sistem ekskresi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sistem-ekskresi Fri, 15 Dec 2023 07:56:06 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico sistem ekskresi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sistem-ekskresi 32 32 5 Tahap Pembentukan Urin dalam Sistem Ekskresi https://haloedukasi.com/tahap-pembentukan-urin-dalam-sistem-ekskresi Sun, 10 Dec 2023 05:29:41 +0000 https://haloedukasi.com/?p=47015 Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh manusia yang bertanggung jawab untuk menghilangkan zat-zat sisa dan kelebihan air dari darah, membantu menjaga keseimbangan internal, dan mempertahankan kondisi lingkungan internal yang sesuai bagi sel-sel tubuh. Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra adalah bagian-bagian utama dari sistem ekskresi. Selanjutnya, urin memiliki peran krusial dalam sistem ekskresi sebagai hasil […]

The post 5 Tahap Pembentukan Urin dalam Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh manusia yang bertanggung jawab untuk menghilangkan zat-zat sisa dan kelebihan air dari darah, membantu menjaga keseimbangan internal, dan mempertahankan kondisi lingkungan internal yang sesuai bagi sel-sel tubuh.

Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra adalah bagian-bagian utama dari sistem ekskresi. Selanjutnya, urin memiliki peran krusial dalam sistem ekskresi sebagai hasil akhir dari proses pemurnian darah di ginjal.

Ginjal menyaring darah untuk mengeluarkan zat-zat sisa dan kelebihan air, setelah itu membentuk urin. Urin kemudian mengalir melalui sistem kemih, termasuk ureter, kandung kemih, dan uretra, sebelum dikeluarkan dari tubuh.

Dengan zat-zat sisa tersebut, urin membantu menjaga keseimbangan internal tubuh dan mengeliminasi zat berbahaya yang dapat mengganggu fungsi organ dan sistem tubuh lainnya. Selain itu, beberapa penyakit yang memengaruhi sistem ekskresi, terutama pembentukan urin meliputi gagal ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, glomerulonefritis, polikistik ginjal, diabetes nefropati, dan hipertensi.

Dengan melakukan pendeteksian sejak dini dan manajemen yang tepat dapat berpengaruh untuk mencegah komplikasi serius serta menjaga kesehatan sistem ekskresi. Oleh karena itu, perlunya untuk menjaga kesehatan sistem ekskresi.

Sistem ekskresi ginjal melibatkan beberapa langkah utama dalam proses pembentukan urin yaitu sebagai berikut.

1. Filtrasi Awal di Glomerulus

Proses pembentukan urin di ginjal diawali dengan filtrasi di glomerulus. Glomerulus adalah jaringan pembuluh darah kecil di dalam ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring darah. Pada tahap itu, tekanan darah mendorong plasma darah ke dalam sistem tubulus ginjal, meninggalkan sel-sel darah dan protein-protein besar di dalam pembuluh darah.

Zat-zat yang terlarut, seperti air, gula, garam, dan limbah lainnya, difiltrasi dari darah ke dalam ruang tubulus ginjal. Zat-zat tersebut bersama-sama membentuk apa yang disebut filtrat ginjal atau urin awal. Setelah proses filtrasi, langkah selanjutnya melibatkan reabsorpsi dan sekresi di dalam sistem tubulus ginjal.

Tubulus ginjal berfungsi untuk menyaring dan mengembalikan zat-zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah serta menambahkan zat-zat tambahan ke dalam urin. Proses tersebut berkontribusi pada pembentukan urin yang akhirnya dikeluarkan dari tubuh. 

2. Melakukan Reabsorpsi di Tubulus Proksimal

Proses pembentukan urin melibatkan tahap reabsorpsi di tubulus proksimal ginjal. Setelah filtrasi di glomerulus, zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh, seperti glukosa, air, elektrolit, dan nutrisi penting lainnya, diserap kembali ke dalam peredaran darah melalui dinding tubulus proksimal.

Tubulus proksimal memiliki banyak pembuluh darah kapiler, dan proses reabsorpsi tersebut memungkinkan penyerapan kembali zat-zat penting ke dalam darah sehingga tidak ikut diekskresikan dalam urin. Proses reabsorpsi tersebut merupakan langkah penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Sebagai bagian dari sistem tubulus ginjal, tubulus proksimal berperan besar dalam mengoptimalkan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan, sementara zat-zat berlebih atau limbah yang tidak diperlukan tetap bergerak menuju tahap selanjutnya dalam pembentukan urin.

3. Proses Sekresi di Tubulus Distal

Proses pembentukan urin juga melibatkan tahap sekresi di tubulus distal ginjal. Setelah proses reabsorpsi di tubulus proksimal, tubulus distal berperan dalam menambahkan zat-zat tambahan ke dalam urin. Proses sekresi terjadi ketika zat-zat tertentu, seperti asam urat, amonia, dan obat-obatan tertentu, disekresi atau ditambahkan ke dalam urin dari darah melalui dinding tubulus distal. 

Sekresi membantu mengontrol keseimbangan asam-basa dan menghilangkan zat-zat berlebih atau senyawa beracun yang mungkin masih ada dalam sirkulasi darah. Semua itu adalah langkah terakhir dalam penyaringan dan modifikasi cairan yang berakhir dengan pembentukan urine yang siap dikeluarkan dari tubuh.

4. Pembentukan Urin

Tahap terakhir dalam proses pembentukan urin adalah pembentukan urin itu sendiri. Setelah melalui tahap filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus proksimal, dan sekresi di tubulus distal, sisa filtrat yang telah dimodifikasi dan disaring mengalir melalui tubulus ginjal.

Di bagian itu, zat-zat yang tidak dibutuhkan atau berlebihan, termasuk limbah dan senyawa lainnya, telah dihilangkan atau ditambahkan sesuai kebutuhan tubuh. Cairan yang tersisa, yang merupakan urin kemudian mengalir ke pelvis ginjal.

Selanjutnya masuk ke dalam kandung kemih untuk sementara waktu disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Pembentukan urin melibatkan serangkaian proses kompleks yang membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta mengeluarkan limbah dan zat-zat yang tidak diperlukan.

5. Proses Ekskresi

Setelah proses pembentukan urin di ginjal, tahap selanjutnya adalah proses ekskresi. Ekskresi adalah proses pengeluaran urin atau limbah dari tubuh ke lingkungan eksternal. Urin yang telah terbentuk dalam ginjal mengalir dari pelvis ginjal ke ureter, kemudian ke kandung kemih untuk sementara disimpan.

Ketika kandung kemih penuh, sinyal saraf menginduksi rasa ingin buang air kecil. Pada saat itu, otot-otot kandung kemih berkontraksi, membuka katup di uretra, dan urin diekskresikan keluar dari tubuh melalui uretra. Jadi, proses ekskresi adalah tahap terakhir dalam siklus pembentukan dan eliminasi urin dari tubuh manusia.

Proses tersebut membantu menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan bahan kimia dalam tubuh, serta mengeluarkan limbah dan zat-zat yang tidak diperlukan. Ginjal juga berperan dalam mengatur tekanan darah dan memproduksi hormon-hormon yang memengaruhi produksi sel darah merah dan keseimbangan kalsium dalam tubuh.

Proses pembentukan urin sangat penting bagi tubuh manusia, karena berperan dalam menjaga keseimbangan internal tubuh dengan mengeluarkan zat-zat sisa, kelebihan air, dan elektrolit. Proses tersebut juga membantu mengatur tekanan darah, keseimbangan asam-basa, dan menjaga konsentrasi zat-zat yang vital dalam darah. Tanpa pembentukan urin yang efektif, zat-zat sisa berbahaya dapat menumpuk dalam tubuh, menyebabkan masalah kesehatan serius.

The post 5 Tahap Pembentukan Urin dalam Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Fungsi Ginjal dalam Sistem Ekskresi https://haloedukasi.com/fungsi-ginjal-dalam-sistem-ekskresi Tue, 05 Dec 2023 05:31:55 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46899 Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang berperan penting dalam menyaring darah untuk menghasilkan urin. Fungsi utamanya melibatkan penyaringan zat-zat berlebih, limbah, dan senyawa beracun dari darah, serta menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan tekanan darah dalam tubuh. Ginjal juga terlibat dalam pembentukan hormon dan berbagai proses metabolik yang mendukung fungsi tubuh secara keseluruhan. Oleh karena […]

The post 5 Fungsi Ginjal dalam Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang berperan penting dalam menyaring darah untuk menghasilkan urin. Fungsi utamanya melibatkan penyaringan zat-zat berlebih, limbah, dan senyawa beracun dari darah, serta menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan tekanan darah dalam tubuh.

Ginjal juga terlibat dalam pembentukan hormon dan berbagai proses metabolik yang mendukung fungsi tubuh secara keseluruhan. Oleh karena itu, pentingnya menjaga kesehatan ginjal ditekankan melalui gaya hidup sehat, seperti minum cukup air, menjaga tekanan darah dan gula darah, serta mengonsumsi diet seimbang. Pencegahan dan perawatan dini dapat membantu mencegah masalah ginjal yang lebih serius.

Berikut merupakan fungsi ginjal dalam sistem ekskresi.

1. Mengatur Tekanan Darah

Ginjal memainkan peran kunci dalam mengatur volume darah. Dengan mengontrol jumlah air yang direabsorpsi atau diekskresikan dalam proses pembentukan urin, ginjal dapat mempengaruhi volume darah total dalam tubuh.

Pengaturan kadar natrium dan kalium dalam tubuh oleh ginjal memengaruhi tekanan osmotik. Osmolaritas darah yang diatur dengan baik membantu menjaga tekanan darah. Selanjutnya ginjal menghasilkan renin, suatu enzim yang memulai serangkaian perubahan hormon yang pada akhirnya menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah.

Dengan mengontrol volume darah, komposisi elektrolit, dan aktivitas hormon-hormon terkait, ginjal berperan penting dalam menjaga tekanan darah dalam rentang yang normal untuk mendukung fungsi tubuh yang optimal.

2. Menjaga Keseimbangan Elektrolit

Ginjal mengatur keseimbangan natrium dengan menyesuaikan jumlah yang direabsorpsi atau diekskresikan dalam proses pembentukan urin. Keseimbangan natrium penting untuk menjaga tekanan darah dan volume darah.

Ginjal juga memainkan peran dalam pengaturan keseimbangan kalium dengan menyesuaikan jumlah kalium yang diekskresikan dalam urin. Keseimbangan kalium yang tepat penting untuk fungsi normal otot dan jantung serta mempengaruhi keseimbangan klorida dalam tubuh dengan mengatur jumlah yang diekskresikan.

Meskipun sebagian besar kalsium diatur oleh hormon paratiroid dan kalsitonin, ginjal juga berkontribusi dalam mengatur keseimbangan kalsium dengan cara menyesuaikan jumlah yang direabsorpsi. Karena mengontrol elektrolit tersebut, ginjal membantu menjaga keseimbangan cairan, fungsi otot dan saraf, serta mendukung berbagai proses fisiologis dalam tubuh.

3. Mengatur pH dalam Tubuh

Ginjal dapat mengeluarkan asam (H+) atau basa bikarbonat (HCO3-) dalam urin, tergantung pada kebutuhan tubuh. Jika tubuh terlalu asam, ginjal akan mengeluarkan lebih banyak asam. Sebaliknya, jika tubuh terlalu basa, ginjal akan mengeluarkan lebih banyak basa.

Ginjal menyerap kembali bikarbonat, suatu senyawa basa, untuk membantu menetralkan kelebihan asam dalam darah. Maka dari itu, ginjal membantu menjaga pH darah dalam kisaran normal (sekitar 7,35 hingga 7,45). Keseimbangan pH yang tepat esensial untuk berbagai fungsi biologis, termasuk kerja enzim, transportasi zat-zat melalui membran sel, dan homeostasis tubuh secara keseluruhan.

4. Produksi Eritropoietin

Fungsi ginjal dalam sistem ekskresi juga melibatkan produksi eritropoietin. Eritropoietin adalah hormon yang dihasilkan oleh ginjal dan berperan dalam merangsang produksi sel darah merah (eritrosit) dalam sumsum tulang.

Ginjal mendeteksi kadar oksigen dalam darah. Ketika ginjal mendapatkan sinyal bahwa kadar oksigen dalam darah rendah, misalnya karena kurangnya oksigen yang diangkut oleh sel darah merah, mereka merespons dengan meningkatkan produksi eritropoietin.

Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal memasuki darah dan mencapai sumsum tulang. Di sana, eritropoietin merangsang produksi dan pematangan eritrosit (sel darah merah). Dengan meningkatkan jumlah sel darah merah, tubuh dapat meningkatkan kapasitasnya untuk mengangkut oksigen, membantu mengatasi kondisi rendah oksigen dalam darah.

5. Detoksifikasi

Meskipun ginjal tidak melakukan detoksifikasi sebagaimana yang dilakukan oleh hati, tetapi ginjal tetap berperan dalam eliminasi zat-zat berbahaya dari tubuh melalui pembentukan dan pengeluaran urin. Melalui proses tersebut, ginjal membantu menjaga tubuh dari akumulasi zat beracun yang dapat membahayakan kesehatan serta menjadi bagian penting dari fungsi ekskresi dan menjaga homeostasis dalam tubuh manusia.

The post 5 Fungsi Ginjal dalam Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Sistem Ekskresi Chordata https://haloedukasi.com/sistem-ekskresi-chordata Sat, 14 Oct 2023 21:27:58 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46041 Chordata merupakan filum dalam kerajaan hewan yang mencakup beragam organisme, termasuk vertebrata (hewan bertulang belakang) dan invertebrata (hewan tanpa tulang belakang). Chordata mencakup beragam organisme, mulai dari ikan hingga manusia, dan memiliki keragaman besar dalam kelompok vertebrata. Chordata juga menjadi salah satu filum hewan yang memiliki ciri-ciri unik dan beragam organisme dalam kelompoknya, dan itu […]

The post 4 Sistem Ekskresi Chordata appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Chordata merupakan filum dalam kerajaan hewan yang mencakup beragam organisme, termasuk vertebrata (hewan bertulang belakang) dan invertebrata (hewan tanpa tulang belakang). Chordata mencakup beragam organisme, mulai dari ikan hingga manusia, dan memiliki keragaman besar dalam kelompok vertebrata.

Chordata juga menjadi salah satu filum hewan yang memiliki ciri-ciri unik dan beragam organisme dalam kelompoknya, dan itu mencakup manusia. Contoh hewan chordata meliputi ikan, katak, burung, ular, gajah, anjing, kucing dan manusia. Semua hewan tersebut memiliki ciri khas, termasuk notokord (pada tahap perkembangan awal), saluran saraf dorsal, dan sistem pencernaan lengkap.

Sistem ekskresi

Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menghilangkan produk sisa metabolisme dan zat-zat berlebih yang tidak diperlukan oleh tubuh. Fungsi utama sistem ekskresi adalah menjaga keseimbangan internal, menghilangkan racun, dan mempertahankan kondisi lingkungan internal yang optimal.

Organ-organ utama dalam sistem ekskresi termasuk ginjal, hati, paru-paru, dan kulit, yang berperan dalam proses penghilangan limbah dan zat berbahaya dari tubuh. Pada manusia, organ utama yang terlibat dalam sistem ekskresi adalah ginjal.

Ginjal memfilter darah untuk mengeluarkan zat-zat beracun dan sisa metabolisme dalam bentuk urin. Sistem ekskresi pada chordata, termasuk vertebrata, melibatkan beberapa organ dan struktur utama yang berperan dalam menghilangkan produk sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan internal.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sistem ekskresi pada chordata salah satunya yaitu lingkungan, seperti suhu dan kelembaban, dapat mempengaruhi jumlah keringat yang dihasilkan oleh kulit dan keseimbangan cairan dalam tubuh serta asupan cairan tubuh.

Kebutuhan cairan tubuh dan asupan air juga memengaruhi sistem ekskresi. Dehidrasi dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi dalam urin, sementara konsumsi air yang cukup akan menghasilkan urin yang lebih encer.

Berikut, sistem ekskresi pada chordata.

1. Ginjal

Ginjal adalah organ penting dalam sistem ekskresi hewan karena berperan dalam pengelolaan dan penyaringan limbah-limbah metaboli seperti urea, kreatinin, dan produk-produk sisa lainnya dari darah. Ginjal berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, volume darah, dan tekanan darah dalam tubuh hewan.

Selain itu, ginjal juga membantu dalam pengaturan kadar air dalam tubuh dengan menghasilkan urin. Proses trsebut sangat penting untuk menghilangkan kelebihan air dan zat-zat berbahaya dari tubuh. Dengan demikian, ginjal membantu menjaga kondisi lingkungan dalam tubuh agar tetap seimbang dan optimal.

Tanpa ginjal yang berfungsi dengan baik, tubuh hewan tidak dapat menghilangkan limbah-limbah dan menjaga homeostasis yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Secara keseluruhan, fungsi ginjal sangat penting dalam menjaga keseimbangan internal tubuh dan menghilangkan produk sisa metabolisme.

Untuk hewan chordata, seperti vertebrata, ginjal adalah organ vital yang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan dan fungsi tubuh.

2. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ penting dalam sistem ekskresi hewan karena berperan dalam proses pertukaran gas. Dalam proses ini, paru-paru mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida, yang merupakan produk limbah metabolisme.

Oksigen yang diambil oleh paru-paru penting untuk respirasi seluler, sementara karbon dioksida yang dikeluarkan harus dikeluarkan dari tubuh untuk menjaga keseimbangan pH dan menjaga fungsi tubuh yang optimal. Dengan kata lain, paru-paru membantu mengatur keseimbangan gas dalam tubuh hewan, yang merupakan aspek kunci dalam sistem ekskresi.

Produk sisa metabolisme seperti urea, amonia, dan senyawa lainnya dihilangkan dari tubuh melalui organ-organ lain dalam sistem ekskresi, seperti ginjal, hati, dan kulit. Paru-paru tidak memiliki peran langsung dalam penghilangan produk sisa metabolisme tersebut.

Sebaliknya, membantu menjaga keseimbangan gas dalam tubuh dengan menghilangkan karbon dioksida yang dihasilkan selama metabolisme.

3. Kulit

Kulit membantu dalam pengaturan suhu tubuh dengan menghilangkan air melalui proses evaporasi saat berkeringat. Bersamaan dengan air, kulit juga menghilangkan elektrolit, seperti natrium dan klorida. Hal itu membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

Kulit juga menghilangkan beberapa produk sisa metabolisme melalui keringat, termasuk urea dan asam laktat serta membantu membersihkan tubuh dari limbah yang tidak dibutuhkan. Keringat yang dikeluarkan oleh kulit menguap dari permukaan tubuh, membantu mendinginkan tubuh saat suhu lingkungan meningkat.

Selain itu juga menjadi salah satu cara untuk menjaga suhu tubuh dalam rentang yang aman. Meskipun ginjal dan hati adalah organ utama dalam sistem ekskresi yang bertanggung jawab untuk penghilangan produk sisa metabolisme, kulit juga berperan dalam penghilangan zat-zat tertentu dan pengaturan keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh.

4. Hati

Hati terlibat dalam proses metabolisme dan penguraian produk sisa metabolisme, seperti bilirubin, yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah. Bilirubin kemudian diekskresikan dalam empedu dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran pencernaan.

Kemudian, berperan dalam detoksifikasi, yaitu mengubah atau menghilangkan zat beracun dari tubuh. Ini melibatkan proses pemecahan senyawa berbahaya menjadi bentuk yang lebih aman untuk diekskresikan. Hati juga berfungsi sebagai penyimpanan nutrisi, termasuk glikogen, yang merupakan sumber energi yang dilepaskan saat tubuh membutuhkannya.

Hati tidak langsung terlibat dalam penghilangan produk sisa metabolisme melalui urin seperti ginjal, organ tersebut memiliki peran penting dalam penguraian zat sisa dan detoksifikasi dalam tubuh chordata.

Dengan demikian, sistem ekskresi pada hordata melibatkan organ-organ trsebut untuk menghilangkan produk sisa metabolisme, menjaga keseimbangan internal, dan menjaga kualitas lingkungan internal tubuh.

The post 4 Sistem Ekskresi Chordata appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Gangguan Sistem Ekskresi pada Manusia https://haloedukasi.com/gangguan-sistem-ekskresi-pada-manusia Fri, 07 Oct 2022 10:02:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38972 Sistem ekskresi pada manusia terdiri dari empat jenis yakni ginjal, hati, paru-paru dan kulit. Sistem ekskresi sendiri berguna untuk proses metabolism di dalam tubuh. Reaksi tubuh seperti keluar keringat oleh kulit merupakan salah satu contoh dari sistem eksresi. Setiap organ pada sistem ini tentunya memiliki peran penting tersendiri. Misalnya, ginjal membantu manusia dalam mengeluarkan urin, […]

The post Gangguan Sistem Ekskresi pada Manusia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem ekskresi pada manusia terdiri dari empat jenis yakni ginjal, hati, paru-paru dan kulit. Sistem ekskresi sendiri berguna untuk proses metabolism di dalam tubuh. Reaksi tubuh seperti keluar keringat oleh kulit merupakan salah satu contoh dari sistem eksresi.

Setiap organ pada sistem ini tentunya memiliki peran penting tersendiri. Misalnya, ginjal membantu manusia dalam mengeluarkan urin, hati berperan dalam mengeluarkan cairan empedu, paru-paru membantu untuk mengeluarkan gas karbondioksida serta kulit mengeluarkan keringat.

Namun keempat sistem ekskresi tersebut dapat mengalami gangguan apabila salah satu organ atau bagiannya rusak. Adapun macam-macam gangguan yang terjadi pada sistem ekskresi manusia adalah sebagai berikut:

Gangguan Sistem Ekskresi pada Ginjal

Berikut ini contoh gangguan pada sistem ekskresi ginjal:

Nefritis

nefritis

Gangguan pada sistem ekskresi ginjal pertama yaitu nefritis. Gangguan ini timbul karena ada kerusakan di glomerulus ginyal yang disebabkan oleh alergi racun kuman. Dengan kata lain, nefritis disebabkan oleh bakteri Streptococcus.

Nefron yang rusak akan menyebabkan urin masuk ke dalam darah semula dan penyerapan air juga akan terganggu. Hal ini menyebabkan kaki menjadi bengkak. Selain itu, gangguan ini dapat disembuhkan dengan pencangkokan ginjal atau cuci darah secara rutin.

Cuci darah tersebut biasanya dilakukan sampai penderita mendapatkan donor ginjal yang mempunyai kesesuaian antara jaringan dengan organ penderitanya.

Batu Ginjal

batu ginjal

Gangguan pada sistem ekskresi ginjal yang sering terjadi pada manusia adalah batu ginjal. Gangguan ini disebabkan oleh adanya pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal atau saluran kemih.

Selain itu, gangguan ini juga biasanya dipicu oleh asupan garam mineral yang terlalu banyak atau dapat disebabkan oleh kurang mengkonsumsi air putih. Parahnya, batu ginjal akan menyebabkan hidronefrosis yakni membesarnya salah satu ginjal yang disebabkan oleh urin yang tidak dapat dialirkan keluar tubuh.

Kondisi ini terjadi karena aliran ginjal yang tersumbat batu ginjal. Gangguan ini dapat diatasi dengan cara pembedahan dan sinar laser untuk memecah endapan garam kalsium.

Albuminuria

albuminuria

Albuminuria merupakan gangguan sistem ekskresi ginjal yang ditunjukkan dengan adanya molekul albumin dan protein lain di dalam urin. Albuminuria biasanya disebabkan oleh kerusakan pada alat filtrasi.

Kita dapat mencegah penyakit ini dengan meningkatkan asupan mineral yakni meminum air paling sedikit 8 gelas perharinya. Tidak hanya itu, kita juga harus berusaha supaya tidak mengkonsumsi hanya salah satu zat gizi saja dengan berlebihan.

Misalnya, makan makanan yang mengandung protein setiap hari atau dengan jumlah yang banyak. Dengan arti lain, asupan gizi yang dikonsumsi perlu dikelola secara seimbang.

Glukosuria

Penyakit glukosuria ini dapat dilihat dengan adanya kandungan di dalam urin. Glucosuria inilah yang sering disebut sebagai kencing manis. Glucosuria terjadi karena kondisi tubuh yang kekurangan hormone insulin, sedangkan nefron tidak dapat menyerap kelebihan glukosa tersebut.

Sehingga kelebihan glukosa tersebut dibuang bersamaan dengan urin. Untuk menyembuhkan glucosuria ini dapat dilakukan dengan suntikan insulin, asupan obat hipoglikemik orak dan juga melakukan diet sehat.

Gagal Ginjal

gagal ginjal

Gangguan sistem ekskresi pada ginjal selanjutnya yaitu gagal ginjal. Gangguan ini terjadi saat salah satu bagian ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik. Kondisi ini akan menyebabkan penimbunan cairan dan urea di dalam tubuh.

Penderitanya akan sering merasakan pembengkakan di area kaki atau bagian organ lainnya. Adapun cara mengobati gangguan gagal ginjal adalah dengan cara melakukan cuci darah atau pencangkokan ginjal.

Hematuria

hematuria

Gangguan sistem ekskresi pada ginjal selanjutnya adalah hematuria. Gangguan ini ditunjukkan dengan adanya sel darah merah di dalam urin. Hematuria biasanya disebabkan karena peradangan pada organ urinaria.

Selain itu, dapat pula disebabkan karena iritasi akibat gesekan batu ginjal. Adapun cara mengatasi penyakit hematuria adalah pengobatan atau pencegahan yang dilakukan dengan mengatasi akar penyakit yang menyebabkannya.

Gangguan Sistem Ekskresi pada Hati

Berikut ini contoh gangguan sistem ekskresi yang terjadi pada hati:

Hepatitis

hepatitis

Hepatitis adalah gangguan hati yang sangat sering diderita oleh manusia yang dikenal dengan sebutan radang hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus baik itu virus hepatitis A maupun virus hepatitis B. Namun jika penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis B ini dampaknya akan lebih berbahaya daripada virus hepatitis A.

Meskipun demikian, gangguan hepatitis dapat kita cegah dengaan melakukan vaksinasi, memastikan jarum untuk akupuntur, menghindari pemakaian alat-alat yang secara bergantian, menghindari aktivitas seks dengan berganti-ganti pasangan, dan juga menghindari dalam menerima donor darah yang tidak resmi.

Penyakit kuning

penyakit kuning

Gangguan ini biasanya disebabkan oleh saluran empedu yang tersumbat, sehingga menyebabkan cairan empedu tidak bisa dialirkan ke usus duabelas jari. Hal ini akan menyebabkan cairan embedu masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan warna kuning dalam darah. Gejala dari gangguan penyakit kuning dapat kita lihat dari bola mata, kulit dan kuku yang berubah menjadi warna kuning.

Kanker hati

kanker hati

Gangguan sistem ekskresi pada hati selanjutnya yaitu kanker hati yang muncul akibat perkembangan sel kanker di jaringan hati. Penyakit kanker hati yang sering diderita oleh kebanyakan orang yaitu Hepatocellullar carcinoma (HCC). Selain itu, HCC juga muncul karena ada komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, khususnya karena sirosis hati akibat hepatitis B, hepatitis C dan hemochromatosis.

Sirosis hati

sirosis hati

Penyakit ini dapat muncul sebagai dampak dari hepatitis B atau hepatitis C yang berkelanjutan. Sirosis hati dapat disebabkan karena keseringan minum alkohol, kekurangan salah satu zat gizi, atau karena penyakit lainnya yang menyebabkan saluran empedu menjadi tersumbat.

Sampai saat ini, masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan sirosis hati. Pengobatan dilakukan hanya untuk komplikasi yang terjadi saja. Misalnya, muntah atau buang air besar berupa darah, perut membesar, mata kuning dan juga koma hepatikum.

Kolestasis dan Jaundice

Kolestasis merupakan gangguan sistem ekskresi yang timbul akibat kegagalan produksi dan pengeluaran empedu. Jika terlalu lama menderita penyakit ini akan menyebabkan usus gagal dalam menyerap lemak serta vitamin (A, D, E dan K).

Selain itu, penyakit kolestasis juga akan menyebabkan penumpukan empedu bilirubin dan kolestrol di dalam hati. Jika di dalam sirkulasi darah mengalami kelebihan bilirubin dan terdiri penumpukan pigmen empedu serta membrane mukosa dan bola mata, maka kondisi seperti ini disebut dengan jaundice.

Jaundice ini ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit penderita menjadi berwarna kuning terang, warna urin menjadi lebih gelap dan warna feses menjadi lebih terang.

Perlemakan hati

perlemakan hati

Perlemakan hati terjadi karena terdapat penimbunan lemak yang melewati 5% dari seluruh total berat hati atau lebih dari separuh jaringan sel hati. Kondisi ini sering menimbulkan adanya kerusakan hati lanjutan (sirosis hati). Selain itu, dapat juga dipicu oleh kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Gangguan Sistem Ekskresi pada Paru-paru

Adapun contoh gangguan sistem ekskresi pada paru-paru sebagai berikut:

Asma

asma

Asma adalah penyakit paru-paru yang sering terjadi. Penyakit ini disebabkan karena penyempitan saluran pernapasan utama pada paru-paru. Gejala asma biasanya berupa sesak napas, namun penyakit ini tidak menular dan bersifat menurun. Tidak hanya itu, kondisi lingkungan yang kotor juga dapat memicu terjadinya asma.

Sampai saat ini, asma menjadi penyakit paru-paru yang belum bisa diobati tuntas. Pengobatan hanya bersifat untuk menghilangkan gejala di mana bisa kambuh kapan saja. Oleh sebab itu, untuk mencegah asma kambuh maka penderita perlu menghindari factor resiko seperti lingkungan yang terlalu dingin, polusi udara, dan sebagainya.

Pneumonia

pneumonia

Gangguan paru-paru selanjutnya adalah Pneumia yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur yang menginfeksi paru-paru terutama di wilayah alveolus. Penyakit pneumonia akan menyebabkan penderitanya sesak napas karena alveolus sudah dipenuhi oleh cairan.

Penyakit inilah yang sering kita sebut dengan paru-paru basah. Selain itu, pneumonia juga tidak bisa disembuhkan secara total, akan tetapi gejalanya dapat diobati dengan mengkonsumsi antibiotic.

Tuberculosis (TBC)

tuberculosis

TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC bisa menular melalui percikan yang keluar saat batuk. Selain itu, gejala yang terlihat bagi penderita TBC juga umumnya sama dengan gejala asma akan tetapi terkadang disertai batuk kering, batuk berdahak hingga batuk berdarah.

Untuk menghindari penularan, maka sebaiknya kita menghindari kontak dengan penderita TBC dan tidak memakai alat-alat yang sudah digunakan oleh penderitanya. Selain itu, kita juga dapat menghindari factor risikonya seperti udara yang tercemar, dan sebagainya.

Adapun pengobatan yang dapat dilakukan dengan mudah karena obat TBC telah disediakan oleh pemerintah. Kadang penderita juga harus menjalani karantina untuk mencegah penularan.

Bronkitis

bronkitis

Bronchitis merupakan peradangan yang terjadi di bronkus. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman, bakteri atau virus. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh debu, asap rokok serta polusi udara di mana bisa memicu timbulnya bronchitis.

Bronchitis yang disebabkan oleh bakteri atau kuman biasanya bisa diobati dengan cara mengkonsumsi antibiotic. Sedangkan jika bronchitis tersebut disebabkan oleh virus, maka dapat diberikan obat untuk meringankan gejala-gejala yang timbul. Untuk mencegahnya, kita perlu selalu menjaga atau meningkatkan imunitas tubuh dan penting pula untuk menghindari asap rokok.

Emfisema

emfisema

Gangguan sistem ekskresi pada paru-paru berikutnya adalah emfisema. Gangguan ini disebabkan karena elastisitas yang hilang pada alveolus. Penderita emfisema biasanya mempunyai paru-paru dengan ukuran yang lebih besar dari pada orang sehat pada umumnya.

Hal ini dikarenakan karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh, namun tertangkap di dalam paru-paru.  Selain itu, emfisema juga dapat disebabkan oleh asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin. Adapun salah satu cara mencegahnya yaitu dengan menghindari asap rokok dan tidak merokok.

Asbestosis

asbestosis

Asbestosis merupakan gangguan paru-paru yang terjadi karena penderita menghirup serat-serat asbes sehingga membentuk suatu jaringan perut yang luar di paru-paru. Tidak hanya itu, menghirup serat asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru.

Adapun pengobatan yang biasa dilakukan oleh penderita asbestosis adalah untuk mengurangi gejala-gejalanya. Cara pengobatannya yaitu dengan membuang lendir atau dahak yang terdapat di paru-paru. Bahkan jika kondisi sudah parah, kemungkinan dibutuhkan pencangkokan paru-paru.

Upaya untuk mencegah penyakit asbestosis dapat kita lakukan dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan tempat tinggal, tempat kerja dan sebagainya.

Gangguan Sistem Ekskresi pada Kulit

Berikut ini contoh gangguan-gangguan yang terjadi pada kulit:

Kurap

kurap

Kurap merupakan gangguan kulit yang menular. Penyakit ini disebabkan oleh jamur di mana gejalanya dapat dengan mudah dikenali yaitu terdapat bagian kasar di kulit dan dikelilingi oleh lingkaran merah muda.

Penyakit kurap bisa diobati dengan krim anti jamur yang mengandung mikonazol dan kloritomazol. Untuk mencegah kurap, kita hanya perlu menjaga kebersihan tubuh dan menghindari kontak langsung dengan penderita.

Panu

panu

Gangguan pada kulit lainnya adalah panu yang disebabkan oleh jamur. Gejala dari panu ini dapat dilihat dengan adanya bercak berwarna putih, coklat, atau merah yang tergantung pada warna kulitnya. Gejala tersebut disertai pula dengan gatal-gatal saat tubuh berkeringat.

Meskipun demikian, penyakit ini bisa kita cegah dengan menjaga kebersihan tubuh, tidak menggunakan handuk atau pakaian yang lembab sebab jamur lebih mudah berkembang, dan juga tidak memakai pakaian yang sudah digunakan oleh penderita panu.

Scabies

scabies

Scabies merupakan penyakit kulit yang menular. Penyakit ini ditandai dengan gatal-gatal sebagai gejalanya. Scabies juga sering timbul di area kulit yang lembab seperti ketiak, pantat, tangan, paha bahkan terkadang ada juga di antara sela jari. Namun scabies dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kulit dan lingkungan.

Biduran

biduran

Penyakit atau gangguan kulit lainnya adalah biduran yang ditandai dengan timbulnya bentol-bentol di kulit dan terkadang disertai dengan gatal. Biduran juga disebabkan karena alergi terhadap cuaca dingin atau makanan tertentu. Meski demikian, biduran dapat kita cegah dengan menghindari factor-faktor yang menjadi penyebab alergi tersebut.

Selain beberapa macam gangguan di atas, masih banyak gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem ekskresi manusia. Gangguan tersebut biasanya disebabkan oleh lingkungan yang tercemar, pola hidup yang tidak sehat serta keturunan.

The post Gangguan Sistem Ekskresi pada Manusia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Jenis Penyakit pada Sistem Ekskresi https://haloedukasi.com/jenis-penyakit-pada-sistem-ekskresi Wed, 25 Nov 2020 06:00:11 +0000 https://haloedukasi.com/?p=15814 Gangguan atau kerusakan organ dalam sistem ekskresi atau pengeluaran mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi fisiologis tubuh. Limbah dalam tubuh akan terakumulasi dan menghambat kerja organ tubuh lainnya. Berikut akan dipaparkan beberapa gangguan maupun penyakit yang terdapat pada sistem pengeluaran: Gagal Ginjal Salah satu gangguan pada sistem pengeluaran yang sangat berbahaya adalah gagal ginjal. Hal ini mengakibatkan […]

The post 4 Jenis Penyakit pada Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Gangguan atau kerusakan organ dalam sistem ekskresi atau pengeluaran mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi fisiologis tubuh. Limbah dalam tubuh akan terakumulasi dan menghambat kerja organ tubuh lainnya.

Berikut akan dipaparkan beberapa gangguan maupun penyakit yang terdapat pada sistem pengeluaran:

  • Gagal Ginjal

Salah satu gangguan pada sistem pengeluaran yang sangat berbahaya adalah gagal ginjal.

Hal ini mengakibatkan terlambat atau terhentinya penyaringan darah oleh ginjal tersebut sehingga zat-zat yang berguna akan tertimbun di dalam darah.

  • Radang ginjal

Gangguan ini seringkali terjadi pada ginjal. Penyakit ini dinamakan pula pielonefritis.

Radang ginjal disebabkan oleh infeksi bakteri yang pada umumnya terdapat di kantung kemih kemudian menyebar di ginjal.

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu demam, panas dingin, dan sakit punggung. Jika tidak segera diatasi penyakit ini akan menjurus ke gagal ginjal.

  • Glomerulonefiris

Penyakit ini dicirikan dengan adanya radang pada beberapa glomerulus dalam ginjal. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak. Antibodi dan zat lainnya membentuk suatu partikel besar dalam darah yang kemudian terperangkap dalam glomerulus.

Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya radang pada glomerulus. Gejala yang ditimbulkan antara lain terdapat darah dalam urin, pembengkakan bagian tubuh, adanya protein yang terdapat dalam urin ketika diperiksa di laboratorium.

  • Batu ginjal

Batu ginjal merupakan kelainan pada ginjal yang diakibatkan terakumulasinya garam dan zat mineral yang kemudian membentuk kristal seperti zat kalsium yang terbentuk dalam ginjal dan saluran urin lainnya. Batu ginjal ada yang kecil dan ada yang besar.

Batu ginjal kecil dapat dikeluarkan dari tubuh dengan sendirinya, sedangkan batu ginjal besar membutuhkan pembedahan atau dipecahkan menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan ultrasonic litotripsy.

The post 4 Jenis Penyakit pada Sistem Ekskresi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>