dan Silvikultur : Pengertian, Tujuan, Aspek, Perbedaan, dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Silvikultur: Pengertian – Tujuan dan Sistemnya https://haloedukasi.com/silvikultur Wed, 10 Feb 2021 04:14:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=21092 Negara Indonesia memiliki hutan yang luas dan tersebar di beberapa wilayah yang berada di Indonesia. Hutan merupakan cagar alam yang harus dilindungi agar keberadaannya masih tetap ada hingga generasi selanjutnya. Cara menjaga atau memelihara hutan dapat kita sebut sebagai silvikultur. Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai silvikultur mulai dari pengertian hingga beberapa kegiatan […]

The post Silvikultur: Pengertian – Tujuan dan Sistemnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Negara Indonesia memiliki hutan yang luas dan tersebar di beberapa wilayah yang berada di Indonesia. Hutan merupakan cagar alam yang harus dilindungi agar keberadaannya masih tetap ada hingga generasi selanjutnya.

Cara menjaga atau memelihara hutan dapat kita sebut sebagai silvikultur. Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai silvikultur mulai dari pengertian hingga beberapa kegiatan dari sistem silvikultur ini.

Apa itu Silvikultur?

Silvikultur merupakan seni dalam pembentukan dan pemeliharaan hutan dengan tujuan tertentu tanpa meninggalkan aspek ekonominya. Silvikultur difokuskan pada terhadap perawatan tegakan hutan agar tetap produktif.

Silvikultur adalah kegiatan pengendalian proses permudaan, pertumbuhan, komposisi, kesehatan dan kualitas hutan agar dapat mencapai aspek ekonomi dan ekologi yang diharapkan.

Tujuan Silvikultur

  • Tujuan dari silvikultur yaitu sebagai pembangunan dan pemeliharaan hutan dan menghasilkan beberapa produk barang.
  • Sebagai kawasan perlindungan sumber daya alam hayati.
  • Mengatur struktur tegakan dari pohon pohon yang ada di hutan.
  • Mengubah ekosistem menjadi suatu ekosistem yang baru dan sebagian tetap dibiarkan alami.
  • Proteksi hama dan penyakit yang ada di hutan.
  • Pelestarian ekosistem tanah dan terbentuknya lahan hutan.
  • Menentukan pilihan teknologi agar bisa merombak hutan itu sendiri dan berguna untuk mendapatkan bahan baku kayu.
  • Pengendalian pertumbuhan suatu tanaman dan tergantung dari keadaan ruang tumbuh.
  • Pengendalian rotasi, dimulai dari penanaman, pemeliharaan, penjarangan, panen dan dimulai kembali dari pemanenan.
  • Mengatur kerapatan dari tegakan, jika tegakan rapat maka diameter kecil da melambat sehingga memacu pertumbuhan.

Dasar Silvikultur

  • Silvikultur harus dilakukan dengan baik dan sifatnya menguntungkan.
  • Silvikultur harus bisa menganalisis tegakan pohon dan keadaan ekonimi masyarakat sekitar.
  • Silvikultur berkaitan dengan sosial ekonomi dan administrasi.
  • Silvikultur merupakan ilmu pengetahuan biologi dan ilmu pengetahuan ekologi.
  • Konflik ekologi, administrasi, ekonomi harus dapat diselesaikan.

Kedudukan Silvikultur

  • Bekerja sama dengan faktor tanah dan iklim.
  • Dapat memilih dan menentukan pilihan dalam penerapan Silvikultur.
  • Silvikultur seperti agronomi di pertanian.
  • Silvikultur berkaitan dengan dengan fisiologi, perlindungan hutan, ilmu tanah dan silvika.
  • Silvikultur membuktikan kebenaran formal dan ide baru di lapangan.
  • Silvikultur dengan metode yang tepat di dalam kegiatan pengelolaan.

Faktor-faktor Silvikultur

Faktor silvikultur terbagi menjadi 3 jenis yaitu faktor lingkungan Biotik, faktor lingkungan Abiotik dan Faktor Fisiografis.

Faktor Lingkungan Biotik

  • Biasanya faktor lingkungan biotik terjadi dikarenakan campur tangan dari manusia.
  • Reaksi yang terjadi terhadap adanya ruang tumbuh atau persaingan.
  • Interrelasi diantara tumbuhan.
  • Interrelasi diantara tumbuhan dan hewan hewan serta terutama efek dari hewan.

Faktor Lingkungan Abiotik

  • Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dari tanaman yang tergantung pada intensitas cahaya, panjang gelombang, kualiyas dan periodisitasnya.
  • Lamanya penyinaran dapat memberikan pengaruh pada vegetatif dan pembungaan.
  • Panjang gelombang dapat memberikan pengaruh pada proses lainnya disamping terhadap intensitas.
  • Variasi di dalam salah satu sifat ini dapat memberikan perubahan pada kuantitas dan kualitas dari pertumbuhan.
  • Sumber energi yang utama dari tumbuhan adalah sinar dari matahari.
  • Energi matahari mencapai permukaan bumi sebagai gelombang elektromagnetis.

Faktor Fisiografis

Adanya hutan hutan sebagian besar ditentukan oleh faktor edafis, klimatis dan fisiografis. Hal tersebut dapat memberikan efek yaitu konfigurasi bumi, lereng pada permukaan tanah dan ketinggian.

Iklim setempat berlawanan dengan iklim umum yang digunakan untuk mempelajari tanah dalam hubungannya dengan vegetasi hutan.

Tahapan dalam Silvikultur

  • Kontrol
    Kegiatan kontrol dalam silvikultur merupakan aktivitas mengamati dan menganalisa apakah suatu hutan diperlukan tindakan silvikultur atau tidak. Selain itu pertimbangan dari ekonomi juga harus diperhatikan agar biaya yang dikeluarkan nantinya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
  • Fasilitasi
    Kegiatan silvikulturasi atau budidaya hutan dilaksanakan setelah melakukan kegiatan kontrol. Diantara jenis kegiatan dari fasilitasi yaitu tindakan penyiangan, pemberian pupuk, pemangkasan dan lainnya.
  • Perlindungan
    Sebuah perlindungan sangat diperlukan supaya tanaman hutan tidak terkena penyakit, terutama hama dengan cara melakukan pencegahan dan juga perlindungan.
  • Fungsi Penyelamatan
    Untuk menghilangkan beberapa macam gangguan yang terjadi di dalam hutan di perlukan fungsi penyelamatan.

Sistem Silvikultur

Ada beberapa sistem silvikultur yang dikenal dan diterapkan di Indonesia yaitu Tebang Pilih Tanam Indonesia, Tebang Pilih Tanam Jalur, Tebang Rumpang dan Tebang Habis Permudaan Buatan.

Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

Sistem ini merupakan cara silvikultur yang meliputi penebangan dan permudaan hutan. Sistem silvikultur ini perpaduan dari dari beberapa cara tebang pilih lainnya. Pada pelaksanaannya, sistem silvikultur ini didasari pada hal hal berikut ini:

  • Menggunakan teknik silvikultur yang sesuai dengan tipe tumbuhan, hutan dan kondisi ekologi.
  • Keuntungan dari pengusahaan hutan dan pengawasan yang efektif dan efisien.
  • Asas kelestarian hutan memiliki tujuan agar kelestarian hutan guna produksi dan ekosistem yang ada di dalamnya.

Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)

Sistem silvikultur yang satu ini wajib dilakukan penanaman tanaman pengayaan pada area bekas dari jalur penebangan dengan jarak tanam antar jalur 25 meter dan jarak tanam antar pohon 5 meter.

Dibandingkan dengan TPTI, TPTJ memiliki kelebihan yaitu lebih terjaminnya produktivitas hutan dikarenakan mekanisme kontrol yang lebih mudah untuk dilakukan dan lebih optimal.

Tebang Rumpang (TR)

TR merupakan pemanenan yang dilakukan berdasarkan pada kelompok pohon di dalam bentuk rumpang yaitu bentuk terbuka. Tujuan dari sistem TR ini yaitu untuk meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan yang tidak seumur melalui cara tebang kelompok.

Selain itu, ruang tubuh di dalam rumpang juga dimanfaatkan sebagai peningkatan setiap pertumbuhan agar menghasilkan produksi yang berkelanjutan nantinya.

Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)

Sistem ini terdiri dari cara penebangan dan cara permudaan kembali. Biasanya sistem ini digunakan untuk keperluan industri pada hutan tanaman.

Sistem ini memiliki keunggulan yaitu terciptanya THPB dengan kualitas yang tinggi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kehutanan.

Contoh Kegiatan Silvikultur

  • Peremajaan Hutan
    Yaitu usaha untuk memperbaiki tegakkan hutan dengan cara menanam pepohonan yang baru. Hal ini dilakukan untuk kepadatan tegakan pada sebuah pohon yang dipilih berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh.
  • Perawatan Hutan
    Terdapat 3 cara dalam perawatan hutan yaitu pengayaan, penipisan dan pemangkasan.
    • Pengayaan
      Pengayaan yaitu meningkatkan kepadatan pada tegakan hutan dengan cara menanam di hutan yang sudah tumbuh.
    • Penipisan
      Penipisan yaitu pengendalian jumlah pohon di area tertentu. Misalnya yaitu dengan cara menebang pohon yang tumbuhnya tiak normal sehingga akan memberikan ruang pada pohon lain agar kondisinya tetap sehat.
    • Pemangkasan
      Pemangkasan yaitu pemotongan cabang terendah dari pohon yang hasilnya tidak produktif di dalam proses fotosintesis dan dapat mencegaj perkembangan kayu.

The post Silvikultur: Pengertian – Tujuan dan Sistemnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>