sosiologi sastra - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sosiologi-sastra Fri, 23 Jun 2023 09:30:35 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico sosiologi sastra - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sosiologi-sastra 32 32 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren https://haloedukasi.com/teori-sosiologi-sastra-wellek-dan-warren Fri, 23 Jun 2023 09:30:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43944 Teori sosiologi sastra merupakan cabang studi yang menggabungkan konsep-konsep dan metode sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra. Teori tersebut melihat sastra sebagai fenomena sosial yang terkait erat dengan masyarakat, budaya, dan konteks sosial di mana sastra tersebut muncul. Pendekatan sosiologi sastra mempelajari hubungan antara karya sastra dan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk nilai-nilai sosial, norma, […]

The post 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teori sosiologi sastra merupakan cabang studi yang menggabungkan konsep-konsep dan metode sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra. Teori tersebut melihat sastra sebagai fenomena sosial yang terkait erat dengan masyarakat, budaya, dan konteks sosial di mana sastra tersebut muncul.

Pendekatan sosiologi sastra mempelajari hubungan antara karya sastra dan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk nilai-nilai sosial, norma, struktur sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial. Teori sosiologi sastra berusaha untuk memahami bagaimana sastra mencerminkan, merefleksikan, dan mempengaruhi realitas sosial serta cara sastra berinteraksi dengan pembaca dan masyarakat.

Mengenal sosok Wellek dan Warren

Wellek dan Warren adalah dua sarjana kritik sastra yang terkenal. Rene Wellek (1903-1995) adalah seorang kritikus sastra dan teoretikus asal Austria-Amerika. Wellek dikenal karena kontribusinya dalam analisis sastra dan teori sastra. Sedangkan Austin Warren (1899-1986) adalah seorang kritikus sastra dan profesor sastra Amerika.

Wellek dan Warren tidak dikenal dengan teori sosiologi sastra yang khusus. Keduanya lebih terkenal dalam bidang kritik sastra dan teori sastra. Wellek dan Warren adalah dua kritikus sastra yang terkenal, terutama melalui karya mereka yang berjudul Teori Sastra (Theory of Literature) yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1949 pada abad ke-20.

Dalam karyanya, Wellek dan Warren membahas berbagai aspek teori sastra, termasuk hubungan antara sastra dan masyarakat. Meskipun tidak secara eksplisit mengembangkan teori sosiologi sastra, mereka menyelidiki hubungan sastra dengan konteks sosial, budaya, dan sejarah di mana karya sastra tersebut muncul.

Wellek dan Warren memandang sastra sebagai refleksi masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai, norma, konflik, dan perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Keduanya mengakui bahwa sastra juga dapat mempengaruhi pemikiran, emosi, dan tindakan individu serta masyarakat secara luas.

Wellek dan Warren mengemukakan konsep-konsep seperti interpretasi sastra, peran penulis dan pembaca, hubungan antara sastra dan konteks sosial, serta pengaruh sastra pada pemahaman manusia tentang diri dan dunia di sekitar mereka.

Namun, Wellek dan Warren lebih fokus pada analisis kritis terhadap karya sastra daripada mengembangkan kerangka teoritis yang khusus dalam bidang sosiologi sastra. Meskipun demikian, pemikiran dan kontribusi mereka berdua dalam bidang kritik sastra telah memberikan sumbangan penting dalam memahami hubungan antara sastra dan masyarakat.

Karyanya dapat memperluas wawasan tentang pentingnya konteks sosial dalam memahami dan menafsirkan karya sastra, serta bagaimana sastra dapat berinteraksi dengan masyarakat dalam banyak cara. Berikut adalah penjelasan yang lebih detail mengenai teori sosiologi sastra Wellek dan Warren.

Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner yang diadopsi oleh Wellek dan Warren dalam teori sastra melibatkan penggabungan konsep dan metode dari berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, antropologi, sejarah, dan psikologi, untuk memahami dan menganalisis sastra secara komprehensif.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren.

Penekanan pada konteks sosial

Wellek dan Warren menganggap pentingnya memahami karya sastra dalam konteks sosial, budaya, dan sejarahnya. Keduanya berpendapat bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial yang melingkupinya. Dengan menerapkan pendekatan interdisipliner, peneliti dapat melihat bagaimana faktor-faktor sosial dan budaya mempengaruhi produksi, penerimaan, dan interpretasi karya sastra.

Integrasi perspektif sosiologi

Wellek dan Warren mengakui pentingnya perspektif sosiologi dalam memahami sastra. Selain itu, berpendapat bahwa struktur sosial, nilai-nilai, konflik, dan dinamika masyarakat tercermin dalam karya sastra. Dengan menerapkan teori-teori sosiologi, seperti teori konflik, teori interaksi simbolik, atau teori sistem sosial, peneliti dapat membahas dan menganalisis aspek sosial dalam karya sastra.

Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren melibatkan keterkaitan dengan disiplin ilmu lain, seperti antropologi dan sejarah. Kemudian mengakui bahwa pemahaman tentang aspek-aspek kebudayaan, tradisi, dan konteks historis sangat penting dalam memahami sastra. Dengan memasukkan perspektif antropologi dan sejarah, peneliti dapat menjelajahi pengaruh budaya dan perubahan sejarah pada karya sastra.

Penggunaan metode dan konsep dari disiplin ilmu lain

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren melibatkan penggunaan metode dan konsep yang berasal dari disiplin ilmu lain. Misalnya, peneliti dapat menerapkan metode analisis sosial untuk menganalisis struktur sosial dalam karya sastra, atau menggunakan konsep-konsep psikologi untuk memahami motivasi dan karakteristik tokoh dalam narasi sastra.

Komprehensivitas dalam analisis.

Pendekatan interdisipliner memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif terhadap karya sastra. Dengan mempertimbangkan berbagai dimensi, seperti aspek estetika, historis, sosial, dan psikologis, peneliti dapat mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang karya sastra dan hubungannya dengan masyarakat.

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren memberikan kerangka konseptual yang luas untuk menganalisis sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, budaya, dan historis. Dengan mengintegrasikan disiplin ilmu lain, peneliti dapat menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang karya sastra dan dampaknya dalam konteks sosial.

Sastra sebagai Produk Sosial

Wellek dan Warren memandang sastra sebagai produk dari masyarakat dalam teori sosiologi sastra mereka. Keduanya berpendapat bahwa karya sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, politik, budaya, dan sejarah di mana mereka muncul.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai konsep sastra sebagai produk sosial dalam pandangan Wellek dan Warren.

Konteks sosial dan budaya

Wellek dan Warren menekankan bahwa penulis dan karya sastra mereka tidak beroperasi dalam isolasi. Sebaliknya, mereka terlibat dalam interaksi dengan masyarakat dan dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya di sekitarnya. Penulis mencerminkan nilai-nilai, norma, dan konflik yang ada dalam masyarakat melalui karya sastranya.

Refleksi masyarakat

Sastra dianggap sebagai cerminan masyarakat. Karya sastra menawarkan gambaran yang terkonsentrasi tentang struktur sosial, perbedaan kelas, dinamika kekuasaan, serta masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat pada waktu penulisannya.

Sastra memberikan gambaran yang mendalam tentang kehidupan manusia dalam masyarakat dan dapat membantu kita memahami dan menganalisis dinamika sosial yang ada.

Pengaruh kondisi sosial terhadap karya sastra

Wellek dan Warren percaya bahwa penulis dan karya sastra mereka secara inheren dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitar keduanya. Misalnya, karya sastra dapat mencerminkan perubahan sejarah, perang, revolusi, atau perubahan sosial lainnya yang terjadi pada saat penulisannya. Karya sastra juga dapat menanggapi isu-isu sosial kontemporer dan berperan dalam membentuk kesadaran masyarakat.

Representasi berbagai perspektif

Sastra sebagai produk sosial dapat memperkaya pemahaman masyarakat tentang berbagai perspektif. Karya sastra menawarkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman manusia dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan politik. Sastra dapat memperluas cakrawala kita, menghubungkan kita dengan realitas yang berbeda, dan memberi suara kepada kelompok-kelompok yang seringkali diabaikan dalam narasi dominan.

Dialog antara sastra dan masyarakat

Wellek dan Warren menekankan bahwa sastra berfungsi sebagai medium dialog dan interaksi antara penulis, karya sastra, dan masyarakat. Karya sastra dapat memunculkan pertanyaan, menciptakan refleksi, memicu perubahan, dan merangsang imajinasi masyarakat.

Melalui proses membaca, masyarakat memberikan makna dan interpretasi pada karya sastra, dan dalam hal ini, sastra menjadi alat komunikasi yang penting dalam masyarakat.

Dalam pandangan Wellek dan Warren, sastra tidak hanya merupakan hasil kreativitas individu, tetapi juga produk dari konteks sosial, budaya, dan sejarah yang melingkupinya. Dengan mempertimbangkan dimensi sosial ini, kita dapat lebih memahami peran sastra dalam refleksi masyarakat dan membuka jendela ke berbagai perspektif manusia.

Sastra sebagai Refleksi Masyarakat

Menurut Wellek dan Warren, sastra merupakan refleksi masyarakat dalam berbagai aspeknya. Mereka berdua melihat bahwa karya sastra bukanlah sekadar hiburan atau bentuk seni semata, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat di mana karya sastra tersebut muncul.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai sastra sebagai refleksi masyarakat.

Cerminan Nilai dan Norma

Sastra mencerminkan nilai-nilai, norma, dan keyakinan yang ada dalam masyarakat. Karya sastra sering kali menggambarkan struktur sosial, peran gender, sistem kekuasaan, serta etika dan moral yang dipegang oleh masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini, sastra menjadi sarana untuk memahami dan menganalisis kondisi sosial dan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat.

Kritik Sosial

Sastra juga berfungsi sebagai alat untuk mengkritik atau menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial tertentu. Penulis sering menggunakan karya sastra mereka untuk mengomentari isu-isu sosial, ketidakadilan, atau ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Melalui narasi dan karakter-karakternya, sastra dapat menggambarkan konflik, ketegangan, dan masalah sosial yang ada.

Representasi Pengalaman Manusia

Karya sastra mencerminkan pengalaman manusia dalam masyarakat. Sastra dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari, perjuangan individu, hubungan antarmanusia, serta dinamika emosi dan pikiran manusia dalam konteks sosial. Dengan membaca karya sastra, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang pengalaman manusia dalam masyarakat.

Perubahan Sosial

Wellek dan Warren berpendapat bahwa sastra dapat memainkan peran dalam perubahan sosial. Karya sastra yang mengangkat isu-isu sosial kontemporer dapat mempengaruhi pemikiran dan sikap masyarakat terhadap masalah tersebut. Melalui narasi, sastra dapat memicu refleksi, kesadaran, dan tindakan dalam rangka perubahan sosial yang lebih baik.

Dialog dengan Pembaca

Sastra menciptakan dialog antara penulis, karya sastra, dan pembaca. Pembaca membawa pengalaman dan pemahaman mereka sendiri ke dalam interpretasi karya sastra. Sastra mengajukan pertanyaan, mengundang refleksi, dan membuka ruang bagi dialog antara individu dan masyarakat. Dalam hal ini, sastra memberi suara kepada pembaca untuk terlibat dalam diskusi dan refleksi tentang isu-isu sosial yang diangkat.

Wellek dan Warren melihat sastra sebagai cerminan yang kompleks dari masyarakat. Sastra memperlihatkan nilai-nilai, norma, konflik, dan perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan memahami sastra sebagai refleksi masyarakat, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas kehidupan manusia dalam konteks sosial.

Pembaca sebagai Bagian dari Konteks Sosial

Menurut Wellek dan Warren, pembaca juga merupakan bagian penting dari konteks sosial dalam memahami sastra serta menganggap bahwa interpretasi dan pemahaman karya sastra tidak terlepas dari pengaruh dan konteks sosial yang dimiliki oleh pembaca.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai pembaca sebagai bagian dari konteks sosial.

Pengaruh konteks sosial pada interpretasi

Wellek dan Warren menekankan bahwa pembaca membawa pengalaman, nilai-nilai, dan perspektif keduanya dalam membaca dan menginterpretasi karya sastra. Konteks sosial tersebut seperti latar belakang budaya, pendidikan, nilai-nilai sosial, dan pengalaman hidup, dapat mempengaruhi cara pembaca memahami dan memberikan makna pada karya sastra.

Pembaca sebagai bagian dari masyarakat

Pembaca dianggap sebagai anggota masyarakat yang membaca dan merespons karya sastra. Wellek dan Warren membawa pembaca dengan identitas sosial, pengalaman kolektif, dan pemahaman yang terbentuk melalui interaksi dengan masyarakat. Konteks sosial tersebut menjadi bagian integral dalam membentuk persepsi dan respons pembaca terhadap karya sastra.

Dialog antara pembaca dan karya sastra

Pembaca dan karya sastra berinteraksi dalam sebuah dialog. Pembaca membawa pemahaman, pertanyaan, dan interpretasinya sendiri saat membaca karya sastra. Sastra memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan, mempertanyakan, dan merespons isu-isu sosial yang dihadirkan dalam narasi. Dalam hal ini, pembaca aktif dalam membentuk makna dan merespons pesan-pesan sosial yang terkandung dalam karya sastra.

Multipleitas interpretasi

Wellek dan Warren mengakui bahwa pembaca yang berbeda dapat memberikan interpretasi yang beragam terhadap karya sastra. Konteks sosial individu, seperti latar belakang budaya, agama, atau identitas sosial, dapat menyebabkan perbedaan dalam pemahaman dan interpretasi sastra. Oleh karena itu, sastra dapat dilihat sebagai medan pertemuan berbagai perspektif sosial yang berbeda.

Perubahan sosial melalui pembacaan

Wellek dan Warren juga menyoroti potensi perubahan sosial melalui pembacaan sastra. Pembaca yang terlibat secara kritis dengan karya sastra dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu sosial yang diangkat. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan tindakan pembaca dalam masyarakat, memicu perubahan, atau mendorong refleksi sosial.

Dalam pandangan Wellek dan Warren, pembaca dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari konteks sosial dalam memahami dan merespons karya sastra. Pembaca membawa pengalaman dan pemahaman mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh konteks sosial, dalam membentuk interpretasi dan respons terhadap sastra.

Dampak Sastra pada Masyarakat

Wellek dan Warren mengakui bahwa sastra memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Selain itu, melihat bahwa sastra tidak hanya mencerminkan masyarakat, tetapi juga dapat mempengaruhi pemikiran, emosi, dan tindakan individu serta masyarakat secara luas.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai dampak sastra pada masyarakat.

Pembentukan kesadaran dan pemahaman

Sastra dapat mempengaruhi pembaca dalam membentuk kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang berbagai isu sosial, budaya, dan manusia. Karya sastra yang mengangkat isu-isu seperti keadilan, perbedaan kelas, perang, gender, atau ras dapat memperluas cakrawala pemikiran pembaca dan membuka mata masyarakat terhadap realitas sosial yang ada.

Stimulasi imajinasi dan empati

Sastra merangsang imajinasi serta memungkinkan pembaca untuk memasuki dunia fiksi dan melihat dunia melalui perspektif yang berbeda. Hal tersebut dapat memperkuat kemampuan pembaca untuk berempati terhadap pengalaman dan perspektif orang lain. Sastra dapat membantu pembaca memahami kompleksitas manusia dan mendorong toleransi serta pengertian antarindividu.

Penyadaran terhadap masalah sosial

Karya sastra sering kali mengangkat isu-isu sosial yang sensitif dan penting. Sastra dapat membantu membangkitkan kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut dan mendorong perubahan sosial. Melalui representasi dan kritik terhadap ketidakadilan, ketimpangan, atau permasalahan sosial, sastra dapat memicu diskusi dan aksi dalam masyarakat.

Pembentukan identitas individu dan kelompok

Sastra dapat berkontribusi pada pembentukan identitas individu dan kelompok. Karya sastra yang menggambarkan pengalaman dan perjuangan individu atau kelompok tertentu dapat memperkuat rasa identitas dan kesadaran diri. Sastra juga dapat membantu dalam memperkuat ikatan sosial dan membangun solidaritas di antara anggota kelompok.

Pencerahan dan pembebasan

Wellek dan Warren percaya bahwa sastra memiliki potensi untuk memberikan pencerahan dan pembebasan bagi pembaca. Karya sastra yang menantang, kontroversial, atau subversif dapat menggoyahkan norma-norma sosial yang ada, membantu pembaca mempertanyakan paradigma yang diterima, dan menginspirasi pemikiran kritis serta tindakan yang membawa perubahan.

Wellek dan Warren melihat bahwa sastra tidak hanya merupakan cerminan masyarakat, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan manusia dalam masyarakat. Sastra dapat memperkaya pemahaman, merangsang imajinasi, menyadarkan masalah sosial, membentuk identitas, dan mendorong perubahan dalam masyarakat.

Teori sosiologi sastra Wellek dan Warren mengilustrasikan bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang melingkupinya. Sastra bukan hanya sebagai bentuk seni yang indah, tetapi juga sebagai penafsiran kritis tentang masyarakat dan realitas sosial. Dengan mempertimbangkan dimensi sosial ini, masyarakat dapat memperkaya pemahaman tentang karya sastra dan menghubungkannya dengan dunia sekitar.

The post 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Teori Pendekatan Sosiologi Sastra Menurut Para Ahli https://haloedukasi.com/pendekatan-sosiologi-sastra-menurut-para-ahli Mon, 19 Jun 2023 02:01:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43862 Sosiologi sastra adalah bidang studi yang menggabungkan prinsip-prinsip sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra serta berfokus pada pemahaman hubungan antara sastra dengan masyarakat dalam konteks sosial, politik, budaya, dan sejarah. Pendekatan sosiologi sastra melibatkan analisis terhadap aspek-aspek sosial yang terkandung dalam karya sastra, seperti norma, nilai, struktur sosial, interaksi antarindividu, dan dinamika sosial. Tujuan utama […]

The post 7 Teori Pendekatan Sosiologi Sastra Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sosiologi sastra adalah bidang studi yang menggabungkan prinsip-prinsip sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra serta berfokus pada pemahaman hubungan antara sastra dengan masyarakat dalam konteks sosial, politik, budaya, dan sejarah.

Pendekatan sosiologi sastra melibatkan analisis terhadap aspek-aspek sosial yang terkandung dalam karya sastra, seperti norma, nilai, struktur sosial, interaksi antarindividu, dan dinamika sosial. Tujuan utama dari sosiologi sastra adalah untuk menganalisis bagaimana karya sastra mencerminkan, memengaruhi, dan berinteraksi dengan realitas sosial.

Dalam konteks tersebut, sosiologi sastra menggali makna dan pesan yang terkandung dalam karya sastra, serta memahami bagaimana karya sastra berperan dalam membentuk identitas individu, kelompok, dan masyarakat secara lebih luas.

Dalam melakukan analisisnya, sosiologi sastra menggunakan kerangka kerja dan teori-teori sosiologi untuk menganalisis dan menginterpretasi karya sastra. Beberapa konsep yang sering digunakan dalam sosiologi sastra meliputi struktur sosial, stratifikasi sosial, konflik sosial, ideologi, gender, ras, kelas sosial, dan perubahan sosial.

Sosiologi sastra juga memperhatikan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi karya sastra, seperti faktor politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, sosiologi sastra membantu mengungkapkan bagaimana karya sastra berinteraksi dengan konteks sosial yang melingkupinya, serta bagaimana konteks sosial tersebut membentuk pemahaman dan penafsiran terhadap karya sastra.

Secara keseluruhan, sosiologi sastra bertujuan untuk menyelidiki hubungan timbal balik antara karya sastra dan masyarakat, serta memberikan wawasan tentang peran dan pengaruh karya sastra dalam membentuk dan merefleksikan realitas sosial.

Berikut adalah pendapat dari para ahli mengenai pendekatan sosiologi sastra.

1. Lucien Goldmann

Lucien Goldmann merupakan seorang sosiolog dan filsuf Prancis yang dikenal karena kontribusinya dalam bidang sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Goldmann disebut sosiologi sastra genetik atau metode genetik struktural.

Menurut Goldmann, sosiologi sastra harus mencoba memahami karya sastra sebagai refleksi dari realitas sosial yang lebih luas. Kemudian Goldman berpendapat bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara terisolasi, tetapi harus ditempatkan dalam konteks sosial, budaya, dan sejarah yang melingkupinya.

Metode genetik struktural yang diajukan oleh Goldmann melibatkan analisis historis dan perbandingan karya sastra serta mengidentifikasi elemen-elemen struktural dalam karya sastra, seperti tema, karakter, dan plot, dan menghubungkannya dengan konteks sosial yang relevan.

Melalui analisis tersebut, Goldman berusaha mengungkapkan pola-pola dan hubungan antara karya sastra dan masyarakat yang mempengaruhinya. Pendekatan Goldmann dalam sosiologi sastra menekankan pentingnya memahami karya sastra dalam konteks sosialnya.

Goldman berargumen bahwa karya sastra dapat memberikan wawasan yang berharga tentang masyarakat dan proses sosial yang membentuknya. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra genetik, Goldmann berusaha untuk menjembatani kesenian dengan ilmu sosial, dan untuk membuka pintu bagi pemahaman yang lebih baik tentang interaksi kompleks antara sastra dan masyarakat.

2. Pierre Bourdieu

Pendekatan sosiologi sastra menurut Pierre Bourdieu dikenal sebagai sosiologi sastra refleksif atau sosiologi sastra kritis. Bourdieu adalah seorang sosiolog Prancis yang terkenal dengan pemikirannya tentang teori praktik dan analisis sosial.

Dalam konteks sosiologi sastra, Bourdieu berusaha memahami produksi, distribusi, dan konsumsi karya sastra dalam hubungannya dengan struktur sosial dan kekuasaan. Bourdieu percaya bahwa produksi sastra, seperti halnya produksi budaya lainnya, merupakan hasil dari interaksi kompleks antara aktor-aktor sosial dan lingkungan sosialnya.

Serta menekankan pentingnya memahami praktik sosial dan kondisi material yang membentuk dan mempengaruhi produksi karya sastra. Faktor-faktor seperti latar belakang sosial, pendidikan, dan kepentingan politik aktor-aktor tersebut akan mempengaruhi karya sastra yang dihasilkan.

Pemikiran Bourdieu juga melibatkan konsep kapital dalam analisis sosiologisnya. Kemudian mengidentifikasi berbagai jenis kapital yang terlibat dalam dunia sastra, seperti kapital ekonomi, kapital budaya, dan kapital simbolik.

Kapital tersebut memainkan peran penting dalam produksi, distribusi, dan konsumsi karya sastra. Bourdieu berargumen bahwa aktor-aktor dengan akses yang lebih besar terhadap kapital-kapital tersebut akan memiliki keunggulan dalam bidang sastra.

Bourdieu mengklaim bahwa preferensi sastra seseorang tidak semata-mata merupakan hasil dari selera pribadi, tetapi juga dipengaruhi oleh kapital-kapital dan kondisi sosial yang melingkupinya. Oleh karena itu, preferensi sastra juga menjadi cerminan dari posisi sosial individu dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, pendekatan sosiologi sastra menurut Pierre Bourdieu menekankan hubungan kompleks antara struktur sosial, kapital, praktik sosial, dan karya sastra. Ia menyoroti aspek-aspek sosial yang membentuk dan mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi karya sastra, serta peran kekuasaan dalam lapangan sastra.

Melalui pendekatan ini, Bourdieu berusaha mengungkapkan dinamika sosial yang terlibat dalam dunia sastra dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara sastra dan masyarakat.

3. Terry Eagleton

Terry Eagleton, seorang teoretikus sastra dan budaya asal Inggris, juga memberikan kontribusi penting dalam pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra menurut Eagleton, yang sering disebut sebagai kritik sastra materialistik, bertujuan untuk menghubungkan karya sastra dengan konteks sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas.

Eagleton menekankan pentingnya memahami karya sastra sebagai produk budaya yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan sosial dan ideologi. Eagleton berargumen bahwa karya sastra dapat mencerminkan, mengkritik, atau membentuk ideologi dan kekuasaan dalam masyarakat.

Dalam analisisnya, Eagleton menyelidiki bagaimana karya sastra dapat memperkuat atau menantang struktur sosial, kelas, gender, dan ras yang ada. Selain itu, Eagleton juga mengedepankan analisis ideologi dalam pendekatannya.

Kemudian berpendapat bahwa karya sastra dapat mencerminkan ideologi-ideologi yang mendominasi masyarakat pada saat itu, serta membuka ruang bagi kritik dan perlawanan terhadap ideologi tersebut. Eagleton menekankan perlunya memahami karya sastra dalam konteks ideologi yang melingkupinya untuk mengungkap pesan politik yang terkandung di dalamnya.

Pendekatan sosiologi sastra Eagleton menekankan pentingnya menganalisis karya sastra sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya yang lebih luas. Eagleton berusaha menjembatani kesenian dengan teori sosial dan memperluas ruang diskusi tentang sastra sebagai fenomena sosial.

Dengan demikian, pendekatan Eagleton dalam sosiologi sastra memberikan kontribusi penting dalam memahami interaksi yang kompleks antara sastra, masyarakat, dan kekuasaan.

4. Raymond Williams

Raymond Williams, seorang teoretikus sastra dan budaya Inggris, telah memberikan sumbangan penting dalam bidang sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra menurut Williams, yang dikenal sebagai sosiologi sastra materialistik atau kritis budaya, menekankan pentingnya memahami karya sastra dalam konteks sosial, sejarah, dan ekonomi yang lebih luas.

Williams berpendapat bahwa sastra adalah bagian integral dari kehidupan sosial dan dapat mencerminkan, mempengaruhi, atau menciptakan realitas sosial. William menekankan hubungan erat antara bahasa, budaya, dan masyarakat serta berusaha untuk memahami karya sastra sebagai produk budaya yang tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik yang melingkupinya.

Pendekatan Williams juga melibatkan analisis kekuasaan dan ideologi dalam karya sastra. William mengakui bahwa karya sastra tidak hanya mencerminkan realitas sosial, tetapi juga dapat berperan dalam membentuk persepsi, nilai, dan ideologi masyarakat.

Williams menyoroti peran sastra dalam proses produksi dan reproduksi ideologi yang mendukung atau menentang struktur sosial dan kekuasaan yang ada. Selain itu, Williams menekankan peran pembaca dalam proses interpretasi dan pemahaman karya sastra.

Kemudian Wlilliams berargumen bahwa pembaca tidak hanya menerima pasif pesan yang terkandung dalam karya sastra, tetapi juga terlibat dalam proses interpretasi yang terbentuk oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman mereka.

Pembaca secara aktif membawa pemahaman dan nilai-nilai mereka sendiri dalam membaca dan menafsirkan karya sastra. Pendekatan sosiologi sastra Williams memberikan penekanan pada hubungan kompleks antara sastra, budaya, dan masyarakat.

Williams menekankan pentingnya melihat karya sastra sebagai produk budaya yang terkait dengan konteks sejarah, sosial, dan ekonomi yang lebih luas. Pendekatan ini memberikan ruang bagi pemahaman yang lebih komprehensif tentang peran dan dampak sastra dalam membentuk masyarakat dan budaya.

5. Georg Lukács

Pendekatan sosiologi sastra menurut Georg Lukács, seorang filsuf dan teoretikus sastra Marxis dari Hungaria, dikenal sebagai sosiologi sastra realis atau sosiologi sastra kritis. Lukács berpendapat bahwa sastra merupakan cermin dari realitas sosial yang terkait dengan kondisi material dan historis masyarakat.

Lukács menganggap sastra sebagai bentuk kesadaran reflektif yang memperlihatkan kontradiksi dan konflik dalam masyarakat. Lukács mengidentifikasi sastra realis sebagai bentuk sastra yang paling mampu menangkap realitas sosial dengan akurat.

Menurutnya, sastra realis menyoroti kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat dengan cara yang memperlihatkan konflik antara kelas-kelas sosial. Pendekatan Lukács juga melibatkan konsep alienasi dalam analisisnya.

Lukács berpendapat bahwa sastra dapat mengungkapkan dan mengkritik proses alienasi yang terjadi dalam masyarakat kapitalis. Lukács berargumen bahwa dalam masyarakat kapitalis, hubungan antara manusia dan alam, antarmanusia, dan dengan pekerjaan menjadi teralienasi. Dan sastra memiliki peran penting dalam membuka mata manusia terhadap keadaan tersebut.

Lukács juga menekankan pentingnya karakter sebagai elemen penting dalam analisis sosiologi sastra. Lukács berpendapat bahwa karakter dalam sastra realis mencerminkan dinamika kelas sosial dan perjuangan antara kepentingan kelas yang berbeda.

Karakter-karakter tersebut merupakan produk dari kondisi sosial yang melingkupinya dan dapat membuka ruang bagi pemahaman lebih dalam tentang konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra Lukács menekankan pentingnya hubungan antara sastra dan realitas sosial.

Lukács mengadvokasi penggunaan sastra sebagai alat untuk memahami dan mengkritik kondisi sosial serta mendorong kesadaran kelas dan transformasi sosial. Melalui pendekatan tersebut, Lukács memberikan kontribusi signifikan dalam menganalisis sastra sebagai cermin dari realitas sosial dan membangun kesadaran kritis tentang kondisi masyarakat.

6. Mikhail Bakhtin

Pendekatan sosiologi sastra menurut Mikhail Bakhtin, seorang teoretikus sastra dan budaya Rusia, dikenal sebagai sosiologi sastra dialogis atau teori dialogis. Bakhtin menekankan pentingnya memahami sastra sebagai bentuk komunikasi sosial yang kompleks.

Bakhtin berpendapat bahwa karya sastra merupakan manifestasi dari dialog antara penulis, karya itu sendiri, dan pembaca. Bakhtin menekankan bahwa sastra tidak bisa dipahami secara terisolasi, tetapi harus dipahami dalam konteks hubungan sosial dan budaya yang melingkupinya.

Bakhtin menggambarkan dialog sebagai prinsip dasar dalam komunikasi sastra, di mana berbagai suara, pandangan, dan bahasa saling berinteraksi. Pendekatan Bakhtin juga melibatkan konsep carnival atau pesta rakyat.

Bakhtin menganggap sastra sebagai bentuk pesta rakyat yang melibatkan kebebasan ekspresi, pembebasan diri, dan perubahan struktur sosial yang sementara. Dalam karya sastra yang diilhami oleh prinsip carnival, Bakhtin menemukan adanya kontradiksi dan konflik sosial yang diungkapkan melalui humor, ironi, dan bahasa yang terbuka.

Selain itu, Bakhtin mengedepankan konsep heteroglossia atau banyak suara. Beliau mengakui adanya keragaman bahasa, gaya, dan pandangan dalam karya sastra, yang mencerminkan keragaman dan konflik sosial dalam masyarakat.

Bakhtin menyoroti pentingnya memahami keberagaman suara dalam karya sastra dan bagaimana suara-suara trsebut saling berinteraksi dan membentuk makna yang kompleks. Pendekatan sosiologi sastra Bakhtin menekankan pentingnya memahami sastra sebagai fenomena sosial yang melibatkan dialog, kontradiksi, dan keberagaman suara.

Peran sastra dalam membuka ruang bagi dialog dan perubahan sosial, serta pentingnya memahami konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Dalam pendekatan dialogisnya, Bakhtin memberikan pemahaman yang lebih luas tentang interaksi kompleks antara sastra, masyarakat, dan pembaca.

7. Zygmunt Bauman

Zygmunt Bauman, seorang sosiolog Polandia terkenal, memiliki pendekatan khas dalam memahami hubungan antara sosiologi dan sastra. Bauman menggabungkan sosiologi dengan teori sastra dan kajian budaya untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang sastra sebagai fenomena sosial.

Bauman berpendapat bahwa sastra memiliki potensi untuk mengungkapkan kondisi manusia dalam masyarakat modern yang kompleks. Beliau menekankan pentingnya membaca sastra sebagai cermin dan kritik terhadap perubahan sosial dan kemanusiaan.

Sastra, menurut Bauman, dapat membantu manusia untuk memahami dinamika kehidupan sosial, relasi sosial yang kompleks, dan pengalaman manusia dalam masyarakat modern yang serba cepat dan individualistik.

Pendekatan Bauman juga melibatkan konsep modernitas cair yang menjadi salah satu kontribusi pentingnya dalam pemahaman sosiologi sastra serta berpendapat bahwa masyarakat kontemporer ditandai oleh ketidakpastian, kecepatan, dan individualisasi yang tinggi.

Sastra, menurut Bauman, dapat membantu kita menjelajahi konsekuensi sosial dan moral dari modernitas cair tersebut serta membuka ruang bagi refleksi kritis. Bauman juga menyoroti peran sastra dalam membantu kita memahami kehidupan yang terabaikan atau pengalaman manusia yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Kemudian beliau berpendapat bahwa sastra dapat memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang tidak terwakili dalam narasi dominan dan memperjuangkan keadilan sosial. Dengan pendekatannya yang menggabungkan sosiologi, teori sastra, dan kajian budaya, Bauman memberikan wawasan yang berharga tentang peran sastra dalam masyarakat modern yang kompleks.

Bauman mengajak orang-orang untuk membaca sastra sebagai pemahaman mendalam tentang kondisi manusia, dinamika sosial, dan tantangan moral dalam masyarakat kontemporer. Pendapat delapan ahli tersebut memberikan wawasan yang berbeda dalam memahami hubungan antara sastra dan masyarakat.

Pendekatan sosiologi sastra memungkinkan kita untuk melihat karya sastra sebagai cerminan dari nilai-nilai, struktur, dan pertentangan sosial dalam masyarakat.

The post 7 Teori Pendekatan Sosiologi Sastra Menurut Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya https://haloedukasi.com/tokoh-sosiologi-sastra Mon, 22 May 2023 02:38:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=42663 Teori sosiologi sastra merupakan pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang lainnya yang memiliki sangkut paut dengan pengarang sebagai penghasil sastra. Adapun tokoh sosiologi sastra dan juga teorinya sebagai berikut. 1. Wellek dan Warren Wellek dan Warren merupakan kritikus yang berasal dari Amerika yang telah mengklasifikasikan sosiologi sastra berdasarkan masalah-masalahnya menjadi tiga hal. […]

The post 7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teori sosiologi sastra merupakan pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang lainnya yang memiliki sangkut paut dengan pengarang sebagai penghasil sastra. Adapun tokoh sosiologi sastra dan juga teorinya sebagai berikut.

1. Wellek dan Warren

Wellek dan Warren merupakan kritikus yang berasal dari Amerika yang telah mengklasifikasikan sosiologi sastra berdasarkan masalah-masalahnya menjadi tiga hal. Tiga masalah tersebut, yaitu :

  • Sosiologi pengarang yang memperosalkan status sosial, ideologi sosial dan juga hal lain yang memiliki keterkaitan dengan pengarang sebagai penghasil dari sastra.
  • Sosiologi karya sastra juga mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, sehingga menjadi sebuah pokok penelaahan merupakan sebuah hal tersirat yang memiliki tujuan dalam karya sastra.
  • Sosiologi sastra mempermasalahkan pembaca dan juga pengaruh sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra dianggap sebagai sebuah pendekatan yang ekstrinsik dengan pengertian yang cukup negatif.

Pendekatan ekstrinsik, yang telah disampaikan Wellek dan Warren ini telah mendapat sebuah serangan yang pedas dan juga bertubi-tubi dari para kritikus yang lainnya. Salah satu serangan yang diterima Wellek dan Warren yang direspon oleh beliau yaitu seperti berikut ini, sastra dna masyarakat memiliki sifat yang sempit dan juga eksternal.

Padahal perbandingan keduanya ini dihubungkan dengan situasi sosial, seperti halnya pada sistem ekonomi, sosial, dan juga politik. Maka dari itu, Wellek dan Warren membuat gambaran bahwa sastra sebagai ilmu yang sempit dan juga eksternal.

Selain itu, Wellek dan Warren mengatakan bahwa pengertian sastra tidak jelas dalam mencerminkan dan juga mengekspresikan kehidupan, karena banyaknya sastrawan yang telah mengekspresikan sebagian dari kehidupan yang dijalaninya hanya sebagian bukan keseluruhan.

2. Gyorgy Lukacs (13 April 1885 – 4 Juni 1971)

Gyorgy Lukacs lahir pada tanggal 13 April 1885 dan meninggal pada 4 Juni 1971. Gyorgy Lukacs merupakan seorang Hungaria Marxis Filsuf dan juga kritikus sastra. Kebanyakan sarjana menganggap bahwa dirinya sebagai pendiri dari tradisi Marxisme Barat yang telah menyumbangkan ide-ide dan reifikasi serta kesadaran kelas untuk Marxis Filsafat dan juga teori.

Kritik sastra memiliki pengaruh dalam berpikir tentang realisme dan novel sebagai genre sastra. Georgy Lukacs telah mempergunakan cermin sebagai sebuah ciri khas dalam keseluruhan karya yang telah dibuatnya.

Mencerminkan menurut beliau memiliki arti menysusun sebuah struktur mental. Seperti halnya sebuah novel tidak hanya mencerminkan realitas tetapi lebih dari hal itu, novel memberikan sebuah refleksi realitas yang besar, lengkap, lebih hidup, dan juga lebih dinamik yang mungkin dapat melampaui pemahaman umum.

Lukacs menegaskan pandangan tentang karya realisme yang sungguh-sungguh sebagai karya yaitu dengan memberikan perasaan artistik yang telah bersumber dari imajinasi-imajinasi yang teah diberikan. Imajinasi-imajinasi ini memiliki sebuah totalitas intensif yang terdapat sebuah kesesuaian dengan totalitas ekstentif dunia.

Lukacs sebagai penulis tidak memberikan sebuah gambaran mengenai dunia yang abstrak melainkan sebuah kekayaan imajinasi dan juga kompleksitas tentang kehidupan untuk dihayati agar membentuk sebuah tatanan masyarakat yang lebih ideal.

3. Robert Escarpit (1918 – 2000)

Escrpit, Roberrt yang lahir pada tahun 1918 dan meninggal pada tahun 2000 ini merupakan seorang novelis dan juga kritikus Perancis yang dikenal dengan karyanya tentang sosiologi sastra. La Revolutiom du Livre dan Le Litteraire et le sosial yang telah menganalisis kondisi produksi buku dan literatur massa yang kemudian hari kerja, termasuk ke dalam Lecrit et la komunikasi yang meluas menjadi teori sastra komunikasi.

Sastra meastrupakan sebuah periodisasi sosial dan juga sebuah pernyataan pribadi individu yang didapatksan dari sebuah pengalaman hidup yang dimiliki dan juga imajinasi dari masing-masing individu. Selain itu, sastra juga merupakan sebuah bentuk untuk mengekspresikan diri mengenai kehidupan yang dilalui.

Namun, hanya sebagian hal kecil yang dituangkan dalam karya sastra itu sendiri. Pemikiran ini telah dituangkan oleh salah satu tokoh sosiologi sastra yaitu Robert Escarpit. Ide-ide atau gagasan yang telah dituangkan oleh Robert Escarpit sebagai seorang tokoh besar sosiologi mengenai sebuah proses tentang komunikasi sastra.

Sastra merupakan sebuah komunikasi sosial yang digunakan untuk sebuah pilihan hidup. Escrpit (2005) semula menulis teori sosiologi menggunakan bahasa perancis. Beliau menawarkan banyak pendekatan sosiologi sastra khusunya yang memiliki keterkaitan dengan reproduksi sastra.

Pendekatan kedua dalam bidang sosiologi sastra jauh dari penekanan pada karya sastra itu sendiri ke sisi produksi dan terutama pada sebuah situasi sosial dari penulis. Penulis tidak mungkin lari dari sebuah realitas sosial.

4. Madame de Stael (22 April 1766 – 14 Juli 1817)

Germaine de Stael merupakan wanita satrawan Swiss yang lahir pada 22 April 1766 di Paris dan meninggal pada 14 Juli 1817 di Paris. Madame de Stael merupakan propagandis politik dan pembicara yang melambangkan budaya Eropa pada saat itu.

Yang telah menjembatani sejarah gagasan dari Neoklasikisme ke Romantisme. Beliau juga mendapatkan sebuah ketenaran dengan memlihara sebuah salon untuk para intelektual terkemuka. Tulisannya berupa novel, drama, esai moral, dan politik, kritik sastra, sejarah, damm sejumlah puisi.

Kontribusi sastra terpenting Madame de Stael ialah sebagai ahli teori Romantisme. Pada tahun 1800 karakter sastra dan politik dari pemikiran Madame de Stael menjadi lebih jelas. Kepentingan sastranya muncul dalam De la litterature consideree dans ses rapport avec les Institution Sociales.

Karya kompleks ini meski tidak sempurna kaya akan ide dan juga perspektif baru bagi Perancis. Teori fundamental yang akan dinyatakan kembali dan dikembangkan dalam positivisme Hippolyte Taune ialah sebuah karya yang harus mengungkapkan realitas moral dam sejarah bangsa tempat ia dikandung.

5. Raymond Williams (31 Agustus 1921 – 26 Januari 1988)

Henry Raymond Williams lahir pada 31 Agustus 1921 dan meninggal pada 26 Januari 1998. Beliau merupakan seorang welsh akademis, novelis, dan juga kritikus. Raymond Williams ini seorang tokoh yang memiliki pengaruh dalam waktu baru dan dalam budaya yang lebih luas.

Tulisannya tentang politik, budaya, media massa, dan juga satra adalah kontribusi yang sangat signifikan terhadap Marxis kritisk budaya dan juga seni. 750.000 eksemplar buku-bukunya telah terjual di Inggris edisi sendirian dan ada banyak terjemahan yang telah tersedia. Karyanya meletakkan fondasi untuk bidang studi budaya dan materailis budaya pendekatan.

Richard Hoggart dan Rayyon Williams merupakam kedua tokoh yang mengemukakan Teori Cultural Studies merupakan sebuah pemikiran sastra dan juga sebuah metode mengenai kritik yang bersumber atau berasal dari sebuah tradisi kritik Markisme Bitish.

Namun, teori Markisme British yang telah diwarisi Richard dan Rayyon ini hanyalah sebagian yaitu mengenai konsep perubahan. Maka dari itu, teori ini tidak dapat dikatakan sebagai pecahan dari teori Marxisme, tetapi hannya sebagai warisan pemikiran yang telah membentuk dirinya dan telah membedakan dari teori awalnya.

6. Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan bangsa Indonesia terkemukaa yang dikenal dengan karya puisinya dengan kata yang sederhana. Beliau lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, puisinya yang terkenal di semua kalangan yaitu Hujan Bukan Juni yang sudah di bukukan.

Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan banyak penghargaan atas karya yang telah dicipatkannya. Pada tahukn 1986, Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan sebuah oenghargaan dari anugrah SEA Write Award.

Sapardi Djoko Damono juga seorang kritikus yang dalam karyanya juga membahas sisi sosiologis, karya Sapardi Djoko Damono yang membahsa mrengenai sosiologi tertuang pada buku Sosiologi Sastra yang telah dilakukan penelitian sejak beliau belajarr di Fakultas Sastra Universaitas Indonesia.

Buku Sosiologi Sastra karya Eyang Sapardi Djoko Damono membahasa mengenai lingkungan, masyarakat, dan kondisi sosial budaya politik yang berada di Indonesia. Dalam buku yang berjudul Sosiologi Sastra ini membahas mengenai tiga topik yang salah satunya yaitu sastra dengan masyarakat.

7. Umar Junus

Umar Junus merupakan seorang kritikus sastra yang lahir di Silungkang pada 2 Mei 1934. Umar Junus merupakan seorang penulis yang produktif dalam kritikus sastra di Indonesia, beliau sering menulis essay dan juga kritik dtengan menggunakan Bahasa Melay.

Beliau juga pernah menulis karya ilmiah dengan menggunakan Bahasa Inggris pada jurnal luar negeri. Buku-Buku yang ditulis oleh beliau salah satunya sosiologi sastra. Umar Junus dalam bukunya menjelaskan ietentang corak penyelidikan yang menggunakan sosiologi erusastra yang telah dibagi menjasdi sociology of Literature dan Literascy Sociology.

Sociology of Literature merupakan lingkungan sosial yang masuk ke dalam sastra dan memiliki faktor sosial yang menghasilkam sebuah karya. Sedangkan Literacy Sociology merupakan suatu struktur karya yang memiliki hubungan dengan genre dan juga masyarakat.

The post 7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>