sosialisasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sosialisasi Tue, 16 Jan 2024 06:33:45 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico sosialisasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sosialisasi 32 32 7 Fungsi Sosialisasi dalam Keluarga https://haloedukasi.com/fungsi-sosialisasi-dalam-keluarga Tue, 16 Jan 2024 06:33:39 +0000 https://haloedukasi.com/?p=47478 Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang penuh cinta dan saling mengasihi. Terciptanya keluarga harmonis bisa diawali dari komunikasi antara anggota keluarga. Komunikasi menjadi kunci utama agar anggota keluarga saling mengerti dan memahami. Salah satu cara membangun komunikasi adalah melakukan sosialisasi. Dengan adanya sosialisasi, setiap anggota keluarga mengenal peran dan tugasnya dalam sebuah keluarga sehingga minim […]

The post 7 Fungsi Sosialisasi dalam Keluarga appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang penuh cinta dan saling mengasihi. Terciptanya keluarga harmonis bisa diawali dari komunikasi antara anggota keluarga. Komunikasi menjadi kunci utama agar anggota keluarga saling mengerti dan memahami. Salah satu cara membangun komunikasi adalah melakukan sosialisasi.

Dengan adanya sosialisasi, setiap anggota keluarga mengenal peran dan tugasnya dalam sebuah keluarga sehingga minim terjadinya konflik. Selama ini, peran dan tugas dalam keluarga hanya sebatas pada kepala keluarga yakni ibu dan ayah saja.

Padahal, anak juga memiliki peranan penting dalam keluarga. Oleh karena itu, seorang anak perlu diajarkan untuk mengenal perannya lewat sosialisasi. Sosialisasi keluarga juga memiliki banyak peranan lainnya.

Berikut fungsi sosialisasi dalam keluarga.

1. Membangun Kedekatan Anggota Keluarga

Sosialisasi keluarga memiliki fungsi untuk membangun kedekatan di antara anggota keluarga. Dengan begitu akan tercipta keluarga yang harmonis dengan memiliki kekeluargaan yang erat. Namun, sayangnya tidak banyak orang yang menyadari pentingnya hubungan keluarga.

Kesibukan di luar rumah membuat keakraban anggota keluarga di rumah berkurang. Anak hanya dekat dengan ibunya saja karena banyak menghabiskan waktu bersamanya. Adapula anak yang tidak dekat dengan siapa-siapa, karena keluarga intinya sibuk melakukan aktivitas di luar.

Akibatnya, anak akan mencari kesibukan di luar dan kurang dekat dengan anggota keluarga. Namun, tak jarang ada anak yang justru lebih dekat dengan pihak nenek dan kakeknya. Mereka sengaja dititipkan karena kedua orang tuanya sibuk melakukan aktivitas di luar.

Akibatnya, orang tua dan anak tidak memiliki hubungan yang akrab selayaknya anak dan orang tua. Dengan adanya sosialisasi, membantu mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu dengan orang tua, akan merasa disayang dan dihargai keberadaanya.

Mereka merasa dianggap sebagai seorang anak yang memang diharapkan bukan hanya sebatas dilahirkan. Sosialisasi juga membantu anak agar merasa terikat dengan orang tua. Anak-anak akan sering mengandalkan orang tuanya dalam berbagai hal. Hal ini dikarenakan merasa merasa dekat dan menganggap orang tuanya merupakan tempat untuk bercerita.

2. Membentuk Keluarga Harmonis

Fungsi selanjutnya dari adanya sosialisasi dalam keluarga adalah untuk membentuk keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis merupakan impian bagi semua orang. Namun, membentuk keluarga yang harmonis terkadang hanya sebatas angan-angan.

Banyak orang justru melakukan hal-hal yang berpotensi menjauhkan keluarga dari kata yang harmonis. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Banyak keluarga yang tinggal bersama namun tidak hidup bersama.

Setiap pekerjaan dikerjakan masing-masing, tidak ada komunikasi antar anggota keluarga. Kesibukan di luar berhasil menyita perhatian dan menjauhkan kerukunan di antara keluarga. Tidak hanya itu, banyak juga orang yang saat datang ke rumah hanya sebatas istirahat.

Rumah yang menjadi tempat tinggal justru hanya sebatas tempat singgah. Adanya sosialisasi membuat keluarga bisa hidup rukun. Sosialisasi membuat anggota keluarga melakukan interaksi. Dengan adanya interaksi dapat membantu mendekatkan hubungan di antara anggota keluarga. Dengan begitu, setiap anggota keluarga akan merasa saling memiliki sehingga tercipta keluarga yang harmonis.

3. Memenuhi Kebutuhan Hidup

Salah satu dari 5 kebutuhan dasar manusia adalah merasa dihargai. Dengan adanya sosialisasi dalam keluarga, membuat setiap anggota keluarga merasa dihargai sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.

Mereka merasa disayangi, karena diberikan kasih sayang dan cinta. Kasih sayang dan cinta adalah hak yang harus didapatkan oleh seorang anak dari orang tuanya. Anak-anak berhak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya secara utuh.

Namun, sayangnya tidak semua orang tua mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selama ini orang tua menganggap bahwa anak cukup diberikan harta. Padahal, harta yang paling berharga adalah keluarga.

Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua dapat membuat anak merasa dihargai keberadaanya. Banyak anak yang merasa tidak dihargai dan diharapkan. Mereka dilahirkan hanya sebatas memenuhi sisi biologis dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu, banyak orang tua yang tidak paham akan kewajibannya sebagai orang tua.

Tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar manusia, sosialisasi juga membantu memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya, seperti orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan anaknya dalam hal pendidikan. Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dari orang tuanya. Anak-anak berhak diberikan kehidupan yang layak sebagaimana janji orang tua sebelum anak dilahirkan.

4. Mengajarkan Norma yang Berlaku

Sosialisasi dalam keluarga memiliki fungsi untuk mengajarkan peraturan yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, banyak aturan yang berlaku dan harus dipatuhi. Aturan-aturan tersebut harus dikenalkan sejak dini.

Apa saja yang dilarang dalam kehidupan masyarakat. Pihak yang berkewajiban untuk mengajarkan dan mengenalkan norma adalah keluarga. Sebagai agen pertama sosialisasi, keluarga memiliki kewajiban untuk mengajarkan norma.

Mulai dari norma yang berlaku dalam lingkup keluarga, masyarakat hingga negara. Misalnya anak-anak sejak kecil diajarkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan. Anak-anak diajarkan tidak boleh memukul dan menyakiti orang lain. Anak-anak diajarkan untuk mengasihi sesama dan menebarkan kasih sayang.

Dengan dikenalkan norma sejak kecil anak akan terbiasa menjalani dan menaati peraturan. Anak-anak tidak mudah mengabaikan peraturan yang berlaku sehingga terbentuk sikap disiplin sejak dini. Sikap disiplin yang dibiaskan sejak kecil akan terbawa hingga dewasa sehingga saat berhadapan dengan peraturan yang lebih luas, mereka tetap akan mematuhinya.

Lain halnya dengan anak-anak yang tidak diajarkan dan dikenalkan dengan norma sejak dini. Anak-anak akan menjadi sosok yang bebas dan tidak peduli pada peraturan yang berlaku. Mereka cenderung menganggap peraturan hanya sebatas hal-hal yang formal dan tidak harus ditaati.

Akibatnya budaya-budaya ini menjadi suatu kebiasaan yang menjamur di masyarakat. Banyak orang yang tidak peduli dengan peraturan yang berlaku.

5. Mengenalkan Nilai Agama

Nilai agama adalah hal mendasar yang wajib diketahui oleh seorang anak. Oleh karena itu, nilai ini harus dikenalkan sejak dini. Dengan adanya sosialisasi dalam keluarga menjadi media bagi pengenalan nilai agama pada anak.

Anak-anak cenderung mudah diberi pemahaman saat masih kecil. Hal ini dikarenakan saat anak berusia 0-5 tahun, mereka memasuki wilayah golden age. Momen golden age ini perlu dimanfaatkan dengan baik. Caranya dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang dapat menjadi bekal baginya mengarungi kehidupan seperti nilai agama.

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa mengajarkan nilai agama merupakan kewajiban para pemuka agama atau ustaz. Padahal, orang tua yang memiliki kewajiban untuk mengenalkan dan mengajarkan hal itu ketika anak masih kecil.

Anak-anak yang diajarkan nilai agama saat masih kecil akan menjadi anak-anak yang paling tidak mengetahui hal-hal yang baik dan benar menurut agama. Meskipun, nantinya banyak faktor yang mengakibatkan seorang anak ini berubah.

Namun, ketika anak dibekali fondasi yang kuat, ia akan menjadi tameng dari berbagai faktor perubahan. Nilai agama akan menjadi penangkal bagi hal-hal yang berdampak buruk bagi kehidupan seorang anak. Namun, sayangnya banyak orang tua yang tidak paham akan pentingnya mengajarkan nilai agama.

Selama ini, banyak anggapan bahwa pengetahuan umum merupakan hal yang wajib dikuasai oleh anak. Mereka menganggap bahwa nilai agama merupakan pilihan kedua yang tidak begitu penting diajarkan pada anak. Akibatnya, banyak anak yang buta akan nilai agama.

6. Meningkatkan Komunikasi Antar Anggota

Komunikasi merupakan kunci langgengnya sebuah hubungan termasuk hubungan keluarga. Adanya sosialisasi dalam keluarga menjadi jembatan bagi komunikasi di antara anggota keluarga. Komunikasi sangat penting dilakukan baik pada ayah dengan ibu, orang tua dengan anak maupun anak dengan anak.

Banyak permasalahan yang muncul karena kurangnya komunikasi. Kurangnya komunikasi membuat kesalahpahaman di antara keluarga. Akibatnya, hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang. Miskomunikasi paling banyak terjadi pada orang tua dengan anak.

Orang tua terkadang memiliki pemahaman superior karena merasa dirinya adalah sosok yang wajib dipatuhi. Semua hal yang diucapkannya harus dipatuhi oleh sang anak. Sementara itu, anak memiliki pemahaman yang modern dan berbenturan dengan orang tua.

Perbedaan generasi ini mengakibatkan bedanya pemahaman. Perbedaan pemahaman akan mengakibatkan konflik antara anak dan orang tua. Meskipun pada dasarnya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya.

Namun, terkadang orang tua tidak menyampaikan hal tersebut dengan baik sehingga anak tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu, komunikasi sangat dibutuhkan di antara keluarga. Adanya sosialisasi dalam keluarga membantu meningkatkan komunikasi di antara keluarga. Hal ini dikarenakan sosialisasi membantu orang tua berinteraksi dengan anak.

Dengan begitu akan terbangun komunikasi di antara mereka. Komunikasi keluarga yang dianggap kurang selama ini terjadi pada ayah dan anak. Ayah sering kali tidak memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi dengan anak.

7. Meningkatkan Semangat Hidup

Rumah merupakan surga bagi setiap anggota keluarga. Namun, sayangnya tidak semua orang merasakan rumah seperti sebuah surga. Rumah diibaratkan seperti surga karena di dalamnya terdapat kasih sayang dan cinta yang berlimpah.

Baik dari orang tua maupun anak. Namun, sayangnya tidak semua keluarga berlimpah kasih sayang dan cinta. Banyak anak-anak yang merasa kehilangan kasih sayang dari rumah. Mereka menganggap rumah seperti halnya sebuah neraka karena di dalamnya hanya terdapat perdebatan dan perselisihan.

Anak-anak dihadapkan dengan makian dan teriakan. Akibatnya, mereka merasa tidak aman saat berada di rumah. Banyak kasus anak yang justru memilih mengakhiri hidup karena tidak menemukan ketenangan di rumah.

Dengan adanya sosialisasi membantu meningkatkan adanya komunikasi antara orang tua dengan anak. Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan keluh kesahnya selama ini kepada orang tua. Orang tua mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang terjadi pada anak.

Anak-anak akan merasa dihargai karena diberikan kasih sayang yang berlimpah. Dengan begitu, anak-anak akan memiliki semangat untuk terus melanjutkan hidup. Adanya kasih sayang dan cinta yang berlimpah membuat anak merasa nyaman untuk tinggal di rumah.

Hal ini dikarenakan rumah telah menjadi surga bagi dirinya. Ketika ada masalah, mereka tidak akan lari ke tempat lain. Mereka mempunyai tempat untuk mencari solusi dari permasalahannya.

The post 7 Fungsi Sosialisasi dalam Keluarga appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perbedaan Sosialisasi dan Penyuluhan https://haloedukasi.com/perbedaan-sosialisasi-dan-penyuluhan Mon, 13 Feb 2023 04:53:55 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41442 Sosialisasi dan penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu masyarakat. Masyarakat masih belum mengetahui perbedaan antara sosialisasi dan penyuluhan sehingga sebagian besar masyarakat menganggap kedua kegiatan ini sama, padahal keduanya memiliki fokus dan tujuan yang berbeda. Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan adalah kegiatan yang secara keseluruhan sama-sama dilakukan kepada masyarakat secara langsung. Dalam […]

The post Perbedaan Sosialisasi dan Penyuluhan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sosialisasi dan penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu masyarakat. Masyarakat masih belum mengetahui perbedaan antara sosialisasi dan penyuluhan sehingga sebagian besar masyarakat menganggap kedua kegiatan ini sama, padahal keduanya memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.

Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan adalah kegiatan yang secara keseluruhan sama-sama dilakukan kepada masyarakat secara langsung. Dalam arti sempit, sosialisasi adalah kegiatan untuk memperkenalkan suatu hal baru kepada publik.

Sedangkan penyuluhan adalah upaya mengubah perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pada dasarnya, sosialisasi dan penyuluhan sama-sama bertujuan untuk sesuatu tersebut bisa dikenal, dipahami, dimengerti, dihayati dan dilaksanakan oleh masyarakat. Namun, pada dasarnya kedua kegiatan ini memiliki arti yang berbeda.

Untuk memudahkanmu memahami perbedaan sosialisasi dan penyuluhan, simak artikel ini sampai akhir ya!

Pengertian Sosialisasi

Secara luas, pengertian sosialisasi adalah suatu proses interaksi, pembelajaran atau belajar-mengajar dalam berperilaku di masyarakat. Sosialisasi juga diartikan sebagai kegiatan untuk memperkenalkan sesuatu hal baru kepada publik.

Beberapa lainnya berpendapat bahwa sosialisasi merupakan proses penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Biasanya, proses sosialisasi sendiri disesuaikan dengan peran dan status sosial masing-masing yang terdapat dalam kelompok masyarakat.

Beberapa ahli mendefinisikan sosialisasi dengan pandangannya masing-masing. Seperti halnya Soejono Dirdjosisworo mengungkapkan bahwa definisi sosialisasi memuat tiga arti yaitu proses belajar, kebiasaan, sifat dan kecakapan.

Berbeda dengan Charlotte Bunner yang berpendapat bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat untuk membantu mereka mengerti dan memahami bagaimana cara hidup serta dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Sosialisasi ini dapat berlaku kapan saja dan tidak bergantung pada waktu. Kegiatan sosialisasi memiliki fungsi dan tujuan yang beragam, di antaranya:

  • Setiap individu mendapatkan hak hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat.
  • Setiap individu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut, sehingga mampu menerapkannya hingga menjadi kebiasaan.
  • Setiap individu dapat menyadari dan memahami peran dan posisinya di dalam masyarakat.
  • Setiap individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai nilai dan norma yang ada.
  • Terciptanya kenyamanan dan keutuhan masyarakat karena setiap individu mewujudkan dan menerapkan nilai, norma dan sesuatu hal baru yang telah disosialisasikan sehingga sesama anggota memenuhi peran masing-masing di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sosialisasi dapat terjadi karena adanya perantara atau media. Perantara ini disebut dengan agen sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi meliputi keluarga, teman, sekolah dan media massa. Dengan adanya agen sosialisasi ini, diharapkan dapat mensosialisasikan sesuatu yang baru hingga tepat sasaran atau diterima oleh masyarakat.

Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan adalah salah satu usaha berupa pendidikan non-formal kepada individu atau kelompok masyarakat yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dalam usaha perubahan perilaku yang berkelanjutan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan dalam hidup.

Penyuluhan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui pendekatan edukatif dengan melibatkan peran serta aktif individu, kelompok, atau masyarakat untuk memecahkan masalah dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat.

Penyuluhan juga dimaknai dengan proses perubahan perilaku yang berkelanjutan, dimana perubahan ini dituntut untuk tidak hanya menambah pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada kemampuan dan keterampilan yang menjurus pada produktivitas dan tindakan yang lebih menguntungkan.

Kegiatan ini menjadi salah satu usaha untuk menyebarluaskan hal-hal baru agar masyarakat tertarik, berminat dan bersedia untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penyuluhan biasanya membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan.

Penyuluhan bertujuan untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang ada. Perubahan kehidupan masyarakat tersebut mencakup segala bidang. Penyuluhan juga berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan motivasi seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Proses perubahan ini, nantinya akan mempengaruhi keterampilan, dan sikap sehingga masyarakat tahu dan mau melakukan perubahan dalam dirinya untuk mencapai target dalam kehidupannya.

Perbedaan Sosialisasi dan Penyuluhan

Meski sosialisasi dan penyuluhan memiliki tujuan yang sama, tetapi kedua kegiatan ini memiliki perbedaan. Berikut ini perbedaan dalam sosialisasi dan penyuluhan:

  • Fungsi

Sosialisasi memiliki fungsi yang dilihat dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang individu dan kepentingan masyarakat. Fungsi sosialisasi untuk tiap individu adalah pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai norma, dan struktur sosial sehingga seorang individu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Sedangkan, sosialisasi dilihat dari kepentingan masyarakat berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan dan pewarisan nilai-nilai serta norma sosial.

Seementara fungsi penyuluhan ialah sebagai proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha serta berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.

  • Metode

Selain berbeda dalam fungsi, sosialisasi dan penyuluhan juga memiliki metode yang berbeda. Sosialisasi bisa dilakukan dengan empat metode atau cara meliputi pelaziman (conditioning), imitasi, identifikasi, dan internalisasi.

Ada beragam metode yang bisa dilakukan untuk memulai penyuluhan di antaranya, metode ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, panel, bermain peran, demonstrasi, simposium dan seminar.

  • Tahapan

Dan yang membedakan antara sosialisasi dan penyuluhan ini bisa dilihat dari tahapan-tahapan yang dilakukan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam poin di atas, penyuluhan merupakan kegiatan yang membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang, sistematis dan terarah sehingga tahapan dalam penyuluhan lebih banyak.

Tahapan penyuluhan dimulai dari tahapan sadar, minat, menilai, mencoba dan tahapan terakhir barulah penerapan atau adopsi. Sedangkan di dalam sosialisasi, terdapat tahapan yang lebih ringkas dibandingkan dengan penyuluhan.

Tahapan yang perlu dilalui dalam sosialisasi adalah internalisasi nilai-nilai, enkulturasi dan terakhir pendewasaan diri. Dan, inilah perbedaan antara sosialisasi dan penyuluhan yang perlu kamu ketahui agar tidak menganggap kedua kegiatan ini sama. Semoga bermanfaat.

The post Perbedaan Sosialisasi dan Penyuluhan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
6 Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi https://haloedukasi.com/peran-keluarga-dalam-proses-sosialisasi Thu, 08 Dec 2022 02:48:11 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39956 Saat kamu lahir, sekumpulan orang pertama kali mengenalmu adalah keluarga. Mereka juga merupakan kelompok paling kecil yang mengajarkan kamu bersosialisasi sejak masih berusia bayi. Perannya sangat menentukan dan mengajarkan agar dapat berinteraksi kepada masyarakat di sekitar. Semua norma, aturan sosial serta nilai budi pekerti pertama kali diajarkan dari keluarga. Peran orang tua tidak jauh dari […]

The post 6 Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Saat kamu lahir, sekumpulan orang pertama kali mengenalmu adalah keluarga. Mereka juga merupakan kelompok paling kecil yang mengajarkan kamu bersosialisasi sejak masih berusia bayi. Perannya sangat menentukan dan mengajarkan agar dapat berinteraksi kepada masyarakat di sekitar.

Semua norma, aturan sosial serta nilai budi pekerti pertama kali diajarkan dari keluarga. Peran orang tua tidak jauh dari mendidik atau mempersiapkan agar anak mampu menaati aturan atau tata krama dalam melakukan interaksi terhadap orang di sekitarnya. Karena, bersosialisasi adalah hal penting agar selalu menjalin hubungan dengan sesamanya.

Karenanya, peran mereka dalam proses sosialisasi cukup penting jika melihat uraian yang ada di atas. Ingin tahu perannya apa saja? Jawabannya dijelaskan secara lengkap di bawah ini.

6 Peran Keluarga dalam Berprosesnya Sosialisasi

  • Mendidik Mengenai Norma Sosial

Seperti yang sudah dibahas secara singkat di paragraf atas, keluarga adalah sekumpulan individu bertanggung jawab dalam mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi dan menaati norma sosial berlaku. 

Pengajaran norma yang berasal dari keluarga biasanya dapat membentuk kepribadian atau bagaimana anak berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya sampai ia dewasa.

Karena, ia lebih dekat bersama keluarganya serta mendapat pengajarannya terus menerus. Contohnya, seorang biasanya berkarakter sopan jika sudah diajari oleh keluarganya secara konstan.

  • Mengajarkan Bagaimana Berinteraksi dengan di Sekitarnya

Kamu mungkin menemukan situasi sosial berbeda baik saat bersama keluarga, teman sebaya, di sekolah atau di tempat umum. Cara berinteraksinya pun tidak sama, misalnya dapat santai jika bersama teman seumuran tetapi harus menjaga sikap jika berkomunikasi bersama guru atau orang lebih tua.

Oleh karena itu, keluarga memiliki peran dalam mengajarkan anaknya memahami situasi sosial tertentu. Misalnya, mengajarkan agar selalu berbagi dan memaafkan agar hubungan bersama teman erat serta tidak berlaku tidak sopan terhadap guru di sekolah.

  • Memberi Tahu Apabila Anak Berbuat Salah

Jika kamu pernah ribut bersama teman sekolahmu hingga mendapat teguran dari sekolah, tentunya orang tuamu juga ikut menegurmu. Demikian saat kamu sedang berkonflik dengan kakak atau adikmu, kalian pastinya akan mendapat teguran agar segera berbaikan.

Hal tersebut dilakukan karena keluarga berperan mengoreksi apabila anak melakukan kesalahan dalam proses sosialisasinya. Karena, apabila dibiarkan maka kemungkinan menjadi kebiasaan saat sudah besar dan menghambat kemampuan sosialisasinya.

  • Memberikan Contoh yang Tepat

Agar mampu memberikan contoh nyata dalam bersosialisasi secara tepat, pastinya keluarga dapat memperagakannya agar menggambarkan cara sosialisasi yang benar. Keluarga perlu memberikan pengarahan supaya anak bisa bersosialisasi bersama orang di lingkungannya. 

Hal ini juga dikarenakan orang tua lebih memilki pengalaman dalam melakukan interaksi. Orang tua tentunya sudah terbiasa bersikap baik dan sesuai norma setempat, supaya dapat menjadi teladan baik untuk anaknya. 

  • Membuat Aturan 

Supaya anggota keluarga lainnya mampu mempraktekkan melakukan interaksi bersama di sekitarnya secara benar dan efektif, keluarga bisa menciptakan aturan. Karena, pada saat berinteraksi dengan masyarakat di sekitar banyak menemukan peraturan atau norma yang harus diikuti. 

Misalnya, memperingati agar anak seharusnya bersikap sopan kepada orang yang lebih tua atau tidak mudah berkonflik bersama saudara kandungnya. Jika hal tersebut tidak dipenuhinya, maka ia mendapat sanksi berupa pengucilan dari lingkungan sosial di sekitarnya. 

  • Memberikan Pengajaran Pembentukan Karakter

Peran keluarga sangat menentukan kepribadian anaknya di masa yang akan datang. Karena, keluarga selalu dekat dan sering berinteraksi dengannya. Sehingga kebiasaan atau kepribadiannya tidak menutup kemungkinan menular ke anaknya. 

Misalnya, jika kedua orang tua membiasakan menjaga kerukunan dan sering mengajak anaknya untuk berkumpul atau berdiskusi bersama, maka akan membentuk karakternya yang suka bersosialisasi. Karenanya, ia mampu menjaga tali pertemanan dalam jangka waktu panjang. 

The post 6 Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Bentuk Agen Sosialisasi dan Penjelasannya https://haloedukasi.com/bentuk-agen-sosialisasi Fri, 25 Nov 2022 04:45:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39773 Dalam sebuah proses sosialisasi tidak mungkin akan berjalan dengan baik tanpa adanya pihak-pihak yang berperan sebagai perantara sosialisasi tersebut. Pihak-pihak perantara ini disebut juga dengan agen sosialisasi. Agen sosialisasi ini sendiri ada dalam banyak bentuk. Mereka berperan sebagai media penyampai nilai dan norma sosial budaya kepada masyarakat. Tujuannya agar bisa terserap dengan baik oleh individu […]

The post 5 Bentuk Agen Sosialisasi dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dalam sebuah proses sosialisasi tidak mungkin akan berjalan dengan baik tanpa adanya pihak-pihak yang berperan sebagai perantara sosialisasi tersebut.

Pihak-pihak perantara ini disebut juga dengan agen sosialisasi. Agen sosialisasi ini sendiri ada dalam banyak bentuk.

Mereka berperan sebagai media penyampai nilai dan norma sosial budaya kepada masyarakat. Tujuannya agar bisa terserap dengan baik oleh individu atau kelompok sehingga nilai dan norma tersebut tetap lestari.

Agen-agen sosialisasi ini diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak melakukan proses sosialisasi. Keluarga juga merupakan dasar utama dalam pembentukan struktur sosial yang nantinya menjadi lebih luas seiring pertumbuhan seorang anak.

Agen-agen sosialisasi dalam keluarga ini adalah ayah, ibu, saudara, kakek, nenek. Intinya adalah orang-orang yang mengasuh anak dalam suatu keluarga.

Dalam lingkungan keluarga agen-agen sosial di dalamnya akan memperkenalkan seorang anak tentang dasar-dasar sosialisasi seperti menghargai nilai gender.

Contohnya seperti anak laki-laki dibiasakan membantu ayah mencuci pekerjaan berat dan anak perempuan membantu pekerjaan ibu di dapur seperti memasak.

Lingkungan keluarga ini berbeda dengan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat lebih menganut sistem kekerabatan yang lebih luas seperti hubungan dengan keluarga teman atau tetangga.

Sebelum anak terjun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas, keluarga adalah lingkungan sosial pertamanya. Maka dari itu peran agen sosial dalam keluarga sangat penting dalam membangun kepribadian anak.

  • Kelompok Bermain

Kelompok bermain terdiri dari banyak macam teman dan latar belakang keluarga yang berbeda-beda juga. Hal ini juga sekaligus memengaruhi proses sosialisasi seseorang.

Melalui teman bermain seseorang dapat belajar tentang nilai-nilai keadilan atau persamaan derajat walaupun hidup dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda.

Melalui teman pula kepribadian seseorang akan terbentuk. Bergaul dengan teman yang baik akan menuntun seseorang juga berbuat baik. Sebaliknya bila salah memilih teman, perilaku seseorang juga akan bersifat negatif.

Maka dari itu memilih agen sosialisasi benar berupa teman yang baik sangat berpengaruh juga dalam proses terbentuknya kepribadian seseorang dalam ia bersosialisasai di masyarakat.

Hal inilah yang membuat kelompok bermain juga merupakan sebuah bentuk agen sosialisasi. Dalam hal ini agen sosialisasi yang berwujud teman sebaya.

  • Sekolah

Sekolah atau lingkungan pendidikan lain yang memiliki fungsi mendidik juga merupakan salah satu bentuk agen sosialisasi.

Pembentukan kepribadian seorang anak tidak hanya ada di keluarga saja. Namun juga terjadi lebih luas di lingkungan sekolah.

Melalui pendidikan di sekolah atau sejenisnya seorang anak tidak hanya akan mendapatkan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Namun juga cara bersosialisasi dengan baik.

Sekolah sebagai agen sosialisasi akan memberi pengetahuan dan keterampilan untuk mengebangkan daya intelektual agar seorang anak dapat hidup dengan layak.

Dengan ini pula secara tidak langsung sekolah akan membentuk kepribadian seorang anak agar sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Sehingga ia mampu bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat.

Maka dari itu lingkungan pendidikan seperti di sekolah adalah salah satu bentuk agen sosial yang berperan sangat penting bagi seseorang dalam menjalankan proses sosialisasi.

  • Media Massa

Perkembangan teknologi digital yang saat ini semakin maju membuat media massa saat ini juga semakin beragam.

Dengan beragam nya media massa saat ini juga membuat proses sosialisasi seseorang menjadi lebih mudah di akses.

Proses sosialisasi melalui media massa ini memiliki ruangan lingkup yang lebih luas. Seperti iklan di televisi. Hampir setiap rumah di negara kita memiliki televisi. Ini membuat iklan apa pun juga dengan mudah dilihat oleh orang-orang di rumah.

Masyarakat generasi saat ini juga bisa dengan mudahnya mengakses segala bentuk informasi lewat handphone atau leptop yang hampir setiap orang punya.

Hal ini pun akhirnya juga memengaruhi kepribadian seseorang. Tindakan dan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya lewat media massa yang dilihat dan didengarnya.

Apabila informasi yang diperoleh tersebut positif, sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku, maka akan terbentuk kepribadian yang juga positif.

Sebaliknya jika informasi yang diperoleh negatif, maka akan terbentuk kepribadian yang kurang baik, bahkan bisa melenceng dari norma yang berlaku.

Oleh karena itu media massa adalah salah satu bentuk agen sosial yang juga sangat penting bagi proses sosialisasi seseorang.

  • Lingkungan Kerja

Lingkungan sosial dalam pekerjaan seseorang juga merupakan salah satu bentuk agen sosialisasi. Melalui dunia kerja seseorang akan mengalami proses sosialisasi lewat teman kerja.

Agen sosial seperti teman kerja tersebut akan memberikan nilai dan norma baru terhadap diri kita. Terutama dalam hal gaya hidup dan cara bergaul dengan orang lain.

Misalnya saja ketika seseorang bekerja di dunia fashion, maka perilaku dan gaya hidupnya juga akan berbeda dengan orang lain yang tidak bekerja di dunia fashion.

Atau ketika seseorang bekerja sebagai tenaga pendidik di sekolah. Lingkungan sosial juga membentuknya menjadi orang yang baik karena harus menjadi contoh yang baik bagi murid-murid yang diajar nya.

The post 5 Bentuk Agen Sosialisasi dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Sosialisasi https://haloedukasi.com/faktor-yang-memengaruhi-keberhasilan-sosialisasi Mon, 21 Nov 2022 03:22:01 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39719 Sosialisasi adalah proses pembelajaran diri manusia agar dapat mengenali lingkungan yang ia tinggali, baik itu dalam bentuk lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi, seseorang akan memahami dan menjalankan dengan baik hak serta kewajibannya sebagai anggota sebuah kelompok masyarakat yang ia tinggali. Dan melalui hal itu pula sesama anggota masyarakat akan hidup rukun […]

The post 10 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sosialisasi adalah proses pembelajaran diri manusia agar dapat mengenali lingkungan yang ia tinggali, baik itu dalam bentuk lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial.

Melalui proses sosialisasi, seseorang akan memahami dan menjalankan dengan baik hak serta kewajibannya sebagai anggota sebuah kelompok masyarakat yang ia tinggali. Dan melalui hal itu pula sesama anggota masyarakat akan hidup rukun dan damai tinggal bersama.

Proses sosialisasi ini akan terus ada dan dan berkembang sesuai dengan usia yang bertambah. Misalnya saja ketika seorang bayi lahir dia mulai berinteraksi dengan orang tuanya. Kemudian saat anak-anak, dia berinteraksi dengan banyak teman di sekolah. Selanjutnya hingga dewasa pun proses sosialisasi akan selalu melekat dalam diri manusia sekalipun tanpa mereka sadari.

Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Sosialisasi

Dalam proses manusia bersosialisasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilnnya. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:

  • Sifat Dasar

Sifat dasar atau karakter seseorang bisa menentukan berhasil tidaknya proses sosialisasi yang sedang dilakukannya. Jika seseorang tidak berpikiran terbuka dan cenderung menutup diri dari berinteraksi dengan orang lain, tentu saja proses sosialisasi tidak akan berhasil.

  • Kondisi Biologis

Kondisi biologis seseorang seperti sehat tidaknya atau mampu tidaknya seseorang melakukan aktivitas sosialisasi juga menjadi dasar berhasil tidaknya sebuah proses sosialisasi.

Jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk bisa melakukan proses sosialisasi, seperti cacat fisik atau sakit parah yang mengharuskan tetap berada di sebuah tempat khusus, maka akan berpengaruh juga pada  proses sosialisasi mereka.

  • Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal adalah lingkungan ketika anak masih di dalam kandungan ibunya. Sesederhana makanan yang dikonsumsi ibu atau cara ibu berkomunikasi dengan anak walaupun masih di dalam kandungan, bisa memengaruhi kecerdasan anak saat lahir nantinya.

Kecerdasan inilah yang akhirnya juga berpengaruh pada keberhasilan sosialisasi anak tersebut dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Hal ini karena cara manusia berinteraksi satu dengan yang lain juga tergantung dari kecerdasan komunikasi seseorang itu sendiri.

  • Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang baik dan mendukung keberhasilan sebuah proses sosialisasi adalah lingkungan sosial yang terbuka menerima segala bentuk ideologi anggota lingkungan itu sendiri.

Maka dari itu faktor lingkungan sosial tempat seseorang tinggal juga berpengaruh pada keberhasilan sebuah proses sosialisasi. Semakin baik kondisi sosial tempat seorang individu tinggal semakin tinggi tingkat keberhasilan sebuah proses sosialisasi.

  • Tingkat Kecerdasan

Berada dalam sebuah lingkungan elit yang memiliki banyak sumber daya manusia berintelektual tinggi, maka akan mudah jika seseorang dengan tingakat kecerdasan yang juga tinggi untuk ikut membuar bersama mereka.

Hal ini karena seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa seseorang dengan tingkat kecerdasan yang tinggi pasti juga akan berinteraksi komunikasi yang berbobot dan relevena dengan sesamanya.

  • Keluarga

Manusia dengan perbedaan kondisi latar belakang keluarga yang berbeda tentu saja mempengaruhi bagaimana mereka tumbuh dalam lingkungan keluarganya selama ini.

Hal ini juga berpengaruh pada keberhasilan mereka bersosialisasi saat mereka dewasa nanti. Semakin baik latar belakang seseorang dari keluarga yang memiliki didikan baik, semakain baik pula cara seseorang tersebut dalam bersosialisasi.

  • Motivasi

Seberapa tinggi motivasi seorang individu untuk bersosialisasi dengan individu atau kelompok lain, menjadi tolak ukur seberapa tinggi pula tingkat keberhasilan sebuah proses sosialisasi.

Tentu saja tidak akan berhasil sebuah proses sosialisasi, jika seorang individu tidak berminat atau tidak mempunyai motivasi yang baik untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial tempatnya tinggal.

  • Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi ternyata juga berpengaruh pada keberhasilan seorang individu dalam bersosialisasi. Kebanyakan masyarakat kalangan bawah yang cenderung memiliki tingkat ekonomi rendah tidak akan berhasil bersosialisasi dalam lingkungan sosial masyarakat elit atau kalangan masyarakat atas.

Walaupun tidak menutup kemungkinan sebagian dari mereka bisa melakukannya. Namun perbedaan gaya hidup, kebutuhan dan kemampuan yang tidak sama tentu saja akan sulit diimbangi.

Apalagi jika ingin bersosialisasi dengan cara  menyamakan dan menerapkan gaya hidup kaum elit atas. Bersosialisasi dengan dasar ini tidak akan berhasil.

Maka dari itu, keadaan ekonomi yang sama akan lebih memudahkan sebuah kelompok masyarakat bisa bersosialisasi dengan baik karena merasa memiliki kehidupan yang sama dan relevan antar sesama.

  • Kebudayaan

Keadaan latar belakang kebudayaan seseorang yang berbeda-beda tentu juga menyebabkan orang-orang memiliki struktur bahasa yang juga berbeda-beda. Misalnya saja seseorang dari Ambon akan memiliki aksen bahasa yang berbeda dengan orang dari pulau Jawa.

Hal ini tentu saja berpengaruh pada mudahnya proses sosialisasi berlangsung. Akan lebih mudah dan lancar bagi seseorang bersosialisasi dengan sesama warga sukunya daripada dengan warga dari suku lain. Karena memiliki kesamaan budaya dan cara berkomunikasi yang sama.

Walaupun tentu saja seseorang tersebut bisa berkomunikasi dengan bahasa dasar mereka seperti bahasa Indonesia agar mudah dimengerti banyak orang dari berbagai suku lain. Namun proses sosialisasi cenderung lebih berhasil dan mudah bagi sesama warga yang berasal dari suku yang sama,

  • Pengalaman

Dengan banyaknya pengalaman seseorang dalam bersosialisasi, tentu akan menuntun seseorang tersebut menemukan cara paling efektif untuk bersosialisasi dengan mudah dan berhasil dengan baik.

Hal ini karena semakin banyak seseorang bersosialisasi tentu semakin banyak pola efektif yang ditemukannya agar berkomunikasi dengan baik sehingga proses sosialisasi yang dilakukannya pun berhasil.

The post 10 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Bentuk Kelompok Bermain (Peer Group) sebagai Agen Sosialisasi https://haloedukasi.com/bentuk-kelompok-bermain-peer-group-sebagai-agen-sosialisasi Wed, 09 Nov 2022 08:16:30 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39549 Dita merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ia selalu diberikan nasihat dan motovasi oleh kedua orang tuanya. Dita juga senantiasa dibekali berbagai pengetahuan mengenai kebiasaan dan tata cara berperilaku sesuai dengan nilai serta norma sosial yang ada di masyarakat. Harapannya, Dita bisa tumbuh menjadi pribadi yang menjalankan kewajibannya dengan baik dan menjadi contoh teladan bagi […]

The post 4 Bentuk Kelompok Bermain (Peer Group) sebagai Agen Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dita merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ia selalu diberikan nasihat dan motovasi oleh kedua orang tuanya. Dita juga senantiasa dibekali berbagai pengetahuan mengenai kebiasaan dan tata cara berperilaku sesuai dengan nilai serta norma sosial yang ada di masyarakat. Harapannya, Dita bisa tumbuh menjadi pribadi yang menjalankan kewajibannya dengan baik dan menjadi contoh teladan bagi adiknya.

Ilustrasi di atas merupakan contoh bentuk sosialisasi primer. Bentuk sosialisasi ini disebut sebagai tahap pertama yang dilalui oleh individu dalam mempelajari nilai dan norma sosial di lingkungan keluarga.

Bentuk sosialisasi lainnya yaitu sosialisasi represif. Proses sosialisasi ini ditandai dengan adanya penekanan berupa hukuman (punishment). Tujuannya yaitu agar perilaku tersebut tidak terulang lagi dan menjadi individu yang patuh terhadap norma sosial.

Contohnya, Emma mendapatkan nilai ujian kurang baik di beberapa pelajaran, oleh karena itu ia mendapatkan hukuman dari Ibunya untuk membersihkan kamar mandi dan membersihkan seluruh rumah.

Individu tidak dapat mempelajari dan mengahayati segala nilai serta norma sosial yang ada di sekitarnya sendiri. Individu membutuhkan pihak lain untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Dalam sosiologi, pihak lain tersebut dikenal dengan nama media / agen sosialisasi.

Salah satu agen sosialisasi dalam masyarakat yaitu kelompok bermain atau teman sebaya. Menurut Prof. Damsar, definisi kelompok bermain yaitu suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki persamaan usia, status sosial, dan dengan siapa umumnya seseorang berhubungan atau bergaul.

Berdasarkan pengertian tersebut, kelompok bermain dapat dimaknai sebagai sekumpulan individu yang memiliki rentang usia yang hampir sama. Selain itu, anggota dalam kelompok ini juga memiliki permasaan hobi/kegemaran, profesi, dan kepentingan. Kelompok bermain juga punya istilah lain, yakni teman sepermainan atau peer group.

Kelompok bermain dinilai mempunyai rasa keakraban, simpati, dan empati yang tinggi. Hal ini dikarenakan setiap individu yang tergabung dalam kelompok tersebut saling berinteraksi dan berbagi mengenai berbagai hal, seperti masalah pribadi, minat, serta pengalaman. Oleh karena itu, hubungan sosialisasi yang terjalin dalam kelompok ini bersifat ekualias (sema). 

Kelompok bermain dalam masyarakat memiliki berbagai bentuk, yaitu chums, cliques, crowds, dan kelompok terorganisir. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Chums (Sahabat Karib)

Chums diartikan sebagai sabahat karib yang umumnya berusia sama dan terdiri dari dua sampai tiga individu. Kelompok ini dapat terbentuk karena adanya berbagai keseragaman, seperti keahlian, jenis kelamin, hobi, dan bakat.

Sahabat karib memiliki intensitas interaksi sosial yang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari seringnya para anggota kelompok berkumpul, bertemu, dan berkominkasi. Obrolan yang dibicarakan biasanya bersifat pribadi sehingga setiap individu dapat memberi nasihat dan saran tanpa rasa canggung.

Dalam setiap kelompok, baik yang jumlahnya sedikit ataupun banyak pasti pernah mengalami suatu konflik atau pertentangan. Begitu pula dengan chums, pertengakaran dan kesalahpahaman juga sering terjadi. Namun, karena rasa sayang dan ikatan batin yang terjalin begitu kuat maka proses penyelesaian konflik dapat diatasi dengan mudah.

2. Cliques (Kelompok Kecil)

Perbedaan cliques dengan chums terletak pada jumlah anggota kelompok. Jika chums merupakan sekumpulan sahabat karib yang jumlahnya tidak lebih dari tiga individu, maka cliques adalah sekelompok individu yang terdiri dari empat hingga lima sahabat karib. Clique juga dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok gabungan dari beberapa chums.

Sementara itu, persamaan antara cliques dengan chums yakni sama-sama terbentuk karena adanya berbagai faktor. Misalnya, persamaan jenis kelamin, status sosial, kesukaan, pandangan hidup, atau kemauan. Namun dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang ditemui cliques yang para anggotanya memiliki jenis kelamin yang berbeda.

Contoh cliques (kelompok kecil) dapat dengan mudah dijumpai di sekolah. Misalnya, di sebuah kelas terdapat beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Alasan terbentuknya kelompok ini yaitu dikarenakan adanya minat yang sama mengenai suatu hal atau tinggal di wilayah yang berdekatan.

3. Crowds (Kelompok Besar)

Crowds dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari banyak individu berusia remaja dan mempunyai kegemaran yang serupa. Remaja merupakan individu yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Usia remaja juga dapat ditandai dengan perubahan fisik, psikis, dan emosional.

Pada umumnya, crowds tidak memiliki struktur organisasi yang formal / resmi dan bersifat sementara (tidak langgeng). Antaranggota kelompok tidak saling mengenal sehingga ikatan yang terjalin cenderung longgar.

Misalnya, kelompok penggemar boyband K-pop yang pada umumnya memiliki rentang usia yang sama dan didominasi oleh kaum remaja. Kegiatan yang dilakukan kelompok ini yaitu menghadiri acara bersama, mengadakan pertemuan rutin, dan melakukan kegiatan amal.

4. Kelompok Terorganisir

Bentuk kelompok bermain yang terakhir yaitu kelompok teroganisir (resmi). Kelompok ini sengaja dirancang dan dibentuk oleh individu-individu yang berusia dewasa. Tujuannya yaitu untuk mengembangkan dan meningkatan kreativitas, potensi, bakat, dan keahlian.

Karakteristik dari kelompok terorganisir adalah sebagai berikut;

  • Oraganisasi kelompok terbentuk secara resmi/legal.
  • Terdapat berbagai peraturan tegas dan sengaja dibuat oleh para anggota untuk ditaati bersama, serta memiliki fungsi untuk memelihara hubungan antaranggota kelompok.
  • Terdapat struktur dan organisasi yang bersifat formal.
  • Memiliki aturan-aturan tertulis yang harus dipatuhi.

Contoh kelompok terorganisir di sekolah yaitu ekstrakurikuler PMR, pramuka, teater, musik, basket, futsal, pecinta alam, OSIS, dan lain sebagainya.

Contoh lainnya, yaitu kelompok okupasional seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

The post 4 Bentuk Kelompok Bermain (Peer Group) sebagai Agen Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Tahap Pembentukan Kepribadian Melalui Proses Sosialisasi https://haloedukasi.com/tahap-pembentukan-kepribadian-melalui-proses-sosialisasi Tue, 01 Nov 2022 07:28:42 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39399 Peter L. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses individu untuk menjadi anggota masyarakat yang partisipatif. Sementara itu, menurut Horton dan Hunt sosialisasi merupakan proses seseorang menghayati berbagai norma kelompok tempat ia hidup sehingga muncul kepribadian yang unik. Berdasarkan dua pengertian ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan sebuah proses yang dijalani oleh individu dan kelompok […]

The post 3 Tahap Pembentukan Kepribadian Melalui Proses Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Peter L. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses individu untuk menjadi anggota masyarakat yang partisipatif. Sementara itu, menurut Horton dan Hunt sosialisasi merupakan proses seseorang menghayati berbagai norma kelompok tempat ia hidup sehingga muncul kepribadian yang unik.

Berdasarkan dua pengertian ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan sebuah proses yang dijalani oleh individu dan kelompok untuk mempelajari dan mengenali pola perilaku, sistem nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini dilakukan agar individu memiliki kepribadian dan tumbuh menjadi pribadi yang diterima oleh masyarakat.

Sosialisasi memiliki berbagai tujuan, misalnya dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Di lingkungan keluarga, orang tua selalu mengajarkan kedisiplinan dan kepatuhan kepada anak-anaknya. Sikap patuh dan disiplin yang telah diajarkan mampu membuat anak mengerti dan taat terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku.  Harapannya, anak-anak tidak akan berperilaku menyimpang dari aturan.

Tujuan sosialisasi di sekolah yakni untuk menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih luas kepada para peserta didik. Tidak hanya itu, tujuan sosialisasi di lembaga pendidikan juga mengajarkan dan mempersiapkan peran peserta didik saat dewasa kelak.

Selain untuk mengenal dan mempelajari nilai dan norma yang berlaku, sosialisasi juga memiliki peran penting yaitu untuk membentuk kepribadian individu.

Kepribadian merupakan watak, sifat, ciri khas, atau karakter dalam diri individu yang dibawa sejak lahir, cenderung bersifat tetap, dan menjadi suatu identitas khusus yang membedakannya dengan individu lain.

Proses pembentukan kepribadian individu berlangsung secara terus menerus dari mulai usia balita hingga usia senja. Kepribadian tersebut tumbuh dan terbentuk melalui proses interaksi sosial dan sosialisasi.

Salah satu faktor pembentuk kepribadian yaitu pengalaman individu dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Nurma sering bertemu dan bergaul dengan orang-orang dari latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda. Dari pengalamannya tersebut, Nurma memiliki kepribadian yang mudah bergaul, mampu menerima perbedaan, dan lebih mudah menerima hal baru.

Melalui sosialisasi, kepribadian dapat terbentuk melalui tiga tahap yaitu internalisasi nilai-nilai, enkulturasi, dan pendewasaan diri. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

1. Internalisasi Nilai-nilai

Internalisasi nilai-nilai dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan, pendalaman, dan penanaman segala hal atau prinsip yang dianggap baik, pantas, penting, dan memiliki aspek manfaat bagi kehidupan individu dalam masyarakat.

Bukan hanya itu, internalisasi juga mencakup penghayatan mengenai berbagai aturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya, norma kesopanan, kesusilaan, hukum, dan agama.

Individu sebagai anggota kelompok masyarakat menjalankan internalisasi sepanjang hidupnya, artinya mulai dari lahir sampai akhir hayat. Aktivitas ini dapat dilaksanakan melalui pembinaan, bimbingan, dan sosialisasi.

Internalisasi nilai-nilai pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan anak bagaimana cara makan yang benar, berbicara sopan kepada orang yang lebih tua, dan bergaul dengan teman sebaya.

Selain keluarga, proses internalisasi nilai-nilai juga bisa didapatkan dari berbagai lingkungan sosial, seperti sekolah, tempat kerja, dan teman sepermainan. Terkadang individu tidak menyadari bahwa dari berbagai lingkungan tersebut yang membentuk kepribadian dan kebiasaannya.

Internalisasi berguna untuk mendorong individu atau kelompok melakukan pengembangan dan perbaikan sifat dan perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Kegunaan lainnya yaitu untuk membangkitkan dan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri individu supaya bisa memiliki daya saing dengan individu lainnya.

2. Enkulturasi

Persamaan antara internalisasi dan enkulturasi yaitu proses belajar dan pendalaman suatu unsur dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu. Perbedaannya yaitu internalisasi lebih mengarah pada penanaman nilai dan norma sosial yang berlaku, sedangkan enkulturasi belajar mengenai adat istiadat, tata sosial, dan sistem kebudayaan.

Nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang telah tertanam dalam diri inidividu kemudian dipraktikkan ke dalam sikap dan tindakan sehari-hari. Proses ini berjalan secara terus menerus selama setiap individu dalam masyarakat saling berinteraksi, yang artinya seumur hidup.

Ketika masih berusia kanak-kanak, enkulturasi terkesan dipaksakan dan secara tidak sadar berbagai nilai serta sistem norma merasuk ke dalam kehidupan individu hingga menjadi suatu kebiasaan.

Namun, saat beranjak dewasa, individu sudah secara sadar dapat memilih dan menerima nilai-nilai / unsur-unsur budaya yang akan diimplementasikannya menjadi sebuah perilaku dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Pendewasaan Diri

Pendewasaan diri terjadi ketika internalisasi dan enkulturasi berjalan dengan intensif. Hal ini ditandai dengan terbangunnya suatu kepribadian dalam diri individu.

Arti kata “dewasa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akil baliq (bukan kanak-kanak atau remaja lagi). Selain itu, dewasa juga dapat dimaknai sebagai sesorang yang memiliki kematangan dalam berpikir dan bertindak, serta sudah mampu menetukan pandangan hidup.

Apabila individu telah mencapai tahap pendewasaan diri, maka dapat dikatakan bahwa ia sudah sanggup menjalani suatu peran sesuai dengan kedudukan sosialnya.

Tahap ini juga membuat individu mengetahui dan memahami berbagai jenis peran dalam masyarakat. Dengan demikian, individu sudah dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial secara luas dan menjaga keteraturan sosial.

The post 3 Tahap Pembentukan Kepribadian Melalui Proses Sosialisasi appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Contoh Sosialisasi Sekunder dan Primer https://haloedukasi.com/contoh-sosialisasi-sekunder-dan-primer Mon, 31 Oct 2022 08:45:50 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39416 Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup manusia. Hal ini dijelaskan dalam optimalisasi Kamanto Sunarto (2000:31) yang diterbitkan di Perpustakaan Lemhannas untuk pencegahan gangguan Kamtivus. Sosialisasi dibagi menjadi dua jenis: sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Menurut T.O. Ihromi dalam bukunya Flower Sociology of Family Sociology (1999), sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama seorang […]

The post 4 Contoh Sosialisasi Sekunder dan Primer appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup manusia. Hal ini dijelaskan dalam optimalisasi Kamanto Sunarto (2000:31) yang diterbitkan di Perpustakaan Lemhannas untuk pencegahan gangguan Kamtivus. Sosialisasi dibagi menjadi dua jenis: sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.

Menurut T.O. Ihromi dalam bukunya Flower Sociology of Family Sociology (1999), sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama seorang individu selama masa kanak-kanak. Selama tahap ini, individu belajar untuk melihat lingkungan mereka dan menjadi bagian dari keluarga dan komunitas mereka. Proses belajar ini berlangsung di lingkungan rumah sampai akhirnya kepribadian individu berkembang secara umum.

Menurut Berger dan Lachmann, mengutip dari buku Rustina dan Suharnis Socialization of the Child of a Single Parent (2022), definisi sosialisasi primer adalah. Sebagai berikut:

Sosialisasi primer merupakan sosialisasi awalan urutan pertama yang individu jalankan dari semenjak kecil dengan belajar menjadi anggota keluarga.

Umumnya sosialisasi ini terjadi saat anak berusia 1 sampai 5 tahun atau saat anak belum bersekolah. Pada tahap ini, anak secara bertahap mulai menyadari anggota dan lingkungan keluarganya dan belajar tentang belajar. Tahapan ini berlanjut hingga akhirnya ia mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitarnya.

Sedangkat sosialisasi sekunder menurut Peter L. Berger dan Luckman (1978) dalam The Field of Rural Sociology (2016) merupakan sebuah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kepada kelompok tertentu dalam masyarakat.

Ada dua tahap sosialisasi sekunder. Desosialisasi adalah tahap di mana setiap individu menerima identitas diri yang baru dan menghapus identitas diri yang lama.

Proses dua tahap sosialisasi sekunder biasanya terjadi di seluruh lembaga, lingkungan tempat mereka tinggal dan bekerja. Dalam kedua tahap, beberapa orang dalam situasi yang sama dipisahkan dari komunitas yang lebih besar untuk jangka waktu tertentu dan hidup bersama dalam kehidupan yang terbatas dan diatur secara formal.

Nah guys kalian kan sudah mengetahui apa itu dataran tinggi serta beberapa cirinya, kali ini kita akan berbicara tentang contoh-contoh dataran tinggi yang ada di negeri kita, negara Indonesia. kira-kira apa saja ya? Apakah ada yang sudah kalian ketahui? Yuk simak penjelasan di bawah ini dengan baik. siapa tau bisa jadi inspirasi kalian untuk liburan di berbagai wilayah yang disebutkan di bawah ini.

Contoh Sosialisasi Primer

Pada tahap ini, peran orang tua dan orang-orang terkasih dalam membentuk kepribadian dan sikap anak sangatlah penting. Sosialisasi primer merupakan tahap yang penting untuk dipertimbangkan. Karena apa yang dilihat anak dapat mempengaruhi karakter dan sikapnya di masyarakat.

Kepribadian

Individu mengenal dirinya sendiri sebelum memasuki komunitas. Pembentukan kepribadian individu dimulai dengan meniru perilaku orang-orang terdekatnya: ayah, ibu, saudara laki-laki, nenek, kakek. Orang terdekat seperti itu adalah keluarga. Inilah yang disebut kepribadian

Pendidikan

Sekolah pertama yang diterima seseorang adalah keluarga, khususnya ibu, pada tahap awal sosialisasi. Orang ini sedang belajar membaca, berhitung, menulis dan berbicara serta tata krama dan tata krama.

Pengembangan Karakter

Contoh selanjutnya adalah pengembangan karakter, sejak usia dini orang mulai belajar menghafal karakter. Mengembangkan karakter ini sangat penting sebagai persiapan individu sebelum terjun ke masyarakat.

Jejak kepribadian ini dapat berupa agama, sentimen, nasionalisme, dan sebagainya. Bentuk pengembangan karakter ini adalah belajar lebih banyak tentang sifat emosional individu dan dapat menjadi bentuk kesabaran orang tua dalam membesarkan anak-anak.

Orang tua yang mudah marah dan melakukan kekerasan dalam membesarkan anaknya dapat mengganggu semangat anak.

Kebiasaan

Kebiasaan yang dimaksud disini adalah sifat sehari-hari individu yang dapat berpengaruh di masyarakat kelak.

Hal ini seperti berbahasa, tata cara bersikap kepada orang lain, bahkan hingga hal-hal seperti makan dan minum juga sangat berpengaruh.

Contohnya seperti jika dalam keluarganya individu sudah terbiasa bicara dengan nada tinggi atau bahkan bicara kasar. Maka hal tersebut akan ikut terbawa ke lingkungan masyarakat dan individu tersebut dapat dikenakan sanksi sosial berupa pengucilan.

Contoh Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder ditemukan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat maupun dimana-mana, berikut adalah beberapa contohnya:

Lembaga Pendidikan

Perorangan menjalani proses sosialisasi primer di lingkungan rumah dan kemudian melanjutkan proses sosialisasi sekunder di masyarakat. Atau ke lembaga pendidikan.

Ditujukan untuk melatih individu dalam lembaga pendidikan untuk membentuk karakter dan moral pribadi mereka lebih baik dan lebih kompetitif.

Lingkungan

Pada tahap ini, individu belajar dari teman-teman di sekitarnya dan mulai meniru apa yang dilakukan teman-temannya. Tahap ini juga merupakan tahap lanjutan dari sosialisasi primer yang pertama kali dilakukan oleh keluarga, dan individu belajar melalui lingkungan setelah menjalani proses sosialisasi dari keluarga.

Media Massa

Media massa berperan dalam tahap kedua sosialisasi, ketika individu mulai menerima pesan dan simbol di media massa. Pesan-pesan ini mungkin dalam bentuk informasi. Media massa dapat menjalankan fungsi pendidikan dalam sosialisasi.

Informasi tersebut mungkin memiliki nilai pendidikan, belum lagi perilaku individu juga dipengaruhi oleh frekuensi penggunaan media massa.

Lembaga Resmi

Selanjutnya adalah lembaga resmi. Institusi formal di sini berarti dapat berbentuk tempat kerja, sekolah, kampus, atau lingkungan formal.

Kegiatan dalam lembaga ini biasanya berupa sosialisasi kebijakan baru, kegiatan penyuluhan, pertemuan antar instansi, dan sosialisasi program baru di pemerintahan.

Beberapa contoh lainnya dari sosialisasi sekunder dalam kehidupan bermasyarakat adalah:

  • Bekerja di lembaga sosial, seperti perkumpulan pemuda, pengurus masjid, dan lembaga sosial lainnya.
  • Di dalam keluarga, misalnya bapak-bapak yang mengajak anaknya bermain di lingkungan sekitar dan memperkenalkannya kepada anak-anak yang sebaya, ibu-ibu yang melarang anaknya keluar malam, aturan-aturan tak tertulis yang selalu berlaku di rumah.
  • Sanksi dikenakan terhadap pelanggaran peraturan lingkungan, seperti gotong royong dan partisipasi dengan tetangga Talirang, dalam lingkungan sosial, seperti pembagian rencana patroli oleh ketua RT.

The post 4 Contoh Sosialisasi Sekunder dan Primer appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Fungsi Sosialisasi dalam Masyarakat beserta Tujuannya https://haloedukasi.com/fungsi-sosialisasi-dalam-masyarakat Fri, 28 Oct 2022 08:52:11 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39376 Baik di sekolah, di rumah, maupun di sekitar komplek, kamu pasti sering bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Sudah menjadi kodrat bagi manusia sebagai makhluk sosial untuk terus berinteraksi dan bersosialisasi dengan sekitarnya. Saat berdiskusi di sekolah, kita telah melakukan sosialisasi. Namun apakah kalian sudah tahu apa yang dimaksud sosialisasi dalam masyarakat? Berikut ini adalah […]

The post 3 Fungsi Sosialisasi dalam Masyarakat beserta Tujuannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Baik di sekolah, di rumah, maupun di sekitar komplek, kamu pasti sering bertemu dan berinteraksi dengan orang lain.

Sudah menjadi kodrat bagi manusia sebagai makhluk sosial untuk terus berinteraksi dan bersosialisasi dengan sekitarnya.

Saat berdiskusi di sekolah, kita telah melakukan sosialisasi. Namun apakah kalian sudah tahu apa yang dimaksud sosialisasi dalam masyarakat?

Berikut ini adalah pembahasan tentang pengertian sosialisasi dan fungsi sosialisasi dalam masyarakat.

Pengertian Sosialisasi Menurut para Ahli

Para sosiolog mempunyai beragam pandangan tentang definisi sosialisasi. Pengertian sosialisasi menurut ahli antara lain sebagai berikut:

Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses belajar dan penyesuaian diri untuk membantu anggota masyarakat dalam memahami cara hidup dan cara berpikir dari kelompoknya.

Greenberg berpendapat bahwa sosialisasi merupakan suatu proses perubahan individu untuk diterima atau sesuai dengan keinginan dari pihak luar agar diterima sebagai anggota organisasi atau kelompok tersebut.

Sedangkan menurut Robert M.Z. Lawang sosialisasi merupakan proses mempelajari dan memahami norma, nilai, peran, dan semua syarat lainnya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial.

Kemudian menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi adalah proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang bisa menjadi anggota masyarakat.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah rangkaian proses pembelajaran dalam memahami nilai dan kultur dalam sebuah masyarakat.

Tujuan Sosialisasi

Setelah mengerti definisi sosialisasi dalam masyarakat, kita perlu mengetahui tujuan sosialisasi dalam masyarakat. Ada beberapa tujuan sosialisasi dalam masyarakat, antara lain:

  • Menumbuhkan Disiplin

Umumnya, sosialisasi bertujuan untuk menanamkan disiplin dasar kepada seorang individu. Contohnya saat ada orang yang sedang sakit atau beristirahat, kita dilarang untuk membuat kebisingan.

Meskipun kita ingin mendengarkan musik dengan suara kencang pada saat itu, kita tidak melakukannya karena nilai ketertiban yang kita dapatkan dari proses sosialisasi.

  • Menanamkan Aspirasi dan Cita-Cita

Lewat proses sosialisasi, masyarakat bisa menentukan cara hidup seorang warga masyarakat.

Contohnya seorang ayah yang selalu menasehati anaknya untuk meneladani perilaku seorang tokoh yang dianggap panutan.

  • Mengajarkan Peran Sosial dan Sikap Penunjangnya

Setiap warga masyarakat diharapkan bisa memperhitungkan kehadiran orang lain dalam hubungan sosialnya.

Contohnya saat memutuskan untuk menikah, baik suami maupun istri harus memahami perannya untuk saling mendukung dan bekerja sama dalam mengurus rumah tangga.

  • Mengajarkan Keterampilan sebagai Persiapan Dasar dalam Berpartisipasi di Masyarakat

Sosialisasi juga memiliki tujuan untuk mengajarkan keterampilan dasar dalam berpartisipasi di kehidupan masyarakat.

Sehingga seseorang mengerti bagaimana berkomunikasi dengan tetangga, memesan makanan di restoran, atau menggunakan fasilitas umum.

Fungsi Sosialisasi dalam Masyarakat

Sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan peran dan status sosial dalam masyarakat.

Fungsi sosialisasi dalam masyarakat sangat beragam, di antaranya dapat diamati pada pembentukan peran dan status sosial di dalam keluarga dan lingkungan pendidikan.

Fungsi sosialisasi dalam pembentukan peran dan status sosial antara lain sebagai berikut:

  • Fungsi Sosialisasi bagi Keluarga

Fungsi sosialisasi dalampembentukan peran dan status sosial di dalam keluarga disesuaikan dengan status dan peran masing-masing anggota keluarga.

Keluarga adalah agen sosialisasi utama dalam mengenalkan nilai dan norma sosial kepada anaknya sejak usia dini.

Seorang ayah atau suami dalam keluarga, memiliki status sebagai kepala rumah  tangga. Status ini diperoleh secara otomatis dari proses perkawinan.

Tanggung jawab seorang kepala keluarga adalah memberi perlindungan, mencari nafkah, memberikan kasih sayang, pembinaan, serta pendidikan bagi seluruh anggota keluarga. 

Seorang ayah atau suami diharapkan menjadi pemimpin keluarga dan memberikan teladan dari sikap dan perilakunya.

Berbeda dengan ibu atau istri. Dalam sebuah organisasi seperti keluarga, ibu mempunyai peran untuk mendampingi dan bekerja sama dengan ayah dalam mengurus rumah tangga.

Khususnya dalam mengatur keuangan keluarga dan memberikan afeksi serta pendidikan kepada anak-anaknya.

Sedangkan anak sebagai anggota keluarga disesuaikan dengan sifatnya sebagai anak dalam norma. Yaitu menyayangi dan menghormati kedua orang tuanya.

  • Fungsi Sosialisasi bagi Individu

Bagi seorang individu sosialisasi berfungsi sebagai pedoman saat mulai mengenali dan menyesuaikan diri di lingkungannya.

Penyesuaian tersebut meliputi nilai, norma, dan struktur sosial yang ada atau berlaku di masyarakat.

Apabila individu tersebut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya, maka ia akan diterima dengan baik di tengah masyarakatnya.

Misalnya ketika sebuah keluarga baru saja pindah ke rumah baru di kota lain. Keluarga tersebut harus mempelajari dan memahami nilai dan kultur masyarakat di sekitarnya.

Jika masyarakat di sekitarnya suka menyapa saat bertemu, maka keluarga tersebut harus melakukan sosialisasi dengan kultur serupa.

Sementara jika individu tidak memenuhi harapan sesuai nilai masyarakatnya, akan disebut buruk.

  • Fungsi Sosialisasi bagi Masyarakat

Jika bagi individu sosialisasi berfungsi untuk pedoman dalam mempelajari norma di suatu masyarakat, maka berbeda dengan fungsi sosialisasi bagi masyarakat.

Bagi masyarakat, fungsi sosialisasi adalah alat untuk melestarikan, menyebarkan, serta mewariskan nilai, norma, dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan demikian, nilai, norma, dan kepercayaan tersebut bisa terjaga keberadaanya oleh seluruh anggota masyarakat.

Contohnya saat melakukan diskusi dengan tetangga, melakukan kerja bakti, atau mengadakan suatu tradisi bersama di waktu tertentu.

The post 3 Fungsi Sosialisasi dalam Masyarakat beserta Tujuannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Contoh Sosialisasi Formal di Masyarakat https://haloedukasi.com/contoh-sosialisasi-formal-di-masyarakat Sat, 13 Aug 2022 02:41:16 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37951 Kata sosialisasi kerap terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi adalah proses seseorang untuk menyesuaikan diri dengan suatu kelompok atau masyarakat. Selain itu, sosialisasi juga berkaitan dengan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan kelompok tersebut. Pada dasarnya, sosialisasi merupakan proses pembelajaran untuk menjalani hidup yang dapat berpengaruh bagi kepercayaan, perilaku, dan tindakan seseorang. Sosialisasi terbagi menjadi dua tipe, […]

The post 10 Contoh Sosialisasi Formal di Masyarakat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kata sosialisasi kerap terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi adalah proses seseorang untuk menyesuaikan diri dengan suatu kelompok atau masyarakat.

Selain itu, sosialisasi juga berkaitan dengan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan kelompok tersebut. Pada dasarnya, sosialisasi merupakan proses pembelajaran untuk menjalani hidup yang dapat berpengaruh bagi kepercayaan, perilaku, dan tindakan seseorang.

Sosialisasi terbagi menjadi dua tipe, yakni sosialisasi formal dan informal. Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang dilakukan pada lembaga-lembaga formal seperti instansi pemerintah. Berbeda dari sosialisasi formal, sosialisasi informal bersifat kekeluargaan dan tidak resmi.

Sosialisasi formal biasanya terjadi pada lingkup sekolah karena adanya interaksi antara murid dan guru. Di lingkungan sekolah, interaksi antara murid, guru, hingga karyawan sekolah merupakan sosialisasi formal dalam suatu lembaga.

Dengan aturan yang berlaku, sosialisasi formal memiliki nilai tersendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut, apa saja contoh-contoh sosialisasi formal?

Contoh Sosialisasi Formal

Tak hanya di lingkungan sekolah saja, sosialisasi formal dapat terjadi di lingkup masyarakat yang terikat dengan suatu lembaga.

Aksi-aksi yang dilakukan sebuah lembaga kepada masyarakat merupakan bentuk sosialisasi formal dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 10 contoh sosialisasi formal.

  • Sosialisasi Keamanan Lingkungan

Dalam kehidupan bermasyarakat, perlu adanya sosialisasi keamanan lingkungan bersama demi terciptanya perdamaian. Sosialisasi keamanan lingkungan dilakukan agar masyarakat dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan kondisi yang aman, nyaman, dan tenteram tanpa ada gangguan.

Sosialisasi ini biasanya dilakukan oleh pihak yang berkaitan seperti pengurus RT/RW, pengurus desa atau kelurahan, dan anggota pemerintah kecamatan yang biasanya terdiri dari anggota polsek, koramil, dan pihak kecamatan.

  • Sosialisasi Penanggulangan Bencana Alam

Indonesia sebagai negara rawan bencana alam tentu membutuhkan pihak atau lembaga yang menangani hal tersebut. Lembaga ini akan melakukan sosialisasi terkait penanggulangan bencana alam bagi masyarakat yang rawan terdampak, seperti masyarakat di sekitar pantai dan gunung berapi.

Sosialisasi penanggulangan bencana alam kerap dilakukan oleh instansi tingkat pusat hingga daerah, seperti Kementerian Sosial, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan SAR Nasional.

  • Sosialisasi Bahaya Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika yang masih sering terjadi di Indonesia perlu ditindaklanjuti oleh badan terkait. Maka dari itu, Indonesia mempunyai beberapa instansi atau lembaga yang bertugas untuk melakukan sosialisasi bahaya penyalahgunaan narkotika.

Badan-badan tersebut antara lain Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementerian Kesehatan, Kepolisian Nasional, TNI, serta pemerintah daerah dan provinsi.

  • Sosialisasi Pemilihan Umum (Pemilu)

Sosialisasi pemilihan umum digelar menjelang pemilihan wakil rakyat dan presiden. Terdapat beberapa lembaga yang diamanahi oleh pemerintah untuk melakukan sosialisasi tersebut agar masyarakat dapat memahami pentingnya pemilu.

Lembaga yang mengemban amanah untuk melakukan sosialisasi pemilihan umum antara lain Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik di tingkat pusat maupun daerah, yang bekerja sama dengan Kementerian Polhukam, Kepolisian dan TNI, serta pemerintah daerah dan provinsi.

  • Sosialisasi Pemberantasan Korupsi

Tindak kejahatan korupsi masih banyak terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab. Oleh karena itu, sosialisasi pemberantasan korupsi perlu dilakukan para elemen pemerintahan negara.

Lembaga yang berkaitan dengan sosialisasi ini seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Kehakiman, Kepolisian dan TNI, Kementerian Polhukam, sekolah dan perguruan tinggi, serta pemerintah daerah dan provinsi.

  • Sosialisasi Makanan Halal dan Sehat

Indonesia yang didominasi oleh masyarakat muslim membuat aturan untuk para produsen makanan agar lulus uji halal. Dalam proses peredaran makanan halal dan sehat, perlu adanya sosialisasi dari lembaga terkait agar masyarakat dapat memahami hal tersebut.

Sosialisasi makanan halal dan sehat dilakukan oleh beberapa pihak terkait seperti Majelis Ulama Indonesia, Badan Halal Nasional, Kementerian Kesehatan dan kerja sama dengan pihak Kepolisian dan sekolah.

  • Sosialisasi Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)

Kenaikan Bahan Bakar Minyak atau BBM yang terjadi di Indonesia juga perlu dilakukan sosialisasi dan koordinasi antar lembaga terkait. Biasanya, para lembaga ini akan melakukan sosialisasi terkait kenaikan BBM pada sebulan sebelum ditetapkan harga barunya.

Beberapa lembaga tersebut antara lain Kementerian Keuangan, Kepolisian, Kementerian Koordinator Perekonomian dan Industri, serta perusahaan BUMN Pertamina.

  • Sosialisasi Pencegahan Penyakit Menular dan AIDS/HIV

Banyak masyarakat Indonesia yang masih mengidap penyakit menular dan AIDS/HIV. Pemerintah terus melakukan upaya demi mencegah penyakit menular tersebut. Terdapat sejumlah instansi terkait yang bertugas untuk melakukan sosialisasi pencegahan penyakit menular.

Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dalam ranah tersebut seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kepolisian, pemerintah provinsi dan daerah, serta instansi terkait yakni Dinas Kesehatan.

  • Sosialisasi Pengaturan Lalu Lintas di Kota Besar

Dalam aktivitas lalu lintas sehari-hari, masih banyak pelanggaran dan kecelakaan yang terus terjadi. Sejumlah instansi atau lembaga terus berupaya menekan jumlah terjadinya kemacetan, pelanggaran, hingga korban kecelakaan dengan sosialisasi pada masyarakat.

Instansi yang melakukan sosialisasi pada bidang ini antara lain Kementerian Perhubungan, Kepolisian, Kementerian Kesehatan dan pemerintah pusat dan daerah. Pihak sekolah yang menjadi tempat pertama bagi murid untuk belajar juga turut bekerja sama dengan instansi terkait untuk sosialisasi pengaturan lalu lintas.

  • Sosialisasi Pencegahan Perdagangan Manusia dan Penyelundupan Barang Ilegal

Perdagangan manusia atau human trafficking serta penyelundupan barang illegal masih kerap terjadi di Indonesia. Demi memberantas tindakan illegal tersebut, pemerintah membentuk kolaborasi beberapa lembaga yang berkaitan.

Kerja sama untuk sosialisasi pencegahan perdagangan manusia dan penyelundupan barang illegal dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Kepolisian, Kementerian Polhukam, Bea Cukai, dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam human trafficking.

The post 10 Contoh Sosialisasi Formal di Masyarakat appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>