Sistem Reproduksi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sistem-reproduksi Tue, 31 Oct 2023 07:54:13 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Sistem Reproduksi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sistem-reproduksi 32 32 Sistem Reproduksi Obelia sp https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-obelia-sp Tue, 31 Oct 2023 07:54:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46264 Dalam kerajaan hewan, bicara tentang spesies tidak akan ada habisnya karena terdapat banyak sekali spesies hewan di muka bumi ini. Bahkan untuk spesies hewan yang hidup di perairan tawar maupun asin seperti tidak terhitung jumlahnya. Salah satu spesies yang perlu kita kenali adalah genus Obelia sp yang masuk dalam kelas Hydrozoa. Karena memiliki gastrovaskuler, Obelia […]

The post Sistem Reproduksi Obelia sp appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam kerajaan hewan, bicara tentang spesies tidak akan ada habisnya karena terdapat banyak sekali spesies hewan di muka bumi ini. Bahkan untuk spesies hewan yang hidup di perairan tawar maupun asin seperti tidak terhitung jumlahnya.

Salah satu spesies yang perlu kita kenali adalah genus Obelia sp yang masuk dalam kelas Hydrozoa. Karena memiliki gastrovaskuler, Obelia sp adalah kelompok hewan yang juga dianggap sebagai golongan coelenterata di mana spesies hewan ini bisa bertahan hidup di air tawar maupun air laut (meski demikian Obelia lebih banyak dijumpai di laut).

Gastrovaskuler merupakan sebuah rongga pada organisme tertentu tempat terjadinya proses pencernaan sekaligus proses pendistribusian makanan untuk mencapai seluruh jaringan tubuh hewan.

Sistem Reproduksi Obelia sp Secara Seksual

Reproduksi Obelia sp secara seksual adalah seperti pada umumnya, yakni ketika Obelia dewasa jantan menghasilkan sperma dan Obelia dewasa betina menghasilkan ovum atau sel telur yang kemudian keduanya bertemu karena pembuahan. Pembentukan medusa adalah hasil dari perkembangbiakan Obelia sp secara generatif atau seksual.

Medusa sebagai koloni atau salah satu fase/bentuk Obelia sp dapat berenang bebas, tidak seperti bentuk lainnya yang harus menempel pada substrat. Selain itu, medusa dapat berkembang-biak melalui aktivitas seksual karena adanya kelamin jantan dan betina.

Tidak seperti polip yang bertentakel dan melekat pada substrat terus-menerus sehingga perkembangbiakannya hanya melalui cara aseksual (terbentuknya tunas). Pembuahan eksternal adalah salah satu kelebihan atau hal menguntungkan yang ada pada medusa.

Sistem Reproduksi Obelia sp Secara Aseksual

Reproduksi Obelia sp secara aseksual terjadi pada fase polip; Obelia sp pada fase polip yang menempel di substrat tidak memiliki kelamin jantan dan betina sehingga perkembangbiakan terjadi melalui proses pertunasan baru. Untuk polip yang bertentakel dan cenderung merekat di permukaan tertentu di dalam laut, hanya dengan pembentukan tunas saja mereka akan terus bereproduksi dan menjadi lebih banyak.

Dari pembentukan tunas polip akan terbentuk pula polip nutrisi atau hydranth, termasuk juga medusa yang terhasilkan dari tunas polip reproduktif. Untuk medusa hasil pertunasan polip, ciri utamanya sama-sama tidak bergantung pada substrat dan dapat melenggang bebas di perairan.

The post Sistem Reproduksi Obelia sp appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Osteichthyes dengan Cara Bertelur https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-osteichthyes Tue, 31 Oct 2023 07:46:45 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46317 Dalam kerajaan hewan atau kingdom animalia, hewan yang hidup di perairan tak terhitung jumlah kelompok dan spesiesnya. Bahkan untuk ikan sendiri pun terdapat banyak jenis yang memiliki karakteristik berbeda-beda satu sama lain. Salah satu yang akan kita bahas di sini adalah Osteichthyes, yakni ikan dari golongan hewan vertebrata yang bisa dijumpai di rawa-rawa, air laut […]

The post Sistem Reproduksi Osteichthyes dengan Cara Bertelur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam kerajaan hewan atau kingdom animalia, hewan yang hidup di perairan tak terhitung jumlah kelompok dan spesiesnya. Bahkan untuk ikan sendiri pun terdapat banyak jenis yang memiliki karakteristik berbeda-beda satu sama lain. Salah satu yang akan kita bahas di sini adalah Osteichthyes, yakni ikan dari golongan hewan vertebrata yang bisa dijumpai di rawa-rawa, air laut maupun air tawar.

Ikan bertulang sejati ini masih termasuk subfilum dari Pisces yang sebagian jenisnya sudah sering dijumpai di sekitar kita, bahkan dapat kita budidaya, olah, serta konsumsi. Ikan dari kelas hewan bertulang belakang ini disebut Osteichthyes yang berasal dari dua kata asing osteon (tulang) dan ichthyes (ikan) dari bahasa Yunani.

Osteichthyes dengan peran pentingnya untuk kelangsungan hidup manusia sebagai sumber pangan juga masih terbagi menjadi dua subkelas lagi, yakni Sarcopterygii (ikan sirip lobus dan ikan paru) dan Actinopterygii (ikan bersirip jarum, ikan, bersirip bulat, dan ikan bersirip kipas).

Osteichthyes adalah kelas ikan dengan tubuh yang stabil dan kuat karena bagian kerangkanya; dan ikan-ikan ini sudah tidak asing bagi kita, seperti ikan bader, tuna, ikan perak, sarden, ikan mas, ikan lele, salmon, ikan gurami, ikan paru, ikan bandeng, ikan terbang, belut, dan kuda laut.

Sistem Reproduksi Osteichthyes dengan cara bertelur

Ikan bereproduksi dengan cara bertelur secara umum, walaupun ada pula jenis ikan yang berkembang biak dengan cara melahirkan. Namun untuk kelas Osteichthyes, ikan-ikan bereproduksi dengan bertelur, sementara untuk ikan pari dan hiu tergolong sebagai ikan yang melahirkan atau dikenal dengan istilah vivipar.

Pada Osteichthyes, sistem dan cara reproduksi bersifat siklus dengan durasi yang bisa berbeda-beda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya. Iteropar adalah istilah untuk pemijahan ikan Osteichthyes setahun sekali hingga mereka mati, sedangkan semelpar adalah istilah untuk pemijahan Osteichthyes lima tahun sekali semasa hidupnya yang setelah itu diikuti dengan kematian mereka.

Famili Salmonidae adalah contoh spesies ikan yang bereproduksi hanya sekali setiap lima tahun dan segera mati usai memijah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa siklus reproduksi Osteichthyes bisa berdurasi mingguan (sehingga kemungkinan pemijahan dalam setahun bisa terhitung beberapa kali) hingga beberapa tahun (pemijahan dapat terjadi sekali saja dalam beberapa tahun).

Sementara itu, fertilisasi atau pembuahan pada Osteichthyes bersifat eksternal atau terjadi di luar tubuh. Maka artinya, fertilisasi terjadi di dalam perairan dengan sel telur yang keluar dari indukan betina lebih dulu.

Setelah sel telur keluar, giliran indukan jantan untuk mengeluarkan sperma dan dari proses pemijahan serta pembuahan tersebut akan terhasilkan telur dengan ukuran diameter 0,4-3,0 mm disertai selaput lunak di lapisan luar yang berfungsi sebagai pelindung.

Perlu diketahui pula bahwa proses fertilisasi eksternal masih terbagi lagi menjadi dua cara, yakni secara matrotrofi dan lesitotrofi. Fertilisasi eksternal secara matrotrofi artinya sel telur yang telah dibuahi akan indukan betina simpan di dalam uterus.

Untuk nutrisi bagi embrio agar tumbuh dan berkembang normal bisa didapat secara langsung dari sang induk. Sementara untuk fertilisasi eksternal lesitotrofi, sel telur yang sudah dibuahi akan indukan betina simpan di dalam tubuh (bisa di dalam kulit, mulut, area insang, atau bahkan sirip) sampai menjadi larva.

Namun untuk nutrisi bagi embrio tidak diperoleh langsung dari sang induk, tapi nutrisi diperoleh dari kuning telur yang pembentukannya terjadi pada waktu pembuahan berlangsung.

The post Sistem Reproduksi Osteichthyes dengan Cara Bertelur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Nemathelminthes Secara Seksual https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-nemathelminthes Tue, 31 Oct 2023 07:42:34 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46325 Dalam kerajaan hewan, cacing adalah kelompok hewan yang meskipun berbentuk ramping, bulat panjang dan berukuran kecil, tetap berbeda-beda satu jenis dengan lainnya. Kelompok cacing bulat panjang atau bentuk silindris tanpa tulang belakang namun simetris bilateral ini yang kita kenal dengan Nemathelminthes atau Nematoda. Nemathelminthes adalah filum yang dulunya memiliki istilah lain, yakni Aschelminthes yang kini […]

The post Sistem Reproduksi Nemathelminthes Secara Seksual appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam kerajaan hewan, cacing adalah kelompok hewan yang meskipun berbentuk ramping, bulat panjang dan berukuran kecil, tetap berbeda-beda satu jenis dengan lainnya. Kelompok cacing bulat panjang atau bentuk silindris tanpa tulang belakang namun simetris bilateral ini yang kita kenal dengan Nemathelminthes atau Nematoda.

Nemathelminthes adalah filum yang dulunya memiliki istilah lain, yakni Aschelminthes yang kini pengelompokan cacing seperti ini sudah tidak dipakai. Alasan dibalik penggunaan pengelompokan ini tidak lagi dilakukan adalah polifiletik, yakni pengelompokan sejumlah organisme yang tidak memiliki leluhur yang sama secara langsung.

Hanya saja, bukan sama sekali tidak lagi digunakan, terkadang pengelompokan ini masih berlaku karena mudah dalam pemakaiannya. Cacing silinder dengan tubuh panjang ini tidak beruas, contohnya seperti cacing tambang dan cacing gelang yang masih tergolong sebagai cacing gilig.

Sebagian Nemathelminthes hidup di perairan asin atau laut, namun tidak sedikit pula yang dijumpai di perairan tawar. Sebagian lainnya menjadi parasit pada hewan atau pada manusia karena ukurannya yang kecil sehingga kerap tidak disadari keberadaannya.

Sistem Reproduksi Nemathelminthes secara seksual

Untuk sistem reproduksi, Nemathelminthes memiliki kelamin terpisah sehingga dapat melakukan reproduksi secara seksual. Terdapat Nemathelminthes jantan dan Nemathelminthes betina yang kemudian melakukan pemijahan untuk terjadinya pembuahan.

Pembuahan atau fertilisasi Nemathelminthes bersifat internal di mana setiap harinya hasil pembuahan bisa mencapai 100.000 telur, terutama jika lingkungan terjadinya pembuahan sangat mendukung. Untuk sistem reproduksi Nemathelminthes yang bersifat gonokoris, lingkungan memijah dan melakukan pembuahan yang menguntungkan akan sangat memengaruhi hasilnya.

Namun bila pemijahan dan pembuahan tidak pada lingkungan yang bagus, hal ini memicu pembentukan kista oleh telur yang bertujuan sebagai bentuk proteksi diri sendiri agar bisa bertahan hidup di lingkungan tersebut. Bila pembuahan berhasil, maka siklus hidup Nemathelminthes akan meliputi telur yang kemudian berkembang menjadi larva, lalu larva menjadi cacing dewasa.

The post Sistem Reproduksi Nemathelminthes Secara Seksual appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Ophiuroidea https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-ophiuroidea Tue, 31 Oct 2023 07:39:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46321 Filum hewan laut dengan sekitar 7.000 spesies yang masih hidup adalah filum Echinodermata. Sayangnya, filum hewan laut yang meliputi teripang, bintang laut dan bulu babi ini hanya kurang lebih 7.000 spesies saja yang masih tersisa karena 13.000 spesies lainnya telah dinyatakan punah. Dari ribuan spesies yang masih ada, Ophiuroidea adalah salah satu kelas Echinodermata dengan […]

The post Sistem Reproduksi Ophiuroidea appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Filum hewan laut dengan sekitar 7.000 spesies yang masih hidup adalah filum Echinodermata. Sayangnya, filum hewan laut yang meliputi teripang, bintang laut dan bulu babi ini hanya kurang lebih 7.000 spesies saja yang masih tersisa karena 13.000 spesies lainnya telah dinyatakan punah.

Dari ribuan spesies yang masih ada, Ophiuroidea adalah salah satu kelas Echinodermata dengan 1.500 spesies selain dari kelas Asteroidea (bintang laut), Holothuroidea (ketimun laut dan teripang), Crinoidea (lili laut), Concentricycloidea, dan Echinoidea (dolar pasir dan bulu babi). Ophiuroidea atau juga disebut dengan bintang ular atau bintang bulu yang umumnya terdapat di bagian dalam laut maupun pantai.

Sistem Reproduksi Ophiuroidea Secara Seksual

Sistem reproduksi Ophiuroidea kebanyakan adalah secara seksual karena hewan ini membutuhkan kelamin jantan dan betina untuk berkembang biak. Pemijahan adalah bagian dari cara reproduksi Ophiuroidea di mana pembuahan atau fertilisasi kemudian terjadi di luar tubuh hewan (secara eksternal).

Pembuahan tidak terjadi di dalam tubuh betina, tapi dengan cara betina mengeluarkan sel telur ke air, begitu pula dengan jantan yang mengeluarkan spermanya. Pada saat keduanya sudah mengeluarkan sel telur dan sperma, baru kemudian terjadi pembuahan di mana pembuahan akan menghasilkan pertumbuhan larva mikroskopis.

Pluteus adalah istilah untuk larva mikroskopis dengan lengan bersillia tersebut yang akan bertumbuh kembang seperti hewan laut lainnya. Namun dalam perkembangannya akan terjadi metamorfosis, pluteus tersebut sebelum akhirnya berbentuk bintang ular pertama-tama ia lebih dulu memiliki bentuk mirip bintang laut.

Sistem Reproduksi Ophiuroidea Secara Aseksual

Walau kelas Ophiuroidea kebanyakan memiliki cara reproduksi secara seksual, sebagian dari mereka bereproduksi secara aseksual. Istilah untuk sistem reproduksi aseksual pada Ophiuroidea disebut dengan fissiparity, yakni ketika mereka beregenerasi atau berkembang biak dengan cara membelah diri.

Dalam hal ini, beberapa jenis bintang laut dan teripang tidak memerlukan sel telur dari betina dan sel sperma dari jantang untuk pembuahan dan sebagainya. Pembelahan diri dari satu individu Ophiuroidea menjadi dua bagian sudah cukup untuk memperbanyak dirinya secara perlahan.

Hasil pembelahan diri tersebut akan tumbuh dan berkembang secara masing-masing yang kemudian menjadi dewasa dan membelah diri lagi untuk meneruskan proses reproduksi.

The post Sistem Reproduksi Ophiuroidea appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Holothuroidea https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-holothuroidea Tue, 31 Oct 2023 07:36:53 +0000 https://haloedukasi.com/?p=46333 Dalam kingdom animalia, kita mengenal hewan-hewan vertebrata dan invertebrata, yakni hewan dengan tulang belakang dan hewan tanpa tulang belakang, dan salah satu contoh hewan invertebrata adalah Holothuroidea. Hewan yang lebih dikenal dengan istilah teripang atau timun laut ini lebih mudah dan banyak dijumpai di Samudra Pasifik Barat dan Samudra Hindia walaupun penyebaran spesiesnya merata di […]

The post Sistem Reproduksi Holothuroidea appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam kingdom animalia, kita mengenal hewan-hewan vertebrata dan invertebrata, yakni hewan dengan tulang belakang dan hewan tanpa tulang belakang, dan salah satu contoh hewan invertebrata adalah Holothuroidea.

Hewan yang lebih dikenal dengan istilah teripang atau timun laut ini lebih mudah dan banyak dijumpai di Samudra Pasifik Barat dan Samudra Hindia walaupun penyebaran spesiesnya merata di laut di seluruh dunia.

Istilah lain untuk menyebut Holothuroidea selain teripang dan timun laut adalah gamat atau trepang di mana memang bentuk fisik hewan ini mirip seperti timun laut (sea cucumbers). Di dunia ini terdapat sekitar 1.200 jenis kelompok timun laut yang tersebar di seluruh dunia, namun ada 30 jenis kelompok teripang diantaranya yang berciri khas pada gerakannya yang lambat.

Sistem Reproduksi Holothuroidea Kelamin Terpisah

Sifat dari sistem reproduksi Holothuroidea adalah dioceos atau gonochoristic dan secara umum Holothuroidea memiliki kelamin terpisah (terdapat individu jantan dan individu betina). Sifat dioceos atau gonochoristic tersebut menandakan bahwa dimorfisme kelamin tidak nampak pada individu jantan maupun betina. Hanya ketika mengamati gonad, baru akan dapat terlihat perbedaan kedua individu tersebut.

Dimorfisme kelamin atau seksual adalah ketika terdapat spesies hewan yang sama namun berbeda kelamin tidak memiliki persamaan pada sistematik luar keduanya; pada kasus Holothuroidea, perbedaan hanya bisa terlihat dari gonad apabila diamati secara jeli. Gonad sendiri merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyebut organ reproduksi hewan laut seperti ikan (termasuk juga teripang).

Gonad memiliki istilah lain, yakni sperma untuk ikan atau teripang jantan dan sel telur untuk ikan atau teripang betina di mana gonad ini dapat berkembang tergantung dari seberapa mendukung lingkungan tempat ikan/teripang berada, kondisi organ reproduksi, serta kondisi sistem hormon.

Pada Holothuroidea, gonad bila diperhatikan seksama bentuknya menyerupai sikat, hanya saja di bagian tentakel memiliki saluran penghubung yang bersifat terbuka. Holothuroidea memiliki siklus reproduksi yang bergantung pada lingkungan tempat tinggal mereka.

Beberapa faktor eksternal seperti tingkat dan perubahan salinitas perairan serta suhu air tempat mereka hidup sangat memengaruhi apakah akan terjadi pemijahan secara normal atau tidak. Pemijahan Holothuroidea pada dasarnya dapat terjadi sepanjang tahun walau mereka ada di perairan tropis, namun dalam setahun tersebut hanya di waktu-waktu tertentu saja (beberapa bulan) ada puncak pemijahan Holothuroidea.

Sistem Reproduksi Holothuroidea Kelamin Ganda

Walau banyak dari Holothuroidea memiliki kelamin terpisah (individu jantan sendiri dan individu betina sendiri), ada pula sebagian Holothuroidea yang bersifat hermafrodit. Keuntungan dari Holothuroidea kelamin ganda adalah satu individu bisa melakukan perkawinan dengan Holothuroidea kelamin mana saja, baik itu individu jantan atau individu betina selama masih dalam satu spesies yang sama.

Memiliki dua jenis kelamin pada satu tubuh, baik kelamin jantan maupun kelamin betina tersebut biasanya memiliki fungsi yang normal dan penuh. Hewan kelamin ganda ada pula yang mampu melakukan pembuahan secara berpasang-pasangan (dengan sesama hewan hermafrodit), dan ada pula yang membuahi diri sendiri karena memiliki kemampuan tersebut.

The post Sistem Reproduksi Holothuroidea appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Filum Annelida https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-filum-annelida Sat, 14 Oct 2023 02:24:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45889 Dalam kerajaan biologi hewan/animalia, Metazoa merupakan organisme dengan sel banyak sehingga disebut sebagai hewan multiseluler. Annelida yang berasal dari kata annulus (memiliki arti “cincin”) adalah salah satu filum dari Metazoa yang meliputi cacing laut, cacing tanah, serta lintah. Annelida adalah filum yang umumnya bertahan hidup di laut, air tawar dan lingkungan basah lainnya. Dengan sekitar 15 […]

The post Sistem Reproduksi Filum Annelida appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam kerajaan biologi hewan/animalia, Metazoa merupakan organisme dengan sel banyak sehingga disebut sebagai hewan multiseluler. Annelida yang berasal dari kata annulus (memiliki arti “cincin”) adalah salah satu filum dari Metazoa yang meliputi cacing laut, cacing tanah, serta lintah.

Annelida adalah filum yang umumnya bertahan hidup di laut, air tawar dan lingkungan basah lainnya. Dengan sekitar 15 ribu spesies modern yang tersebar di seluruh bumi, Annelida adalah kelompok cacing bersegmen dengan panjang tubuh mulai dari 1 milimeter hingga 3 meter. Metameri merupakan istilah untuk menyebut segmen-segmen pada tubuh hewan Annelida.

Ciri Utama Filum Annelida

Walau dikenal sebagai cacing bersegmen, berikut ini adalah ciri-ciri utama filum Annelida yang perlu diketahui secara lebih detail.

  • Tubuh simetris dengan sisi tubuh kiri dan kanan yang hampir sama; istilah untuk hal ini adalah simetri bilateral.
  • Tubuh terdiri dari rangkaian segmen yang cukup banyak dan hanya ada dinding septum sebagai pemisah; ini menyebabkan bentuk tubuh menyerupai cincin-cincin atau gelang-gelang yang saling menyatu membentuk untaian.
  • Sistem pernapasan filum Annelida adalah melalui permukaan tubuh. Terdapat organ pernapasan berupa pembuluh darah kecil di bagian tersebut sehingga para cacing ini bisa bernapas dengan baik.
  • Sistem pencernaan maupun sirkulasi darah pada tubuh filum Annelida bersifat tertutup walaupun lengkap mulai dari mulut hingga anus.
  • Terdapat coelom atau rongga tubuh dengan jaringan mesoderm yang ada di sekitarnya.
  • Sistem saraf filum Annelida memiliki banyak cabang yang terdapat di seluruh bagian dalam tubuh, namun juga memiliki sistem saraf pusat serta otak.
  • Karena bersifat tertutup, sistem aliran darah pada filum Annelida mengalirkan darah pada pembuluh darah dan kapiler.
  • Peredaran darah yang tertutup tersebut justru mempermudah aliran oksigen di dalam tubuh hewan Annelida dan suplai nutrisi juga lebih merata.
  • Filum Annelida terdiri dari spesies cacing yang bisa hidup sebagai parasit namun juga sebagian lainnya hidup bebas.
  • Sistem reproduksi filum Annelida terbagi menjadi dua, yakni seksual dan aseksual. Karena spesies Annelida begitu banyak, cara reproduksinya pun berbeda-beda dan bermacam-macam antara satu jenis dengan jenis lainnya.

Sistem Reproduksi Seksual

Sebagian jenis Annelida memiliki sistem reproduksi terpisah, artinya satu individu hanya memiliki satu kelamin, yakni jantan atau betina. Bila sistem reproduksi bersifat terpisah, hewan berkelamin jantan membutuhkan pasangan hewan betina untuk terjadi perkawinan dan pembuahan, begitu pula sebaliknya untuk hewan berkelamin betina.

Spermatogenesis serta oogenesis adalah bagian dari cara reproduksi hewan secara seksual, tidak terkecuali pada filum Annelida. Melalui proses spermatogenesis pada bagian testis jantan, sel sperma akhirnya dapat terbentuk untuk dapat melakukan perkawinan dan pembuahan pada betina.

Dan melalui proses oogenesis yang terjadi di ovarium betina, ovum/sel telur terbentuk dan siap dibuahi oleh sperma si jantan. Hewan Annelida memiliki pori genital tempat terjadinya perkawinan antara hewan jantan dan betina.

Pori genital adalah lokasi masuknya sperma Annelida jantan ke tubuh Annelida betina agar terjadi pembuahan. Sperma yang berhasil bertemu sel telur dan menyebabkan pembuahan selanjutnya disusul dengan betina yang menghasilkan telur.

Telur dari hewan Annelida juga dapat menetas seperti telur-telur hewan lainnya untuk tumbuh dan berkembang sampai dewasa. Spermatogenesis dan oogenesis dapat terjadi pada Polychaeta dan Oligochaeta, sedangkan untuk kelas Hirudinea atau lintah, terjadinya pembuahan ada di bagian luar tubuh betina.

Kelas Hirudinea juga sama-sama akan menghasilkan telur meski pembuahan tidak terjadi di dalam tubuh, nantinya telur akan menetas, berkembang menjadi larva, dan menjadi lintah dewasa.

Sistem Reproduksi Aseksual

Sebagian jenis Annelida lainnya bereproduksi secara aseksual, yakni melalui proses regenerasi bagian tubuh cacing itu sendiri. Hewan Annelida beberapa diantaranya meregenerasi bagian tubuh mereka yang hilang dan hasil regenerasi tersebut menciptakan individu baru yang bisa tumbuh dan berkembang dewasa seperti proses reproduksi seksual.

Regenerasi tersebut adalah untuk pembentukan segmen baru yang tadinya hilang. Epitoksi juga adalah istilah untuk cara reproduksi aseksual Annelida, yakni ketika hewan membelah atau membagi dirinya sendiri tanpa bantuan “pasangan” sehingga terjadilah pembentukan individu baru.

Epitoksi dilakukan oleh cacing dewasa sebagai proses pembentukan individu reproduktif. Hasil epitoksi akan menunjukkan beberapa bagian dari pembelahan diri cacing yang kemudian menjadi individu baru.

The post Sistem Reproduksi Filum Annelida appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Filum Porifera https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-filum-porifera Sat, 14 Oct 2023 02:03:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45847 Filum Porifera masuk ke dalam golongan hewan invertebrata dengan tubuh penuh pori atau memiliki lubang-lubang. Porifera sendiri berasal dari dua kata, yakni porus dan ferre yang berarti “lubang” dan “mempunyai”; maka dari bahasa Latin tersebut bisa diartikan sebagai hewan yang mempunyai lubang pada tubuhnya (kita menyebutnya dengan istilah pori-pori). Hewan invertebrata adalah hewan tanpa tulang […]

The post Sistem Reproduksi Filum Porifera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Filum Porifera masuk ke dalam golongan hewan invertebrata dengan tubuh penuh pori atau memiliki lubang-lubang. Porifera sendiri berasal dari dua kata, yakni porus dan ferre yang berarti “lubang” dan “mempunyai”; maka dari bahasa Latin tersebut bisa diartikan sebagai hewan yang mempunyai lubang pada tubuhnya (kita menyebutnya dengan istilah pori-pori).

Hewan invertebrata adalah hewan tanpa tulang belakang dan Porifera hanya mengandalkan pori-porinya untuk air bisa masuk ke dalam tubuh. Pori atau lubang pada tubuh Porifera menjadi pintu untuk air mengalir ke sistem saluran air.

Sistem saluran air yang dimaksud membantu Porifera bertahan hidup karena berperan sebagai jalur pembawa zat makanan melalui aliran air. Karena memiliki banyak lubang, Porifera berbentuk menyerupai spons dengan serabut spongin sebagai kerangka utamanya.

Ciri Utama Filum Porifera

Filum Porifera memiliki ciri khas yang membedakannya dari filum lainnya, yaitu meliputi :

  • Bentuk tubuh tidak sama antara satu Porifera dengan Porifera lainnya, sebab ada yang berbentuk menyerupai piala, terompet, dan lainnya; maka dari itu bentuknya disebut bersifat semi-radial.
  • Pembentukan Porifera berasal dari susunan mesoderm dan ectoderm (dua lapisan embrional) sehingga disebut dengan istilah dipoblastik.
  • Bertahan hidup dengan menempel pada substrat dan berada di dasar.
  • Tidak mempunyai saraf dan otot seperti halnya manusia dan hewan sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menggerakkan diri secara bebas.
  • Walau cenderung diam dan menetap di dasar karena ketiadaan otot maupun saraf, Porifera memiliki reaksi apabila lingkungan sekitar tempat ia berada mengalami perubahan.
  • Memiliki sel-sel yang masing-masing melakukan proses pernapasan secara difusi.
  • Memiliki sel leher dengan sel koanosit atau flagella untuk sistem pencernaannya.
  • Memiliki dua sistem reproduksi, yaitu ada yang secara vegetatif (melalui tunas atau gemmulae diikuti dengan fragmentasi) dan secara generatif (hermafrodit).

Sistem Reproduksi Aseksual

Sistem reproduksi aseksual atau vegetatif pada Porifera adalah menggunakan gemmulae atau tunas. Tunas internal adalah sebutan lain untuk gemmulae yang pembentukannya hanya terjadi saat hampir musim dingin. Gemmulae juga dihasilkan di dalam tubuh Porifera; namun, gemmulae hanya akan terbentuk pada Porifera yang khususnya hidup di perairan air tawar.

Selain melalui tunas atau gemmulae, Porifera dapat melakukan reproduksi melalui sistem fragmentasi. Porifera dengan kemampuan fragmentasi artinya ia akan membelah diri untuk menjadi beberapa bagian. Masing-masing hasil pemecahan diri tersebut kemudian akan tumbuh dan berkembang sendiri-sendiri sebagai individu baru.

Sistem Reproduksi Seksual

Filum Porifera juga memiliki sistem reproduksi secara seksual atau reproduksi generatif, yakni melalui perkawinan antara kelamin jantan dan kelamin betina yang dilanjutkan dengan pembuahan (menyatunya sel sperma jantan dan sel telur betina setelah bertemu) di dalam tubuh betina.

Sel telur yang telah dibuahi pun dapat tetap menempel di dalam tubuh induk sampai menghasilkan telur. Sebagian spesies Porifera mengalami sekresi sel sperma yang berasal dari tubuh untuk dikeluarkan melalui kelamin agar dapat menuju sel telur.

Jika demikian, artinya terjadinya pembuahan sperma pada sel telur adalah di luar tubuh. Sementara pada spesies Porifera lain, pengeluaran sperma terjadi di dalam air. Sperma tersebut juga menargetkan sel telur yang sama-sama di dalam air untuk pembuahan.

Setelah pembuahan, terjadi perkembangan dan perubahan dari sel telur menjadi larva. Larva ini dapat bergerak dan berpindah-pindah untuk menemukan tempat bertahan hidup yang baru melalui aktivitas menempel di permukaan yang baginya sesuai.

Baik sistem reproduksi filum Porifera secara seksual maupun aseksual keduanya memungkinkan perkembangbiakan Porifera menjadi lebih banyak dan bertahan hidup dengan baik.

The post Sistem Reproduksi Filum Porifera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Filum Mollusca https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-filum-mollusca Sat, 14 Oct 2023 01:59:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45888 Filum Mollusca adalah kelompok hewan lunak karena molluscus adalah kata asal untuk Mollusca yang merupakan bahasa Latin dan memiliki makna “lunak”. Filum satu ini adalah yang paling besar kedua menyusul filum Arthropoda dengan hewan-hewan lunak yang bercangkang maupun tidak. Jika Arthropoda memiliki banyak spesies dan mencapai sekitar 900 ribu spesies, maka Mollusca ada lebih dari 100 […]

The post Sistem Reproduksi Filum Mollusca appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Filum Mollusca adalah kelompok hewan lunak karena molluscus adalah kata asal untuk Mollusca yang merupakan bahasa Latin dan memiliki makna “lunak”. Filum satu ini adalah yang paling besar kedua menyusul filum Arthropoda dengan hewan-hewan lunak yang bercangkang maupun tidak.

Jika Arthropoda memiliki banyak spesies dan mencapai sekitar 900 ribu spesies, maka Mollusca ada lebih dari 100 ribu spesies yang tersebar di dunia. Spesies-spesies Mollusca bertahan hidup di berbagai lingkungan, bisa darat (sebagian dapat dijumpai di lubang tanah dan sebagian lainnya hidup di gua) maupun perairan (sebagian dapat dijumpai di air tawar dan sebagian lainnya ada di laut).

Hewan-hewan yang tergolong dalam filum Mollusca antara lain adalah kerang, siput, cumi-cumi, gurita, dan hewan lainnya yang tidak memiliki tulang belakang. Tidak hanya yang bercangkang, hewan-hewan bertentakel pun termasuk di dalam filum Mollusca.

Ciri Utama Filum Mollusca

Filum Mollusca berbeda dari filum dalam kerajaan hewan lainnya dengan ciri-ciri utama sebagai berikut.

  • Memiliki cangkang yang terbentuk dari protein, kalsium karbonat, hingga bahan alami lain.
  • Cangkang pada sebagian jenis hewan Mollusca memiliki fungsi sebagai pelindung bagi tubuh agar tidak mudah terkena serangan predator.
  • Hewan pemilik cangkang juga akan lebih mudah beradaptasi dan mengatasi tekanan dari sekelilingnya.
  • Cangkang pada hewan Mollusca juga bervariasi dalam hal bentuk tergantung spesiesnya; ada yang memiliki cangkang kipas, kerucut, maupun bulat.
  • Sebagian hewan Mollusca lainnya memiliki kaki atau tentakel dengan fungsi untuk menggerakkan tubuh mereka.
  • Hewan Mollusca bertentakel lebih mudah mencari makanan.
  • Sebagian jenis Mollusca berkaki pipih dan ada pula yang berkaki bulat.
  • Sebagian jenis Mollusca dengan tentakel menggunakan tentakelnya untuk meraba/menyentuh atau melihat.
  • Memiliki mulut, kerongkongan, usus, lambung hingga anus pada bagian sistem pencernaan sehingga lebih mudah untuk memakan hewan dan tumbuhan.
  • Sebagian hewan Mollusca (gurita dan cumi-cumi) mempunyai kantong tinta (ink sac) dan paru-paru sebagai sistem pencernaan makanan, sedangkan jenis Mollusca lainnya (kerang dan siput) bisa menggigit-gigit makanan mereka karena mempunyai gigi.
  • Otak, ganglion, dan serabut saraf adalah bagian dari sistem saraf hewan Mollusca sehingga para hewan ini bisa melihat, mendengar, mengeluarkan reaksi ketika ada rangsangan, dan mudah menggerakkan diri.

Sistem Reproduksi Kelamin Ganda

Filum Mollusca rata-rata berkelamin ganda, yakni ketika satu hewan memiliki dua alat kelamin, jantan dan betina. Kelamin ganda pada satu individu ini disebut dengan hermafrodit sehingga perkembangbiakan tidak bergantung pada hewan lain untuk dijadikan pasangan dan karena mereka bisa melakukannya sendiri.

Salah satu spesies Mollusca yang disebut Achatina fulica (masih termasuk dalam kelas Gastropoda) adalah hermafrodit yang meskipun memiliki kelamin ganda, tidak akan dapat terjadi pembuahan oleh sperma dari induk yang sama (autofertilisasi). Jenis Mollusca ini harus tetap mendapatkan sperma dari individu lain agar pembuahan sel telur kelamin betinanya bisa terjadi.

Sistem Reproduksi Kelamin Terpisah

Meski sebagian besar filum Mollusca hermafrodit, ada pula sebagian jenis Mollusca yang berkelamin terpisah. Pada sistem reproduksi filum Mollusca beralat kelamin terpisah, artinya memerlukan dua pihak (jantan dan betina) agar pembuahan bisa terjadi.

Perkembangbiakan tidak dapat terjadi dengan sendirinya seperti hewan hermafrodit dan pada hewan beralat kelamin terpisah, cara reproduksinya adalah dengan fertilisasi internal. Jika hewan jantan sudah menemukan pasangannya (hewan betina), sel sperma dari jantan akan dimasukkan untuk bertemu sel telur di dalam tubuh sang betina.

Setelah perkawinan dan pembuahan terjadi, dari tubuh betina nantinya akan keluar telur. Seperti hewan bertelur lainnya, telur-telur yang dihasilkan akan menetas dan mengalami perubahan menjadi larva. Larva kemudian masih akan tumbuh dan berkembang untuk menjadi hewan Mollusca dewasa.

Keunikan dari cara reproduksi spesies Mollusca beralat kelamin terpisah adalah adanya persaingan antara beberapa jantan untuk proses pembuahan. Dalam hal ini, jumlah betina hanya satu dan beberapa jantan akan mencoba membuahi betina tersebut; cara reproduksi ini berlaku pada kerang.

Para jantan biasanya akan mengeluarkan sperma di sekitar tempat si betina berada dan kemudian betina menyeleksinya. Setelah memilih sperma dari beberapa jantan yang menempel di lingkungan sekitarnya, betina menelan sperma tersebut sehingga terjadi pembuahan.

The post Sistem Reproduksi Filum Mollusca appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Filum Arthropoda https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-filum-arthropoda Mon, 09 Oct 2023 08:44:34 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45887 Dalam dunia hewan, Arthropoda yang berasal dari dua kata bahasa Yunani yakni arthro (memiliki arti “ruas”) dan podos (memiliki arti “kaki”) adalah filum terbesar. Artinya, filum Arthropoda meliputi hewan-hewan dengan kaki beruas dan kaki berpasangan di tiap ruasnya, seperti lipan,udang, serangga, dan hewan sejenis lainnya. Dengan spesies Arthropoda yang begitu banyak, bahkan telah mencapai sekitar 900 ribu […]

The post Sistem Reproduksi Filum Arthropoda appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Dalam dunia hewan, Arthropoda yang berasal dari dua kata bahasa Yunani yakni arthro (memiliki arti “ruas”) dan podos (memiliki arti “kaki”) adalah filum terbesar. Artinya, filum Arthropoda meliputi hewan-hewan dengan kaki beruas dan kaki berpasangan di tiap ruasnya, seperti lipan,udang, serangga, dan hewan sejenis lainnya.

Dengan spesies Arthropoda yang begitu banyak, bahkan telah mencapai sekitar 900 ribu spesies, hewan Arthropoda tersebar luas di bumi, baik itu darat, udara, air tawar, hingga laut. Organisme yang paling umum ini mampu bertahan hidup dalam berbagai bentuk dan cara, salah duanya adalah melalui bentuk simbiosis dan parasit sekalipun hewan-hewan Arthropoda sebagian juga bisa hidup bebas.

Ciri Utama Filum Arthropoda

Filum Arthropoda memiliki ciri-ciri utama seperti berikut :

  • Tiga bagian tubuh, yakni kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen).
  • Terdapat exoskeleton yang melapisi bagian tubuh Arthropoda.
  • Exoskeleton disebut juga cangkang luar dengan tekstur yang keras karena melindungi tubuh Arthropoda; namun, exoskeleton tidak mudah hancur dan terhantam.
  • Cangkang atau rangka luar pelapis tubuh dan kitin adalah kulit Arthropoda yang nantinya mengalami molting/eksidis, yakni proses alami pergantian kulit.
  • Bagian khas Arthropoda adalah kaki yang berbuku-buku dan berpasangan pada tiap ruas, berikut juga bagian antena dan anggota tubuh yang bercabang.
  • Sifat tubuh Arthropoda adalah simetris.
  • Mulut, faring, esofagus, dan saluran pencernaan adalah bagian-bagian dari sistem pencernaan Arthropoda. Sistem pencernaan mereka pun lebih kompleks dengan keberadaan rongga-rongga, namun kotoran dapat dikeluarkan melalui saluran pencernaan.
  • Sistem peredaran darah Arthropoda bersifat terbuka dengan aliran darah terjadi di dalam hemocoel.
  • Tidak hanya daratan, udara, air tawar dan laut, habitat filum Arthropoda juga meliputi puncak gunung, air asin, gua, hutan hujan tropis, hingga padang rumput.
  • Sistem reproduksi filum Arthropoda terdiri dari reproduksi seksual dan aseksual di mana reproduksi seksual melalui fertilisasi internal masih terbagi lagi menjadi beberapa sistem.

Sistem Reproduksi Seksual

Sistem reproduksi Arthropoda pada dasarnya hanya ada dua, yakni secara seksual dan aseksual. Namun secara seksual, sistem reproduksi masih terbagi lagi menjad beberapa sistem seperti penjelasan berikut.

  • Fertilisasi Internal

Fertilisasi internal adalah sistem reproduksi seksual paling umum pada Arthropoda. Sperma dari individu jantan akan membuahi sel telur dari individu betina. Pembuahan seperti biasa terjadi di dalam tubuh individu betina.

  • Poliembrioni

Spesies Arthropoda yang beragam juga menunjukkan variasi dalam sistem dan cara reproduksi mereka. Sebagian Arthropoda memiliki sistem poliembrioni, yakni ketika jenis Arthropoda (khususnya serangga) dalam satu sel telur bisa memroduksi satu atau lebih embrio. Jadi pada sistem reproduksi ini, satu serangga betina mampu memiliki keturunan sangat banyak.

Sistem Reproduksi Aseksual

Sebagian jenis Arthropoda memiliki sistem reproduksi aseksual, dalam hal ini disebut dengan istilah partenogenesis. Ketiadaan proses pembuahan sel sperma ke sel telur disebut dengan partenogenesis dan hal ini termasuk sistem reproduksi aseksual.

Kecoak adalah salah satu Arthropoda yang menjalani reproduksi secara aseksual ini. Reproduksi aseksual dapat terjadi dikarenakan hewan Arthropoda tidak bertemu dengan pasangannya sehingga tidak bisa melakukan reproduksi secara seksual.

Alasan lainnya adalah keadaan lingkungan tempat hewan Arthropoda tinggal kurang mendukung untuk adanya pembuahan. Baik sistem reproduksi filum Arthropoda secara seksual maupun aseksual, perkembangbiakan dapat terjadi dengan baik dan normal.

Filum Arthropoda dapat dengan mudah memperbanyak diri untuk menambah sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya melalui sistem reproduksi yang cukup kompleks di atas.

The post Sistem Reproduksi Filum Arthropoda appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sistem Reproduksi Haliclona sp – Seksual dan Aseksual https://haloedukasi.com/sistem-reproduksi-haliclona-sp Wed, 04 Oct 2023 21:30:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=45769 Haliclona sp adalah salah satu spesies spons Haliclona oculata yang masuk di dalam kelas Demospongiae. Haliclona sp juga masih tergolong sebagai filum Porifera, famili Chalinidae dan genus Haliclona. Spons pada umumnya memiliki tubuh dengan permukaan keras menyerupai batu namun berpori, begitu pula dengan Haliclona sp. Meski tubuh berpermukaan keras, spons Haliclona sp mempunyai tubuh dengan […]

The post Sistem Reproduksi Haliclona sp – Seksual dan Aseksual appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>

Haliclona sp adalah salah satu spesies spons Haliclona oculata yang masuk di dalam kelas Demospongiae. Haliclona sp juga masih tergolong sebagai filum Porifera, famili Chalinidae dan genus Haliclona. Spons pada umumnya memiliki tubuh dengan permukaan keras menyerupai batu namun berpori, begitu pula dengan Haliclona sp.

Meski tubuh berpermukaan keras, spons Haliclona sp mempunyai tubuh dengan bentuk simetri radial. Artinya, ketika diambil garis lewat mulut pada simetri tubuh, bagian-bagian tersebut akan sama.

Spons yang umumnya berada di perairan, baik itu laut, air tawar, maupun wilayah perairan berpasir halus ini memiliki tinggi sekitar 30 cm. Cabang spons ini tumbuh dari batang pendek yang menempel di subtratum dengan bentuk lebih pipih namun padat.

Spons tidak dapat bergerak seperti halnya manusia maupun hewan karena tidak memiliki rangka pendukung serta otot. Gerakan spons lebih kepada kontraksi yang mengandalkan pori-pori lebih besar walau gerakan bisa sangat terbatas.

Meski tidak memiliki kemampuan untuk bergerak sendiri, spons Haliclona sp tetap bisa memperbanyak diri, yakni dengan cara reproduksi seksual dan aseksual. Baik sistem reproduksi Haliclona sp secara seksual maupun aseksual, spons dapat menyebar keturunannya ke tempat-tempat lain untuk menemukan tempat hidup dan berkembang menjadi dewasa.

Reproduksi Seksual Haliclona sp

Spons kelas Demospongiae beberapa diantaranya masuk golongan hermafrodit di mana kelamin jantan dan kelamin betina (kelamin ganda) berada pada satu individu. Tidak hanya hewan, tumbuhan dan manusia, hermafrodit juga terjadi pada spons dengan dua organ kelamin yang berfungsi penuh walau ada di dalam satu individu.

Karena merupakan spons hermafrodit, Haliclona sp dapat menghasilkan sel sperma maupun sel telur secara tidak bersamaan. Perkembangbiakan spons secara seksual ini dapat terjadi saat spons sedang berada di dalam komunitas spons di habitatnya.

Reproduksi Aseksual Haliclona sp

Reproduksi aseksual spons Haliclona sp terjadi melalui gemmulae (tunas internal yang muncul pada porifera yang hidup di air tawar dan biasanya terhasilkan saat sebelum musim dingin tiba), fragmentasi, atau bertunas.

Terjadinya pembentukan gemmulae atau tunas internal adalah dari cadangan makanan dan archeocyte agar spons kemudian bisa berkembang biak secara aseksual. Pembentukan tunas tersebut adalah hasil duplikasi dari induknya yang lama-kelamaan akan memisahkan diri dari sang induk sehingga dapat berdiri dan bertahan hidup sendiri.

Pemisahan atau pelepasan tunas dari sang induk hanya terjadi saat habitat porifera sangat mendukung. Jika tidak, umumnya musim semi adalah waktu tunas melepas diri dari induknya.

The post Sistem Reproduksi Haliclona sp – Seksual dan Aseksual appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>